PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PEMANFAATAN SAMPAH BALIGO KOTA BANDUNG MENJADI GOODY BAG
BIDANG KEGIATAN: PKM GT
Diusulkan oleh: RICHITA ETI ANDARI FAVOR
(15308088) Teknik Lingkungan 2008
JAMAL SYAKIR
(15308044) Teknik Lingkungan 2008
DIANUARI KUSUMAWARDANI (15309027) Teknik Lingkungan 2009
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2011
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan 2. Bidang Kegiatan
: Pemanfaatan Sampah Baligo Kota Bandung menjadi Goody Bag : ( ) PKM-AI (√ ) PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/Institut/Politeknik e. Alamat Rumah dan No Tel./HP f. Alamat email
: Richita Eti Andari Favor : 15308088 : Teknik Lingkungan : Institut Teknologi Bandung : Jalan Sambas No. 69 Manyar 085711397391 :
[email protected]
4. Anggota Pelaksana Kegiatan
: 3 orang
5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIP c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
: Dr. Ir. Tri Padmi Damanhuri : 130604379 : Jl. Batik Uwit No. 13
Bandung, 1 Maret 2011 Menyetujui, Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Ir. Agus Jatnika Effendi, Ph.D) NIP. 196708181993031002
(Richita Eti Andari Favor) NIM. 15308088
Kepala Lembaga Kemahasiswaan
Dosen Pendamping
(Dr. Ir. Brian Yuliarto ) NIP.197507272006041005
(Dr. Ir Tri Padmi Damanhuri) NIP. 130604379
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Mengetahui, yang masih memberikan waktu untuk terus berpikir dan selalu menuntun penulis mencari inspirasi. Konsep produk daur pakai ini didapat penulis melalui kuliah Pengelolaan Sampah yang diperoleh selama masa perkuliahan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri selaku Dosen Pengelolaan Sampah. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Tri Padmi Damanhuri yang telah menjadi dosen pembimbing dalam membuat tulisan ini. Sampah, permasalahan yang tidak pernah bisa dipisahkan dari masyarakat kota Bandung. Aktivitas ekonomi dan sosial di kota Bandung yang semakin meningkat turut mempengaruhi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. Meskipun sampah anorganik bukan merupakan komposisi sampah terbesar, namun akan menjadi masalah karena lamanya waktu untuk mendegradasinya. Permasalahan sampah terus ada bukan saja karena jumlahnya yang semakin meningkat, melainkan juga karena ketidak mampuan kota Bandung untuk menampungnya. Semakin lama, semakin banyak masyarakat dan lembaga yang mulai peduli terhadap lingkungan, terutama dalam bidang persampahan. Kesadaran ini muncul mengingat sudah semakin sedikitnya lahan yang dapat digunakan untuk menimbun sampah di lahan urug (landfill). Semakin banyak produk-produk ramah lingkungan yang diciptakan. Produk-produk yang terbuat dari bahan anorganik kini hadir dengan bahan yang lebih cepat terdegradasi oleh lingkungan. Meningkatnya animo masyarakat untuk menggunakan barang yang ramah lingkungan memicu perkembangan desain$$ dan kreativitas produsen untuk menciptakan inovasi dalam setiap karyanya. Hal ini pula yang mendorong penulis untuk membuat goody bag yang berbahan dasar sampah baligo. Terciptanya produk ini diharapkan dapat meringankan beban Pemerintah kota Bandung dalam mengelola sampah anorganiknya, juga sebagai perwujudan pengelolaan sampah yang berbasis 3R di kota Bandung. Penggunaan produk goody bag yang diperuntukkan khusus untuk kegiatan di ITB, diharapkan mampu membantu program ITB Eco Campus yang harus tercapai pada tahun 2015 mendatang. Untuk kesempurnaan tulisan ini, penulis juga menerima saran dan kritik membangun dari pembaca. Harapan penulis, semoga tulisan ini dapat memotivasi pembaca untuk terus melakukan inovasi dalam menciptakan barang-barang yang ramah lingkungan dan menjadi solusi untuk permasalahan kota Bandung.
Untuk kota Bandung yang lebih baik, Bandung, Februari 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................. v RINGKASAN ........................................................................................ 1 PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................
2
Tujuan dan Manfaat ..............................................................................
