Artikelasli
ASOSIASI CARA PEMBERIAN OBAT DENGAN ONSET DAN DERAJAT KLINIS REAKSI HIPERSENSITIFITAS AKUT/ANAFILAKSIS PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI IGN EkaImbawan,KetutSuryana,Ket utSuardamana DivisiAlergiImunologi ,Bagi an/SM FIlmuPenyakitDal am FK Unud/ RSUPSanglah Email:eka_i mbawan@ yahoo.com ABSTRACT Acut ehypersensitivity reaction/anaphylaxi si sapostexposureacut ereact i on i nvolvi ng dermat ol ogi csystem/mucosal andsubcut aneoustissue;whileanaphylaxisisanacut esystemicreacti oni nvolvi ngtwoormoreorgansyst ems(t heskin/ mucosa andsubcut aneoustissue,respiratorysystem,cardi ovascul arsystem,gastroint esti nalsystem).Drugsasal lergenscant ri ggerthese react i onsoral l y,parenteral,ortopically (contact ). Di fferentmodesofdrug admi ni st rat i on areknown t o rel atewith onsetand degreeoft heresul tingclinicalfeatures. Weconductacrosssect i onalst udyt odet ermi net heassoci ati onbet weenmodesofdrugs admi ni st rat i onwi t honsetandclinicaldegreeinpat i ent shospi t al i zedatSangl ahGeneralHospi t alDenpasar . Thi sst udyinvolved205 patientswithacut ehypersensi t i vi t yreact i ons/ anaphyl axis(105 mal eand100female). M eanage was33.12 (12 –80)years,131 persons(63.9%)weret ri ggeredbydrugs,whi l e57 pat ient s(27.8%)weret ri ggeredbyfood,13 pat i ent s(6.3%)byinsectsting,and3 patients(1.5% )byot heral lergens. Of131 pat i ent swi t hdrugsast het ri gger,108 pat i ents (82.4%)weregiven orally,22 patients(16.8%)weregi ven parent eral l y and 1 pat i ent(0.8%)wastriggered viacontact . The meanonsetofanacutehypersensitivityreaction/anaphyl axi st ri ggeredbyoralandparent eraldrugswere4.2 hoursand0.6 hours respect i vel y(p< 0.01). Weconcludethatmodesofdrugadmi ni st rat i onareassoci at edwit ht heonsetofsymptoms,butnotwi th t hedegreeofcl i ni calmanifestationofacutehypersensi t i vi t yreact i on/ anaphyl axi s. Keywords:acut ehypersensitivityreactions/anaphyl axi s,t ri ggeri ngal l ergen,onset ,cl i ni caldegrees
PENDAHULUAN Reaksi hipersensit ivi tas akut merupakan reaksialergipasca paparan yang melibatkan sistem kulit/mukosa dan jaringan bawah kulit. Sedangkan anaÞlaksismerupakanreaksialergisist emi kakutyang melibatkan 2 sistem organ atau lebih (sistem kul i t/ mukosa dan jaringan bawah kulit,sistem respi rasi, sistem kardiovaskular, sistem gastroi ntest inal ). Gambaranklinisdapatberupaurtika,pruritusdanatau angioedema(reaksihipersensit i Þtasakut). Sedangkan bila disertai dengan manifestasi yang meli batkan
organ si stemik sepertihipot ensi,syok,bronkospasme, kongesti hidung, manifest asi neurologis disebut anaÞl aksis. Rasa t i dak enak di t enggorokan bahkan dapatt erj adinya sumbatan jal an nafasatas,gataldan berair pada mat a, kemerahan pada konjungtiva.1 Gambaran kli nis darisist em gastroi ntestinalberupa nyeriperut ,mual ,muntahdandi aredapatterjaditetapi jarang kecual ipada kasusal ergimakanan. Diagnosis reaksi hipersensit i Þt as akut/ anaÞl aksis didasarkan pada gambaran kl ini syang terjadi. Kriteria diagnosis kl inis dari reaksi hipersensi ti Þt as akut/anaÞlaksis yait u onsetakutdaripenyaki t(meni t -beberapa jam)
Asosi asiCaraPemberianObatDenganOnsetdanDeraj atKl ini sReaksiHipersensi ti Þt asAkut / AnaÞl aksi s padaPenderi tayangDi rawatdiRSUPSangl ahDenpasarBal i I GN Eka Imbawan, Ketut Suryana, Ketut Suardamana
135
