PERTUMBUHAN KEMBALI RUMPUT GAJAH DENGAN INTERVAL DEFOLIASI DAN DOSIS PUPUK UREA YANG BERBEDA (Regrowth of Pennisetum purpureum with Different Defoliation Intervals and Dosage of Urea Fertilizer) R. T. Mulatsih Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang
ABSTRAK Penelitian telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro selama 4 bulan di Kelurahan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi antara interval defoliasi (30, 45 dan 60 hari) dan dosis pupuk urea (100 dan 150 kg urea/ha) terhadap pertumbuhan kembali rumput gajah umur dua tahun. Percobaan diatur dengan rancangan acak kelompok pola faktorial yang diulang 3 kali. Parameter yang diamati meliputi produksi daun, batang, hijauan segar, kering, kadar serat kasar dan produksi nitrogen rumput gajah umur dua tahun. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan umur defoliasi dari 30 menjadi 45 dan 60 hari pada rumput gajah umur dua tahun mengakibatkan peningkatan hasil hijauan segar, bahan kering, serat kasar, produksi nitrogen serta persentase batang tetapi menurunkan persentase daun. Kata kunci : rumput gajah, defoliasi, pupuk urea dan pertumbuhan kembali
ABSTRACT The experiment was conducted at the land area of Animal Agriculture Faculty, Diponegoro University, Tembalang Semarang for four months. It was aimed to evaluate the interactive effect of defoliation intervals (30, 45 and 60 days ) and dosage of urea fertilizer (100 and 150 kg/ha) on the regrowth of Pennisetum purpureum. A factorial randomized block design with 3 replication was used to arranged the experiment. The parameters were regrowth of leaf, stem, forage crop, crude fiber concentration and N uptake of grass. The results showed that defoliation intervals of 30, 45 and 60 days increased all parameters except the percentage of leaf. There was no interactive effect between defoliation interval and dosage of urea fertilizer on regrowth of grass. The dosage of urea fertilizer did not effect on the regrowth of Pennisetum purpureum. Keywords : Pennisetum purpureum, defoliation, urea fertilizer, regrowth
Regrowth of Pennisetum purpureum with Different Defoliation and Urea Fertilizer (Mulatsih)
151
PENDAHULUAN Rumput gajah merupakan rumput unggul yang berasal dari Afrika tropik, termasuk jenis rumput potong yang berumur panjang (perennial), tumbuh tegak membentuk rumput, tinggi dapat mencapai 7 m bila dibiarkan bebas dan kedalaman akar mencapai 4,5 m (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput ini dapat tumbuh pada ketingian 0-3000 m diatas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan 1000 mm/tahun, tidak tahan genangan dan membutuhkan tanah subur. Rumput gajah disukai ternak, tahan terhadap kekeringan, produksi dan nilai gizinya tinggi serta baik untuk silase (Soegiri et al, 1980). Pertumbuhan kembali (“regrowth”) pada rumput merupakan hasil dari kegiatan metabolisme tanaman (fotosintesis dan respirasi) setelah mengalami defoliasi dan akan mempengaruhi produktifitas tanaman (Setyati, 1979). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali adalah adanya persediaan bahan makanan berupa karbohidrat dalam akar yang ditinggalkan setelah pemotongan (Sutrisno, 1983). Kecepatan pertumbuhan kembali sangat ditentukan oleh kadar cadangan karbohidrat tanaman, kesuburan tanah, iklim, penerimaan cahaya, interval pemotongan (defoliasi) serta tinggi pemotongan (Isbandi, 1985). Defoliasi merupakan pemotongan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, pada proses ini tanaman kehilangan daun dan sebagian dari batang (Susetyo, 1980). Defoliasi yang baik dengan mengadakan masa istirahat guna memberi kesempatan agar tanaman dapat tumbuh kembali (McIlroy, 1976). Defoliasi sebaiknya dilakukan pada fase vegetatif, karena cadangan makanan dalam akar cukup tersedia untuk pertumbuhan kembali (Haryadi, 1996). Faktor yang perlu diperhatikan dalam defoliasi adalah umur tanaman, interval dan tinggi defoliasi. Perlakuan defoliasi tergantung dari kecepatan tumbuh tanaman. Waktu defoliasi yang singkat akan mempengaruhi “regrowth” dari tanaman dan waktu defoliasi yang lama dapat menyebabkan peningkatan bobot batang tanaman (Setyati, 1979). Menurut Kristanto dan Karno (1991) bahwa tinggi pemotongan memberi pengaruh pada laju pertumbuhan kembali karena cadangan karbohidrat cukup untuk mendukung pemunculan dan
