PERFORMA MESIN BENSIN 113,7 CC BERBAHAN BAKAR E85 (ETANOL 85% & PREMIUM 15%) DENGAN BERBAGAI RASIO KOMPRESI R. BAGUS SURYASA MAJANASASTRA Prodi Teknik Mesin - Universitas Islam “45” Bekasi ABSTRACT The use of E85 fuel (mixture of 85% ethanol and 15% premium) for gasoline engines requires some changes in the parameter to keep and improve engine performance. It is caused differences in physical and chemical propertie between Premium, E85 and Ethanol. The purpose this research was to determine the appropriate compression ratiothat can produce high performance at 113.7 cc gasoline engine fueled E85 (Ethanol85% and 15% Premium). Variations do increase the compression ratio of 0.25 ranging from 9.25 to 10.25. The results of this research supports that the best compression ratiofor the motor 113.7 cc 4 stroke gasoline-fueled E85 is 10.25. In the compression ratio isobtained by a maximum engine power 4.5 HP (revolutions 4500 to 5000 rpm) and the average engine power of 3.4 HP. The average specific fuel consumption (BSFC) 0.34Kg / HP Hour. Average CO emissions by 5.8%. Average HC emissions by 240.5 ppm, the average AFR by 0.8 Keywords : compression ratio, engine performance, E85
PENDAHULUAN Bahan bakar nabati atau lebih dikenal dengan biofuel dewasa ini menjadi bahan bakar alternative yang diharapkan menjadi bahan bakar utama dimasa datang menggantikan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi, tetapi perlu kita sadari bahwa kandungan minyak bumi Indonesia sesungguhnya terbatas. Oleh karena perlu dilakukan inovasi bahan bakar dari sumber lain, antara lain biofuel. Berikut ini Tabel Potensi Energi Indonesia Untuk Jenis Energi Fosil dan untuk jenis Energi Baru dan Terbarukan, menurut Departemen Energi dan Mineral yang diungkapkan dalam “Seminar on Sustainable and Renewable Energy”, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada tanggal 8 December 2007, di Yogyakarta.
Tabel 1. Potensi Energi Indonesia Untuk Jenis Energi Fosil ENERGI FOSIL
SUMBER DAYA
CADANGAN
PRODUKSI
RASIO CADANGAN/PRODUKSI (TAHUN)
Minyak Bumi (Barrel)
86.9 Billion
9.1 Billion *)
387 Million
23
Gas Bumi (TSCF)
384.7 TSCF
185.8 TSCF
2.95 TSCF
62
Batu Bara (Ton)
58 Billion
19,3 Billion
132 Million
146
453 TSCF
-
-
-
CBM (TSCF)
74
Tabel 2. Potensi Energi Baru/Terbarukan Indonesia ENERGI BARU/TERBARUKAN
SUMBER DAYA
EQUIVALENT
KAPASITAS TERPASANG
Tenaga Air
845.00 million BOE
75.67 GW
4.2 GW
Panas Bumi
219.00 million BOE
27.00 GW
0.8 GW
Mini/Mikro Hydro
0.45 GW
0.45 GW
0.084 GW
Biomass
49.81 GW
49.81 GW
0.3 GW
Solar
-
4.80 kWh/m2/day
0.008 GW
Angin
9.29 GW
9.29 GW
0.0005 GW
Uranium (Nuklir)
24.112 ton* e.q. 3 GW for 11 years
Pada tahun 2006 Pemerintah Indonesia mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional berupa Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam kebijakan ini, Biofuel dikategorikan pada kelompok Energy Baru & Terbarukan (EBT). EBT memiliki peran 17 %. Bio-fuel berperan sebesar 5%. diuraikan dalam grafis sebagai berikut :
Gambar 1. Kebijakan Energi Nasional Dalam PP No.5 / 2006 Pada motor bensin biofuel yang banyak digunakan adalah ethanol. Ethanol sebagai bahan bakar motor Otto pernah digunakan Henry Ford pada tahun 1896. Karena pada masa itu bahan bakar bensin berlimpah, maka ethanol tidak populer untuk digunakan sebagai bahan bakar. Bioethanol adalah salah satu 75
