KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN GAS OKSIHIDROGEN (HHO) TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR PREMIUM 88 Nurul Fajri Rahmat , Suryadimal1, Rizky Arman2 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) 51257 Padang Email :
[email protected]
ABSTRAK Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan bagi pengguna Motor Bensin untuk menyiasati kenaikan harga BBM diantaranya adalah pemanfaatan gas oksihidrogen (HHO) yang dapat diperoleh dengan cara melakukan elektrolisa Air (H2O) sebagai suplemen BBM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gas Oksihidrogen terhadap Peforma Mesin dengan menggunakan bahan bakar Premium RON 88 sebagai bahan bakar utama. Sebuah generator HHO sederhana mampu menghasilkan gas HHO sebesar masing-masing 0.0684 L/menit dengan elektrolit NaOH 20 gram dan 0.0738 L/menit dengan elektrolit NaOH 30 gram. Perhitungan prestasi mesin diperoleh berdasarkan pengukuran data hasil eksperimen pada Mesin Toyota Kijang 5K 1500cc 4 tak di Laboratorium Prestasi Mesin. Pada pengujian didapatkan kondisi yang paling optimum adalah 30 gram larutan elektrolit NaOH pada elektrolisis. Dimana di peroleh hasil peningkatan daya efektif rata-rata sebesar 27,5% pada beban 3kg, dan 30,7% pada beban 5kg. Penurunan konsumsi bahan bakar spesifik 16,7% pada beban 3kg dan 22,6% pada beban 5kg. Serta pada efisiensi thermal 16,9% pada beban 3kg dan 22,7% pada beban 5kg. Disimpulkan bahwa dengan penambahan gas HHO yang diperoleh dari hasil elektrolisis dapat meningkatkan Daya Efektif dan efisiensi termis mesin serta menurunkan konsumsi bahan bakar spesifik. Kata Kunci : Motor Bakar Bensin, Elektrolisis, Oksihidrogen (HHO), NaOH ABSTRACT There are various ways that can be done for users to get around Gasoline Engine include rising fuel prices Oxyhydrogen gas utilization (HHO) which can be obtained by way of electrolysis water (H2O) as a fuel supplement. This study aims to determine the effect of the Performance Engineering Oxyhydrogen gas using 88 RON premium fuel as the primary fuel. A simple HHO generator able to produce HHO gas for each 0.0684 L / min with electrolyte NaOH 20 grams and 0.0738 L / min with 30 grams of NaOH electrolyte. Calculation engine achievement is obtained based on the measurement data from experiments on Machine Toyota Kijang 5K 1500cc 4-stroke in Performance Engineering Laboratory. The most optimum condition on testing found are 30 grams of NaOH electrolyte in the electrolytic solution. Where the obtained results effective power increase on average by 27.5% on a 3kg load, and 30.7% at 5kg load. Decrease in specific fuel consumption at 16.7% and 22.6% 3kg load on the load of 5kg. As well as the thermal efficiency of 16.9% at 22.7% load 3kg and 5kg in load. It was concluded that the addition of HHO gas generated from the electrolysis can increase the effective power and engine thermal efficiency and lower specific fuel consumption. Keywords: Gasoline Engine, Electrolysis, Oxyhydrogen (HHO), NaOH
I. Pendahuluan Meningkatnya harga minyak dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak di dalam negeri. Sebab, dengan naiknya harga bahan bakar akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya. Sehingga dapat mengakibatkan menurunnya perkonomian nasional. Kebutuhan energi nasional masih dipenuhi minyak bumi sekitar 63,4%. Selain itu juga cadangan minyak bumi di Indonesia diprediksi tersisa sekitar 3,9 miliar barel. Cadangan tersebut diperkirakan akan habis dalam 10-11 tahun ke depan. Penyebab masalah tersebut dikarenakan minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga untuk mendapatkan kembali memerlukan waktu ratusan juta tahun lamanya. Terbentuknya minyak bumi sangat lambat, oleh karena itu diperlukan penelitian untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Hasil penelitian tersebut diharapkan mampu mengatasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan minyak bumi. Berbagai cara dilakukan untuk menghemat bahan bakar mulai dari yang sederhana sampai yang cukup ekstrim. Bahkan, beragam alat untuk menghemat bahan bakar pun bermunculan di pasaran. Salah satu bentuk energi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang terjadi adalah gas hidrogen. Gas hidrogen tidak dapat ditambang melainkan harus diproduksi. Alternatif tersebut dapat dilakukan dengan melakukan proses elektrolisis menggunakan air. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan. Air memiliki jumlah yang sangat melimpah khususnya air asin di laut sekitar 1.337 juta km3 (Kodoatie, 2010). Produksi gas hidrogen dari NaCl merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan gas hidrogen. Gas hidrogen yang tinggi memberikan tingkat emisi yang mendekati zero emission (Alimah et.al., 2008).