152
pertumbuhan tunas baru yang terbentuk. Kadar serat kasar meningkat seiring dengan meningkatnya umur difoliasi (Soetrisno, 1983). Menurut Reksohadiprodjo (1985) bahwa defoliasi tanaman yang berumur relatif muda akan menghasilkan rasio yang lebih besar antara daun batang. Pupuk urea adalah pupuk buatan yang mensuplai nitrogen dan tidak mempengaruhi keasaman tanah. Nitrogen merupakan unsur hara esseneial yang diperlukan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan anakan dan daun terutama pada fase pertumbuhan vegetatif, sebagai bahan pembentuk protein dan khlorofil daun sehingga tanaman mempunyai banyak rumpun dan berdaun lebat (Susetyo et al, 1977). Peningkatan nitrogen akan meningkatkan proporsi daun, (Sutanto et al, 1982) dan juga produksi bahan kering tanaman (Sarief, 1986). Kelebihan nitrogen selama proses pertumbuhan akan memperpanjang periode tumbuh dan jaringan sukulen yang peka terhadap kerusakan mekanis dan serangan penyakit (Foth, 1995). Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh interval defoliasi dan dosis pupuk urea yang berbeda terhadap produksi daun, batang, serapan nitrogen, produksi hijauan segar serta produksi serat kasar hijauan rumput gajah. MATERI DAN METODE Percobaan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang selama 4 bulan. Materi yang dipergunakan adalah rumput gajah berumur 2 tahun yang telah dipotong paksa, pupuk KCl, SP-36 serta urea. Petak percobaan berukuran (3 x 3) m. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial (3 x 2) yang diulang 3 kali. Faktor pertama umur pemotongan, terdiri dari 3 aras, yaitu : D1, D2 dan D3 masingmasing umur defoliasi 30, 45 dan 60 hari. Faktor kedua dosis pemupukan nitrogen terdiri dari 2 aras yaitu P1 dan P2 masing-masing 100 dan 150 kg urea/ha. Data penelitian dianalisis dengan sidik ragam dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan (Steel dan Torrie, 1995). Peubah yang diamati meliputi produksi daun, batang, serapan nitrogen, produksi hijauan
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) Sept ember 2003
Tabel 1. Rerata Hasil Daun, Batang dan Hijauan Segar Rumput Gajah Akibat Perlakuan Interval Defoliasi dan Pupuk Urea Hasil hijauan Perlakuan Daun (%) Batang (%) Bobot segar (g/m2) D1P1
64,67
35,33
47,24
D1P2
64,62
35,51
832,84
D2P1
47,77
50,53
1133,58
D2P2
58,07
41,93
1435,93
D3P1
37,65
62,35
2001,11
D3P2
45,67
54,33
1740,69
segar serta produksi serat kasar rumput gajah yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan tempat penelitian Tempat penelitian terletak pada ketinggian 180 m dpl. dengan rata-rata suhu, curah hujan dan kelembaban selama penelitian adalah 27,4oC; 178,33 mm/bl; dan 80,3%. Kondisi ini sesuai dengan Soegiri et al. (1980) bahwa rumput gajah dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 m dpl. dan curahhujan 1000 mm/ tahun. Tanah tempat penelitian mempunyai kadar N dan P sedang, K rendah serta pH 5,5. Hasil Hijauan Segar Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa perlakuan defoliasi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (p < 0,01) terhadap persentase hasil daun, batang dan bobot segar hijauan rumput gajah, peningkatan pupuk urea dan interaksi antara defoliasi dan pupuk urea tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (p < 0,05). Hal ini diduga karena rumput gajah yang berumur 2 tahun telah mengalami
