perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANCANGAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENCUCIAN DAN PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN PENDEKATAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Desa Banyuputih, Salatiga)
Skripsi
SUPRIYANTO I 0304072
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANCANGAN SIKAP KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENCUCIAN DAN PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN PENDEKATAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) (Studi kasus: Industri kecil Pembuatan Tahu di Desa Banyuputih, Salatiga)
SKRIPSI Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
SUPRIYANTO I 0304072
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat, taufik,dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir/ skripsi ini yang berjudul “PERANCANGAN POSTUR
KERJA
PADA
PEKERJA BAGIAN PENCUCIAN DAN PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN PENDEKATAN
RAPID
ENTIRE
BODY
ASSESSMENT
(REBA)
UNTUK
MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) (Studi Kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu Di Desa Banyuputih, Salatiga)”. Penyusunan laporan tugas akhir/ skripsi ini diajukan sebagai suatu kelengkapan dan persyaratan guna menempuh dan mencapai gelar sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D selaku Pembantu Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Bapak DR. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta
3.
Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dari awal penulisan sampai terselesainya laporan ini.
4.
Bapak Bambang Suhardi, ST, MT selaku pembimbing II yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan sampai tersusunnya laporan tugas akhir ini.
5.
Bapak Ilham Priadythama, ST, MT dan Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku Penguji I dan II atas segala koreksi serta masukan yang konstruktif.
6.
Segenap
staff
dosen
dan
karyawan
Teknik
Industri
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu selama di bangku kuliah.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
7.
digilib.uns.ac.id
Bapak Markiman selaku pemilik pabrik tahu, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian pabriknya serta para pekerja di bagian pencucian dan penggilingan kedelai.
8.
Ibu, Ayah yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9.
Kakak-kakaku tercinta, akhirnya adikmu ini lulus kuliah juga. Mengikuti jejak kalian menyandang gelar sarjana.
10. Trio Maskentir: iska, koko, me. Akhirnya kita lulus juga, sungguh kenangan yang tak terlupakan. 11. Mas ikhsan dan aa’ didin “oke”, atas segala kebersamaan dan petuah-petuahnya. 12. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, semoga amal usaha serta pengorbanannya mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Amien.
Surakarta,
Juli 2011
Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Supriyanto, NIM: I0304072. PERANCANGAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENCUCIAN DAN PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN PENDEKATAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) (Studi Kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu Di Desa Banyuputih, Salatiga). Skripsi: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juli 2011. Desa Banyuputih merupakan sentra industri kecil pembuatan tahu di Kota Salatiga, salah satunya adalah milik Bapak Markiman. Proses produksi tahu dan penanganan material di pabrik tersebut masih secara manual yaitu mengandalkan tenaga manusia. Pada bagian pencucian dan penggilingan kedelai, dalam proses produksi para pekerja sering melakukan aktivitas pengangkatan kedelai, membungkuk, dan memutar dengan frekuensi pengulangan yang cukup tinggi. Selain itu, aktivitas kerja didominasi postur kerja berdiri. Apabila posisi statis ini dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung, lengan, dan pergelangan tangan yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja MMH yang beresiko Musculoskeletal Disorders (MSDs), kemudian merancang postur kerja perbaikan dengan pendekatan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan, penyebaran kuesioner Nordic Body Map dan wawancara untuk mengetahui keluhan sakit pekerja, serta pengukuran denyut nadi pekerja untuk menghitung beban kerja para pekerja. Selain itu, dilakukan penilaian postur kerja pekerja yang meliputi sikap leher, punggung, kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan, berat beban kerja serta faktor coupling atau pegangan tangan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) dengan bantuan perangkat lunak ergoIntelligence™ . Hasil penelitian ini diperoleh bahwa perhitungan beban kerja pekerja ditinjau dari denyut jantung maupun konsumsi energi secara umum masuk kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan agar dapat mengurangi kelelahan pekerja saat bekerja dan mengurangi resiko cidera musculoskeletal. Dari penilaian postur kerja, terdapat 4 postur kerja yang tergolong pada kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh yang tidak alamiah (membungkuk, menekuk, leher menunduk/menekuk, lengan menjauhi badan),aktivitas berulang, penggunaan otot dan penggunaan tenaga yang berlebihan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa postur kerja MMH pada pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai diperlukan adanya penyelidikan dan perbaikan sesegera mungkin (mendesak). Saran yang dapat penulis berikan yaitu mengadakan evaluasi kerja, memperbaiki metode, sistem dan cara kerja, memperhatikan masalah penyebab ketidaknyamanan pekerja agar dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi.
Kata kunci : Postur Kerja, Manual Material Handling, REBA Xii + 97 halaman: 43 tabel, 42 gambar, 18 lampiran Daftar pustaka: 16, 1979-2009
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Supriyanto, NIM: I0304072. THE WORK POSTURE DESIGN OF THE WORKER IN SOYBEAN MILL AND WASHERY SUBDIVISION USING REBA APPROACH TO DECREASE A MSDS RISK (Case Study: A Small Industry Of Tofu-Making In The Banyuputih Village, Salatiga). T hesis: Industrial Engineering department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, 2011, July. Banyuputih village is a small industrial center of tofu-making in the Salatiga city which one of them is owned by Mr. Markiman. The tofu production process and material handling of the factory are done manually by using manpower. In soybean mill and washery subdivision, the workers often do spinning, bowing, and lifting soybean up in a high repeating frequency. Besides, the work activity dominated by standing work position. If this static position is kept in a long time, it will cause a complaint of wrist, arm, back, shoulder, neck, and waist-ache which usually called by MSDs. This research aims to identify and to evaluate the work body position of MMH which has a MSDs risk, so that the researcher design a rehabilitative of work posture using REBA approach. The collecting of data is done by using field study, Nordic body map questionnaire, and interview to know some complaints of worker sickness. It is also done by measuring the heartbeat to count the loan work of workers. Besides, it is held of work posture appraisal for the workers which include the posture of wrist, forearm, arm, leg, back, and neck, also coupling factor or hand holder using REBA method with Ergointelligence™ software service.This research result is obtained that the count of the loan work for workers considered of the heartbeat or energy consumtion basically include to medium category so it needs to be rehabilitated in order to decrease of worker exhaustion when they work or an injury musculoskeletal risk. From the appraisal of work posture, it is found that 4 work postures categorized in category 3 whose meaning is in dangerous, needs to be rehabilitated immediately. It is also found 2 work postures categorized in category 4 whose meaning is in very dangerous at musculoskeletal system, needs to be rehabilitated here and now. Those are influenced by improper posture (bowing, indenting, bending neck over, arm kept away from the body), repeated activity, the over use of energy and muscles. From the research, it can be conclude that MMH work posture of workers in soybean mill and washery subdivision need to be surveyed and rehabilitated immediately (emergency). The recommend given by the researcher is to make a working evaluation, to rehabilitate the ways, system, method of working, to cares about uncomfortable case of workers so that they can work with high motivation. Key Words: work posture, manual material handling, REBA xii + 97 pages: 43 tables, 42pictures, 18 appendices Bibliograpy: 16, 1979-2009
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
vi
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
I-1
1.2. Perumusan Masalah
I-3
1.3. Tujuan Penelitian
I-3
1.4. Manfaat Penelitian
I-3
1.5. Batasan Masalah
I-4
1.6. Sistematika Penulisan
I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjaun Perusahaan
II-1
2.1.1 Sejarah Perusahaan
II-1
2.1.2 Proses Pembuatan Tahu
II-1
2.2. Landasan Teori
II-4
2.2.1 Pengertian Ergonomi
II-4
2.2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs)
II-6
2.2.3 Postur dan Pergerakan Kerja
II-8
2.2.4 Beban Kerja
II-9
2.2.5 Manual Material Handling
II-13
2.2.6 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling II-15 2.2.7 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling
II-20
2.2.8 Nordic Body Map
II-21
2.2.9 Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) TM
2.2.10 Perangkat Lunak ErgoIntellegence
commit to user x
II-22 II-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.11 Perangkat Lunak HumanCad 1.2TM
II-32
2.2.12 Penelitian Sebelumnya
II-33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Identifikasi Masalah
III-2
3.2. Tahap Pengumpulan Data
III-3
3.3. Tahap Pengolahan Data
III-4
3.4. Tahap Analisis dan Intrepretasi Hasil
III-8
3.5. Tahap Kesimpulan dan Saran
III-8
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data
IV-1
4.1.1 Kuesioner Nordic Body Map Pekerja
IV-1
4.1.2 Data Denyut Nadi pekerja
IV-2
4.1.3 Data Postur Kerja Pekerja
IV-3
4.1.4 Berat Beban Pengangkutan Oleh Pekerja
IV-7
4.2. Pengolahan Data
IV-7
4.2.1. Penilaian Beban Kerja Fisik
IV-7
4.2.2. Penilaian Postur Kerja
IV-13
4.2.3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Postur Kerja
IV-28
4.2.4. Usulan Perbaikan
IV-29
4.2.5. Evaluasi Usulan Perbaikan
IV-35
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 5.1. Analisis Kondisi Awal
V-1
5.2. Analisis Penilaian Beban Kerja
V-2
5.3. Analisis Postur Kerja Awal
V-4
5.4. Analisis Usulan Perbaikan
V-5
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
VI-1
6.2. Saran
VI-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, SuhuTubuh, dan Denyut Jantung
II-11
Tabel 2.2
Tabel Klasifikasi Beban Kerja
II-12
Tabel 2.3
Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasar % CVL
II-13
Tabel 2.4
Skor Bagian Badan (Trunk)
II-26
Tabel 2.5
Skor Bagian Leher (Neck)
II-26
Tabel 2.6
Skor Bagian Kaki (Legs)
II-27
Tabel 2.7
Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm)
II-27
Tabel 2.8
Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arm)
II-28
Tabel 2.9
Skor Bagian Tangan (Hand Wrist)
II-28
Tabel 2.10 Tabel Perhitungan A
II-29
Tabel 2.11 Tabel Beban Yang Diangkat
II-29
Tabel 2.12 Tabel Perhitungan B
II-29
Tabel 2.13 Coupling
II-30
Tabel 2.14 Perhitungan Nilai Skor C
II-30
Tabel 2.15 Nilai Aktivitas
II-31
Tabel 2.16 Hasil Perhitungan REBA
II-31
Tabel 4.1
Data Pekerja Bagian Pencucian dan Penggilingan Kedelai
IV-1
Tabel 4.2
Data Hasil Nordic Body Map
IV-2
Tabel 4.3
Data Waktu 10 Denyut Nadi Pekerja
IV-2
Tabel 4.4
Berat Beban Pengangkatan
IV-7
Tabel 4.5
Perhitungan Denyut Nadi Pekerja per Menit
IV-8
Tabel 4.6
Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja
IV-8
Tabel 4.7
Rekapitulasi % HR Reserve pekerja
IV-9
Tabel 4.8
Rekapitulasi % CVL pekerja
IV-10
Tabel 4.9
Rekapitulasi % HR Reserve dan % CVL pekerja
IV-10
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Metode Tak Langsung
IV-10
Tabel 4.11 Rekapitulasi Penghitungan Konsumsi Energi
IV-12
Tabel 4.12 Hasil Penilaian Metode Langsung
IV-12
commit Tabel 4.13 Penilaian Terhadap Postur 1-1to user
IV-14
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.14 Penilaian Terhadap Postur 1-2
IV-15
Tabel 4.15 Penilaian Terhadap Postur 2-1
IV-17
Tabel 4.16 Penilaian Terhadap Postur 2-2
IV-18
Tabel 4.17 Penilaian Terhadap Postur 2-3
IV-19
Tabel 4.18 Penilaian Terhadap Postur 3-1
IV-21
Tabel 4.19 Penilaian Terhadap Postur 3-2
IV-22
Tabel 4.20 Penilaian Terhadap Postur 3-3
IV-23
Tabel 4.21 Penilaian Terhadap Postur 4-1
IV-25
Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Postur 4-2
IV-26
Tabel 4.23 Penilaian Terhadap Postur 4-3
IV-27
Tabel 4.24 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja
IV-28
Tabel 5.1
Beban Kerja Dengan Metode Tak Langsung
V-3
Tabel 5.2
Beban Kerja Dengan Metode Langsung
V-3
Tabel 5.3
Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja
V-4
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Proses Pembuatan Tahu
II-2
Gambar 2.2 Flexion Dan Extension
II-8
Gambar 2.3 Abduction Dan Adduction Pada (A) Telapak Tangan,(B) Bahu Dan (C) Abduction Vertical
II-9
Gambar 2.4 Posisi Rotation
II-9
Gambar 2.5 Posisi Pada Lengan (a) Supination dan (b) Pronation
II-9
Gambar 2.6 Kondisi Invertebratal Disk Bagian Lumbar Pada Saat Duduk
II-17
Gambar 2.7 Mekanisme Rasa Nyeri Pada Posisi Membungkuk
II-18
Gambar 2.8 Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan Yang Salah
II-19
Gambar 2.9 Nordic Body Map
II-22
Gambar 2.10 Cara Menetukan Sudut Bagian Tubuh
II-25
Gambar 2.11 Kondisi Badan
II-26
Gambar 2.12 Kondisi Leher
II-26
Gambar 2.13 Kondisi Kaki
II-27
Gambar 2.14 Kondisi Lengan Atas
II-27
Gambar 2.15 Kondisi Lengan Bawah
II-28
Gambar 2.16 Kondisi pergelangan Tangan
II-28
Gambar 2.17 Tampilan Perangkat Lunak Ergointelligence™ Untuk Aplikasi Perhitungan REBA
II-32
Gambar 2.18 Tampilan Model Manusia/ Manequin Dalam Perangkat Lunak Humancad™
II-33
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
III-1
Gambar 3.2 Cara Menetukan Sudut Bagian Tubuh
III-4
Gambar 3.3 Tampilan Perangkat Lunak Ergointelligence Untuk Aplikasi Perhitungan REBA
III-6
Gambar 3.4
Tampilan Hasil Skor REBA
III-7
Gambar 4.1
Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang
IV-3
Gambar 4.2
Pengambilan dan Penuangan Air Untuk Pencucian
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kedelai Dalam Keranjang
IV-4
Gambar 4.3 Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan
IV-5
Gambar 4.4
IV-6
Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan
Gambar 4.5 Grafik Denyut Nadi Pekerja
IV-11
Gambar 4.6 Coding Postures Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang
IV-13
Gambar 4.7 Coding Postures Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang
IV-16
Gambar 4.8 Coding Postures Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan
IV-20
Gambar 4.9 Coding Postures Membawa Kedelai Setelah Digiling Kebagian Pemasakan
IV-24
Gambar 4.10 Usulan Perbaikan Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang
IV-30
Gambar 4.11 Usulan Perbaikan Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang
IV-31
Gambar 4.12 Usulan Perbaikan Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan
IV-33
Gambar 4.13 Coding Postures Postur Kerja Usulan 1-1 Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang
IV-35
Gambar 4.14 Coding Postures Postur Kerja Usulan 1-2 Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang
IV-36
Gambar 4.15 Coding Postures Postur Kerja Usulan 2-1Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang
IV-37
Gambar 4.16 Coding Postures Postur Kerja Usulan 2-2 Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian KedelaiDalam Keranjang
IV-37
Gambar 4.17 Coding Postures Postur Kerja Usulan 3-1 Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan
IV-38
Gambar 4.18 Coding Postures Postur Kerja Usulan 3-2 Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan
commit to user xv
IV-39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.19 Coding Postures Postur Kerja Usulan 4-1 Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan
IV-40
Gambar 4.20 Coding Postures Postur Kerja Usulan 4-2 Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan
commit to user xvi
IV-40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manual material handling (MMH) adalah salah satu pekerjaan paling penting yang sering dilakukan bahkan dalam dunia industri modern saat ini. Bidang ini banyak diteliti karena MMH merupakan sumber utama terjadinya cedera punggung. Terdapat beberapa masalah kesehatan yang dapat timbul dari hasil penerapan ergonomi yang kurang tepat dan aktivitas MMH di industri, yang semua dapat dirangkum kedalam musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan MSDs adalah keluhan pada bagian otot–otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam kurun waktu yang lama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada otot, syaraf, tendon, persendian, kartilago, dan discus intervertebralis (Tarwaka, 2004). Hasil studi Departemen kesehatan RI tentang profil masalah kesehatan
di Indonesia tahun 2005
menunjukkan bahwa sekitar 40,5 % penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Menurut studi yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 Kabupaten/ Kota di Indonesia menunjukkan gangguan kesehatan yang dialami pekerja umumnya berupa penyakit musculoskeletal (16%), cardiovaskuler (8 %), gangguan syaraf (6 %), dan gangguan THT (1,5 %). Desa Banyuputih merupakan sentra industri kecil pembuatan tahu di Kota Salatiga, salah satunya adalah milik Bapak Markiman. Proses produksi tahu dan penanganan material di pabrik tersebut masih secara manual yaitu mengandalkan tenaga manusia. Dimana pekerja melakukan aktivitas dari perendaman bahan baku, pemasakan dan penyaringan, pencetakan dan pemotongan tahu dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama, bahkan pekerja didominasi oleh sikap kerja berdiri. Pada bagian pencucian dan penggilingan kedelai, dalam proses produksi para pekerja sering melakukan aktivitas pengangkatan kedelai, membungkuk, dan memutar dengan frekuensi pengulangan yang cukup tinggi. Pekerja melakukan commit to user aktivitas kerja selama 7–8 jam per hari. Pekerja melakukan aktivitas pengangkatan
I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedelai cair maupun kering dengan berat beban 10–15 Kg. Proses pengangkatan kedelai dilakukan
dengan cara diangkat dengan kedua
tangan dan tidak
menggunakan alat
bantu. Hampir seluruh proses pembuatan tahu dilakukan
