RANCANGAN SISTEM GARASI MOBIL DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM ROTASI BERBASIS MIKROKONTROLER
TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjanah Teknik Strata Satu (S1)
Disusun oleh : Nama : Sarif Hidayat Ramdhani NIM : 01301 – 105
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama
: Sarif Hidayat Ramdhani
Nim
: 01301 – 105
Falkutas
: Teknologi Industri
Jurusan
: Teknik Mesin
Menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa Tugas Akhir yang saya buat ini merupakan hasil karya saya dan tidak menjiplak dari karya orang lain, kecuali kutipan-kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya.
Jakarta, Agustus 2008
Sarif Hidayat Ramdhani Penulis
i
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
RANCANGAN SISTEM GARASI MOBIL DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM ROTASI BERBASIS MIKROKONTROLER Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjanah Strata -1 (S1) falkutas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Universitas MercuBuana
Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Jakarta, Agustus 2008
Dosen Pembimbing
( Ir.Rully Nutranta. M.Eng )
ii
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
RANCANGAN SISTEM GARASI MOBIL DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM ROTASI BERBASIS MIKROKONTROLER
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjanah Strata -1 (S1) falkutas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Universitas MercuBuana
Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Jakarta, Agustus 2008
Kordinator Tugas Akhir
( Nanang Ruhyat. ST. MT )
iii
KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul ``RANCANGAN SISTEM GARASI MOBIL DENGAN MENGGUNKAN SISTEM ROTASI BERBASIS MIKROKONTROLER” Untuk itu perkenalkan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: Allah SWT dan Rosulnya, penulis tidak dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tampa adanya petunjuk, pengarah, serta pembimbing dari berbagai pihak yang telah ikut membantu dalam menyusun laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini khususnya kepada : 1.
Bapa dan Ibuku tercinta, serta keluarga yang selalu memberikan dukungan moral maupun material.
2.
Bapak Ir.Rully Nutranta.M.Eng selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
3.
Bapak Nanang Ruhyat. ST, sebagai kordinator Tugas Akhir pada jurusan Teknik Mesin.
4.
Para pemimpin, Dosen-dosen, dan karyawan Fakultas Teknologi Industri
5.
Sdr. Ucok galelea purba, Ismed SI yang telah membantu pembuatan Rancang Sistem. iv
6.
Bambang Mujiharto, rekan satu tim dalam pembuatan Rancang system garasi mobil dengan menggunakan system rotasi berbasis mikrokontroler.
7.
Jajat Sudrajat ST, yang telah mendukung serta memberikan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8.
Rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin, Khususnya angkatan 2001.. Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan do`a semoga
bantuan dan jasa yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada laporan penulisan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan-masukan yang positif untuk kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata, penulis mengharapkan agar laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis, dan bagi siapa saja yang memerlukannya.
Jakarta, Agustus 2007
Penulis
v
ABSTRAK Perkembangan dan kemajuan teknologi transportasi yang terus mengalami kemajuan berakibat terus bertambahnya jumlah kendaran.Hal ini menyebabkan timbulnya masalah baru yaitu bekurangnya lahan parker. Garasi mobil dengan menggunakan sitem Rotasi berbasis mikrokontroler adalah salah satu upaya untuk mengatasi masalah di atas.Garasi ini diatur oleh sebuah program software yang dilengkapi beberapa sensor. Sistem program mikrokontroler pada rancangan garasi mobil terdiri dari program utama yang mengatur kerja system secara keseluruhan,program proses kode,program
kondisi
awal,program
baca
keypad,program
buka
tutup
pintu,program putar mobil,program angkat turun mobil,program dorong masuk dan kelur mobil,serta program inisialisasi. Kata Kunci : Software,Mikrokontroler,Garasi
vi
Tugas Akhir
DAFTAR ISI Lembar Pernyataan
……………………………………………………i
Lembar Pengesahan
….………………………………….....................ii
Kata Pengantar
……………………………………………………iv
Abstrak
……………………………………………………vi
Daftar Isi
.…………………………………………………..vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan
…………………………………………...1
1.2 Tujuan Penulisan
……………………………………………2
1.3 Batasan Masalah
……………………………………………3
1.4 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data 1.5 Sistematika Penulisan
..................3
……………………………………4
BAB II TEORI DASAR 2.1 fungsi-fungsi Khusus dalam Mikrokontroler 2.2 Sensor Infra Merah
…………....6
…………………………………...15
2.3 Komponen Penunjang
…………………………...26
BAB III SISTEM SOFTWARE PADA MIKROKONTROLER 3.1 Tujuan
…………………………………………………...33
3.2 Blok Diagram dan Cara Kerja
…………………………...34
3.3 Rangkaian Infra Merah
…………………………...36
3.4 Rangkaian Saklar Batas (limit Switch) 3.5 Rangkaian Drive Motor Dc 3.6 Modul Keypad 3.7 Modul LCD Universitas Mercu Buana
............................38
.......................................39 …………………………………...41
…………………………………………...42 vi
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
BAB IV PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Pendahuluan
…………………………………………...43
4.2 Prosedur Pengujian ……………………………………….......44 4.3 Tujuan
…………....……………………………………...46
4.4 Pengujian Pada Rngakaian Penggerak Motor …………...48 4.5 Pengujian Pada Rangkaian Catu Daya
…………...51
4.6 Pengujian pada Rangkaian Sensor Infra Merah …………...52 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan …………………………………………………...55 5.2 Saran
…………………………………………………...57
Daftar Pustaka Lampiran
Universitas Mercu Buana
vii
Sarif Hidayat Ramdhani
DAFTAR TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
2.1.1 2.1.2 2.2 2.3 2.4 2.5.1 2.5.2 2.6 2.7 2.8.1 2.8.2 2.9.1 2.9.2 2.9.3 2.10.1 2.10.2 2.11 2.12
: : : : : : : : : : : : : : : : : :
Tabel Tabel
2.13 3.1
: :
Tabel Tabel Tabel Tabel
3.2 3.3 4.1 4.2
: : : :
Tabel
4.5
:
Fungsi pengganti dari port 3 .................................. Bit – bit Dalam PSW .............................................. Pemilihan Bank Register ........................................ Fungsi – fungsi khusus kaki- kaki Port 3 Dan 1 ........ Tabel Lokasi Pengalamatan Untuk Interupt ............. Blok Spesial Function Register ................................ Special Function Register ....................................... Bit- bit SRF IP ....................................................... Alamat Bit ............................................................ Bit- bit Timer Kontrol ............................................. Alamat Bit ............................................................ Register TMOD ..................................................... Fungsi Timer Mode................................................ Operasi TMOD ...................................................... Kontrol Internal Time ............................................ Kontrol External Time ............................................ Panjang Gelombang Infra Merah ............................ Bahan LED dan Panjang Gelombang Yang Dihasilakan .................................................. Tabel Nilai Warna Pada Resistor ............................. Fungsi Port Mikrokontroler Pada Robot Experimen .................................................. Modul Keypad ....................................................... Modul LCD............................................................ Hasil Pengujian Rangkain Penggerak Motor ............. Hasil Pengujian Sensor Inframerah Pada Lintasan ....................................................... Hasil Pengujian Rangkaian Catudaya ......................
vii
5 5 6 9 13 13 13 14 14 15 15 16 16 16 17 17 19 22 27 33 35 36 41 42 43
DAFTAR GAMBAR Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar
2.1 2.2 2.3
: Diagram Blok Mikrokontroler AT89S51 .................... : Pin Description Mikrokontroler AT89S51 .................. : Skematik Internal Oscilator dan eksternal oscillator ................................................ 2.4 : Timing diagram dari pembacaan op-code ................ 2.5 : IC regulator LM7805 dan LM7812 ........................... 2.6 : Panjang Gelombang Cahaya................................... 2.7 : Gelombang Elektromagnetik Berjalan ...................... 2.8 : Rangkaian sederhana pembangkit LED Infra merah .......................................................... 2.9 : Arus daya dan tegangan ........................................ 2.10 : Rise time .............................................................. 2.11 : (a),(b) Simbol Komponen Resistor .......................... 2.12 : Tanda Warna pada resistor umum .......................... 2.13 : Simbol dan Jenis transistor,(a) pnp; (b). Npn h .................................................... 2.14 : Transistor NPN sebagai saklar ................................ 2.15 : Transistor dengan hubungan Darlington.................. 2.16.1 : (a) symbol kapasitor nonelektrolit dan .................... (b) variable kapasitor ............................................ 2.16.2 : Simbol kapasitor elektrolit ...................................... 3.1 : Blok Diagram Sistem ............................................. 3.2 : Rangkaian Mikrokontroler AT8S51 .......................... 3.3 : Rangkaian Penggerak motor .................................. 3.5 : Rangkaian Sensor Infra merah ............................... 3.6 : Gambar Modul Keypad .......................................... 3.7 : LCD 16*2 ............................................................. 3.8 : Rangkaian Catu Daya ............................................ 3.9 : Keseluruhan rangkaian .......................................... 4.0 : Pengujian Rangkaian Pengendalian Mikro AT89S51 ..................................................... 4.1 : Test Point Pengukuran Rangkaian Penggerak Motor .................................................. 4.3 : Test point pengukuran rangkaian Inframerah ........................................................... 4.2 : Test Point Pengukuran rangkaian Catudaya..............................................................
vi
4 10 11 12 18 19 20 23 24 25 26 26 27 28 29 30 30 30 32 33 34 35 35 36 37 37 40 41 42 43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
A B C D
: : : :
Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
Gambar Rangkaian Keseluruhan............... listing Program ....................................... FlowChart Utama .................................... Proses ...................................................
vi
46 47 54 55
Tugas Akhir
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman saat ini, kemajuan teknologi berkembang sangat signifikan. Bahkan dalam hal ini dapat memudahkan dan menggantikan peranan manusia. Perkembangan dan kemajuan teknologi transportasi juga mengalami kemajuan. Sekarang ini sudah banyak yang memiliki kendaraan, dan jumlah kendaraan yang terus ber tambah dapat menimbulkan masalah baru di masa depan yaitu lahan parkir. Dengan ini perlu adanya tempat untuk meminimaliskan lahan parkir kendaraan mobil tersebut. RANCANGAN
SISTEM
GARASI
MOBIL
DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM ROTASI BERBASIS MIKROKONTROLER akan memasukkan dan mengeluarkan mobil sebanyak 4 buah. Mobil tersebut akan disimpan pada garasi yang dapat diputar posisinya dan memiliki 3 tingkat
Universitas Mercu Buana
1
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
2
sistem garasi. Sistem penomoran yang digunakan adalah tingkat 1 nomor1 sampai 4. Penomoran ini untuk memasukan dan mengelurkan mobilnya dari garasi tersebut. Ini dilakukan sebagai sistem keamanan dan pemberian akses terbatas(hanya orang tertentu saja yang dapat parkir). Sistem garasi ini bekerja diatur oleh sebuah mikrokontroler AT89S51, sistem dilengkapi juga dengan sensor isi (IR) untuk mengecek isi dari garasi, sensor posisi putaran, dan dilengkapi dengan keypad untuk memasukan nomor garasi. nomor yang dimasukan akan ditampilkan pada display.