Biofuel yang merupakan bahan bahan bakar alternative yang dapat diproduksi secara re-newable. Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari produk pertanian, seperti jagung, tebu, bit, beras dll, dan menggunakan proses farmentasi. Ethanol atau ethyl alkohol C2H5OH, berupa cairan bening tidak berwarna, dapat terurai secara biologis, larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut organik, serta memiliki bau khas alkohol, toksisitasnya rendah. Sampai saat ini, Bioethanol digunakan sebagai pencampur bahan bakar bensin dengan kadar maksimum 10% etanol dan minimum 90% bensin dan dikenal sebagai bahan bakar E10 atau Gasohol. Bahan bakar E10, sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar motor bensin di Brasil, USA dan negara-negara Eropa. Beberapa negara yang cenderung ikut mengkonsumsi E10 antara lain Cina, Thailand, Indonesia, Jepang dan India. Motor Otto atau lebih populer motor bensin yang menggunakan bahan bakar E10, tidak perlu dimodifikasi, karena bahan bakar E10 memiliki sifat sifat fisika dan kimia yang relative sama dengan bahan bakar bensin. Sebaliknya motor otto atau motor bensin yang menggunakan bahan bakar E85 (bensin 15% dan ethanol 85%)
atau ethanol murni, justru membutuhkan perubahan seting parameter
atau modifikasi
komponen. Hal ini disebabkan adanya perbedaan sifat-sifat fisika dan kimia yang signifikan antara E85 atau etanol murni dengan bensin. Berbagai penelitian pernah dilakukan pada topik penggunaan campuran bahan bakar etanol dengan bensin maupun penggunaan bahan bakar etanol murni telah banyak dilakukan para peneliti, antara lain sebagai berikut ini.
1. Halvorsen [1998] menguji E10 dan E85 pada mobil cevrolet 3.1 liter susunan silinder V dengan sistem injeksi, mendapatkan hasil bahwa dengan manaikkan rasio kompresi dari 9,71 menjadi 10,32 daya yang dihasilkan sama seperti pemakaian E10 tetapi terjadi kenaikkan konsumsi bahan bakar sebesar 21,6%. 2. Bagus Suryasa [1999] melakukan analisa dan optimasi motor diesel 4 tak penggerak generator listrik, menyimpulkan bahwa seting yang tepat pada ignition timing akan menghasilkan performa mesin yang optimal, hal ini diperlukan pada saat mengganti bahan bakar solar dengan minyak diesel. 3. Verde [2002] membandingkan performa tiga bahan bakar yaitu gasoline RON 87, E10 dan E85, motor dimodifikasi pada bagian main jet dan ignition timing, hasilnya adalah efisiensi motor meningkat pada E10 dan E85 tetapi konsumsi terhadap E85 lebih tinggi bila dibandingkan gasoline. 4. Hasan [2003] meneliti pengaruh campuran etanol (sampai dengan 25%) pada unleaded gasoline dengan hasil bahwa penambahan etanol sampai dengan 20%, terjadi kenaikkan performa mesin dan penurunan emisi gas buang (CO dan HC). Tetapi terjadi sebaliknya jika penambahan etanol diatas 20%. 5. Bagus Suryasa [2004] melakukan penelitian dan analisa unjuk kerja motor diesel type 2L penggerak kendaraan Toyota Kijang, memperoleh kesimpulan bahwa ada daya efektif yang 76
motor diesel type 2L dapat ditingkatkan dengan melakukan seting Ignation Timing yang lebih tepat dan meningkatkan rasio kompresi dengan modifikasi. 6. Jeuland [2004], meneliti etanol murni pada motor bensin yang dilengkapi dengan turbocharger dan motor dimodifikasi pada sistem saluran bahan bakar, geometri silinder dan menaikkan rasio kompresi dari 9,5 menjadi 12,5. Pada beban penuh, torsi dan daya maksimum yang dihasilkan lebih besar 15% dibandingkan bahan bakar bensin. 7. Clark [2004] menguji E85 dan dibandingkan dengan E10 dan gasoline pada motor bensin stasioner dengan memodifikasi diameter main jet untuk mendapatkan campuran mendekati stokiometri dan memvariasikan ignition timing. Konsumsi bahan bakar E85 meningkat 30%, emisi HC dan NOX menurun sedang-kan CO tidak berubah secara signifikan disbandingkan gasoline. 