RUMAH SINGGAH PASIEN KANKER PAYUDARA DENGAN PENDEKATAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT DI KOTA SURAKARTA Emma Indira Mandayaningrum, Edi Pramono Singgih , Sri Yuliani Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email :
[email protected]
Abstract The Background of the shelter house design for breast cancer patient using healing environment in Surakarta city is the increasing number of breast cancer patient in Surakarta city, uneven facility and infrastructure of breast cancer treatment in Indonesia, and there is no shelter house especially for breast cancer patient in Surakarta city. Therefore the aim of this design is to get a building design which can facilitate and serve the breast cancer patient’s activity and treatment. The building design considers healing environment concept in Surakarta city. The problem of the design is how to plan and design shelter house for breast cancer patient using healing environment concept in Surakarta city which can facilitate the activity for a certain time with a certain education system. The method that used is architecture planing method. The result is the building which consider healing environment concept in Surakarta city. Keywords: Breast Cancer Patien, Education System Center, Healing Environment Concept, Shelter House
I. PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Aditama, 2010). Prevalensi kanker di Indonesia sendiri sudah mencapai 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330.000 orang, dan merupakan penyebab kematian nomor tujuh (Riskesdas, 2013). Sedangkan prevalensi kanker tiga tertinggi di Indonesia ialah kanker servik, kanker payudara, dan kanker kulit (Oemati, Rahajeng, Kristianto, 2011). Penduduk dengan penderita kanker tertinggi berada di D.I.Yogyakarta, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta (Oemati, Rahajeng, Kristianto, 2011). Peningkatan prevalensi kanker tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan sarana dan pra sarana pusat pengobatan kanker. Pusat pengobatan kanker di Indonesia baru dapat melayani sekitar 15% pasien kanker yang ada, dikarenakan dipengaruhi fakta bahwa pusat pengobatan kanker di Indonesia masih berjumlah 22 rumah sakit negeri dan 2 rumah sakit swasta.
Hal tersebut menimbulkan suatu fenomena yang sering disebut dengan rumah singgah khusus untuk pasien kanker. Dimana rumah singgah tersebut biasa ditemukan di sekitar rumah sakit yang memiliki fasilitas pengobatan kanker di dalamnya. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa rumah singgah khusus pasien kanker yang ada saat ini belum memperhatikan kebutuhan pasien kanker akan tempat peristirahatan yang dapat mendukung proses kesembuhan pasien kanker. Berdasarkan data dari BPPK tahun 2011, dari tiga provinsi dengan penderita kanker tertinggi, provinsi yang belum memiliki rumah singgah di dalamnya yaitu Provinsi Jawa Tengah. Dimana penderita kanker tertinggi di Provinsi Jawa Tengah diduduki oleh Kota Surakarta dengan prevalensi kanker tertinggi yaitu penyakit kanker payudara. Sehingga perencanaan dan perancangan rumah singgah dikhususkan bagi pasien kanker payudara yang berlokasi di Kota Surakarta. Berkaitan dengan data di atas maka tidak hanya fasilitas pusat pengobatan kanker saja yang memerlukan peningkatan mutu dan
Arsitektura, Vol. 10, No.1, April 2012: 61-70
kualitas, namun juga keberadaan rumah singgah sebagai wadah berkegiatan pasien kanker payudara juga mutlak diperlukan. Keberadaan sebuah rumah singgah pasien kanker payudara sebagai wadah berkegiatan pasien kanker payudara semestinya didukung dengan fasilitas yang memperhatikan kondisi psikologis pasien kanker payudara. Sehingga untuk memenuhi tuntutan kebutuhan psikologis pasien kanker payudara, akan lebih tepat apabila perencanaan dan perancangan rumah singgah pasien kanker payudara ini menggunakan penerapan dari konsep healing environment. Rumah singgah ini direncanakan juga dapat memenuhi tuntutan kondisi psikologis pasien kanker payudara yang memerlukan hiburan dengan disediakan fasilitas penunjang yang sesuai dengan kebutuhan pasien kanker payudara. Dalam perancangan rumah singgah pasien kanker payudara yang terpenting adalah aspek penataan lansekap pada tapak bangunan rumah singgah pasien kanker payudara. Penataan lansekap ini harus dapat menunjang dan memenuhi tuntutan aspek penyembuhan secara psikologis pasien kanker payudara. Rumah singgah ini diharapkan dapat memunculkan unsur keindahan melalui penataan lansekap pada tapak bangunan. II. METODE Analisis perencanaan dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang ada pada konsep perancangan rumah singgah pasien kanker payudara dengan konsep healing environment di Kota Surakarta yang diselesaikan dengan menerapkan konsep healing environment. Konsep healing environment yang diterapkan mengacu pada tiga aspek utama yaitu kuadran satu variabel yang memberikan kontribusi pada total healing environment menurut Patrick.E.Linton, sistem sirkulasi udara, dan healing garden yang akan diwujudkan dalam perancangan rumah singgah pasien kanker payudara yaitu pada tapak, massa, ruang, kegiatan, dan penampilan bangunan rumah singgah pasien kanker payudara. III. ANALISIS A. Analisa Peruangan
62 (nomor halaman akan disusun oleh editor)
Peruangan pada rumah singgah pasien kanker payudara menerjemahkan secara sistematik kebutuhan para pengguna rumah singgah pasien kanker payudara beserta fasilitasnya ke dalam beberapa aspek pokok yaitu kebutuhan ruang (lihat Tabel 1.) dan besaran ruang (lihat Tabel 2.). Tabel 1. Kebutuhan Ruang PELAKU
Pasien kanker payudara
Pekerja sosial
KEGIATAN
Mencari informasi Makan dan minum Tidur MCK Pemeriksaan kesehatan Terapi psikologis Olah vokal dan membuat kerajinan tangan Sarasehan, penyuluhan, pembinaan Persiapan Melayani pasien kanker payudara Mengajarkan olah vokal dan kerajinan tangan
PERUANGAN
R. resepsionis R. makan Kamar tidur KM/WC R. periksa dokter dan psikiater R. terapi psikologis R. seni suara dan kerajinan tangan
Auditorium Ruang karyawan Kamar tidur, r. periksa dokter, r. psikiater, r. terapi psikologis, r. seni suara, r. kerajinan tangan, auditorium
Pada Tabel 1. terlihat kebutuhan peruangan yang dibutuhkan dalam pemenuhan wadah kegiatan utama pada rumah singga pasien kanker payudara. Pada Tabel 2. terlihat besaran peruangan yang dibutuhkan dalam pemenuhan wadah kegiatan utama pada rumah singgah pasien kanker payudara. Pada fasilitas hunian sirkulasi yang dibutuhkan pasien kanker payudara yaitu sirkulasi yang menuntut kenyamanan psikologis sehingga sirkulasi direncanakan sebesar 40 % dari total besaran ruang fasilitas hunian.
Emma Indira Mandayaningrum, dkk Rumah Singgah Pasien Kanker Payudara Dengan Pendekatan Konsep Healing Environment di Kota Surakarta
Tabel 2.Besaran Ruang KEBUTUHAN RUANG
KAPASITAS
LUAS (m2)
STANDAR
2
60
TS
Fasilitas Hunian Resepsionis R. administrasi hunian
2
90
TS
K. tidur tipe 1
10
900
NE
K. tidur tipe 2
12
720
NE
K. tidur tipe 3
6
540
NE
K. tidur tipe 4
4
400
NE
K. tidur tipe 5
6
540
NE
K. tidur tipe 6
7
560
NE
KM/WC pribadi
1
300
NE
Ruang makan
20
800
NE
Ruang bersama
30
900
NE
Dapur
6
330
NE 6140
Sirkulasi 40 %
2456
Total
8596
B. Analisa Kawasan Sebelum menentukan lokasi yang strategis, menentukan kawasan tapak dengan kondisi yang mendukung keberadaan rumah singgah pasien kanker payudara yaitu berada dalam salah satu kawasan atau zona kesehatan di Kota Surakarta dan dekat dengan rumah sakit yang berfasilitas instalasi pengobatan kanker terkhusus kanker payudara. 1. Tujuan Mendapatkan kawasan yang sesuai dengan rumah singgah pasien kanker payudara.
2. Dasar pertimbangan Letak kawasan tapak strategis untuk aksesibilitas rumah singgah pasien kanker payudara dengan rumah sakit yang berfasilitas instalasi pengobatan kanker terkhusus kanker payudara. C. Analisa Lokasi Selain menentukan kawasan yang strategis, memilih lokasi dan tapak dengan kondisi yang mendukung keberadaan rumah singgah pasien kanker payudara ini sangat menentukan prospek bangunan tersebut. 1. Tujuan Mendapatkan lokasi yang sesuai dengan rumah singgah pasien kanker payudara. 2. Dasar pertimbangan Posisi tapak strategis dekat dengan rumah sakit berfasilitas instalasi pengobatan kanker terkhusus kanker payudara, luasan tapak dapat menampung seluruh kebutuhan ruang yang direncanakan. D. Analisa Pencapaian Pencapaian ke dalam bangunan harus mudah diakses, mudah dilihat dan memiliki sirkulasi yang aman akan menstimulus orang untuk masuk dalam area bangunan. 1. Tujuan Menentukan main entracne dan menentukan service entrance 2. Dasar Pertimbangan Kemudahan akses, sirkulasi tapak yang aksesibel, arus kendaraan dan potensi jalan, serta tingkat keamanan. 3. Proses analisa a. Main Entrance (ME) Mudah dijangkau dan terlihat dengan jelas. Menghadap langsung ke arah jalan besar dan utama untuk kemudahan sirkulasi kendaraan masuk dan ke luar tapak (lihat gambar 1.). b. Side Entrance (SE) Tidak mengganggu keberadaan ME. Membantu sirkulasi
63
Arsitektura, Vol. 10, No.1, April 2012: 61-70
pengunjung, karyawan, dan terutama servis (lihat Gambar 1.).
