1 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM TELEMETRI SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER (DESIGN AND IMPLEMENTATION OF TELEMETRY SYSTEM FOR ROOM TEMPERATU...
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM TELEMETRI SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER
(DESIGN AND IMPLEMENTATION OF TELEMETRY SYSTEM FOR ROOM TEMPERATURE BASED ON MICROCONTROLLER)
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program studi strata satu (S1) di Institut Teknologi Telkom
Disusun oleh: MANIK ALIT WASTHARINI 111061033
FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM BANDUNG 2010
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM TELEMETRI SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER
DESIGN AND IMPLEMENTATION OF TELEMETRY SYSTEM FOR ROOM TEMPERATURE BASED ON MICROCONTROLLER
Telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata 1 pada Fakultas Elektro dan Komunikasi Institut Teknologi Telkom
Oleh : Manik Alit Wastharini 111061033
Bandung, Juli 2010
Disahkan oleh : Pembimbing I
Pembimbing II
Dharu Arseno,Ir.MT.
Iswahyudi Hidayat, ST.MT.
NIP : 02690271-1
NIP : 02770269-1
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas Akhir ini merupakan karya orisinal saya sendiri. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap kejujuran akademik atau etika keilmuan dalam karya ini, atau ditemukan bukti yang menunjukan ketidakaslian karya ini.
Bandung,
Juli 2010
Manik Alit Wastharini
iii
ABSTRACT
Telemetry is a process of measuring parameters of an object (i.e. a thing, space, or environmental condition) and transferring the output to other media through wired-datatransfer-mechanism or wireless communication. Then, it can be directly utilized or analyzed first for specific purposes. In this final project, telemetry system will be used to design a system that can measure room temperature. It is expected to enhance the, currently used, temperature control system. Nowadays, the means of controlling temperature is still done manually or by using remote control wherever the instrumentation is placed. With the telemetry system, temperature control can be done from afar. In this final project, RF (YS1020-UA) module is used to build the design and implementation of telemetry-system-enhanced
temperature
measurement.
Telemetry
instrumentations consist of hardware and software, which is located in both receiver and transmitter. In the transmitter, there is a temperature sensor that is integrated with microcontroller ATMega8535 and transmitted using YS1020-UA module. The YS1020-UA module in receiver will accept the transmission and connects it to PC. Temperature controlling is done in receiver by transmitting minimum standard temperature to activate the fan. The examination of telemetry system is done in power supply block, temperature sensor, fan motor driver, microcontroller, RF module, and application in PC. The result of the examination shows that system works well. The time average for one temperature data transmission is 0.148 seconds in indoor condition. Failing rate that happens in 128 times temperature data transmissions is 6.25% with the maximum distance of 70 meters. Key words: telemetry, PWM, RF module, temperature sensor, microcontroller ATMega8535
iv
ABSTRAKSI
Telemetri adalah proses pengukuran parameter suatu obyek (benda, ruang, kondisi alam), yang hasil pengukurannya di kirimkan ke tempat lain melalui proses pengiriman data baik dengan menggunakan kabel maupun tanpa menggunakan kabel (wireless), selanjutnya data tersebut dapat dimanfaatkan langsung atau dianalisa untuk keperluan tertentu. Dalam tugas akhir ini, akan dirancang sistem pengukuran suhu menggunakan telemetri. Dengan menggunakan sistem telemetri diharapkan memberikan kemudahan bagi manusia dalam sistem pengendalian suhu. Apalagi saat ini pengontrolan suhu masih dilakukan secara manual atau menggunakan remote control, dimana pengontrolan dilakukan di tempat perangkat berada. Dengan menggunakan sistem telemetri, pengontrolan suhu dapat dilakukan di tempat berbeda. Desain dan realisasi sistem pengukuran suhu ruangan menggunakan sistem telemetri, dalam hal ini menggunakan modul RF (YS1020-UA). Perangkat telemetri terdiri dari hardware dan software, dimana perangkat ini terdapat dibagian pengirim dan penerima. Di bagian pengirim terdapat sensor suhu yang akan terintegrasi dengan mikrokontroler ATMega8535 kemudian ditransmisikan menggunakan perangkat YS1020-UA. Setelah ditransmisikan, di bagian penerima akan diterima oleh YS1020-UA dan dihubungkan dengan PC. Pengontrolan suhu dilakukan dibagian penerima, dengan mengirimkan suhu standar minimal untuk mengaktifkan kipas. Pengujian sistem dilakukan mulai dari blok catu daya, sensor suhu, driver motor kipas, mikrokontroler, RF modul, dan aplikasi pada PC. Hasil dari pengujian tersebut menunjukkan bahwa sistem dapat bekerja dengan baik. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pengiriman data suhu adalah 0.148 detik pada kondisi terdapat obstacle. Faktor kegagalan yang terjadi dari 128 pengiriman data suhu adalah 6.25% dengan jarak maksimum 70 meter. Kata kunci : telemetri, PWM, RF modul, sensor suhu, mikrokontroler ATMega8535
v
KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat keimanan, nikmat kesehatan, dan ilmu-Nya serta kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tugas akhir yang berjudul “PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM TELEMETRI SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER” ini penulis rancang dengan tujuan agar dapat menjadi alternatif lain dalam sistem pengendalian atau monitoring suhu ruangan. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dilakukan. Oleh karena itu penulis sangat membuka kesempatan untuk berbagai pihak untuk memberikan kontribusi berupa saran dan kritikan yang membangun agar tugas akhir ini menjadi teknologi lebih baik lagi.
Bandung, Juli 2010
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Dalam melaksanakan tugas akhir ini banyak pihak yang memberikan kontribusi berupa bantuan, masukan, dorongan yang sangat berharga dan tidak akan penulis lupakan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua penulis yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan masa studi di kampus IT Telkom dengan baik serta memberikan doa dan dukungannya baik moral maupun materi yang tidak pernah terputus. 2. Bapak Dharu Arseno, Ir. MT. selaku pembimbing I dan Bapak Iswahyudi Hidayat, ST.MT. selaku pembimbing II yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. 3. Adikku yang pintar dan cerdas Ade Pramono, terima kasih buat kebaikannya membantu dan mengajari bahasa pemprograman Visual Basic. Tengkyu ya selama di Surabaya selalu di beliin makan. Buat adikku yang paling kecil Nining Pratiwi, makasi ya udah selalu ngingetin jangan lupa pulang. Hahaha.. 4. Sahabat kecilku Nafi Al Anshori yang selalu menemani diriku mengerjakan TA di lab mulai dari nyolder, ngebor, ngeprogram, sampe makan dan solat pun kamu temenin. Tanpa dirimu juga, pengukuranku tidak akan beres-beres. Ayo fi! cepat bereskan PAmu juga. Buat Wicak, makasi atas bantuannya waktu bikin PCB dan saran-sarannya waktu bikin driver motor. Seminggu hardware, seminggu software. Hebat banget dah kamu Cak ngerjain PA. ck..ck..ck..Buat Samsul, makasi atas bantuannya mengajari diriku ngeprogram mikro, tanpa dirimu programku pasti ga bisa jalan sampe sekarang. Ayo Sul! TMS? hajar aja.. hehhe.. Buat Ilham Bengkel, makasi atas saran-sarannya di awal – awal ngerjain TA. Jadi inget, kamu sampe nyariin aku bahan SPI segala. Jadi terharu, walaupun akhirnya ga kepake. Hikss.. Irma, Andi, Uudz, Nova yang selalu nanyain dan ngingetin aku buat ngerjain TA. Aku kerjain kok teman-teman. Ni buktinya dah beres. Heheh… 5. Anak-anak “X-treme” (Ridla, Ruri, Ica, Putri). Suka, duka, capek, senang, jenuh, stress kita lalui bersama dalam mengerjakan TA. Jangan lupain persahabatan kita ya. Emang kita yang paling extreme. Hahaha… 6. Teman – teman Lab Elka dari angkatan 2005 (kak Dicka, kak Favian, kak Daus, kak Uyik, kak Aji, mbak Fieda, mbak Fifah, dll), temen- temen seangkatan 2006 (Ucup, Ela, Ayu, Charis) yang sekarang udah jarang ketemu, angkatan 2007 (Yudin, Rossy,
vii
Nur, Devi, Nia, Faiz, Uji, Thomy, Ali, Ardi, Tandra, Oka, Budi), angkatan 2008 (Elisha, Rudi, Adit) dan semuanya yang telah memberikan semangat untuk ngerjain TA. 7. Teman – teman C201 (Rahmat, Risma, Andi, Eksan, Damar, Didit, Septi (Nce), Kak Idrus, Wulan, Yolen, Emi, Sari dan temen-temen yang lain ga kesebut, maaf ya..). Temen – temen seberang lab (Lab Bengkel) (Kiki, Vina, Ovi, Mas Gondo, Silva, Catur, dll). Pokoknya semua temen- temen lab lain dah. Makasi ya.. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Yang turut membantu dalam memotivasi penulis.