yang berkaitan dengan paparan sebelumnya dengan melibatkan sistem kulit/mukosa dan jaringan bawah kulit (reaksi hipersensiti Þtas akut). Sedangkan bi l a disertai manifestasi 1 atau lebi h (sistem respi rasi, sistem kardiovaskuler,sistem gastrointestinal)di sebut anaÞlaksis. Triptase dilepaskan ol eh sel mast bai k pada reaksi anaÞlaksis maupun reaksi anaÞlakt oid dan kadarnya selal u meningkat pada reaksi berat . Peningkatan serum triptase didalam serum adal ah sementara,mencapaipuncaknyarata-rata1 jam pasca timbulnyareaksi.2 Derajatklinisdarireaksihipersensit i Þtasakut/ anaÞlaksis dibedakan ol eh Brown (2004),menj adi: 1). Ringan (hanya mel ibat kan kulit dan jari ngan dibawah kulit)seperti:eritemageneralisata,urti kari a, angioedema/edemaperiorbita. 2). Sedang (melibatkan sistem respirasi,kardiovaskuler,gastrointesti nal)seperti :sesaknafas,stridor,mengi,mual,muntah,pusing(pre syncope),rasa tidak enak ditenggorokan dan dada serta nyeriperut. 3). Berat(hipoksia,hipot ensi,syok dan manifestasi neurologis) seperti: si anosis (SpO2 ≤ 90%),hipotensi(SBP < 90 mmHg pada dewasa), kolaps, penurunan kesadaran dan i nkonti nensia. Reaksidengan derajatringan di kenalsebagaireaksi hipersensiti Þtasakut,sedangkan untuk deraj atsedang danberatmerupakangambarankl ini sanaÞlaksis.1 Faktorrisiko yang berasosiasidengan berat nya derajatklinisantaralain umur,j eniskel ami n,al ergen (antibiotik,analgetik,makanan),sengat an serangga, riwayat alergi dan asma, deraj at hi persensi ti Þt as/ responimunpenderita. Caraataujalurpemberianobat sebagai faktor risiko diketahui berasosiasi dengan onsetdan beratnyaderajatklinisyang t imbul. Sejauh manaasosiasiantaracarapemberianobatdenganonset dan derajatklinis yang timbulpada penderita reaksi anaÞlaksis akut/anaÞlaksis akan disampai kan pada penelitianberikutini. Penelitian ini merupakan suatu Studi potong lintangyangmelibatkan205 penderitahi persensi ti Þt as akut/anaÞlaksis yang dirawat di RSUP Sangl ah Denpasar periode 2007 sampai Juni 2010. Cara 136
pemberian obat yang di maksud di sini yaitu cara masuknya obat ke dalam t ubuh baik secara oral, parenteralmaupun kont ak (topikal). Onsetdarireaksi adal ahwaktudaripaparandenganti mbulnyagambaran kl inis. Deraj atkl i nisdarireaksihipersensiti Þtasakut atau anaÞl aksissesuaidengan klasi ÞkasidariBrown SGA,2004. Setelah data t erkumpul , distribusi dan homogenitas dari vari abel dianalisis dengan menggunakan tesKol mogorov-Smi rnov dan Levine’ s karena data l ebih dari50 sampel. Juga ditampilkan dat adeskripti fdananalisaasosiasikomparatifdengan menggunakant-test. HASIL Peneli t ian inimel ibat kan 205 penderita reaksi hi persensit i Þt asakut /anaÞl aksis,terdiridari105 lakilakidan100penderit aperempuan(Gambar1)dengan rerat aumur33, 12 (12 –80)t ahun.
100(48,8%)
105(51,2%)
Gambar1. Di st ri busij eni skel ami nsampel(n= 205)
Berdasarkan j enis alergennya, sebanyak 131 orang (63, 9%)dengan obatsebagaial ergen pencetus, sedangkanunt ukmakanan57 orang(27, 8%),sengatan serangga13 orang(6, 3%)danlai nnya3 orang(1, 5%), sepertit erl i hatpadaGambar2. JPeny Dal am, Vol ume 11Nomor 3September 2010
DISKUSI
Gambar 2. Di stribusi pencetus reaksi hiprsensit ivi tas/ anaÞl aksi s
Pada individu dengan obat sebagai pencet us, didapatkan 108 orang (82, 4%)diberikan secara oral, 22 orang (16, 8%) secara parenteral, dan 1 orang (0, 8%)secara topikal(Gambar3). Rerata onsetdari reaksi hipersensiti Þtas akut/ anaÞlaksis dengan obat oralsebagaipencetusyaitu 4, 2 jam,sedangkan obat parenteral0, 6 jam,dengan perbedaan yang bermakna secarastatistik(p< 0, 01).