2
GAGASAN Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah Baligo di Kota Bandung ........... 3 Pengelolaan Sampah Baligo yang Telah Dilakukan ................................ 4 Gagasan Baru dalam Penanganan Sampah Baligo Menjadi Produk Kreatif ......................................................................... 5 Pihak Terkait Pengelolaan Sampah Baligo ............................................. 6 Strategi Pelaksanaan Gagasan ................................................................ 7 KESIMPULAN Gagasan yang Diusulkan ....................................................................... 7 Teknik Implementasi ............................................................................ 8 Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh ...................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 9 DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rekapitulasi Permohonan Reklame Insidentil .................................. 3 Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Penertiban Baligo ........................................... 4 Tabel 3. Estimasi Jumlah Produksi Goody Bag dalam Satu Tahun ............... 6 Tabel 4. Perbandingan goody bag berbahan baligo dengan goody bag berbahan kain ................................................................... 6
v
1
RINGKASAN
Kota Bandung sering dikaitkan dengan buruknya sistem pengelolaan sampah yang mengakibatkan banyaknya penumpukan sampah. Penanganan timbunan sampah organik cenderung lebih mudah dan sudah banyak dilakukan. Sedangkan untuk pengelolaan sampah anorganik masih belum terlalu mendapat perhatian, khususnya masalah timbulan sampah baligo. Untuk itu, dibutuhkan langkah yang efektif dan berbasis konsep 3R (reduce, reuse, recycle). Upaya yang dapat dilakukan berupa pemanfaatan kembali sampah baligo menjadi produk yang bernilai guna. Produk tersebut dapat berupa goody bag untuk keperluan acaraacara besar, khususnya yang diselenggarakan di kampus ITB. Upaya pemanfaatan ini dapat dimulai dengan pembuatan kontrak kerjasama dengan pihak Rektorat ITB untuk menggantikan pemakaian goody bag yang terbuat dari bahan kain dan secara ekonomis lebih mahal. Hal yang perlu diperhatikan dalam produksi goody bag berbahan baligo ini adalah pengumpulan bahan baku yang harus kontinu dan kreativitas yang tinggi dalam pengolahan bahan. Kerjasama pengelolaan sampah baligo ini harus dilakukan secara terpadu dengan pihak terkait seperti Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung serta perusahaan periklanan. Melalui upaya ini, diharapkan timbulan sampah anorganik di kota Bandung dapat tereduksi sekaligus memperbaiki estetika kota Bandung dengan mengurangi penumpukan sampah baligo yang telah habis masa pemakaiannya di ruas-ruas jalan. Selain itu, pemanfaatan baligo untuk acara besar di kampus ITB juga turut mendukung program ITB Eco Campus yang ditargetkan tercapai pada tahun 2015.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini, sebagian besar masyarakat Indonesia berpandangan bahwa baligo, spanduk, dan umbul-umbul masih merupakan media yang efektif untuk menyampaikan infromasi. Hal ini mempengaruhi peningkatan jumlah pemakaian media tersebut di kota-kota besar, termasuk di kota Bandung. Aktivitas ekonomi dan sosial yang tinggi di kota Bandung sebagai kawasan wisata yang strategis turut berkontribusi terhadap tingginya pemakaian media informasi dan promosi. Tingginya pemakaian media ini tidak diimbangi dengan sistem pengelolaan yang baik sehingga timbul permasalahan seperti penumpukan sampah baligo dan penurunan estetika kota Bandung. Berdasarkan hasil wawancara dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung diketahui bahwa dalam jangka waktu dua jam lebih saja, dua mobil bak terbuka yang digunakan untuk mengangkut sudah penuh terisi ratusan baligo, spanduk, poster serta bambu dan tiang penyangga. Pada tahun 2010, sampah baligo di kota Bandung dapat mencapai 2.990 buah[1]. Hal ini menunjukkan tingginya timbulan sampah baligo di kota Bandung. Berdasarkan UU. No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah di Indonesia, disebutkan bahwa pengelolaan sampah terdiri dari upaya pengurangan dan penanganan. Pada dasarnya, banyak media informasi alternatif yang dapat menggantikan baligo, spanduk, dan umbul-umbul sehingga dapat mengurangi timbulan sampah. Namun, masyarakat di kota Bandung belum memaksimalkan media tersebut. Oleh karena itu, upaya penanganan dinilai lebih efektif untuk mengatasi permasalahan sampah baligo. Penanganan dapat dilakukan dengan upaya daur pakai (recycle) menjadi produk kreatif yang bernilai guna, salah satunya adalah goody bag.