Pada penelitian sebelumnya Harman (2013) melakukan pengujian unjuk kerja motor bensin berbahan bakar pertamax pada mesin ENDURO XL dan setelah di tambah generator oksihidrogen dengan pemberian arus sebesar 6A, laju produksi sebesar 50 ml/menit dan performa generator 68.178%. Pada saat arus dinaikkan menjadi 8A, terjadi kenaikan laju produksi sebesar 130 ml/min atau 160% dan kenaikan performa sebesar 95%. Demikian halnya, Iqbal Wahyudzin (2012) melakukan studi karakteristik generator gas HHO dry cell dan aplikasinya pada kendaraan bermesin injeksi 1300 cc. Pada penelitian tersebut hasilnya adalah meningkatkan torsi sebesar 3,15% dan daya 3,2 % dengan penurunan sfc rata rata 12,30 %. II. Tinjauan Pustaka Motor bakar bensin Motor bakar bensin yang menggerakkan kendaraan bermotor seperti mobil atau sepeda motor, dewasa ini merupakan perkembangan teknologi mesin motor yang semula dikenal sebagai motor otto. Dalam hal motor bakar bensin pembakaran dilakukan didalam silinder, yang berisi bensin dan udara campuran ini dengan perbandingan jumlah bensin dan udara akan terbakar habis oleh alat yang disebut karburator. Ditinjau dari memperoleh energi thermal ini, mesin kalor dibagi menjadi dua golongan, yaitu mesin pembakaran luar (External Combustion Engine) dan mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine). Pada mesin pembakaran luar, proses pembakaran terjadi di luar mesin. Energi thermal diperoleh dari hasil pembakran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui beberapa dinding pemisah. Untuk mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine), pembakaran terjadi di dalam silinder antara bahan bakar dengan oksigen. Motor tersebut di lengkapi dengan busi dan karburator. Busi
menghasilkan loncatan api listrik yang menyalakan pembakaran campuran bahan bakar dan udara, karena itu motor bensin disebut juga Spark Ignition Engine. Karburator adalah tempat pencampuran bahan bakar dengan udara, pencampuran tersebut terjadi karena bahan bakar terhisap masuk atau disemprotkan kedalam arus udara segar didalam karburator. Campuran udara dan bahan bakar sangat mudah terbakar. Campuran tersebut masuk kedalam silinder yang dinyalakan oleh loncatan api listrik dari busi, menjelang akhir langkah kompresi. Pembakaran bahan bakar ini menyebabkan mesin menghasilkan daya. Siklus motor bensin empat langkah
Gambar1. Diagram P-V Siklus Volume Konstan Pada diagram di atas terlihat proses dari gerak piston motor bensin dimana proses yang terjadi sebagai berikut: 0 – 1 : Proses langkah hisap pemasukan udara dan bahan bakar dimana volume berubah dan tekanan konstan (tetap). 1 – 2 : Proses kompresi, tekanan meningkat dan volume mengecil. 2 – 3 : Proses pemasukan kalor atau dimana busi memercikkan bunga api pada volume konstan sedangkan tekanan menurun.