secara manual kecuali proses penggilingan yang menggunakan mesin. Selain itu, aktivitas kerja didominasi postur kerja berdiri. Posisi berdiri yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf pembuluh darah dan otototot pada kaki, sehingga sering merasakan kesemutan. Apabila posisi statis ini dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan pada sistem musculoskeletal seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung, lengan, dan pergelangan tangan. Kondisi ini diperburuk dengan durasi kerja per hari yang cukup lama apabila perusahaan mendapat pesanan melebihi target produksi per hari. Perpindahan dari posisi berdiri ke membungkuk kemudian dari membungkuk menuju posisi berdiri yang dikombinasikan dengan mengangkat atau menurunkan beban akan menyebabkan resiko yang lebih besar untuk nyeri pinggang atau cedera musculoskeletal. Gerakan menekuk pinggang dan memperluas perubahan tubuh bagian atas dengan menyelaraskan bagian tulang punggung dan perut dengan menggeser pusat keseimbangan memaksa tulang belakang untuk mendukung kedua berat tubuh bagian atas dan berat yang sedang diangkat atau diturunkan. Dari hasil wawancara dan pengisisan kuesioner body map dengan pekerja dibagian ini, didapatkan keterangan bahwa pekerja seringkali mengalami keluhan sakit nyeri selepas kerja terutama pada punggung (100%), pinggang (100%), leher (100%), pergelangan tangan (100%), betis (66,7%), dan paha (33,3%). Mengingat aktivitas MMH mempunyai peranan yang penting di dalam aktivitas produksi tahu milik Bapak Markiman, dimana tenaga kerja berperan dominan dalam aktifitas pemindahan bahan secara manual. Sekiranya perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji resiko terjadinya musculoskeletal disorders (MSDs), dengan mengidentifikasi dan menganalisis beban kerja dan postur kerja pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai pada pabrik tahu milik Bapak Markiman, di Desa Banyuputih, Kota Salatiga. Dimana selama ini belum pernah dilakukan penelitian semacam ini ditempat yang dimaksud. Pengukuran beban kerja dilakukan dengan cara mengukur commitdenyut to usernadi pekerja, sedangkan penilaian
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
postur kerja menggunakan pendekatan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikarenakan seluruh proses kerja dilakukan dalam posisi tubuh pekerja yang berdiri sehingga diperlukan penilaian seluruh tubuh (Whole body). Metode ini memiliki sistem skoring yang relatif mudah, pedoman penilaian yang jelas, dan dapat diaplikasikan dengan mudah. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang postur kerja pada pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai dengan pendekatan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) untuk mengurangi resiko terjadinya musculoskeletal disorders (MSDs). 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui beban kerja dan postur kerja yang beresiko musculoskeletal disorders (MSDs), tingkat resiko (risk level) masing-masing proses kerja, dan tingkat tindakan (action level) yang diperlukan dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). 2. Memberikan usulan perbaikan postur kerja yang baik dan penggunaan alat bantu untuk mengurangai potensi cidera MSDs berdasarkan pendekatan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). 1.4 MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagi input atau masukan pekerja untuk menentukan postur kerja yang aman pada aktivitas manual material handling sehingga dapat meminimalkan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) serta meningkatkan kenyamanan pekerja. 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat dijadikan informasi bagi perusahaan tentang sikap kerja yang beresiko cidera pada bagian musculoskeletal. Kemudian dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan commit to user
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk melakukan perbaikan pada postur kerja MMH yang salah sehingga melindungi pekerja dari cidera musculoskeletal. 1.5 BATASAN MASALAH Dalam pembahasan masalah agar lebih terarah pada sasaran, batasan masalahnya adalah: 1. Variabel pengamatan adalah postur kerja yang meliputi sikap leher, punggung, kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan, berat beban kerja serta
faktor coupling atau pegangan tangan berdasarkan
klasifikasi postur kerja REBA dengan bantuan perangkat lunak ergoIntelligence™. 2. Postur kerja yang diamati adalah sikap kerja pada aktivitas proses Pencucian dan penggilingan kedelai. 1.6 ASUMSI PENELITIAN Asumsi penelitian diperlukan untuk menyederhanakan permasalahan yang diteliti. Adapun asumsi yang digunakan adalah: 1. Kondisi lingkungan kerja yaitu pencahayaan, kebisingan, suhu, dan kelembaban udara diasumsikan normal, dalam arti tidak menimbulkan gangguan yang berarti. 2. Pekerja bekerja secara wajar, sudah terlatih, dan tidak memerlukan penyesuaian dalam bekerja 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Laporan tugas akhir ini merupakan dokumentasi pelaksanaan dan hasil penelitian, adapun sistematika laporan tugas akhir sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan yang digunakan. commit to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
digilib.uns.ac.id
TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang konsep dan teori yang relevan dengan tema yang diangkat untuk
mendukung dalam penelitian. Teori-teori yang
berkenaan dan mendukung untuk
menganalisa dengan metode
REBA baik itu yang bersumber dari buku maupun dari internet. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan uraian-uraian tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian mulai dari identifikasi masalah hingga penarikan kesimpulan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisi hasil penelitian dan pengolahan data dengan metode yang telah ditentukan. Pengolahan data dan analisis hasil penelitian dengan metode REBA untuk memperoleh penyelesaian masalah yang ada. BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan
dan
pengolahan
data
sehingga
didapatkan
penyelesaian masalah yang ada. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya berupa pembahasan kesimpulan hasil yang diperoleh dan memberikan saran perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
commit to user
I-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN PERUSAHAAN 2.1.1 Sejarah Perusahaan Pabrik tahu milik Bapak Markiman terletak di Desa Banyuputih, Kota Salatiga. Berdiri sejak tahun 1987 yang diawali dengan usaha kecil, dengan karyawan hanya 4 orang dan kapasitas produksi 150 kg. Mengalami pasang surut ketika terjadi krisis moneter di Indonesia, hingga saat ini memiliki 10 pekerja yang terbagi ke beberapa bagian yaitu: 3 orang bagian pencucian dan penggilingan kedelai, 4 orang bagian pemasakan, 1 orang bagian pemotongan, dan 2 orang bagian penggorengan. Pekerja bekerja sejak pukul 07.00 – 14.00 WIB. Dalam sehari mengolah kurang lebih 500 kg kedelai menjadi tahu. Tahu yang diproduksi dijual di Pasar Salatiga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tahu warga Kota Salatiga. 2.1.2 Proses Pembuatan Tahu Pada umumnya tahu dibuat oleh para pengrajin atau industri rumah tangga dengan peralatan dan teknologi yang sederhana. Urutan proses atau cara pembuatan tahu pada semua industri kecil tahu pada umumnya hampir sama dan kalaupun ada perbedaan hanya pada urutan kerja atau jenis zat penggumpal protein yang digunakan. Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam pembuatan tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan lama digudang. Kedelai yang baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk mendapatkan tahu yang mempunyai kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa tanaman, batu kerikil, tanah, atau biji-bijian lain. Kedelai yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih, atau hijau dan jarang menggunakan jenis kedelai yang berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap terjaga dengan baik. commit to user
II-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses produksi tahu secara rinci dapat dilihat pada diagram alir proses produksi tahu berikut ini:
Gambar 2.1 Proses Pembuatan Tahu (Sumber : Kaswinarni, 2007)
Proses yang kedua adalah perendaman. Pada proses ini kedelai direndam dalam bak atau ember yang berisi air selama ± 33-12 12 jam. Tujuan dari perendama ini adalah untuk membuat kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah elah direndam, kemudian dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan jalan meremas-remas remas dalam air, kemudian dikuliti. Setelah direndam dan dikuliti kemudian dicuci. Pencucian sedapat mungkin dilakukan dengan alir yang mengalir. Tujuan pencucian ini adalah un untuk tuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercampur dalam kedelai. Setelah kedelai direndam dan dicuci bersih, selanjutnya dilakukan penggilingan. Proses penggilingan dilakukan dengan mesin, karena penggunaan mesin akan memperhalus hasil gilingan kedelai. Pada saat penggilingan diberi air commit to user mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar. Hasil dari proses penggilingan II-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berupa bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian ditampung dalam ember. Pada proses pencucian dan perendaman kedelai ini menggunakan banyak sekali air sehingga limbah cair yang dihasilkan akan banyak pula. Tetapi sifat limbah ini belum mempunyai kadar pencemaran yang tinggi. Proses selanjutnya adalah perebusan bubur kedelai dengan tujuan untuk meng-inaktifkan zat antinutrisi kedelai yaitu tripsin inhibitor dan sekaligus meningkatkan nilai cerna, mempermudah ekstraksi atau penggilingan dan penggumpalan protein serta menambah keawatan produk. Bubur kedelai yang telah terbentuk kemudian diberi air, selanjutnya dididihkan dalam tungku pemasakan. Setelah mendidih sampai ± 5 (lima) menit kemudian dilakukan penyaringan. Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah direbus) kemudian disaring dengan kain blaco atau kain mori kasar sambil dibilas dengan air hangat, sehingga susu kedelai dapat terekstrak keluar semua. Proses ini menghasilkan limbah padat yang disebut dengan ampas tahu. Ampas padat ini mempunyai sifat yang cepat basi dan busuk bila tidak cepat diolah sehingga perlu ditempatkan secara terpisah atau agak jauh dari proses pembuatan tahu agar tahu tidak terkontaminasi dengan barang yang kotor. Filtrat cair hasil penyaringan yang diperoleh kemudian ditampung dalam bak. Kemudian filtrat yang masih dalam keadaan hangat secara pelan-pelan diaduk sambil diberi asam (catu). Pemberian asam ini dihentikan apabila sudah terlihat penggumpalan. Selanjutnya dilakukan penyaringan kembali. Proses penggumpalan juga menghasilkan limbah cair yang banyak dan sifat limbahnya sudah mempunyai kadar pencemaran yang tinggi karena sudah mengandung asam. Untuk menggumpalkan tahu bisa digunakan bahan-bahan seperti batu tahu (sioko) atau CaSO4 yaitu batu gips yang sudah dibakar dan ditumbuk halus menjadi tepung, asam cuka 90%, biang atau kecutan dan sari jeruk. Biang atau kecutan yaitu sisa cairan setelah tahap pengendapan protein atau sisa cairan dari pemisahan gumpalan tahu yang telah dibiarkan selama satu malam. Tahap selanjutnya yaitu pencetakan dan pengepresan. Proses ini dilakukan dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian dan sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam cetakan yang sudah tersedia dancommit dialasitodengan user kain dan diisi sampai penuh.
II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cetakan yang digunakan biasanya berupa cetakan dari kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil supaya air dapat keluar. Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin berat benda yang digunakan untuk mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat pemberat/pres biasanya mempunyai berat ± 3,5 kg dan lama pengepresan biasanya ± 1 menit, sampai airnya keluar. Setelah dirasa cukup dingin, kemudian tahu dipotong-potong sesuai dengan keinginan konsumen dipasar. Tahu yang sudah dipotong-potong tersebut kemudian dipasarkan. Dalam pembuatan tahu biasanya pengrajin menambahkan bahan tambahan atau bahan pembantu antara lain yaitu batu tahu (batu gips yang sudah dibakar dan ditumbuk halus menjadi tepung), asam cuka 90%, biang/kecutan, yaitu sisa cairan setelah tahap pengendapan protein atau sisa cairan dari pemisahan gumpalan tahu yang telah dibiarkan selama satu malam, kunyit yang digunakan untuk memberikan warna kuning pada tahu, garam yang digunakan untuk memberikan rasa sedikit asin ke dalam tahu. 2.2 LANDASAN TEORI 2.2.1 Pengertian Ergonomi Manusia berusaha beradaptasi menurut situasi dan kondisi lingkungan. Hal ini terlihat dengan perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai. Oleh karena itu, berkembang disiplin keilmuan yang berkaitan dengan perancangan alat dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek manusia sebagai pemakai, yang kemudian dikenal dengan Ergonomi. Istilah ergonomi atau biasa pula dikenal dengan human factors mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefisinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja. (Nurmianto, 2003). Menurut Sutalaksana (1979), untuk menciptakan hasil yang optimal dalam commit to user penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan
II-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia dengan segala keterbatasanya. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi-informasi ini, telah dilakukan penyelidikan. Penyelidikan tersebut dilakukan menurut empat kelompok besar, yaitu : a. Penyelidikan tentang display. Yang dimaksud penyelidikan tentang display adalah bagian lingkungan yang mengkomunikasikan keadaanya kepada manusia. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang dikemudikan, maka dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan mengetahui kecepatan sepeda motor. b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya. Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut. Dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Biomekanika. c. Penyelidikan mengenai tempat kerja. Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai dengan dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomic anthropometri d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. Ergonomi secara terperinci akan terfokus pada manusia dan interaksi manusia dengan produk, peralatan, prosedur, dan kondisi lingkungan yang digunakan dalam kondisi lingkungan pekerjaan sehari-hari. Penekanan pada manusia ini bertentangan dengan teknik yang lebih mempertimbangkan faktorfaktor teknis. Ergonomi berusaha untuk mengubah atau menyempurnakan hal-hal yang digunakan dari lingkungan untuk menyesuaikan dengan kemampuan, batasan dan kebutuhan manusia. Analisis dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: 1. Anatomi (struktur), fisiologi dan antropometri (ukuran) tubuh manusia. 2. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia. commit to user
II-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pekerjaan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama komplain karyawan di industri (Ayoub & Dempsey, 1999, dalam albugis, 2009). Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American Material Handling Society bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing), dan pengawasan
(controlling)
dari
material
dengan
segala
bentuknya
(Wignjosoebroto, 2003). Aktivitas
manual material handling
(MMH) yang tidak tepat dapat
menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah keluhan muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya di sebut sebagai musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal (Grandjean, 1993). Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja. Musculoskeletal Disorders (dapat juga disebut sebagai Repetitive Motion Injuries atau Cumulative Trauma Disorders) adalah cidera pada sistem kerangka otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh desain yang buruk yaitu desain alat sistem kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang tidak normal serta penggunaan perkakas handtools atau alat lainnya yang terlalu sering. commit to user
II-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal yaitu (Peter, 2000): a. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampui kekuatan otot optimum. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat mnyebabkan terjadinya cidera otot skeletal. b. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus sperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut-angkut dan sebagainya. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relasasi. c. Sikap kerja yang tidak alamiah Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alaamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis and McCanville, 1996; Waters and Andeson, 1996 dan Manuaba, 2000). Gejala yang berhubungan dengan MSDs antara lain adalah terasa sakit atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatas, dan terjadi pembengkakan. Jika gejala ini dibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan permanen (Niebel dan Frevaldi, 1999). MSDs merusak sistem saraf muskuloskeletal yaitu urat saraf (nervers), otot, tendon, ligamen, tulang dan tulang sendi (joint) pada pergerakan extrem dari tubuh bagian atas (bahu, tangan, siku, pergelangan tangan), tubuh bagian bawah (pinggul, lutut, kaki) dan bagian belakang (leher dan punggung/badan). Punggung, leher dan bahu merupakan bagian yang rentan terkena MSDs, penyakit yang diakibatkan adalah nyeri pada tengkuk/bahu (cervical synddrome), nyeri pada commit tulang belakang to user yang disebut Chronic Low back
II-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pain. Pada tangan dan pergelangan tangan terjadi penyakit trigger finger (tanga bergetar), Raynaud’s syndrome (vibrasion white finger dan carpal tunnel syndrome (Tayyari, 1997). 2.2.3 Postur dan Pergerakan Kerja Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghsilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakuakan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta bila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi flexion, exension, abduction, adducton, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Flexion dan extension pada (a) bahu, (b) telapak tangandan (c) lengan (Sumber : Bridger, 1995)
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah (the median palne) tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3.
commit to user
II-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2. 2.3 Abduction dan adduction pada (a) telapak tangan,(b) bahu dan (c) abduction vertical (Sumber : Bridger, 1995)
Rotation adalah pergerakan dimana terjadi perputaran pada tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gmabar 2. 2.4.
