PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK SAWAH DI KECAMATAN JONGGOL DAN KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN BOGOR
KHAIDIFAH SYAIPUTRI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016 Khaidifah Syaiputri NIM A14120071
ABSTRAK KHAIDIFAH SYAIPUTRI. Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Sawah di Kecamatan Jonggol dan Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor dibimbing oleh WIDIATMAKA dan SETYARDI PRATIKA MULYA Lahan sawah memegang peranan penting dalam penyediaan pangan nasional. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah penghasil tanaman padi di Pulau Jawa yang memiliki luas lahan sawah sebesar 26.08 % dari total luas lahan sawah di Indonesia (BPS 2015a). Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah sentra padi di Jawa Barat. Luas panen tanaman padi di wilayah Kabupaten Bogor 5 tahun terakhir pada tahun 2008 hingga 2012 mengalami peningkatan luas panen sebesar 81 296 ha menjadi 83 935 ha (BPS 2012b), hal ini menunjukkan wilayah Kabupaten Bogor memiliki potensi besar untuk pengembangan tanaman padi sawah. Penggunaan lahan yang baik menjadi faktor pendukung peningkatan produksi tanaman padi sawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal dengan metode evaluasi lahan. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) mengkaji satuan peta tanah dan lahan BBSDLP 2012, (2) melakukan interpretasi penggunaan lahan saat ini, (3) pengecekan lapang dan pengambilan sampel tanah, (4) melakukan analisis kimia sampel tanah di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, (5) melakukan evaluasi lahan fisik dan ekonomi untuk tanaman padi sawah, (6) membuat peta ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah dan (7) membuat peta arahan pengembangan tanaman padi di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal. Terdapat 19 satuan peta tanah di daerah penelitian. Berdasarkan klasifikasi menurut Soil Taxonomy, tanah di wilayah penelitian termasuk kedalam ordo Inceptisols, Entisols, Alfisols dan Ultisols. Kelas kesesuaian lahan dominan sesuai untuk tanaman padi sawah dengan kelas S1 (sangat sesuai) dan S3 (sesuai marjinal). Analisis ekonomi B/C pengusahaan padi sawah berdasarkan kelas kesesuaian lahan yang dominan (S3) menghasilkan nilai sebesar 1.75. Nilai B/C ratio 1.75 artinya adalah pengusahaan padi sawah masih cukup menguntungkan di wilayah penelitian (B/C >1). Hasil interpretasi citra ikonos yang didukung dengan verifikasi lapang menghasilkan 12 jenis penggunaan lahan yaitu badan air, lahan terbangun, hutan campuran, hutan lahan kering sekunder, hutan sejenis (budidaya), lahan terbuka, perkebunan, perkebunan campuran, pertambangan, sawah, semak/belukar dan tegalan. Sawah merupakan penggunaan lahan yang dominan yaitu seluas 5 798.69 ha atau 25.25 % dari luas wilayah penelitian. Analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan sawah di wilayah penelitian adalah sebesar 594.87 ha atau 2.59 % dari luas wilayah penelitian yang berpotensi dan sesuai untuk perluasaan pertanian padi sawah. Kata kunci : lahan sawah, kesesuaian lahan, penggunaan lahan.
ABSTRACT KHAIDIFAH SYAIPUTRI. Land Use Planning for Paddy Field in Jonggol and Klapanunggal District, Bogor Regency. Supervised by WIDIATMAKA and SETYARDI PRATIKA MULYA Paddy field is important role in the national food supply. West Java is one of the rice crop-producing areas in Java which has an area of paddy field of 26.08 % of the total agricultural land (BPS 2015). Bogor Regency is one of the central areas of rice in West Java. Area harvested rice crop in the district of Bogor last 5 years in 2008 and 2012 experienced an increase in harvested area is 81 296 ha to 83 935 ha (BPS 2012b), this show Bogor Regency has great potential for the development of rice crops. Good land use management to be a factor supporting increased production of rice crops. The research objective is to plan the use of paddy field in Jonggol and Klapanunggal with land evaluation methods. This research was conducted in several stages. Stages of the research to be carried out as follows: (1) assessing unit soil maps and land BBSDLP 2012, (2) make an interpretation of current land use, (3) checks the field and soil sampling, (4) perform chemical analysis of soil samples in Chemistry and Soil Fertility, (5) evaluating the physical and economic land for rice crops, (6) create a map of land availability for development of rice crops and (7) make referrals map the rice crop development in Jonggol and Klapanunggal District. There are 19 units of land in the study area map. Based on the classification according to Soil Taxonomy of the land included in the order Inceptisols, Entisols, Alfisols and Ultisols. Suitability class dominant land suitable for paddy field with S1 level (very appropriate) and S3 (marginally suitability). The economic analysis B/C cultivation of paddy based land suitability classes were dominant (S3) yields a value of 1.75. B/C ratio of 1.75 means paddy rice cultivation is still quite profitable in the research area (B/C> 1).The results of image interpretation of IKONOS are supported by verification field produces 12 types of use which are the water body, build up, mixed forest, secondary forest, cultivation forest, open land, plantations, mix plantation, mining, paddy field, bush/shrub and moor. Paddy field is the dominant land use amounted to 5 798.69 ha or 25.25% of the area of research. Analysis of the availability of land amounting to 594.87 ha atau 2.59 % of the potensial research area and suitable for the expansion of paddy field. Keywords: land suitability, land use, paddy field
PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK SAWAH DI KECAMATAN JONGGOL DAN KECAMATAN KLAPANUNGGAL, KABUPATEN BOGOR
KHAIDIFAH SYAIPUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis mendapat upaya menyelesaikan karya ilmiah (skripsi) ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Judul penelitian ini adalah Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Dalam proses penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr Ir Widiatmaka, DAA dan Setyardi Pratika Mulya, SP. MSi selaku pembimbing atas segala nasehat, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan selama proses penyelesaian karya ilmiah ini. 2. Ir Hermanu Wijaya, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukannya. 3. Ibu, Ayah serta seluruh keluarga atas do’a dan kasih sayangnya. 4. Seluruh dosen dan staf departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis. 5. Segenap keluarga GENESIS, tim SUKSES SURVEI, RempongRangers, Asrama Riau, BEM Faperta Kabinet KepompongKita yang selalu mendukung dan setia. 6. Semua pihak yang telah membantu kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 7. Segenap keluarga DITSL 49 atas dukungan, semangat, doa dam persahabatan selama masa perkuliahan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Bogor, Oktober 2016 Khaidifah Syaiputri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Lahan dan Peta Satuan Lahan Evaluasi Kesesuaian Lahan Perencanaan Penggunaan Lahan Lahan Sawah dan Tanaman Padi METODE
2 2 3 3 4
Bahan
4
Alat
5
Prosedur Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian Tanah
11 11
Lereng
11 12
Iklim
13
Peta Pola Ruang (RTRW)
13
Peta Satuan Lahan
14
Interpretasi Citra untuk Penggunaan Lahan Aktual
15
Analisis Kesesuaian Lahan Fisik dan Ekonomi
16
Arahan Pengembangan Penggunaan Lahan Sawah
21
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
23 23 24
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
27
RIWAYAT HIDUP
36
DAFTAR TABEL 1 Data spasial, skala dan sumber 2 Bahan analisis kimia sampel tanah 3 Matriks hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis data, dan output yang diharapkan 4 Kriteria lahan tersedia dan tidak tersedia berdasarkan penggunaan lahan untuk tanaman padi sawah 5 Matriks logik ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah berdasarkan RTRW 6 Matriks arahan pengembangan lahan sawah 7 Sebaran bentuk lahan dan lereng di wilayah penelitian 8 Pola ruang Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal 9 Luas penggunaan lahan di wilayah penelitian 10 Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal 11 Kesesuaian lahan aktual dan perbaikan yang bisa dilakukan 12 Hasil analisis kesesuaian lahan ekonomi usahatani padi sawah di Kecamatan Jonggol 13 Hasil analisis ekonomi menurut Wood dan Dent 1993 14 Lahan sesuai dan tersedia berdasarkan RTRW dan penggunaan lahan aktual untuk perluasan padi sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal
5 5 7 9 10 11 12 14 16 17 19 20 20
22
DAFTAR GAMBAR 1 Peta administrasi desa Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor 2 Bagan alir penelitian 3 Lereng wilayah penelitian 4 Peta satuan lahan Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal 5 Peta penggunaan lahan aktual 6 Peta kesesuaian lahan tanaman padi sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal 7 Peta arahan pengembangan lahan sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal 8 Peta ketersediaan lahan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal
4 6 13 15 16 18 21 23
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Peta lokasi pengambilan contoh tanah Citra Ikonos 2009 Kenampakan dan hasil identifikasi pada citra Kualitas dan karaktersitik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan 5 Klasifikasi tanah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal
27 27 28 29 29
6 7 8 9 10 11 12
Peta satuan lahan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal Keterangan peta satuan lahan di wilayah penelitian Data karaktersitik satuan lahan dilokasi penelitian Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah Kriteria penilaian kesuburan tanah Kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah (Oryza sativa) Produksi tanaman padi sawah tahun 2006-2014 di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal
29 30 31 32 33 34 35
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan sawah memegang peranan penting dalam penyediaan pangan bagi rakyat Indonesia. Padi (beras) merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Di Indonesia Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah penghasil padi di Pulau Jawa yang memiliki luas lahan sawah sebesar 26.08 % dari total luas lahan sawah di Indonesia (BPS 2015a). Kabupaten Bogor merupakan salah satu penghasil padi di Jawa Barat. Kabupaten Bogor terletak pada lintang 6.19o-6.47o LS dan 106o1'-107o103' BT terdiri dari 40 kecamatan, 410 desa dan 16 kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 40 tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan. Tanaman padi menyebar di wilayah tengah dan utara seperti Kecamatan Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu. Hal inilah yang menjadi dasar dalam pemilihan lokasi penelitian ini, khususnya Kecamatan Jonggol. Sementara itu, Kecamatan Klapanunggal adalah wilayah yang secara administasi berdekatan dengan Kecamatan Jonggol. Luas panen tanaman padi di wilayah Kabupaten Bogor 5 tahun terakhir pada tahun 2008 hingga 2012 mengalami peningkatan luas panen yaitu 81 296 ha menjadi 83 935 ha (BPS 2012a), hal ini menunjukkan wilayah Kabupaten Bogor memiliki potensi besar untuk pengembangan tanaman padi sawah di Jawa Barat. Namun demikian, apabila dilihat dari luas sawah di Kabupaten Bogor terlihat mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2012, begitu juga sampai tahun 2015. Luas lahan sawah tahun 2010 seluas 48 484 ha turun menjadi 47 932 ha pada tahun 2012 (BPS 2012b) dan kemudian turun menjadi 47 663 ha pada tahun 2015 (BPS 2015b). Penurunan lahan sawah umumnya disebabkan adanya konversi lahan. Faktor pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan pesatnya pembangunan mendorong terjadinya konversi lahan sawah menjadi non sawah (khususnya pemukiman). Disisi lain kebutuhan pangan terus meningkat akibat pertumbuhan penduduk sehingga konversi lahan sawah perlu dikendalikan. Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor bagian timur yang letaknya saling berbatasan. Kedua kecamatan ini memiliki potensi di bidang pertanian, terutama Kecamatan Jonggol yang merupakan penghasil tanaman padi sawah terbesar di Kabupaten Bogor dengan luas panen 6 650 ha atau 7.92 % dari keseluruhan luas panen di Kabupaten Bogor (BPS 2013). Sementara itu, di Kecamatan Klapanunggal terjadi peningkatan yang signifikan luas panen padi sawah dari tahun 2013 hingga 2014 sebesar 392 ha menjadi 1 968 ha (BPS 2014). Kurangnya pengetahuan dan pemahaman petani dalam pengelolaan lahan dan jenis tanaman yang dibudidayakan membuat penggunaan lahan menjadi kurang optimal. Penggunaan lahan yang tidak optimal menjadi faktor pendukung terjadinya konversi lahan. Pemilihan penggunaan lahan yang tepat idealnya dilakukan dengan cara evaluasi lahan terlebih dahulu, namun membutuhkan waktu dan biaya yang besar sehingga menyulitkan bagi petani. Apabila dana dan waktu merupakan faktor pembatas dalam penentuan penggunaan lahan yang tepat,
2 maka perlu adanya keberadaan suatu sistem penunjang pembuatan keputusan yang terkomputerisasi (Sukoco et al. 2009). Kebijakan dari pemerintah daerah menjadi faktor pendukung. Upaya yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung lahan agar produktivitas lahan optimal, maka diperlukan perencanaan penggunaan lahan, khususnya lahan sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi lahan dan perencanaan penggunaan lahan untuk tanaman padi sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, tujuan khusus penelitian ini meliputi: (1) mengkaji Satuan Peta Lahan (SPL) Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) 2012, (2) membuat peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah, (3) mengidentifikasi penggunaan lahan aktual dan ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah serta (4) menyusun arahan penggunaan lahan berdasarkan analisis ketersediaan lahannya.