8. Jia [2005] meneliti emisi gas buang (CO, HC dan THC: ethanol, acetaldyhade, aromatics, dll) pada sepeda motor 4 stroke, 1 silinder berbahan E10 yang diuji di chasis dynamometer sesuai dengan standar European Driving Cycle (EDC) dengan hasil terjadi penurunan CO, HC, acetaldyhade dan ethylene, sedangkan NOx relatif tetap 9. Huseyin [2006] meneliti pengaruh bahan bakar campuran etanol-gasoline (E0, E10, E20, E40 dan E60) dengan variasi rasio kompresi terhadap torsi, bsfc dan emisi gas buang (CO dan HC). 10. Topgul [2006] meneliti pengaruh campuran etanol dan unleaded gasoline (E0, E10, E20, E40 dan E60), ignition timing dan rasio kompresi terhadap performa dan emisi gas buang. Peningkatan torsi pada semua penambahan etanol terjadi pada rasio kompresi 10:1, penurunan CO terbesar 32% terjadi ada E40 dan compression ratio 9:1 sedangkan penurunan HC terbesar (31%) terjadi pada E60 dan rasio kompresi 10:1. 11. Setiyawan [2006] membandingkan campuran etanol dan premium (E30) dan Pertamax Plus sebagai octane booster, hasilnya menunjukkan bahwa etanol memiliki unjuk kerja lebih rendah tetapi ketahanan knocking yang lebih tinggi dibanding Pertamax Plus. 12. Bagus Suryasa [2006] melakukan penelitian performa mesin diesel konsumsi bahan bakar solar, minyak Jarak Pagar (Jatropa) dan pencampurannya, menyimpulkan bahwa B10 dan B20 Jatropa kurang signifikan dalam mengurangi konsumsi bahan bakar, maupun peningkatan performa mesin. 13. Bagus Suryasa [2007] melakukan penelitian pengaruh endapan karbon pada bagian atas torak terhadap prestasi motor diesel L4D 115 AM 48 Kubota, menyimpulkan bahwa endapan karbon tersebut dapat memperbesar kompresi, meningkatkan daya indikator, daya efektif dan konsumsi bahan bakar spesifik. 14. Setiyawan [2007] melakukan penelitian campuran premium dan etanol dengan prosentase etanol (30% dan 85%) dan premium (70% dan 15%) dengan memvariasikan diameter main jet. 15. Setiyawan [2007] melakukan penelitian campuran premium dan etanol dengan etanol 85% dan premium 15% dengan memvariasikan Ignition Timing dan rasio kompresi 77
menyimpulkan bahwa unjuk kerja terbaik dapat dicapai pada Ignition Timing 30 BDTC dan rasio kompresi 10,2 : 1. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah : (1). Menentukan rasio kompresi yang tepat sehingga dihasilkan performa mesin yang maksimal pada mesin Yamaha satu silinder 4 tak kapasitas 113,7 cc yang menggunakan bahan bakar E85. (2). Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pemakaian bahan bakar E85 pada motor bensin METODOLOGI PENELITIAN Pengujian Properti Bahan Bakar Pengujian Properti dilakukan pada bahan bakar Etanol, Premium dan E85. Properti yang diuji adalah Specific Gravity (SG), destilasi, nilai kalor dan Research Octane Number (RON) mengikuti standar ASTM. Pengujian dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung, Lab. Motor Bakar dan Propulsi Puspitek Serpong, Lab. Mesin, Universitas Islam “45” Bekasi.
Pengujian Performa Mesin Mesin yang digunakan untuk percobaan ialah mesin sepeda motor merk Yamaha. Spesifikasinya adalah sbb : volume silinder : 113,7 cc, jumlah silinder : 1 silinder, jenis mesin : motor bensin 4 langkah, sistem pengapian : CDI, rasio kompresi 8.8:1 (keadaan normal), Ignition Time 15O BTDC (keadaan normal), Widely Open Throttle 75%. Pengujian dilakukan dengan variasi rasio kompresi 9.25 ; 9.50 ; 9.75 dan 10.25 dan menggunakan dynamometer.