Gambar 1. Pola Pencapaian E. Analisa Pemintakatan (Penzoningan) Pemintakatan berdasarkan sifat kegiatan dan keadaan dalam tapak dilakukan sebagai acuan dalam penataan peruangan, namun tetap memperhatikan modul-modul struktur yang telah diterapkan. 1. Tujuan Menentukan mintakat (zoning) berdasarkan sifat kegiatan dan keadaan pada tapak. 2. Dasar pertimbangan Analisis peruangan, analisis pengolahan tapak, dan analisis penataan lansekap. 3. Proses analisis Persyaratan ruang (lihat Tabel 3.), berdasarkan kelompok kegiatan, analisis pengolahan tapak, dan analisis penataan lansekap. Tabel 3. Persyaratan Ruang MINTA KAT (ZONING)
Semi Publik
Privat
KEL. RUANG
Pekerja sosial
Pasien kanker payudara
PERSYARAT AN
IMPLIKASI PERUANGAN
Pencapaian telihat Kebisingan cukup View cukup Pencahayaan dan penghawaan alami dan buatan Pencapaian terlihat Kebisingan diminimalka n View menjadi pertimbanga n utama Pencahayaan
Peruangan tidak mengganggu sirkulasi dan ketenangan pasien kanker payudara ruangan kedap suara. Peruangan mudah dijangkau dari segala sisi ruangan kedap suara menghindari ruang dalam ruang.
64 (nomor halaman akan disusun oleh editor)
dan penghawaan alami penting
F. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan 1. Analisa Bentuk Bangunan Citra pada tampilan bangunan menyesuaikan dengan karakteristik bangunan rumah singgah pasien kanker payudara dengan pendekatan konsep healing environment yang menerapkan tampilan bangunan sederhana, dinamis, dan memenuhi kebutuhan pasien kanker payudara serta mencitrakan karakter bangunan. 2. Penampilan Bentuk Dasar Bangunan Dipertimbangkan dari bermacammacam gubahan, seperti segiempat, segitiga, dan lingkaran. Hal ini berdasarkan pertimbangan : a. Karakter bangunan b. Kondisi dan bentuk tapak c. Efisiensi dan fleksibilitas baik fungsi maupun peruangannya d. Nilai estetika bangunan e. Pencerminan kegiatan yang di tampung f. Integritas dengan tapak g. Kemudahan sirkulasi dan pencapaian Bentuk massa di dominasi oleh bentuk dasar yaitu segiempat dan lingkaran dengan pertimbangan aspek efisiensi, efektivitas, karakter bangunan, kesederhanaan bangunan, dan fungsional bangunan sebagai bangunan kesehatan seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Massa Bangunan yang Mempertimbangkan Kesederhanaan dan Aspek Fungsional Bangunan G. Analisa Gubahan Massa Gubahan massa bangunan rumah singgah pasien kanker payudara ditentukan
Emma Indira Mandayaningrum, dkk Rumah Singgah Pasien Kanker Payudara Dengan Pendekatan Konsep Healing Environment di Kota Surakarta
berdasarkan gubahan massa balok dan tabung dengan pola gubahan massa radial yang mempertimbangkan fungsional bangunan, karakter bangunan, dan psikologis pasien kanker payudara (lihat Gambar 3.).
Pada rumah singgah pasien kanker payudara penerapan detail arsitektur sebagai aplikasi konsep healing environment berfokus pada tiga aspek yaitu kuadran satu variabel yang memberikan kontribusi pada total healing environment oleh Patrick.E.Linton, sistem sirkulasi udara, dan healing garden. 1. Kuadran satu variabel yang memberikan kontribusi pada total healing environment oleh Patrick.E.Linton (lihat Tabel 4.). Tabel 4. Variabel yang Memberikan Kontribusi Pada Total Healing Environment, Patrick.E.Linton
Sumber : Innovations In Healthcare Design, Sarah.O.Maberry,1995
Gambar 3. Gubahan Massa Bangunan Rumah Singgah Pasien Kanker Payudara H. Analisa Konsep Healing Environment 1. Tujuan Mendapatkan aspek konsep healing environment yang tepat dan sesuai untuk diterapkan pada rumah singgah pasien kanker payudara. 2. Dasar Pertimbangan Merupakan lingkungan alami maupun buatan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia menjadi lebih baik, dapat mendorong harapan pasien dalam perawatan yang dapat meningkatkan kepuasaan pasien, dapat mengurangi terjadinya medical error, dan dapat diterapkan pada interior maupun eksterior bangunan.