Gambar 3. Di st ri busirute pemberian obatyang menj adi al ergenpencet us
Di antara individu dengan obat oral sebagai pencetus,didapatkanmani fest asikli nisderaj atsedang merupakan kejadian terti nggiyait u 48 orang (44, 4%), sedangkan manifestasikulitringan 41 orang (38, 0%), danberat19 orang(17, 6%). Diantarai ndivi dudengan obatparenteralsebagaipencetusdidapat kan kej adian tertinggipadamanifestasikl ini sringan9 orang(40, 9%) dan sedang 9 orang (40, 9%)sedangkan berathanya pada4orang(18, 2%).
Terdapatbeberapapeneli ti anmengenaitingkatan umur penderi ta yang dihubungan dengan reaksi anaÞl aksi s. Peneli ti an ol eh Kemp,dkk.3 mendapatkan i ntervalumurantara6 bulansampai89 tahun,dengan rerata umur29 t ahun. Sedangkan menurutstudioleh M emphis,int erval umur pasien anaÞlaksis berkisar antarayait u12 –75 tahundenganrerat a38 tahun. Bila di lihatdaridist ribusijenis kelamin,tidak dijumpai pol a khusus pasien dengan reaksi hipersensiti Þtas/ anaÞl aksi spadapenel it ian ini. Di st ribusiberdasarkan jenis kelamin rel at i f beri mbang antara laki-lakidan perempuan. Haliniagak berbeda dengan hasilyang didapat kanol ehM emphisyangmel aporkanperempuan sediki tl ebih banyak dibandingkan laki-laki. Secara Þsi ologi s,kemungkinanseseorangunt ukmendapatkan reaksihipersensi tivi t as/anaÞl aksiskurang dipengaruhi ol ehj eniskel ami n.4,5 Pencetus reaksi hipersensi t i Þtas/anaÞlaksis t erbanyak pada penel i tian ini adalah obat (131 orang/ 63, 9%),disusulol eh makanan(57 orang/27, 8%), sengatan serangga (13 orang/6, 3%), dan pencetus l ai nnya dil uar penyebab di atas (3 orang/1, 5%). Peneli t ian mengenaianaÞl aksis juga dilakukan oleh Azi z Shei k dan Bernadet te Al ves6 (Gambar4)pada t ahun1991 –1995. Padapeneli t ianinididapatkanPada penel iti an i nijuga di dapatkan obatsebagaipenyebab t erbanyakdarireaksihipersensi tivi t as/anaÞlaksis,yaitu 772 orang dari1248 orang (62%),disusulmakanan yait u193 orangdari1248 (15%),dansengatanserangga sebanyak138 orang dari1248 (11%). Apabilakital ihatlebi hj auh,sebagianbesarrute t empatmasuknyaobat ,yangmenjadial ergenterbanyak di si nimel aluij aluroral(108 orang/82, 4%),sedangkan 22 orang si sanyamel aluijal urperparenteral. Terdapat kemi ripan dengan hasi lyang di dapatkan dari satu studiyangcukupbesarol ehAzizdankawan-kawan.
Asosi asiCaraPemberianObatDenganOnsetdanDeraj atKl ini sReaksiHipersensi ti Þt asAkut / AnaÞl aksi s padaPenderi tayangDi rawatdiRSUPSangl ahDenpasarBal i I GN Eka Imbawan, Ketut Suryana, Ketut Suardamana
137
Carapemberianobatdi sinit idakberhubungandengan berat nya deraj atkli nis darireaksiyang ditimbulkan, hal ini dapat dij elaskan mengi ngat patomekanisme ti mbulnya reaksi hipersensi t i Þt as/anaÞlaksis begitu kompl eks dan ti dak ada satu faktor tertentu yang domi nan yang dapat dij adi kan petunjuk kapan reaksiyang t erj adiit u akan bersifatringan ataupun 3-5 sebal iknya. KESIM PULAN
Gambar4. Di st ri busialergenpenyebabreaksihipersensi ti Þt as / anaÞl aksi s6
Selain studidiatas,jika dibandi ngkan dengan beberapa penelitian lain,maka didapat kan beberapa kemiripan pola penyebab reaksi hi persensi ti Þt as/ anaÞlaksis(Tabel1).