HASIL DAN DISKUSI Hasil Pengujian Properti Bahan Bakar Dari hasil pengujian properti ketiga bahan bakar tersebut diperoleh data yang disajikan dalam tabel 3 berikut ini. Specific Grafity (SG) E85 adalah sebesar 0,8011 dimana harga tersebut berada diantara harga SG bahan bakar pembentuknya yaitu etanol sebesar 0,8129 dan premium yang sebesar 0,7391.
Tabel 3. Hasil Pengujian Properties Bahan Bakar PROPERTI SG Nilai Kalor RON RVP Destilasi :
UNIT Kkal/Kg K Pa
PREMIUM 0.7390 10675 88 5.60
ETANOL 0.8130 4276 108 2.35
E85 0.8020 4640 > 111 5.40
IPB
o
67.30
44.00
10%
C C o C o C
35.00
o
55.00
67.95
63.00
62.50
68.00
-
70.50
68.25
-
40%
o
79.50
68.60
-
50%
o
92.25
69.00
66.00
110.15
69.80
-
126.35
70.15
-
20% 30%
60% 70%
C C o C o C
78
80%
o
71.60
-
90%
168.25
73.50
74.00
EP
C C o C
146.00
o
196.00
97.00
96.50
Residu
ml
1.10
0.20
0.55
Harga SG berpengaruh pada jumlah atau berat bahan bakar yang.masuk kedalam silinder ruang bakar dimana dengan volume sapu (swept volume) dan efisiensi volumetris yang sama maka bahan bakar yang mempunyai SG lebih besar akan memperbesar jumlah massa /berat bahan bakar yang dibakar di dalam silinder ruang bakar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kalor dari E85 hanya sekitar 43% dari premium. Bila dibandingkan dengan E85 yang dihasilkan oleh Perkin Energy Company, USA (Tabel 3.1) yang sebesar 5480 kkal/kg, maka E85 yang digunakan pada percobaan lebih kecil sekitar 15%. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan nilai kalor pembentuk E85 yaitu premium dan etanol. Etanol yang digunakan adalah etanol yang tersedia dipasaran dengan kemurnian sebesar 96% (hydrated alcohol). Hasil pengujian ini menunjukkan hasil RON (Research Octane Number) diatas angka 111, berarti bahwa pada saat dilakukan pengujian, hingga mencapai angka RON 111, mesin CFR (Coordinating Research Fuel) tidak mengindikasikan akan terjadi knocking. Dengan mempertimbangkan faktor keamanan dari mesin CFR kami tidak melakukan pengujian bahan bakar E85 sampai adanya indikasi knocking. RVP (Reid Vapour Pressure) premium mencapai 5,6 sedangkan E85 turun sedikit dari premium tersebut, dan RVP etanol hanya kurang dari separuh-nya dari premium. Hal ini berarti kemudahan start dengan bahan bakar E85 seharusnya tidak berbeda dengan premium. Jadi dengan E85 tidak akan sulit dilakukan start awal pada saat motor masih dingin. Hal ini akan berbeda dengan bahan bakar etanol murni dimana akan terjadi kesulitan start awal pada kondisi masih dingin karena kesulitan menguap dari etanol pada tekanan dan temperature kamar. Titik penguapan awal (initial boiling point/IBP) pada pengujian distilasi menunjukkan bahwa premium lebih rendah dibandingkan dengan E85 dan etanol. Hasil pengujian ini juga dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kemu-dahan penguapan dari bahan bakar. Premium merupakan campuran dari beragam hidrokarbon dari fraksi ringan sampai sedang, maka temperatur penguapan akan berubah sesuai dengan fraksinya, maka pengujian distilasi premium dimulai dari temperatur 35ºC hingga temperatur 196ºC. Etanol tersusun dari unsur yang relatif homogen, sehingga pengujian distilasi dilakukan mulai dari temperatur 67,3 ºC dan berakhir pada temperatur 97 ºC. Bahan bakar E85 mempunyai temperatur awal penguapan lebih rendah dibandingkan dengan etanol, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan premium yaitu 43,5 ºC dan berakhir pada temperature 96,25 ºC seperti pada etanol. Distilasi E85, 50% lebih rendah dibandingkan dengan premium, hal ini berarti bahwa E85 akan memberikan performa yang bagus pada operasional motor yang konstan pada beban sedang. Residu yang ditimbulkan oleh premium lebih besar (1,1 ml) dibandingkan dengan E85 (0,50 ml) atau etanol (0,2 ml). Jumlah kandungan residu yang terdapat dalam bahan bakar akan mempengaruhi tingkat pengotoran ruang bakar. 79