defoliasi berulang kali serta pengelolaan rumput gajah selama 2 tahun telah membentuk kemampuan tumbuh kembali tanaman rumput gajah tersebut sehingga tidak mudah dipengaruhi perlakuan dalam batas petak pengamatan. Rerata persentase daun, batang dan hasil segar rumput gajah akibat perlakuan kombinasi defoliasi dan pupuk urea disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa kombinasi perlakuan defoliasi dengan peningkatan pupuk urea dari 100 menjadi 150 kg urea/ha pada umur 30 hari tidak meningkatkan persentase daun dan batang tetapi meningkatkan bobot segar hijauan sebesar 77%. Pada defoliasi 45 hari penambahan pupuk urea sebesar 50 kg/ha meningkatkan persentase daun dan hasil segar rumput gajah masing-masing sebesar 22 dan 27%, sedangkan persentase batang menurun sebesar 17% hasil total hijauan rumput. Pada defoliasi 60 hari peningkatan pupuk sebesar 50 kg urea/ha meningkatkan persentase daun sebesar 21%, tetapi menurunkan persentase batang dan hasil segar hijauan sebesar 13%. Fenomena ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kembali rumput gajah yang telah berumur 2 tahun tidak selalu meningkatkan
Tabel 2. Rerata Hasil Daun, Batang dan Hijauan Segar Akibat Perlakuan Interval Defoliasi Hasil hijauan Perlakuan Daun (%) Batang (%) Bobot segar (g/m2) D1 (umur 30 hari)
64,58a
35,42c
652,04C
D2 (umur 45 hari)
53,77b
46,22b
1284,75B
D3 (umur 60 hari)
41,66a
58,34a
1870,8A
Superskrip huruf kecil berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) dan huruf besar menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,01)
Regrowth of Pennisetum purpureum with Different Defoliation and Urea Fertilizer (Mulatsih)
153
daun, batang dan produksi hijauan dalam proporsi sama, sehingga walaupun ada penambahan pupuk tanaman tidak selalu menggunakannya untuk meningkatkan produksi bahan kering. Lakitan (1996) menjelaskan bahwa pertumbuhan organ-organ tanaman akan mencapai ukuran dan fungsinya secara maksimal sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Hasil uji selanjutnya pengaruh umur defoliasi terhadap persentase daun, batang dan bobot segar rumput gajah disajikan dalam Tabel 2. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa semakin lama umur defoliasi akan menurunkan persentase daun, sebaliknya persentase batang meningkat secara nyata seiring
(1985) bahwa defoliasi tanaman pada umur relatif muda akan menghasilkan ratio yang lebih besar antara daun dan batang. Pada umur defoliasi yang pendek tanaman sedang membentuk tunas baru dan berkembang sehingga tanaman membutuhkan banyak unsur hara yang digunakan organ tanaman misalnya daun, maka nisbah daun batang cenderung lebih tinggi (Kurniawati, 2000). Menurut Crowder dan Cheda (1982) bahwa peningkatan umur tanaman akan meningkatkan karbohidrat diikuti peningkatan bobot total dinding sel dan akan terjadi penurunan terhadap bobot isi sel. Hasil Hijauan Kering
Tabel 3. Rerata Hasil Bahan Kering, Serat kasar dan Produksi Nitrogen Rumput Gajah dengan Perlakuan Interval Defoliasi dan Pupuk Urea Hasil (g/m2) Perlakuan Serapan nitrogen (g/m2) Serat kasar (g/m2) Bahan kering (g/m2) D1P1
1,28
21,61
80,3
D1P2
2,54
36,36
131,16
D2P1
4,07
78,49
267,46
D2P2
3,63
79,39
280,02
D3P1
8,36
193,95
600,41
D3P2
7,29
158,72
540,38
dengan meningkatnya hasil hijauan segar rumput gajah. Hal ini diduga semakin lama umur defoliasi maka semakin banyak kesempatan tanaman untuk tumbuh dan melakukan fotosintesis, sehingga akumulasi karbohidrat akan semakin besar dan sebagian besar karbohidrat yang terbentuk digunakan untuk pembentukan dinding sel dan selanjutnya akan meningkatkan proporsi batang maupun hijauan segar rumput gajah. Hasil penelitian Huda (2000) ditemukan bahwa umur defoiasi mempengaruhi indeks luas daun (ILD) dan bahan kering sampai 60 hari, tetapi laju asimilasi bersih (LAB) menunjukkan penurunan seiring bertambahnya umur defoliasi. Produksi bahan kering, ILD dan LAB tertinggi dicapai sebesar masingmasing 600,41 g/m2; 2,94 dan 1,586 g/dm2/hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Reksohadiprodjo