1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan ke dalam bentuk nyata yaitu perancangan pembuatan suatu alat. Disamping itu dengan membuat perancangan suatu alat, mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan suatu pokok permasalahan secara ilmiah dan dapat mempertanggungjawabkan hasil dari suatu pemikiran. Selain itu penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Jenjang Studi Strata Satu (S-1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
3
1.3. Batasan Masalah Untuk memfokuskan permasalahan dan menghindari salah pengertian tentang perancangan alat, maka dalam hal ini penulisan membatasi perancangan “ Rancangan sistem garasi mobil dengan menggunakan sistem rotasi berbasis mikrokontroler ” dengan masukan data pada memori di lihat dari segi : Mikrokontroler digunakan sebagai pengendali dan pengontrol utama dari sistem yang dirancang. Sensor infrared digunakan sebagai pendeteksi posisi garasi mobil. Display digunakan untuk menampilkan kode yang kita masukan, yang sudah ditentukan sebelumnya. Kecepatan alat ini kurang dikarenakan agar bias presisi. Keseimbangan garasi kurang begitu seimbang.
1.4. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Metode-metode yang penulis lakukan untuk dapat menunjang dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Riset Kepustakaan Metode menjadikan buku, literatur dan bahan lainya sebagai objek penunjang dalam perancangan alat. Dari buku, literatur dan bahan bacaan didapatkan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
4
Riset Laboratorium Metode penelitian ini digunakan untuk membuktikan teori-teori yang telah ditentukan dan melakukan percobaan dalam perancangan sistem. Eksperiment Yaitu realisasi dan uji coba yang langsung diterapkan terhadap rancangan sistem alat yang dibuat. Diskusi Dengan mengadakan diskusi dengan beberapa pihak baik itu dari dosen pembimbing, dosen lain, serta teman-teman mahasiswa untuk mencari solusi dari sistem alat yang dibuat.
1.5. Sistemmatika Penulisan Guna memudahkan pemahaman dari penulisan tugas akhir ini, maka penulis membagi pembahasan dalam lima ( 5 ) sub pokok bahasan, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metoda penulisan dan sistematika penulisan.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
5
BAB II DASAR-DASAR TEORI Bab ini membahas teori penunjang hal-hal yang berkaitan dengan sistem yang dirancang. BAB III RANCANGAN SISTEM Bab ini membahas mengenai cara kerja sistem baik satu persatu maupun cara kerja sistem secara keseluruhan. BAB IV PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT Bab ini membahas hasil dari pengukuran alat, berikut dengan prosedur pengujian, tujuan dan pengukuran lainya. BAB V KESIMPULAN Berisi tentang kesimpulan penulis setelah melihat hasil dan cara kerja alat yang dirancang. Pada laporan tugas akhir ini juga dilengkapi dengan lampiran, rangkaian lengkap, listing program dan juga data sheet.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
6
BAB II TEORI DASAR
2.1
Fungsi-fungsi Khusus dalam Mikrokontrlor Interupsi adalah perintah untuk menjalankan suatu program sub rutin pada saat menjalankan program utama. Apabila AT89C2051 mendapat permintaan interupsi maka program counter (PC) akan diisi alamat dari vector interupsi, kemudian AT89C2051 melaksanakan rutin pelayanan interupsi mulai dari alamat tersebut setelah selesai maka AT89C2051 akan kembali ke pelaksanaan program utama yang ditinggalkan. Mikrokontroller AT89C2051 menyediakan 6 sumber interupsi yaitu 2 buah interupsi eksternal ( INT 0 dan INT 1 ), 3 buah interupsi timer ( Timer 0, Timer 1, dan Timer 2 ), dan sebuah interupsi port serial. Selain itu ada juga sebuah non maskable interrupt yaitu reset yang tidak dapat dihalangi oleh perangkat lunak. Setiap sumber interupsi dapat diprogram secara individual (sendiri-sendiri) baik pengaktifannya maupun prioritasnya. Untuk mengaktifkan atau
Universitas Mercu Buana
6
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
7
menonaktifkan interupsi dikontrol oleh register IE (interrupt enable), sedangkan untuk tingkat prioritasnya diatur oleh register IP jenis-jenis Interupsi: 1. Interupsi yang tidak dapat dihalangi (non Mascable Interupt), misalnya RESET. 2. Interupsi yang dapat dihalangi ( Mascable Interupt ), Misalnya : INT0, INT1, Timer 1, Timer 0, Serial Port ( internal ) Tabel.2.4. tabel lokasi pengalamatan untuk interupt Nama
Lokasi Alamat
Alat Interupsi
RESET
00H
Power On Reset
INT 0
03H
INT 0
Timer 1
0BH
Timer 0
INT 1
13H
INT 1
Timer 1
1BH
Timer 1
Sint
23H
Port I/O Serial
Seperti yang telah kita ketahui diatas bahwa Mikrokontroler TYPE 89C2051 memiliki 5 Sumber mascable interupsi yaitu INT0, INT1, Timer0, Timer1, Serial Port. Masing-masing dapat diaktifkan dengan mengubah flag - flagnya pada beberapa SFR (special Function register). Untuk mengaktifkan INT0 dan INT1 dapat diaktifkan dengan merubah bit-bit flag IT0, IT1, IE0, IE1 di dalam 1 blok TCON. Untuk mengaktifkan interupt 0 dan interupt 1 bisa diprogram secara periodik, dapat juga diberi sinyal dari hardware lain ke Pin INT0 / INT1. Interupsi Timer 0 dan Timer 1 dapat dijalankan dengan mengeset bit TF0 dan TF1 pada special function
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
8
register. Untuk pengaktifan interupsi serial port dapat diset pada SCON ( SFR ). Berikut ini adalah satu blok dari special function register yang digunakan untuk mengon-offkan perintah interrupt, yaitu IE (Interupt Enable). Tabel.2.5.1 BIT 7 EA
BIT 6 -
BIT 5 -
BIT 4 ES
BIT 3 ET 1
BIT 2 EX 1
BIT 1 ET 0
BIT 0 EX 0
Tabel.2.5.2 Spesial Function Register
SIMBOL EA
POSISI IE.7
FUNGSI Melumpuhkan semua interupsi (nonaktif)
ES ET1 EX1 ET0 EX0
IE.6 IE.5 IE.4 IE.3 IE.2 IE.1 IE.0
Bit pembuat enable port serial bit pembuat enable Timer 1 Bit Pembuat enable INT1 Bit Pembuat enable Timer 0 Bit Pembuat enable INT 0
Dengan mengeset 1 pada bit tersebut diatas maka proses interupsi akan ON. Prioritas Interupsi Interupsi yang telah diungkapkan diatas dapat diprioritaskan mana interupsi yang dahulu mana interupsi yang akan dilayani kemudian. Dengan mengeset IP pada Special Function Register maka prioritas tertinggi akan dijalankan. Berikut ini merupakan bit-bit dalam SFR IP (Interupt Priority) yang harus diaktifkan.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
9
Tabel.2.6.Bit-bit SFR IP BIT 7 -
BIT6 -
BIT5 -
BIT4 PS
BIT3 PT1
BIT 2 PX1
BIT 1 PT0
BIT0 PX0
Dimana bila bit ini berisi 1 merupakan prioritas tertinggi dan bila diberi 0 adalah prioritas terendah. Diperlukan perintah khusus untuk mengeset jalannya proses interupt ini terutama untuk mascable interupt. Perintah yang biasa digunakan adalah : MOV IE,#…h atau untuk mengakses statusnya per bit dengan cara SETB IE.5 maka akan secara otomatis mengaktifkan bit kelima dari SFR IE. Adapun perintah yang harus digunakan untuk kembali ke program utama setelah program interupt telah selesai dijalankan adalah RET1. Tabel.2.7 Alamat Bit Simbol PS PT1 PX1 PT0 PX0
Posisi IP.4 IP.3 IP.2 IP.1 IP.0
Fungsi Prioritas Interupsi Port Serial Prioritas Interupsi Timer 1 Prioritas Interupsi INT1 Prioritas Interupsi Timer 0 Prioritas Interupsi INT0
Diperlukan perintah khusus untuk mengeset jalannya proses interupt ini terutama untuk mascable interupt. Perintah yang biasa digunakan adalah : MOV IE,#…h atau untuk mengakses statusnya per bit dengan cara SETB IE.5 maka akan secara otomatis mengaktifkan bit kelima dari SFR IE. Adapun perintah yang harus digunakan untuk kembali ke program utama setelah program interupt telah selesai dijalankan adalah RET1.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
10
1. Timer / Counter Didalam chip mikrokontroler 89C2051 terdapat dua buah timer / counter 16 bit yang dapat diatur melalui perangkat lunak, yaitu timer / counter 0 dan timer / counter 1. Apabila timer / counter ini diaktifkan pada frekuensi kerja mikrokontroler 12 mHz, Timer / counter akan melakukan perhitungan waktu sekali setiap 1 mikrodetik secara independent, tidak tergantung pada pelaksanaan suatu instruksi. Satu siklus pencacahan waktu berpadanan sedangkan
dengan satu
satu
siklus
siklus
pelaksanaan
diselenggarakan
dalam
instruksi, waktu
1
mikrodetik. Bila dimisalkan suatu urutan instruksi telah selesai dilaksanakan dalam waktu 5 mikrodetik, pada saat itu pula timer / counter telah menunjukkan perioda waktu 5 mikrodetik. Apabila perioda waktu tertentu telah dilampaui, timer / counter segera menginterupsi mikrokontroler untuk memberitahukan bahwa proses perhitungan telah selesai dilaksanakan. Perioda waktu timer/counter secara umum ditentukan oleh persamaan berikut: Sebagai Timer / Counter 8 bit.
