Pilihan Makanan Kita adalah Persoalan Hidup dan Mati Kita Sedang Mengganyang Planet Ini Jika makan daging tidak dilarang atau tidak dibatasi, maka seluruh planet akan lenyap. Ini adalah persoalan hidup dan mati bagi setiap orang; ini bukan pilihan pribadi. Dengan kita makan daging, kita menelan seluruh planet ini, mengganyang 90% persediaan makanan dan membiarkan orang lain kelaparan. i Itu sama sekali bukan pilihan yang tepat. Dibandingkan dengan pola makan vegan, pola makan daging menggunakan lahan hinga 17 kali lebih luas, air 14 kali lebih banyak dan energi 10 kali lebih besar. ii Kita menghasilkan cukup bijibijian untuk memberi makan lebih dari seluruh populasi manusia, dengan melimpah. Namun, satu miliar orang kelaparan, dan 10,9 juta anak-anak balita meninggal setiap tahun – itu artinya satu anak meninggal setiap tiga detik sementara kita mempunyai makanan yang berlimpah untuk memberi makan seluruh penduduk dunia, bahkan lebih dari dua kali lipatnya. iii Di sisi lain, sekitar satu miliar orang menderita kegemukan dan penyakit-penyakit terkait lainnya, karena makan terlalu banyak atau terlalu banyak daging. PBB mendesak gerakan global menuju pola makan tanpa daging dan tanpa susu: “Dampak peternakan diperkirakan meningkat sangat besar karena pertumbuhan penduduk telah meningkatkan konsumsi produk hewani. Penurunan dampak yang cukup besar hanya mungkin dilakukan dengan perubahan mendasar pola makan dunia untuk menghindari produk-produk hewani.” iv Industri peternakan adalah penghasil gas rumah kaca yang terbesar. Laporan PBB terakhir terbitan tahun 2006 menyatakan bahwa industri peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih banyak daripada gabungan seluruh sektor transportasi dunia — total gas rumah kaca dari pesawat terbang, kereta api, mobil-mobil, sepeda motor, dan sebagainya.v Perhitungan terbaru memberitahu kita bahwa industri peternakan bertanggung jawab setidaknya atas 50% dari pemanasan global. vi “Analisa kami menunjukkan bahwa peternakan dan produk sampingannya menghasilkan setidaknya 32.567 juta ton CO2 per tahun, atau 51 persen Gas Rumah Kaca tahunan di seluruh dunia.”vii —World Watch Institute Peternakan adalah penghasil utama metana yang disebabkan oleh kegiatan manusia, dan metana selain mampu memerangkap panas 72 kali lebih besar daripada CO2, juga merupakan gas yang berusia pendek. Artinya gas ini akan meninggalkan atmosfer lebih cepat daripada CO2, hanya dalam satu dasawarsa dibandingkan ribuan tahun bagi CO2. Oleh karenanya, menghilangkan metana dengan menghapus peternakan adalah cara tercepat untuk mendinginkan planet ini.