3 – 4 : Langkah ekspansi atau langkah kerja dengan tekanan menurun dan volume membesar. 4 – 1 : Proses langkah pengeluaran kalor pada volume konstan. 1 – 0 : Proses tekanan konstan. Teori Dasar Perhitungan Performa Mesin Untuk mendapatkan harga efisiensi volumetric, efisiensi thermal, dan konsumsi bahan bakar spesifik motor bensi, diperlukan data dan perhitungan parameter-parameter sebagai berikut. Ada beberapa hal yang mempengaruhi peformansi motor bakar bensin, antara lain besarnya perbandingan kompresi, tingkat homogenitas campuran bahan bakar dengan udara, angka aoktan bensin sebagai bahan bakar, dan tekanan udara masuk bahan bakar. Semakin besar perbandingan udara motor akan semakin efisien, akan tetapi semakin besar perbandingan kompresi akan menimbulkan kerusakan serius pada komponen motor. Untuk mengatasi hal ini harus dipergunakan bahan bakar yang memiliki angka oktan tinggi. Angka oktan pada bahan bakar motor otto menunjukkan kemampuan untuk menghindari terbakarnya campuran udara dengan bahan bakar sebelum waktunya (self ignition) yang menimbulkan knocking tadi. Untuk memperbaiki kualitas campuran bahan bakar dengan udara, maka aliran udara turbulen, sehingga diharapkan tingkat homogenitas campuran akan lebih baik. Torsi dan daya T (14,2 . m 33,38) . f . r (kgmm) Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific Fuel Consumtion, SFC) 2. .n.T Ne x10 3 60 Daya Poros Efektif (Ne) Mf x103 sfc Ne Perbandingan udara bahan bakar (AFR) oil .3600 Vu 2.g.P. air
Efisiensi volumetric (ηv) Ma v x100 0 0 Mui Efisiensi Thermal Brake Pa t x3600 mf .LHV Elektrolisis Air (HHO) Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut. Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut. Reduksi (Katoda/-) : 2H30+(aq)+2e- → H2(g)+2H2O(l) Oksidasi (Anoda/+) : 3H2O(l) → 1/2O2(g)+2H3O++2eReaksi keseluruhan : H2O(l) → H2(g)+1/2O2(g) Sumber : Bahri, 2009.
Gambar 2. Proses Elektrolisis Air (Sumber: Larminie dan Dicks, 2003) Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda dan dapat
dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen.
Gambar 3. Alat Elektrolisi Air Menggunakan Elektroda Jenis Plat Stainless Steel (Sumber: Kandah, 2014) Performa Generator Oksihidrogen Energi listrik pada baterai aki dipergunkan untuk sistem kelistrikan di kendaraan (seperti lampu, dan AC). Namun masih ada sisa energi listrik yang dapat dipergunakan sebagai sumber tegangan untuk generator oksihidrogen. Energi listrik tersebut jumlahnya terbatas, sehingga generator oksihidrogen yang dipasang pada kendaraan dayanya harus dibatasi. Oleh karena itu harus diketahui seberapa besar daya yang dibutuhkan oleh generator Oksihidrogen. Perumusan untuk mencari daya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut (Purnomo, 2010): P = V.I Pada generator oksihidrogen hasil yang berguna adalah produk elektrolisis air berupa gas oksihidrogen. Gas oksihidrogen yang terdiri darigas H2 dan O2 mempunyai nilai kalor, sehingga dapat dimanfaatkan energi yang terkandung didalamnya untuk meningkatkan pembakaran pada motor bakar. Karakteristik gas oksihidrogen yang cenderung memiliki karakteristik yang hampir sama dengan gas penyusunnya (gas h2), karena kandungan H2 sebesar 2/3 volume gas oksihidrogen, Namun nilai kalor pada umumnya mempunyai satuan energi persatuan massa. Gas H2
mempunyai nilai kalor sebesar 119,93 kJ/gram. Sehingga untuk menghitung nilai kalor gas Oksihidrogen harus diketahui terlebih dahulu perbandingan massa gas H2 dalam gas Oksihidrogen (Purnomo, 2010). Michael Faraday adalah orang yang berhasil menemukan aspek kuantitatif dari elektrolisis. Perubahan massa zat yang terjadi dalam elektrolisis diungkapkan dalam rumus sebagai berikut, Q. A.1 M n.F Dimana : M = Massa Zat Yang Dihasilkan (g) Q = Jumalah Muatan Listrik (C) Q =Ixt I = Besar Arus Listrik (A) t = Waktu (s) A = Massa Atom Relative (g/mol) N = Perubahan Bilangan Oksidasi F = Konstanta Faraday 96.500 C Untuk menghitung volume gas hasil dari elektrolisis air adalah dengan penerapan hukum gas kimia atau biasa disebut hukum gas ideal, yaitu : P.V = n.R.T atau V= n.R.T/P Dengan : P = tekanan (1atm) V = volume (L) n = jumlah zat (mol) n = M/MR M = massa (g) MR = massa molekul relative (g/mol) R = tetapan gas universal (0,0821 L atm/K mol) T = temperatur 298 K Natrium Hidroksida Elektrolit adalah suatu zat terlarut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larut menjadi konduktor elektrik. Umumnya, air adalah pelarut (solven) yang baik untuk senyawa ion dan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Contohnya apabila elektroda dicelupkan ke dalam air murni, bola lampu tidak akan menyala karena air tersebut merupakan konduktor listrik yang sangat
jelek. Apabila suatu senyawa ion yang larut seperti NaOH ditambahkan pada air, maka solutnya akan larut sehingga bola lampu mulai menyala dengan terang. Senyawa seperti NaOH yang membuat larutan menjadi konduktor listrik (Brady, 1990). Elektrolit yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan soda kaustik (NaOH). III. Metodologi Penelitian
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
Gambar 5. Alat elektrolisis air (HHO)
IV. Analisa Dan Pembahasan Data A. Analisa uji peforma motor bakar bensin Pengujian ini menggunakan beberapa variasi sperti beban (3kg, 5kg), putaran (1200, 1800, 2200, 3000 rpm) dan campuran elektrolit NaOH (20 dan 30 gram). Table 1. Data Laju Produksi HHO Variasi Laju Arus Tegangan Daya Campuran NaOH Produksi (Ampere) (Volt) (Watt) (gram) (ml/s)
6 6
12 12
72 72
20 30
1.14 1.23
Penelitian ini menunjukan bahwa dengan penambahan elektrolit yang dilarutkan ke dalam air pada generator mengakibatkan kenaikan pula pada produksi gas oksihidrogen. Hal ini terjadi karena elektrolit NaOH dapat menyebabkan proses elektrolisis air berjalan lebih cepat, sehingga produksi hydrogen dan oksigen semakin besar pula. Performa dari generator ditentukan dari besarnya daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan gas oksihidrogen dan gas oksihidrogen yang dihasilkan, dimana pada gas oksihidrogen yang dihasilkan juga menghasilkan energi sesuai dengan nilai kalor bawah (NKB) yang dimiliki. Dengan demikian semakin besar gas oksihidrogen yang dihasilkan maka akan semakin besar pula performa generator oksihidrogen. Pada pemberian elektrolit NaOH sebesar 20 gram, laju produksi sebesar 1.14 ml/detik. Pada saat elektrolit NaOH ditambah menjadi 30 gram, terjadi kenaikan laju produksi sebesar 1,23 ml/detik atau 7,3%. Daya efektif mengalami kenaikan seiring dengan penambahan putaran. Demikian pula halnya pada penambahan beban. Pada prinsipnya, penambahan beban menyebabkan putaran mesin menjadi turun. Untuk itu diperlukan bahan bakar yang lebih besar untuk menaikkan
kembali putaran sesuai yang diharapkan. Sehingga dengan kenaikan pemasukan bahan bakar juga menyebabkan kenaikan daya efektif. Karena energi panas yang diberikan oleh bahan bakar juga bertambah. Penambahan suplemen bahan bakar berupa gas oksihidrogen akan meningkatkan daya yang dihasilkan oleh mesin. Dengan adanya tambahan bakar berupa gas oksihidrogen pembakaran yang terjadi didalam ruang bakar akan semakin sempurna. Gas oksihidrogen yang terdiri dari gas H2 dan gas O2 dengan perbandingan komposisi yang tepat untuk terbakar jika ada sumber api. Hasil pembakaran gas H2 akan menghasilkan energi dan tekanan yang besar didalam ruang bakar, sehingga akan menambah daya yang dihasilkan mesin. Hal ini pula dapat terlihat bahwa semakin besar pemberian arus pada generator, akan meningkatkan pula daya efektif pada mesin. Hal ini terjadi karena penambahan arus berbanding lurus dengan kapasitas gas oksihidrogen yang dihasilkan untuk disuplai ke ruang bakar. Jika dibandingkan dengan kondisi tanpa suplemen oksihidrogen, pada putaran 3000 rpm dengan beban 3 kg, daya yang dihasilkan adalah 0.354 kW dan dengan mengunakan oksihidrogen campuran larutan NaOH 20 gram pada putaran yang sama yaitu 0,376 kW terjadi kenaikan sebesar 5.9% pada saat adanya tambahan gas oksihidrogen dimana pada generator diberikan elektrolit NaOH 30 gram yang menghasilkan peningkatan daya mesin sebesar 0,379 kW atau 0,8%.