Gambar 2.4 Posisi Rotation (Sumber : Bridger, 1995)
Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah perputaran kerarah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. 2.5 (Tayyari, 1997, 1997 dalam tarwaka, 2004).
Gambar 2.5 Posisi Pada Lengan (a) Supination dan (b) Pronation (Sumber : Bridger, 1995)
2.2.4 Beban Kerja Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan dan melakukan pekerjaan. commit to user Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan
II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai satu tujuan hidup. Dipihak lain, bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan. Menurut Rodhal (1989), Adiputra (1998) dan Manuaba (2000) dalam Tarwaka, dkk (2004 : 95), bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor internal maupun faktor eksternal a. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Eksternal Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, meliputi: 1. Tugas-tugas (task) Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya. 2. Organisasi Kerja Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja, waktu istirahat, shift kerja, sistem kerja dan sebagainya. 3. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis. b. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Internal Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi:
commit to user
II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya) 2. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya). Menurut Astrand and Rodhal (1977) dalam Tarwaka, dkk bahwa penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung. a. Metode Penilaian Langsung Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991, dalam Al bugis 2009) pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, respirasi, Suhu Tubuh dan denyut Jantung Denyut Konsumsi Ventilasi Kategori Beban Suhi Rektal jantung Oksigen Paru Kerja (0C) (denyut / (l/ min) (l/min) min) Ringan 0,5 - 1,0 11 - 20 37,5 75 - 100 Sedang 1,0 - 1,5 20 - 30 37,5 - 38,0 100 - 125 berat 1,5 - 2,0 31 - 43 38,0 - 38,5 125 - 150 Sangat Berat 2,0 - 2,5 43 - 56 38,5 - 39,0 150 - 175 60 - 100 > 39 > 175 sangat Berat Sekali 2,5 - 4,0 Sumber: Christensen, 1991 dalam Albugis, 2009
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut: E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2 ...................... (2.1) Dimana: E = Energi (Kkal/menit) commit to user
II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit) Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Beban Kerja Energy Expenditure Kkal/ menit
Kkal/ 8 jam
Detak jantung detak/ menit
> 12,5
> 6000
> 175
> 2,5
10,0 - 12,5 7,5 - 10,0 5,0 - 7,5 2,5 - 5,0 < 2,5
4800 - 6000 3600 - 4800 2400 - 3600 1200 - 2400 < 1200
150 - 175 125 - 150 100 - 125 60 - 100 < 60
2,0 - 2,5 1,5 - 2,0 1,0 - 1,5 0,5 - 1,0 < 0,5
Tingkat Pekerjaan Sangat Berat Sekali Sangat Berat Berat Sedang Ringan Sangat Ringan
Konsumsi Oksigen liter/ menit
Sumber: Christensen, 1991 dalam Albugis, 2009
Setelah melakukan penghitungan diatas, kita dapat menghitung konsumsi energi dengan menggunakan persamaan : K= Et -Ei........................................................................................... (2.2) Dimana: K = Konsumsi energi (kilokalori/menit) Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori/menit) Ei = Pengeluaran energi pada waktu sebelum bekerja b. Metode Penilaian Tidak Langsung Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupaka suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut: 埘Ƽᄄᴄ錃eb
Denyut Nadi (Denyut/Menit) = 靐umberᄄᴄ
ꋸ beᴄ
x 60 ................ (2.3)
uᴄ
Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil, dan murah juga tidak diperlukan peraltan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliable, dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu: 1) Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelumpekerjaan commit to user dimulai
II-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja 3) Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut nadi kerja. Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Heart Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikandalam presentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut. % HR Reverse =
Ǵ. Ǵ
Ǵ
u
Ǵ
x 100 ...........................................(2.4)
Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah: (220 – umur) untuk laki-laki dan (200 – umur) untuk perempuan Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut % CVL =
埘ƼƼᆸǴ. Ǵ Ǵ
u
Ǵ
.............................. ............................(2.5)
Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut: Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasar % CVL % CVl Klasifikasi % CVL < 30% Tidak terjadi kelelahan 30% - 60% Diperlukan perbaikan 60% - 80% Kerja dalam waktu singkat 80% - 100% Diperlukan tindakan segera > 100% Tidak diperbolehkan beraktivitas Sumber: Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk, 2004
2.2.5 Manual Material Handling Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan beban dimana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, membawa, menggenggam, objek (Swedish Nasional Board of Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk, 2006). commit to user Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American Material
II-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Handling Society (AHMS) bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), Pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari material dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto, 2003). Lifting berarti menaikkan beban dari posisi yang rendah keposisi yang lebih tinggi yang menunjukkan / menyatakan penggunaan gaya harus melebihi / melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury), adalah arah beban yang akan diangkat dan frekuensi aktivitas pemindahan. Beberapa pertimbangan / parameter yang harus diperhatikan untuk mengurangi timbulnya nyeri punggung (Nurmianto,1996) antara lain: 1. Beban yang harus diangkat. 2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya. 3. Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya. 4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa menggangu jarak pandangnya. Batasan beban yang boleh diangkat: a. Batasan angkat secara legal (legal limitations ) Beberapa batasan angkat secara legal dari beberapa Negara. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. (Nurmianto, 1996) 1. Pria dibawah usia 16 tahun maksimum beban angkatnya adalah 14 kilogram. 2. Pria usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 18 kilogram. 3. Pria usia lebih dari 18 tahun tidak ada batasan angkat 4. Wanita usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 11 kilogram. 5. Wanita lebih dari 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 16 kilogram. commit to user
II-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Biomechanical limitations). Nilai dari analisa biomekanika adalah tentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan kerja adalah dasar pada beban (copreesion load) pada intervertabral disk antara lumbar nomor lima dan schrum nomor satu. c. Batasan angkat secara fisiologi (Physiological limitations). Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting) sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah komsumsi oksigen. Hal ini haruslah
benar-benar
diperhatikan
terutama
dalam
rangka
untuk
menentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktivitas yang berulang akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang karena akumulasi dari asam laktat yang menumpuk secara berlebihan d. Batasan angkat secara psiko-fisik (Phycho-physical limitations ). Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk medapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda. Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut: 1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan. 2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan mesin. 3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat. 2.2.6 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan koordinasi sistem kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulang belakang. Bila koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik akan menimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bidang MMH. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menurut Heran, Dkk, 1999 (dalam Al bugis, 2009) dibagi menjadi commit to user dua faktor yaitu:
II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Faktor Fisik (Physical Factor) Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu, kebisingan, bahan kimia, radiasi, gangguan penglihatan, postur kerja, gangguan sendi (gerakan dan perpindahan berulang), getaran mesin dan alat, permukaan lantai. 2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor) Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja, peraturan kerja, gaji yang tidak adil, rangkap kerja, stress kerja, konsekuensi kesalahan kerja, istirahat yang pendek dan terganggu saat kerja. Kedua faktor tersebut diatas berpengaruh terhadap kecelakaan kerja pada musculoskeletal. Untuk faktor fisik (Physical Factor) yang menjadi faktor beresiko terhadap gangguan musculoskeletal adalah postur/ sikap kerja dan gangguan sendi akibat pekerjaan yang berulang. Sedangkan diantara faktor Psikososial yang menjadi penyebab utama adalah rendahnya pengawasan dalam aktivitas produksi dan terbatasnya keleluasan para pekerja. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan dan lainlain. Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam sistem kerja yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap kerja yang salah, canggung dan diluar kebiasaan akan menambah resiko cidera pada bagian muskuloskeletal (Bridger, 1995). 1. Sikap kerja berdiri Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi oleh posisi kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan anggota tubuh bagian bawah. Sikap kerja berdiri memiliki beberapa permasalahan sistem muskuloskeletal. Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) menjadi salah commit to user
II-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
satu permasalahan posisi sikap kerja bediri dengan sikap punggung condong ke depan. Posisii berdiri yang terlalu lama aka akan menyebabkan penggumpalan pembuluh darah vena,, karena aliran darah berlawanan dengan gaya gravitasi. Kejadian ini bila terjadi pada pergelangan kaki dapat menyebabkan pembengkakan. 2. Sikap kerja duduk Penelitian pada Eastman Kodak Company di New York menunjukan menun bahwa 35% dari beberapa pekerja mengunjungi klinik mengeluhkan rasa sakit pada punggung bagian bawah (Bridger, 1995). Ketika sikap kerja duduk dilakukan, otot bagian paha semakin tertarik dan bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar akan mengendor. Mengendornya bagian lumbarr menjadikan sisi depan invertebratal disk tertekan dan sekelilingnya melebar atau merenggang. Kondisi ini akan membuat rasa nyeri pada punggung bagian baw bawah dan menyebar pada kaki.
Gambar 2.6 Kondisi Invertebratal Disk Bagian Lumbar Pada Saat Duduk (Sumber: Bridger, 1995)
Ketegangan saat melakukan sikap kerja duduk seharusnya dapat dihindari dengan
melakukan
perancangan
tempat
duduk.
Hasil
penelitian
mengindikasikan bahwa posisi duduk tanpa memakai sandaran akan menaikan tekanan pada invertebaratal disk sebanyak 1/3 hingga 1/2 lebih banyak daripada posisi berdiri (Kroemer Dkk, 2000). Sikap kerja duduk pada kursi memerlukan sandaran punggung untuk menopang ang punggung. Sandaran yang baik adalah sandaran punggung yang bergerak maju-mundur mundur untuk melindungi commit to user bagian lumbar Sandaran tersebut juga memiliki tonj tonjolan olan kedepan untuk
II-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjaga ruan lumbar yang sedikit menekuk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada bagian invertebratal disk. 3. Sikap kerja membungkuk Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan rasa nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dikukan secara berulang dan periode yang cukup lama.
Gambar 2.7 Mekanisme Rasa Nyeri Pada Posisi Membungkuk (Sumber : Bridger, 1995)
Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan “slipped disks”, bila dibarengi dengan pengangkatan
beban
berlebih.
Prosesnya
sama
dengan
sikap
kerja
membungkuk, tetapi akibat tekanan yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak dan penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan oleh keluarnya material pada invertebratal disk akibat desakan tulang belakang bagian lumbar. 4. Pengangkatan beban Kegiatan ini menjadi penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja pada commit to user bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari kekuatan
II-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over exertion.