T = (255-TLx) * 1 Us
; dimana TLx adalah isi register TL0
atau TL1. Sebagai Timer / Counter 16 bit T = (65535-THx TLx) * 1 uS THx = isi register TH0 atau TH1
TLx = isi register TL0
atau TL1
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
11
Pengontrol kerja dari timer / counter adalah SFR TCON (RegisterTimer Control). Adapun definisi dari bit-bit pada timer control adalah sebagai berikut : Tabel.2.8.1 Bit-bit Timer Kontrol TCON.7 TCON.6 TF1
TCON.5
TR1
TF0
TCON.4 TR0
TCON.3
TCON.2
TCON.1
TCON.0
IE1
IT1
IE0
IT0
Tabel.2.8.2 Alamat Bit SYMBOL
POSISI
FUNGSI
TF1
TCON. 7
Timer 1 overflow flag. Diset / clear oleh perangkat keras saat timer / counter menghasilkan overflow.
TR1
TCON. 6
Port untuk menjalankan timer 1. Diset / clear oleh perangkat lunak untuk membuat timer on - off.
TF0
TCON. 5
Timer 0 overflow flag. Diset / clear oleh perangkat keras saat timer / counter menghasilkan overflow.
TR0
TCON. 4
Bit untuk menghasilkan timer 0. Diset / clear oleh perangkat lunak untuk membuat timer on – off.
IE1
TCON. 3
Eksternal interrupt 1 edge flag.
IT1
TCON. 2
Interupt 1 type control byte. Diset / clear oleh perangkat lunak untuk menspesifikasikan sisi turun / level rendahan trigger dari interrupt eksternal.
IE0
TCON. 1
Eksternal interrupt 0 edge flag.
IT0
TCON. 0
Interrupt 0 type control bit.
Pengontrolan pemilihan mode pada timer dapat dipilih di register timer mode ( TMOD ) yang mana definisi bit - bitnya adalah sebagai berikut :
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
12
Tabel.2.9.1 Register TMOD TMOD.7 GATE
TMOD.6 TMOD.5 TMOD.4 TMOD.3 TMOD.2 TMOD.1 TMOD.0 C/T M1 M0 GATE C/T M1 M0
Tabel.2.9.2 Fungsi Timer Mode Timer 1
Timer 0
Keterangan: GATE
: Saat Trx dalam TCON diset1 dan GATE = 1,
timer/counter x akan
berjalan ketika TRx = 1 (timer
dikontrol Perangkat Lunak). C/T
: Pemilih fungsi timer atau counter. Clear (0) untuk operasi
timer dengan masukkan dari sistem clock internal. Set (1) untuk operasi counter dengan masukkan dari pena T0 atau T1.
M1,
M0 = Pemilihan mode. Tabel 2.9.3 Operasi TMOD M1
M0
0 0 1 1
0 1 0 1
MODE
0 1 2 3
OPERASI Timer 13 bit Timer / counter 16 bit Timer auto reload 8 bit ( pengisian otomatis ) TL 0 adalah timer / counter 8 bit yang dikontrol oleh control bit standart timer 0. TH 0 adalah timer 8 bit dan dikontrol oleh control bit timer.
1) Mode 0 Dalam mode ini register timer disusun sebagai register 13 bit. Setelah semua perhitungan selesai, mikrokontroler akan menset Timer Interupt Flag ( TF1 ). Dengan membuat GATE = 1, timer
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
13
dapat dikontrol oleh masukkan luar INT 1, untuk fasilitas pengukuran lebar pulsa. 2) Mode 1 Mode 1 ini memiliki kesamaan dengan mode 0 akan tetapi register timer ini bekerja secara 16 bit. 3) Mode 2 Mode 2 ini menyusun register timer sebagai 8 bit counter. Overflow dari TL1 tidak hanya menset TF1 tetapi juga mengisi TL1 dengan isi TH1 yang diatur secara Perangkat Lunak. Pengisian ini tidak mengubah TH1. 4) Mode 3 Timer 1 dalam mode 3 semata-mata memegang hitungan. Efeknya sama seperti menset TR1 = 0. Timer 0 dalam mode 3 menetapkan TL0 dan TH0 sebagi dua counter terpisah.Tl0 menggunakan kontrol bit timer 0 yaitu C?T, Gate, TR0, INT0 dan TF0.TH0 ditetapkan sebagai fungsi timer. Mode 3 diperlukan untuk aplikasi yang membutuhkan timer / counter ekstra 8 bit. Dengan timer 0 dalam mode 3, mikrokontroler ini seperti memiliki 3 timer / counter. Saat timer 0 dalam mode 3, Timer 1 dapat dihidupkan atau dimatikan atau dapat digunakan oleh serial port sebagai pembangkit baudrate. 5) Menyetel Timer Tabel - tabel dibawah ini memberikan beberapa nilai yang diisikan kedalam TMOD, yang dapat digunakan untuk menyetel
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
14
timer 0 dalam mode yang berbeda. Diasumsikan hanya satu timer yang digunakan, jika diinginkan untuk menjalankan timer 0 dan timer 1 secara bersamaan, dalam beberapa mode nilai TMOD harus di OR kan dengan nilai seperti terlihat untuk timer 1(tabel 3 dan 4). Sebagai
contoh, jika diinginkan untuk
menjalankan timer 0 dalam mode 1 Gate ( kontrol external ) dan timer 1 dalam mode 2 counter, maka nilai yang harus diisikan pada TMOD adalah 69h (nilai 09h dari tabel 1 di OR kan dengan 60h dari tabel 3). Contoh : 0000 1001 (09h) OR 0110 0000 (60h) = 0110 1001 (69h). Dengan kontrol internal time ini dapat dihidupkan atau dimatikan dengan menset / reset TR0 ( kontrol Perangkat Lunak ). Pada kontrol external timer dapat dihidup matikan dengan memberikan logika 0 pada INT 0 ( kontrol Perangkat Keras ). Tabel.2.10.1 Kontrol Internal Time Mode
Fungsi Timer 0
TMOD
Mode
Fungsi Counter 0
Kontrol Kontrol Internal External 0 1 2 3
13 Bit timer 16 Bit timer 8 bit auto reload Dua 8 bit timer
00H 01H 02H
08H 09H 0AH
0 1 2
03H
0BH
3
13 Bit timer 16 Bit timer 8 bit auto reload Dua 8 bit timer
TMOD Kontrol Internal
Kontrol External
04H 05H 06H
0CH 0DH 0EH
07H
0FH
Catatan : Timer akan ON/OFF dengan mensetting / clearing bit TR0 in Perangkat lunak. Timer akan ON - OFF dengan transisi dari INT0 ketika TR0 = 1.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
15
Tabel.2.10.2 Kontrol external time Mode Fungsi Timer 1
TMOD Kontrol Internal
Mode
Fungsi Counter 1
Kontrol External
TMOD Kontrol Internal
0 1 2
13 Bit timer 16 Bit timer 8 bit auto reload
00H 10H 20H
80H 90H A0H
0 1 2
3
tidak bekerja
30H
B0H
3
13 Bit timer 16 Bit timer 8 bit auto reload -
40H 50H 60H -
Kontrol External 80H 90H A0H -
Catatan : Timer akan ON/OFF dengan mensetting / clearing bit TR1 in Perangkat
Lunak. Timer akan ON - OFF
dengan transisi dari INT1 ketika TR1 = 1.
2. Regulator Tegangan 7805
7805 adalah tegangan regulator yang merupakan seri dari tegangan regulator positif, berbeda dengan 79xx yang merupakan tegangan regulator negatif. 2 digit terakhir dari angka-angka tersebut menunjukkan jumlah tegangan output. 7805 mempunyai tegangan output positif dan tegangan regulaor sebesar 5 volt. Karakteristik 7805 ini adalah : 1. Arus output lebih dari satu ampere tanpa sebuah eksternal trasnsistor. 2. Otomatis akan mati bila panas telah melebihi batas. 3. Regulasi line dan load biasanya sebesar 2 %. 4. Tenaga ripple rejection lebih besar dari 60 dB
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
16
Gambar 2.6. IC regulator LM7805 dan LM7812
2.2.
