Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK Imam Mahmudin danYulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, Email:
[email protected] ABSTRAK Keterbatasan lahan di Kabupaten Gresik menjadikan TPA Ngipik yang dioperasikan sejak tahun 2003 membutuhkan pengelolaan yang baik. Penambangan timbunan sampah di TPA, atau landfill mining merupakan salah satu alternatif untuk pemanfaatan material yang tertimbun, dan penggunaan kembali TPA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi ekonomi material darisampah yang telah ditimbun di TPA Ngipik. Estimasi kuantitas timbunan sampah dilakukan dengan pengukuran volume yang ditimbun setiap tahun. Sedangkan komposisi hasil galian sampah ditentukan berdasarkan prosentase jenis-jenis material yang terdapat pada sejumlah 12 (dua belas) sampel dengan berat minimum 100 kg dari seluruh timbunan sampah dengan tahun penimbunan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan volume timbunan sampah sebesar 214.478 ton. Komposisinya terdiri atas: 25,91% material kompos, 41,40% plastik, 19,37%material kasar, 5,49% kain, 5,31% kayu, 2,5% residu. Potensi ekonomi hasil penambangan sampah diperhitungkan terhadap volume dan harga material kompos dan komponen-komponenlainnya yang dapat dimanfaatkan. Penambangan sampah disarankan untuk dilakukan setelah 6 tahun pasca penutupan TPA. Kendala dalam proses penambangan TPA Ngipik adalah kemungkinan masih terjadinya emisi gas dan lindi, serta resiko terjadinya longsor pada lahan yang berdekatan dengan lokasi penimbunan baru. Oleh karenanya metoda penambangan disarankan untuk mengikuti pedoman Kementerian PU tahun 2013 Kata kunci: Landfill Mining, TPA Ngipik, Potensi Ekonomi.
PENDAHULUAN Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk serta kegiatan masyarakat. Volume sampah yang terus meningkat, jenis sampah dan karakteristik sampah yang beragam, tidak selalu diimbangi dengan penanganan yang seksama. Keterbatasan lahan di Kabupaten Gresik menjadikan TPA Ngipik yang masih aktif memerlukan penanganan yang baik sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Pada awal perencanaannya, TPA Ngipik dirancang untuk dioperasikan dengan metode sanitarylandfill, dimana pelaksanaan penutupan timbunan sampah dilakukan setiap hari. Namun pelaksanaan metoda sanitary landfill di TPA Ngipik tidak berjalan dengan baik. TPA Ngipik merupakan satu-satunya TPA yang ada saat ini dengan luas ± 6 ha, sedangkan luas dengan dua zona penimbunan adalah ±30.000 m² dan ±10.000 m². Pada saat ini TPA Ngipik sudah melebihi kapasitas tampungnya, sedangkan pertumbuhan penduduk semakin lama semakin meningkat. Jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 1.237.675 jiwa, meningkat pada tahun 2011 menjadi 1.279.351 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan volume sampah meningkat pula dari 624,72 m³/hari di tahun 2010 menjadi 698,5m³/hari ditahun 2012 (Badan Lingkungan Hidup, 2011). Sejak tahun 2003 hingga tahun 2007 volume ISBN : 978-602-97491-8-2 D-2-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
sampah yang masuk ke TPA sebesar 412 m³/hari, sedangkan pada tahun 2008 hingga penelitian ini sebesar 499,78 m³/hari. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah mengamanatkan bahwa pengelolaan sampah harus sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan. Dengan mengacu pada ketentuan tersebut, sebagai langkah pengembangan lahan TPA Ngipik dan strategi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan dilakukan rehabilitasi lahan.Rehabilitasi lahan dimaksud adalah penambangan TPA (landfillmining), sebagai upaya mendapatkan kembali bahan bermanfaat dari timbunan sampah dan penyediaan lahan TPA baru. Penambangan landfill atau penggalian timbunan sampah dapat dilakukan pada timbunan sampah yang telah penuh dan berumur lebih diatas 4 tahun (Darwati, 2009). Teknik operasional penambangan dilakukan pada timbunan sampah yang sudah stabil untuk digali, kemudian sampah hasil penggalian dipilah berdasarkan komposisinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan potensi ekonomi material dari sampah yang telah ditimbun di TPA Ngipik. METODE Data yang diperlukan untuk mengkaji permasalahan ini adalah estimasi volume timbunan sampah. Data ini diperoleh dengan pengukuran langsung luas lahan terpakai dan ketinggian tumpukan sampah. Data densitas timbunan sampah dengan mengukur volume dan berat sampah pada 3 galian berukuran 100 cm (p) x 100 cm (l) x 50 cm (t) untuk setiap tahun penimbunan. Data ini diperoleh dengan melakukan penggalian terhadap timbunan tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 masing-masing sebanyak 12 (dua belas) titik sampel. Pengukuran berdasarkan berat sampah hasil galian dibandingkan dengan volume sampah terukur guna mengetahui berat jenis sampah timbunan. Data komposisi sampah ditentukan untuk menentukan persentase setiap komponen sampah dan potensi ekonomi menurut jenisnya. Dalam pengukuran komposisi sampah ini, dilakukan pemisahan dan penimbangan terhadap masing-masing komponen hasil galian sebanyak 100 kg setiap titik sampel. Selanjutnya dihitung persentase berat dari setiap jenis sampah. Potensi ekonomi hasil ekskavasi ditentukan dengan menghitung nilai potensi setiap komponen berdasarkan harga yang berlaku pada saat ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Densitas dan Komposisi Dari penelitian yang dilakukan, prosentase berat sampah hasil ekskavasi didapat densitas berdasarkan rumus berikut : ℎ(
/
)=
ℎ( (
) ……………………….………..1 )
Data densitas sampah dapat dilihat pada Tabel 1.Rata-rata nilai densitas hasil ekskavasi penimbunan tahun 2007 sampai tahun 2010 sebesar 473,05 kg/m³.
ISBN : 978-602-97491-8-2 D-2-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Tabel 1. Hasil Perhitungan Densitas Hasil Ekskavasi 2007 No
Titik
2008
2009
2010
Berat (kg)
Densitas (kg/m³)
Berat (kg)
Densitas (kg/m³)
Berat (kg)
Densitas (kg/m³)
Berat (kg)
Densitas (kg/m³)
1
Sampel I
225,24
450,48
242,00
484,00
227,34
454,68
222,01
444,02
2
Sampel II
223,25
446,50
261,67
523,34
201,91
403,82
242,18
484,36
3
Sampel III
213,72
427,44
316,55
633,10
217,64
435,28
244,78
489,56
Jumlah
1324,42
1640,44
1293,78
1417,94
Rata-rata
441,47
546,81
431,26
472,65
Dari setiap sampel dengan berat sampah 100 kg didapat komposisi material yang terdiri dari material plastik, material halus, material kasar, kayu, kaca, karet, dan besi/logam. Prosentase komposisi sampah ditentukan berdasarkan rumus : ℎ (%) =
ℎ
100
100% … … … … … … … … 2
Prosentase berat menunjukkan bahwa komposisi material terbesar adalah plastik yaitu berkisar 30% - 45% dan material halus seperti tanah/kompos berkisar 21% - 29%. Sedangkan material lain seperti kayu, kaca, kain, besi/logam dan karet berkisar ± 0 – 6% dari total prosentase berat.Prosentase komposisi sampah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Prosentase Komposisi Material Hasil Ekskavasi
Yang dimaksudkan denganmaterial halus adalah material yang dapat dijadikan kompos; sedangkan material kasar adalah material bekas tanah penutup dengan prosentasi berat cukup bervariasi. Prosentase rata-rata komposisi sampah adalah 41,40% plastik, 25,91% material kompos, 19,37% material kasar, 5,49% kain, 5,31% kayu, dan 1,4% karet, dan 1,01 kaca. Prosentase rata-rata komposisi hasil ekskavasi disajikan pada Gambar 2.