“Lingkaran Umpan Balik” dan Pemanasan Global Tak Terkendali Para ilmuwan ahli cuaca mengatakan bahwa suhu atmosfer naik dengan sangat tajam sehingga kita tidak punya banyak waktu lagi untuk berubah. “Kita telah melewati titik kritis. Kita belum melewati titik tanpa harapan. Kita masih bisa berbalik arah, tetapi itu membutuhkan balik arah yang cepat.” viii —Dr. James Hansen, Ketua Institut Goddard NASA untuk Studi Antariksa Arktik, atau Kutub Utara, mungkin akan bebas dari es pada tahun 2012, 70 tahun lebih cepat dari perkiraan IPCC. Tanpa perlindungan es untuk memantulkan cahaya matahari, 90 persen dari panas matahari akan masuk ke dalam air yang terbuka, dan mempercepat pemanasan global.ix Jika air laut semakin panas, maka es akan mencair lebih cepat. Dan sekali esnya mencair, tidak ada lagi yang memantulkan panas kembali ke angkasa. Oleh karenanya, panas itu akan mencairkan esnya dan juga memanaskan airnya lebih lanjut. Dan keduanya akan saling membantu satu sama lain untuk mencairkan lebih banyak es dan semakin memanaskan planet ini. x Perubahan dalam lapisan es penutup Arktik sangatlah dramatis, dengan para ahli iklim mengatakan bahwa hanya 10 persen dari es yang ada sekarang adalah es yang lebih tua dan tebal, sementara lebih dari 90 persennya adalah es yang baru terbentuk dan tipis.xi
Sumber: Pusat Data Salju dan Es Nasional AS, http://nsidc.org/arcticseaicenews/index.html
Hidrat Metana: Bom Waktu yang Sedang Berdetik Perubahan Arktik lainnya adalah mencairnya lapisan es abadi, yang biasanya merupakan lapisan beku Bumi berisi simpanan metana. Mencairnya lapisan itu di tahun-tahun belakangan ini telah menyebabkan gas metana dilepaskan, dengan kadarnya di atmosfer telah naik dengan tajam sejak tahun 2004.xii
Pemanasan global lebih jauh akan melampaui kenaikan dua derajat Celcius yang dapat menyebabkan miliaran ton hidrat metana dari dasar laut dilepaskan ke dalam atmosfer, sehingga akan mengakibatkan kepunahan massal bagi kehidupan di planet ini. “Kenaikan temperatur beberapa derajat saja akan menyebabkan gas ini terlepas dan bergelembung keluar ke dalam atmosfer, yang akan meningkatkan temperatur lebih lanjut, dan akan melepaskan lebih banyak metana, memanaskan Bumi dan lautan, dan selanjutnya. Ada 400 gigaton metana yang tersimpan di padang rumput beku di kutub utara – cukup untuk memulai rangkaian reaksi ini... Sekali terpicu, siklus ini akan mengakibatkan pemanasan global lepas kendali.”xiii —Ahli Geologi John Atcheson
Pola Makan Nabati adalah Solusi Tercepat “Tindakan menggantikan produk hewani tidak hanya mampu mengurangi gas rumah kaca di atmosfer dengan cepat, tetapi juga bisa mengatasi krisis pangan dan air dunia pada saat ini.”xiv — World Watch Institute
Menjadi vegan akan menghasilkan efek sangat cepat dalam menghilangkan metana di atmosfer, yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang paling besar dalam memerangkap panas, hingga 72 kali lebih besar daripada karbon dioksida. xv Menjadi vegan tentunya akan mengurangi penggurunan dan melestarikan sumber daya alam, seperti danau-danau dan sungai-sungai, serta melindungi hutan kita. Melakukan tindakan-tindakan hijau lainnya, seperti menanam pohon atau beralih ke teknologi hijau juga baik, tetapi cara ini memerlukan waktu yang lebih lama untuk membuahkan hasil. Pola makan vegan menghasilkan efek paling cepat, faktanya sangat mungkin adalah cara yang tercepat, paling murah dan sudah pasti adalah cara yang paling mudah untuk mengekang pemanasan global. Dengan menjalankan pola makan nabati : • Kita menghemat 70% air bersih, menyelamatkan sekitar 80% kawasan hutan hujan Amazon dari pembabatan