Gambar 2.8 Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan Yang Salah (Sumber : Bridger, 1995)
Adapun pengangkatan beban akan berpengaruh pada tulang belakang bagian lumbar. Pada wilayah ini terjadi penekanan pada bagian L5/S1 (lempeng antara lumbar ke-5 dan sacral ke-1). Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebratal disk pada L5/S1 lebih banyak menahan tekanan daripada tulang belakang. Bila pengangkatan yang dilakukan melebihi kemampuan tubuh manusia, maka akan terjadi disk herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebratal disk pada bagian L5/S1 pecah. 5. membawa beban Terdapat perbedaan dalam menetukan beban normal yang dibawa oleh manusia. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh semakin jauh akan menurunkan batasan beban yang dibawa. 6. kegiatan mendorong beban Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tangan pendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk manghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban berat dan menghindari kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu. commit to user
II-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Menarik beban Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan beban, karena beban sulit untuk dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban dengan mudah akan tergelincir keluar dan melukai pekerjanya. Kesulitan yang lain adalah pengawasan beban yang dipindahkan serta perbedaan jalur yang dilintasi. Menarik beban hanya dilakukan pada jarak yang pendek dan bila jarak yang ditempuh lebih jauh biasanya beban didorong ke depan. 2.2.7 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling Pencegah
terjadinya
kecelakaan
kerja
terutama
pada
bagian
musculoskeletal adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang beresiko terhadap keselamatan kerja. Dibawah ini beberapa tindakan untuk mengurangi resiko gangguan musculokeletal pada pekerjaan manual material handling : 1. Perencanaan ulang pekerjaan a. Mekanisasi Penggunaan sistem mekanis untuk menghilangkan pekerjaan yang berulang. Jadi dengan penggunaan peralatan mekanis mampu menampung pekerjaan yang banyak menjadi sedikit pekerjaan. b. Rotasi pekerjaan Pekerja tidak hanya melakukan satu pekerjaan, namun beberapa pekerjaan dapat dilakukan oleh pekerja tersebut. Tujuan dari langkah ini adalah pemulihan ketegangan otot melalui beban kerja yang berbeda-beda. c. Perbanyakan dan pengayaan kerja Sebuah pekerjaan sebisa mungkin tidak dilakukan dengan monoton, melainkan dilakukan dengan beberapa variasi. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menghindari beban berlebih pada satu bagian anggota tubuh. d. Kelompok kerja Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu membagi beban kerja pada otot secara merata. Hal ini disebabkan anggota kelompok bebas melakukan pekerjaan yang dilakukan. 2. Perancangan tempat kerja Prinsip
yang
memperhatikan
dilaksanakan adalah perancangan kerja dengan commit to user kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tempat kerja
II-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH dilakukan dengan leluasa. Kondisi lingkungan seperti cahaya, suara, lantai dan lain-lain juga perlu perhatian untuk menciptakan kondisi kerja yang nyaman. 3. Perancangan peralatan dan perlengkapan Perancangan peralatan dan perlengkapan yang layak mampu mengurangi penggunaan tenaga yang berlebihan dalam menyelesaiakan pekerjaan. Menyediakan pekerja dengan alat bantu dapat mengurangi sikap kerja yang salah, sehingga menurunkan ketegangan otot. 4. Pelatihan kerja Program ini perlu dilakukan terhadap pekerja, karena pekerja melakukan pekerjaan sebagai kebiasaan. Pekerja harus mengetahui mengenai pekerjaan yang berbahaya dan perlu mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan yang aman. Untuk melakukan kegiatan manual material handling (MMH) dengan aman, maka dalam melaksanakan pelatihan kerja MMH perlu memahami pedomannya. Empat prinsip yang dipegang selama melakukan manual material handling (MMH), menurut Alexander (1986, didalam Al Bugis, 2009) yaitu : a. Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengan tubuh (mencegah momen pada tulang belakang). b. Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam posisi segaris (mencegah gerakan berputar pada tulang belakang). c. Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah jatuh. d. Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulit dan berbahaya. 2.2.8 Nordic Body Map Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi. Berntuk lain dari checklist ergonomi adalah checlist International Labour Organizatin (ILO). Namun kuesioner Nordic Body Map adalah
kuesioner
yang
paling
sering
digunakan
untuk
mengetahui
ketidaknyamanan pada para pekerja, dan kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. (Kroemer, 2001) commit to user
II-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subyektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan body map (Wilson and Corlett, 1995). Pembagian bagian-bagian tubuh serta keterangan dari bagianbagian tubuh tersebut dapat dilihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.9 Nordic Body Map (Sumber: Corlett, 1992 dalam Tarwaka, dkk. 2004)
Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM) akan dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.. 2.2.9 Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) REBA dikembangkan oleh Hignett dan McAtamney pada tahun 2000 sebagai alat untuk menilai postur terhadap risiko
Musculoskeletal Disorders
(MSDs). Membentuk penilaian kuantitatif dari tubuh yang berkaitan dengan commit to user
II-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beban dan aktivitas. Dapat digunakan baik pada postur pergerakan dinamis dan statis, serta menilai hampir semua aktivitas. Gambaran/Tujuan : REBA adalah metode yang didesain sebagai metode analisis postur yang cepat untuk seluruh aktivitas tubuh, baik statis maupun dinamis. REBA merupakan desain yang menyediakan pengukuran yang objektif terhadap risiko MSDs yang disebabkan oleh aktivitas tapi hanya untuk penilaian aktivitas yang sedikit pergerakan dan melibatkan seluruh tubuh. Bagian tubuh yang di nilai : Pergelangan, telapak tangan, siku, bahu, leher, trunk, punggung, kaki dan lutut. Yang terbagi ke dalam postur grup A (badan, leher, dan
kaki) yang
berfungsi menyeimbangkan tubuh atau penopang utama tubuh, serta postur grup B (bahu, siku, dan pergelangan tangan) yang berfungsi mengikat atau menyeimbangkan (stabilitas) beban. Tipe pekerjaan/aktivitas : Metode ini secara khusus dikembangkan untuk digunakan dalam menilai risiko MSDs atau postur kerja yang ditemukan dalam pelayanan kesehatan dan industri pelayanan lainnya. Bagaimanapun, dapat digunakan untuk menilai bermacam aktivitas dalam semua desain, dimana : · Seluruh tubuh digunakan, · Postur statis, dinamis, berubah-ubah dengan cepat, atau tidak stabil, atau · Beban berupa benda mati atau
benda hidup yang ditangani dengan
sering/tidak. Desain kerja : Metode ini dapat berguna dalam semua desain kerja untuk aktivitas di atas.Terjadinya muskoloskeletal disorder (MSDs) : Force :
Postur :
Repetitif :
Durasi :
Lainnya :
Batasan : · Ketika melihat kekuatan dan aktivitas, metode ini berfokus utama pada postur kerja. · Tidak mengamati total durasi, atau vibrasi. commit to user
II-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Hanya untuk menilai tangan kanan dan kiri secara terpisah, dan tidak ada metode untuk mengkombinasikan skor ini ke dalam total skor risiko tubuh. · Hanya untuk mengamati pada suatu waktu atau postur terburuk yang diamati. · Efek kumulatif dari semua aktivitas yang dilakukan selama bekerja tidak diamati. · Jika ada aktivitas yang tidak biasa, sulit dikategorikan, atau tidak teramati maka risiko terhadap pekerjaan mungkin tidak dapat disimpulkan dari hasil metode ini. · Seperti kebanyakan metode penilaian risiko, tingkat risiko umum disediakan tapi tidak memprediksi injury pada individu. · Seperti kebanyakan metode penilaian risiko, metode ini tidak menghitung Kelebihan : · Merupakan metode yang cepat dalam melakukan penilaian terhadap seluruh tubuh (whole body). · Metode ini secara khusus dikembangkan untuk digunakan dalam menilai risiko MSDs atau postur kerja yang ditemukan dalam pelayanan kesehatan dan industri pelayanan lainnya. · Dapat digunakan untuk menilai bermacam aktivitas dalam semua desain, dimana : - seluruh tubuh digunakan, - postur statis, dinamis, berubah-ubah dengan cepat, atau tidak stabil, atau - beban berupa benda mati atau benda hidup yang ditangani dengan sering ataupun tidak. · Dapat memperkirakan risiko ergonomi dan tingkat risiko yang mungkin terjadi. · Metode dengan sistem skoring yang relatif mudah, pedoman penilaian yang jelas, dan dapat diaplikasikan dengan mudah sehingga bias dalam penelitian yang dilakukan dapat diminimalisasi. · Kategori penilaian tidak hanya pada menganalisa bagian dari mesin
tubuh manusia saja, tetapi juga
atau alat/material kerja (load/force
coupling) yang digunakan. commit to user
II-24
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Pemberian skor yang cukup rinci (detail), jarak (range) untuk kriteria penyimpangan sangat lengkap, misalnya pada postur janggal membungkuk dari 0o sampai >60o memiliki empat kriteria skor. · Memiliki penilaian yang lengkap terhadap tangan (upper arms/shoulders, lower arms/ebows, dan wrists) karena memiliki bagian kanan dan kiri. · Memiliki lima tingkatan kategori postur dalam menentukan tingkat risiko (risk level) dan tingkat tindakan yang diperlukan (action level). Terdapat empat tahapan proses perhitungan yang dilalui yaitu : 1.
Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan menggunakan video atau foto
2.
Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti : a. badan (trunk) b. leher (neck) c. kaki (leg) d. lengan bagian atas (upper arm) e. lengan bagian bawah (lower arm) f. pergelangan tangan (hand wrist)
Gambar 2.10 Cara Menetukan Sudut Bagian Tubuh
3.
Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja.
4.
Menentukan nilai Reba untuk postur yang relevan dan menghitung skor akhir dari kegiatan tersebut. Berikut ini adalah Penilaian Skor REBA: commit to user
II-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Badan (trunk), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Kondisi Badan (Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)
Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Skor Bagian Badan (Trunk)
Pergerakan Posisi normal 0o 00 - 200 kedepan / kebelakang tubuh 200- 600 kedepan tubuh, > 200 kebelakang tubuh > 600 kedepan tubuh
Skor 1 2
Skor Perubahan +1 jika batang tubuh menekuk atau berputar
3 4
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
2. Leher (neck), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Kondisi Leher (Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)
Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Skor Bagian Leher (Neck)
Pergerakan 00 - 200 kedepan tubuh > 200 kedepan atau kebelakang Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
commit to user
II-26
Skor Skor Perubahan 1 +1 jika leher berputar 2 atau bengkok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kaki (leg), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Kondisi Kaki (Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)
Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Skor Bagian Kaki (Legs) Posisi Skor Skor perubahan kedua kaki menahan berat tubuh, misal 1 +1 jika lutut bengkok berjalan atau duduk antara 300 dan 600 Salah satu kaki menahan berat tubuh, 2 +2 jika lutut bengkok misalnya berdiri dengan satu kaki atau > 600 sikap kerja tidak stabil Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
4. Lengan Atas (upper arm), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada gambar 2.14.
Gambar 2.14 Kondisi Lengan Atas (Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)
Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera pada tabel 2.7. Tabel 2.7 Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm) Posisi Skor Skor Perubahan 0 +1 jika lengan 20 kebelakan atau kedepan 1 0 0 0 berputar atau bengkok >20 kebelakang tubuh; 20 - 45 kedepan tubuh 2 0 0 +1 jika bahu nai 45 - 90 kedepan tubuh 3 -1 jika bersandar atau >900 kedepan tubuh 4 berat lengan ditahan Sumber : Hignett dan McAtamney, commit2000 to user
II-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Lengan Bawah (lower arm), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada gambar 2.15.
Gambar 2.15 Kondisi Lengan Bawah (Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)
Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arm) Pergerakan Skor 0 0 00 - 15 kedepan tubuh 1 0 0 < 60 atau >100 kedepan tubuh 2 Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
6. Pergelangan Tangan (hand wrist), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada gambar 2.16.
Gambar 2.16 Kondisi pergelangan Tangan (Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)
Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera pada tabel 2.9. Tabel 2.9 Skor Bagian Tangan (Hand Wrist) Beban Skor Skor perubahan 0 +1 jika pergelangan 0-15 Kebelakang atau kedepan 1 tangan menyamping > 150 Kebelakang atau kedepan 2 atau berputar Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
Setelah mendapatkan nilai kondisi tubuh yang terdiri dari : badan, leher dan kaki (grup A) serta lengan atas, lengan bawah dan perelangan tangan (Grup commit to user
II-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B) maka langkah selanjutnya adalah mencari skor A, Skor B dan Skor C. Dan pada akhirnya diperoleh skor REBA. Untuk memeperoleh skor A, diperoleh dengan menggunakan tabel perhitungan A sebagai berikut: Tabel 2.10 Tabel Perhitungan A
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
Setelah mendapatkan nilai grup A, maka langkah selanjutnya adalah menambahkan nilai tersebut dengan penilaian yang berdasarkan beban yang diangkat (tabel 2.11). Tabel 2.11 Tabel Beban Yang Diangkat Beban skor Skor Perubahan < 5 kg 0 +1 jika terjadi tambahan beban terjadi secara 5-10 kg 1 mendadak atau cepat > 10 kg 2 Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
Skor A diperoleh dengan cara menambahkan nilai yang diperoleh dengan menggunakan tabel perhitungan A dengan Penilaian yang berdasarkan dari beban yang diangkat. Untuk memperoleh skor B, diperoleh dengan menggunakan tabel perhitungan B. Tabel perhitungan B dapat dilihat pada tabel 2.12. Tabel 2.12 Tabel Perhitungan B
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
commit to user
II-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah mendapatkan nilai grup B, maka langkah selanjutnya adalah menambahkan
nilai
tersebut
dengan
penilaian
yang
berdasarkan
nilai
kopling/pegangan (tabel 2.13). Genggaman Good Fair
Tabel 2.13 Coupling Skor Deskripsi Memegang dengan baik dan 0 menggunakan setengah tenaga untuk menggenggam Pegangan tangan masih dapat diterima 1 meskipun tidak ideal
Poor
2
Unacceptable
3
Pegangan tangan tidak dapat diterima meskipun masih memungkinkan Buruk sekali, genggaman tidak aman, tidak ada pegangan. Menggenggam tidak dapat diterima jika menggunakan bagian tubuh yang lain
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
Skor B diperoleh dengan cara menambahkan nilai yang diperoleh dengan menggunakan tabel perhitungan B dengan Penilaian yang berdasarkan kopling/pegangan. Perhitungan Skor C dapat dilihat pada Tabel 2.14. Tabel 2.14 Perhitungan Nilai Skor C
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
Setelah mendapat nilai Skor C, lalu dicari nilai aktivitas. Nilai aktivitas commit to user dapat dilihat pada tabel 2.15.
II-30
perpustakaan.uns.ac.id
Aktivitas Sikap kerja statis
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.15 Nilai Aktivitas Skor Deskripsi Satu atau lebih bagian tubuh dalam keadaan statis/ +1 diam, seperti memegang selama lebih dari 1 menit
Perulangan
+1
Mengulangi sebagian kecil aktivitas, seperti menglang lebih dari 4 kali dalam 1 menit ( dalam hal ini berjalan tidak termasuk)
Tidak stabil
+1
Aktivitas yang mengakibatkan secara cepat terjadi perubahan yang besar pada sikap kerja atau mengakibatkan ketidakstabilan pada sikap kerja
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
Skor REBA diperoleh dengan cara menambahkan nilai Skor C dengan nilai aktivitas. Setelah didapatkan nilai akhir REBA, lalu ditentukan level resiko dan aksi yang dilakukan. Pengelompokan hasil perhitungan REBA dapat dilihat pada tabel 2.16 REBA Score 1 2-3 4-7 8-10 11-15
Tabel 2.16 Hasil Perhitungan REBA Action Risk Level Action Level Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan Rendah 1 Mungkin diperlukan Sedang 2 Diperlukan Tinggi 3 Diperlukan secepatnya Sangat Tinggi 4 Diperlukan saat itu juga
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000
2.2.10 Perangkat Lunak ErgoIntellegence™ Salah satu alat bantu analisis ergonomi yaitu perangkat lunak ergoIntelligence™ merupakan perangkat lunak mutakhir yang dapat dimanfaatkan untuk analisis ergonomi. Perangkat lunak ini sangat membantu bagi peneliti ergonomi. Berbagai kasus umum yang ditemui di dunia industri dapat dianalisa menggunakan ergoIntellegence™, antara lain analisis sikap dan posisi kerja. ErgoIntellegence™ dapat juga digunakan sebagai alat Bantu mengidentifikasi masalah ergonomi. ErgoIntelligence™ Upper Extremity Assessment (UEA) adalah alat bantu penilaian/ pengukuran postur tubuh yang terdiri dari penilaian RULA, REBA, Strain Index, Occupational Repetitive Actions Index (OCRA) dan Cumulative commit to user
II-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Trauma Disorders Risk Index. Software alat bantu ini merupakan produk Nexgen Ergonomic. Inc.
Gambar 2.17 Tampilan Software Ergointelligence™ Untuk Aplikasi Perhitungan REBA Sumber: www.nexgenergo.com, 2011
Kelebihan
ergoIntellegence™
terutama
terletak
pada
kemudahan
penggunaanya. ErgoIntellegence™ menampilkan format pengisian data yang dimasukkan
dan
memberikan
hasil
analisis
yang
informative.
Diluar
kelebihannya, ergoIntellegence™ masih bersifat pasif yaitu hanya untuk mengidentifikasi masalah terssebut tanpa menawarkan solusi pemecahan masalah yang spesifik. 2.2.11 Perangkat Lunak HumanCad 1.2 Perangkat lunak humanCad™ merupakan pengembangan terbaru dari Perangkat lunak ManneQuin yang merupakan solusi pemodelan manusia terkomputerisasi pertama di dunia yang diawali pada tahun 1990. HumanCAD™ adalah solusi pemodelan manusia dalam bentuk lingkungan 3 dimensi yang dapat digunakan untuk analisis variasi ergonomi. Alat bantu ini dapat digunakan untuk evaluasi ergonomi yang menyediakan data resiko potensial cidera dan analisa postur kerja. Perangkat lunak ini juga dapat digunakan untuk mensimulasikan pekerjaan yang berkaitan pekerja (manusia)commit dengan kerjanya dengan penerapan to peralatan user
II-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prinsip-prinsip ergonomi. Selain dapat mensimulasikan kerja, perangkat lunak ini juga dapat mengkreasikan bentuk manusia tiga dimensi pada layar komputer yang pengoperasiannya hanya dengan mengklik mouse komputer. Model “Manusia” tiga dimensi ini dapat digerakkan dengan bermacam-macam gaya dan dapat dilihat pada beberapa tampilan, jarak atau perspektif. Hasil dari tampilannya dapat di-print atau dipindahkan ke perangkat lunak grafik lainnya
Gambar 2.18 Tampilan Model Manusia/ Manequin Dalam Software Humancad™ Sumber: www.nexgenergo.com, 2011
2.2.12 Penelitian Sebelumnya Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengacu pada laporan tugas akhir dari : 1. Dina Yasmin Albugis. Tugas Akhir Program Studi Sarjana Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kekhususan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Universitas Indonesia, Depok. Penelitian yang dilakukan di workshop Steel Tower PT. Bukaka Teknik Utama terhadap risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan
menggunakan metode
Rapid Entire Body Assessment
(REBA). Secara umum, tingkat risiko (risk level) terjadinya MSDs ini berada pada tingkat risiko (risk level) “Medium” sehingga tingkat pengendalian (action level) berada pada kategori 2, yaitu diperlukan (it is necessary) untuk mencegah atau meminimalisasi risiko yang dapat terjadi. Faktor risiko terjadinya MSDs dapat ditemukan posisi badan yang berdiri maupun commitpada to user
II-33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
duduk pada waktu yang lama (prolonged sitting/standing) serta pada postur leher (neck) yang menekuk ke bawah, punggung (trunk/back) yang membungkuk, bahu (shoulder) yang naik, siku (elbow) yang selalu fleksi, dan pergelangan tangan (wrist) yang ekstensi dalam gerakan statis dan repetitive. 2. Harry Saputra. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dilakukan untuk merancang Sikap Kerja MMH Bagian Gudang Perum Bulog Mojolaban Dengan Pendekatan REBA. Dilakukan penghitungan beban kerja fisik pekerja kemudian dilakukan evaluasi perbaikan postur kerja saat mengangkat karung beras berdasarkan metode REBA. 3. Dian Herdiana. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Depok. Penelitian ini mengnalisis Pemindahan Material Secara Manual Pekerja Pengangkut Genteng UD. Sinar Mas Dengan Menggunakan Metode
Rapid Entire Body Assessment (REBA).