ISBN : 978-602-97491-8-2 D-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
- Plastik - Material Halus - Material Kasar - Kain - Kayu - Karet - Kaca - Besi/Logam 0
10
20
30
40
50
Prosentase Berat Basah (%) Gambar 2. Rata-Rata Prosentase Komposisi Sampah Hasil Ekskavasi
Dari rata-rata komposisi sampah diperoleh ±97,57% merupakan material yang dapat dimanfaatkan, sedangkan ±2,43% material yang tidak dapat dimanfaatkan. Material plastik memilikipotensi ekonomi cukup besaruntuk dimanfaatkan kembali. Komponen plastik, kain dan kayu dapat diolah menjadi bahan energi berupa RefuseDerivedFuel (RDF). Namun perlu dilakukan proses lebih lanjut untuk memenuhi standar kebutuhan. Selain itu plastik dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar minyak mencapai. Menurut Ciptanto (2008) dari 500 gr plastik dapat dihasilkan 350 – 450 gr minyak. Analisis Volume Timbunan Sampah TPA Ngipik yang dioperasikan sejak tahun 2003 masih dilakukan penimbunan sampah hingga penelitian ini ditulis. Di TPA Ngipik terdapat dua zona penimbunan dengan waktu penimbunan yang berbeda. Luas penimbunan Zona I adalah ± 30.000 m² dan Zona II ± 10.000 m², dengan masing-masing kedalaman ± 3,5 m. Berdasarkan data Badan Lingkugan Hidup Kabupaten Gresik, sampah yang masuk TPA selama masa operasional sebesar ± 2.196.720 m³. Selanjutnya dalam menghitung estimasi volume timbunan sampah yang ada digunakan metoda perhitungan limas terpancung,dengan rumus berikut : 1 1 = [ ∗ ∗ { 1 + 2 + ( 1 ∗ 2) }] … … … … … … … … … … … … . … … . 3 3 Maka didapat : V2003-2006 =[1/3 * 3,5 * {30.000 + 28.398 + (30.000 * 28.398)1/2}] = 102.183 m3 Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Estimasi Volume Timbunan Sampah Tahun Penimbunan Zona I
Tinggi Timbunan (m)
Luas Bawah (m²)
Luas Atas (m²)
Total Volume (m³)
2003-2006
3,5
30.000
28.398
102.183
2007
2–3
13.350
9.546
29.607
2008
6,5
6.440
3.566
32.062
2009 2010 2012-2013 Zona II 2010-2011
6,5 6 8,5
7.245 5.480 12.126
4.293 3.153 7.937
37.083 25.579 84.641
3,5 – 4,0
29.394
25.126
99.827
Total Volume Sampah (m³)
ISBN : 978-602-97491-8-2 D-2-4
410.984
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Hasil estimasi volume timbunan sampah yang adaadalah 410.984 m³. Volume tersebut tersisa setelah penambangan oleh Semen Gresik Foundation sebesar ±495 m³. Sehingga volume sampah total potensial sebesar ± 725.984 m³. Analisis Berat Timbunan Sampah Berat timbunan sampah yang dihitung berdasarkan volume dan densitas. Perhitungan berat sampah yang masuk TPA berdasarkan SNI 19-3964-1994 dengan densitas sampah lepas sebesar 300 kg/m³, sedangkan densitas sampah di TPA 600 kg/ m³.Nilai densitas sampah yang digunakan untuk menghitung volume tahun 2003 - tahun 2007 adalah 441,47 kg/m³. Untuk menghitung volume sampah tahun 2008 – tahun 2010 digunakan berdasarkan nilai densitas setiap tahunnya, sedangkan untuk tahun 2011 - tahun 2013 digunakan densitas 600 kg/m³. Contoh perhitungan sebagai berikut : Volume sampah tahun 2003-2006setelah tertimbun Densitas sampah timbunan Berat sampah eksisting
: 102.183 m³ : 441,47 kg/m³ = 0,441 ton : 102.182 m³ x 0,441 ton : 45.111 ton
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa perbedaan berat sampah awal dengan berat sampah setelah tertimbun rata-rata mencapai 20 – 30%.Selama proses degradasi sampah dalam landfillterjadi penurunan permukaan timbunan sampah (settlement).Penurunan terjadi karena adanya konsolidasi sampah (Damanhuri, 1995). Tabel 3. Hasil Perhitungan Berat Sampah Timbunan Tahun Penimbunan
Zona I 2003-2006 2007 2008 2009 2010 2012-2013 Zona II 2010-2011
Vol. sampah tertimbun (m³) (1)
Berat sampah (ton) (2) =(1) x densitas
102.183 29.607 32.062 37.083 25.579 85.641
45.111 13.071 17.532 15.992 12.090 50.785
99.828 Berat total = 214.478 ton
59.897