untuk ladang merumput ternak. xvi Di Brasil, 90% hutan yang ditebangi sejak tahun 1970 dipakai untuk lahan peternakan atau menanam pakan ternak. xvii Hutan lebat terus diubah menjadi ladang tandus dengan tingkat kecepatan 36 lapangan sepak bola per menit, sedang dihancurkan saat Anda membaca tulisan ini.xviii Dan di Meksiko bagian Selatan, hutan tropis yang dulunya menutupi hampir separuh Negara Bagian Tabasco sekarang hanya tinggal kurang dari 10% ukuran semula. Pada saat yang sama, lahan untuk penggembalaan ternak telah meningkat menjadi 60% dari luas total negara bagian itu. xix Juga di negara seperti Argentina dan Paraguay, semakin banyak hutan yang ditebang untuk peternakan atau ladang kedelai. Argentina telah kehilangan 70% dari luas hutan aslinya. xx
• Hal itu akan membebaskan 3,5 juta hektar lahan per tahun. Menghemat 760 juta ton biji-bijian setiap tahun — setengah dari suplai biji-bijian dunia. xxi Menghabiskan bahan bakar fosil 2/3 kali lebih sedikit daripada yang digunakan untuk produksi daging, mengurangi pencemaran dari kotoran hewan yang tidak dikelola, menjaga air tetap bersih, menekan pengeluaran 4,5 ton emisi per rumah tangga AS per tahun. Untuk menghasilkan satu pon daging sapi, butuh 2.500 galon air, 12 pon biji-bijian, 35 pon lapisan tanah subur dan energi yang setara dengan satu galon bensin. Jika semua biaya ini dicerminkan dalam harga produk itu, tanpa subsidi, hamburger yang paling murah di AS akan seharga US$35. xxii •
Ini akan menghentikan 80% pemanasan global.xxiii
• Menghemat uang. Para ilmuwan dari Belanda menemukan bahwa dari perkiraan US$40 triliun yang diperlukan untuk menghentikan pemanasan global, 80% dari jumlah ini bisa dihemat melalui pola makan vegan! Artinya menghemat US$32 triliun melalui langkah sederhana dengan beralih dari konsumsi daging menuju bahan-bahan nabati! xxiv • Memulihkan keseimbangan kehidupan laut. Penangkapan ikan menambah pemanasan global terutama dengan menggangu ekosistem yang kompleks di lautan dunia. Ekosistem laut yang seimbang sangat penting, karena lebih dari dua per tiga planet ini ditutupi oleh air laut. Karena penangkapan ikan besar-besaran yang menyebabkan ikan sarden lenyap dari pantai Namibia, munculnya gas-gas berbahaya telah menciptakan zona mati yang menghancurkan ekosistem di kawasan itu akibat tidak adanya ikan ini, satu spesies sederhana tetapi bermanfaat, berdaya guna bagi lingkungan. xxv Komisi Pew AS menemukan bahwa penangkapan ikan secara berlebihan adalah ancaman terbesar bagi ekosistem laut, diikuti oleh hanyutnya kotoran ternak dan pupuk yang dipakai pada ladang pakan ternak. xxvi Para ilmuwan memperkirakan lebih dari 90% ikan besar telah menghilang selama 50 tahun terakhir karena penangkapan ikan komersial. xxvii Mereka memperingatkan bahwa dengan laju penangkapan ikan saat ini, akan menimbulkan kehancuran global pada tahun 2050 pada semua spesies ikan dan mengatakan bahwa usaha pemulihan perlu segera dimulai. xxviii • Mengurangi zona mati lautan. Zona-zona mati ini muncul akibat pupuk yang hanyut, sebagian besar dari ladang pakan ternak, membuat kekurangan oksigen di dalam air laut yang penting untuk mendukung kehidupan. xxix
Be Veg, Go Green 2 Save The Planet ! Together We Can Save Our Planet Earth. Yes We CAN ! Artikel lengkap bisa dibaca di : http://www.crisis2peace.org/?b=&wr_id=21
References: i ii iii iv v vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
xv xvi