Analisis
keluhan dari para pekerja pengangkut genteng berdasarkan kuesioner body map yaitu jenis keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja adalah pada bagian tubuh pinggang dan punggung. Cedera pada bagian tubuh cenderung disebabkan oleh posisi
lebih
pengangkatan yang salah, beban yang
diangkat melampaui batas kemampuan manusia. Berdasarkan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) diketahui bahwa
skor REBA pada saat
mengangkat beban (genteng) awal yaitu 7, skor pada saat meletakkan beban (genteng) akhir diperoleh nilai skor reba sebesar 10, tingkatan resiko pada skor ini tinggi sehingga dapat menimbulkan cedera pada bagian tubuh tertentu.
commit to user
II-34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas langkah-langkah dalam penelitian dan
flow chart
metodologi penelitian untuk memecahkan permasalahan beserta penjelasan singkat tiap tahapannya. Mulai
Studi Lapangan
Studi Pustaka
Rumusan Masalah
Identifikasi Masalah Tujuan penelitian
Manfaat Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
- Data Kuesioner Body Map - Data Denyut Jantung - Postur Kerja Pekerja
- Perhitungan Beban Kerja - Coding Posture Dan Penilaian Postur Kerja - Usulan Perbaikan Postur Kerja
Analisis dan Intrepretasi Hasil
Kesimpulan Dan Saran
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1, diuraikan dalam commit to user sub bab berikut:
III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH Tahap ini diawali dengan studi pustaka, studi lapangan, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian, dan menentukan manfaat penelitian. Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan berikut ini. 1. Studi pustaka Studi pustaka merupakan tahapan yang dilakukan bersamaan dengan studi lapangan. Tahap ini dilakukan untuk mencari, membaca dan mengkaji permasalahan awal berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan dengan menggunakan referensi buku-buku yang berhubungan dengan ilmu ergonomi, beban kerja fisik, postur kerja, dan perancangan fasilitas kerja. Pada tahap studi pustaka dikumpulkan berbagai informasi, dokumentasi, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan analisa postur kerja dan beban kerja fisik. Pencarian informasi ini dilakukan dengan melalui internet, perpustakaan, dan jurnal sehingga diperoleh referensi yang dapat digunakan untuk mendukung pembahasan dalam penelitian ini. 2. Studi lapangan Studi lapangan digunakan untuk mengetahui dan mempelajari cara proses produksi tahu dan aktivitas pekerja di bagian pencucian dan penggilingan kedelai sebelum dilakukan penghitungan beban kerja fisik, evaluasi postur kerja, dan usulan perbaikan yang menunjang prinsip ergonomi sehingga dapat mengurangi resiko ergonomi. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, pengukuran denyut nadi pekerja, dan wawancara kepada para pekerja dengan tujuan untuk mengetahui keluhan permasalahan yang dihadapi pekerja pada saat melakukan aktivitas produksi tahu di bagian pencucian dan penggilingan kedelai. Hasil wawancara ini cukup mendukung untuk dilakukan penelitian mengenai analisa sikap/ postur kerja fisik untuk mengurangi resiko MSDs pada pekerja pembuat tahu di bagian pencucian dan penggilingan kedelai. 3. Perumusan masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun sebuah rumusan masalah. Perumusan commit tomasalah user dilakukan dengan menetapkan
III-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang postur kerja pada pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai dengan pendekatan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) untuk mengurangi resiko terjadinya musculoskeletal disorders (MSDs). 4. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui beban kerja masing-masing pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai. 2. Mengetahui gambaran postur kerja yang beresiko musculoskeletal disorders (MSDs), tingkat resiko (risk level) masing-masing proses kerja, dan tingkat tindakan (action level) yang diperlukan dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). 3. Memberikan usulan perbaikan postur kerja yang baik dan penggunaan alat bantu untuk mengurangai potensi cidera MSDs. 5. Manfaat penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu memberikan informasi bagi perusahaan maupun pekerja tentang sikap/ postur kerja yang aman pada aktivitas manual material handling sehingga dapat meminimalkan
keluhan
musculoskeletal
disorders
(MSDs)
serta
meningkatkan kenyamanan pekerja. 3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari: 1. Data primer Data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat pertama kali atau diperoleh langsung dari pimpinan ataupun pekerja perusahaan yang bersangkutan. Data yang diambil diantaranya: a. Data pengamatan postur pekerja secara langsung berupa video dan foto pekerja saat melakukan proses produksi. b. Data keluhan pekerja (kuesioner Nordic Body Map). commit to user c. Data denyut nadi pekerja.
III-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan juga data yang diperoleh dari perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan, organisasi, dan manajemen perusahaan. 3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA Tahapan pengolahan data adalah tahap dimana data-data yang telah diperoleh akan diolah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Adapun pengolahan datanya sebagai berikut: 1. Pengolahan data kuesioner body map yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan pekerja, sehingga diperoleh gambaran keluhan yang dialami pekerja. 2. Pengukuran beban kerja fisik berdasarkan denyut nadi pekerja. Pada tahap ini dilakukan penghitungan beban kerja dengan metode langsung dan tak langsung, kemudian hasilnya dibandingkan. 3. Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan melalui tahapantahapan sebagai berikut : a. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto (movie plotter). b. Penetuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja yaitu batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan (coding postures).
Gambar 3.2 Cara Menetukan Sudut Bagian Tubuh commit to user
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Untuk Postur Leher. Dalam aturan REBA, sudut leher adalah sudut antara garis tegak lurus punggung (garis B) terhadap leher (garis A). Sehingga untuk mendapatkan sudut leher maka titik yang harus diketahui adalah titik 6, titik 2, dan titik 1. Setelah didapatkan sudutnya dengan rumus segitiga maka untuk mencari sudut postur leher adalah dengan mengurangi 1800 dengan sudut leher yang telah dihasilkan.
· Untuk Postur Punggung. Sudut punggung adalah sudut antara garis tegak lurus kaki atas (garis C) terhadap punggung (Garis B). Untuk mendapatkan sudut punggung maka diperlukan tiga titik yaitu titik 7, titik 6, dan titik 2. Setelah didapatkan sudutnya dengan rumus segitiga maka untuk mencari sudut postur punggung adalah dengan mengurangi 1800 dengan sudut punngung yang telah dihasilkan. ·
Untuk Postur Kaki. Pada postur kaki, sudut yang dihitung adalah sudut antara garis tegak lurus punngung (garis B) terhadap kaki bagian atas (garis C). Untuk mendapatkan sudut kaki maka diperlukan tiga titik yaitu titik 8, titik 6, dan titik 7. Setelah itu didapatkan sudut untuk postur kaki dengan menggunakan rumus segitiga.
·
Untuk Postur Lengan Atas. Sudut lengan atas adalah sudut antara garis lurus punggung (garis B) terhadap lengan atas sampai siku (garis D). Untuk mendapatkan sudut lengan atas maka diperlukan tiga titik yaitu titik 6, titik 2, dan titik 3. Setelah itu didapatkan sudut untuk postur lengan atas dengan menggunakan rumus segitiga.
·
Untuk Postur Lengan Bawah Begitu juga dengan lengan bawah, sudut yang dihitung adalah sudut antara garis lurus lengan atas sampai siku (garis D) terhadap lengan bawah (garis E). Untuk mendapatkan sudut pergelangan tangan maka diperlukan tiga titik yaitu titik 2, titik 3, dan titik 4. Setelah didapatkan sudutnya dengan rumus segitiga untuk mencari sudut postur lengan commitmaka to user
III-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bawah adalah dengan mengurangi 1800 dengan sudut lengan bawah yang telah dihasilkan. ·
Untuk Postur Pergelangan Tangan. Untuk pergelangan tangan, sudut dihitung dari garis lurus lengan bawah (garis E) terhadap pergelangan tangan (garis F), Untuk mendapatkan sudut pergelangan tangan maka diperlukan tiga titik yaitu titik 3, titik 4, dan titik 5. Setelah didapatkan sudutnya dengan rumus segitiga maka untuk mencari sudut postur pergelangan tangan adalah dengan mengurangi 1800 dengan sudut punngung yang telah dihasilkan.
c. Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dalam pengolahan data untuk mendapatkan penilaian postur kerja dengan metode REBA, digunakan alat bantu yaitu perangkat lunak ergointelligence™. Ergointelligence™ merupakan perangkat lunak mutakhir yang dapat dimanfaatkan untuk analisis ergonomi. Perangkat lunak ini sangat membantu bagi peneliti ergonomi. Berbagai kasus umum yang ditemui di dunia industri dapat dianalisa menggunakan ergointelligence™, antara lain analisis sikap dan posisi kerja.
Gambar 3.3 Tampilan Perangkat Lunak Ergointelligence™ Untuk Aplikasi Perhitungan REBA Penilaian
postur
kerja dengan bantuan perangkat commit to user ergointelligence™. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
III-6
lunak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Masukkan informasi dasar a. Isikan informasi worksite · Analyst (analis) · Job Clasification (klasifikasi kerja) · Workstation ID ( ID stasiun kerja) b. Pilih sisi tangan yang ingin dinilai 2. Pilih penilaian pergelangan tangan (wrist), lengan bawah (lower arm), Lengan atas (upper arm), batang tubuh (trunk), leher (neck), dan postur kaki (leg) yang sesuai. 3. Pilih level beban (force level), aktivitas otot (muscle activity), dan karakteristik pegangan (grip coupling) 4. Untuk menhitung skor REBA, click tombol tab REBA score
Gambar 3.4 Tampilan Hasil Skor REBA 4. Evaluasi hasil penilaian REBA dan usulan perbaikan. Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan metode REBA, dapat diketahui adanya beberapa action level
yang merekomendasikan
adanya perubahan-perubahan dan perbaikan. Dalam hal ini yang dimaksud ada dua macam perbaikan yaitu perbaikan pada postur tubuh saat bekerja dan
perbaikan
commit kerja to user dengan aktivitas
III-7
merancang
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengimplementasikan alat bantu. Perbaikan dengan alat bantu tersebut akan mempengaruhi perbaikan postur kerja. Adapun untuk membuat model postur kerja perbaikan menggunakan perangkat lunak Humancad 1.2™. 3.4 TAHAP ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya. Dilakukan analisa beban kerja fisik pekerja berdasarkan perhitungan denyut nadi para pekerja maupun konsumsi energi saat bekerja sehingga diketahui apakah pekerja melakukan pekerjaan dalam kategori beban kerja ringan, sedang atau berat. Dari hasil penilaian/ skoring sikap/ postur kerja dengan metode REBA diketahui tingkat resiko (risk level) secara umum mengenai proses kerja yang ada dan diketahui proses mana yang mengandung resiko MSDs yang paling tinggi juga paling rendah. Kemudian akan dilakukan pembahasan nilai skor masing-masing variabel REBA yang diteliti untuk mendapatkan pengendalian yang diperlukan (action level) serta penetapan prioritas penanggulangan resiko (action level). Selain itu, dalam tahap ini juga akan dibandingkan sikap kerja yang janggal dan berpotensi besar menimbulkan MSDs dan postur kerja usulan. 3.5 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasil pengolahan data dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
commit to user
III-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENGUMPULAN DATA
Subjek penelitian ini adalah pekerja yang melakukan aktivitas secara manual di lantai produksi pembuatan tahu milik Bapak markiman, di Desa Banyuputih, Kota Salatiga. Pembagian stasiun kerja berdasarkan tugas kerja yang dilakukan masing-masing pekerja yaitu: 1. Bagian pencucian dan penggilingan kedelai 2. Bagian pemasakan, penyaringan, dan pencetakan 3. Bagian pemotongan 4. Bagian penggorengan Adapun data pekerja yang menjadi subyek penelitian pada bagian pencucian dan penggilingan kedelai sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Pekerja bagian Pencucian dan Penggilingan Kedelai
No 1 2 3
Nama Giyanto Jiman Memet
Usia Berat badan (Tahun) (Kg) 41 56 46 55 27 51
Tinggi badan (cm) 158 154 171
Lama kerja (Tahun) 18 15 6
4.1.1 KuesionerNordic Body MapPekerja Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keluhan sakit para pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai
digunakan kuesioner Nordic Body
Map.Nordic Body Map dibuat untuk mengetahui keluhan dialami oleh operator selama melakukan aktivitas yang memuat 28 keluhan sakit (0-27) pada seluruh bagian tubuh dengan metode wawancara langsung kepada 3 pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai. Wawancara dilakukan satu persatu dengan menanyakan bagian tubuh mana yang terasa sakit selama bekerja membuat tahu berdasarkan kuesioner Nordic Body Map. Dari hasil wawancara secara garis besar didapatkan 10 jenis keluhan. Hasil kuesioner Nordic Body Map dari pekerja sebagai berikut: commit to user
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Data hasil Nordic Body Map Ya Tidak N0 Bagian tubuh yang dikeluhkan Jumlah % Jumlah % 1 Leher (atas/bawah) 3 100 0 0 2 bahu (kanan/ kiri) 2 66,7 1 33,3 3 Lengan atas (kanan/ kiri) 3 100 0 0 4 Lengan bawah (kanan/ kiri) 2 66,7 1 33,3 5 Punggung 3 100 0 0 6 Pinggang 3 100 0 0 7 Pergelangan tangan (kanan/ kiri) 3 100 0 0 8 Paha (kanan/ kiri) 1 33,3 2 66,7 9 Lutut (kiri/ kanan) 3 100 0 0 10 Betis (kiri/ kanan) 2 66,7 1 33,3 4.1.2 Data Denyut Nadi Pekerja Untuk mengukur beban kerja para pekerja baik dengan metode langsung maupun tak langsung, maka perlu diketahui
data denyut nadi pekerja. Data
denyut nadi diperoleh dari hasil pengukuran dengan metode 10 denyut pada saat pekerja/ operator belum melakukan pekerjaan dan saat melakukan pekerjaan. Adapun data denyut nadi yang didapatkan dengan menggunakan metode 10 denyut adalah sebagai berikut:
No 1 2 3
Tabel 4.3 Data Waktu 10 Denyut Nadi Pekerja DNK (Detik) DNI Nama Usia (detik) 1 2 3 4 Giyanto Jiman Memet
41 46 27
8,73 9,05 8,49
DNK Rerata (detik) 5,21 5,45 5,24 5,14 5,26 4,36 4,22 4,52 4,26 4,34 5,12 4,73 4,35 4,46 4,67
Keterangan: DNI : Denyut Nadi Istirahat DNK : Denyut Nadi Kerja • Pengambilan atau pengukuran denyut nadi istirahat dilakukan pada saat sebelum pekerja memulai pekerjaannya. • Pengambilan atau pengukuran denyut nadi kerja dilakukan pada saat pekerja melakukan pekerjaannya yaitu pengukuran dilakukan pada saat pekerja bekerja pukul 08.30, 09.30, 10.30, dan 11.30 WIB commit to user
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.3 Data Postur Kerja Pekerja Penelitian diawali dengan memberi penjelasan kepada pekerja mengenai maksud, tujuan, dan cara melakukan pengambilan data, dimana pekerja yang diamati dalam penelitian ini diminta untuk melakukan pekerjaan secara normal (berdasarkan pekerjaan yang biasa dilakukan). Ketika pekerja melakukan aktivitas penanganan material secara manual pada pekerjaannya, peneliti merekam aktivitas kerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai menggunakan kamera digital. Bila terjadi perulangan gerakan maka proses merekam bisa dihentikan dan dapat dilanjutkan ke aktivitas kerja selanjutnya. Pengukuran sudut yang dibentuk oleh leher, punggung, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan dilakukan dengan bantuan software auotca. Hasil foto dari kamera digital di-eksport kedalam autocad untuk dicari sudutnya. Kemudian dipindahkan ke microsoft word, untuk dilakukan pengeditan selanjutnya disimpan untuk setiap jenis file. 1. Pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang Aktivitas kerjanya adalah sebagai berikut:
Postur 2
Postur 1
Gambar 4.1 Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang Postur 1 adalah mengambil kedelai setelah direndam, sedangkan postur 2 adalah menuangkan kedelai kedalam keranjang. commit to user
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengambilan dan Penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang Aktivitas kerjanya adalah sebagai berikut:
Postur 1
Postur 2
Postur 3 Gambar 4.2 Pengambilan dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang Postur 1 adalah mengambil engambil air dengan ember, postur 2 adalah mengangkat ember air, sedangkan postur 3 adalah menuangkan air keranjang kedelai
commit to user
IV-4
dalam ember ke
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan Aktivitas kerjanya adalah sebagai berikut:
Postur 1
Postur 2
Postur 3 Gambar 4.3 Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan Postur 1 adalah mengangkat keranjang berisi kedelai kedelai, postur 2 adalah membawa keranjang berisi kedelai ke penggilingan penggilingan, sedangkan postur 3 adalah menuangkan kedelai kedalam mesin penggilingan.