Sensor Infra Merah Cahaya infra merah merupakan cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat dengan spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan nampak pada spektrum elektromagnet dengan panjang gelombang cahaya merah. Dengan panjang gelombang ini maka cahaya infra merah ini akan tidak tampak oleh mata namun radiasi panas yang ditimbulkanya masih terasa atau dideteksi. Pada dasarnya komponen yang menghasilkan panas juga menghasilkan radiasi infra merah termasuk tubuh manusia maupun binatang. Cahaya infra merah, walaupun mempunyai panjang gelombang yang sangat panjang tetap tidak dapat menembus bahan – bahan yang tidak dapat melewatkan cahaya yang nampak sehingga cahaya infra merah tetap mempunyai karakteristik seperti halnya cahaya yang nampak oleh mata. Gambar spektrum frekuensi dari gelombang elektromagnetik dapat di lihat pada tabel 2.6. Spektrum cahaya dapat dilihat lebih spesipik lagi pada gambar 2.3. Dari gambar terlihat bahwa infra merah mempunyai band
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
17
frekuensi dibawah cahaya tampak dengan panjang gelombang antara 0,7 μm - 2μm. Tabel 2.11 Panjang gelombang infra merah FREKUENSI 3 1018 Hz
Panjang Gelombang 0,1 nm Åγ
3. 1017 Hz
1 nm
3. 10
16
Hz
10 nm
3. 10
15
Hz
0,1μm
Penamaan dalam band frekuensi Sinar γ Sinar x
Sinar Ultra ungu Sinar Cahaya
300 THz
1 μm
30 Thz
10 μm
Sinar infra merah
3 Thz
100μm
Gelombang Sub-mili
300 GHz
1 mm
EHF
30 GHz
1 cm
SHF
3 GHz
10 cm
UHF
300 MHz
1m
VHF
30 MHz
10 m
HF
3 MHz
100 m
MF
1000
Infra Red
μm
Red
Infra Red Orange 500
μm
Yellow Visible
Green
Blue
Ultraviolet
Violet
0,001 μ m
Gambar 2.6. Panjang Gelombang Cahaya
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
18
Semua gelombang elektromagnetik mempunyai medan magnetik dan elektrik dan merambat dengan sangat cepat. Didalam ruang hampa, gelombang elektromagnetik merambat dengan kecepatan 300.000.000 m/s. Dalam media padat kecepatan gelombang berbeda-beda tergantung pada bahan pemandu gelombang. Frekuensi di tentukan oleh sumber pemancar dan tidak berubah bila cahaya berjalan dari satu bahan ke bahan yang lain. Secara sederhana cahaya inframerah sebagai gelombang elektromagnetik dapat di lukiskan sebagai gelombang datar monokromatis, yaitu gelombang sinuoida yang berpropagasi dalam satu arah. Gelombang elektromagnetik yang berjalan sepanjang arah Z terlihat pada gambar 2.7.
Z
Gambar 2.7. Gelombang Elektromagnetik Berjalan
Selain sebagai gelombang, cahaya juga bersifat sebagai partikel kecil yang di sebut foton. Kuantitas partikel cahaya yang
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
19
paling banyak di pakai adalah energi dan momentumnya. Energi dan momentum foton adalah : E = h . f …………………(1.1) P = h / λ ………………….(1.2)
Dimana :
E = energi foton ( Joule ) P = momentum foton f = frekuensi foton λ = panjang gelombang h = tetapan Plank = 6,626.10-34 J.s
Satuan energi lain adalah elektron volt ( e V ). 1 eV adalah energi kinetik yang di perlukan oleh sebuah elektron bila di percepat oleh beda potensial 1 volt. Hubungan antara joule dengan elektron volt adalah 1 eV = 1,6.10-19 J. Jika cahaya menumbuk materi ( berinteraksi dengan partikel ), Sejumlah energi dan momentum akan berubah selama proses interaksi. Perubahan yang tejadi tergantung pada energi dan momentum sistem. Sebagai contoh, bila partikel diberi foton berupa cahaya dengan frekuensi f, maka akan terjadi perubahan tingkat energi atom partikel dari Eo ( keadaan semula ) menjadi E. Perubahan energi ditulis sebagai : E1 – E0 = h . f1 ………………( 1.3 )
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
20
Perubahan energi atom dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi disebut absorpsi, karena di dalamnya terdapat proses penyerapan energi. Sebaliknya, jika atom jatuh dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah akan terjadi proses emisi, yaitu pancaran cahaya. Prinsip ini di
pergunakan
pada
piranti
optoelektronika
sepeti
LED,
Photodetektor maupun laser. Cahaya Infra merah sebagai gelombang datar mempunyai beberapa sifat seperti refleksi ( pemantulan ) dan refraksi ( pembiasan ), seperti halnya cahaya tampak. Cahaya infra merah dapat memantul bila mengenai cermin dan dapat menembus bahan gelas
(kaca ). Akan tetapi dikarenakan infra merah beroperasi
pada frekuensi tinggi maka di butuhkan kondisi line of sight ( LOS ) pada proses perambatannya – lurus tanpa halangan. Bila ada halangan maka sinyal yang dikirim tidak akan sampai kepada penerima. Ini merupakan
salah
satu sifat dari
gelombang
elektromagnetik frekuensi tinggi. Pada
kenyataannya
gelombang
inframerah
ini
dapat
mengalami gangguan – gangguan interferensi seperti halnya dengan menggunakan gelombang radio. Cahaya dari lampu filamen dan lampu flourecent intensitas tinggi serta sinar matahari yang ada di sekitar rangkaian dapat mempengaruhi kerja rangkaian pemancar – penerima infra merah.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
21
Untuk mengurangi pengaruh ini dilakukan beberapa cara, antara lain : 1) Pemilihan
LED
inframerah
yang
radiasinya
besar
dan
penggunaan reflektor. 2) Penyekatan photodetektor dari sumber – sumber cahaya luar. 3) Penggunaan photodetektor yang sensitivitasnya tinggi. a) Sumber Cahaya Infra Merah Sumber cahaya inframerah bekerja sebagai pemancar cahaya yang membawa informasi. Sumber cahaya tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan yang diperlukan. Pertama, sumber tersebut mempunyai keluaran cahaya yang berintensitas cukup tinggi sesuai kebutuhan. Kedua, sumber cahaya harus mudah dimodulasi oleh isyarat informasi. Ketiga, cahaya yang dihasilkan harus bersifat monokromatis. Namun pada kenyataannya, sumber cahaya tidak hanya memancarkan cahaya pada satu gelombang saja, tetapi pada suatu rentang panjang gelombang yang di sebut lebar spektral. Semakin kecil lebar spektral sumber semakin koheren. Sumber yang memancarkan cahaya pada satu panjang
gelombang
(
lebar
spektral
nol
)
adalah
monokromatis sempurna.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
22
Sumber cahaya infra merah yang digunakan untuk alat pemancar adalah yang dibangkitkan dari ligh emitting diode ( LED ) yang merupakan piranti optoelektronik. LED adalah suatu semikonduktor dioda p-n yang memancarkan cahaya dalam daerah panjang gelombang antara infra merah sampai ultra violet. LED mempunyai lebar spektral dari 20 nm – 100 nm. LED mempunyai karakteristik yang sama dengan dioda penyearah, perbedaannya jika pada
dioda
sedangkan
penyearah pada
LED
energi energi
keluar keluar
sebagai sebagai
panas, cahaya.
Intensitas cahaya yang dihasilkan LED rendah sehingga biasanya hanya di gunakan untuk sistem komuniasi jarak pendek, misalnya dalam ruangan Radiasi cahaya yang dipancarkan LED tergantung pada materi dan susunan dioda p-n. Bahan semikonduktor yang sering dipakai untuk LED misalnya : 1) GaAs ( Gallium Arsenid ) meradiasikan infra merah. 2) GaAsP ( Gallium Arsenid Phosphide ) meradiasikan cahaya merah dan kuning. 3) GaP ( Gallium Phosphide ) meradiasikan cahaya merah dan kuning. Radiasi berbagai bahan LED dapat dilhat pada tabel 2.12 di bawah ini:
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
23
Tabel 2.12 Bahan LED dan panjang gelombang yang dihasilkan Material
Formula
Eg(eV)
λ(nm)
Gallium phospide
GaP
2,2
550
Alumunium Arsenid
Al As
2,0
620
Gallium Arsenid
GaAs
1,4
870
Indium Phospide
In P
1,3
930
Indium Gallium Phospide
In Ga As
0,95 – 1,24
1000 - 1300
Alumunium Gallium Arsenid
Al Ga As
1,4 – 1,6
770 - 870
b) Cara Kerja LED Infra Merah Cara
kerja
semikonduktor
LED
tipe-n
dapat memiliki
dilihat
pada
sejumlah
gambar
electron
2.7,
bebas,
sedangkan semikonduktor tipe-p disambungkan akan terhadap suatu penghalang (P-N junction). Baik lubang bebas maupun electron bebas tidak memiliki cukup tenaga untuk melewati penghalang tersebut untuk berekombinasi. Jika tegangan arah maju dikenakan pada LED maka daerah deplesi akan mengecil dan potensial penghalang menjadi rendah akibatnya electron bebas dalam tipe-n akan melewati sambungan p-n untuk bergabung dengan lubang bebas dalam tipe-p. Elektron bebas dalam pita konduksi mempunyai tingkat energi lebih tinggi dari lubang bebas. Jika terjadi penggabungan berarti elektron turun ke tingkat energi yang lebih rendah. Turunnya elektron ini membebaskan sejumlah energi dalam bentuk foton sehingga LED dapat mengemisikan cahaya.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
24
Besarnya energi celah bidang (band gap energy) yang dihasilkan sama seperti persamaan (2.1). dengan demikian panjang gelombang yang dipancarkan adalah: λ=
h..c Eg
dengan λ dalam meter (m) dan Eg dalam Joule (J). atau
λ=
1,24 Eg
dengan Eg dalam elektron volt(eV) dan λ dalam micrometer (μm). Besarnya
eV
dari
energi
gap
menentukan
panjang
gelombang dari cahaya yang di pancarkan.
c)
Karakteristik LED Infra Merah Sebuah rangkaian sederhana LED terdiri atas catu daya, sebuah beban dan sebuah LED, seperti terlihat pada gambar 2.10. Harga arus yang lewat LED adalah : VCC − VDD I= R Dengan : VCC = tegangan dari pecatu daya VD = tegangan penghalang LED (tergantung bahan LED) R = beban
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
25
V s
R
L E D
Gambar.2.8. Rangkaian sederhana pembangkit LED Infra merah Seperti juga dioda lain, salah satu karakteristik LED adalah harga ketergantungan arus terhadap tegangan. Gravik V-I untuk LED sama dengan grafik V-I untuk dioda, perbedaannya terletak pada pengertian tentang arus lewat. Harga arus yang lewat LED menentukan intensitas cahaya yang dipancarkan LED, atau dengan kata lain arus LED sebanding dengan daya optik yang dihasilkan LED. Jika arus makin besar intensitas naik. Kenaikan ini linier sampai suatu harga tertentu. Diatas harga tersebut arus yang masuk akan merusak LED. ID (m A )
Po
I 1 ,5
V D (V )
(a )
(b )
Gambar 2.9. Arus daya dan tegangan Arus-tegangan (a), daya-arus (b) Jika
μ
fraksi
muatan
yang
diinjeksikan
perdetik
akan
berkombinasi dan menghasilkan foton, maka daya optik keluarannya adalah :
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
P=
26
μEgi e
Dengan : Eg = energi gap dalam Joule (J) P = Daya optik (W) E = besar muatan electron (1,6.10-19C) μ = effisiensi kuantum (%)
Jika Eg dinyatakan dalam electron volt (Ev), maka persamaan tersebut menjadi:
P = μ . I . Eg Karakteristik lain LED adalah suatu waktu bangkit (rise time,tr). Rise time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk berubah dari 10% menjadi 90% nilai akhir jika masukannya adalah gelombang persegi (gambar) 2.8.