Semoga semua pengorbanan yang dikeluarkan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ iii ABSTRACT.................................................................................................................. iv ABSTRAKSI ................................................................................................................. v KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang .......................................................................................................... 1 1.2 Rumusan masalah ...................................................................................................... 2 1.3 Tujuan dan manfaat ................................................................................................... 2 1.4 Batasan masalah ........................................................................................................ 2 1.5 Metodologi penelitian ................................................................................................ 2 1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Telemetri ................................................................................................ 5 2.2 Sensor Suhu .............................................................................................................. 5 2.3 H-Bridge ................................................................................................................... 6 2.4 ATMega8535 ............................................................................................................ 7 2.4.1 Arsitektur ATmega8535 ................................................................................... 7 2.4.2 Konfigurasi pin ATMega8535 .......................................................................... 9 2.4.3 ADC (Analog to Digital Converter) ................................................................ 10 2.4.4 PWM (pulse width modulation) ...................................................................... 12 2.4.5 Komunikasi serial mikrokontroler AVR Atmega 8535 ..................................... 14 2.4.5.1 Komunikasi serial USART Atmega 8535 ............................................. 14 2.4.5.2. Konfigurasi Serial DB-9 ...................................................................... 17 2. 5 Liquid Crystal Display (LCD) ................................................................................ 17 2.5.1 Pin-Pin LCD .................................................................................................. 17 ix
2.5.2 Struktur Memori LCD ................................................................................... 18 2.6 YS1020 RF Modul .................................................................................................. 19 2.7 Catu Daya ............................................................................................................... 20 2.8 Bahasa C ................................................................................................................. 20 2.9 Microsoft Visual Basic 2008 ................................................................................... 22
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Diagram Alir Perancangan ...................................................................................... 23 3.2 Spesifikasi Perangkat .............................................................................................. 24 3.3 Perancangan Sistem................................................................................................. 25 3.3.1 Perancangan Hardware ................................................................................... 26 3.3.1.1 Rangkaian Sensor Suhu ....................................................................... 26 3.3.1.2 Rangkaian Driver Motor Kipas............................................................ 27 3.3.1.3 Rangkaian Catu Daya .......................................................................... 28 3.3.1.4 Rangkaian RF Module ........................................................................ 28 3.3.1.5 Rangkaian LCD .................................................................................. 30 3.3.1.6 Rangkaian Mikrokontroler .................................................................. 30 3.3.2 Perancangan Software..................................................................................... 31 3.3.2.1 Perancangan Program Di Mikrokontroler ........................................... 31 3.3.2.2 Perancangan Program Aplikasi ........................................................... 34
BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 4.1 Pengukuran Sinyal Keluaran Blok Hardware ........................................................... 36 4.1.1 Pengukuran Blok Catu Daya .......................................................................... 36 4.1.2 Pengujian Sensor Suhu LM 35 ....................................................................... 37 4.1.3 Pengukuran Blok Driver Motor Kipas ............................................................ 40 4.1.3.1 Pengukuran Keluaran Mikrokontroler (titik A) ................................... 40 4.1.3.2 Pengukuran Keluaran IC L293 (titik B dan C) .................................... 42 4.1.4 Pengukuran Blok Serial ................................................................................. 44 4.1.4.1 Pengukuran sinyal antara mikrokontroler dan RF modul .................... 44 4.1.4.2 Pengukuran sinyal antara RF modul dan komputer ............................. 45 4.1.5 Pengukuran performansi dan analisis komunikasi RF antara mikrokontroler dan komputer ................................................................................................ 46 4.1.5.1 Pengukuran dengan kondisi obstacle ................................................. 46 x
4.1.5.2 Pengukuran dengan kondisi loss space .............................................. 47 4.2 Pengujian Program Aplikasi .................................................................................... 49 4.2.1 Pengujian Penerimaan Data ........................................................................... 49 4.2.2 Pengujian Pengiriman Data ............................................................................ 50 4.3 Analisa kerja sistem keseluruhan ............................................................................. 52
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 53 5.2 Saran ....................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RANGKAIAN SKEMATIK LAMPIRAN PROGRAM BAHASA C ATMEGA8535 LAMPIRAN PROGRAM APLIKASI LAMPIRAN DATASHEET
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Rangkaian dasar H-bridge .......................................................................... 6 Gambar 2. 2 kaki pin L293 .............................................................................................. 7 Gambar 2. 3 kaki pin ATmega 8535 ................................................................................ 9 Gambar 2. 4 Pulsa PWM inverting dan non-inverting .................................................... 13 Gambar 2. 5 Pulsa PWM yang glitch-free ..................................................................... 13 Gambar 2. 6 komunikasi sinkron dan asinkron .............................................................. 14 Gambar 2. 7 Level tegangan RS232 .............................................................................. 14 Gambar 2. 8 kaki pin DB-9 ........................................................................................... 17 Gambar 3. 1 Diagram alir perancangan alat .................................................................. 23 Gambar 3. 2 Cara kerja sistem ....................................................................................... 25 Gambar 3. 3 Perancangan Hardware .............................................................................. 26 Gambar 3. 4 Rangkaian sensor suhu .............................................................................. 26 Gambar 3. 5 Kaki sensor LM35..................................................................................... 27 Gambar 3. 6 Kaki pin IC L293 ...................................................................................... 27 Gambar 3. 7 Rangkaian driver motor kipas.................................................................... 27 Gambar 3. 8 Rangkaian catudaya .................................................................................. 28 Gambar 3. 9 Rangkaian RF module ............................................................................... 29 Gambar 3. 10 Kaki pin DB9 .......................................................................................... 29 Gambar 3. 11 Rangkaian LCD ...................................................................................... 30 Gambar 3. 12 Rangkaian sistem minimum ATMega8535 .............................................. 31 Gambar 3. 13 Diagram alir algoritma pemrograman mikrokontroler .............................. 33 Gambar 3. 14 Diagram alir menampilkan data suhu ...................................................... 34 Gambar 3. 15 Diagram alir pengiriman data dari komputer ke mikrokontroler ............... 35 Gambar 4. 1 Titik pengukuran keluaran blok catudaya ................................................. 36 Gambar 4. 2 Grafik tegangan keluaran sensor terhadap suhu ......................................... 37 Gambar 4. 3 titik pengukuran driver motor kipas ........................................................... 40 Gambar 4. 4 Tegangan keluaran mikrokontroler saat kipas off ...................................... 40 Gambar 4. 5 Tegangan keluaran mikrokontroler saat kipas slow.................................... 41 Gambar 4. 6 Tegangan keluaran mikrokontroler saat kipas medium .............................. 41 Gambar 4. 7 Tegangan keluaran mikrokontroler saat kipas fast ..................................... 41 Gambar 4. 8 Sinyal keluaran IC L293 saat kipas off ...................................................... 42 Gambar 4. 9 Sinyal keluaran IC L293 saat kipas slow ................................................... 42 Gambar 4. 10 Sinyal keluaran IC L293 saat kipas medium ............................................ 42 xii
Gambar 4. 11 Sinyal keluaran IC L293 saat kipas fast ................................................... 43 Gambar 4. 12 Sinyal keluaran mikrokontroler ke RF module ........................................ 44 Gambar 4. 13 sinyal masukan mikrokontroler dari RF module ...................................... 44 Gambar 4. 14 Sinyal keluaran RF modul ke komputer ................................................... 45 Gambar 4. 15 sinyal masukan RF module dari komputer ............................................... 45 Gambar 4. 16 Titik pengukuran pada kodisi obstacle di lantai yang sama ...................... 46 Gambar 4. 17 Titik pengukuran pada kondisi loss space ................................................ 47 Gambar 4. 18 Data yang diterima AccessPort dalam .hex .............................................. 49 Gambar 4. 19 Data yang diterima AccessPort dalam string ............................................ 50 Gambar 4. 20 Program aplikasi untuk koneksi ke komputer .......................................... 50 Gambar 4. 21 Data yang diterima program aplikasi ....................................................... 50 Gambar 4. 22 Data yang dikirim Access Port ................................................................ 51 Gambar 4. 23 Data yang dikirim program aplikasi......................................................... 51