Analisis Mass Balance Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan berat sampah di TPA Ngipik sebesar 214.487 ton terdiri atas 97,57% sampah yang dimanfaatkan dan 2,53% sampah residu beru. Pa karet dan kaca. Perhitungan prosentase dan berat komposisi sampah yang dapat dimanfaatkan dapat dilihat pada Tabel 4. Pengolahan hasil ekskavasi yang dapat dimanfaatkan adalah 25,91% atau55.575 ton material halus dimanfaatkan sebagai kompos. Material kasar sebesar 19,37% atau 41.553 ton dapat dimanfaatkan sebagai tanah urug. Yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif adalah campuran material plastik, kain dan kayu sebesar 52,2% atau 111.968 ton. Sedangkan material besi/logam sebanyak 201 ton dapat dijual kembali. ISBN : 978-602-97491-8-2 D-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Tabel 4. Data Prosentase dan Berat Komponen Sampah No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Komponen sampah Material halus Material kasar Plastik Kayu Kain Besi/logam Karet Kaca Total
Berat sampah (%) (Ton) 25,91 55.575 19,37 41.553 41,40 88.802 5,31 11.398 5,49 11.768 0,09 201 1,40 3.006 1,01 2.175 214.478
Pemanfaatan Kompos Tanah urug Bahan bakar alternatif Dijual untuk daur ulang Re-landfill
Potensi daur ulang sampah yang didapat potensi perhitungan massbalancepada Tabel 4 dijadikan sebagai dasar guna menghitung potensi pendapatan dari kegiatan penambangan. Harga masing-masing komponen sampah yang masih dapat didaur ulang diperoleh dari penelitian dan wawancara kepada bandar lapak, mandor kebersihan maupun dinas terkait. Perhitungan pendapatan ini diperhitungkan dengan asumsi pemasaran produk daur ulang yang berjalan lancar dan produk terjual sempurna. Harga yang dicantumkan untuk setiap komponen sampah didapat dari informasi di internet, wawancara dengan pemulung dan pemilik lapak. Berat total kompos seberat 55.575 ton dengan harga pasar Rp.750,-/kg atau Rp. 750.000,-/ton, hasil diperoleh sebesar Rp. 41.681.250.000,-. Material RDF (plastik, kain dan kayu) seberat 111.968 ton,dengan asumsi harga sebesar Rp. 350.000,-/ton, besi/logam seharga 1.500,-/kg atau Rp. 1.500.000,-/ton. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Potensi Pendapatan Hasil dari Penjualan Produk Daur Ulang No. 1 2 3
Komponen sampah
Berat (ton) 55.575
Material kompos Material RDF dari plastik, 111.968 kayu dan kain Besi/logam 201 JUMLAH
Harga/ton (Rp.) 750.000,350.000,1.500.000,-
Jumlah Harga (Rp.) 41.681.250.000,39.188.800.000,301.500.000,81.171.550.000,-
Dalam hal ini, sampah plastik tidak dapat dijual secara tersendiri telah lama tertimbun, sehingga berkualitas rendah dan memiliki nilai daur ulang dan nilai ekonomi rendah.Karenanya sampah plastik, kain dan kayu dapat dijadikan satu produk daur ulang menjadi Refused Derived Fuel (RDF) yangmasihmemerlukan proses lebih lanjut.Hasil ekskavasi berupa material kasar, yang dapat digunakan sebagai tanah penutup TPA. KESIMPULAN Timbunan sampah di TPA Ngipik memiliki potensi ekonomi. Berdasarkan analisa massbalance, 97,57% sampah tertimbun dapat dimanfaatkan sebagai produk daur ulang. Potensi ekonomi tersebut adalah: - Material halus sebanyak 41,40% dari total timbunan sampah dapat dimanfaatkan sebagai produk kompos. - Material plastik, kain dan kayu sebanyak 52,2% dari total timbunan sampah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar RDF. - Material kasar sebesar 19,37% dapat dimanfaatkan sebagai tanah urug. ISBN : 978-602-97491-8-2 D-2-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
DAFTAR PUSTAKA Badan Lingkungan Hidup, (2011), “Laporan Pengelolaan Sampah Kabupaten Gresik”, Badan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kabupaten Gresik. Ciptanto, (2008),“Pilih mana degradasi plastik atau mengubahmenjadi minyak” http://akbarciptanto.wordpress.com/2008/07/06/pilih-mana-degradasi-plastik-ataumengubah-menjadi-minyak. Damanhuri, E. (1995) Teknik Pembuangan Akhir, Diktat Kuliah TL-453, Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITB. Darwati, S. (2009), “Potensi Rehabilitasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Melalui Penambangan Lahan Urug”. Jurnal Permukiman, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Bandung. SNI19-3964-1994. (1994), Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan, Standar Nasional Indonesia, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta.
ISBN : 978-602-97491-8-2 D-2-7