TINJAUAN PUSTAKA Lahan dan Peta Satuan Lahan Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi yang mempengaruhi potensi penggunaannya, termasuk didalamnya yaitu akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang. Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Sitorus 2004). Sedangkan satuan peta lahan adalah peta suatu areal lahan yang memiliki karakteristik yang spesifik berbeda dari satuan peta lahan lainnya. Tingkat homogenitas atau perbedaan internal antara komponen lahan yang berbeda sesuai dengan skala dan intensitas pengamatan dan pemetaan tanah. Dalam pengertian lain, Satuan Peta Tanah (SPT) terdiri atas kumpulan semua deliniasi tanah yang ditandai oleh simbol, warna, nama, atau lambang yang khas pada suatu peta. Umumnya peta tanah terdiri atas lebih dari satu satuan peta. Satuan peta adalah satuan lahan yang mempunyai sistem fisiografi atau landform yang sama, yang dibedakan satu sama lain di lapangan oleh batas-batas alami dan dapat dipakai sebagai satuan evaluasi lahan. Satuan-satuan yang dihasilkan umumnya berupa tubuh lahan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang dibedakan oleh batas-batas alami di tempat terjadinya perubahan ciri-ciri yang paling cepat ke arah lateral. Pendekatannya merupakan pendekatan fisiografis (Rayes 2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Penggunaan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan akan
3 menimbulkan kerusakan lahan dan masalah baru dikemudian hari (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan arahan penggunaan lahan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan potensial. Penilaian kesesuaian lahan aktual berdasarkan pada data biofisik tanah, berupa karakteristik tanah dan iklim. Sedangkan kesesuaian lahan potensial menggambarkan penilaian setelah dilakukannya usaha-usaha perbaikan. Komoditas yang diusahakan di lahan sesuai dapat mencapai hasil optimal namun secara ekonomi belum tentu menguntungkan. Kemungkinan ini terjadi jika infrastruktur dan sarana ekonomi di wilayah pengembangan belum mendukung (Djaenudin 2007). Apabila hal ini terjadi maka pembangunan pertanian tidak memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, data dan informasi kesesuaian lahan secara fisik dan ekonomi sangat diperlukan dalam perencanaan pengembangan komoditas unggulan (Djaenudin 2008). Perencanaan Penggunaan Lahan Penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual (Sitorus 2004). Penggunaan lahan dibagi dua yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan ketersediaan air dan komoditas yang dibudidayakan. Sedangkan penggunaan lahan non pertanian dibedakan ke dalam pemukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad 2006). Studi evaluasi lahan diperinci ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan diuraikan lebih terperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis suatu daerah dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu, yaitu menyangkut pengelolaan, masukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik (Rayes 2007). Lahan Sawah dan Tanaman Padi Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk budidaya padi sawah, baik secara terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan palawija (Hardjowigeno et al. 2004). Semua jenis tanah dapat disawahkan dengan syarat ketersediaan air terpenuhi. Padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim. Dengan demikian sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanahnya (Wahyunto 2009). Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik dalam pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi (Ina 2007). Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas, sedangkan di Indonesia suhu tidak terasa karena suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi adalah kehampaan pada biji. Hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi adalah (1) daerah antara 0-650 meter dengan suhu 20.50C-22.50C, termasuk 96% dari luas tanah di jawa cocok untuk tanaman padi dan (2) daerah antara 650-1.500 meter dengan suhu 22.50C masih cocok untuk tanaman padi (Ina 2007).
4 Tanaman padi yang ditanam pada berbagai bentuk lahan yang dipengaruhi oleh kondisi hidrologis. Kombinasi variasi bentuk lahan dan hidrologi mengaburkan terminologi sistem produksi padi (IRRI 1989). Persyaratan bagi klasifikasi lahan pertanaman padi memperhatikan (a) posisi topografi lahan pertanaman padi berkenaan dengan kondisi hidrologisnya, (b) sumber air alami dari pertanaman padi dan (c) peluang modifikasi dari sistem tata air alami oleh kegiatan manusia, baik topografi maupun tata airnya (Setiobudi dan Ahmad 2009).
METODE Lokasi dan Waktu pelaksanaan Penelitian dilakukan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian berlangsung dari bulan Januari hingga Juli 2016. Pengelolaan dan analisis data dilakukan di Divisi Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (DITSL), Fakultas Pertanian (Faperta), Institut Pertanian Bogor (IPB).
Gambar 1 Peta administrasi desa Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengamatan lapang, pengambilan sampel tanah dan hasil wawancara dengan petani tanaman padi sawah. Data sekunder berupa
5 data produksi tanaman padi tahun 2006-2014 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, peta satuan tanah dan lahan BBSDLP, peta rupa bumi digital Kabupaten Bogor, citra ikonos, peta administrasi Kabupaten Bogor, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan. Data spasial, skala dan sumber data yang digunakan disajikan pada Tabel 1. Bahan analisis contoh tanah yang digunakan disajikan pada Tabel 2. Tabel 1 Data spasial, skala dan sumber No 1. 2. 3. 4. 5.
Data Peta Administrasi Peta RBI Peta Satuan Tanah dan Lahan Peta Penggunaan Lahan Peta RTRW
Skala 1:50 000 1:25 000 1:250 000 1:10 000 1:50 000
Sumber Data Bappeda Bogor BIG BBSDLP Ikonos 2009 Bappeda Bogor
Tabel 2 Bahan analisis kimia sampel tanah Analisis N-total P-tersedia K-tersedia pH C-Organik KTK KB Tekstur
Bahan H3BO3, NaOH 50%, H2SO4 dan HCl 0.1 N Bray-1(Bray), Pereaksi P dan Pewarna P (Ohlsen) KCl H2O K2Cr2O7, H2SO4 dan FeSO4 1 N NH4oAc pH 7, NaOH 50% dan NaOH 0.1 N NH4oAc pH 7 H2O2, Natrium Priophospat dan HCl 0.1 N Alat
Alat yang digunakan saat di lapang meliputi form kuisioner, GPS, bor belgi, kamera dan alat tulis. Kemudian alat analisis kimia sampel tanah dengan pHmeter, spectrophotometer, AAS dan flamephotometer. Evaluasi lahan dan analisis data menggunakan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak ArcGis 9.3 dan Microsoft Office. Prosedur Analisis Data Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Adapun tahap-tahapan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) mengkaji peta satuan tanah dan lahan yang telah dibuat oleh BBSDLP 2012, (2) melakukan interpretasi citra penggunaan lahan saat ini, (3) pengecekan lapang dan pengambilan sampel tanah, (4) melakukan analisis kimia sampel tanah di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, (5) melakukan evaluasi lahan fisik dan ekonomi untuk tanaman padi sawah, (6) membuat peta ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah dan (7) membuat peta arahan pengembangan tanaman padi di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal. Secara sistematis rangkaian tahapan penelitian disajikan pada Gambar 2. Informasi mengenai tujuan penelitian, jenis data dan teknik analisis disajikan pada Tabel 3.