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Register ADMUX ......................................................................................... 10 Tabel 2. 2 Pemilihan mode tegangan referensi ............................................................... 10 Tabel 2. 3 Format data ADC dengan ADLAR=0 ........................................................... 10 Tabel 2. 4 Format Data ADC dengan ADLAR=1 .......................................................... 10 Tabel 2. 5 Register ADCSRA ........................................................................................ 11 Tabel 2. 6 Konfigurasi clock ADC ................................................................................ 11 Tabel 2. 7 Register SFIOR ............................................................................................ 12 Tabel 2. 8 Pemilihan sumber picu ADC ........................................................................ 12 Tabel 2. 9 Konfigurasi bit WGM01 dan WGM00 .......................................................... 12 Tabel 2. 10 konfigurasi bit COM01 dan COM00 compare output mode phase correct PWM ........................................................................................................... 13 Tabel 2. 11 USART baudrate register ............................................................................ 15 Tabel 2. 12 perhitungan nilai UBRR ............................................................................. 15 Tabel 2. 13 Register UCSRA ........................................................................................ 15 Tabel 2. 14 Register UCSRB ......................................................................................... 15 Tabel 2. 15 Setting UCSZ0..2 untuk ukuran karakter ..................................................... 16 Tabel 2. 16 Register UCSRC ......................................................................................... 16 Tabel 2. 17 Mode paritas ............................................................................................... 16 Tabel 2. 18 konfigurasi pin DB-9 .................................................................................. 17 Tabel 2. 19 fungsi dari masing-masing pin LCD............................................................ 18 Tabel 3. 1 Kaki pin RF transceiver YS1020 .................................................................. 28 Tabel 3. 2 Konfigurasi antarmuka DB9 ......................................................................... 29 Tabel 4. 1 Tegangan keluaran catudaya ........................................................................ 36 Tabel 4. 2 Perbandingan tegangan keluaran sensor terhadap suhu (V/°C) ...................... 37 Tabel 4. 3 Pengujian Sensor LM 35............................................................................... 38 Tabel 4. 4 Hasil pengukuran duty cycle dan tegangan keluaran mikrokontoler pin B.3 (PWM) .......................................................................................................... 41 Tabel 4. 5 Hasil pengukuran duty cycle dan tegangan keluaran kaki IC L293 ................ 42 Tabel 4. 4 Pengukuran komunikasi RF module dengan obstacle pada lantai yang sama .............................................................................................................. 46 Tabel 4. 5 Pengukuran komunikasi RF module dengan obstacle antar lantai .................. 47 Tabel 4. 6 Pengukuran komunikasi RF module dengan loss space ................................. 48 xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suhu adalah faktor alam yang sangat penting dalam kehidupan. Tidak hanya berpengaruh terhadap kehidupan manusia tetapi juga perangkat-perangkat elektronik. Manusia menjadi kurang nyaman jika suhu terlampau panas ataupun dingin. Begitu juga perangkat elektronik, perangkat mempunyai suhu efektif agar dapat bekerja secara maksimal. Untuk itulah, diciptakan perangkat yang dapat menjaga suhu ruangan agar selalu sesuai dengan yang diinginkan. Pada umumnya pengontrolan suhu selama ini masih dilakukan secara manual. Penggunaan remote control pun dirasa kurang efektif, karena harus dilakukan ditempat perangkat suhu berada. Untuk itulah perlu dirancang suatu perangkat yang dapat mengontrol suhu ditempat lain. Dengan menggunakan sistem telemetri, pengontrolan suhu jarak jauh dapat dilakukan. Telemetri adalah proses pengukuran parameter suatu obyek (benda, ruang, kondisi alam), yang hasil pengukurannya di kirimkan ke tempat lain melalui proses pengiriman data baik dengan menggunakan kabel maupun tanpa menggunakan kabel (wireless), selanjutnya data tersebut dapat dimanfaatkan langsung atau dianalisa untuk keperluan tertentu. Diharapkan dengan menggunakan sistem telemetri pengontrolan suhu dapat dilakukan ditempat lain dan memberikan kemudahan bagi manusia dalam sistem pengontrolan suhu. Desain dan implementasi sistem pengontrolan suhu ruangan menggunakan telemetri modulasi GFSK. Perangkat telemetri terdiri dari hardware dan software, dimana perangkat ini terdapat dibagian pengirim dan penerima. Di bagian pengirim terdapat sensor suhu yang akan terintegrasi dengan mikrokontroler ATMega8535 kemudian ditransmisikan menggunakan perangkat YS1020-UA. Setelah ditransmisikan, di bagian penerima akan diterima oleh YS1020-UA dan dihubungkan dengan PC. PC akan menampilkan suhu sekarang dan kondisi kipas. Pengontrolan dapat dilakukan dengan mengirimkan suhu standar minimal untuk mengaktifkan kipas.
1
1.2 Rumusan masalah Dalam realisasi sistem telemetri pengontrolan suhu ruangan, terdapat perumusan masalah yang akan dihadapi antara lain : 1. Bagaimana sistem di pengirim agar parameter suhu dapat diterima oleh penerima? 2. Bagaimana sistem di penerima agar pengontrolan terhadap pengirim dapat dilakukan? 3. Bagaimana kinerja alat di masing – masing blok sistem?
1.3 Tujuan dan manfaat Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mendesain dan mengimplementasikan sistem telemetri untuk pengukuran dan pengontrolan suhu. Manfaat dari tugas akhir ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam pengontrolan suhu ruangan.
1.4 Batasan masalah Untuk membatasi cakupan pembahasan masalah pada Tugas Akhir ini maka diberikan batasan-batasan sebagai berikut: 1. Pembuatan sistem kontrol berupa pemprograman mikrokontroler dan user interface di komputer serta melakukan pengolahan data. 2. Sistem pengontrolan hanya berupa pengontrolan udara dengan menggunakan satu buah kipas yang dimodelkan dengan 3 kecepatan putaran kipas yang berbeda 3. Performansi yang akan di ukur adalah delay, akurasi sensor suhu, jarak maksimum yang dapat di gunakan, kerja fungsional sistem dari sistem yang dibuat, 4. Tidak melakukan perancangan hardware modul RF transceiver. 5. Tugas akhir ini hanya berupa prototipe yang disimulasikan dengan mengontrol satu ruangan saja.
1.5 Metodologi penelitian Untuk menyelesaikan penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah : 1. Melakukan Studi Kepustakaan Mengumpulkan bahan-bahan materi beserta pustaka yang berkaitan dengan telemetri, mikrokontroler, sensor suhu, dan driver motor DC. Seperti buku-buku teks, e-books, jurnal, dan penelitian orang lain. 2. Analisa Masalah
2
Menganalisa semua permasalahan yang ada berdasarkan sumber-sumber yang ada dan berdasarkan pengamatan terhadap masalah tersebut. 3. Perancangan blok sistem Perancangan rangkaian meliputi rangkaian catudaya, sensor suhu, driver motor kipas, mikrokontroler dan sisitem transmisi. Selain itu dilakukan juga pemrograman mikrokontroler dan aplikasi. 4. Realisasi alat serta troubleshooting Setelah dilakukan perancangan, proses pembuatan alat dapat dilakukan berdasarkan perancangan yang telah dibuat. Setelah perangkat di setiap blok telah dibuat, dilakukan troubleshooting untuk mengetahui setiap komponen terhubung atau tidak. 5.
Pengukuran dan pengujian Sistem Setelah tahap perancangan berdasarkan standar yang ada, tahap selanjutnya adalah melakukan simulasi sistem untuk melihat kinerja sistem tersebut.
6. Melakukan Analisis dan Evaluasi Menganalisis dan evaluasi kinerja alat yang telah dibuat apakah perlu dilakukan perbaikan atau tidak, menganalisa data yang diperoleh kemudian menyimpulkan penelitian yang dilakukan.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan pada proyek akhir ini adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah dan asumsi yang digunakan, tujuan dan metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi konsep dasar yang mendukung terlaksananya pembuatan alat pengontrol suhu ruangan menggunakan sistem telemetri, meliputi teori pendukung mengenai dasar-dasar dari perangkat yang digunakan. Hal ini dapat mendukung dalam pemecahan masalah, baik yang berhubungan dalam pemecahan masalah, baik yang berhubungan dengan sistem maupun dengan perangkat.
3
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Membahas mengenai perancangan dan implementasi sistem telemetri pengontrol suhu ruangan. BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Membahas mengenai rincian dari hasil dan evaluasi sistem telemetri pengontrol suhu ruangan. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan atas hasil kerja yang telah dilakukan beserta rekomendasi dan saran untuk pengembangan dan perbaikan selanjutnya.
4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Telemetri Telemetri adalah proses pengukuran parameter suatu obyek (benda, ruang, kondisi alam), yang hasil pengukurannya di kirimkan ke tempat lain melalui proses pengiriman data baik dengan menggunakan kabel maupun tanpa menggunakan kabel (wireless), selanjutnya data tersebut dapat dimanfaatkan langsung atau perlu dianalisa. Secara umum sistem telemetri terdiri atas enam bagian pendukung yaitu objek ukur, sensor, pemancar, saluran transmisi, penerima dan tampilan/display. 2.2 Sensor Suhu Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu. Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya. Pada saat ini, sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil dengan orde nanometer. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi. Sensor suhu adalah alat untuk mendeteksi/mengukur suhu pada suatu ruang atau sistem tertentu yang kemudian di ubah keluarannya menjadi besaran listrik. Jenis sensor suhu yang biasa digunakan seperti : termokopel, RTD (Resistance Temperature Detector), termistor dan IC semikonduktor. Sensor suhu yang digunakan dalan tugas akhir ini adalah LM 35, dimana LM 35 ini memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut : a. dikalibrasi langsung dalam celcius b.
memiliki factor skala linear + 10.0 mV/°C
c. memiliki ketepatan 0,5°C pada suhu + 25°C d. jangkauan maksimal suhu antara 55° sampai +150°C e. cocok untuk aplikasi jarak jauh f. bekerja pada tegangan catu 4 sampai 30 Volt g. memiliki arus drain kurang dari 60 uA h. pemanasan sendiri yang lambat (low self – heating), 0,08°C di udara diam i.
ketidaklinearan hanya sekitar ±14°C
j.
dan memiliki impedansi keluaran yang kecil, 0,1 W untuk beban 1 mA.
5
2.3 H-Bridge Driver motor DC berfungsi untuk menjalankan motor DC. Ada beberapa macam driver motor yang sering digunakan. Salah satunya adalah rangkaian H-bridge dimana rangkaian ini dapat mengendalikan motor ke dua arah, searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam. Secara konsep rangkaian ini terdiri dari 4 saklar yang tersusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan motor dapat teraliri arus dengan arah yang berkebalikan. Pemberian polaritas tegangan pada terminal motor akan mempengaruhi arah arus yang melewati motor, dengan demikian motor akan berputar sesuai dengan arah arusnya. Pada rangkaian driver motor ini, saklar-saklar tersebut digantikan oleh transistor yang dikerjakan pada daerah saturasi dan cut-off (Switch).