90% 10%
G elom bang arus m asukan
G elo m bang da ya keluaran tr
Gambar.2.10. Rise time
rise time ini sangat penting untuk komunikasi dengan isyarat digital. Hubungan lebar bidang 3 dB dengan rise time tr adalah :
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
27
f 3dB = 0,35
tr
Nilai tr LED biasanya berkisar dari beberapa nanodetik sampai 250 nanodetik. Untuk λ = 0,8 μm
sampai 0,9 μm
memiliki lebar spectral antara 50 nm dan untuk λ lebih panjang dari 0,9 μm memiliki lebar spectral antara 50 nm sampai 100 nm. Umur suatu LED adalah lamanya pemakaian sampai dayanya berkurang hingga setengah nilai awalnya. Umur LED yang baik bisa mencapai 100.000 jam bahkan lebih. LED bisa bekerja pada suhu antaraa –65 °C dan 125 °C. LED infra merah yang dijual terdapat beberapa macam tipenya. LED infra merah tunggal dengan reflector akan mempunyai jarak pancar yang cukup jauh daripada tanpa reflector.
Jika
menggunakan
LED
tanpa
reflector
untuk
memperpanjang jarak pancarnya, cara yang paling sederhana adalah dengan menambah jumlah LED yang dihubungkan secara paralel. Cara lainnya adalah dengan menambah arus konduksi yang mengalir.
D). Rangkaian sensor cahaya Untuk mengukur terang gelapnya cahaya matahari digunakan LDR (Light Dependent Resistor ). Seperti yang terlihat pada rangkaian , LDR dihubungkan dengan resistor 10 Kohm, hubungan tersebut merupakan pembagi tegangan, sebagai tegangan ukur terletak pada pertemuan resistor 10 Kohm dan LDR, jika LDR terkena cahaya maka
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
28
nilai tahanan ldr akan mengecil dan mengakibatkan tegangan ukur pun akan mengecil pula, jika kondisi cahaya gelap nilai tahanan ldr akan membesar dan tegangan ukur pun akan membesar. Perubahan tegangan tersebut yang akan dibaca oleh ADC. Untuk menentukan acuan gelap dan terangnya sinar matahari dilakukan dengan beberapa kali percobaan. Gambar rangkaian sensor cahaya sebagai berikut :
2.3. Komponen Penunjang A. Resistor Resistor yang digunakan dalam elektronika dibagi dalam dua kategori utama: 1) Resistor Linier, adalah resisror yang bekerja sesuai dengan hukun ohm. 2) Resistor Non Linier, seperti Fotoresistor, Thermistor. a. Resistor Linier Simbol sirkit unutuk resistor linier diperlihatkan pada gambar dibawah dengan unit satuannya Ohm
(a)
(b)
Gambar 2.11. (a), (b) Simbol Komponen Resistor
Hal lain yang paling penting setelah besaran tahanan adalah daya. Untuk suatu tahanan yang diperlukan, besar daya yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus :
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
29
2 2 W = V. I = I . R =V / R .
Gambar 2.12. Tanda Warna pada resistor umum
Tanda warna pada resistor menunjukan besar nilai tahanan tersebut Tabel 2.13 Tabel nilai warna pada resistor Warna
Ukuran
Pengali (ohm)
Toleransi (%)
1 Hitam
0
10
Coklat
1
1 100
Merah
2
2 1K
Oranye
3
10K
Kuning
4
100K
Hijau
5
0.5 100K
Biru
6
0.25 -
Unggu
7
0.1 -
Abu-abu
8
0.001
Putih
9
0.01
Perak
-
10 0.1
Emas
Universitas Mercu Buana
-
5
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
30
B. Transistor Transistor merupakan komponen alat dangan tiga terminal seperti diperlihatkan oleh symbol sirkuit pada gambar dibawah. Setelah bahan semikonduktor dasar diolah, terbentuklah bahan semikonduktor jenis p dan n. walaupun proses pembuatannya banyak, pada dasarnya transistor merupakan tiga lapis gabungan kedua jenis bahan tersebut diatas, yaitu pnp dan npn.
(a)
(b)
Gambar 2.13. Simbol dan Jenis transistor, (a) pnp; (b). npn
Simbol
sirkuit
kedua
jenis
transistor
itu
hampir
sama.
Perbedaannya terletak pada arah panah di ujung emitter. Seperti yang telah diketahui, arah panah ini menunjukan arah aliran arus konvensional yang berlawanan arah dalam kedua jenis tadi tetapi selalu dari bahan jenis p ke jenis n dalam sirkuit emitter dasar. 1) Fungsi Transistor Transistor sebagai Saklar Cara yang termuda untuk menggunakan transistor adalah sebagai sebuah saklar, artinya kita mengoperasikan transistor pada salah satu keadaan yaitu jenuh ( saturasi ) atau tersumbat ( cut off ). Jadi tidak berada pada daerah kerja sepanjang garis beban. Jika transistor berada pada keadaan jenuh atau satu rasi, transistor tersebut seperti sebuah saklar yang tertutup dari kolektor ke emiter.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
31
Jika transistor dalam keadaan tersumbat atau cut off, transistor seperti sebuah saklar yang terbuka. 2) Transistor sebagai Penguat Salah satu cara untuk menjadikan transistor bekerja sebagai penguat adalah dengan cara membuat grafik yang menghubungkan antara arus dan tegangan, sehingga kita tahu akan transistor berada pada posisi tersumbat atau transistor dalam keadaan jenuh. Dengan membuat grafik kita dapat menentukan pada posisi mana sebuah trnsistor dapat difungsikan sesuai dengan rancangan atau perencanaan. Apabila transistor direncanakan akan dijadikan sebagai penguat, maka akan lebih baik apabila pemakaiannya berada pada garis tengah beban. Berbagai amplifier (transistor sebagai penguat) digunakan dalam lapangan elektronika dan hampir semuanya dapat dibuat dari transistor. Dalam tahapan ini akan diteliti sebuah amplifier tegangan AC sederhana. Didalam amplifier itu sinyal kecil AC diberikan ke sepasang terminal input. Amplifier ini diperlukan untuk mereproduksi bentuk sinyal yang diberikan, yang diperkuat secara linier, pada sepasang terminal output. Selain itu, amplifier ini harus mampu mengerjakan fungsinya pada suatu frekwensi sinyal input; rentang ukuran ini dinamakan lebar gelombang amplifier.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
32
Pengaturan sirkuit ini berhubungan dengan konfigurasi emitter umum yang emittrenya bersifat umum terhadap sirkuit input ataupun output. Input diberikan di antara basis dan emitter, sedangkan output diambil dari kolektor dan emitter. Teori dasar tentang penguat gandengan transistor dengan hubungan Darlington adlah sebagai berikut : Hubungan Darlington adalah suatu bentuk penguat gandengan langsung unutk tegangan DC yang sering digunakan dengan cara menghubungkan dua transistor bipolar atau lebih sehingga transistor yang lebih kecil mempunyai arus basis untuk transistor yang lebih besar. Hal ini menciptakan unit transistor dengan factor penguatan yang sangat besar. Gambar dibawah ini memperlihatkan bentuk penguat gandengan hubungan Darlington dimana emitter dari satu transistor
dihubungkan
dengan
basis
dari
transistor
berikutnya.
Gambar 2.15. Transistor dengan hubungan Darlington
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
33
C. Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkit elektronika dan mengerjakan
berbagai
macam
fungsi.
Pada
dasarnya
kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk dari dua permukaan (piringan) yang berhubungan, tetapi dipisahkan oleh suatu penyekat. Bila electron berpisah dari satu plat ke plat yang lain, akan terdapat muatan dimana mereka pada medium penyekat tadi. Muatan (bersimbol Q) diukur dengan satuan coulomb dan kapasitor yang memperoleh muatan listrik akan mempunyai tegangan antar terminal sebesar V volt. Kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan disebut kapasitansi yang dapat diukur berdasarkan muatan yang dapat disimpan pada suatu kenaikan tegangan. Kapsitansi, C = muatan, Q / tegangan, V C=Q/V
farad ( F )
berikut gambar sibol kapasitor nonelektrolit dan variable kapasitor
(a)
(b)
Gambar 2.16.1 (a) symbol kapasitor nonelektrolit dan (b) variable kapasitor
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
34
Gambar 2.16.2 simbol kapasitor elektrolit
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
31 35
Tugas Akhir
STAR
Proses Awal
Baca Keypad Hubungi Oprator
Tampilan Peringata n
Tidak
Jumlah Salah<>0
Tidak
Tidak
Tidak
Kode Masuk 1497
Kode Masuk 7236
Kode Masuk 5230
Ya
Kode Masuk 1824
Ya
Ya
Proses Tujuan 1
Proses Tujuan 2
Proses Tujuan 3 Ya
Proses Tujuan 4 Ya
Tidak
END
Flow Chart Proses Pengecekan Kode atau Password
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
32 Tugas Akhir
36
STAR
Putar Garasi Tujuan
Isi Garasi = 1
Isi Putar = 1
Ada Penghalang
Isi Putar = 0
Keluar Mobil
Tidak ada Mobil
Jumblah Salah
Masuk Mobil
3
END
Flow Chart Penentu Pergerakan Pemasukan atau Pengeluaran Mobil
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
BAB III RANCANGAN SISTEM
3.1
Tujuan Dalam pembuatan suatu alat agar mendapat hasil yang sempurna kita tidak bisa main - main. Maka diperlukan sebuah perancangan yang matang. Perancangan dibutuhkan guna mempermudah proses pembuatan alat tersebut dan untuk mendapat gambaran tentang alat tersebut. Pada dasarnya proses perancangan sebuah alat ada beberapa hal yang harus dipetimbangkan, misalnya bentuk rangkaian, jenis komponen yang akan dipergunakan, dan faktor harga komponen serta ketersediaan dipasaran menjadi salah satu pertimbangan pula, agar
biaya pembuatan alat dapat ditekan tanpa mengurangi kualitas dari
perangkat yang dibuat dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam perancangan sebuah alat adalah membuat diagram blok. Proses perancangan suatu alat biasanya dilakukan
Universitas Mercu Buana
33
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
34
berdasarkan tiap-tiap blok rangkaian yang mengacu pada landasan teori yang terdapat pada bab II dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifikasi dari alat yang akan kita buat. Dari setiap blok kemudian dibuat sebuah rangkaian yang sesuai dengan fungsinya masing-masing, dalam hal ini dilakukan pula perhitungan dan pemilihan komponen. Dengan perancangan yang baik, maka diharapkan dapat dibuat suatu alat yang bekerja secara maksimal dan efisien.