Uji Performa Mesin Uji performa mesin pada mesin dengan bahan bakar premium dan E85 dengan kondisi standard (rasio kompresi 9.00) maupun dengan bahan bakar E85 dengan variasi rasio kompresi (9.25; 9.50; 9.75; 10.00; 10.25) digambarkan dalam grafik berikut ini. Pada Gambar 2 sebagai berikut ini adalah grafik performa mesin pada kondisi standard (rasio kompresi 8,8:1) untuk bahan bakar premium dan E85. dan grafik performa mesin pada kondisi variasi rasio kompresi dengan bahan bakar E85. Grafik pada gambar tersebut memperlihatkan pengaruh perubahan kecepatan putaran mesin (RPM) terhadap perubahan daya mesin (IHP).
Gambar 2. Putaran vs Daya dengan Variasi Rasio kompresi
Tabel 4. Putaran vs Daya dengan Variasi Rasio kompresi
Dengan menggunakan bahan bakar premium, daya maksimum terjadi pada putaran 4500 s.d. 5000 rpm sebesar 6,3 HP dan daya mesin rata rata sebesar 4.9 HP. Dengan menggunakan bahan bakar E85 pada mesin kondisi standar, mesin tidak dapat beroperasi secara stabil, walaupun campuran bahan bakar udara diperkaya dengan melakukan chocking (meminimalisir pasokan udara). Agar dapat beroperasi stabil maka 80
dilakukan modifikasi dengan memperbesar diameter mainjet, akhirnya mesin dapat beroperasi stabil. Akibat perbesaran diameter mainjet maka jumlah bahan bakar meningkat. Sementara itu jumlah udara pembakaran relatif tetap sehingga perbandingan jumlah udara-bahan bakar dapat mendekati stokiometri (15:1). Dengan kondisi seperti ini daya maksimum yang dihasilkan 2,7 HP dan daya rata-rata 2,1 HP.
Dengan variasi
rasio kompresi, dimana mesin pada kondisi standar dapat diketahui
peningkatan perbaikan performa mesin pada berbagai putaran. Peningkatan rasio kompresi memberkan perbaikan pada performa motor. Perbaikan performa ini juga terjadi pada peningkatan putaran motor dan menurun kembali performanya setelah mencapai putaran tertentu. Dengan rasio kompresi 10,25 dihasilkan daya maksimum sebesar 4,5 HP pada putaran 4500 s.d. 5000 rpm dan daya rata rata sebesar 3,4 HP. Daya maksimum ini lebih rendah 1,8 HP (29%) dibandingkan dengan premium, tetapi juga 1,8 HP lebih tinggi daripada E85dengan rasio kompresi standard (9). Sedangkan Daya rata-rata 3,4 HP, hal ini lebih rendah 1,5 HP (30%) dari premium, tetapi Daya rata rata ini adalah 162% rata rata E85 pada mesin kondisi standar (2,1 HP).
Gambar 3. Putaran vs Bsfc pada variasi Rasio kompresi Tabel 5. Putaran vs Bsfc pada variasi Rasio kompresi
Gambar 3, adalah grafik hubungan konsumsi
bahan bakar spesifik (Bsfc) terhadap
perubahan putaran motor dengan variasi rasio kompresi. Konsumsi premium untuk menghasilkan energi 1 hp.jam lebih kecil dibandingkan dengan E85 karena kandungan energi E85 hanya sebesar 81
44% dari premium. Sehingga untuk menghasilkan daya yang sama dengan bahan bakar premium, maka diperlukan pasokan jumlah E85 yang lebih besar. Rata-rata bsfc premium adalah 0,16 kg/hp.jam sedangkan untuk E85 kondisi standar mencapai 0,70 kg/hp.jam atau lebih dari 4 kali lipatnya. Dengan meningkatkan compression menjadi 10,25 maka bsfc dapat diturunkan menjadi hanya 0,34 kg/hp.jam atau 2 kali lebih besar dibandingkan premium.
