Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
REVENUE SHARING CONTRACT UNTUK MENGKOORDINASI SUPLY CHAIN DENGAN DOMINASI MANUFAKTUR 1)
Ratih Pamelawati1) dan Ahmad Rusdiansyah2) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] 2) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK Untuk melengkapi channel tradisional yang telah dimiliki, banyak perusahaan manufaktur dari berbagai macam industri juga melakukan penjualan secara langsung kepada customer. Namun demikian, penambahan channel baru oleh manufaktur dapat berpotensi menimbulkan konflik di dalam supply chain. Pada penelitian ini dianalisa bagaimana manufaktur menentukan kebijakan pricing dan inventory serta mekanisme Revenue Sharing contract (RS) yang tidak hanya dapat mengkoordinasi supply chain namun juga memastikan bahwa seluruh anggota supply chain mencapai situasi yang saling menguntungkan. Berdasarkan percobaan numerik yang dilakukan menunjukkan bahwa pada dominasi manufaktur, penerapan kontrak sederhana seperti RS dengan joint decision antara pricing dan inventory menghasilkan efisiensi supply chain sebesar 99%. Kata kunci: Revenue Sharing Contract, Channel Conflict, Produk Newsvendor .
PENDAHULUAN Banyak manufaktur dari berbagai macam industri melakukan direct selling kepada konsumen untuk melengkapi channel penjualan tradisional yang telah mereka miliki. Ketika manufaktur menjual produk melalui retailer tradisional dan juga memiliki direct channel penjualan kepada konsumen, maka sistem distribusi yang diterapkan disebut dual channel distribution system. Di Indonesia, selain melakukan penjualan melalui channel tradisional perusahaan manufaktur elektronik seperti Sony dan Samsung mengembangkan banyak boutique-style outlet di lokasi-lokasi strategis. Beberapa manufaktur dalam bidang fashion seperti Ripcurl dan Quicksilver juga memiliki banyak toko yang dikelola oleh perusahaan disamping penjualan melalui retailer ataupun department store. Pada tahun 2014 produsen laptop dan PC Hewlett-Packard melaunching website www.hpshopping.id untuk melakukan direct selling kepada konsumen dengan biaya pengiriman gratis ke seluruh Indonesia. Pada sistem distribusi dual channel manfaktur dan retailer saling berkompetisi menjual produk yang sama. Sehingga, penambahan direct channel oleh manufaktur dapat memicu terjadinya channel conflict diantara manufaktur dengan retailer. Akan tetapi, konflik yang terjadi tidak serta merta membuat manufaktur menghapus channel tradisional yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena penghapusan peran retailer tradisional dapat menghasilkan kerugian bagi manufaktur. Dengan menggunakan channel tradisional dan direct channel penetrasi pasar yang dilakukan bisa menjangkau area yang lebih luas. Hal ini akan membuat penjualan produk meningkat dan akhirnya meningkatkan profit perusahaan. Adanya banyak channel penjualan juga memudahkan bagi customer. Customer dapat memilih channel yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan mereka. Keinginan untuk menggunakan dualchannel penjualan akan memaksa manufaktur untuk mendesain ulang kerjasama yang selama ISBN: 978-602-70604-2-5 A-64-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
ini telah berjalan dengan retailer. Sementara bagi retailer, secara teori, dengan melakukan koordinasi retailer dapat menghasilkan profit yang lebih besar, sehingga dapat mengurangi konflik antara retailer dan manufaktur, Cachon (2003). Fokus penelitian ini adalah produk inovatif pada industri fashion, elektronik ataupun high tech product. Produk Inovatif mempunyai karakteristik demand dan supply yang unik. Karakteristik demand pada produk inovatif adalah stochastic demand dengan masa penjualan yang terbatas. Sementara, karakteristik supply pada produk inovatif adalah: pertama, lead time yang panjang mengakibatkan retailer hanya memiliki satu kali kesempatan untuk proses produksi atau procurement. Jumlah order harus ditetapkan jauh sebelum masa penjualan menyebabkan retailer tidak bisa melakukan observasi terhadap permintaan pasar. Kedua, salvage value produk pada akhir masa penjualan sangat kecil, atau produk adalah perishable Soysal dan Khrisnamurthi (2012). Karena karakteristik demand dan supply tersebut tantangan retailer yang menjual produk inovatif dalam menentukan kebijakan harga (pricing) dan inventory management menjadi semakin besar. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: Bagaimana manufaktur dan retailer yang menjual tipe produk newsvendor pada dominasi manufaktur saling berkoordinasi dan untuk menghindari channel conflict bilamana manufaktur juga memiliki direct channel kepada konsumen? Penelitian tentang koordinasi dan kolaborasi di dalam supply chain telah menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Kontrak dengan berbagai mekanisme koordinasi telah banyak digunakan dalam mengkoordinasi supply chain sebagai contoh twopart tariff contract, buyback contract Pasternack (1985), revenue-sharing contract Cachon dan Lariviere (2005), consignment contract Gerhack dan Wang (2004). Petruzzi dan Dada (1999) melakukan review dan menyediakan ekstensi untuk masalah-masalah newsvendor dengan additive dan multiplicative demand. Penelitian tentang kordinasi produk newsvendor dilakukan oleh Cachon dan Lariviere (2005) yang meneliti tentang revenue sharing contract dimana revenue ditentukan berdasarkan harga jual retail dan quantity yang dibeli oleh retailer. Pada lingkup dual channel penelitian yang fokus pada kompetisi harga antara lain penelitian yang dilakukan oleh Kurata, Yao dan Liu (2007) Huang dan Swaminathan (2009). Sementara Chiang dan Monahan (2005) membangun sebuah model untuk menentukan level optimal inventory control pada masing-masing echelon di two-echelon dual-channel supply chain. Chen et al. (2012), . Xu, Dan, Zhang, Liu (2014), Xiao et al. (2014) melakukan penelitian tentang mekanisme koordinasi yang dapat dilakukan untuk menghindari konflik antar channel. Boyaci (2005) menemukan bahwa kontrak sederhana seperti wholesale price only contract dan revenue sharing dengan keputusan inventory tidak dapat mengkoordinasi dual channel supply chain. Sementara pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda dimana revenue sharing contract dengan keputusan inventory dan pricing dapat mengkoordinasi dual channel supply chain dengan dominasi manufaktur. Penelitian ini berkontribusi dalam dua aspek. Pertama, pada penelitian ini menjelaskan tentang startegi keputusan pricing dan inventory pada dual channel supply chain yang menghadapi stochastic demand. Kedua, pada penelitian ini ditunjukkan bahwa kontrak sederhana seperti revenue sharing contract dengan keputusan pricing dan inventory dapat mengkoordinasi supply chain dengan dominasi manufaktur dan menghasilkan strategi yang saling menguntungkan diantara anggota supply chain. METODE Penyusunan model terdiri dari penyusunan fungsi permintaan, penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan ekspektasi profit, dan fungsi pembatas. Fungsi permintaan dibedakan menjadi dua fungsi yang berbeda yaitu fungsi permintaan pada single channel supply chain ISBN: 978-602-70604-2-5 A-64-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
dan fungsi permintaan pada dual-channel supply chain. Terdapat tiga skenario yang dievaluasi pada penelitian ini yaitu: 1) Single channel supply chain dominasi manufaktur 2) Dual channel centralized supply chain 3) Dual channel decentralized supply chain dominasi manufaktur. Single Channel Dominasi Manufaktur Fungsi permintaan yang dikembangkan pada single channel dominasi manufaktur adalah additive demand yang bersifat stokastik dan price dependent demand. Dalam additive demand fungsi demand dinyatakan oleh dimana dan adalah variable acak yang didefinisikan pada interval [A,B] dengan nilai mean dan standard deviasi . Variabel acak tersebut mempunyai Cummulative Distribution Function (CDF) yang dinyatakoleh dan Probability Density Function (PDF) yang dinyatakn oleh . Review tentang newsvendor model dengan additive demand pada single channel supply chain terdapat pada penelitian Petruzzi dan Dada (1999). Pada single channel dominasi manufaktur diawali dengan manufaktur menawarkan wholesale price kepada retailer kemudian retailer menentukan jumlah barang yang akan diorder dan harga jual retail . Retailer harus menanggung resiko inventory pada akhir periode penjualan. Pada kondisi ini, pengambilan keputusan dan didasarkan pada optimasi fungsi ekspektasi profit retailer. Fungsi profit retailer , fungsi profit manufaktur serta fungsi profit channel secara keseluruhan dinyatakan sebagai berikut: (1) (2) Dengan mensubstitusi nilai dan 1, maka fungsi ekspektasi fungsi profit dinyatakan dalam bentuk:
(3) ke dalam persamaan (4)
(5) Fungsi pembatas sebagai berikut pada single channel supply chain dominasi manufaktur adalah: 1)Harga jual retail harus lebih besar dari wholesale price . 2) Permintaan tidak boleh bernilai negatif . 3) Quantity yang diorder tidak boleh bernilai negatif . 4) Nilai berada pada range . Dual Chanel Supply Chain Pada model dual-channel supply chain terdapat dua kondisi, yaitu (1) centralized supply chain, (2) decentralized supply chain dengan dominasi manufaktur. Penyusunan model pada dual channel supply chain dimulai dengan pembuatan fungsi demand. Demand yang dikembangkan pada penelitian ini adalah demand yang stokastik dan price dependent. Berdasarkan model demand pada Chen (2012) dan Yao (2008), demand di retailer dan direct channel dapat dinyatakan sebagai berikut: (6) (7) Dimana adalah nilai preferensi customer terhadap retailer dan berada dalam range: . adalah Store-level factor yang mempengaruhi sensitivitas customer terhadap ISBN: 978-602-70604-2-5 A-64-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
harga yaitu penurunan demand untuk setiap kenaikan atau Dan adalah jumlah customer yang berpindah dari retail channel ke direct channel untuk setiap dollar kenaikan , jadi merefleksikan kompetisi diantara kedua channel. Centralized Supply Chain Pada supply chain dengan sistem sentralisasi, manufaktur menentukan quantity dan pricing pada direct channel dan retailer dengan mengoptimumkan fungsi ekspektasi profit pada supply chain yang terintegrasi. Model ini akan digunakan sebagai benchmark untuk mengevaluasi kontrak pada decentralized supply chain. Dari model demand yang sudah ada, kita dapat menentukan fungsi profit retailer , fungsi profit direct channel retailer serta fungsi profit seluruh channel sebagai berikut: (8) (9) (10) Dengan cara mensubstitusi nilai dan ke dalam persamaan 8 dan 9 diperoleh ekspektasi profit retailer dan ekspektasi profit manufaktur serta ekspektasi profit keseluruhan supply chain sebagai channel yang terintegrasi sebagai berikut: (11)
(37) (12)
(13) Nilai diperoleh dengan mengoptimumkan ekspektasi profit supply chain yang terintegrasi pada persamaan dibawah: (14) 1. Fungsi pembatas pada centralized supply chain adalah: 1) Harga jual product pada tiap channel harus lebih besar daripada unit product cost , . 2) Permintaan tidak boleh bernilai negatif negatif
,
range [
]
,
. 4) Nilai
. 3) Quantity yang diorder tidak boleh bernilai
berada pada pada range [
] dan
berada pada
,
Decentralized Supply Chain Dominasi Manufaktur Pada skenario ini manufaktur dianggap sebagai agent yang dominan dalam supply chain. Seperti pada single channel dominasi manufaktur, masing-masing channel bertanggung jawab terhadap kelebihan inventory di akhir periode penjualan. Model disusun dengan mengacu pada penelitian Chen, Zhang dan Sun (2012). Interaksi antar channel pada decentralized supply chain dominasi manufaktur dengan price only contract dan revenue sharing contract digambarkan sesuai urutan dibawah:
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-64-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
1. Manufaktur menawarkan kontrak kepada retailer berupa harga wholesale
dan revenue
sharing sebesar . Pada wholesale price only contract nilai 2. Manufaktur menentukan quantity yang akan diorder pada direct channel retail
. Diperlukan syarat
agar retailer tidak melakukan pembelian dari direct
channel. 3. Kemudian retailer menentukan harga jual retail dan quantity mengumumkan diperlukan syarat retailer
dan
dan harga jual
setelah manufaktur
. Untuk memastikan retailer tidak mengalami kerugian, .