Gambar 2. 1 Rangkaian dasar H-bridge
Dengan adanya perkembangan di dunia IC, rangkaian H-bridge ini dikemas dalam satu IC dimana memudahkan dalam pelaksaanaan hardware dan kendalinya. IC yang familiar digunakan adalah IC L298 dan L293. Dalam tugas akhir ini IC yang digunakan adalah IC l293D. IC L293D ini adalah suatu bentuk rangkaian daya tinggi terintegrasi yang mampu melayani 4 buah beban dengan arus nominal 600mA hingga maksimum 1.2 A. Keempat channel inputnya didesain untuk dapat menerima masukan level logika TTL. Biasa dipakai sebagai driver relay, motor DC, motor steper maupun pengganti transistor sebagai saklar dengan kecepatan switching mencapai 5kHz. Driver tersebut berupa dua pasang rangkaian h-bridge yang masing-masing dikendalikan oleh enable 1 dan enable 2. Dengan memberikan tegangan 5V sebagai Vcc pada pin 16 dan 12 Volt pada pin 8 untuk tegangan motor, maka IC siap digunakan. Saat terdapat tegangan pada input 1,2 dengan memberikan logika tinggi pada enable1 maka output 1 akan aktif. Sedangkan jika enable1 berlogika rendah, meskipun terdapat tegangan pada input1,2 output tetap nol (tidak aktif). Hal ini juga berlaku untuk input dan output 3,4 serta enable2. 6
Gambar 2. 2 kaki pin L293
2.4 ATMega8535 Mikrokontroller adalah suatu mikroprosesor plus. Mikrokontroller adalah pusat kerja dari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer. Adapun nilai plus bagi mikrokontroller adalah terdapatnya memori dan port input/output dalam suatu kemasan IC yang kompak. Kemampuannya yang programmable,fitur yang lengkap seperti ADC internal, EEPROM internal, port I/O, komunikasi serial. Juga harga yang terjangkau memungkinkan mikrokontroller digunakan pada berbagai sistem elektronis,seperti pada robot, automasi industri, sistem alarm, peralatan telekomunikasi, hingga sistem keamanan. Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit dan sebagian besar instruksi dalam 1 (satu) siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Hal ini terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya, yang membeda-bedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan sama.Piranti dapat diprogram secara in-system programming (ISP) dan dapat diprogram berulang-ulang selama 10.000 kali baca/tulis didalam sistem. 2.4.1 Arsitektur ATmega8535 Seperti umumnya mikrokontroller lainnya, setiap kelas memiliki spesifikasi yang berbeda – beda. Dalam tugas akhir ini digunakan ATmega8535 yang memiliki bagian – bagian seperti di bawah ini:
7
1. Saluran I/O sebayak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan Port D 2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran 3. Tiga buah timer/counter dengan kemampuan perbandingan 4. CPU yang terdiri dari 32 buah register 5. Watchdog timer dengan osilator internal 6. SRAM sebesar 512 byte 7. Memori flash sebesar 8 kb dengan kemampuan read while write 8. Unit interupasi internal dan eksternal 9. Port antarmula SPI 10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi 11. Antarmuka komparator analog 12. Port USART untuk komunikasi serial Kapabilitas detail dari ATmega8535 adalah sebagai berikut: 1. System mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz 2. Kapabilitas memori flash 8 kb, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM (electrically erasable read only memory) sebesar 512 byte 3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel 4. Port komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2.5 Mbps 5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik 6. Berperformen tinggi dan dengan konsumsi daya rendah (low power) 7.
Fitur Peripheral a. Dua Timer/Counter 8-bit dengan Separate Prescaler (sumber clock yang dapat diatur) dan Mode pembanding b. Satu Timer/Counter 16-bit dengan Separate Prescaler, Mode pembanding dan Capture Mode c. Real Time Counter dengan sumber osilator terpisah d. Terdapat delapan saluran ADC dengan resolusi sepuluh bit ADC e. Empat saluran Pulse Width Modulation (PWM) f. Terdapat Two Serial Interface g. Programmable serial USART h. Master/Serial SPI Serial Interface i.
Programmable Watchdog Timer dengan On-Chip Oscillator
j.
On-Chip Analog Comparator
8
8. I/O dan kemasan a. 32 programmable saluran I/O b. 40 pin PDIP, 44 pin TQFP, 44 PIN PLCC dan 44 pin MLF 9. Tegangan Kerja a. 2,7 – 5,5V untuk ATmega8535L b. 4,5 – 5,5V untuk ATmega8535 10. Kelas Kecepatan a. 0 – 8 Mhz untuk ATmega8535L b. 0 – 16 Mhz untuk ATmega8535 2.4.2 Konfigurasi pin ATMega8535
Gambar 2. 3 kaki pin ATmega 8535
Konfigurasi pin ATMega8535 dapat dijelaskan secara fungsional sebagai berikut: 1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catudaya 2. GND merupakan pin ground 3. Port A (PA0…PA7) merupakan pin I/O dua arah masukan ADC 4. Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu timer/counter, komparator analog, dan SPI 5. Port C (PC0…PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu TWI, komparator analog, dan timer oscillator 6. Port D (PD0…PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial 7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontoler 8. XTAL1 dan XTAL 2 merupakan pin masukan clock eksternal 9
9. AVCC nerupakan pin masukan tegangan untuk ADC 10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC 2.4.3 ADC (Analog to Digital Converter) ATMega 8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC ATMega 8535 dapat dikonfigurasi, baik secara single ended input maupun differential input. Selain itu, ADC ATMega 8535 memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, kemampuan filter derau yang fleksibel sehingga dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan dari ADC itu sendiri. Proses inisialisasi ADC meliputi proses penentuan clock, tegangan referensi, format output data, dan mode pembacaan. Register yang perlu diset nilainya adalah ADMUX (ADC Multiplexer Selection Register), ADCSRA (ADC Control and Status Register A), SFIOR (Special Function IO register). ADMUX merupakan register 8 bit yang berfungsi menentukan tegangan referensi ADC yang digunakan. Konfigurasinya seperti dibawah ini. Tabel 2. 1 Register ADMUX REFS1 REFS0 ADLAR MUX4 MUX3 MUX2 MUX1 ADMUX
Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut. a. REFS[1..0] merupakan bit pengatur tegangan referensi ADC ATMega8535. Memiliki nilai awal 00 sehingga referensi tegangan berasal dari pin AREF. Detail nilai yang lain dapat dilihat pada tabel di bawah Tabel 2. 2 Pemilihan mode tegangan referensi REFS[1..0] Mode tegangan referensi 00 Berasal dari pin AREF 01 Berasal dari pin AVCC 10 Tidak dipergunakan 11 Berasal dari tegangan referensi internal sebesar 2.56 V
b. ADLAR
merupakan bit pemilih mode data keluaran ADC. Bernilai awal 0
sehingga 2 bit tertinggi hasil konversinya berada di register ADCH dan 8 bit sisanya berada di register ADCL, seperti gambar dibawah ini. 15 -
14 -
ADC7 7
ADC6 6
15
14
ADC9
ADC8
Tabel 2. 3 Format data ADC dengan ADLAR=0 13 12 11 10 9 ADC9 ADC8 ADC5 ADC4 ADC3 ADC2 ADC1 ADC0 5 4 3 2 1 0 Tabel 2. 4 Format Data ADC dengan ADLAR=1 13 12 11 10 9 8 ADC7
ADC6
ADC5
ADC4
ADC3
ADC2
8 ADCH ADCL
ADCH
10
ADC1
ADC0
-
-
-
-
-
-
7
6
5
4
3
2
1
0
ADCL
c. MUX[4..0] merupakan bit pemilih saluran pembacaan ADC. Bernilai awal 00000. Untuk single ended input, MUX[4..0] bernilai dari 00000-00111.