3.2
Blok Diagram dan Cara Kerja Tahap selanjutnya dalam perancangan suatu alat adalah membuat suatu diagram blok, dimana diagram blok ini berfungsi untuk mempermudah didalam memahami rangkaian dan perakitan alat. Dengan demikian dalam tahap perancangan dan perakitan alat akan dibuat berdasarkan perblok diagram rangkaian, dimana tiap-tiap blok rangkaian memiliki fungsi masing-masing dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dimana diagram blok rangkaian yang dimaksud ditampilkan pada gambar sebagai berikut : Prinsip Kerja : 1.
AT89S51 berfungsi sebagai pusat kendali yang akan menentukan kerja dari sistem.
2.
Sensor isi berguna untuk mengecek apakah garasi telah diisi atau belum oleh mobil.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
35
3.
Sensor posisi berguna mengetahui posisi putaran garasi
4.
Sensor pintu buka/tutup berguna pengecek batas buka dan tutup pintu
5.
Keypad berguna memasukkan kode garasi yang kita miliki
6.
Display sebagai penampil kode yang kita masukan.
7.
Sebelum mobil masuk ke garasi, pengemudi mematikan mobil dan keluar.
8.
kemudian pengemudi memasukan kode garasinya sebanyak 4 digit melalui keypad. Kode yang dimasukkan akan ditampilkan pada display.
9.
sebagai contoh garasi yang kita miliki adalah nomor tiga.
10.
Jika kode cocok maka garasi akan berputar ke garasi nomor tiga, kemudian pintu akan terbuka.
11.
Setelah pintu terbuka maka mobil akan didorong masuk kedalam garasi.
12.
Jika mobil telah masuk maka pintu akan tertutup kembali.
13.
Jika mobil ingin keluar, maka pengemudi memasukkan kodenya kembali. Jika cocok maka mobil akan dikeluarkan.
14.
sebagai contoh; Posisi mobil ada di bagian atas, maka garasi akan diputar hingga garasi milik kita ada di bawah.
15.
Setelah sampai dibawah maka pintu akan terbuka dan mobil ditari keluar oleh pendorong ke bagian pemutar.
16.
Setelah sampai dipemutar maka mobil akan diputar 180 derajat, ini dilakukan agar pengemudi tidak perlu memundurkan mobilnya. Pintu akan tertutup kembali
17.
Pengemudi dapat membawa pergi mobilnya.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
36
Gambar 3.2.1 Blok Diagram Sistem
3.3
Rangkaian Inframerah untuk mengetahui ada atau tidaknya mobil dan mengetahui posisi garasi maka digunakan sensor inframerah. Untuk mengecek mobil yang ada digarasi dan putaran inframerah diletakkn berjauhan. Sebagain sensor posisi garasi digunakan inframerah jenis optocoupler. Optocoupler dibuat dengan pemancar inframerah dan photodioda, kedua komponen tersebut diletakkan pada wadah berbentuk “U”. Pada keluaran
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
37
optocoupler dihubungkan dengan switchtrigger agar dihasilkan level tegangan TTL, berupa 5 volt untuk logika 1 dan 0 volt untuk logika 0. Gambar berikut merupakan rangkaian optocoupler untuk 1 tingkat. Penggandaan rangkaian dilakukan jika ingin memperbanyak tingkat dari level air.
Cara kerja sensor pendeteksi pipa sebagai berikut, ketika rangkaian diatas diberi tegangan sebesar 5 Vdc maka infra red akan menyala. Bila cahaya itu diterima oleh photodiode maka photodiode akan menimbulkan arus dari kaki katoda ke kaki anoda. Arus dari photodiode (IPD) akan mengalir menuju ke U1 karena tegangan masukan ke U1 kecil (kurang dari 1,0 Volt) maka keluaran dari
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
38
U1 akan bertaraf logika low (0). Sehingga LED akan manyala dan pengendali mikro mendapat data dari sensor optocoupler pendeteksi pipa yaitu berlogika low (0). Dan sebaliknya jika cahaya dari infra red tidak diterima oleh photodiode maka photodiode tidak akan menimbulkan arus dari kaki katoda ke kaki anoda. Sehingga tidak ada arus yang mengalir ke U1 karena tegangan masukan ke U1 besar (lebih dari 1,0 volt) maka keluaran dari U1 akan bertaraf logika high (1). Sehingga LED akan mati dan pengendali mikro mendapat data dari optocoupler pendeteksi pipa yaitu berlogika high (1).
3.4
Rangkaian Saklar Batas (Limit Switch) Untuk membatasi pergerakan mekanik, perlu ditambahkan saklar batas yang akan membatasi pergerakan. Pergerakan yang dibatasi adalah putaran mobil dan posisi pintu. Rangkaian sensor batas dapat dilihat pada gambar 3.4.1.
ke mikro Limit switch
Gambar 3.4.1 Rangkaian sensor posisi Berdasarkan gambar 3.4.1 diatas dapat dijelaskan cara kerja sensor posisi sebagai berikut, apabila limit switch tertekan akan mengubungkan ground
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
39
pada com (common) dengan NO (normally open) maka keluaran akan mendakati 0 Volt (kurang dari 1 volt) sehingga LED1 menyala dan pengendali mikro mendapat masukan dari sensor posisi berlogika low (0). Dan sebaliknya jika limit switch tidak tertekan maka keluar dari sensor posisi tidak sama dengan 0 volt (ground) sehingga LED1 tidak menyala dan pengendali mikro mendapat masukan dari sensor posisi berlogika high (1). Led digunakan untuk mengecek logika.
3.5
Rangkaian Driver Motor Dc Motor dc yang dilengkapi dengan gearbox pada prancangan alat digunakan sebagai penaik dan penurun pintu. Motor dc merupakan keluaran dari pengendali mikro. Namun pengendali mikro tidak langsung mengendalikan motor dc karena dapat membebani pengendali mikro itu sendiri untuk itu perlu adanya driver/pengendali ke motor dc. Rangkaian driver motor dc dua arah dapat dilihat pada gambar 3.5.1. +12 VDC
NC
Com
Output 1
Output
M O TO R
NC
Com
NO
NO R2
Relay SPDT 1
ULN2803
Input 1 Dari m ikro
Relay SPDT 2
ULN2803
Input 2 Dari m ikro
Gambar 3.5.1 Rangkaian driver motor dc dua arah putaran
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
40
Berdasarkan gambar 3.5.1 dapat dijelaskan cara kerja dari driver motor dc dua arah sebagai berikut, ULN2003 untuk mengendalikan relay. Jika input 1 dan 2 diberi logika high (1) maka Q1 dan Q2 akan terbuka sehingga coil pada relay 1 dan relay 2 tidak dialiri arus dan kaki com (common) kedua relay tersebut akan terhubung dengan kontak NC (Normally Closed) dan motor mendapat tegangan masukan dari kedua relay sebesar 12 VDC. Dengan demikian maka motor tidak berputar. Jika input 1 diberi logika high (1) maka Q1 akan terbuka sehingga coil pada relay 1 tidak dialiri arus dan kaki com (common) pada relay 1 tersebut akan terhubung dengan kontak NC (Normally Closed) dan motor mendapat tegangan masukan dari relay 1 sebesar 12 Vdc dan input 2 diberi logika low (0) maka Q2 akan tertutup sehingga coil pada relay 2 dialiri arus dan kaki com (common) pada relay 2 tersebut akan terhubung dengan kontak NO (Normally Open) dan motor mendapat tegangan masukan dari relay 1 sebesar 0 Vdc karena motor mendapat tegangan 12 vdc dari relay 1 dan mendapat tegangan 0 Vdc dari relay 2 maka motor dapat beputar. Dari keterangan di atas dapat dibuat tabel kebenaran dari rangkaian driver motor dc dua arah putaran. Tabel 3.5.1 tabel kebenaran rangkaian driver motor dc dua arah Masukan (Input) 1
Masukan (Input) 2
Keluaran (output) 1
Keluaran (output) 2
keterangan
Low (0)
Low (0)
Low (0)
Low (0)
Motor dc tidak berputar
Low (0)
High (1)
Low (0)
High (1)
Motor dc berputar
High (1)
Low (0)
High (1)
Low (0)
Motor dc berputar berbalik arah
High (1)
High (1)
High (1)
High (1)
Motor dc tidak berputar
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
41
3.6 Modul keypad Keypad ini berguna memasukkan kode atau password, keypad terdiri dari susunan tombol yang disusun secara matric. Angka tombol mana yang ditekan akan ditampilkan pada LCD. Fungsi dari tombol – tombol keypad tersebut pada alat adalah sebagai berikut : Tabel 3.6.1 Angka Kode Keypad 0 sampai 9
Angka kode
*
Pengulangan input
#
Pengecekan kode
Untuk gambar susunan keypad dapat dilihat pada gambar berikut :
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
42
3.7 Modul LCD LCD berguna menampilkan tombol mana yang ditekan. LCD juga akan menampilkan pesan setiap proses yang dijalankan. Apakah proses pemasukan mobil ke garasi, keluar mobil atau kesalahan password. LCD yang digunakan berukuran 16 * 2 karakter dan dihubungkan ke mikrokontroler dengan susunan sebagai berikut : LCD display DB7 DB6 DB4 DB3 E RS RW VSS VDD VO
PIN LCD 14 13 12 11 6 4 5 1 2 3
Port mikrokontroler P2.5 P2.4 P2.3 P2.2 P2.1 P2.0 Ground Ground + 5 volt 0 – 5 volt
Keterangan Jalur data Jalur data Jalur data Jalur data Enable Reset Read Write Ground + 5 volt Pengaturan kontras LCD
Gambar 3.7.1. Pin Koneksi LCD ke Microcontroller
Gambar 3.7.2 Bentuk Fisik LCD 2x16
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
BAB IV PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Pendahuluan Setelah menyelesaikan perancangan sistem dan pembuatan alat yang berupa pengatur jendela outomatis, maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran dan pengujian dari alat maupun sistem itu sendiri.