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari upaya daur pakai sampah baligo menjadi produk kreatif adalah sebagai berikut: Menghemat pemakaian material dalam produksi barang baru Membuat inovasi bahan dasar pembuatan goody bag Menciptakan tren pemakaian material bekas dalam produksi barang Mengurangi timbulan sampah baligo di kota Bandung Memperbaiki estetika kota Bandung dengan mengurangi penumpukan sampah baligo yang telah habis masa pemakaiannya di ruas-ruas jalan
3
GAGASAN
Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah Baligo di Kota Bandung
Pada tahun 2010 jumlah timbulan sampah anorganik di kota Bandung mencapai 30%[2]. Salah satu penyumbang sampah anorganik ini adalah sampah baligo. Sampah baligo berasal dari pemasang media promosi (iklan) dalam bidang sosial, keagamaan serta partai yang sudah kadaluarsa baik yang masih terpasang maupun yang sudah diambil oleh pengelola. Lokasi pemasangan baligo tersebar di berbagai tempat, anatara lain: Bahu jalan/ berm jalan Shelter bus Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Taman Kota atau Jalur Hijau Pos Jaga polisi Jam kota Terminal dan pangkalan angkutan Gelanggang olah raga Pasar Di atas bangunan Halaman Jumlah sampah baligo di kota Bandung terus meningkat seiring perkembangan Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata. Perkembangan tersebut mendorong pemasangan baligo untuk media promosi di berbagai tempat wisata yang terus bermunculan di wilayah Bandung. Penumpukan sampah baligo dapat terjadi karena pelayanan sampah di kota Bandung baru bisa mencapai 62,73% dari total timbulan sampah[3]. Penumpukan ini dapat terlihat di sepanjang ruas jalan utama kota Bandung terutama saat masa kampanye pemilu. Berikut adalah data rekapitulasi permohonan reklame insidentil dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung. Tabel 1 Rekapitulasi Permohonan Reklame Insidentil Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
Bandir
796
644
989
799
1106
1055
3214
1296
1176
1654
1625
1243
Baligo
196
231
237
289
225
338
276
226
185
234
232
321
Spanduk Umbulumbul
680
892
815
1218
1067
1084
1421
1366
802
944
804
1040
533
1196
1412
2537
2010
1702
1797
1306
1126
2808
1232
2020
Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, 2010
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pemasangan reklame sesuai Peraturan Daerah Kota Bandung No. 17 tahun 2001 tentang
4
penyelenggaraan reklame[4]. Pengawasan dilakukan dalam bentuk monitoring serta penertiban. Berdasarkan Pasal 16, penertiban reklame dilakukan terhadap reklame yang memiliki keadaan sebagai berikut : a. Pembayaran pajaknya kurang dari seharusnya b. Tanpa izin c. Telah berakhir masa izinnya dan tidak diperpanjang d. Terdapat perubahan sehingga tidak sesuai lagi dengan izin yang telah dibekukan, antara lain meliputi perubahan isi pesan, ukuran dan bentuk reklame e. Peletakan titik reklame tidak pada titik yang telah ditetapkan dalam gambar TLB f. Konstruksi reklame tidak sesuai dengan IMB yang diterbitkan Berikut merupakan data rekapitulasi penertiban baligo yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung selama tahun 2010. Tabel 2 Rekapitulasi Jumlah Penertiban Baligo Bulan Jumlah Bulan Jumlah Januari 390 Juli 79 Februari 141 Agustus 81 Maret 133 September 40 April 199 Oktober 23 Mei 509 November 23 Juni 100 Desember 43 Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, 2010
Penertiban baligo oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung saat masa kampanye, dalam satu hari bisa mencapai ratusan buah. Hal ini merupakan salah satu sumber timbulan sampah baligo terbesar. Selain kegiatan kampanye, sampah baligo juga banyak berasal dari kegiatan promosi acara yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan kegiatan komersil. Salah satu perguruan tinggi di Bandung yaitu Institut Teknologi Bandung, menghasilkan sampah baligo lebih dari 60 buah per bulan. Jumlah in belum termasuk umbul-umbul maupun spanduk yang bisa mencapai 50 buah per bulan. Menurut Direktorat Sarana dan Prasarana yang mengelola pemasangan baligo di ITB, baligo bekas dapat menumpuk di gudang bila tidak cepat dimanfaatkan.