154
Hasil analisis statistik terhadap serapan nitrogen, produksi serat kasar dan bahan kering hijauan rumput gajah sangat nyata (P < 0,01) dipengaruhi umur defoliasi, sedangkan peningkatan pupuk urea dan interaksinya tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata (P < 0,05). Rerata hasil serat kasar, bahan kering dan produksi nitrogen hijauan rumput gajah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 memperlihatkan bahwa interaksi antara perlakuan defoliasi dengan pemupukan urea memberikan hasil yang berbeda. Pada defoliasi 30 hari, hasil nitrogen, serat kasar maupun bahan kering meningkat dengan meningkatnya pupuk urea. Pada defoliasi 45 hari peningkatan urea mengakibatkan hasil nitrogen menurun, serat kasar hampir sama dan bahan kering meningkat, sedangkan pada defoliasi 60 hari hasil nitrogen, serat kasar maupun bahan
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) Sept ember 2003
kering cenderung menurun walaupun tidak secara nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kembali rumput gajah umur 2 tahun tidak berubah, dengan berubahnya perlakuan yang diberikan. Keadaan tersebut diduga disebabkan sistem perakaran rumput gajah umur 2 tahun telah berkembang dalam dan luas sehingga mampu mengambil hara tanaman melebihi petak yang diamati, juga dinding sel pada sistem perakaran banyak dilapisi lignin sehingga hasil nitrogen, serat kasar maupun bahan kering berbeda-beda. Menurut Susetyo et al. (1977) bahwa kemampuan tanaman untuk mensintesis zat-zat tidak sama, sehingga meskipun terdapat unsur hara berlebihan dalam tanah tidak akan mempengaruhi kadar protein kasar hijauan karena tanaman telah mempunyai kemampuan tertentu untuk mensintesis protein. Tabel 4 memperlihatkan rerata hasil nitrogen, serat kasar dan bahan kering hijauan perlakuan defoliasi. Umur defoliasi 60 hari memperlihatkan hasil serapan nitrogen, serat kasar dan bahan kering paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, defoliasi umur 30 dan 45 hari berpengaruh nyata terhadap hasil serat kasar dan bahan kering tetapi tidak nyata berpengaruh terhadap hasil nitrogen. Hal ini diduga semakin tua hijauan (defoliasi 60 hari) proporsi selulose dan hemiselulose sebagai penyusun dinding sel akan naik sedangkan karbohidrat yang larut dalam air akan turun sehingga terjadi peningkatan serat kasar, bahan kering maupun hasil nitrogen. Hal yang senada juga didapatkan dalam penelitian Kurniawati dan Ambarwati, 2000 bahwa peningkatan umur defoliasi akan meningkatkan produksi protein kasar, serat kasar, maupun bahan kering hijauan rumput. Menurut Crowder dan Chheda (1982), bahwa peningkatan umur tanaman akan diikuti peningkatan bobot total
dinding sel dan akan terjadi penurunan terhadap bobot isi sel. Kadar serat kasar hijauan akan meningkat dengan semakin tuanya umur tanaman (Tillman et al., 1998). Perlakuan peningkatan pupuk urea dan interaksi antara defoliasi dan pupuk urea tidak menunjukkan perbedaan yang nyata secara statistik terhadap semua peubah yang diamati. Hal ini berarti bahwa rumput gajah yang telah berumur 2 tahun tidak responsif terhadap penambahan pupuk urea sebesar 100 sampai 150 kg urea/ha, yang disebabkan oleh pengaruh proses fisiologis dari akar tanaman. Menurut Islami dan Utomo (1995) bahwa prosesproses fisiologis akar tanaman meliputi absorbsi hara, air dan respirasi tanaman. Selisih dosis yang relatif kecil tersebut menyebabkan pemupukan urea tidak memberi pengaruh yang nyata. Hal yang sama juga didapatkan dalam penelitian Kurniawati (2000) bahwa penambahan dosis urea 100 kg/ha menjadi 150 kg/ ha tidak menyebabkan meningkatnya nisbah daun batang dan produksi bahan kering. Demikian juga dalam penelitian Ambarwati (2000) bahwa penambahan urea tidak meningkatkan kadar dan produksi protein kasar serta serat kasar rumput gajah. KESIMPULAN 1.