Pada kuadran satu variabel yang memberikan kontribusi pada total healing environment oleh Patrick.E.Linton meliputi aspek colors (warna), texture and touch (tekstur dan sentuhan), nature and vistas (alam dan pemandangan), quality of lighting (kualitas pencahayaan), sound and musics (suara dan musik), home-like or hight tech (hommy atau teknologi canggih), art (seni), dan patient control (kontrol pasien). Pada rumah singgah pasien kanker payudara yang tepat dan sesuai untuk diterapkan yaitu aspek colors (warna), texture and touch (tekstur dan sentuhan), nature and vistas (alam dan pemandangan), sound and musics (suara dan musik), dan art (seni). 2. Sistem sirkulasi udara Sistem sirkulasi udara yang berkaitan erat dengan konsep healing environment yaitu diharapkan terjadi
65
Arsitektura, Vol. 10, No.1, April 2012: 61-70
cross ventilation. Sehingga pergantian udara di dalam ruangan tetap terjadi agar udara di dalam ruangan tetap segar dan bersih dari kuman maupun virus penyakit. Selain itu diperlukan adanya peletakkan ventilasi langsung menuju view taman atau lansekap yang dapat menciptakan relaksasi bagi pasien. Penggunaan sistem penghawaan merupakan perpaduan antara penghawaan alami dan buatan. Dimana penghawaan buatan diberikan pada beberapa ruang yang memerlukan kondisi penghawaan khusus. 3. Healing garden Tujuan penerapan healing garden untuk membuat seseorang merasa aman, nyaman, menyenangkan, dan mengurangi stres. Untuk mencapai tujuan tersebut maka terdapat beberapa prinsip yang harus diterapkan antara lain : simplicity (desain yang sederhana), variety (beraneka ragam tekstur, bentuk,suasana, warna), balance (desain yang seimbang dan unity), emphasis (menimbulkan atau mengalihkan perhatian untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan), squences (tata desain yang lancar, baik, dan urut), dan scale (mempertahankan skala manusia agar menjaga keintiman). Berkaitan dengan healing environment, maka dalam healing garden perlu adanya penerapan elemen pendukung yang memenuhi kebutuhan pasien kanker payudara seperti elemen terapi refleksi kaki dan area berjemur. IV. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN) Konsep rancangan rumah singgah pasien kanker payudara mengacu pada pendekatan konsep healing environment dan mewakili wadah rumah singgah sebagai wadah pemenuhan kebutuhan pasien kanker payudara. Dari hasil analisa serta hasil korelasi dari beberapa data di atas, maka diperoleh hasil berupa rancangan rumah singgah pasien kanker payudara di Kota Surakarta yang
66 (nomor halaman akan disusun oleh editor)
terlihat pada Lampiran 1., Lampiran 2., Gambar 4., dan Gambar 5. Nama Rumah Singgah : Rumah Singgah Pasien Kanker Payudara Lokasi : Jl. Kolonel Sutarto Luas Lahan : 42595.16 m2 Luas Bangunan : 47386.72 m2 Daya Tampung : 450 orang Kegiatan : hunian atau persinggahan pasien kanker payudara
Gambar 4. Gambar Eksterior
Gambar 5. Gambar Eksterior Penerapan konsep healing environment pada rumah singgah pasien kanker payudara melalui penataan lansekap seperti yang terlihat pada Gambar 6., dan Gambar 7.
Gambar 6. Area Terapi Refleksi Kaki dan Berjemur Pasien Kanker Payudara
Emma Indira Mandayaningrum, dkk Rumah Singgah Pasien Kanker Payudara Dengan Pendekatan Konsep Healing Environment di Kota Surakarta
Gambar 7. Interior Ruang Terapi Psikologis REFERENSI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2013). ”Riset Kesehatan Dasar 2013”. Bakti Husada. De Chiara,Joseph.Calender,John.Time Saver Standards For Building Types 2nd Edition.Singapore.1983. Maberry,Sarah.O. ”Innovations In Healthcare Design”.1995. Neufert,Ernst.Data Arsitek.Jilid 1.Jakarta:Erlangga.1996. Neufert,Ernst.Data Arsitek.Jilid 2.Edisi 33.Jakarta:Erlangga.2002. Neufert,Ernst,Peter.Architect’s Data.Third Edition.Jakarta:Erlangga. Oemiati,Ratih., Rahajeng,Ekowati., Kristanto,Antonius Yudi.(2011). ”Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia.”.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
67
Arsitektura, Vol. 10, No.1, April 2012: 61-70
LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Hunian Barat Lantai 1
Lampiran 2. Potongan Denah Hunian Barat
62 (nomor halaman akan disusun oleh editor)