Gambar 6. Grafik Daya Poros Efektif
Pemberian elektrolit NaOH sebanyak 30 gram pada generator oksihidrogen menyebabkan kenaikan daya. Hal ini terjadi karena energi listrik yang dibawa oleh gas oksihidrogen semakin meningkat yang mana hal inipun semakin meningkatkan efisiensi pembakaran didalam ruang bakar. Pemakaian bahan bakar spesifik (SFC) menurun seiring bertambahnya putaran. Pada putaran rendah hingga menengah, penurunan terjadi dengan signifikan. Hal ini disebabkan pada putaran rendah, temperatur pembakaran belum mencapai optimum sehingga kebutuhan bahan bakar besar. Sedangkan pada putaran menengah hingga tinggi, penurunan SFC tidak signifikan lagi karena pembakaran sudah mulai stabil. Hal ini dapat dilihat pula bahwa gas oksihidrogen berperan dalam penurunan SFC. Gas oksihidrogen yang membawa energi masuk ke ruang bakar menyebabkan proses pembakaran lebih sempurna sehingga untuk menghasilkan daya tertentu tidak diperlukan bahan bakar yang besar. Disini pula terlihat bahwa penambahan elektrolit NaOH pada generator, akan menurunkan pula SFC. Hal ini terjadi karena penambahan NaOH berbanding lurus dengan kapasitas gas oksihidrogen yang dihasilkan untuk disuplai ke ruang bakar. Jika dibandingkan dengan kondisi tanpa suplemen oksihidrogen, pada putaran 3000 rpm dengan beban 3 kg, konsumsi bahan bakar spesifik sebesar 6,38 kg/ kW.h terjadi penurunan sebesar 2,8% pada saat adanya tambahan gas oksihidrogen dimana pada generator diberikan larutan elektrolit NaOH 20 gram. Sedangkan pada variasi elektrolit NaOH sebanyak 30 gram yaitu 5,67 kg/kWh, pada penelitian ini terjadi penurunan SFC sebesar 11,13%. Penambahan Generator oksihidrogen dengan elektrolit NaOH 30 gram memiliki penurunan sangat signifikan karena gas oksihidrogen yang dihasilkan meningkat dari elektrolit NaOH 20 gram. Gas oksihidrogen yang terdiri dari gas H2 dan O2 membuat pembakaran di ruang bakar
lebih sempurna sehingga bahan bakar hidrokarbon dapat terbakar secara optimal dan membutuhkan bahan bakar yang lebih sedikit dalam menghasilkan daya 1 kW.
Gambar 7. Grafik bahan bakar spesifik (SFc) Dalam penelitian Sudrajat dkk (2011), secara umum dengan 8 penambahan gas oksihidrogen dapat melakukan penghematan hingga 70%. Sedangkan pada penelitian Santoso dkk (2010) dimana bahan bakar utama yang digunakan adalah Diesel diperoleh penurunan SFC sebesar 10,8% namun pada putaran 2000 RPM. Efisiensi termal naik seiring penambahan putaran. Pada putaran rendah efisiensi termis kecil karena pada putaran rendah, campuran udara bahan bakar belum tercampur dengan sempurna (homogenitasnya kurang) sehingga menghasilkan pembakaran yang tidak optimal. Seiring dengan naiknya putaran, campuran akan semakin homogen. Dengan demikian pembakaran yang akan dihasilkan akan semakin baik dan efisiensi termis yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Penambahan gas oksihidrogen juga menyebabkan efisiensi termis meningkat. Menurut Yilmaz dkk (2010), dengan api kecepatan tinggi dari gas oksihidrogen, pembakaran dengan periode yang lebih pendek menghasilkan kehilangan panas yang lebih rendah, sehingga efisiensi thermal meningkat. Jika dibandingkan dengan kondisi tanpa suplemen oksihidrogen, pada putaran 3000 rpm dengan beban 3 kg, efisiensi termis yang dihasilkan sebesar 13.12% terjadi kenaikan sebesar 2,8% pada saat adanya tambahan gas oksihidrogen dimana pada generator diberikan elektrolit NaOH 20
gram. Sedangkan pada elektrolit NaOH 30 gram pada penelitian ini yaitu 14,78%, kenaikan efisiensi termis sebesar 8,7%. Hasil yang diperoleh Wang dkk (2010) bahwa dengan penambahan gas Hidrogen sebesar 3%, 5% dan 8% semakin meningkatkan pula efisiensi thermal motor bensin.