Pengelolaan Sampah Baligo yang Telah Dilakukan
Selama ini, sampah baligo yang tidak terpakai hanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjadi lapisan untuk atap rumah yang bocor, penutup warung dan alas duduk untuk kegiatan. Kegiatan pemanfaatan oleh masyarakat ini belum membantu mengurangi timbulan sampah baligo. Hal ini dikarenakan jumlah baligo yang dimanfaatkan masyarakat tidak sebanding dengan aktivitas pemasangan baligo baru yang terus meningkat. Masalah akan tetap muncul karena sisa baligo yang tidak termanfaatkan tetap dibuang ke lahan urug (landfill).
5
Sebuah inovasi pemanfaatan sampah baligo diantaranya telah dilakukan oleh industri skala rumah tangga bernama Dyrt dan Plastic Works [5]. Industri ini memanfaatkan sampah baligo menjadi produk kreatif, seperti tas, aksesoris, perlengkapan kantor, dan furniture yang menarik. Akan tetapi, industri ini baru memanfaatkan sampah baligo yang ada di Bogor, Bantul dan Yogyakarta. Untuk di kota Bandung sendiri, belum ada pemanfaatan sampah baligo secara massal sehingga diperlukan adanya gagasan pengelolaan sampah baligo secara terpadu.
Gagasan Baru dalam Penanganan Sampah Baligo Menjadi Produk Kreatif Untuk menangani permasalahan timbulan sampah baligo, diperlukan inovasi cara pemanfaatan sampah yang dapat secara efektif mengurangi jumlah timbunan sampah. Metode yang digunakan dapat melihat dari pemanfaatan sampah baligo yang dilakukan oleh industri Dyrt dan Plastic Works. Kegiatan yang dilakukan oleh industri ini dapat menjadi jalan keluar untuk permasalahan sampah baligo di kota Bandung. Hal ini dirasa perlu karena belum ada pihak yang benar-benar memberikan dampak yang besar dalam memanfaatkan timbulan sampah baligo di kota Bandung. Bentuk pemanfaatan sampah baligo yang digagas adalah membuat produk kreatif berbahan dasar baligo bekas. Produk kreatif dapat berupa tas atau goody bag yang dapat digunakan oleh Rektorat Institut Teknologi Bandung dalam pelaksanaan sidang terbuka untuk penerimaan mahasiswa baru ataupun wisuda. Oleh karena itu, perlu dijalin kerja sama dengan pihak Rektorat ITB dalam penyediaan tas yang digunakan untuk membawa kelengkapan peserta sidang. Bentuk kerja sama ini akan menunjang pewujudan ITB sebagai eco campus. Untuk mendapatkan bahan baku berupa sampah baligo, diperlukan kerja sama dengan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung serta lembaga sarana dan prasarana dari institusi dan perguruan tinggi di kota Bandung. Selain itu, dapat dijalin kerja sama dengan perusahaan periklanan dalam hal perjanjian untuk memberikan baligo yang sudah tidak terpakai. Kerja sama ini dapat dinilai sebagai bentuk kepedulian lembaga-lembaga tersebut terhadap lingkungan. Untuk keperluan bahan baku ini, perlu adanya bantuan dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman untuk membuat sosialisasi dalam pemasangan baligo. Sosialisasi tersebut berupa anjuran untuk tidak melubangi baligo yang akan dipasang di wilayah Bandung. Baligo dilubangi untuk menahan terpaan angin agar tidak tumbang. Baligo yang dilubangi biasanya merupakan baligo liar yang tidak mendapatkan izin pemasangan di tempat yang seharusnya. Hal ini dapat disiasati dengan membuat konstruksi tempat pemasangan baligo yang kokoh. Imbauan ini diperlukan karena baligo yang sudah berlubang tidak lagi dapat dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku. Produksi goody bag ini dapat mengurangi timbulan sampah baligo dengan menggunakannya sebagai bahan baku produksi. Dari satu buah baligo berukuran 3x5 meter dapat dimanfaatkan untuk membuat goody bag sebanyak 60 unit
6
berukuran 25x35 cm. Berikut adalah analisis estimasi perhitungan produksi goody bag berbahan baligo. Tabel 3 Estimasi Jumlah Produksi Goody Bag dalam Satu Tahun Luas 1 buah baligo 300 cm x 500 cm 150000 cm2 30 cm x 40 cm x 2 sisi Bahan yang diperlukan 2400 cm2 (penambahan 5 cm untuk alas) untuk 1 goody bag Tas yang dapat diproduksi Jumlah sampah baligo Ketersediaan bahan baku