Gambar 4. Putaran vs Emisi CO dgn Variasi Rasio kompresi Tabel 6. Putaran vs Emisi CO dgn Variasi Rasio kompresi
Karbon Monoksida (CO) yang terkandung pada gas buang atau sering disebut sebagai Emisi CO, juga menjadi salah satu ukuran kesempurnaan pembakaran di dalam ruang bakar. Emisi CO yang terkandung didalam gas buang, dipengaruhi oleh rasio jumlah udara pembakaran dan jumlah bahan bakar. Dari hasil pengujian seperti diperlihatkan pada Gambar 4, diperoleh rata-rata emisi CO yang dihasilkan mesin kondisi standar, menggunakan bahan bakar premium adalah sebesar 3,6%, sedangkan yang menggunakan E85 adalah sebesar 7,6% atau meningkat lebih dari 2 kali lipat premium. Peningkatan rasio kompresi memberikan dampak penurunan emisi CO secara signifikan. Pada rasio kompresi dimana memberikan daya mesin terbaik (rasio kompresi 10,25), rata-rata emisi CO yang dihasilkan oleh mesin sebesar 5,8%. Tetapi yang terendah justru terjadi pada rasio kompresi 9,25 yaitu rata rata 1,8 %.
82
Gambar 5.Putaran vs Emisi HC dgn. variasi Rasio kompresi Tabel 6. Putaran vs Emisi HC dgn. variasi Rasio kompresi
Gambar 5. adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara kenaikkan putaran motor terhadap perubahan kandungan HC di dalam gas buang dengan variasi rasio kompresi. Pada kondisi standar, premium menghasilkan emisi HC rata-rata sebesar 103,4 ppm, sedangkan untuk E85 mencapai nilai 1800 ppm (tidak terlihat pada Gambar 5, karena terlalu besar). Peningkatan Rasio kompresi tidak mampu menurunkan kadar emisi HC motor dibandingkan premium. Rata-rata emisi terendah dengan E85 dicapai pada rasio kompresi 10.25 sebesar 240,5 ppm.
83
Gambar 6. Putaran vs AFR dgn variasi rasio kompresi Tabel 7. Putaran vs AFR dgn variasi rasio kompresi
84
Perubahan rasio kompresi pada motor bensin mengakibatkan terjadi perubahan λ menuju campuran yang mendekati campuran stokiometri (Gambar 6). Dari hasil pengujian diperoleh bahwa ternyata pada setting rasio kompresi 9,75 campuran udara dan bahan bakar (λ) cukup mendekati campuran stokiometri yaitu 1,10. KESIMPULAN Peningkatan rasio kompresi pada motor bensin 113,7 cc berbahan bakar E85 dapat meningkatkan performa mesin bila dibandingkan dengan kondisi rasio kompresi standar, walaupun belum sebaik performa mesin bila menggunakan premium. Berdasarkan variasi rasio kompresi yang diteliti, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan rasio kompresi yang tepat dapat memberkan perbaikkan performa motor bensin yang signifykan. Rasio kompresi yang terbaik untuk motor bensin 113,7 cc 4 tak dengan bahan bakar E85 adalah 10,25 Pada rasio kompresi 10,25 tersebut diperoleh Daya Mesin maksimum sebesar 4,5 HP pada putaran 4500 s.d. 5000 rpm dan Daya mesin rata rata diperoleh sebesar 3,4 HP, rata-rata konsumsi bahan bakar spesifik (BSFC) 0,34 Kg/HP.Jam, rata-rata Emisi CO sebesar 5,8 %, rata-rata Emisi HC sebesar 240,5 ppm dan rata rata AFR sebesar 0,8 DAFTAR PUSTAKA Al-Hasan M [2003],”Effect of ethanol-unleaded gasoline blends on engine performance and sexhaust emissions” Journal of Energy Conversion and