Fungsi profit retailer , fungsi profit manufaktur dari hasil penjualan kepada , fungsi profit direct channel , fungsi profit manufaktur total serta fungsi profit seluruh supply chain adalah sebagai berikut: (15) (16) (17)
Dengan cara mensubstitusi nilai persamaan 15, 16 dan 17, diperoleh:
dan
(18) (19) ke dalam (20) (21) (22)
Manufaktur mengumumkan dan dengan mengoptimumkan fungsi ekspektasi manufaktur pada persamaan 25 dengan mengasumsikan nilai dan sebagai single channel supply chain sebagai berikut:
(23)
(24) (25) Fungsi pembatas untuk mencari nilai optimum ekspektasi profit manufaktur adalah sebagai berikut: 1) Harga jual retail harus lebih besar dari wholesale price . 2) Permintaan tidak boleh bernilai negatif . 3) Quantity yang diorder tidak boleh bernilai negatif . 4) Nilai berada pada range . Setelah mengetahui nilai retailer akan mengoptimumkan fungsi ekspektasi profit retailer untuk menentukan dan . Fungsi ekspektasi profit retailer dinyatakan sebagai berikut:
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-64-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
(26) Dan fungsi pembatas yang digunakan untuk menghitung nilai optimum adalah: 1) Harga jual retail harus lebih besar dari wholesale price . 2) Permintaan tidak boleh bernilai negatif . 3) Quantity yang diorder tidak boleh bernilai negatif . 4) Nilai berada pada range . Untuk mengevaluasi kontrak yang telah dipilih adalah dengan menghitung effisiensi kontrak dengan membandingkan profit optimum pada decentralized supply chain dan profit pada centralized supply chain. (27) HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang digunakan dalam melakukan percobaan numerik ditujukkan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Model Supply Chain (SC)
Demand ρ
Single Channel Dominasi Manufaktur Dual Channel Centralized 0.5 SC Dominasi 0.5 Manufaktur
Cost
Profit Margin Retailer
Revenue Sharing
Ur
ϕ
α
k
β
γ
μ
σ
c
w
h
s
500
-
20
-
50
5
2
c<w<(a+μ/b)
1
0
-
500
0.5
20
5
50
5
2
1
0
-
500
0.5
20
5
50
5
2
1
0
0.6
14-1
Hasil percobaan numerik dengan parameter awal pada Tabel 1 menghasilkan solusi seperti pada Tabel 2. Berdasarkan hasil percobaan numerik pada centralized supply chain dengan nilai menghasilkan nilai profit bagi retailer dan profit bagi direct channel sebesar . Sementara profit bagi supply chain adalah . Hasil profit pada centralized supply chain akan digunakan untuk menghitung effisiensi kontrak yang diterapkan pada decentralized supply chain. Tabel 2 Perbandingan Kontrak Single Channel dan Dual Channel Supply Chain Eff.
* Single Channel
14
21.51
Dual Channel RS=0.6
2
15.05
14.20
145
162
1,019.29
1,975.48
17.33
16.95
125
132
1,916.49
1,973.15
Centralized
120
901.43
1,440.00
1,440.00
0.6
2,341.43
872.86
2,848.34
0.4
3,866.63
0.99
3,889.64
1
3,889.64
1
Pada revenue sharing retailer harus memberikan sejumlah prosentase revenue dari produk yang terjual kepada manufaktur. Hal ini mengakibatkan profit yang didapatkan oleh ISBN: 978-602-70604-2-5 A-64-6
0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
retailer menjadi turun. Untuk mencapai koordinasi didalam supply chain maka manufaktur harus menurunkan harga bahkan hingga mencapai marginal cost (product cost). Dengan penurunan maka yang ditetapkan retailer juga semakin turun. Turunnya mengakibatkan permintaan pada retailer menjadi bertambah dan akhirnya akan meningkatkan profit retailer. Berdasarkan percobaan numerik dan yang dapat menghindari konflik pada channel adalah dan . Dengan dan tersebut manufaktur menetapkan harga jual yang optimal di direct channel sebesar dan quantity optimal untuk direct channel sebesar . Berdasarkan , , dan kemudian retailer merespon kontrak yang ditawarkan manufaktur dengan menetapkan sebesar dan quantity order sebesar unit dan menghasilkan profit bagi retailer sebesar . Berdasarkan , , , , dan diperoleh profit manufaktur sebesar . Profit optimum bagi retailer sebesar dengan rasio profit retailer terhadap profit manufaktur sebesar 0.36. Nilai profit tersebut melebihi profit retailer pada single channel supply chain. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kontrak RS dapat menghasilkan “win-win strategy” dan dapat menghindari terjadinya konflik di dalam supply chain. Namun demikian manufaktur sebagai agen yang dominan tetap memperoleh rasio yang lebih besar yaitu sebesar 0.64. Effisiensi supply chain dengan RS contract mencapai 99%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penambahan direct channel oleh manufaktur menyebabkan profit retailer berkurang. Akan tetapi dengan melakukan koordinasi dalam SC, profit retailer dan manufaktur meningkat. Sehingga channel conflict akibat penambahan direct channel oleh manufaktur dapat diatasi. 2. Boyaci (2005) menyebutkan bahwa kontrak sederhana seperti PO dan RS hanya dengan keputusan inventory tidak dapat mengkoordinasi dual channel SC. Namun, percobaan numerik penelitian ini menunjukkan bahwa joint decision antara pricing dan inventory dengan PO maupun RS dapat mengkoordinasi dual channel SC dengan effisiensi mencapai 99%. 3. Harga jual retail pada dual channel pada single channel SC. Sementara jumlah unit yang diorder
pada dual channel
jika dibadingkan pada single channel SC.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan jumlah manufaktur yang lebih dari satu. Dengan demikian, terdapat faktor kompetisi antar manufaktur ataupun brand. 2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan jumlah jenis produk yang diproduksi oleh masing-masing manufaktur. 3. Perlu dipertimbangkan juga apabila terdapat anggota supply chain melakukan marketing activity yang sangat berpengaruh terhadap perubahan demand. 4. Perlu dipertimbangkan juga variasi perubahan lead time untuk memenuhi demand yang ada.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-64-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
DAFTAR PUSTAKA Boyaci T. (2005). “Competitive stocking and coordination in a multiple-channel distribution system”. IIE Transactions, No. 37, 407–427. Cachon, Gerard P., Lariviere, Martin A (2005). “Supply Chain Coordination with RevenueSharing Contracts: Strengths and Limitations”. INFORMS, Management Science Vol. 51 No. 1, Januari 2005, hal. 30–44. Cai, Gangshu (2010). “Channel Selection and Coordination in Dual-Channel Supply Chains”. ELSEVIER, European Journal of Operational Research No. 86, 22-36. Chen, Jing., Zhang, Hui., Sun, Ying (2012). “Implementing Coordination Contracts in A Manufacture Stackelberg Dual-Channel Supply Chain”. OMEGA, No. 40, hal. 571– 583. Chiang, Wei-Yu., Monahan, George E. (2005). “Managing Inventories in a Two-Echelon Dual-Channel Supply Chain”. ELSEVIER, European Journal of Operational Research No. 162, 325–341. Huang, Wei., Swaminathan, Jayashankar M. (2009). “Introduction of a Second Channel: Implications for Pricing and Profits”. ELSEVIER, European Journal of Operational Research No. 194, 258–279. Kurata, H., Yao, D., Liu, J. J. (2007). “Pricing policies under direct vs. indirect channel competition and national vs. store brand competition”. ELSEVIER, European Journal of Operational Research No. 180, 262–281. Pan, Kewen., Lai, K. K., Leung, Stephen C. H., Xiao, Di (2010). “Revenue-Sharing versus Wholesale Price Mechanisms Under Different Channel Power Structures”. ELSEVIER, European Journal of Operational Research No. 203, hal. 532–538. Petruzzi, Nicholas C., Dada, Maqbool (1999). “Pricing and The Newsvendor Problem: A Review with Extensions”. INFORM, Operations Research Vol. 47 No. 2, Maret 1999, hal. 183–194. Xue, Weili., Demirag, Ozgun C., Niu, Baozhuang (2014). “Supply Chain Performance and Consumer Surplus Under Alternative Structures of Channel Dominance”. ELSEVIER, European Journal of Operational Research No. 239, hal. 130–145. Xiao, Tiaojun., Choi, Tsan-Ming., Cheng, T. C. E. (2014). “Product Variety and Channel Structure Strategy for a Retailer-Stackelberg Supply Chain”. ELSEVIER, European Journal of Operational Research No. 233, 114–124. Yao, Z., Leung, Stephen C. H., Lai, K. K (2008). “Manufacture’s Revenue-Sharing Contract and Retail Competition”. ELSEVIER, European Journal of Operational Research No. 186, hal. 637–651.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-64-8