Adapun tujuan dari
pengukuran dan pengujian alat itu sendiri adalah untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dibandingkan dengan hasil perancangan alat. Setelah didapatkan hasil pengukuran yang sesuai maupun hanya mendekati, maka dilakukanlah pengujian terhadap alat itu sendiri. Pengujian alat ini bermanfaat untuk mengetahui kinerja dan cara kerja alat serta mengetahui kestabilan dari alat tersebut. Untuk melakukan pengukuran ini diperlukan perangkat yang disebut dengan multitester.
Universitas Mercu Buana
43
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
44
4.2 Prosedur pengujian a) Setup alat Mikrokontroler AT89S51 dimanfaatkan sebagai I/O (input/output) dalam
kaitannya
mikrokontroler
AT89S51
dengan
Skripsi
“
Pengendali instrument sepeda motor“ Port input/output yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 dimanfaatkan sebagai berikut : 1. Port 0.0 sampai dengan port 0.7 berfungsi untuk rangkaian penggerak motor 2. Port 1.0 sampai dengan port 1.3 sebagai input yang membaca penekanan tombol keypad. 3. Port 2.0 sampai dengan port 2.5 berfungsi sebagai penampil LCD 4. Port 2.6 sampai dengan port 2.7 berfungsi input posisi pintu dan pemutar 5. P30 sampai dengan port 3.3 berfungsi sebagai sensor posisi garasi b) Upload Software Setelah melakukan perancangan dan pembuatan alat pengatur Pengaturan
system
garasi
mobil
bertingkat
tiga
dengan
menggunakan system rotasi berbasis mikrokontroler ini, maka langkah
berikutnya
adalah
melakukan
penyusunan
program
pengendali alat yang disertakan pada system ini. Program yang telah
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
45
dibuat dan kompile harus diupload ke mikrokontroler. Pembuatan dan upload program dilakukan dengan langkah - langkah sebagai berikut: 1. Program
dibuat
menggunakan
dalam
Bascom
bahasa 8051.
bahasa
Penggunaan
basic
dengan
bascom
8051
bertujuan mempermudah dalam pembuatan program karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. 2. Pengkompilasian program dapat langsung dilakukan pada bascom 8051 tersebut. Kompilasi tersebut menghasilkan file dengan format heksa. Jika pengkompilasian gagal maka akan diberitahukan bagian program yang salah. 3. Hasil
pengkompilasian
dapat
diupload
ke
mikrokontroler
AT89S51 dengan bantuan alat 89 Series Programmer keluaran Sunrom. Sebagai program upload dikomputer digunakan proload 5.2 . tampilan Proload 5.2 dapat dilihat pada gambar
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
46
4.3 Tujuan Tujuan dari pengukuran alat Pengatur jendela outomatis ini adalah untuk : a) Mengetahui apakah perancangan alat ini dapat bekerja dengan baik atau tidak. b) Melakukan pengambilan data untuk mempeoleh hasil kerja yang optimal. c) Mengambil kesimpulan dari seluruh proses kerja perangkat alat Pengatur jendela outomatis. 4.3.1. Pengujian Rangkaian Pengendalian Mikro AT89S51 Pengujian pengendalian mikro AT89S51 dilakukan dengan cara memeriksa keluaran dari pin XTAL2, ALE, dan PSEN malalui osiloskop. Keluaran kaki XTAL2 adalah gelombang sinusoida dengan frekwensi 12 MHz sesuai dengan kristal yang di gunakan. Pin ALE dan PSEN dari pengendali mikro diperiksa menggunakan osiloskop apakah ada sinyal atau tidak, jika ada sinyal maka frekwensi harus sekitar 2 MHz karena digunakan clock sebesar 12 MHz frekwensi sinyal ALE dan PSEN harus sekitar 1/6 dari clock.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
47
Gambar 4.3.1.1. Pengujian Rangkaian Pengendalian Mikro AT89S51 Dan sebagai listing program sederhana sebagai berikut (dengan menggunakan bascom 8051), jika rangkaian bekerja dengan baik maka led akan berkedip setiap 1 detik.
Do Set p1.0 Wait 1 Reset p1.0 Wait 1
‘matikan led ‘Tunggu satu detik ‘hidupkan led ‘tunggu 1 detik
Loop
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
48
4.4. Pengujian Pada Rangkaian Penggerak Motor Pengujian pada motor dc ini dilakukan dengan cara mengukur tegangan masukan dan keluaran pada driver motor dc untuk di kemudian dibandingkan dengan data biner yang sudah didapat pada perancangan alat. +12 Vdc
NC Com NO
Output 1
Output 2
M
V
V
Relay 1 Input 1 Dari mikro ULN2003
V
Gambar 4.4.1. Rangkaian driver motor dc satu arah putaran
Tabel 4.4.1 Hasil pengukuran tegangan pada rangkaian driver motor dc satu arah Masukan 1 Biner Volt 0 0,01 1 3,5
Universitas Mercu Buana
Keluaran 1 Biner Volt 0 0,0 1 11,5
Keluaran 2 Volt 11,92 11,92
keterangan Bergerak Tidak bergerak
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
49
Adapun perhitungan daya motor adalah sebagai berikut: − Daya Motor
= 46 Watt
− Tegangan listrik pada motor
V = 12 Volt
− Gravitasi
g = 9,8 m/s2
− Banyaknya Motor 4.4.1
= 5 Buah
Kebutuhan Listriknya adalah
Untuk:
V
= 12 Volt
P
= 46 Watt
Ι= Maka I :
Ρ
Cos ϕ . V 46 = Cos 0,8 . 12 = 0,479 A
Motor yang digunakan memakai 5 buah motor, jadi kebutuhan listrik keseluruhan yang digunakan motor, untuk menggerakan atau menjalankan adalah :
I Total = I • M = 0,479 • 5 = 2,395 A
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
50
+12 VDC
N C
In Com
In
414 8
Outpu 1 t
414 8
Outpu 2 t
MOTO R
N C
Com
NO
NO Relay 2 SPDT
Relay 1 SPDT
Hitam
ULN2003
Mera h
Mera h Hitam
Inpu 1 t Dari mikro
ULN2003
Inpu 2 t Dari
Mera h Hitam
Mera h Hitam
mikro
Gambar 4.4.2 Pengukuran tegangan pada rangkaian driver motor dc dua arah putaran
Tabel 4.4.2. Hasil pengukuran tegangan pada rangkaian driver motor dc dua arah putaran Masukan 1 Biner volt 0 0,01
Masukan 2 Biner Volt 0 0,01
Keluaran 1 Biner Volt 0 0,0
0 1
0,01 1,5
1 0
1,5 0,01
0 1
0,01 11,94
1
3,5
1
3,5
1
11,95
Keluaran 2 Biner Volt 0 0,0 1 11,94 0 0,01 1 11,95
Keterangan Tidak berputar Berputar Berputar berbalik arah Tidak berputar
Dari hasil pengukuran bahwa tegangan masukan dan keluaran pada driver motor dc satu arah dan dua arah memiliki perbedaan pada output keluaran dari relay ke motor. Hal itu disebabkan keluaran dari driver motor dc mendapat beban (motor dc). Penurunan tegangan yang terjadi sekitar 0,05 volt, hal ini dikarenakan tegangan dari sumber memiliki tahanan dalam.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
51
4.5 Pengujian Pada Rangkaian Catu Daya Sebagai pelengkap dari pengukuran rangkaian ini, maka dirasa perlu melakukan pengukuran pada rangkaian catudaya. Pengukuran dilakukan pada bagian regulator tegangan dengan membandingkan tegangan input dengan tegangan outputnya. Hasil dari beberapa pengukuran seperti terlihat pada tabel 4.2 berikut : Tabel 4.5.1. Hasil Pengujian Rangkaian Catudaya Pengukuran 1 2 3 4 5
V-in (Vdc) 12 12 12 12 12
V-out (Vdc) 4,7 4,8 5,1 4,8 4,8
Gambar 4.5.1. Test point pengukuran rangkaian Catudaya
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
52
Hasil
Pengukuran
pada
tabel
4.5.1.
diatas
didapat
dari
pengukuran pada test point V in untuk mengukur masukan dan test point V out untuk mengukur keluaran dari ic regulator. Seperti yang terlihat pada hasil pengukuran tersebut, dapat dibandingkan meskipun ada perbedaan pada tegangan input regulator, tetapi tegangan output tidak mengalami perubahan yang berarti. Perubahan 0,1 Vdc masih dapat diabaikan sesuai dengan toleransi ICLM7805 menurut data sheet book. Dengan demikian rangkaian regulator tegangan bisa dikatakan dapat bekerja dengan baik.