6
Peta Satuan Tanah dan Lahan (BBSDLP 2012)
Kriteria Kesesuaian Lahan Padi Sawah*
Peta Kerja Pengambilan Sampel Tanah
Peta Kesesuaian Lahan
Citra Ikonos
Koreksi Geometri
Sampel Tanah
Deliniasi Kondisi Iklim: Temperatur, Bulan kering, CH, Kelembaban, LGP. (Sumber: BMKG) Keadaan Lapang : Drainase, Tesktur Kedalaman Perakaran, Batuan singkapan permukaan, Konsistensi, Lereng.
Analisis Kimia: pH, C-organik, N, P, K, Ca, Mg, Na, KTK, KB, Tekstur
Peta Tutupan Lahan
Cek Lapang
Peta Penggunaan Lahan Peta Ketersediaan Lahan RTRW Kab.Bogor
Analisis kesesuaian ekonomi tanaman padi sawah
Produksi Padi Sawah tiap desa di Kec. Jonggol dan Klapanunggal
Peta Arahan Pengembangan Komoditas Padi Sawah di Kec. Jonggol dan Klapanunggal
Gambar 2 Bagan alir penelitian *Kriteria Kesesuaian Lahan Padi Sawah (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007)
7 Tabel 3 Matriks hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis data dan output yang diharapkan Tujuan Penelitian
Jenis Data
Mengkaji Peta Satuan Tanah dan Lahan BBSDLP 2012
Satuan peta Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal skala 1:250 000, peta lereng skala 1:25 000
Menganalisis penggunaan lahan
Citra Ikonos (2009), peta administrasi Kabupaten Bogor
Melakukan evaluasi lahan fisik dan ekonomi untuk padi sawah
Peta satuan tanah dan lahan, peta administrasi Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal, data temperatur, curah hujan, data pengamatan lapang, analisis kimia sampel tanah, kriteria kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007), data hasil wawancara petani Peta penggunaan lahan Analisis SIG 2016, peta Rancangan (overlay) dan Tata Ruang Wilayah matriks logika (RTRW)
Mengidentifikasi ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah Menyusun arahan pengembangan penggunaan lahan
Data kebutuhan tanaman padi, hasil analisis, kesesuaian lahan dan ketersediaan lahan, serta analisis penggunaan lahan
Teknis Analisis Analisis SIG (overlay dan pendetailan)
Output
Titik pengambilan sampel tanah dari 19 Satuan Lahan dan peta satuan lahan skala 1:50 000 Interpretasi Peta visual citra penggunaan dan cek lapang lahan aktual penggunaan 2016 lahan eksisting Analisis SIG, Peta analisis kesesuaian matching lahan fisik dan kesesuaian kesesuaian Lahan dan lahan secara perhitungan ekonomi untuk analisis padi sawah di ekonomi Kecamatan menggunakan Jonggol dan program Klapanunggal Microsoft Excel
Analisis SIG
Peta ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah Arahan pengembangan tanaman padi sawah wilayah sesuai potensi lahan yang tersedia
8 Mengkaji Satuan Peta Tanah (SPT) dan Lahan Satuan tanah adalah bagian dari lahan yang memiliki karakteristik spesifik. Peta satuan lahan yang digunakan untuk evaluasi lahan dari hasil pemetaan terdahulu (BBSDLP 2012). Data berupa peta dan atribut yang akan digunakan diseleksi terlebih dahulu, berdasarkan wilayah yang akan diamati. Digitasi peta tanah dilakukan dengan menggunakan program ArcGis 9.3. Unsur-unsur pembentuk SPT meliputi jenis tanah (great group), kemiringan lereng, bentuk wilayah (relief) dan bahan induk bersumber dari BBSDLP, sedangkan data kesuburan tanah berasal dari hasil analisis kimia sampel tanah di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, IPB. Berdasarkan SPT tersebut dilakukan survei lapang dan pengambilan contoh tanah. Peta lokasi pengambilan contoh tanah disajikan pada Lampiran 1. Pembuatan peta satuan lahan dengan skala 1:50 000 (semi detail) dilakukan dengan cara meng-overlay peta tanah skala 1:50 000 (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) 2012 yang dioverlay dengan satuan lereng dari Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25 000. Peta ini digunakan sebagai pembanding dengan SPT sebelumnya. Interpretasi Citra Penggunaan Lahan Aktual Analisis dimulai dengan interpretasi visual citra Ikonos. Citra ikonos yang digunakan adalah tahun 2009 yang disajikan pada Lampiran 2 dan dikoreksi geometrinya. Menurut Mather (1987), koreksi geometrik adalah transformasi citra hasil penginderaan jauh sehingga citra tersebut mempunyai sifat-sifat peta dalam bentuk, skala dan proyeksi. Untuk memudahkan pengamatan visual dalam menginterpretasi penggunaan lahan, digunakan kombinasi band 432 (RGB). Kombinasi band 432 (IM dekat, IM sedang dan biru) memiliki kekontrasan yang tinggi sehingga memudahkan untuk membedakan penutupan/penggunaan lahan (Lampiran 3). Selanjutnya dilakukan validasi dengan cek lapang dengan mempertimbangkan SPT. Citra diinterpretasi tutupan lahannya berdasarkan unsur–unsur interpretasi citra yaitu warna (rona), tekstur, asosiasi, bentuk dan sebagainya (Lillesand et al. 2004). Klasifikasi penggunaan lahan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 12 jenis, yaitu badan air, lahan terbangun, hutan campuran, hutan lahan kering sekunder, hutan sejenis (budidaya), lahan terbuka, perkebunan, perkebunan campuran, pertambangan, sawah, semak/belukar dan tegalan. Evaluasi Kesesuaian Lahan Fisik dan Ekonomi Klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan sistem klasifikasi Food and Agriculture Organization. Terdiri dari tiga klasifikasi yaitu pertama ordo, menunjukkan suatu lahan sesuai (S) atau tidak sesuai (N) untuk pengembangan komoditas pertanian tertentu. Kedua kelas, menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dari masing-masing ordo, S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan untuk ordo yang tidak sesuai dalam analisis ini hanya sampai pada tingkat ordo (N). Ketiga, satuan/unit menunjukkan faktor pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut. Analisis kesesuaian fisik budidaya padi sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal dilakukan dengan cara membandingkan (matching) kualitas lahan pada SPT (Lampiran 4) dengan persyaratan tumbuh tanaman (Lampiran 11). Sedangkan evaluasi ekonomi tanaman padi sawah dilakukan di dua desa setiap
9 kecamatan. Aspek yang diamati terkait pengeluaran dan pendapatan dari budidaya padi sawah, pada musim tanam Januari hingga Juni 2016. Indikator yang diukur adalah gross margin dan benefit cost ratio: 1. Gross Margin (GM) Gross Margin merupakan analisa pendapatan untuk menghitung total pendapatan dari jumlah produksi yang dihasilkan dan penyesuaiannya dengan harga barang yang dihasilkan per satuan dikurangi dengan biaya-biaya variabel atau dapat juga dikatakan keuntungan kotor. ( ) GM = ( ) 2. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Benefit Cost Ratio merupakan analisa untuk mengukur tingkat keuntungan dalam proses produksi usahatani. Ratio ini dapat diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Dengan kriteria B/C Ratio >1, usahatani menguntungkan; B/C Ratio <1, usahatani tidak menguntungkan; B/C Ratio = 0, usahatani impas. ∑
B/C Ratio =
∑
(
)
(
)
Dengan: Bt = Manfaat sampai tahun ke t Ct = Biaya sampai tahun ke t t = Tahun
Analisis Ketersediaan Lahan Analisis ketersediaan lahan bertujuan untuk mengetahui status lahan yang sesuai dan tersedia bagi pengembangan padi sawah. Analisis dilakukan dengan meng-overlay peta penggunaan lahan dan peta pola ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor Tahun 2009-2025. Kriteria lahan untuk tanaman padi sawah berdasarkan penggunaan lahannya disajikan pada Tabel 4. Matriks logik ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah berdasarkan RTRW disajikan pada Tabel 5. Tabel 4 Kriteria lahan tersedia dan tidak tersedia berdasarkan penggunaan lahan untuk tanaman padi sawah Penggunaan Lahan Perkebunan Campuran Semak/Belukar Tegalan Lahan Terbuka Sawah Bangunan Badan Air Perkebunan Hutan Campuran Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Sejenis (budidaya) Pertambangan
Ketersediaan Tidak Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Eksisting sawah Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia
10 Tabel 5 Matriks logik ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah berdasarkan RTRW PL
BA
LB
HB
HC
HS
LT
KC
P
S/B
SWH T
Te
TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT
TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT
TT TT TT TT TT TT T TT TT TT TT TT TT
TT TT TT TT TT TT T TT TT TT TT TT TT
TT TT TT TT TT TT T TT TT TT TT TT TT
TT TT TS TS TS TS T TT TT TT TT TT TT
TT TT TT TT TT TT T TT TT TT TT TT TT
TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT
TT TT TS TS TS TS T TT TT TT TT TT TT
ESn ESn ESn ESn ESn ESn ESn ESn ESn ESn ESn ESn ESn
TT TT TS TS TS TS T TT TT TT TT TT TT
RTRW
KHP KHPT KPDR KPKP KPKR KPKS PLB PLK TTn BA W ZI KI
TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT
Keterangan : TS : tersedia sementara T : tersedia PL: penggunaan lahan TT : tidak tersedia BA: badan air HB : hutan budidaya HC: hutan campuran HS: hutan sekunder LT: lahan terbuka KC: kebun campuran P: perkebunan S/B: semak/ belukar SWH : sawah T: pertambangan Te: tegalan LB: lahan terbangun
ESn : Eksisting sawah RTRW: pola ruang KHP : kawasan hutan produksi KHPT: kawasan hutan produksi terbatas KPDR: kawasan pemukiman desa (rendah) KPKP: kawasan pemukiman kota (padat) KPKR: kawasan pemukiman kota (rendah) KPKS: kawasan pemukiman kota (sedang) PLB : pertanian lahan basah PLK : pertanian lahan kering TTn : tanaman tahunan BA : badan air W : waduk ZI : zona industri KI : kawasan industri