Total goody bag dalam 1 tahun
150000 : 2400
60 unit
estimasi per tahun 40% x 2990 (baligo yang layak dijadikan bahan baku)
2990 buah
1196 x 60
71760 unit
1196 buah
Dengan kapasitas produksi seperti tertera pada Tabel 3, pemanfaatan sampah baligo menjadi goody bag dapat mereduksi 40% dari total timbulan sampah baligo di Kota Bandung. Berikut adalah tabel perbandingan antara goody bag berbahan baligo dengan goody bag berbahan kain yang menunjukkan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan. Tabel 4 Perbandingan goody bag berbahan baligo dengan goody bag berbahan kain
Parameter pembanding Biaya produksi Material
Ketahanan terhadap air
Bahan baligo 5.000-12.000 Ramah lingkungan; mendukung upaya recycle; Lebih kuat terhadap beban Tahan air
Bahan kain 6.000-18.000 Bahan baku baru; bukan upaya recycle; Kurang kuat terhadap beban Tidak tahan air
Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, 2010
Dari Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan baligo menjadi goody bag memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan produk goody bag berbahan kain.
Pihak Terkait Pengelolaan Sampah Baligo
Untuk memanfaatkan sampah baligo menjadi produk kreatif, perlu dijalin kerja sama dengan pihak-pihak sebagai berikut a. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung b. Lembaga Sarana dan Prasarana dari Intitusi dan Perguruan Tinggi di Kota Bandung c. Perusahaan periklanan
7
d. Perusahaan konveksi e. Rektorat Institut Teknologi Bandung Strategi Pelaksanaan Gagasan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan baligo bekas yang akan dijadikan bahan baku pembuatan goody bag. Bahan baku bisa didapatkan dari hasil kerja sama dengan pengelola perizinan pemasangan baligo diantaranya Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, bagian sarana dan prasana dari institusi dan perguruan tinggi di kota Bandung, serta perusahaan periklanan. Sebelum masuk ke tahap produksi, bahan baku yang diperoleh harus dipilih dan dilihat kualitasnya, apakah memang masih bisa dimanfaatkan kembali untuk menjadi goody bag. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah keadaan fisik baligo, karena yang bisa dimanfaatkan adalah baligo yang tidak robek atau bolong. Berdasarkan keterangan dari Kepala Seksi Penertiban Reklame, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, jumlah baligo yang masih dalam keadaan baik (tidak dilubangi) adalah sekitar 40% dari total sampah baligo. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah baligo agar tidak bolong adalah dengan meminta Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung mengeluarkan imbauan agar pemasangan baligo tidak dilakukan dengan membolongi baligo. Setelah proses pengecekan ini, baligo bekas dibawa ke perusahaan konveksi untuk memulai proses produksi. Goody bag dibuat sesuai desain yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu desain yang sesuai dengan peruntukannya sebagai tas untuk membawa kelengkapan sidang terbuka. Untuk memberi identitas acara dan kegiatan dilakukan pihak ITB, di permukaan tas akan dilakukan penyablonan atau penempelan stiker berupa logo ITB, tanggal kegiatan, dan keterangan-keterangan lainnya. Untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan sampah baligo sebagai goody bag pada sidang terbuka maupun wisuda di ITB, perlu dilakukan kerjasama dan pembuatan kontrak antara pihak rektorat dengan produsen goody bag (dalam hal ini adalah penggagas). Hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak tersebut meliputi masa berlaku kontrak dan kisaran jumlah pemesanan di tiap acara-acara di ITB. Kebutuhan yang besar akan goody bag di setiap acara mengharuskan adanya kontinuitas dalam proses pengumpulan bahan baku sehingga kontrak kerjasama dapat terus terjalin dengan baik.