4.6 Pengujian Pada Rangkaian Sensor Inframerah Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya jatuh tegangan pada Photodiode saat menerima cahaya dari pemancar infra red pada jarak 1 cm dan untuk mengetahui kondisi dari LED indikator. Gambar pengujian rangkaian sensor optocoupler dapat dilihat pada gambar 4.6.1.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
53
V
V
Gambar 4.6.1. Pengukuran tegangan Pada rangkaian sensor optocoupler Tabel 4.6.1. Hasil pengukuran tegangan pada rangkaian sensor optocoupler Tegangan photodioda Posisi
Ja rak
Tegangan INFRARED (V)
S1 S S S S
2 3 4 5
1 cm kon stan
1,5 volt konstan
Universitas Mercu Buana
Terhalang
0,55 0,51 0,53 0,55 0,52
Kondisi LED Indikator
V out
tidak terhalang
Ter ha lang
Tidak terhalang
terhalang
4,23 4,17 4,22 4,25 4,23
Mati Mati Mati Mati Mati
Nyala Nyala Nyala Nyala Nyala
4,52 4,51 4,53 4,55 4,52
tidak terhalang
0,32 0,32 0,35 0,35 0,32
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
54
Berdasarkan tabel 4.1 bahwa terjadi perbedaan tegangan pada saat photodioda tidak mendapat cahaya dari pemancar infra red Perbedaan ini disebabkan beberapa hal yaitu: 1. Tidak samanya karakteristik dari setiap infra red sebagai pemancar dan karakteristik setiap photodiode sebagai penerima cahaya. 2. Bentuk fisik (posisi antara infra red dengan photodioda tidak sejajar atau pada sudut 00)
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
55
Jenis-jenis Sensor Sensor didalam rangkayan sistem garasi mobil dengan menggunakan sistem rotasi berbasis mikrokontroler ini menggunakan dua (2) macam sensor, yaitu 1) Sensor Ir ada 4 pasang, satu pasangnya untuk pemancar dan penerima. Prinsip kerjanya dari sistem Ir adalah bila sensor Ir dapat menerima sinyal dari pemancar, tahanan Ir jadi kecil. Dan bila sensor terhalang oleh suatu benda, maka sensor dapat menerima program untuk mendeteksi kerja dari sebuah alat. 2) Sensor Limit Swit atau sensor batas ada enam (6) pasang. Prinsip kerjanya sensor limit swit adalah bila saklar batas tertekan maka sensor akan hidup atau menerima program. Dan bila sensor tidak tertekan maka sensor akan mengalami pemberhentian program.
Actuator Actuator didalam rangkayan sistem garasi mobil dengan menggunakan sistem rotasi berbasis mikrokontroler ini ada dua (2) macam Actuator, yaitu: 1. Actuator Rellay Actuator Rellay didalam rancangan sebuah rangkayan sistem garasi mobil ada 9 rellay.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
56
2. Actuator Motor DC Actuator Motor DC didalam rancangan sebuah rangkayan sistem garasi mobil ada 5 motor DC, arah gerak dari sebuah Motor DC bolak balik.
Cara kerja Mikropresesor Mikropresesor ini merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu alat, karena dari Mikroprosesor disini mengatur seluruh proses dan kerja dari suatu alat. Mikropresesor ini dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian yang didisain untuk melaksanakan fungsi-fungsi suatu unit pemrograman sentral suatu komputer digit dan suatu sistem logika universal yang dapat diprogram dan dimanufaktur pada sebuah chip silikon. Dengan Mikroprosesor ini memudahkan desainer untuk merancang suatu fungsi tertentu, karena kerja dari mikroprosesor ini dapat diprogram sesuai dengan kemauan. Dan yang lebih mudah lagi Mikroprosesor ini merupakan suatu device yang merupakan penggabungan beberapa jenis device yaitu Mikroprosesor ( sebagai otak dari chip ), Internal Random Access Memory, internal Electrical Erasable Programmable Read Only Memory ( EEPROM ).
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
57
Program Proses Kode Setelah kode dimasukkan dan kode tersebut sesuai dengan salah satu kode parkir maka prosedur proses akan dilakukan. Prosedur ini bertujuan untuk mengecek keberadaan mobil pada luar dan dalam garasi sehingga dapat diketahui apakah tindakan selanjutnya memasukkan atau mengeluarkan mobil. Jika kode merupakan salah satu dari kode garasi (sebagai contoh garasi 1) maka pada Lcd akan ditampilkan pernyataan bahwa kode benar. Selanjutnya garasi akan diputar sesuai dengan garasi tujuan, tetapi jika posisi garasi sekarang sama dengan garasi tujuan maka pemutaran garasi tidak akan dilakukan. Kemudian akan dicek keberadaan mobil pada dalam dan luar garasi. Jika pada garasi dalam terdapat mobil maka akan dicek pula garasi luar,
jika pada garasi luar terdapat mobil juga maka proses tidak akan
dilakukan karena akan terjadi bentrokan mobil, tetapi jika garasi luar kosong maka proses yang dilakukan adalah pengeluaran mobil. Jika pada garasi dalam tidak terdapat mobil maka akan dicek kondisi garasi luar. Jika terdapat mobil maka pemasukan mobil dilakukan. Tetapi jika garasi luar kosong maka tidak akan dilakukan proses apapun. Setelah prosedur ini dilakukan maka akan kembali ke program utama dan proses pembacaan kode dilakukan kembali.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
58
Listing program Proses Kode Sub Proses Cls Lcd " KODE BENAR " Wait 3 Call Putargarasi(tujuan) Cls If Irmobildalam = 1 Then If Irmobilluar = 0 Then Cls Lcd "PROSES PEMASUKAN" Lowerline Lcd " MOBIL " Call Dorongkeluar Wait 1 Call Bukapintu wait 1 Call Angkatmobil wait 1 Call Dorongmasuk wait 1 Call Turunmobil wait 1 Call Tutuppintu wait 1 Else Cls Lcd "TIDAK ADA MOBIL" Lowerline Lcd " PROSES GAGAL " End If Else If Irmobilluar = 1 Then Cls Lcd "KELUARKAN MOBIL" Lowerline Lcd "TERIMA KASIH" Call Bukapintu wait 1 Call Angkatmobil wait 1 Call Dorongkeluar wait 1 Call Turunmobil wait 1 Call Tutuppintu wait 1 Call Dorongmasuk wait 1 Call Putarmobil wait 1 Else Cls Lcd "ADA PENGHALANG" Lowerline Lcd "PROSES GAGAL" End
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
59
Start
Posisi Awal
Isi Garasi = 1
Isi Putar = 0
Isi Putar = 1
Keluarkan Mobil
Ada Penghalang
Tidak Ada Mobil
Masukan Mobil
Jumlah Salah 3
Stop
4.2. Flowchart Program Proses Kode
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
60
BAB V PENUTUP 5.1
KESIMPULAN Dari hasil rancangan yang diperoleh dan diuji terhadap sistem dari “ Rancangan Sistem Garasi Mobil Dengan Menggunakan Sistem Rotasi Berbasis Mikrokontroler ” dapat diberikan beberapa kesimpulan, yaitu : 1.
Daya yang dihasilkan motor adalah sebagai berikut: ¾
Daya Motor Listrik
¾
Tegangan listrik pada motor
V = 12 Volt
¾
Gravitasi
g = 9,8 m/s2
¾
Banyaknya Motor
= 46 Watt
= 5 Buah
Kebutuhan listrik pada sebuah motor adalah
= 0,479 A
Kebutuhan listrik pada 5 buah motor adalah
= 2,395 A
Universitas Mercu Buana
60
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
2.
61
Regulator 7805 mempunyai tegangan output positif dan tegangan regulaor sebesar 5 volt. 2 digit terakhir dari angka-angka tersebut menunjukkan jumlah tegangan output.
3.
Sensor optocopler sebagai sensor pengendali robot mampu mendeteksi keberadaan mobil di dalam garasi. Peletakan sensor seperti pada robot ini, memberikn informasi bahwa di dalam garasi tersebut ada mobil atau tidak.
4.
penggunaan motor DC pada robot ini cukup lambat, sehingga kita harus menunggu cukup lama untuk mobil dikirim masuk atau keluar.
5.
Dari pengujian sistem secara keseluruhan alat bekerja dengan baik dan dapat berjalan sesuai dengan program yang telah dibuat.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
Tugas Akhir
5.2
62
SARAN Saran – saran yang harus diperhatikan dari
“Rancangan
Sistem Garasi Mobil Dengan Menggunakan Sistem Rotasi Berbasis Mikrokontroler ” ini adalah : ¾
Sistem robot ini, pada bagian garasi kurang begitu stabil, dikarnakan, pembuatannya yang relatipe mudah patah, hanya pada bagian – bagian tertentu saja yang menggunakan besi palang.
¾ Rancangan Sistem Garasi Mobil Dengan Menggunakan Sistem Rotasi Berbasis Mikrokontroler ini mudah rusak, bila pemakaiannya tidak hati - hati ¾ Dan Perlunya mengingat kode – kode pintu parkir, agar mobil – mobil yang masuk dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan keperluannya.
Universitas Mercu Buana
Sarif Hidayat Ramdhani
DAFTAR PUSTAKA ¾
Cristianto, Danny., and Kris Pusporini. Panduan Dasar Mikrokontroler Keluarga MCS-51. Surabaya : Innovative Electronics, 2004.
¾
Rahmat
Rafudd,
"Belajar
Sedr
Mkrokotroler
AVR
Ser
ATMega8535, ed! "ertama, A d # u$ l!er, % & & ' . ¾
Panduan
Pratikum
Dasar
Mikrokontroler
Keluarga
MCS-51
Menggunakan DT-51 Minimum System Ver 3.0 dan DT-51 Trainer Board. Surabaya : Innovative Electronics, 2004. ¾
Budiharto, Widodo. Interface Komputer dan Mikrokontroler. Jakarta : Elex Media, 2004.
¾
Woorlard, Barry. Pratical electronics. Jakarta : Pradnya Paramita, 2003.
¾
Sumisjokartono.
Elektronika
Praktis
Untuk
Pemula,
Hobbyist,
Wiraswastawan. Jakarta : PT Multi Media, 1985. ¾
Dan
didapat
dari
Internet.
www.innovativeelectronics.com
www.atmel.com,
www.boondog.com,
Motor
Tahanan motor
GAMBAR MOTOR PENGGERAK ROTASI
Sensor posisi
Saklar on/off
Pemutar posisi kendaraan
LCD keypad
GAMBAR ALAT TAMPAK DEPAN
Parkir rotasi
Rantai Penggerak
GAMBAR ALAT ALAT TAMPAK SAMPING
GAMBAR KEYPAD
Mikro
Travo
Relay
GAMBAR KOMPONEN