This is because when grain is fed to animals reared for human consumption, 90% of the energy from the original grain is lost. Lucas Reijnders and Sam Soret, “Quantification of the Environmental Impact of Different Dietary Protein Choices,” The American Journal of Clinical Nutrition, Vol. 78, No. 3 (September 2003), 664S-668S. World Food Organization, “Hunger Stats,” http://www.wfp.org/hunger/stats. UNEP, Assessing the Environmental Impacts of Consumption and Production. June, 2010. http://www.unep.fr/scp/publications/details.asp?id=DTI/1262/PA The UN study referred to here is Henning Steinfeld et. al., Livestock’s Long Shadow: Environmental Issues and Options. The Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2006. Robert Goodland and Jeff Anhang found that “livestock contributes to 32,564,000 tons of GHG annually, which equals 51percent of global GHG emissions.” See their article, “Livestock and Climate Change,” World Watch Magazine, (Nov/Dec, 2009), 10-19. Ibid, 11 From “Scientists: ‘Arctic is Screaming’: Global Warming May Have Passed Tipping Point,” Fox News, December 12, 2007. Available online at http://www.foxnews.com/story/0,2933,316501,00.html
NASA climate scientist Jay Zwally describes the urgency of the situation as follows: “The Arctic Ocean could be nearly ice-free at the end of summer 2012, much faster than previous predictions.” See “Arctic Ice ‘could be gone in five years.’” The Telegraph, December 12, 2007. http://www.telegraph.co.uk/earth/earthnews/3318239/Arctic-ice-could-be-gone-in-five-years.html. Director of the National Snow and Ice Data Center, Dr. Mark Serreze states, “We could very well be in that quick slide downward in terms of passing a tipping point. It’s tipping now. We’re seeing it happen now,” quoted in R. Black, “Arctic Ice is at a tipping point.” BBC News August 28, 2008, http://news.bbc.co.uk/2/hi/7585645.stm The National Snow and Ice Data Center in the US also notes, “Arctic sea ice generally reaches its annual minimum extent in mid-September. This August [2010], [the] ice extent was the second lowest in the satellite record, after 2007. On September 3 [2010], [the] ice extent dropped below the seasonal minimum for 2009 to become the third lowest in the satellite record. The Northwest Passage and the Northern Sea Route are largely free of ice, allowing the potential for a circumnavigation of the Arctic Ocean. Please see “Updated minimum Arctic sea ice extent,” September 27, 2010, http://nsidc.org/arcticseaicenews/index.html. Scientists from the National Snow and Ice Data Center have found that in the year 2009, ice older than two years accounted for less than 10% of the ice cover at the end of February. See “Arctic sea ice younger, thinner as melt season begins,” in Arctic Ice News and Analysis, April 6, 2009, http://nsidc.org/arcticseaicenews/2009/040609.html. University of Alaska, Fairbanks, “Methane Bubbling From Arctic Lakes, Now And At End Of Last Ice Age,” Science Daily, October 26, 2007, http://www.sciencedaily.com/releases/2007/10/071025174618.htm. Also see “Scientists Find Increased Methane Levels in Arctic Ocean,” Science Daily, December 18, 2008, http://www.sciencedaily.com/releases/2008/12/081217203407.htm . In a number of recent reports scientists have documented the intense methane release from seabed areas near East Siberia, Russia, and Spitsbergen. See, for example, Judith Burns, “Methane seeps from Arctic sea-bed,” BBC News, August 19, 2009, http://news.bbc.co.uk/2/hi/8205864.stm, and Steve Connor, "Exclusive: The Methane Time Bomb,” The Independent, September 23, 2009, http://www.independent.co.uk/environment/climate-change/exclusive-themethane-timebomb-938932.html. See John Atcheson, “Ticking Time Bomb,” Baltimore Sun, December 15, 2004, from http://www.commondreams.org/views04/1215-24.htm.