ADSCRA merupakan register 8 bit yang berfungsi melakukan manajemen sinyal control dan status dari ADC. Memiliki susunan seperti gambar dibawah ini. ADEN
ADSC
ADATE
Tabel 2. 5 Register ADCSRA ADIF ADIE ADPS2 ADPS1
ADPS0 ADCSRA
Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut. a. ADEN merupakan bit pengatur aktifasi ADC. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1, maka ADC aktif. b. ADCS merupakan bit penanda mulainya konversi ADC. Bernilai awal 0 selama konversi ADC akan bernilai 1, sedangkan jika konversi telah selesai, akan bernilai 0. c. ADATE merupakan bit pengatur aktivasi picu otomatis operasi ADC. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1, operasi konversi ADC akan dimulai pada saat transisi positif dari sinyal picu yang dipilih. Pemilihan sinnyal picu menggunakan bit ADTS pada register SFIOR d. ADIF merupakan bit penanda akhir suatu konversi ADC. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1, maka konversi ADC pada suatu saluran telah selesai dan data siap di akses. e. ADIE merupakan bit pengatur aktifasi interupsi yang berhubungan dengan akhir konversi ADC. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1 dan jika sebuah konversi ADC telah selesai, sebuah interupsi akan di eksekusi f. ADPS[2..0] merupakan bit pengatur clock ADC. Bernilai awal 000. Detail nilai bit dapat dilihat pada tabel dibwah ini. Tabel 2. 6 Konfigurasi clock ADC ADPS[2..0] Besar clock ADC 𝑓𝑜𝑠𝑐 000-001 2 𝑓𝑜𝑠𝑐 010 4 𝑓𝑜𝑠𝑐 011 8 𝑓𝑜𝑠𝑐 100 16 𝑓𝑜𝑠𝑐 101 32 𝑓𝑜𝑠𝑐 110 64 𝑓𝑜𝑠𝑐 111 128
11
SFIOR merupakan register 8 bit pengatur sumber picu konversi ADC, apakah dari picu eksternal atau dari pemicu internal. Susunannya sebagai berikut ADTS2
ADTS1
ADTS0
Tabel 2. 7 Register SFIOR ACME PUD
PSR2
PSR10
SFIOR
ADTS[2..0] merupakan bit pengatur picu eksternal operasi ADC. Hanya berfungsi jika bit ADATE pada register ADSCRA bernilai 1. Bernilai awal 000 sehingga ADC bekerja pada mode free running dan tidak ada interupsi yang akan dihasilkan. Detail nilai ADTS[2..0] dapat dilihat pada tabel berikut. ADTS[2..0] 000 001 010 011 100 101 110 111
Tabel 2. 8 Pemilihan sumber picu ADC Sumber picu Mode free running Komparator analog Interupsi eksternal Timer counter 0 compare match Timer counter 0 overflow Timer counter 1 compare match B Timer counter 1 overflow Timer counter 1 capture event
2.4.4 PWM (pulse width modulation) PWM (Pulse Width Modulation) merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh ATMega 8535. Ketiga timer/counter ATMega 8535 mampu menghasilkan sinyal PWM. Pulsa PWM adalah sederetan pulsa yang lebarnya dapat diatur. Pulsa PWM berfungsi mengatur kecepatan motor DC, mengatur gelap terang nyala LED, dan aplikasi lainnya. PWM adalah timer mode output compare yang canggih. Mode PWM timer juga dapat mencacah turun yang berlawanan dengan mode timer lainnya yang hanya mencacah naik. Pada mode PWM tersebut, timer mencacah naik hingga mencapai nilai TOP, yaitu 0xFF untuk PWM 8 bit. Timer/counter 0 hanya memiliki PWM 8 bit, sedangkan pada timer/counter 1 memiliki PWM 9 bit dan PWM 10 bit, selain PWM 8 bit. Pemilihan timer mode PWM disetting melalui bit WGM01 dan bit WGM00 pada register TCCR0. Tabel 2. 9 Konfigurasi bit WGM01 dan WGM00
12
Sebagai penggunaan mode PWM timer/counter 0, keluaran sinyal PWM terletak pada pin OC0. Ketika nilai TCNT0 sama dengan OCR0, maka output pada OC0 akan berlogika nol atau satu, tergantung pada pemilihan mode PWM. Pemilihan mode PWM disetting melalui bit COM01 dan bit COM00 pada register TCCR0 yang konfigurasinya seperti tabel dibawah ini. Tabel 2. 10 konfigurasi bit COM01 dan COM00 compare output mode phase correct PWM
Dari tabel diatas dapat diketahui saat COM00 clear dan COM01 set, pin OCR clear saat timer mencacah diatas compare match dan pin OC0 set saat timer mencacah dibawah compare match atau non-inverting PWM. Kebalikannya saat COM00 set dan COM01 juga set, maka pin OC0 set saat timer mencacah diatas compare match atau disebut juga inverting PWM. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada ilustrasi berikut.
Gambar 2. 4 Pulsa PWM inverting dan non-inverting
Gambar 2. 5 Pulsa PWM yang glitch-free
13
2.4.5 Komunikasi serial mikrokontroler AVR Atmega 8535 Dalam komunikasi serial dikenal 2 cara pengiriman yaitu secara sinkron dan asinkron. Pada transmisi data secara sinkron, sinyal clock diperlukan oleh penerima data untuk mengetahui adanya pengiriman setiap bit data. Data akan dikirim dan diterima dengan kecepatan yang sama. Sedangkan pada transmisi data secara sinkron tidak memerlukan sinyal clock sebagai sinkronisasi, namun pengiriman data harus diawali dengan start bit dan diakhiri dengan stop bit. Jadi data bisa dikirimkan kapan saja. Penerima hanya perlu mendeteksi adanya start bit sebagai awal pengiriman data, dan menunggu adanya stop bit sebagai tanda bahwa data telah dikirim.
Gambar 2. 6 komunikasi sinkron dan asinkron
Tegangan pada mikrokontroller adalah standard digital +5V dan 0V, maka Integrated Circuit (IC) MAX232 digunakan untuk mengubah level TTL menjadi level RS 232. Pada RS-232 biner 1 disebut mark dan bisa memiliki tegangan dari -3 sampai -15 Volt. Biner 0 disebut space dan memiliki jangkauan tegangan antara +3 sampai +15 Volt. Karena perbedaan level tegangan RS232 dengan TTL/CMOS maka diperlukan satu antarmuka/driver seperti IC max232.
Gambar 2. 7 Level tegangan RS232
2.4.5.1 Komunikasi serial USART Atmega 8535 Universal synchronous and asynchronous serial receiver and transmitter adalah layanan komunikasi serial yang dimiliki oleh ATMEGA 14
8535. UBRR (USART baud rate register) adalah register 16 bit yang berfungsi untuk menentukan kecepatan transmisi data yang digunakan dalam komunikasi serial. UBRR dibagi menjadi dua bagian yaitu UBRRH dan UBRRL. URSEL
a. URSEL adalah bit pemilih antara UBRR dan UCSR. b. UBRR adalah tempat menyimpan konstanta penentu kecepatan komunikasi serial Tabel 2. 12 perhitungan nilai UBRR
U2X merupakan bit pada register UCSRA RXC
TXC
Tabel 2. 13 Register UCSRA UDRE FE DOR PE
U2X
MPCM
UCSRA
a. RXC bernilai 1 jika ada data atau yang belum terbaca dan bernilai 0 jika tidak ada data. b. TXC bernilai 1 jika keseluruhan data sudah terkirim. c. UDRE adalah interup yang akan aktif jika UDRIE pada UCSRB diset 1. UDRE bernilai 1 jika buffer kosong. d. FE bernilai 1 jika terjadi error pada proses penerimaan data. e. DOR bernilai 1 jika terjadi over run data, artinya ketika register penerimaan telah penuh dan terdapat data baru yang menunggu. f. PE bernilai 1 jika terjadi error pada parity. g. U2X berhubungan pada mode asinkron. h. MPCM berkiatan pada proses multiprocessor Pengaturan pengaktifan komunikasi serial diatur pada register UCSRB RXCIE
TXCIE
UDRIE
Tabel 2. 14 Register UCSRB RXEN TXEN UCSZ2
RXB8
TXB8
UCSRB
15
a. RXCIE berfungsi untuk mengatur interupsi pada penerimaan data serial. Diberi nilai satu saat interupsi diaktifkan dan bernilai nol saat intrupsi tidak aktif b. TXCIE berfungsi untuk mengatur interupsi pada pengiriman data serial. Diberi nilai satu saat interupsi diaktifkan dan bernilai nol saat intrupsi tidak aktif c. UDRIE berfungsi untuk mengaktifkan interupsi pada UDRE. Jika bernilai satu maka interupsi aktif saaat UDRE bernilai satu d. RXEN aktivasi penerima data serial e. TXEN aktivasi pengiriman data serial f. UCZ2 pada UCSRB dab UCZ1,UCZ0 pada UCSRC berfungsi untuk mengatur ukuran karakter serial yang dikirimkan. Tabel 2. 15 Setting UCSZ0..2 untuk ukuran karakter UCZ2 UCZ1 UCZ0 Ukuran karakter (bit) 0
0
0
5
0
0
1
6
0
1
0
7
0
1
1
8
100 – 110 1
Tidak digunakan
1
1
9
Pengaturan mode kecepatan serial diatur di register UCSRC URSEL
UMSEL
UPM1
Tabel 2. 16 Register UCSRC UPM0 USBS UCZ1 UCSZ0
UCPOL
UCSRC
a. URSEL adalah bit pemilih antara UBRR dan UCSRC b. UMSEL Pengatur komunikasi sinkron atau asinkron. Diberi nilai satu untuk komunikasi sinkron dan diberi nilai nol untuk komunikasi asinkron. c. UPM [1..0] bit pengatur paritas Tabel 2. 17 Mode paritas UPM1 UPM0 Mode Paritas 0
0
Tidak Aktif
0
1
Tidak digunakan
1 1
0 1
Paritas Genap Paritas Ganjil
d. USBS pemilih ukuran bit stop. Diberi nilai nol untuk jumlah paritas satu dan diberi nilai satu untuk jmlah paritas dua
16
e. UCSZ[1..0] pengatur jumlah karakter serial f. UCPOLpengatur hubungan antara perubahan data keluaran dan masukan serial dengan clock sinkronisasi. 2.4.5.2. Konfigurasi Serial DB-9 Salah satu jenis konektor yang menghubungkan komunikasi serial mikrokontroller dengan PC adalah konektor dengan 9 pin (DB-9). Pada dasarnya hanya 3 pin yang digunakan pada DB-9, yaitu: pin kirim, pin terima, dan ground.