Definisi tersedia sementara (TS) dalam penelitian ini adalah menurut penggunaan lahan saat ini tersedia untuk sementara waktu, apabila ingin dimanfaatkan untuk padi sawah dengan syarat sumberdaya air dan kondisi fisik lahannya memungkinkan untuk ditanami padi sawah. Penggunaan lahan tersebut berupa lahan terbuka (LT), semak/belukar (S/B) dan tegalan (Te). Namun demikian, menurut peta pola ruang (RTRW) perencanaannya bukan untuk pertanian lahan basah (PLB). Lahan tersedia (T) yang dimaksud adalah lahan tersebut saat ini eksisting bukan berupa sawah, namun menurut pola ruang RTRW wilayah tersebut direncanakan untuk pertanian lahan basah (PLB). Sementara itu, lahan tidak tersedia (TT) yang dimaksud adalah eksisting penggunaan lahan saat ini non sawah dan perencanaannya dalam pola ruang RTRW juga bukan untuk pertanian lahan basah (PLB). Arahan Pengembangan Arahan pengembangan tanaman padi sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor disusun berdasarkan hasil analisis kesesuaian
11 lahan dan ketersediaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan. Pengembangan yang dimaksud adalah menetapkan alokasi pengembangan baru untuk tanaman padi sawah. Lahan yang sesuai untuk pengembangan terdiri atas kelas S1 (sangat sesuai), dilanjutkan dengan lahan dengan kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal). Pengembangan tidak akan dilakukan ketika kesesuaian lahan untuk tanaman padi tidak sesuai (N) di suatu lokasi. Matriks arahan pengembangan pertanian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Matriks arahan pengembangan lahan sawah Kriteria Ketersediaan Kesesuaian Penggunaan lahan eksisting Analisis Ekonomi
Diarahkan pengembangan
Tidak diarahkan untuk dikembangkan Tersedia Tidak tersedia (TS) Sesuai (S1, S2, S3) Tidak sesuai (N) Perkebunan campuran, Penggunaan lahan tegalan, semak belukar, lahan lainnya terbuka B/C Ratio >1
B/C Ratio <1
Analisis ekonomi juga menjadi dasar dalam penentuan pengembangan lahan sawah baru. Lahan sawah yang memiliki kesesuaian lahan secara ekonomi menguntungkan (B/C>1) dipertahankan dan dijaga kualitas lahannya. Sementara itu, lahan yang memiliki kesesuaian lahan secara ekonomi tidak menguntungkan (B/C<1), maka tidak dilakukan pengembangan lahan sawah baru di wilayah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian Tanah Tanah-tanah di wilayah penelitian diklasifikasikan menurut Soil Taxonomy (United State Departemen of Agriculture, 1975; Soil Survey Staff 1990;2003) tanah diklafikasikan berdasarkan ordo, subordo, great group dan sub group disajikan pada Lampiran 5. Tanah-tanah tersebut diklasifikasikan kedalam empat ordo, yaitu Inceptisols, Entisols, Ultisols dan Alfisols. Tanah-tanah ini umumnya terbentuk dari bahan endapan liat marin dan liat sungai serta bahan induk kapur yang pembentukannya sangat dipengaruhi oleh air tanah yang dangkal dan air irigasi. Air irigasi yang diberikan terus menerus pada lahan sawah akan menyebabkan terjadinya reduksi pada lapisan atas tanah. Tanah-tanah ini juga banyak dijumpai pada tanah sawah ataupun tanah bekas sawah. Tanah ini memiliki ciri-ciri berwarna tanah kelabu ataupun karatan pada tanahnya. Terjadinya proses gleisasi dan reduksi yang terjadi saat tanah dalam kondisi tergenang air atau muka air dangkal. Lahan sawah jika diklasifikasikan dalam sistem klasifikasi Dudal Soepraptohardjo umumnya tanah-tanah aluvial, glei, regosol, grumusol, podsolik
12 dan latosol dan beberapa di tanah andosol dan mediteran. Kebanyakan tanah tersebut berada pada ketinggian kurang dari 500 m dari permukaan laut (Soepraptohardjo dan Suhardjo 1978). Hal ini menunjukkan tanah-tanah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal memiliki potensi besar dalam pengembangan lahan sawah yang termasuk kedalam tanah yang umum digunakan. Tingkat kesuburan tanah bervariasi, dari rendah sampai sangat baik. Umumnya kesuburan tanah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal cukup baik untuk mendukung pengembangan tanaman padi sawah. Terutama tanah pada ordo Alfisols yang memiliki kejenuhan basa >50 %. Hal ini menunjukkan tingkat kesuburan yang baik. Namun demikian, tanah-tanah pada wilayah penelitian ini didominasi oleh bahan induk kapur sehingga memiliki pH tanah yang bersifat alkalin (basa). Sifat tanah yang alkalin (basa) membuat unsur hara tertentu menjadi tidak tersedia seperti retensi unsur hara P yang disajikan pada Lampiran 9. Tanah yang memiliki pH alkalin didominasi oleh CaCO3 yang mengikat unsur hara P menjadi tidak tersedia. Rendahnya ketersediaan P pada tanah berkapur disebabkan adsorpsi permukaan ion fosfat oleh CaCO3 yang terlarut (Kishchuk 2000). Lereng Berdasarkan topografi di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal termasuk dataran rendah dengan ketinggian antara 0-500 m dpl. Peta lereng yang disajikan pada Gambar 3 merupakan sebaran bentuk lahan berdasarkan Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) kedetailan 30 m. Hasil dari data Tabel 6 wilayah penelitian memiliki bentuk lahan dominan berbukit (25-40 %) sebesar 7 095.13 ha atau 30.98 %, sehingga secara aktual tidak sesuai untuk pengembangan lahan sawah. Menurut pendapat dari Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), sebaran lereng yang sesuai untuk pengembangan tanaman padi sawah adalah lereng 015 % dengan bentuk datar sampai bergelombang. Hal ini menunjukkan sebaran bentuk lahan dari 0-15 % di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal sebesar 12 028.40 ha atau 52.38 % dari luas keseluruhan wilayah sesuai untuk penggunaan lahan sawah. Masalah fisik lahan untuk daerah yang tidak sesuai dapat di atasi dengan teknologi, selama teknologi tersebut aman bagi lingkungan dengan biaya yang rasional seperti pembuatan teras. Tabel 7 Sebaran bentuk lahan dan lereng di wilayah penelitian Lereng (%) 0-3 3-8 8-15 15-25 25-40
Luas Bentuk Lahan
SPT
Datar Berombak Bergelombang Berbukit kecil Berbukit Luas total
2, 11, 14, 164 13, 15, 85, 178 48, 132, 144 55, 92, 144, 145, 210 57, 213, 277
Ha 1 925.39 6 887.08 3 215.93 3 777.18 7 095.13 22 900.71
% 8.41 30.07 14.04 16.49 30.98 100
13
Gambar 3 Lereng wilayah penelitian Iklim Iklim merupakan faktor fisik yang sulit diubah dan paling menentukan keragaman penggunaan lahan. Penyebaran dari unsur-unsur iklim yang bervariasi menurut ruang dan waktu sehingga penyebaran penggunaan lahan juga beragam sesuai dengan penyebaran iklim (Gandasasmita 2001). Iklim wilayah Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal seperti keadaan umumnya wilayah Kabupaten Bogor yang beriklim tropis, terdiri dari dua musim (hujan dan kemarau). Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk dalam tipe A (sangat basah). Temperatur berkisar antara 230-330C dan jumlah curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 2 250-3 000 mm/tahun (BMKG 2015). Peta Pola Ruang (RTRW) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengisyaratkan bahwa penyusunan rencana tata ruang harus mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, yang disusun secara berjenjang mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW Kabupaten serta RTRW Kota), yang pada akhirnya, rencana tata ruang tersebut ditetapkan dengan peraturan daerahnya masing-masing. Kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor pada tahun 2007 merupakan landasan bagi fasilitasi penyusunan Rancangan peraturan daerah (Raperda) RTRW Kabupaten Bogor. Penyusunan RTRW tersebut ditujukan agar kegiatan
14 pembangunan di Kabupaten Bogor memiliki dasar dan panduan yang menetapkan peluang serta batasan bagi kegiatan pembangunan. Berdasarkan Perda Kabupaten Bogor Nomor 19 tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Bogor memiliki rencana pola yaitu kawasan lindung sebesar 44.69 % (seluas 133 548.41 ha) dan kawasan budidaya sebesar 55.31 % (seluas 165 289.90 ha). Wilayah Kecamatan Jonggol terdapat 10 kawasan sedangkan Kecamatan Klapanunggal terdapat 12 kawasan berdasarkan rencana pola ruang Kabupaten Bogor 2009-2025 yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Pola Ruang Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pola Ruang Kecamatan Jonggol Kecamatan Klapanunggal Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Hutan Produksi Kawasan Industri Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan Industri (Hunian Jarang) Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan Permukiman Perdesaan (Hunian Rendah) (Hunian Jarang) Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan Permukiman Perdesaan (Hunian Sedang) (Hunian Rendah) Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan Pertanian Lahan Basah (Hunian Padat) Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan Permukiman Perkotaan (Hunian Rendah) Kawasan Tanaman Tahunan Kawasan Pertanian Lahan Basah Sungai/Tubuh air Kawasan Pertanian Lahan Kering Waduk Kawasan Tanaman Tahunan Sungai/Tubuh air Zona Industri Peta Satuan Lahan
Data karakteristik lahan yang diperoleh dari peta satuan lahan digunakan sebagai suatu unit perencanaan dan pengelolaan lahan. Peta satuan lahan dari BBSDLP (2012) dengan skala 1:250 000 merupakan dasar dalam pengambilan titik sampling tanah. Titik sampling ini digunakan untuk analisis sifat fisik dan kimianya. Keragaman atau variabilitas masing-masing satuan peta lahan tergantung dari skala dan intensitas penelitiannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Peta satuan lahan yang digunakan skala 1:250 000 memiliki intensitas tingkat tinjau, seharusnya peta satuan lahan yang digunakan skala 1:50 000 dengan intensitas tingkat semi detil (Lampiran 6). Keterbatasan waktu dan tenaga sehingga dasar penentuan titik yang diambil berdasarkan peta satuan tanah dan lahan BBSDLP (2012) yang disajikan pada Gambar 4. Peta satuan lahan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal terbagi menjadi 19 satuan lahan. Peta satuan lahan dipisahkan berdasarkan lereng, jenis tanah yang diklasifikasikan dan verifikasi lapang berdasarkan Soil Taxonomy, landform dan bahan induk (Lampiran 7). Setiap satuan lahan diambil satu sampel
15 tanah untuk mewakili satu satuan peta lahan. Terdapat 19 titik sampel tanah dalam pengamatan dilapang dan analisis sifat kimia.