Goodland and Anhang, “Livestock and Climate Change,” 15. See Elke Stehfest et.al., “Climate benefits of changing diet.” Netherlands Environmental Assessment Agency. Available online at http://www.pbl.nl/en/publications/2009/Climate-benefits-of-changing-diet.html
This study by the SIWI and IWMI (Stockholm International Water Institute and International Water Management Institute), “Saving Water from Field to Fork” (May 2008) found that 70% of clean water is fed to livestock. www.siwi.org/documents/resources/Policy_Briefs/PB_from_Field_to_Fork_2008.pdfThe
xvii xviii xix xx xxi
xxii xxiii
xxiv xxv
Center for International Forestry Research (Indonesia) states that 60-70 percent of deforestation in Brazil’s Amazon rainforest results from cattle ranches. See the Center for International Forestry Research, “The Impact of the Growing Demand for Beef on the Amazon Rainforest in Brazil,” April 2, 2004, http://www.mongabay.com/external/brazil_beef_amazon.htm. Also see Cees de Haan et al., Livestock and the Environment: Finding a Balance, Chapter 2. http://www.fao.org/ag/againfo/programmes/en/lead/toolbox/FAO/Main1/index.htm. “What is Deforestation?” Lesson Plans by Lisa M. Algee, Environmental Education PhD student, the University of California at Santa Cruz, http://kids.mongabay.com/lesson_plans/lisa_algee/deforestation.html World Wildlife Foundation, “Deforestation,” http://wwf.panda.org/about_our_earth/about_forests/deforestation. Yacov Tsur et. al., Pricing Irrigation Water: Principles and Cases from Developing Countries, Washington: Resource for the Future, 2004, 220. News Wires, “Argentina has lost nearly 70% of its forests in a century,” France 24, October 1, 2009, http://www.france24.com/en/20090926-argentina-lost-major-part-forests-century-soy-crops-environment. In an article published in The Guardian, April 15, 2008, columnist George Monbiot quotes the FAO’s statistics and states, “While 100m tons of food will be diverted this year to feed cars, 760 m tonnes will be snatched from the mouths of humans to feed animals. This could cover the global food deficit 14 times. If you care about hunger, eat less meat.” http://www.monbiot.com/archives/2008/04/15/the-pleasures-of-the-flesh/#more-1110. John Robbins, Diet for a New America: How Your Food Choices Affect Your Health, Happiness and the Future of Life on Earth. Tiburon: H. J. Kramer, 1987, 367.
In February 2009 the Netherlands Environmental Assessment Agency published a new report including recommendations for Dutch and international policies on environmental sustainability. The report concludes that US$20 trillion or 50 percent of a total US$40-trillion estimated cost could be saved from a global shift to a low-meat diet. And a worldwide transition to a completely vegan diet with no animal products would save an enormous 80% by 2050. See Elke Stehfest et al., “Climate benefits of changing diet.” The Netherlands Environmental Assessment Agency, 2009, abstract online at http://www.pbl.nl/en/publications/2009/Climate-benefits-of-changing-diet.html. Also see Supreme Master TV’s interview with Dr, Joop Oude Lohuis, head of department at the Netherlands Environmental Assessment Agency entitled “Global Shift to Vegan Diet Could Cut Climate Change Mitigation Costs by 80% : PBL study,” available online at SupremeMasterTV.com/bbs/tb.php/sos_video/95. Ibid.
Dr. Bakun and his colleague, Dr. Scarla Weeks of the University of Cape Town in South Africa, have found that overfishing of sardines off the southwest coast of Africa may have been a factor in eruptions of two toxic gases – hydrogen sulfide, and methane – from the Atlantic Ocean floor. Hydrogen sulfide causes a horrible, rotten-egg smell that had long burdened (and perplexed) residents of local communities in Namibia, while also poisoning fish and causing oxygen poor dead zones in the water. See “Pew Institute Scientist Featured on National Geographic's “Strange Days on Planet Earth: Program Premieres on Wednesday, April 23, 9pm on PBS,” April 22, 2008, http://www.oceanconservationscience.org/press/press-article_archive.php?ID=89. xxvi Pew Oceans Commission, America’s Living Oceans: Charting a Course for Sea Change: a Report to the Nation, 2003. Available online at http://www.pewtrusts.org/our_work_detail.aspx?id=130. xxvii Diaz, R J. and R. Rosenberg, “Spreading Dead Zones and Consequences for Marine Ecosystems,” Science, Vol. 321. no. 5891 (2008): 926 – 929. xxviii “Oceans' Fish Could Disappear by 2050,” Discovery News May 17, 2010, http://news.discovery.com/earth/oceans-fish-fishing-industry.html xxix Diaz, R J. and R. Rosenberg, “Spreading Dead Zones and Consequences for Marine Ecosystems,” Science, Vol. 321. no. 5891 (2008): 926 – 929.