Gambar 2. 8 kaki pin DB-9 No. Pin 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel 2. 18 konfigurasi pin DB-9 Nama Sinyal Direksi Deskripsi DCD In Data Carrier Detect TxD In Receiver Data RxD Out Transmitter Data DTR Out Data Terminal Ready GND Ground DSR In Data Set Ready RST Out Request To Send CTS In Clear To Send RI In Ring Indicator
2. 5 Liquid Crystal Display (LCD) Pada sebuah LCD ( Liquid Crystal Display ), dapat ditampilkan angka-angka, huruf-huruf, bahkan simbol tertentu. LCD mempunyai kegunaan yang lebih dibandingkan dengan 7-segment LED ( Light Emitting Diode ). Ada banyak variasi bentuk dan ukuran LCD yang tersedia jumlah baris 1 - 4 dengan jumlah karakter per baris 8, 16, 20, 40, dll. 2.5.1 Pin-Pin LCD Sebagian besar modul LCD memenuhi suatu standar interface tertentu. Ada 14pin yang dapat diakses, meliputi delapan line data, tiga line control dan tiga line power. Posisi pin LCD dapat diketahui dengan membaca nomor yang biasanya tercetak di PCB-nya (Printed Circuit Board).
17
Tabel 2. 19 fungsi dari masing-masing pin LCD Nomor Pin Nama Fungsi 1 Vss Ground 2 Vdd Positive Supply 3 Vee Contrast 4 RS Register Select 5 R/W Read/Write 6 EN Enable 7 D0 Data bit 0 8 D1 Data bit 1 9 D2 Data bit 2 10 D3 Data bit 3 11 D4 Data bit 4 12 D5 Data bit 5 13 D6 Data bit 6 14 D7 Data bit 7 15 V+ BL Positif backlight voltage 16 V- BL Negative backlight voltage
Pin 1 dan 2 merupakan line power supply. Pin Vdd terhubung dengan positive supply (5 V dc), dan Vss dengan 0 V supply atau ground. Pin 3 (Vee) adalah pin control yang digunakan untuk mengatur ketajaman karakter yang tampil di LCD. Pin terhubung dengan resistor variable. Pin 4 adalah line RS (Register Select). Saat RS low, data yang ada di data bus diperlakukan sebagai instruksi khusus seperti: clear screen, positioning cursor, dll. Saat RS high, data yang ada di data bus diperlakukan sebagai karakter/teks yang kemudian ditampilkan ke LCD. Pin 5 adalah R/W (Read Write). Saat R/W low, data (instruksi/karakter) ditulis ke LCD, sedangkan saat R/W high, digunakan untuk membaca data karakter atau status informasi pada register LCD. Read status informasi busy flag menggunakan DB7 sebagai indikator. Jika DB7 high, maka operasi internal sedang berlangsung sehingga belum boleh mengirim instruksi/karakter selanjutnya, sampai saat DB7 low. Pin 6 adalah line EN (enable). Line kontrol ini digunakan untuk memberi informasi pada LCD bahwa sedang mengirimkannya suatu data dengan melakukan transisi dari 1-0. 2.5.2 Struktur Memori LCD Modul LCD memiliki beberapa jenis memori yang digunakan untuk menyimpan atau memproses data-data yang akan ditampilkan pada layar LCD. Setiap jenis memori mempunyai fungsi-fungsi sendiri. Pola karakter tersimpan di memori CGRAM untuk pola karakter yang dapat diedit dan CGROM untuk pola
18
karakter yang permanen, sedangkan pada DDRAM berfungsi untuk menunjukan lokasi pola karakter yang akan ditampilkan pada layar LCD. 2.6 YS1020 RF Modul YS-1020 series Low Power RF Module didesain untuk sistem transmisi data UART jarak dekat. YS-1020 merupakan adaptasi Texas Instruments (Chipcon) CC1020 RF IC, bekerja pada ISM frequency band, transmisi half duplex. Modul dapat langsung tersambung dengan monolitik prosesor, PC, perangkat RS485, dan komponen UART lain dengan RS232, RS485, dan TTL interface port.
Gambar 2.16 RF Data Transceiver YS-1020ua
YS-1020 memiliki beberapa fitur sebagai berikut : a. Carrier frequency :433/450/868/915 MHz atau ISM optional, free license. b. Antarmuka : RS232/RS485/TTL optional. c. Baudrate di udara : 1200/2400/4800/9600/19200/38400 bps, di set dahulu sebelum pengiriman. d. Transparent Data Transmission : apa yang diterima sama dengan apa yang dikirim, cocok untuk beberapa protocol standar maupun tidak. e. Modulasi : GFSK, anti-interferensi tinggi dan BER rendah. f. Half duplex : satu jalur digunakan secara bergantian untuk kirm dan terima, 10 ms autochange untuk pergantian jalur. g. Konsumsi daya rendah dan sleep function. RF Data Transceiver ini biasa digunakan untuk berbagai aplikasi industri maupun rumah tangga. Sebagai contoh adalah sebagai wireless remote control, sistem telemetri, monitoring, dan lain-lain. YS1020 memiliki spesifikasi sebagai berikut agar dapat bekerja : a. Daya RF : < 50 mW/ 17 dBm b. Arus terima : < 25 mA c. Arus kirim : < 55 mA d. Arus sleep mode : <20 µA e. Power supply : DC 5 V atau 3.3 V
19
f. Sensitivitas terima : -115 dBm (@9600 bps) -120 dBm (@1200 bps) g. Jarak : < 0.8 km (BER= 10-3 @9600 bps, antena 2m di atas tanah) < 1 km
(BER= 10-3 @1200 bps, antena 2m di atas tanah)
2.7 Catu Daya Catu daya merupakan suatu rangkaian yang paling penting bagi sistem elektronika.
Rangkaian catu daya DC dapat diperoleh dari penyearahan tegangan AC yang disusun dari transformator, penyearah, dan regulator tegangan. Tegangan AC dari jala-jala PLN diturunkan nilainya oleh transformator step down dan kemudian disearahkan dengan dioda bridge. Keluaran dari dioda bridge diratakan dengan rangkaian filter untuk memperkecil tegangan ripple. Kemudian digunakan regulator untuk menstabilkan tegangan yang keluar.
2.8 Bahasa C Bahasa C luas digunakan untuk pemrograman berbagai jenis perangkat, termasuk mikrokontroler ATMega8535. Bahasa ini sudah merupakan high level language, dimana memudahkan programmer membuat algoritmanya. Dasar bahasa C adalah sebagai berikut: 1. Struktur penulisan program #include <[library1.h]> #include <[library2.h]> void main (void) { Deklarasi local variable Isi program Utama } 2. Tipe Data
a. char
: 1 byte ( -128 s/d 127 )
b. unsigned char : 1 byte ( 0 s/d 255 ) c. int
: 2 byte ( -32768 s/d 32767 )
d. unsigned int
: 2 byte ( 0 s/d 65535 )
e. long
: 4 byte ( -2147483648 s/d 2147483647 )
f. unsigned long : 4 byte ( 0 s/d 4294967295 ) g. float
: bilangan desimal
h. array
: kumpulan data-data yang sama tipenya.
3. Deklarasi variabel & konstanta
20
a. Variabel adalah memori penyimpanan data yang nilainya dapat diubah-ubah. b. Konstanta adalah memori penyimpanan data yang nilainya tidak dapat diubah. 4. Statement Statement adalah setiap operasi dalam pemrograman, harus diakhiri dengan [ ; ] atau [ } ]. Statement tidak akan dieksekusi bila diawali dengan tanda [ // ] untuk satu baris. Lebih dari 1 baris gunakan pasangan [ /* ] dan [ */ ]. Statement yang tidak dieksekusi disebut juga komentar. 5. Function Function adalah bagian program yang dapat dipanggil oleh program utama. 6. Conditional statement dan looping
a. if else
: digunakan untuk penyeleksian kondisi.
b. For
: digunakan untuk looping dengan jumlah yang sudah
diketahui. c. while
: digunakan untuk looping jika dan salama memenuhi syarat
tertentu. d. do while
: digunakan untuk looping jika dan salama memenuhi syarat
tertentu, namun min 1 kali. e. switch case
: digunakan untuk seleksi dengan banyak kondisi.
7. Operasi logika dan biner a. Logika
: AND (&&), OR (||), NOT (!)
b. Biner
: AND (&), OR(|), XOR (^)
8. Operasi relasional (perbandingan)
a. Sama dengan
: ==
b. Tidak sama dengan
: !=
c. Lebih besar
:>
d. Lebih besar sama dengan
: >=
e. Lebih kecil
:<
f. Lebih kecil sama dengan
: <=
9. Operasi aritmatika a. + , - , * , /
: tambah,kurang,kali,bagi
b. ++
: tambah satu (increment)
c. --
: kurang satu (decrement)
21
2.9 Microsoft Visual Basic 2008 Microsoft Visual Basic .NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .NET Framework, dengan menggunakan bahasa BASIC. Dengan menggunakan alat ini, para programmer dapat membangun aplikasi Windows Forms, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan juga aplikasi command-line. Alat ini dapat diperoleh secara terpisah dari beberapa produk lainnya (seperti Microsoft Visual C++, Visual C#, atau Visual J#), atau juga dapat diperoleh secara terpadu dalam Microsoft Visual Studio .NET. Bahasa Visual Basic .NET sendiri menganut paradigma bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic versi sebelumnya yang diimplementasikan di atas .NET Framework.