Gambar 4 Peta Satuan Lahan Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal Interpretasi Citra Penggunaan Lahan Aktual Penyusunan peta penggunaan lahan diawali dari interpretasi citra ikonos tahun 2009. Hasil dari hasil interpretasi citra tersebut adalah peta tutupan lahan lokasi penelitian. Tahapan selanjutnya adalah pengecekan/ verifikasi di lapang. Berdasarkan hasil analisis diketahui penggunaan lahan aktual di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal terdiri dari 12 jenis penggunaan lahan, yaitu badan air, lahan terbangun, hutan budidaya, hutan campuran, hutan sekunder, lahan terbuka, perkebunan, perkebunan campuran, semak/belukar, sawah, tambang dan tegalan (Gambar 5). Sumberdaya alam yang berbeda di tandai dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda pula dan merupakan penciri suatu daerah. Kecamatan Klapanunggal didominasi bahan induk kapur yang ditandai dengan banyaknya pertambangan kapur di seluruh wilayah tersebut. Sementara itu, Kecamatan Jonggol memiliki luas lahan yang didominasi jenis penggunaan lahan perkebunan. Berdasarkan total luas lokasi penelitian (dua kecamatan), penggunaan lahan didominasi sawah yaitu seluas 5 798.69 ha atau 25.25 % (Tabel 9). Hal ini didukung oleh ketersediaan yaitu sumber air untuk irigasi di lokasi penelitian. Sumber air tersebut berdasarkan hasil verifikasi berupa sungai dan saluran air. Selain itu, bahan induk kapur mengandung air tanah dangkal sehingga pasokan sumber air untuk persawahan. Urutan kedua adalah penggunaan lahan berupa perkebunan yaitu seluas 4 140.02 ha atau 18.03%. Perkebunan pada wilayah ini berupa tanaman sengon, sawit dan sebagainya. Urutan ketiga adalah hutan budidaya 3 812.16 ha atau 16.60 %.
16
Gambar 5 Peta penggunaan lahan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal Tabel 9 Luas penggunaan lahan di wilayah penelitian Penggunaan Lahan Badan Air Lahan Terbangun Hutan Campuran Hutan Sejenis (Budidaya) Hutan Lahan Kering (Sekunder) Lahan Terbuka Perkebunan Perkebunan Campuran Pertambangan Sawah Semak/Belukar Tegalan Luas total
Luas Ha 490.58 3 688.27 208.99 3 812.16 1 079.85 156.11 4 140.02 2 126.81 749.30 5 798.69 146.02 564.82 22 900.71
% 2.14 16.06 0.91 16.60 4.70 0.68 18.03 9.26 3.26 25.25 0.64 2.46 100.00
Analisis Kelas Kesesuaian Lahan Fisik dan Ekonomi Evaluasi Lahan secara fisik dilihat dari tingkat kesesuaian lahannya dan secara ekonomi dilihat dari kelayakan usahataninya. Secara spesifik, kesesuaian lahan untuk suatu komoditas dinilai berdasarkan sifat-sifat fisik lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi (kelas lereng), hidrologi dan drainase (Balai Penelitian Tanah 2003). Hasil analisis kesesuaian lahan aktual disajikan pada Tabel 10 dan sebaran spasialnya sesuai disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan hasil penilaian evaluasi kesesuaian lahan untuk padi sawah di wilayah penelitian diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual adalah S1, S3, N1 dan
17 N2. Faktor pembatas yang mempengaruhi kualitas lahan adalah media perakaran (r), ketersediaan hara (n), retensi hara (f) dan bahaya erosi (e) (Lampiran 9). Kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas media perakaran: (drainase; kedalaman efektif), ketersediaan hara: (P tersedia), retensi hara: (pH; bahan organik; KTK; KB) dan bahaya erosi: (kemiringan lereng). Hal ini menunjukkan bahwa drainase, kedalaman efektif, bentuk lahan (kemiringan lereng) masih menjadi faktor pembatas yang berat pada penggunaan lahan ini. Tabel 10 Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal Kelas N Kesesuaian S1 S1 S3 S3n S3fn S3rn S3ern N1 N1e N2 N2e Luas total
Luas ha 1 446.18 1 446.18 15 681.52 8 165.19 429.27 6 384.29 702.77 2 341.05 2 341.05 3 359.05 3 359.05 22 900.71
% 6.32 6.32 52.01 35.66 1.85 27.88 3.07 10.22 10.22 14.67 14.67 100.00
Hasil analisis menunjukkan wilayah penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan terluas adalah S3 sebesar 15 681.52 ha atau 68.48 % dari keseluruhan wilayah. Faktor pembatas kualitas lahan S3 meliputi ketersediaan hara (n), retensi hara (f), kepekaan erosi (e) dan media perakaran (r). Faktor pembatas kualitas lahan S3 yang paling dominan adalah ketersediaan hara (n), sebesar 8 165.19 ha atau 35.66 % dari luas total daerah. Ketersediaan hara yang menjadi pembatas (Lampiran 8) adalah ketersediaan unsur hara P. Wilayah ini didominasikan oleh bahan induk kapur sehingga pH menjadi alkalin (basa). Tanah dengan pH alkalin atau pH >7 memiliki kandungan Ca yang tinggi (Lampiran 9) sehingga unsur hara P diikat unsur Ca menjadi Ca-P. Ikatan ini yang membuat unsur hara P menjadi tidak tersedia. Sementara itu, tanah dengan pH asam unsur hara P diikat oleh Al dan H menjadi Al-P dan H-P sehingga menjadi tidak tersedia. Hal ini yang menyebabkan ketersediaan hara P menjadi faktor pembatas. Selain itu, retensi hara yang menjadi faktor pembatas adalah C-organik dan KTK. Rendahnya bahan organik disebabkan oleh kegiatan pertanian yang intensif dan tidak adanya usaha pengembalian bahan organik kedalam tanah. Tanah-tanah yang terlapuk lanjutan (Lampiran 7) dan memiliki pH yang masam memiliki KTK dan KB rendah yang (Lampiran 8). Kelas kesesuaian N1 merupakan lahan yang tidak sesuai saat ini sedangkan N2 tidak sesuai selamanya (permanen). Kelas ini memiliki luasan yang cukup dominan di wilayah penelitian yaitu N1 sebesar 2 341.05 ha atau 10.22 % dan N2 sebesar 3 359.05 atau 14.68 % dari total luasan. Kedua kelas ini memiliki faktor pembatas kemiringan lereng yang dapat mengakibatkan erosi. Lahan yang
18 mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan secara lestari dalam jangka panjang. Lahan seperti ini dibatasi oleh kemiringan lereng yang curam (>40%). Pada lokasi penelitian penggunaan lahan aktual kelas kesesuaian N2 adalah hutan sekunder. Lahan tidak sesuai untuk penggunaan lahan sawah karena memiliki kemiringan >40%. Lahan ini membutuhkan konservasi lahan agar tetap lestari. Sedangkan kelas kesesuaian lahan N1 tidak sesuai untuk saat ini dan masih memungkinkan diatasi dengan memperbaiki kualitas lahan pada saat pengelolaan lahan. Pembatas yang besar sehingga membutuhkan modal dan teknologi yang canggih sehingga mencegah terjadinya kerusakan lahan. Kelas kesesuaian lahan S1 merupakan lahan yang tidak mempunyai pembatas besar untuk pengelolaan yang diberikan apabila digunakan sebagai lahan sawah. Kelas kesesuaian lahan S1 di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal memiliki luasan sebesar 1 446.18 ha atau 6.32 % dari total keseluruhan. Lahan ini setelah diverifikasi lapang umumnya merupakan lahan sawah, sehingga lahan sawah yang ada saat ini sangat sesuai untuk tanaman padi sawah. Titik sampel tanah yang digunakan menggunakan tanah sawah yang ada di wilayah tersebut (Lampiran 6). Sifat fisik dan kimia yang sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan (Lampiran 8 dan 9) sehingga wilayah ini dikategorikan kelas S1.
Gambar 6 Peta kesesuaian lahan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan dibedakan menjadi 2 (dua): kriteria dengan karakteristik lahan permanen, yang berarti relatif tidak berubah dengan waktu, dan kriteria karakteristik lahan tidak permanen, yang berarti berubah dengan waktu dan/atau pengelolaan. Faktor pembatas lahan yang dapat diperbaiki (Tabel 11) dan beberapa faktor pembatas tidak dapat diperbaiki pada skala usahatani, misalnya media perakaran dengan karaktersitik tekstur tanah.