2.
Peningkatan umur difoliasi dari 30 hari menjadi 45 dan 60 hari pada rumput gajah umur 2 tahun mengakibatkan peningkatan hasil hijauan segar, bahan kering, produksi nitrogen, serat kasar serta persentase batang tetapi menurunkan persentase daun. Penambahan dosis pupuk sebesar 100 kg urea/ ha menjadi 150 kg urea/ha serta interaksi defoliasi dan pupuk urea tidak menyebabkan kenaikan hasil rumput gajah secara nyata (p < 0,05).
Tabel 4. Rerata Produksi Nitrogen, Serat Kasar dan Bahan Kering Hijauan Akibat Interval Defoliasi Hasil (g/m2) Umur defoliasi Produksi nitrogen (g/m2) Serat kasar (g/m2) Bahan kering (g/m2) D1 (30 hari)
19,1b
29,04c
105,73c
D2 (45 hari)
38,5
b
78,94
b
271,74b
D3 (60 hari)
78,3a
176,33a
570,40a
Superskrip berbeda menunjukkan perbedaan nyata (p < 0,05)
Regrowth of Pennisetum purpureum with Different Defoliation and Urea Fertilizer (Mulatsih)
155
Defoliasi umur 60 hari pada rumput gajah umur 2 tahun dapat diaplikasikan pada petani, namun perlu dilakukan penelitian sepanjang tahun untuk mendapatkan umur defoliasi terbaik pada musim yang berbeda.
Kristanto, B.A. dan Karno, 1991. Pertumbuhan Kembali Rumput Raja (Pennisetum purpuphoides) pada beberapa tinggi pemotongan dan pemupukan nitrogen. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro.
UCAPAN TERIMA KASIH Semua anggota team penelitian rumput gajah di Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Kurniawati, C.E.Y. 2000. Pengaruh Umur Defoliasi dan Dosis Pemupukan Nitrogen terhadap Nisbah Daun Batang dan Produksi Bahan Kering Rumput Gajah. Skripsi. Fakultas Peternakan UNDIP.
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, D. 2000. Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan dan Pemupukan Urea terhadap Kadar dan Produksi Protein Kasar dan Serat Kasar Pertumbuhan Kembali Rumput Gajah. Skripsi Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang. Crowder, L.V. and H.R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman Inc. New York. Foth, H.D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Cet. 3. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Diterjemahkan oleh E.D. Purbayanti, D.R. Lukiwati dan R. Trimulatsih). Haryadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Jakarta. Huda, K. 2000. Pengaruh Umur Defoliasi dan Dosis Pemupukan Urea terhadap Laju Asimilasi Bersih Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Isbandi. 1985. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
156
Lakitan, M. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raga Grafindo Persada. Jakarta. McIllroy. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta. (Diterjemahkan oleh Susetyo, S, Soedarmadi, L. Kismono dan S. Harini). Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE. Gadjah Mada, Yogyakarta. Sarief, S.E. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Cet. 2. Pustaka Buana. Bandung. Setyati, S.H. 1979. Pengantar Agronomi. Cet. 1. PT. Gramedia, Jakarta. Soegiri, H.S., Ilyas, Damayanti, S. Reksohadiprodjo, 1980. Mengenal Beberapa Hijauan Makanan Ternak Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. Steel, R.G.D dan J.H. Torrie, 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (Diterjemahkan oleh B. Sumantri). Susetyo, D; I. Kismono dan B. Suwardi. 1977. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) Sept ember 2003
Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutanto, H; J. Schiere, Sumarno, D; Karniati, H. Indratin dan H. Sudarwati. 1982. Produksi, Nilai Gizi dan Daya Cerna dua Jenis Rumput (Panicum Maximum dan Pennisetum purpureum) dengan interval pemotongan yang berbeda dan Pemupukan Nitrogen Tiga Tingkat. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Brawijaya, Malang. Laporan Penelitian.
Sutrisno, D. 1983. Defoliasi dan Harvesting. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tillman, A.D.; H. Hartadi, Reksodiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosukotjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cet. 6. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Pres, Yogyakarta.
Regrowth of Pennisetum purpureum with Different Defoliation and Urea Fertilizer (Mulatsih)
157