commit to user
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan Aktivitas kerjanya adalah sebagai berikut:
Postur 1
Postur 2
Postur 3 Gambar 4.4 Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan Postur 1 adalah mengangkat kedelai cair, postur 2 adalah membawa kedelai cair ke bagian pemasakan, sedangkan postur 3 adalah menuangkan kedelai cair kedalam tungku pemasakan.
commit to user
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.4 Berat Beban Pengangkatan Oleh Pekerja Berat beban yang diangkat meliputi berat kedelai kering, basah maupun cair dan berbagai perlengkapan yang digunakan selama melakukan kegiatan MMH.Berikut ini tabel yang berisi mengenai berat beban yang diangkat oleh pekerja: Tabel 4.4 Berat Beban Pengangkatan Aktivitas Jenis beban pengangkatan Pengambilan kedelai setelah 1 Ember kecil berisi direndam ke dalam keranjang kedelai basah
Berat (Kg) 3 kg
Pengambilan dan Penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang Membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan
1 Ember besar berisi air penuh
5 Kg
1 Keranjang berisi kedelai basah
15 kg
Membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan
1 Ember besar berisi kedelai cair
17 Kg
4.2 PENGOLAHAN DATA 4.2.1 Penilaian Beban Kerja Fisik a. Metode Tidak Langsung Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi
selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja
merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut
(Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat
dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
Denyut Nadi (Denyut/Menit) =
躈ᄄd錃謃3
㨨et3謃jᄄdg b3謃dged
㥰
Hasil dari data waktu 10 denyut nadi pekerja (tabel 4.3) kemudian dimasukkan kedalam persamaan 10 Denyut (metode 10 denyut) sehingga diperoleh denyut nadi pekerja setiap denyut per menit (Denyut/Menit). •
Perhitungan Denyut Nadi Istirahat dengan menggunakan metode 10 denyut, contoh untuk Giyanto: commit to user
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DNI (Detik) = 8.73 Denyut Nadi (Denyut/Menit) = ( DNI (Denyut/Menit) = (
鴠et3謃 㧐ᄄdg b3謃dged
躈ᄄd錃謃3 .
= 68,73 •
躈ᄄd錃謃3
㥰
)
㥰
)
Perhitungan Denyut Nadi Kerja dengan menggunakan metode 10 denyut,contoh untuk Giyanto: DNK (Detik) = 5,21 DNK (Denyut/Menit) = DNK (Denyut/Menit) =
躈ᄄd錃謃3
鴠et3謃 㧐ᄄdg b3謃dged 躈ᄄd錃謃3 ,
= 115,16
㥰
㥰
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil seperti pada tabel dibawah ini. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
No
Nama
1 2 3
Giyanto Jiman Memet
Tabel 4.5 Perhitungan Denyut Nadi Pekerja per Menit DNI DNK Rerata DNK (Denyut/ menit) Usia (Denyut/ (Denyut/ 1 2 3 4 menit) menit) 41 68,73 115,16 110,09 114,50 116,73 114,07 46 66,30 137,61 142,18 132,74 140,85 138,25 27 70,67 117,19 126,85 137,93 134,53 128,62
Sedangkan rekapitulasi denyut nadi pekerja adalah seperti dibawah ini:
No 1 2 3
Tabel 4.6 Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja DNK DNK Nadi DNI Rerata Maks Kerja Nama Usia (Denyut/ (Denyut/ (Denyut (Denyut/ menit) menit) / menit) menit) Giyanto Jiman Memet
41 46 27
68,73 66,30 70,67
114,07 138,25 128,62
commit to user
IV-8
179 174 193
45,34 71,95 57,95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: DN Mak : Denyut Nadi Maksimal, 220 – Umur (pria); 200 – Umur wanita) NK : Nadi Kerja ( DNK – DNI)
Maka dari tabel 4.6 dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut (1) Perhitungan % HR Reverse % HR Reverse =
躈
躈
ƅ 躈
me㥰 躈
x 100
Contoh untuk pekerja, Giyanto: % HR Reverse =
躈
躈
% HR Reverse =
ƅ 躈
me㥰 躈
,
x 100 ,
,
% HR Reverse = 41,12
x 100
Secara lengkap hasil penilaian % HR Reserve pekerja disajikan pada tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Rekapitulasi % HR Reserve pekerja No
Nama
1 2 3
Giyanto Jiman Memet
DNK DNK Nadi DNI Rerata Maks Kerja % HR Usia (Denyut/ (Denyut/ (Denyut (Denyut/ Reserve menit) menit) / menit) menit) 41 46
68,73 66,30
114,07 138,25
179 174
45,34 71,95
41,12 66,81
27
70,67
128,62
193
57,95
47,37
(2) Perhitungan Cardiovasculair strain (% CVL) % CVL =
㥰 躈 躈
ƅ 躈
me㥰 躈
Contoh untuk pekerja, Giyanto: % CVL =
㥰
% CVL= 41,12
,
,
,
Secara lengkap hasil penilaian % HR CVLpekerja disajikan pada tabel commit to user 4.8 berikut:
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Rekapitulasi % CVL pekerja DNK DNK Nadi DNI Rerata Maks Kerja Usia (Denyut/ % CVL (Denyut/ (Denyut (Denyut/ menit) menit) / menit) menit)
No
Nama
1 2
Giyanto Jiman
41 46
68,73 66,30
114,07 138,25
179 174
45,34 71,95
41,12 66,81
3
Memet
27
70,67
128,62
193
57,95
47,37
Secara lengkap hasil penilaian % HR Reserve dan % CVL pekerja disajikan pada tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Rekapitulasi % HR Reserve dan % CVL pekerja Nadi Kerja % HR No Nama Usia (Denyut/ % CVL Reserve menit) 1 2 3
Giyanto Jiman Memet
41 46
45,34 71,95
41,12 66,81
41,12 66,81
27
57,95
47,37
47,37
Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Penilaian Metode Tak Langsung % No Nama Klasifikasi % CVL CVL 1 Giyanto 41,12 Diperlukan perbaikan 2 Jiman 66,81 Kerja dalam waktu singkat 3 Memet 47,37 Diperlukan perbaikan Sumber: Pengolahan data, 2011
Dibawah ini dapat dilihat grafik denyut nadi pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai yang merupakan hasil keseluruhan dari perhitungan yang telah dilakukan.
commit to user
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 44.5 Grafik Denyut Nadi Pekerja 140 120 100 80 60 40 20 0 Giyanto
Jiman
Memet
DNI (Denyut/ menit)
DNK Rerata (Denyut/ menit)
Nadi Kerja (Denyut/ menit)
% HR Reserve
% CVL
b, Metode Langsung Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. bekerja Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk dikonsumsi.Dalam Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut: E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2 Untuk perhitungan energy expenditureberdasarkan berdasarkan denyut nadi kerja (tabel 4.4) sebagai berikut: Contoh perhitungan untuk Giyanto Giyanto: DNK rerata=X= 114, 07 E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2 E=1,80411 – 0,0229038 (114, 07)+4,71733 (114, 07)10-4(114, 07)2 E = 5,33 Kkal/ menit Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini:
commit to user
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11 Rekapitulasi Penghitungan Konsumsi Energi
No
Nama
DNK (X)
E
1 2 3
Giyanto Jiman Memet
114,07 138,25 128,62
5,33 7,65 6,66
Dari tabel diatas dapat diketahui klasifikasi beban kerja pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai pada saat bekerja sebagai berikut: Tabel 4.12 Hasil Penilaian Metode Langsung
No
Nama
E
1 2 3
Giyanto Jiman Memet
5.33 7.65 6.66
Klasifikasi Beban Kerja Sedang Berat Sedang
Sumber: Pengolahan data, 2011
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia, dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan. Dari perhitungan dengan metode langsung didapatkan hasil bahwa untuk Giyanto dan Memet berada dalam klasifikasi beban kerja sedang, sedangkan untuk Jiman tergolong beban kerja berat.
commit to user
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.22 Penilaian Postur Kerja
1. Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang
Postur 1-1
Postur 1-2 Gambar 44.6 Coding Postures Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Keranjang commit to Kedalam user
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Penilaian Postur 1-1 Pada postur 1-1, pekerja mengambil kedelai yang telah direndam didalam bak perendaman. Setiap satu bak perendaman berisi 15 kg kedelai. Kedelai setelah direndam diambil menggunakan ember kecil, dimasukkan ke dalam keranjang. Pekerja pada saat proses mengambil kedelai dalam bak perendaman, punggung membungkuk dan memutar, kedua kaki menekuk statis, kaki kanan menopang beban tubuh karena tinggi bak hanya 40 cm. Terjadi pengulangan gerakan mengambil kedelai dengan tangan kanan. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.13. No
Tabel 4.13 Penilaian Terhadap Postur 1-1 Faktor Pergerakan
1
Leher (Neck)
> 20° kebelakang (bengkok samping) 20° - 60°
2
Batang Tubuh (Trunk)
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Salah satu kaki menahan berat tubuh, lutut bengkok >60° < 5 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
45° - 90 ° ke depan tubuh
6
0 - 60° ke depan tubuh
7
Lengan Bawah (Lower Arms) Pergelangan Tangan (Wrists)
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
> 15° ke belakang atau kedepan Fair, masih dapat diterima meskipun tidak ideal Pengulangan
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 2) didapatkan hasil bahwa postur kerja 1-1 memiliki skor REBA sebesar 11. Artinya kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-1 masuk kategori action level 4, risk level sangat tinggi sehingga diperlukan perbaikan saat ini juga.
commit to user
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b.Penilaian Postur 1-2 Postur 1-2, pekerja menuangkan kedelai dalam ember ke wadah keranjang yang kemudian akan dicuci dengan air bersih. Punggung pekerja membungkuk dan memutar ke samping. Leher mendongak kebelakang dan bengkok ke samping. Lengan atas terangkat ke atas untuk mengangkat
kedelai dalam
ember, sedangkan lengan bawah menahan beban dan menuangkan kedelai dalam ember kedalam keranjang. Kedua kaki menekuk statis, kaki kanan menopang beban tubuh. Terjadi pengulangan gerakan mengangkat kedelai dalam ember untuk dimasukkan ke keranjang dengan tangan kanan. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.14. No
Tabel 4.14 Penilaian Terhadap Postur 1-2 Faktor Pergerakan
1
Leher (Neck)
> 20° kebelakang (bengkok ke kiri)
2
Batang Tubuh (Trunk)
20 - 60°
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Salah satu kaki menahan berat tubuh, lutut bengkok >60° < 5 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
> 90 ° ke depan tubuh
6
60-100° ke depan tubuh
8
Lengan Bawah (Lower Arms) Pergelangan Tangan (Wrists) Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
7
> 15° kedepan Fair, masih dapat diterima meskipun tidak ideal Pengulangan
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 3) didapatkan hasil bahwa postur kerja 1-2 memiliki skor REBA sebesar 12. Artinya kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-2 masuk kategori action level4, risk level tinggi sehingga diperlukan perbaikan segera.
commit to user
IV-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang
Postur 2-1
Postur 2-2
Postur 2-3 Gambar 4.7 Coding Postures Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang
commit to user
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a.Penilaian Postur 2-1 Pada postur 2-1, pekerja mengambil air bersih yang akan digunakan mencuci kedelai hasil rendaman menggunakan ember. Punggung
pekerja
membungkuk, leher agak tertunduk ke bawah. Kaki kanan menumpu beban tubuh. Tangan kanan lurus kebawah mengambil air dalam bak air. Terjadi pengulangan gerakkan. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.15. No
Tabel 4.15 Penilaian Terhadap Postur 2-1 Faktor Pergerakan
1
Leher (Neck)
Kebelakang tubuh
2
Batang Tubuh (Trunk)
>60° kedepan
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Salah satu kaki menahan berat tubuh < 5 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
45° - 90° ke depan tubuh
6
Lengan Bawah (Lower Arms)
0-60° ke depan tubuh
7
Pergelangan Tangan (Wrists)
> 15° ke belakang atau kedepan
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
Fair, masih dapat diterima meskipun tidak ideal Tidak stabil
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 4) didapatkan hasil bahwa postur kerja 2-1 memiliki
skor REBA sebesar 9.
Artinya kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang postur 2-1 masuk kategori action level 3, risk level tinggi sehingga diperlukan perbaikan segera. ,
commit to user
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penilaian Postur 2-2 Postur 2-2, Pekerja mengangkat ember berisi air bersih yang akan dituangkan ke wadah keranjang yang berisi kedelai hasil rendaman. Punggung pekerja agak membungkuk dan memutar, leher sedikit menunduk kedepan, kedua kaki menahan beban tubuh. Kedua tangan memegang dan menahan berat ember berisi air bersih. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.16. No
Tabel 4.16 Penilaian Terhadap Postur 2-2 Faktor Pergerakan
1
Leher (Neck)
> 20° kedepan
2
Batang Tubuh (Trunk)
0 - 60°
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Kedua kaki menahan berat tubuh < 5 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
0-20 ° ke depan tubuh
6
Lengan Bawah (Lower Arms)
45-90° ke depan tubuh
7
Pergelangan Tangan (Wrists)
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
< 15° ke belakang atau kedepan Fair, masih dapat diterima meskipun tidak ideal Tidak stabil
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 5) didapatkan hasil bahwa postur kerja 2-2 memiliki
skor REBA sebesar 6.
Artinya kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang postur 2-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang sehingga diperlukan perbaikan.
commit to user
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Penilaian Postur 2-3 Postur 2-3, pekerja menuangkan air didalam ember ke atas kedelai rendaman. Punggung pekerja sedikit membungkuk dan bengkok kesamping. Kedua kaki menahan beban tubuh, kedua tangan memegang dan menahan berat ember berisi air bersih. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.17. No
Tabel 4.17 Penilaian Terhadap Postur 2-3 Faktor Pergerakan
1
Leher (Neck)
> 20° kedepan
2
Batang Tubuh (Trunk)
20 - 60°
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Kedua kaki menahan berat tubuh < 5 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
20-45o ke depan tubuh
6
Lengan Bawah (Lower Arms)
60-100° ke depan tubuh
7
Pergelangan Tangan (Wrists)
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
> 15° ke belakang atau kedepan Fair, masih dapat diterima meskipun tidak ideal Tidak stabil
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 6) didapatkan hasil bahwa postur kerja 2-3 memiliki
skor REBA sebesar 5.