19 Usaha perbaikan tersebut dapat dinyatakan sebagai usaha intensifikasi lahan sawah. Adanya perbaikan kualitas lahan, beberapa kelas kesesuaian lahan dapat ditingkatkan misalnya dari N1 menjadi S3 atau dari S3 menjadi S2. Tabel 11 Kesesuaian lahan aktual dan perbaikan yang bisa dilakukan Kesesuaian Lahan S1 S3n
SPT 85 11, 13, 14, 132
S3fn
2, 146, 164
S3rn S3ern N1e
15, 48, 178 145 55,144, 277
N2e
57, 210,213
Perlakuan Tidak ada Pupuk P Pupuk P dan pengapuran agar pH sesuai untuk membuat unsur P tersedia Bahan organik dan pupuk P Bahan organik, pengapuran dan pupuk P Pupuk P Pembuatan terasering Pembuatan terasering dan pembuatan lahan konservasi Tidak disarankan untuk penggunaan lahan sawah
Analisis ekonomi dilakukan dengan mewawancarai petani dalam budidaya padi sawah diwilayah penelitian. Terdapat lima responden yang terdiri dari dua responden berasal Kecamatan Jonggol dan tiga responden berasal dari Kecamatan Klapanunggal. Data yang dapat mewakili analisis ekonomi di wilayah penelitian hanya satu dari lima responden yang ada yaitu responden yang berasal di Kecamatan Jonggol (Tabel 12). Analisis ekonomi menggunakan harga pasar pada Mei 2016. Hasil analisis ekonomi diperoleh nilai GM padi sawah di Kecamatan Jonggol pada kelas kesesuaian S3 sebesar Rp 7 584 000, sedangkan nilai B/C Ratio sebesar 1.5. Hal ini menunjukan usaha budidaya padi sawah di lokasi penelitian dinilai menguntungkan karena nilai B/C Ratio>1. Analisis ekonomi menurut analisis gross margin (GM) dan benefit-cost ratio (B/C Ratio) dihitung berdasarkan nilai produksi tertinggi pada kelas S1. Produksi pada lahan S1≥80% produksi optimal, kelas S2 antara 60%-80%, kelas S3 antara 40%-60%, sedangkan kelas N1<25% (Wood & Dent 1983). Hasil analisis ekonomi tersebut disajikan pada Tabel 13 sedangkan produksi padi sawah (Lampiran 12) diambil dari 8 tahun terakhir dari tahun 2006-2014. Produksi tertinggi padi sawah yang dihasilkan untuk kedua wilayah penelitian ini adalah 6.7 ton/ha berdasarkan data statistik (BPS 2014c). Rata-rata produksi di Kecamatan Jonggol adalah 6.5 ton/ha (BPS 2014c), sedangkan Kecamatan Klapanunggal adalah 5.15 ton/ha (BPS 2014d) sehingga produksi tertinggi inilah yang digunakan sebagai nilai produksi optimal pada lahan dengan kesesuaian S1 (sangat sesuai).
20 Tabel 12 Hasil analisis kesesuaian lahan ekonomi usahatani padi sawah di Kecamatan Jonggol Uraian A. Input Benih padi (g)/ha Pupuk N (Urea) (kg)/ha Pupuk P (SP 36) (kg)/ha Pupuk K (KCl) (kg)/ha
Volume
72 200
Pupuk Phonska (kg)/ha 200 Furadan (kg)/ha 2 B. Output Pestisida Borongan pengolahan lahan Borongan tanam Borongan panen Tenaga Kerja (HOK) 36 PBB 1 ha Total Total Produksi (TP) (aktual) 2 500 kg Harga Jual Rata - Rata 1 kg Nilai Total Produksi (NTP) Pendapatan Usaha Tani (Gross Margin) B/C Rasio
Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
5 000 2 200
360 000 440 000
2 600 28 000
520 000 56 000
Paket Paket Paket Paket 50 000 150 000
840 000 600 000
5 000 5 000
1 800 000 300 000 4 916 000 12 500 000 5 000 12 500 000 7 584 000 1.55
Analisis kesesuaian ekonomi yang dilakukan di wilayah penelitian menurut Wood dan Dent 1993 diperoleh untuk kelas S1 sebesar Rp 22 524 000, kelas S2 sebesar Rp 15 334 000, lalu kelas S3 sebesar Rp 8 584 000 dan kelas N1 sebesar Rp 3 524 000. Nilai B/C Ratio kelas S1, S2, S3 dan N1 secara berurutan 4.49; 3.12; 1.75 dan 0.72. Nilai tersebut memberi gambaran bahwa pengusahaan padi di lokasi penelitian masih menguntungkan dengan B/C Ratio >1 hingga kelas S3. Tabel 13 Hasil analisis ekonomi menurut Wood dan Dent 1993 No Kelas Kesesuaian Gabah Basah Harga GM B/C Lahan (kg/ha) Satuan Ratio 1 S1 5 400 5 000 Rp 22 084 000 4.49 2 S2 4 050 5 000 Rp 15 334 000 3.12 3 S3 2 700 5 000 Rp 8 584 000 1.75 4 N1 1 688 5 000 Rp 3 524 000 0.72 Pengelolaan dan input sesuai, tingkat kesesuaian lahan aktual dapat dinaikkan menjadi kesesuaian lahan potensial. Peningkatan kelas kesesuaian lahan aktual menjadi kesesuaian lahan potensial akan menambah nilai ekonomi. Misalnya Analisis ekonomi pada kelas kesesuaian S3 dilokasi penelitian jika meningkat menjadi S2, maka nilai B/C Ratio meningkat dari 1.75 menjadi 3.12.
21 Hal ini menunjukkan pentingnya melakukan pengelolaan lahan sesuai faktor pembatas dengan menambahkan input atau teknologi yang sesuai. Arahan Pengembangan Penggunaan Lahan Sawah Berdasarkan analisis kesesuaian lahan pengembangan penggunaan lahan sawah dilakukan pada kelas kesesuaian lahan S1 dan S3. Kelas kesesuaian N yang tersedia tidak dianjurkan untuk pengembangan lahan sawah. Kelas kesesuaian ini dilihat ketersediaan lahan dari RTRW 2009-2025 Kabupaten Bogor. Sebaran lahan yang tersedia dan tersedia sementara berdasarkan kelas kesesuaian lahan pada wilayah penelitan disajikan pada Gambar 7. Luas lahan sawah di lokasi penelitian sebesar 5 798.69 ha atau 25.25 % dari luas total di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal. Luas lahan pertanian yang tersedia untuk perluasan lahan sawah sebesar 594.87 ha atau 2.59 % dari total luas wilayah penelitian (Tabel 15). Perkembangan lahan terbangun yang semakin pesat untuk pembangunan permukiman dan industri membuat luas lahan yang potensial dan tersedia berkurang. Pada kawasan pertanian, lahan tersedia dapat berupa semak belukar, hutan sekunder, dan padang alang-alang/rumput (Mulyani et al. 2011). Hasil analisis ketersediaan lahan berdasarkan peta pola ruang dan penggunaan lahan aktual disajikan pada Tabel 14 dan peta ketersediaan lahan sesuai dengan RTRW pada Gambar 8.
Gambar 7 Peta arahan pengembangan lahan sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal
22 Tabel 14 Lahan sesuai dan tersedia berdasarkan RTRW dan penggunaan lahan aktual untuk perluasan padi sawah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal Ketersediaan Tersedia
Penggunaan Lahan aktual
Hutan Sejenis (Budidaya) Lahan Terbuka Kebun Campuran Semak/belukar Tegalan Luas lahan tersedia Tersedia sementara Lahan Terbuka Semak/Belukar Tegalan Luas lahan tersedia sementara Tidak tersedia Badan Air Lahan Terbangun Hutan Campuran Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Sejenis (Budidaya) Perkebunan Kebun Campuran Pertambangan Lahan Terbuka Semak/belukar Tegalan Luas lahan tidak tersedia Eksisting Sawah
Luas Ha 61.61 35.67 148.01 14.73 38.90 298.92 27.94 84.48 183.53 295.95 490.58 3 689.27 208.99 1 079.85 3 750.55 4 140.02 1 979.8 749.30 92.5 46.81 342.39 16 354.91 5 798.69
% 0.27 0.16 0.65 0.06 0.17 1.31 0.12 0.37 0.81 1.29 3.46 16.11 1.47 7.62 16.38 18.07 8.65 3.27 0.40 0.20 1.50 71.42 25.25
Hasil analisis ketersediaan lahan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal lahan tersedia seluas 298.92 ha atau 1.31 % sesuai dan tersedia untuk perluasan padi sawah. Penggunaan lahan aktual dari luasan tersebut berasal dari hutan sejenis/budidaya (61.61 ha), lahan terbuka (35.67 ha), kebun campuran (148.01 ha), semak belukar (14.73) ha dan tegalan (38.90 ha). Sedangkan luasan lahan 5 798.69 ha terdapat lahan sawah eksisting dan penggunaan lahan lainnya yang tidak tersedia untuk pertanian padi sawah sebesar 16 354.91 ha. Dari luasan lahan tersedia ini dapat diupayakan ekstensifikasi untuk perluasan sawah. Namun pencetakan areal sawah baru memerlukan dana yang tidak sedikit, maka sangat diperlukan adanya komitmen dukungan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sangat wajar rasanya pemerintah mengalokasikan dana untuk pencetakan sawah, karena nantinya akan berdampak pada banyak hal, seperti terserapnya tenaga kerja, meningkatnya produksi beras dan dapat menekan impor beras. Selain itu, agar usahatani di areal sawah baru dapat berjalan optimal, maka pemerintah harus melakukan pembangunan irigasi dan drainase, pembuatan akses jalan dan sebagainya.
23
Gambar 8 Peta ketersediaan lahan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Terdapat 19 satuan peta tanah yang diperoleh pada daerah penelitian berdasarkan klasifikasi menurut Soil Taxonomy tanah tersebut termasuk kedalam ordo Inceptisols, Entisols, Alfisols Dan Ultisols. Kelas kesesuaian lahan pada Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal dominan sesuai untuk tanaman padi sawah dengan tingkatan S1 (sangat sesuai) dan S3 (sesuai marjinal). Evaluasi lahan kualitatif fisik memperhitung faktor pembatas utama, untuk wilayah penelitian faktor pembatas adalah ketersediaan hara, retensi hara, drainse dan kedalaman efektif, kemiringan lahan. Perbaikan terhadap kualitas lahan dapat meningkatkan kualitas lahan dengan cara pemberian pupuk P, bahan organik atau pemberian amelioran, perbaikan drainase dan teknik konservasi lahan pada lahan yang curam. Analisis ekonomi untuk kelas kesesuaian lahan pada wilayah penelitian dengan pengusahaan padi sawah sampai tingkat kelas kesesuaian lahan S3 tetap memberikan keuntungan yang dengan rasio B/C >1. Hasil interpretasi citra ikonos yang didukung dengan verifikasi lapang menghasilkan 12 tipe penggunaan yaitu badan air, lahan terbangun, hutan campuran, hutan lahan kering sekunder, hutan sejenis (budidaya), lahan terbuka, perkebunan, perkebunan campuran, pertambangan, sawah, semak/belukar dan tegalan. Sawah merupakan penggunaan lahan yang dominan sebesar 5 798.69 ha atau 25.25 % dari luasan wilayah penelitian. Kondisi ini menunjukkan Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal berpotensi untuk sebagai lahan sawah dalam mendukung pangan nasional.