22
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM
3.1 Diagram Alir Perancangan
mulai
Penentuan spesifikasi perancangan
Studi literatur rangkaian dan pemprograman
Perancangan rangkaian catudaya, sensor suhu, kipas, dan sistem transmisi
Perancangan rangkaian dan pemprograman mikrokontroler ATMega8535
Pembuatan program aplikasi
Pembuatan alat dan program
Pengujian alat dan program
Sesuai dengan spesifikasi awal?
N
Y
Analisa dan evaluasi
selesai
Gambar 3. 1 Diagram alir perancangan alat
Pada diagram alir diatas dapat dilihat bahwa dalam pembuatan dan penyusunan tugas akhir ini terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu 1. Penentuan spesifikasi perancangan alat ini adalah untuk menentukan kriteria komponen/rangkaian seperti apa yang akan dibutuhkan untuk dapat merancang alat ini. 2. Sedangkan pada tahap studi literatur, langkah yang dilakukan adalah menentukan komponen/rangkaian seperti apa yang akan digunakan. Untuk itulah dilakukan studi literature untuk mencari rangkaian seperti apa yang dibutuhkan. 3. Pada tahap studi literature ditentukan akan seperti apa rangkaian yang sesuai dengan spesifikasi alat dan dana yang ada. Pada tahap ini perancangan
23
rangkaian yang dibutuhkan adalah rangkaian catudaya, sensor suhu, LCD, driver motor kipas, mikrokontroler dan RF modul. 4. Setelah itu tahap yang dilakukan adalah pembuatan dan pengujian alat. Jika alat yang dibuat sudah sesuai dengan spesifikasi awal maka dapat dilakukan analisa, jika tidak sesuai maka akan dilakukan studi literatur lagi untuk mencari rangkaian perancangan yang sesuai spesifikasi. 3.2 Spesifikasi Perangkat Untuk merancang tugas akhir ini, beberapa perangkat harus memiliki spesifikasi yang sesuai dengan yang diinginkan. Spesifikasi yang tersebut antara lain: 1. Mikrokontroler ATMega 8535 Mikrokontroler sebagai pusat kendali untuk mengakses sensor suhu, tampilan di LCD, pengaktifan kipas, serta pengiriman data. Mikrokontroler ini dipasang kristal 11.0592 MHz, yang berfungsi sebagai pembangkit clock, kapasitor 22 pF pada pin XTAL1 dan XTAL2, resistor 10 kΩ dan kapasitor 10 nF pada pin reset, resistor 10 kΩ dan kapasitor 10 nF pada pin AVCC. PortA.4 digunakan sebagai input mikrokontroler yang dihubungkan ke sensor. Port ini merupakan pin masukan ADC. PortB.3 digunakan untuk PWM ke IC L293, dan PortB lainnya digunakan sebagai data input ke LCD. PortD digunakan sebagai transmitter dan receiver ke RF module YS1020UA. 2. Sensor suhu (LM35) Sensor LM 35 memerlukan tegangan 4 – 20 Volt untuk dapat bekerja. LM 35 dipilih dengan alasan antara lain, memiliki linieritas yang tinggi, keluaran tegangan konstan (10 mV/derajat celcius), konsumsi tegangan kecil, dan mudah di peroleh dipasaran dengan harga yang relatif murah. Untuk tugas akhir ini digunakan sensor LM35DZ yang memiliki range pengukuran suhu dari 0-1000C dengan model TO-92 dan tegangan catuan sebesar 5V. Tegangan keluaran LM35 diolah mikrokontroler ATMega8535 menggunakan pin ADC, dimana dilakukan konversi dari analog (tegangan) menjadi digital. 3. Driver motor kipas (IC L293) Dalam tugas akhir ini IC L293 yang digunakan mempunyai tipe IC L293D. IC L293D ini adalah suatu bentuk rangkaian H-bridge yang mampu menggerakkan motor DC dengan arus nominal 600mA hingga maksimum 1.2 A. Dalam tugas akhir ini motor DC yang digunakan adalah kipas DC yang 24
memiliki konsumsi arus sebesar 150mA. 2 channel input yang akan digunakan didesain untuk dapat menerima masukan level logika TTL (menggunakan metode PWM di mikrokontroler). Tegangan input untuk enable yang digunakan adalah sebesar 5V dan tegangan input yang di gunakan untuk kipas DC adalah sebesar 12V karena kipas DC bekerja pada tegangan 12V dan arus 0.15A. 4. Sistem transmisi (YS1020UA) YS-1020 series Low Power RF Module didesain untuk sistem transmisi data UART jarak dekat. Modul ini dapat langsung tersambung dengan komponen UART seperti RS232 dan TTL interface port. Frekuensi carrier yang digunakan adalah 433Mhz dengan baudrate 19200 bps. Modulasi yang digunakan adalah GFSK. Sistem kerja modul ini adalah half duplex yaitu satu jalur digunakan secara bergantian untuk kirim dan terima dengan 10 ms autochange untuk pergantian jalur. Jarak maksimal yang dapat ditempuh adalah < 0.8 km (BER= 10-3 @9600 bps, antena 2m di atas tanah).
3.3 Perancangan Sistem Sensor suhu Driver motor kipas
mikrokontroler
RF module
RF module PC/Laptop
LCD Catu daya
Catu daya
Gambar 3. 2 Cara kerja sistem
Secara garis besar cara kerja dari sistem alat tersebut adalah : 1. Sensor suhu mengirimkan data suhu ruangan secara periodik ke mikrokontroler 2. Ketika mikrokontroler menerima data suhu, maka mikrokontroler akan: a. menampilkan data suhu ruangan di LCD b. memberikan perintah pengaktifkan kipas jika diperlukan c. mengirim data suhu tersebut ke komputer melalui RF module. 3. Komputer akan menerima data melalui RF module akan secara otomatis menyimpan data suhu tersebut ke dalam log.txt di Visual Basic. Selain menyimpan, komputer dapat menampilkan suhu ruangan terbaru. 4. Ketika user ingin mengubah suhu minimum ruangan yang di kontrol agar kipas aktif, maka komputer akan mengirimkan perintah ke mikrokontoler melalui RF 25
module. Perintah yang dikirimkan tersebut akan diolah oleh mikrokontroler untuk mengaktifkan kipas ketika diperlukan. 3.3.1 Perancangan Hardware Perancangan disusun untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai perencanaan rangkaian dan komponen yang dibutuhkan untuk mendapatkan unjuk kerja alat yang diinginkan. Perancangan hardware ini terdiri dari beberapa rangkaian antara lain, sensor suhu, driver motor kipas, catudaya, mikrokontroler dan RF module. Berikut ini adalah gambaran umum rangkaian yang akan dirancang. Sensor suhu Driver motor kipas
mikrokontroler
RF module
RF module PC/Laptop
LCD Catu daya
Catu daya
Gambar 3. 3 Perancangan Hardware
3.3.1.1 Rangkaian Sensor Suhu Sensor temperatur digunakan untuk mengukur suhu ruang untuk kemudian dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kondisi ruangan. Rangkaian ini terdiri dari sensor LM 35 yang berbentuk seperti transistor yang dipasang pada lantai model ruangan. Sensor LM 35 memerlukan tegangan 4 – 20 Volt untuk dapat bekerja. LM 35 dipilih dengan alasan antara lain, memiliki linieritas yang tinggi, keluaran tegangan konstan (10 mV/derajat celcius), konsumsi tegangan kecil, dan mudah di peroleh dipasaran dengan harga yang relatif murah. Gambar rangkaian sensor temperatur dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. 4 Rangkaian sensor suhu
26
Tegangan keluaran sensor suhu ini akan masuk ADC (Analog to Digital Converter) mikrokontroler kemudian datanya diolah. Tipe sensor yang digunakan adalah LM 35DZ dengan model TO-92.
Gambar 3. 5 Kaki sensor LM35
3.3.1.2 Rangkaian Driver Motor Kipas Untuk rangkaian kipas, digunakan metode PWM (Pulse Width Modulation) untuk mengatur kecepatan putaran kipas. Pulsa PWM adalah sederetan pulsa yang lebar pulsanya dapat diatur, sehingga didapatkan putaran kipas yang berbeda-beda. Mikrokontroler ATmega8535 sudah dilengkapi kaki pin khusus untuk PWM, sehingga keluaran dari kaki pin mikrokontroler dihubungkan dengan kaki pin 15 pada IC L293. IC L293 merupakan salah satu IC H-bridge, dimana didalam IC ini terdapat 2 rangkaian H-bridge. Penggunaan IC ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam perancangan dan merangkai driver motor kipas karena sudah berbentuk IC. Gambar kaki pin IC L293 adalah sebagai berikut
Gambar 3. 6 Kaki pin IC L293
Untuk gambar rangkaian kipas secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
Gambar 3. 7 Rangkaian driver motor kipas
27
3.3.1.3 Rangkaian Catu Daya Dalam perancangan hardware ini diperlukan rangkaian catu daya sebanyak 2 buah. Rangkaian catudaya 5 volt digunakan untuk mencatu mikrokontroler, RF module, LM35, dan IC L293. Sedangkan rangkaian catudaya 12V digunakan untuk mencatu IC L293. Untuk lebih jelasnya dapat melihat rangkaian dibawah ini.