Artinya kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang postur 2-3 masuk kategori action level 2, risk level sedang sehingga diperlukan perbaikan.
commit to user
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan
Postur 3-1
Postur 3--2
Postur 3-3 Gambar 4.8 Coding Postures Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan
commit to user
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Penilaian Postur 3-1 Postur 3-1, pekerja mengangkat keranjang berisi kedelai yang sudah dicuci air bersih. Pekerja membungkuk, leher menunduk kedepan, kedua kaki agak menekuk kedepan menopang beban tubuh, mengangkat keranjang kedelai dengan berat 15 kg dengan kedua tangan. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.18. Tabel 4.18 Penilaian Terhadap Postur 3-1 Faktor Pergerakan
No 1
Leher (Neck)
> 20° kedepan(bengkok samping) >60°
2
Batang Tubuh (Trunk)
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Kedua kaki menahan berat tubuh > 10 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
45° - 90 ° ke depan tubuh
6
0 - 60° ke depan tubuh
7
Lengan Bawah (Lower Arms) Pergelangan Tangan (Wrists)
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
Poor, tidak dapat diterima meskipun memungkinkan Tidak stabil
<15° kedepan
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 7) didapatkan hasil bahwa postur kerja 3-1 memiliki skor REBA sebesar 10. Artinya kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-1 masuk kategori action level 3, risk level tinggi sehingga diperlukan perbaikan segera.
commit to user
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b.Penilaian Postur 3-2 Postur 3-2, pekerja membawa keranjang berisi kedelai ke stasiun penggilingan. Berat keranjang ditumpu dengan tangan kiri dan bahu sebelah kiri. Kedua kaki menahan beban tubuh. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.19. Tabel 4.19 Penilaian Terhadap Postur 3-2 Faktor Pergerakan
No 1
Leher (Neck)
Normal, bengkok ke kanan
2
Batang Tubuh (Trunk)
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Normal, menekuk kesamping Kedua kaki menahan berat tubuh > 10 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
> 90 ° ke depan tubuh
6
60-100° ke depan tubuh
7
Lengan Bawah (Lower Arms) Pergelangan Tangan (Wrists)
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
Poor, tidak dapat diterima meskipun memungkinkan Tidak stabil
> 15° ke belakang
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 8) didapatkan hasil bahwa postur kerja 3-2 memiliki
skor REBA sebesar 8.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-2 masuk kategori action level 3, risk level tinggi sehingga diperlukan perbaikan segera.
commit to user
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c.Penilaian Postur 3-3 Postur 3-3, pekerja menuangkan kedelai dalam keranjang ke dalam mesin penggilingan. Badan dan kaki tegak, tangan kiri dan kanan kedepan menahan beban keranjang. Leher normal menghadap kedepan. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.20. No
Tabel 4.20 Penilaian Terhadap Postur 3-3 Faktor Pergerakan
1
Leher (Neck)
Normal
2
Batang Tubuh (Trunk)
Normal
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Kedua kaki menahan berat tubuh > 10 kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
45-90 ° ke depan tubuh
6
0-60° ke depan tubuh
7
Lengan Bawah (Lower Arms) Pergelangan Tangan (Wrists)
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
Poor, tidak dapat diterima meskipun memungkinkan Sikap kerja statis
0-15° atau kedepan
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 9) didapatkan hasil bahwa postur kerja 3-3 memiliki
skor REBA sebesar 7.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-3 masuk kategori action level 2, risk level sedang sehingga diperlukan perbaikan.
commit to user
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan
Postur 4-2
Postur 4-1
Postur 4-3 Gambar 4.9 Coding Postures Membawa Kedelai Setelah Digiling Kebagian Pemasakan
commit to user
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a, Penilaian Postur 4-1 Pada postur 4-1, pekerja mengangkat wadah berisi
kedelai cair hasil
penggilingan yang akan dibawa ke tunggku pemasakan. Punggung pekerja membungkuk, kedua kaki agak ditekuk, dan leher menunduk kedepan. Kedua tangan memegang wadah berisi kedelai cair seberat 17 kg. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.21. Tabel 4.21 Penilaian Terhadap Postur 4-1 Faktor Pergerakan
No 1
Leher (Neck)
> 20° kebelakang
2
Batang Tubuh (Trunk)
20-60° kedepan
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Kedua kaki menahan berat tubuh > 10 kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
45° - 90 ° ke depan tubuh
6
0-60° ke depan tubuh
7
Lengan Bawah (Lower Arms) Pergelangan Tangan (Wrists)
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
Poor, tidak dapat diterima meskipun memungkinkan Tidak stabil
0-15° atau kedepan
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 10) didapatkan hasil bahwa postur kerja 4-1 memiliki
skor REBA sebesar 9.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah digiling kebagian pemasakan postur 4-1 masuk kategori action level 3, risk level tinggi sehingga diperlukan perbaikan segera.
commit to user
IV-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Penilaian Postur 4-2 Pada Postur 4-2, pekerja membawa kedelai cair hasil penggilingan ke tunggku pemasakan. Pada kegiatan ini, pekerja berjalan dari tempat penggilingan ke tungku pemasakan. Kedua kaki menahan beban tubuh, leher condong kedepan. Tangan kanan memegang ember berisi kedelai cair. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan ke skor REBA seperti pada tabel 4.22. No
Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Postur 4-2 Faktor Pergerakan
1
Leher (Neck)
> 20° kedepan (bengkok ke kanan) 0-20o
2
Batang Tubuh (Trunk)
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Kedua kaki menahan berat tubuh > 10 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
> 20° ke belakang tubuh
6
0-60° ke depan tubuh
7
Lengan Bawah (Lower Arms) Pergelangan Tangan (Wrists)
8
Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
Fair, masih dapat diterima meskipun tidak ideal Tidak stabil
> 15° ke kedepan
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 11) didapatkan hasil bahwa postur kerja 4-2 memiliki
skor REBA sebesar 6.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah digiling kebagian pemasakan postur 4-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang sehingga diperlukan perbaikan.
commit to user
IV-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Penilaian Postur 4-3 Pada Postur 4-3, pekerja menuangkan kedelai cari dari ember ke tungku pemasakan. Pada kegiatan ini, punggung lurus dan miring ke samping kanan, kedua kaki menumpu beban tubuh, dan kedua tangan menahan beban kedelai cair dalam wadah ember. Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat dikategorikan seperti pada tabel 4.23. Tabel 4.23 Penilaian Terhadap Postur 4-3
No
Faktor
Pergerakan
1
Leher (Neck)
2
Batang Tubuh (Trunk)
3
Kaki (Legs)
4
Beban (Load/Force)
Kedua kaki menahan berat tubuh >10 Kg
5
Lengan Atas (Upper Arms)
< 20° ke depan tubuh
6
45-90° ke depan tubuh
8
Lengan Bawah (Lower Arms) Pergelangan Tangan (Wrists) Genggaman (Coupling)
9
Aktivitas (Activity)
7
> 20° kedepan(bengkok ke kanan) Normal, menekuk ke samping
> 15° kedepan Fair, masih dapat diterima meskipun tidak ideal Tidak stabil
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 12) didapatkan hasil bahwa postur kerja 4-3 memiliki
skor REBA sebesar 5.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah digiling kebagian pemasakan postur 4-3 masuk kategori action level 2, risk level sedang sehingga diperlukan perbaikan.
commit to user
IV-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.3 Rekapitulasi Hasil Penilaian Postur Kerja Kategori postur kerja merupakan hasil dari pengolahan data, dimana inputnya berupa postur-postur kerja para pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai. Postur kerja dikategorikan menurut
tingkat
resiko
terhadap sistem musculoskeletal. Setiap tingkat resiko akan diberikan tindakan perbaikan sesuai
dengan
seberapa
pengaruhnya
terhadap
gangguan
musculoskeletal. Dari hasil pengolahan data telah didapat, kategori postur tubuh yang perlu diperbaiki sesuai metode REBA. Adapun kategori-kategori postur kerja sesuai dengan pengolahan data dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut ini: Tabel 4.24 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja No Aktivitas Postur Grand Action Keterangan score level 1. Pengambilan kedelai 1 11 4 Diperlukan perbaikan setelah direndam saat ini juga kedalam keranjang 2 12 4 Diperlukan perbaikan saat ini juga 2. Pengambilan dan 1 9 3 Diperlukan perbaikan Penuangan air untuk segera pencucian kedelai 2 6 2 Diperlukan perbaikan dalam keranjang 3 5 2 Diperlukan perbaikan 3. Membawa kedelai 1 10 3 Diperlukan perbaikan setelah dicuci ke segera bagian penggilingan 2 8 3 Diperlukan perbaikan segera 3 7 2 Diperlukan perbaikan 4. Membawa kedelai 1 9 3 Diperlukan perbaikan setelah digiling ke segera bagian pemasakan 2 6 2 Diperlukan perbaikan 3
5
2
Diperlukan perbaikan
Dari tabel 4.24 di atas terdapat 4 postur kerja yang tergolong pada kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga.
commit to user
IV-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.4 Usulan Perbaikan Telah diketahui bahwa para pekerja di industri kecil pembuatan tahu dalam
melakukan
aktivitas
masih
beresiko
terhadap gangguan
musculoskeletal. Keadaan ini memerlukan perbaikan postur kerja untuk mengurangi atau menghilangkan resiko gangguan musculoskeletal. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi tempat kerja yang aman dan terhindar dari resiko kecelakaan kerja. Hasil pengolahan data postur kerja metode REBA telah merekomendasikan segmen-segmen
dari
postur
kerja
untuk
dilakukan perbaikan. Rekomendasi perbaikan (Recommendation For Action) dikategorikan menurut tingkat resiko terhadap musculoskeletal. Setiap rekomendasi perbaikan akan diberikan tindakan sesuai dengan seberapa besar pengaruhnya terhadap gangguan musculoskeletal. 1. Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang Pada kondisi awal, pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang dilakukan dengan cara: a.
Punggung membungkuk, dikarenakan letak kedelai di dalam bak dengan ketinggian
40
cm
sehingga
menyebabkan
punggung
pekerja
membungkuk. Punggung membungkuk menyebabkan nyeri otot pada leher, bahu, punggung, dan pinggang. b.
Kaki menekuk menahan beban tubuh agar tangan bisa menjangkau kedelai dalam bak.
c.
Tangan melakukan jangkauan yang agak jauh, lengan jauh dari posisi alamiah. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh , maka semakin tinggi pula ressiko terjadinya keluhan otot skeletal. Dari kondisi tersebut, maka rekomendasi untuk mengurangi resiko cidera
MSDs dengan mempertimbangkan kondisi stasiun kerja adalah: a.
Menambahkan ukuran
alat bantu pengambilan kedelai seperti gayung dengan
pegangan
agak
panjang
sehingga
mengurangi
pekerja
membungkuk saat mengambil kedelai. b.
Untuk meminimalkan posisi berdiri statis ataupun kaki tidak stabil menahan beban tubuh, ditambahkan tempat duduk di samping bak commit to fasilitas user
IV-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perendaman dengan ketinggian yang sejajar sehingga dapat mengurangi kelelahan
pekerja karena melakukan pekerjaan mengambil kedelai
berulang-ulang. c.
Letak keranjang penampungan kedelai yang telah direndam sebaiknya didekatkan dengan sisi bak didepan pekerja sehingga meminimalkan postur kerja memutar.
Gambar 4.10 Usulan Perbaikan Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang 2. Pengambilan dan Penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang Pada kondisi awal pengambilan air untuk pencucian kedelai dilakukan dengan cara: a.
Pengambilan air dengan posisi bak penampungan air dengan keranjang kedelai berada pada tempat yang agak jauh dan tidak tepat pada sisi bak air.
b.
Pekerja membungkuk dengan kaki tidak tertopang. Kaki tidak tertopang menyebabkan beban pada kaki tidak merata sehingga otot kaki dapat sakit.
c.
Punggung yang membunguk menyebabkan nyeri otot pada leher, bahu punggung dan pinggang. commit to user
IV-30
perpustakaan.uns.ac.id
d.
digilib.uns.ac.id
Saat menyiramkan air ke keranjang kedelai, tangan melakukan jangkauan yang agak jauh, lengan jauh dari posisi alamiah. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Dari kondisi tersebut, maka rekomendasi untuk mengurangi resiko cidera
MSDs dengan mempertimbangkan kondisi stasiun kerja adalah: a.
Menambahkan alat bantu pengambilan air seperti gayung dengan ukuran pegangan agak panjang sehingga mengurangi pekerja membungkuk saat mengambil air.
b.
Untuk meminimalkan postur tubuh memutar dan tangan melakukan jangkauan yang agak jauh maka perlu mendekatkan keranjang kedelai dengan bak.
c.
Berdiri bertumpu dengan kedua kaki lurus sehingga beban tubuh ditopang dua kaki. Hal tersebut dapat mengurangi kelelahan pada bagian kaki.
Gambar 4.11 Usulan Perbaikan Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang 3. Membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan Pada kondisi awal, ketika pekerja membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan dilakukan degnan cara: a.
Pekerja melakukan aktivitas mengangkat beban yaitu mengangkat keranjang berisi kedelai yang terletak di lantai dan membawanya ke bagian commit to user penggilingan.
IV-31
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Pengambilan
digilib.uns.ac.id
kedelai
hasil
rendaman
dengan
cara
punggung
membungkuk, dikarenakan letak kedelai dilantai tanpa adanya landasan. c.
Pergerakan lengan menjauhi posisi alamiah dan dalam posisi berdiri. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Dari kondisi tersebut, maka rekomendasi untuk mengurangi resiko cidera
MSDs dengan mempertimbangkan kondisi stasiun kerja adalah dengan cara: a.
Merubah teknik saat mengangkat beban yaitu: 1. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba. 2. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu danlengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh. 3. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang, tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman. 4. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring. 5. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman.
b.
Wadah/ keranjang perlu diperbaiki dengan menambahkan pegangan yang stabil
commit to user
IV-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.12 Usulan Perbaikan Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan
4. Membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan Pada kondisi awal, ketika pekerja membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan dilakukan dengan cara: a.
Pekerja melakukan aktivitas mengangkat beban yaitu mengangkat ember berisi kedelai cair yang terletak di lantai dan membawanya ke bagian pemasakan.
commit to user
IV-33
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Pengambilan kedelai cair dengan
cara punggung membungkuk,
dikarenakan letak kedelai dilantai tanpa adanya landasan. c.
Pergerakanlengan menjauhi posisi alamiah dan dalam posisi berdiri. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Dari kondisi tersebut, maka rekomendasi untuk mengurangi resiko cidera
MSDs dengan mempertimbangkan kondisi stasiun kerja adalah dengan cara: a.
Merubah teknik saat mengangkat beban yaitu: 1. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba. 2. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh. 3. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang, tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman. 4. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring. 5. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman.
b.
Wadah/ keranjang perlu diperbaiki dengan menambahkan pegangnan yang stabil
commit to user
IV-34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.5 Evaluasi Usulan Perbaikan Evaluasi usulan perbaikan dilakukan dengan cara menilai postur kerja usulan dengan metode REBA. Berdasarkan penilaian dengan metode REBA, postur kerja kondisi awal terdapat 4 postur kerja yang tergolong pada kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. 1. Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang Dari hasil penilaian dengan metode REBA, kondisi awal aktivitas pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang untuk postur 1-1 memiliki skor REBA sebesar 11. Artinya kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-1 masuk kategori action level 4, risk level sangat tinggi sehingga diperlukan perbaikan saat ini juga. Demikian juga utuk postur 1-2 memiliki
skor REBA sebesar 12. Artinya kegiatan pengambilan
kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-2 masuk kategori action level 4, risk level tinggi sehingga diperlukan perbaikan segera. Oleh karena itu,
diperlukan perbaikan sikap/ postur kerja agar dapat
mengurangi resiko cidera musculoskeletal. Penilaian postur kerja usulan dengan metode REBA adalah sebagai berikut:
Gambar 4.13 Coding Postures Postur Kerja Usulan 1-1 commitDirendam to user Kedalam Keranjang Pengambilan Kedelai Setelah
IV-35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil bahwa postur kerja usulan 1-1 kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang memiliki
skor REBA sebesar 6. Artinya kegiatan
pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-1 masuk kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 13).