24 Analisis ketersediaan lahan sebesar 594.87 ha atau 2.59 % dari luas wilayah penelitian yang berpotensi dan sesuai untuk perluasaan pertanian padi sawah. Lahan tersedia ini berasal dari penggunaan lahan aktual hutan sejenis (budidaya), lahan terbuka, kebun campuran, semak/belukar dan tegalan yang kegunaan lahan belum dimanfaatin secara maksimal. Perluasan lahan yang tersedia dapat digunakan sebagai sawah baru yang memiliki kualitas lahan yang sesuai dengan pertumbuhan dari tanaman padi sehingga produksi yang dihasilkan tinggi. Saran Wilayah penelitian merupakan wilayah yang kaya akan unsur hara dan air yang didominasi bahan induk kapur. Wilayah ini berpotensi untuk lahan sawah, lahan yang kelas kesesuaiannya S1 harus dipertahankan untuk penggunaan lahan sawah. Jika keuntungan usahatani menjadi ukuran utama pengelolaan tanah maka kelas kesesuaian lahan harus ditingkatkan. Kelas kesesuaian lahan S3 berpotensi menghasilkan produksi padi yang tinggi bila faktor pembatas diatasi dan kualitas lahannya ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press: Bogor. [BBSDLP] Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. 2012. Penelitian Kesesuaian Lahan untuk Intensifikasi Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Bogor (ID): Puslitannak Bogor. [BALITBANG] Badan Penelitian dan Pengembangan. 2009. Kajian ketersediaan infrastruktur dan sarana produksi di dalam mendukung ketahanan pangan di Sumatera Utara. [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 15]. Tersedia pada: balitbang. sumutprov.go.id. [BMKG] (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). 2015. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Di Indonesia. Jakarta (ID): BMKG. Balai Penelitian Tanah. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 1999. Bogor dalam Angka 1999. Jakarta (ID): BPS. [BPS] Badan Pusat Stastistik. 2012a. Jawa Barat dalam Angka 2012. Jakarta (ID): BPS. __________________________________. 2013. Jawa Barat dalam Angka 2013. Jakarta (ID): BPS. __________________________________. 2015a. Jawa Barat dalam Angka 2015. Jakarta (ID): BPS. [BPS] Badan Pusat Stastistik Kabupaten Bogor. 2012b. Kabupaten Bogor dalam Angka 2012. Jakarta (ID): BPS. _______________________________________. 2015b. Kabupaten Bogor dalam Angka 2015. Jakarta (ID): BPS. [BPS] Badan Pusat Stastistik Kecamatan Jonggol. 2014c. Kecamatan Jonggol dalam Angka 2014. Jakarta (ID): BPS. [BPS] Badan Pusat Stastistik Kecamatan Klapanunggal. 2014d. Kecamatan Klapanunggal dalam Angka 2014. Jakarta (ID): BPS.
25 Djanenudin D. 2007. Dukungan Data Sumber Daya Lahan untuk Menjadikan Kabupaten Merauke sebagai Lumbung Pangan Nasional di Kawasan Timur Indonesia. Iptek Tanaman Pangan Vol.2 No.2. ___________. 2008. Prospek Penelitian Potensi Sumber Daya Lahan di Wilayah Indonesia. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Pedologi dan Penginderaan Jarak Jauh. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Gandasasmita K. 2001. Analisis Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Daerah Aliran Sungai Cimanuk Hulu Jawa Barat [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (ID): Bogor. Hardjowigeno S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Ina H. 2007. Bercocok Tanam Padi. Jakarta (ID): Azka Mulia Media IRRI. 1989. Standard Evaluation System for Rice (SES). Manila, Phillipines (PF): Int. Rice Research Institute. Kasumbogo U. 2010. Penerapan Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan. Jakarta. Kishchuk B E. 2000. Calcareous Soils, Their Properties and Potential Limitations ton Conifer Growth in Southeastern Columbia and Western Alberta: A literature Review. Alberta (CAN): Canadian Forest Service and Northern Forestry Center.p:21. Lillesand MT, Kiefer RW, and Chipman JW. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation. 5th Ed. Terjemahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Lopulisa C. 1995. Penggunaan lahan dalam perspektif pembangunan berlanjutan di Indonesia. Penatagunaan Tanah sebagai Perangkat Penataan Ruang dalam Rangka Meningkatnya Kesejahteraan Rakyat. Prosiding Kongres Nasional VI HITI; 12-15 Desember; Serpong. Jakarta (ID): Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Mulyani A, Ritung S dan Las I. 2011. Potensi dan ketersediaan sumberdaya lahan untuk mendukung ketahanan pangan. Jurnal Litbang Pertanian: 30(2). Mather P. 1987. Computer Processing of Remotely-Sensed Images. An Introduction, 1st Edition, Wiley, Chichester. Rayes L. 2007. Metode Inventarisari Sumberdaya Lahan. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta. Setiobudi D dan Ahmad M F. 2009. Pengelolaan Air Padi Sawah Irigasi Antisipasi Kelangkaan Air. LIPI Press (ID): Jakarta. Sitorus SRP. 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Bogor (ID): Lab Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. __________. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung (ID): Tarsito. __________, Asdar I dan Panuju. 2013. Teknik Komoditas Unggulan Pertanian Berdasarkan Potensi Wilayah. [Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soepraptohardjo M dan Suhardjo H. 1978. Rice Soils of Indonesia. Los Banos (PF): Laguna Philipines.
26 Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. 9th edition. Washington D. C. (US): United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service. Washington D. C. US. Sukoco, Marimin, Sevani. 2009. Sistem pakar penentuan kesesuaian lahan berdasarkan faktor penghambat terbesar (maximum limitation factor) untuk tanaman pangan. Jurnal Informatika. Vol 10(1):25. Syafa’at N, A Purwoto, M Maulana, C Muslim 2006. Analisis Besaran Subsidi Pupuk dan Pola Distribusinya. Laporan Akhir. Bogor (ID): Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Tjokrokusumo S A. 2002. Kelas kesesuaian lahan sebagai dasar pengembangan pertanian ramah lingkungan di daerah aliran sungai. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol 3(2):136. Wahyunto. 2009. Bercocok Tanam Padi Sawah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
27 Lampiran 1 Peta lokasi pengambilan contoh tanah
Lampiran 2 Citra Ikonos 2009
28 Lampiran 3 Kenampakan dan hasil identifikasi pada citra No 1
Kenampakan pada citra
Hasil identifikasi Badan air
2
Lahan terbangun
3
Hutan campuran
4
Hutan lahan kering sekunder
5
Hutan budidaya
6
Lahan terbuka
7
Perkebunan
8
kebun campuran
9
Pertambangan
10
Sawah
11
Semak/belukar
12
Tegalan
29 Lampiran 4 Kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan Kualitas Lahan Temperatur (t) Ketersediaan air (w) Media perakaran (r) Retensi hara (f)
Hara tersedia (n)
Karakteristik Lahan Rata-rata tahunan Curah hujan/tahun Drainase tanah Tekstur KTK tanah Kejenuhan basa (KB) pH tanah (pH) C-organik (C-org) Total N (N) Hara tersedia P2O5 (P2O5) Hara tersedia K2O (K2O)
Lampiran 5 Klasifikasi tanah di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal Ordo Inceptisols
Suborder Aquepts
Great Group Endoaquepts Epiaquepts
Udepts
Kandiaquepts Eutrudepts Dystrudepts
Entisols
Psamments
Udipsaments
Ultisols
Udults
Alfisols
Aqualfs Udalfs
Kanhapludults Hapludults Plinthaqualfs Rhodudalfs
Sub Group Lithic Endoaquepts Typic Endoaquepts Aeric Epiaquepts Typic Epiaquepts Plintic Kandiaquepts Typic Eutrudepts Fragic Dystrudepts Typic Dystrudepts Lithic Udipsamennts Plaggantreptic Udipsaments Typic Kanhapludults Pammentic Hapludults Typic Plinthaqualfs Typic Rhodudalfs
Lampiran 6 Peta satuan lahan di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal
Datar (0-3) Datar (0-3) Berombak (3-8) Datar (0-3) Berombak (3-8) Bergelombang (8-15) Berbukit kecil (15-25) Berbukit (25-40) Datar (0-3) Berbukit kecil (15-25) Berombak (3-8) Berbukit kecil (15-25) Bergelombang (8-15) Datar (0-3) Berombak (3-8)
Datar (0-3)
Berbukit (25-40) Curam (>40) Berbukit (25-40)
178
210 213 227
Lereng (%)
2 11 13 14 15 48 55 57 85 92 132 144 145 146 164
No SPL
Luas Total
Typic Eutrudepts Typic Dystrudepts Typic Kanhapludults
Typic Epiaquepts