Management (44) 1547-61, Pergamon. Clark, Chris, Yanrong Zhang dan Khesav Varde [2004],”Investigation of Combustion and Emission from Gasoline-Ethanol Fulled Engie, Project Report, University of Michigan, USA. Halvorsen, Ken, C. [1998], ”The Necessary Compo-nent of A Dedicated Ethanol Vehicle”, Mater Thesis, University of Nebraska, USA. Huseyin Serdar Yucesu, Tolga Topgiul, et.al. [2006],”Effect of ethanol-gasolineblends on engine performance and exhaust emissions on different rasio kompresi, Journal of Applied Thermal Engineering (26) 2272-8, Elsevier. Jeuland, N., et.al. [2004], ”Potentiality of Ethanol As Fuel For Dedicated Engine”, Oil and Gas Technology Journal, Vol. 59, No.6, pp.559-570, Institut Frances du Petrole. Jia Li-Wei, Mei-Qing Shen, et.al. [2005], ”Influence of ethanol-gasoline n\blended fuel on emission characteristics from a four-stroke motor cycle engine”, Journal of Hazardous Materials (A123), 29-34, Elsevier. Setiyawan, Atok [2005], ”Pengaruh Diameter Main Jet Terhadap Unjuk Kerja Motor Bakar Cetus Berbahan Bakar Campuran Premium dan Etanol”, Prosiding Seminar Nasional Teknik Mesin & Industri I, Uni-versitas Tarumanegara, Jakarta. Setiyawan, Atok [2007], “Uji Unjuk Kerja Dan Emisi Gas Buang Motor Bensin Berbahan Bakar Campuran Etanol 85% Dan Premium 15% Dengan Variasi Diameter Mainjet” Seminar Nasional Teknik Mesin dan Industri, Universitas Tarumanagara, Jakarta. 85
Setiyawan, Atok [2007],” Uji unjuk kerja dan emisi gas buang motor bensin berbahan bakar etanol 85%dan premium 15% dengan variasi diameter mainjet” Seminar Nasi-onal Teknik Mesin dan Industri III, Universitas Tarumanagara. Setiyawan, Atok [2007], ”Pengaruh Ignition Timing dan Rasio kompresi Terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Gas Buang Motor Bensin Berbahan Bakar Campuran Etanol 85% dan Premiun 15%” Seminar Nasional Teknik”, 2007, UII Yogyakarta. Suryasa, Bagus [1999], “Analisa Motor Diesel 4 Tak, 6 silinder, Penggerak Generator Listrik”, Jurnal Teknologi, Vol. 5 No.2 Tahun 1999, Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Suryasa, Bagus [2004], “Analisa Unjuk Kerja Motor Diesel Type 2L Penggerak Kendaraan Toyota Kijang”, Jurnal Resultan Vol. III, No. 1 Tahun 2004, Fakultas Teknik, Universitas Islam “45” Bekasi. Suryasa, Bagus [2006], ”Pembandingan Performa Mesin Diesel Dengan Bahan Bakar Biodiesel Minyak Jarak, Solar dan campuranya”, Jurnal Resultan Vol.VI No.1 Tahun 2006, Fakultas Teknik, Universitas Islam “45” Bekasi. Suryasa, Bagus [2007], “Analisa Pengaruh Endapan Karbon Pada Bagian Atas Torak Terhadap Prestasi Motor Diesel”, Jurnal Paradigma Vol. VIII No.1 Tahun 2007, LPPM Universitas Islam “45” Bekasi. Topgul Tolga, Huseyin Serdar Yucesu, et.al [2006],”The effects of ethanol-unleade gasoline blends and ignition timing on engine performance and exhaust emissions”, Journal of Renewable Energy (31), 2534-42, Elsevier. Varde, Keshav [2002], ”Control of Exhaust Emissions from Small Engine Using E-10 and E85 Fuels”, Final Report, Department of Mecha-nical Engineering, University of Michigan-Dearborn, USA.
86