Gambar 4.14 Coding Postures Postur Kerja Usulan 1-2 Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil bahwa postur kerja usulan 1-2 kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang memiliki
skor REBA sebesar 5. Artinya kegiatan
pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 14). 2. Pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang Untuk aktivitas Pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang, maka usulan perbaikan untuk mengurangi resiko cidera musculoskeletal adalah dengan mengubah teknik mengangkat beban. Adapun penilaian dengan metode REBA untuk postur kerja usulan aktivitas pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang adalah sebagai berikut:
commit to user
IV-36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.15 Coding Postures Postur Kerja Usulan 2-1 Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil bahwa postur kerja usulan 2-1 kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang memiliki skor REBA sebesar 4. Artinya kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang postur 2-1 masuk kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 15).
Gambar 4.16 Coding Postures Postur Kerja Usulan 2-2 Pengambilan Dan Penuangan Untuk Pencucian Kedelai commit Air to user Dalam Keranjang IV-37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil bahwa postur kerja usulan 2-2 kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang memiliki skor REBA sebesar 5. Artinya kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang postur 2-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 16). 3. Membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan Untuk kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan, usulan perbaikan postur kerja yaitu memperbaiki teknik mengangkat beban maka usulan perbaikan untuk mengurangi resiko cidera musculoskeletal adalah dengan mengubah teknik mengangkat beban. Adapun penilaian dengan metode REBA untuk postur kerja usulan kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan, adalah sebagai beriut:
Gambar 4.17 Coding Postures Postur Kerja Usulan 3-1 Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil bahwa postur kerja usulan 3-1 kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan memiliki skor REBA sebesar 7. Artinya kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-1 masuk kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 17).
commit to user
IV-38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.18 Coding Postures Postur Kerja Usulan 3-2 Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil bahwa postur kerja usulan 3-2 kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan
memiliki
skor REBA sebesar 4. Artinya kegiatan membawa
kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 18). 4. Membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan Untuk kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan usulan perbaikan postur kerja sama seperti kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan, yaitu memperbaiki teknik mengangkat beban. Maka usulan perbaikan untuk mengurangi resiko cidera musculoskeletal adalah dengan mengubah teknik mengangkat beban. Adapun penilaian dengan metode REBA untuk postur kerja usulan kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan adalah sebagai berikut:
commit to user
IV-39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.19 Coding Postures Postur Kerja Usulan 4-1 Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil bahwa postur kerja usulan 4-1 kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan memiliki skor REBA sebesar 7. Artinya kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan postur 4-1 masuk kategori action level 2, risk level sedang.
Gambar 4.20 Coding Postures Postur Kerja Usulan 4-2 Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan commit to user
IV-40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil bahwa postur kerja usulan 4-2 kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan memiliki skor REBA sebesar 5. Artinya kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan postur 4-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang.
commit to user
IV-41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. 5.1 ANALISIS KONDISI AWAL Proses produksi tahu dan penanganan material di pabrik tahu milik Bapak Markiman masih secara manual yaitu mengandalkan tenaga manusia. Dimana pekerja
melakukan aktivitas dari perendaman bahan baku, pemasakan dan
penyaringan, pencetakan dan pemotongan hasil dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama, bahkan pekerja didominasi oleh sikap kerja berdiri. Pada bagian pencucian dan penggilingan kedelai, dalam proses produksi para pekerja sering melakukan aktivitas pengangkatan kedelai, membungkuk, dan memutar dengan frekuensi pengulangan yang cukup tinggi. Hampir seluruh proses pembuatan tahu dilakukan secara
manual kecuali proses penggilingan yang
menggunakan mesin. Adapun kegiatan yang dilakukan pekerja di bagian pencucian dan penggilingan kedelai adalah melakukan pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang kemudian melakukan pencucian kedelai dalam keranjang dengan air bersih. Setelah dicuci bersih, kedelai dibawa ke bagian penggilingan. Setelah kedelai digiling menjadi kedelai cair. Kemudian kedelai cair dibawa ke bagian pemasakan. Terdapat beberapa aktivitas yang menyebabkan terjadinya keluhan nyeri otot skeletal oleh pekerja pada aktivitas pencucian dan penggilingan kedelai yaitu: a. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampui kekuatan otot optimum terutama saat melakukan pengangkatan beban ditambah lagi cara mengangkat beban yang salah. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal. commit to user V-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mengambil kedelai setelah direndam kedalam keranjang dan pengambilan air bersih untuk pencucian kedelai setelah direndam. Akibat aktivitas berulang ini, pekerja sering mengalami keluhan sakit pada otot skeletal. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi. c. Sikap kerja yang tidak alamiah Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan menyamping. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada aktivitas pencucian dan penggilingan kedelai terjadi karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja 5.2 ANALISIS PENILAIAN BEBAN KERJA Setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan. Penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung. 5.2.1 Penilaian Beban Kerja Secara Tak Langsung Penilaian beban kerja secara tak langsung adalah dengan mengukur denyut nadi selama bekerja. Kategori beban kerja pada metode ini ditentukan melalui denyut nadi kerja dan beban kardiovaskuler (% CVL).
Dari hasil
pengolahan dengan metode tidak langsung didapat hasil perhitungan seperti disajikan pada tabel 5.1 berikut: commit to user V-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.1 Beban Kerja Dengan Metode Tak Langsung DNK Rerata Klasifikasi No Nama % CVL Klasifikasi % CVL (Denyut/ DNK menit) 1 Giyanto 114,07 Sedang 41,12 Diperlukan perbaikan 2 Jiman 138,25 Berat 66,81 Kerja dalam waktu singkat 3 Memet Sedang Diperlukan perbaikan 128,62 47,37 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata tertinggi dari denyut nadi kerja (DNK) dan beban kardiovaskuler (% CVL) ada pada Jiman dengan nilai 138,25 denyut per menit dan 66,81 % yang tergolong dalam kategori beban kerja berat (125-150 denyut
per menit) dan % CVL 60-80% sehingga
direkomendasikan untuk kerja dalam waktu singkat. Sedangkan untuk Giyanto dan Memet perhitungan rerata DNK masuk kategori sedang dan dari nilai % CVL maka aktivitas kerja saat ini diperlukan perbaikan. 5.2.2 Penilaian Beban Kerja Secara Tak Langsung Penilaian beban kerja secara langsung adalah dengan mengukur energi yang dikeluarkan selama bekerja. Dari konsumsi energi dapat diketahui bahwa semakin berat beban kerja maka semakin banyak energi yang dikonsumsi. Berikut adalah tabel perhitungan beban kerja dengan metode langsung: Tabel 5.2 Beban Kerja Dengan Metode Langsung No
Nama
DNK (X)
E
1 2 3
Giyanto Jiman Memet
114.07 138.25 128.62
5.33 7.65 6.66
Klasifikasi Beban Kerja Sedang
Berat Sedang
Dari tabel perhitungan dapat diketahui bahwa berdasarkan konsumsi energi maka Jiman membutuhkan konsumsi energi sebesar 7, 65 Kkal untuk melakukan aktivitas kerjanya dan tergolong dalam klasifikasi beban kerja berat. Sedangkan untuk Giyanto dan Memet sebesar 5,33 dan 6,66 Kkal dan masuk klasifikasi beban kerja sedang. 5.2.3 Perbandingan Hasil Penilaian Beban Kerja Perhitungan beban kerja pekerja baik dengan metode langsung maupun tak commit to user langsung menunjukkan bahwa para pekerja bagian pencucian dan penggilingan V-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kedelai ditinjau dari denyut jantung maupun konsumsi energi secara umum masuk kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan agar dapat mengurangi kelelahan pekerja saat bekerja dan mengurangi resiko cidera musculoskeletal. 5.3. ANALISIS POSTUR KERJA AWAL Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) yang dalam setiap elemen gerakannya membentuk sudut yang dapat mempengaruhi dan penyebab operator menjadi cepat lelah pada pekerjaan bagian pencucian dan penggilingan kedelai. Dari hasil pengolahan data telah didapat, kategori postur tubuh yang perlu diperbaiki sesuai metode REBA. Adapun kategori-kategori postur kerja sesuai dengan pengolahan data dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini: Tabel 5.3 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja No Aktivitas Postur Grand Action Keterangan score level 1. Pengambilan kedelai 1 11 4 Diperlukan perbaikan setelah direndam saat ini juga kedalam keranjang 2 12 4 Diperlukan perbaikan saat ini juga 2. Pengambilan dan 1 9 3 Diperlukan perbaikan Penuangan air untuk segera pencucian kedelai 2 6 2 Diperlukan perbaikan dalam keranjang 3 5 2 Diperlukan perbaikan 3. Membawa kedelai 1 10 3 Diperlukan perbaikan setelah dicuci ke segera bagian penggilingan 2 8 3 Diperlukan perbaikan segera 3 7 2 Diperlukan perbaikan 4. Membawa kedelai 1 9 3 Diperlukan perbaikan setelah digiling ke segera bagian pemasakan 2 6 2 Diperlukan perbaikan 3
5
2
Diperlukan perbaikan
Dari tabel d atas, terdapat 4 postur kerja yang tergolong pada kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. Aktivitas pekerja yang masuk kategori level 4 yang berarti sangat commit dan to user berbahaya pada sistem musculoskeletal diperlukan perbaikan saat ini juga V-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah aktivitas pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang baik postur 1-1 maupun 1-2. Pada aktivitas pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang, pekerja harus membungkuk dikarenakan letak kedelai di dalam bak dengan ketinggian 40 cm. Kaki menekuk menahan beban tubuh agar tangan bisa menjangkau kedelai dalam bak. Tangan melakukan jangkauan yang agak jauh, lengan jauh dari posisi alamiah. Aktivitas pekerja yang masuk kategori level 3 yang berarti berbahaya pada sistem musculoskeletal dan diperlukan perbaikan segera adalah: 1. Aktivitas pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang postur 2-1. Postur 2-1 pekerja mengambil air bersih yang akan digunakan mencuci kedelai hasil rendaman menggunakan ember. Punggung pekerja membungkuk, leher agak tertunduk ke bawah sehingga beresiko menimbulkan cidera punggung. 2. Aktivitas membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-1 dan 3-2. a. Pada postur 3-1, pekerja mengangkat keranjang berisi kedelai yang sudah dicuci air bersih. Pekerja membungkuk, leher menunduk kedepan, kedua kaki agak menekuk kedepan menopang beban tubuh, mengangkat keranjang kedelai dengan berat 15 kg dengan kedua tangan. b. Pada postur 3-2, pekerja membawa keranjang berisi kedelai ke stasiun penggilingan. Berat keranjang ditumpu dengan tangan kiri dan bahu sebelah kiri. Pekerja berjalan menuju mesin penggilingan dengan mengangkat kedelai dalam keranjang. Cara mengangkat pekerja sangant beresiko cidera musculoskeletal. 3. Aktivitas membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan postur 4-1. pekerja mengangkat wadah berisi kedelai cair hasil penggilingan yang akan dibawa ke tungku pemasakan. Punggung pekerja membungkuk, kedua kaki agak ditekuk, dan leher menunduk kedepan. Kedua tangan memegang wadah berisi kedelai cair seberat 17 kg. 5.4. ANALISIS USULAN PERBAIKAN Hasil pengolahan
data
postur kerja dengan metode REBA telah commit to user merekomendasikan segmen-segmen dari postur kerja untuk dilakukan V-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbaikan. Anggota tubuh yang direkomendasikan adalah postur leher, punggung, lengan, dan kaki. Secara umum berat beban pengangkatan dikategorikan dalam kelompok aman terhadap sistem musculoskeletal. Rekomendasi perbaikan (recommendation for action) dikategorikan menurut tingkat resiko terhadap musculoskeletal. Setiap rekomendasi perbaikan akan diberikan tindakan sesuai dengan seberapa besar pengaruhnya terhadap gangguan musculoskeletal. Dari hasil rekomendasi postur kerja usulan, postur kerja yang tergolong pada kategori 3 (tinggi) dan 4 (sangat tinggi) dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu perbaikan, dilakukan perbaikan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah perubahan sikap/postur saat bekerja dan menambahkan alat bantu untuk mempermudah kerja pekerja serta mengurangi postur kerja janggal/ tidak alamiah. Dari hasil perbaikan postur kerja, dihasilkan perubahan terhadap nilai pada grand score ( masuk kategori level 2/ sedang) setelah dilakukan perhitungan REBA . Perubahan yang perlu dilakukan pada postur kerja saat bekerja sebagai berikut: a. Posisi tubuh tidak terlalu membungkuk. b. Tubuh tidak terlalu menekuk ke samping. c. Jangkauan tangan saat peletakan agak diperkecil. d. Kepala tidak menengadah (extension), menunduk atau menekuk ke samping. e. Pergelangan tangan tidak terlalu menekuk. f. Posisi kaki dalam keadaan tertopang oleh ke dua kaki. Dalam hal pengangkatan beban, perlu dilakukan perubahan cara/ metode mengangkat beban dengan cara manual, yaitu: 1. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba. 2. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu danlengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh. 3. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang, tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman. commit to user V-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring. 5. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman.
commit to user V-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN Hasil penelitian mengenai analisis sikap kerja para pekerja manual material handling di pabrik tahu milik Bapak Markiman dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Aktivitas MMH pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai dengan postur kerja yang dilakukan sekarang ini masih beresiko menimbulkan gangguan sistem musculoskeletal. Postur kerja para pekerja pada bagian pencucian dan penggilingan kedelai yang masih beresiko
gangguan
muskuloskeletal disebabkan oleh sikap punggung yang membungkuk, membungkuk sambil menyamping, sikap kaki bertumpu pada satu atau dua kaki ditekuk untuk menopang berat beban, serta cara mengangkat beban yang salah. 2. Berdasarkan penilaian beban kerja baik metode langsung maupun tidak langsung dapat diketahui bahwa beban kerja fisik pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai secara umum termasuk kategori sedang. Oleh karena itu, perlu perbaikan agar beban kerja fisik masuk kategori ringan. 3. Berdasarkan penilaian dengan metode REBA, terdapat 4 postur kerja yang tergolong
pada kategori
3
dalam
arti
berbahaya
pada
sistem
musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. 4. Usulan
perbaikan
metode
kerja
dalam
mengangkat
beban
dengan
menggunakan prinsip MMH, yaitu sikap punggung dan pinggul diusahakan segaris ketika melakukan aktivitas MMH. Kondisi ini menyebabkan pembebanan pada punggung relatif kecil, karena tidak terjadi momen berat tubuh pada bagian punggung. Selain itu juga dapat mengurangi keluhan nyeri pada bagian punggung bawah (low back pain) dan mencegah terjadinya slipped disk.
commit to user VI-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.2. SARAN Beberapa saran yang diberikan dari hasil akhir penelitian ini adalah : 1. Kepada operator agar dapat agar menggunakan teknik pengangkatan yang dapat meminimalkan resiko terjadinya gangguan otot dan metode kerja yang standar sehingga masing-masing pekerja dapat bekerja secara maksimal untuk meningkatkan produktivitas kerja. 2. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama. Untuk mengatasi problema ini maka stasiun kerja harus dirancang terutama dengan memperhatikan fasilitas kerjanya. 3. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal konsep/prinsip ekonomi gerakan. Disamping pengaturan ini bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga akan mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan. Untuk hal-hal tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih nyaman. 4. Kepada pihak perusahaan, agar dapat menerapkan beberapa alternatif saran perbaikan dari hasil analisa penelitian sehingga cidera musculoskeletal.
commit to user VI-2
dapat mengurangi resiko