8
KESIMPULAN
Gagasan yang Diusulkan Sampah baligo di Kota Bandung dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai guna, dalam hal ini berupa goody bag yang digunakan dalam kegiatan dan acara-acara besar di kampus ITB. Sampah baligo dapat berasal dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, bagian sarana dan prasana dari institusi dan perguruan tinggi di Kota Bandung, serta perusahaan periklanan. Sampah baligo ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan goody bag setelah melalui proses produksi di perusahaan konveksi.
Teknik Implementasi
•Pengajuan proposal kerja sama dengan penyedia bahan baku (baligo bekas)
SETUJU •Pengajuan proposal kerja sama dengan Rektorat ITB untuk penyediaan goody bag
SETUJU
•Pengumpulan bahan baku •Kontrak dengan perusahaan konveksi
PRODUKSI
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh Pemanfaatan sampah baligo sebagai goody bag ini, diharapkan dapat mengurangi timbulan sampah anorganik di Kota Bandung, khususnya timbulan sampah baligo. Pengurangan timbulan sampah baligo ini diharapkan dapat mencapai 40% dari total sampah baligo Kota Bandung. Pemanfaatan ini merupakan salah satu upaya menyukseskan program ITB Eco Campus yang ditargetkan dapat tercapai pada tahun 2015 dan konsep 3R dalam pengelolaan sampah Kota Bandung. Selain itu, gagasan ini dapat mereduksi biaya dalam pembelian goody bag untuk acara-acara besar yang rutin diadakan oleh kampus ITB.
9
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Pikiran Rakyat Online, Pemkot Bandung Tertibkan Media Iklan Bodong, http://www.pikiran-rakyat.com/node/121311, diakses terakhir tanggal 26 Februari 2011 pukul 07.55 WIB [2]
Sandhi Eko Bramono, PhD, Kontroversi Teknologi PLTSa, http://mahasiswaitb.com/artikel/kontroversi-teknologi-pltsa-pembangkit-listriktenaga-sampah/, diakses terakhir tanggal 26 Februari 2011 pukul 07.50 WIB [3]
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Profil Kota Bandung, http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/bandung.pdf, diakses terakhir tanggal 26 Februari 2011 pukul 08.00 WIB [4]
Bandung.go.id, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, http://www.bandung.go.id/c/9/?fa=dilemtek.detail&id=6, diakses terakhir tanggal 26 Februari 2011 pukul 08.22 WIB
[5]
Dyrt Design, About Dyrt. http://dyrtdesign.com/#/menu/about-dyrt.html, diakses terakhir tanggal 26 Februari 2011 pukul 09.33 WIB
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama Tempat Tanggal Lahir Alamat Agama Universitas NIM
: Richita Eti Andari Favor : Jakarta, 11 Januari 1990 : Jalan Sambas No. 69 Yosowilangun Gresik : Islam : Institut Teknologi Bandung : 15308088 Ketua
(Richita Eti Andari Favor) NIM 15308088 2. Nama Tempat Tanggal Lahir Alamat Agama Universitas NIM
: Jamal Syakir : Depok, 12 September 1990 : Jalan Kahayan Ujung No. 50, Depok II Timur : Islam : Institut Teknologi Bandung : 15308044 Anggota
(Jamal Syakir) NIM 15308044 3. Nama Tempat Tanggal Lahir Alamat Agama Universitas NIM
: Dianuari Kusumawardani : Jakarta, 7 Januari 1992 : Jalan Baladewa V No. 2 Bogor : Islam : Institut Teknologi Bandung : 15309027 Anggota
(Dianuari Kusumawardani) NIM 15309027
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar Tumpukan Sampah Baligo di Beberapa Tempat
Gambar 1 Sampah Baligo di ITB Gambar 2 Sampah Baligo di Gudang Sarpras ITB
Gambar Contoh Produk Goody Bag
Gambar 3 Produk goody bag Dyrt (berbahan bailgo)
Gambar 4 Produk goody bag ITB (berbahan kain)
vii