Gambar 3. 8 Rangkaian catudaya
Untuk membuat rangkaian catudaya dibutuhkan beberapa komponen antara lain: 1. Transformator step down untuk menurunkan tegangan AC 220V menjadi 7.5 V dan 12V 2. IC regulator (IC 7805 dan IC 7812) untuk membatasi tegangan keluaran catudaya yaitu sebesar 5V (IC 7805) dan 12V (IC 7812) 3. Kapasitor 2200uF dan 330uF 4. Resistor 330ohm sebagai penghambat arus ke led 5. Led sebagai lampu indikator 3.3.1.4 Rangkaian RF Module Dalam perancangan hardware ini, komunikasi antara mikrokontroler dan komputer bersifat wireless sehingga diperlukan RF module yang berfungsi sebagai sistem transmisinya. Dalam perancangan komunikasi RF digunakan suatu modul RF transceiver YS1020. RF module ini telah diatur pada frekuensi 433.0325 MHz dengan baudrate 19200 bps. Tabel 3. 1 Kaki pin RF transceiver YS1020 Pin 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pin Name GND Vcc RXD/TTL TXD/TTL DGND A(TXD) B(RXD) Sleep Test
Description Grounding of power supply Power supply DC Serial data receiving end Serial data transmitting end Digital grounding A of RS485 or TXD of RS232 B of RS485 or RXD of RS232 Sleep control (input) Ex-factory setting
Level 3.3-5.5 V TTL TTL
TTL
Connection with Terminal Ground Vcc TxD (PD.1) RxD (PD.0) Ground
Sleep signal (PB.0)
28
Untuk komunikasi mikrokontroler dan RF module digunakan konfigurasi TTL RF modem, sedangkan untuk komunikasi RF module dan computer digunakan konfigurasi RS-232 RF modem. Sehingga perancangan untuk komunikasi RF module, mikrokontroler, dan komputer adalah sebagai berikut.
Gambar 3. 9 Rangkaian RF module
Antarmuka antara komputer dan RF module menggunakan komunikasi serial DB9. Untuk konfigurasi kaki pin DB9 dapat dilihat dibawah ini.
Gambar 3. 10 Kaki pin DB9 Tabel 3. 2 Konfigurasi antarmuka DB9
Sebelum merangkai seperti gambar di atas, maka dilakukan setting terhadap RF module terlebih dahulu melalui software khusus yang disertakan dalam RF module ini. Untuk melakukan setting ini, rangkaian yang digunakan adalah rangkaian RS-232 modem untuk koneksi ke komputernya. Setting yang dilakukan berupa baudrate, stop bits, data bit, dan frekuensi yang akan digunakan. Setelah di-setting, RF module YS1020UA dapat dirangkai sesuai perancangan di atas.
29
3.3.1.5 Rangkaian LCD Rangkain LCD ini digunakan untuk melihat tampilan suhu yang diterima oleh mikrokontroler. LCD yang digunakan adalah LCD 4x20 yang memiliki 16 pin. Pada perancangan ini tidak semua pin dari LCD dihubungkan. Pin data LCD yang digunakan hanya 4 dari 8 pin data LCD yang dihubungkan ke port I/O mikrokontroler yaitu PORTB.4 – PORTB.7. Selain itu, ada 3 pin kontrol LCD (RS, RW, dan EN) yang dihubungkan ke port I/O mikrokontroler, PORTB.0 – PORTB.2.
Gambar 3. 11 Rangkaian LCD
3.3.1.6 Rangkaian Mikrokontroler Rangkaian mikrokontroler merupakan pusat pengendalian dari bagian input dan keluaran serta pengolahan data. Pada sistem ini digunakan mikrokontroler jenis ATMEGA8535 yang memiliki spesifikasi sebagai berikut: a. Kristal 11.0592 MHz, yang berfungsi sebagai pembangkit clock. b. Kapasitor 22 pF pada pin XTAL1 dan XTAL2. c. Resistor 10 kΩ dan kapasitor 10 nF pada pin reset. d. Resistor 10 kΩ dan kapasitor 10 nF pada pin AVCC. e. Port masukan dan keluaran yang digunakan yaitu :
PortA.4 digunakan sebagai input mikrokontroler yang dihubungkan ke sensor. Port ini merupakan pin masukan ADC.
PortB.3 digunakan untuk PWM ke IC L293, dan PortB lainnya digunakan sebagai data input ke LCD.
30
PortD digunakan sebagai transmitter dan receiver ke RF module YS1020UA.
Skema rangkaian sistem minimum mikrokontroler dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. 12 Rangkaian sistem minimum ATMega8535
3.3.2 Perancangan Software Perancangan software ini diperlukan agar sistem dapat bekerja dengan baik. Perancangan software ini meliputi program di mikrokontroler dan di komputer. Untuk perancangan program mikrokontroler digunakan software codevision AVR yang menggunakan bahasa C. Untuk di komputer, digunakan software Microsoft Visual Studio 2008 dengan bahasa pemprograman Visual Basic. 3.3.2.1 Perancangan Program Di Mikrokontroler. Bahasa yang digunakan dalam software ini adalah bahasa C dengan menggunakan aplikasi Code Vision kemudian di-compile sehingga menjadi file yang berekstensi *.hex yang akan dimasukkan kedalam mikrokontroler. Algoritma pada program mikrokontroler adalah sebagai berikut: 1. Inisialisasi port-port dan nilai variable-variabel yang akan digunakan. Karena dalam perancangan ini terdapat 4 kondisi kipas yaitu kipas off, kipas slow, kipas medium, dan kipas fast. Sehingga diperlukan pengaturan nilai threshold suhu. Untuk awal program, inisialisai nilai threshold suhu adalah 20. Maksud nilai 20 tersebut adalah batas suhu dimana kipas akan mulai di aktifkan. Ketika suhu lebih kecil dari 20,
31
maka kipas akan mati. Sedangkan jika suhu lebih dari 20, maka kipas akan hidup. 2. Setelah inisialisasi, sensor suhu mengirimkan data suhu berupa tegangan yang nantinya akan diolah oleh pin A.4 di mikrokontroler menjadi data digital menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) 3. Data digital yang telah didapatkan tersebut akan di tampilkan pada layar LCD yang terhubung dengan kaki mikrokontroler pada PORTB. 4. Untuk mendapatkan kondisi kipas maka nilai threshold yang telah ditentukan sebelumnya dibandingkan dengan data suhu terbaru. Untuk lebih jelasnya dapat melihat rumus dibawah ini. x < a, untuk kondisi kipas off a < x < b, untuk kondisi kipas slow b < x < c, untuk kondisi kipas medium x > c, untuk kondisi kipas fast keterangan: x = data suhu terbaru a = nilai threshold suhu b=a+5 c=b+5 Karena default awal program nilai threshold diberikan 20, maka kondisi kipas dapat dinyatakan sebagai berikut. x < 20, untuk kondisi kipas off 20 < x < 25, untuk kondisi kipas slow 25 < x < 30, untuk kondisi kipas medium x > 30, untuk kondisi kipas fast 5. Setelah menentukan kondisi kipas maka mikrokontroler akan mengirimkan sinyal ke driver motor kipas. Untuk membuat kipas aktif dengan beberapa kecepatan digunakan metode PWM (Pulse Width Modulation) dimana mikrokontroler akan mengeset nilai OCR0 di kaki pin B.3. Dalam perancangan ini nilai OCR0 telah ditentukan sebagai berikut. OCR0 = 0x00h, untuk kondisi kipas off
32
OCR0 = 0x80h, untuk kondisi kipas slow OCR0 = 0xC0, untuk kondisi kipas medium OCR0 = 0xFFh, untuk kondisi kipas fast Setelah nilai OCR0 di set, maka sinyal PWM akan dikirimkan ke kaki 1 IC L293 untuk menggerakkan kipas. 6. Nilai threshold ini dapat diubah oleh user dengan mengirimkan nilai threshold terbaru melalui PC dan akan dikirim melalui RF module ke mikrokontroler. Data yang dikirim dari PC berbentuk hexadesimal, hal ini dikarenakan mikrokontroler menerima data berbentuk hexadesimal. Data yang diterima oleh mikrokontroler akan disimpan di buffer. 7. Nilai threshold sebelumnya diganti dengan data yang ada di buffer. 8. Kondisi kipas akan berubah sesuai dengan rumus di no 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir berikut ini. mulai
Customer Focus Center: 1–800–521–6274 Mfax: [email protected] – TOUCHTONE 1–602–244–6609 ASIA/PACIFIC: Motorola Semiconductors H.K. Ltd.; 8B Tai Ping Industrial Park, Motorola Fax Back System – US & Canada ONLY 1–800–774–1848 51 Ting Kok Road, Tai Po, N.T., Hong Kong. 852–26629298 – http://sps.motorola.com/mfax/ HOME PAGE: http://motorola.com/sps/