Penyebab terbanyak darireaksihipersensiti Þtas akut /anaÞl aksis di RSUP Sangl ah adalah obat. Di dapat kan asosi asi yang bermakna antara cara pemberian(rut e)obatdenganonsett i mbulnyareaksi. DAFTAR RUJUKAN 1.
Tabel 1. Karakt eristik pencetus reaksi hipersensi t i vi t as/ anaÞl aksi sdaribeberapapenelitian Kausa(%) Obat M akanan Serangga Lateks Lain-lain Tidak teridenti Þkasi
Denpasar7
Ameri Singa- AustraItalia10 Inggris11 ka12 lia9 pura8
63, 9 25, 72 7, 71 0, 95
45, 00 33, 00 -
8, 00 49, 00 61, 00 20, 00 29, 00 -
33, 00 23, 00 20, 00 3, 40 -
16, 00 25, 00 15, 00 27, 00 -
-
22, 0
8, 00
19, 00
27, 00
-
Pada penelitian i ni didapat kan asosiasi yang bermaknaantaracarapemberi anobat(rut epemberian obat) pencetus dengan onset reaksi hi persensi ti Þt as akut/anaÞlaksis (p = 0, 012). Sedangkan asosi asi antara cara pemberi an obat dengan derajat kli ni s reaksi hipersensiti Þtas akut/anaÞlaksis tidak kami dapatkan. Halinidapatdimengert imengi ngatsemaki n cepatobattersebutdi serap akan semaki n cepatpula terjadi degranulasi sel mast dan basoÞl yang pada akhirnya semakin cepatmenimbulkan gejala kl inis. 138
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Brown SGA. Cl i nical feat ures and severity gradi ngofanaphyl axis. JAll ergyClinImmunol 2004; 114: 371-6. KrauseSC. Anaphylaxis. Avai l ablefrom:http// www.emedi cine.com. Accessed on 15th M arch 2010. KempSF,LockeyRF. Anaphylaxis:areview of causesandmechani sm. JAl l ergyClinImmunol 2002; 110: 341-8. AbbasAK,Li chtman AH,Pil l aiS. Immediate Hypersensi tivi t y. In:AbbasAK,editor . Cellular th andmol ecularimmunology. 6 ed. Philadelphia: SaundersEl sevi er; 2007.p.447-53. Karnen GB, Iri s R. Reaksi hipersensiti Þtas. In:Karnen GB,edit or . Imunologidasar . 8th ed. Jakart a:Bal aiPenerbi tFKUI;2009.p.379-81. Aziz S, Bernadet te A. Hospital admissions for acute anaphyl axi s:t ime trend study. BM J 2000; 320:1441-6. Suryana K, Suardamana K, Imbawan IGNE. Karakt eri st ik pasien dengan reaksi hi persensit i vitas/ anaÞl aksi s yang dirawat di RSUPSangl ahDenpasar;2008. (Unpublished) JPeny Dal am, Vol ume 11Nomor 3September 2010
8.
9. 10.
Thong BYH,LeongYK,Tang CY,Chung HH. Anaphylaxisinadul tst oaclinicalimmunology/ allergy centre in Singapore. Singapore M ed J 2005;46(10):529-33. M ullins RJ. Anaphylaxis: risk factor for recurrence. ClinExpAl lergy2003;33: 1033-40. Cianferoni A, Bernardini R, M ugnaini L, Caffarelii C, Cavagni G, Novembre E. Anaphylaxisinchi ldren:clinicalandallergol ogi c features. Pediatrics1998;101:E8-12.
11.
12.
Pumphrey RS. Lesson for management of anaphylaxisfrom study to fatalreactions. Clin ExpAl lergy2000;30: 1144-50. DibsD,BakerM .Anaphyl axisin children:A-5 yearsexperience. Pediat rics1997;99(1):e7-12.
Asosi asiCaraPemberianObatDenganOnsetdanDeraj atKl ini sReaksiHipersensi ti Þt asAkut / AnaÞl aksi s padaPenderi tayangDi rawatdiRSUPSangl ahDenpasarBal i I GN Eka Imbawan, Ketut Suryana, Ketut Suardamana
139