Gambar 8. Grafik Efisiensi Thermal V. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa degan generator oksihidrogen sejumlah gas oksihidrogen dapat dihasilkan sebagai bahan bakar motor bensin. Besarnya laju produksi gas tergantung dari desain dan elektrolit serta arus yang disuplai ke generator. Dengan tambahan gas oksihidrogen ini, memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja motor bensin yang berbahan bakar premium ron 88. Hal ini karena dapat meningkatkan daya efektif mesin, menurunkan konsumsi bahan bakar serta meningkatkan efisiensi thermis. DAFTAR PUSTAKA Alimah, S., dan Dewita, E. 2008. “Pemilihan Teknologi Produksi Hidrogen Dengan Memanfaatkan Energi Nuklir”. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir 10, 2: 123-132. Astu P. dan Djati N. 2006. Mesin Konversi Energi. Andi. Yogyakarta. Benro, Belly. 2009. Kaji Eksperimental Prestasi Motor Bakar Bensin Pada Mesin Toyota Kijang Tipe 5K 1500 cc.
Skripsi. Fak. Teknik, Universitas Andalas Padang. Buku Panduan Praktikum Motor Bakar Bensin Laboratorium Prestasi Mesin. Teknik Mesin, Universitas Bung Hatta. Herring S., 2004, High Temperature Electrolysis, Idaho National Engineering and Environmental Laboratory, Gaithersburg. Huang, Yu-Ru., Yen-Con Hung., Shun Yao Hsu., Yao-Wen Huang., Deng-Fwu Hwang. 2008. “Application Of Electrolyzed Water In The Foo Industry”. Food Control 19. 329-345. Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Larminie, James and Andrew Dicks. 2003. “Fuel Cell Systems Explained, 2nd Edition”. ISBN: 978-0-470-84857-9. Meyer, Stanley A. 1990. Method For The Production of a Fuel Gas. United States Patent, Patent Number 4936961. Ozzie, www.water4gas.com, 2008. Poempidah, H. dan F. Mustari. 2008. Rahasia Bahan Bakar Air. Valensi Vol. 2 No. 1, Nop 2010 (362-367) ISSN : 1978 – 8193. R.F. Horng, Y.P. Chang, H.H. Huang dan M.P. Lai, Driving Characteristics of a Motorcycle Fuelled with Hydrogenrich Gas Produced by an Onboard Plasma Reformer, Int J Hydrogen Energy, 49, 925-33, 2008. T. Suzuki dan Y. Sakurai, Effect of Hydrogen Rich Gas and Gasoline Mixed Combustion on Spark Ignition Engine, SAE paper, No. 01-3379, 2006. Wahyudzin, iaqbal. 2013. Pengembangan Generator Gas Hho Dry Dan Aplikasi Pada Kendaraan Bermesin 1800cc. Tugas akhir. Jurusan teknik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2013. www.pertamina.co.id/nilai oktan bensin. Diakses 20 maret 2015. Young, Stuart A. 1991. Apparatus and Method For Generating Hydrogen and Oxygen By Electrolytic Dissociation of
Water. United States Patent, Patent Number 5037518. Yusraini, Dian dan Inayati, Siregar. Produksi Gas Hidrogen Dari Limbah Alumunium. Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.