Lithic Endoaquepts Lithic Udipsamennts Typic Epiaquepts Typic Kandiaquults Typic Epiquepts Psammentic Hapludults Typic Plinthudults Plaggantreptic Udipsamments Typic Endoaquepts Typic Dystrudepts Aeric Epiaquepts Lithic Udipsamments Fragic Dystrudepts Typic Dystrudepts Plintic Kandiaquepts
Jenis Tanah
Lampiran 7 Keterangan peta satuan lahan di wilayah penelitian
Puntuk perbukitan karst Perbukitan volkan tua Leher volkan
Perbukitan volkan tua
Dataran banjir pada sungai meander Jalur aliran Kipas aluvial Lahan koluvial Lahan koluvial Puntuk dataran karst Puntuk perbukitan karst Puntuk perbukitan karst Perbukitan tektonik Aliran lahar Aliran lahar subresen Puntuk perbukitan karst Aliran lahar subresen Kipas volkan Dataran volkan
Landform Aluvial Aluvial Endapan liat Endapan liat Endapan liat Endapan liat Batu liat dan batupasir Batuangamping Batu gamping Endapan liat Endapan liat Batu gamping Batuan liat Endapan liat tuff volkan Batu liat berkapur dan batuan pasir Batu gamping Tuff volkan Endapan liat
Bahan Induk
22 900.71
106.91 1 043.05 1 766.60
489.59 404.77 3 067.91 1 030.60 2 300.08 1 360.35 914.31 2 076.38 1 446.18 2 209.10 428.85 1 426,74 702.77 2 053.19 0.42 72.91
Ha
100
0.47 4.55 7.71
2.14 1.77 13.40 4.50 10.04 5.94 3.99 9.07 6.31 9.65 1.87 6,23 3.07 8.97 0.00 0.32
%
Luas
30
baik
baik buruk baik buruk baik
baik baik buruk sedang baik baik baik
55
57 85 92 132 144
145 146 164 178 210 213 227
14 15 48
13
buruk baik sedangburuk buruk buruk baik
Drainase
2 11
No SPL
30
dalam sedang sedang dalam dalam Dalam Dalam
sedang dangkal dalam sangat dalam dangkal sedang sedang dalam dangkal
dalam
sedang dangkal
Kedalaman Efektif
(8-15) (0-3) (3-8) (0-3) (25-40) (>40) (25-40)
(25-40) (0-3) (15-25) (3-8) (15-25)
(15-25)
(0-3) (3-8) (8-15)
(3-8)
(0-3) (0-3)
Lereng( %)
7 14 24 1 25 12 21
3 13 28 25 45
9
10 8 13
9
39 48
Pasi r
79 64 38 73 33 63 60
91 72 59 57 38
73
63 67 61
72
32 32
Liat
15 22 38 25 41 25 19
6 15 13 17 17
18
27 26 26
20
29 20
Deb u
Tekstur
Liat Liat Lempung Berliat Lempung Berliat Lempung Berliat berpasir Liat Liat Lempung Liat Lempung Berpasir Liat Lempung Berliat
Liat
Liat Liat Lempung Berliat
Liat
Lempung Lempung Berpasir
Kelas tekstur
1.85 1.94 0.67 3.40 0.24 1.18 2.35
6.78 6.82 4.43 5.08
2.87 4.27 3.42 1.33 1.95 1.30
2.23 2.03 1.39 4.09
0.29 1.49
C-Org
Walkle y& Black
4.20 4.37 4.59
5.69 6.51 5.50 4.66 4.69 7.58
7.24 6.70 5.61 6.90
6.68 6.89
H2 O
pH 1:5
Lampiran 8 Data Karaktersitik satuan lahan dilokasi penelitian
0.41 0.40 0.41 0.38
0.23 0.34 0.23
0.27 0.49 0.33 0.26 0.22 0.16
0.28 0.23 0.13 0.42
0.19 0.16
N- total (%)
4.79 3.42 16.49 2.61
3.95 5.26 2.18
3.98 5.71 23.67 44.09 2.07 3.85
3.84 5.96 4.12 5.75
6.30 3.85
P tersedia (ppm)
Bray K dan jeldahl Olhsen
27.83 22.78 11.59 102.30
21.52 18.76 15.18
45.51 32.88 32.85 37.75 48.64 36.67
113.69 194.49 63.18 32.88
68.23 42.98
K Tersedia (ppm)
32.47 15.02 1.48 2.93
0.20 1.58 7.34
3.30 25.98 24.78 1.65 6.94 54.80
49.53 14.32 7.90 15.65
14.58 19.19
......
Ca-dd .
0.83 1.88 0.95 0.88
0.10 0.69 1.30
0.98 2.74 1.65 1.25 5.62 1.57
2.23 6.87 3.04 1.15
5.05 1.50
...
Mgdd
0.05 0.05 0.19 0.19
0.03 0.15 0.03
0.08 0.33 0.06 0.06 0.09 0.08
0.18 0.59 0.90 0.16
0.15 0.09
Kdd Me/ . 100 g
N NH4Oac pH 7
0.24 0.31 0.16 0.24
0.04 0.16 0.03
0.08 0.31 0.06 0.14 0.08 0.22
0.20 0.60 0.80 0.14
0.16 0.08
Nadd .. ..
39.19 21.15 17.77 17.46
19.92 13.23 16.00
17.21 40.09 41.11 16.72 33.06 34.70
36.89 36.42 25.46 21.90
24.08 21.66
...
KTK .
85.71 81.59 15.67 24.23
1.86 19.43 57.21
25.79 73.22 64.59 18.47 38.49 163.30
141.36 61.45 49.67 78.09
82.82 96.35
KB(%)
31
2 11 13 14 15 48 55 57 85 92 132 144 145 146 164 178 210 213 227
No SPL
S1 S2 S1 S1 S1 S3 S3 S3 S1 S3 S1 S3 S3 S2 S1 S3 S3 S2 S3
S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1
Drainase Tekstur
S1 S2 S1 S1 S3 S1 S1 S3 S1 S1 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Kedalaman Efektif S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S3 S2 S1 S2 S3 S1 S1 S1 S3 S3
KB S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1
KTK S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S1 S1 S2 S2
pH Tanah S3 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S3 S1 S3 S2 S1
C-org S2 S2 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
N-total
Kelas Kesesuaian Lahan
Lampiran 9 Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah
S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S1 S1 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S1 S3
P2O5 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S1 S1 S2 S1
K2O S1 S1 S2 S1 S2 S2 N1 N2 S1 N2 S2 N1 S3 S1 S2 S1 N2 N2 N1
Lereng
Kelas Kesesuaian Lahan S3fn S3n S3n S3n S3rn S3rn N1e N2e S1 N2e S3n N1e S3ern S3fn S3fn S3rn N2e N2e N1e
32
C (%) N (%) C/N * P2O5 HCl 25% (mg/100g) K2O HCl 25 % (mg/100g) P2O5 Bray (ppm) P2O5 Olsen (ppm) KTK (CEC) (cmol(+)/kg liat) C/N * Susunan kation: K (cmol(+)/kg) Na (cmol(+)/kg) Mg (cmol(+)/kg) Ca (cmol(+)/kg) Kejenuhan basa (%) Kemasaman Tanah Sangat masam pH (H2O) < 4.5 Keterangan: *: tidak dianalisis Sumber: BBSDLP 2011
Sifat tanah 1.00-2.00 0.10-0.20 5-10 15-20 10-20 10-15 10-25 5-16 5-10 0.1-0.3 0.1-0.3 0.3-0.1 2-5 20-40 Agak masam 5.6-6.5
< 10 < 10 < 10 <5 <5 < 0.1 < 0.1 < 0.3 <2 < 20 Masam 4.5-5.5
Rendah
Sangat rendah < 1.00 < 0.10 <5 <15
Lampiran 10 Kriteria penilaian kesuburan tanah
32
6.6-7.5
Netral
0.4-0.5 0.4-0.7 1.1-2.0 6-10 41-60
11-15
16-25 26-45 17-24
21-40
2.01-3.00 0.21-0.50 11-15 21-40
Sedang
7.6-8.5
Agak alkalis
0.6-1.0 0.8-1.0 2.1-8.0 11-20 61-80
16-25
26-35 46-60 25-40
41-60
3.01-5.00 0.51-0.75 16-25 41-60
Tinggi
>8.5
Alkalis
>1.0 >1.0 >8.0 >20 81-100
>25
>35 >60 >60
>60
Sangat tinggi >5.00 >0.75 >25 >60
33
(n)
(f)
(e)
Sedang, baik LS, StrC >25-40
9-9.5 800-<1200 <30; >90
>32-35 18-<22
Rendah 35-50 4.5-5.5 0.8-1.5 Rendah Sedang Rendah
≥ Sedang ≥ Tinggi ≥ Sedang
Sangat rendah Rendah-sangat rendah Sangat rendah
Sangat rendah <35 4.0-<4.5 <0.8
3-8 >8-15 Kriteria Karakterisik Lahan Tidak Permanen
Terhambat SL, L,SiCL, C, SiC >40-50
3-<9 1200-1500 30-<33
>29-32 22-<24
≥ Sedang >50 >5.5-7.0 >1.5
<3
Terhambat SCL, SiL, Si >50
<3 >1500 33-90
24-29
Kriteria Karakteristik Lahan Permanen S2 S3
Keterangan : * tidak dianalisis Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)
Retensi Hara * KTK Tanah * Kejenuhan Basa (%) * pH Tanah * C-organik (%) Hara tersedia * Total N * P2O5 * K2O
(w)
Ketersediaan air * Bulan Kering (<75 mm) * Curah hujan/tahun (mm) * Kelembaban (%)* Media perakaran * Drainase tanah * Tekstur * Kedalaman Efektif (cm) Tingkat bahaya erosi * Lereng (%)
(r)
(t)
Temperatur * Rata-rata tahunan (˚C)
S1
Lampiran 11 Kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah (Oryza sativa)
-
Td
-
-
>15-25
Cepat Td 20-25
Td
Td
N1
-
<4.0 -
>25
Sangat Cepat Kerikil, pasir <20
>9.5 <800 -
<35 <18
N2
33
34
35
Lampiran 12 Produksi tanaman padi sawah tahun 2006-2014 di Kecamatan Jonggol dan Klapanunggal
Kecamatan Jonggol Klapanunggal
2006
5.12 1.36
Produksi Tanaman Padi Sawah (ton/ha) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 5.90 5.92 2.46 6.22 6.26 6.54 6.79 5.45 5.75 4.85 6.14 6.15 6.38 6.34
2014 6.5 5.16
36 2
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru, Riau pada tanggal 22 Juli 1994. Penulis merupakan anak keempat dari pasangan Bapak Said Idrus dan Ibu Nuri Alam Sari. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pekanbaru dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN Undangan). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Sekretaris Divisi Mitra Desa di BEM Faperta IPB 2015-2016. Penulis juga aktif di beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya, sebagai staf divisi Danus IAC 2014, staf divisi Danus Masa Perkenalan Departemen 2014, staf divisi Sponsorship Seminar Nasional Ilmu Tanah 2014 dan pada kegiatan akademik penulis mendapat dana penelitian dari DIKTI dalam kegiatan PKM-P (Pekan Kreativitas MahasiswaPenelitian) tahun 2015. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengantar Ilmu Tanah di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan pada tahun ajaran ganjil 2016.