Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi Hendra Koncoro1, Ida Bagus Suta2 1 2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar
Divisi Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar
Abstrak
Kemajuan ilmu kedokteran di bidang kedokteran respirasi tidak dapat dilepaskan dari pentingnya aspek diagnostik dan terapi. Alat diagnostik baru bermunculan sebagai kompensasi terhadap kebutuhan klinisi dalam pengambilan keputusan cepat untuk diagnosis dini dan terapi segera kelainan di bidang pulmonologi. Pemeriksaan biakan kuman merupakan cara paling efektif mendiagnosis penyakit infeksi paru namun membutuhkan waktu cukup lama. Oleh karena itu, pemeriksaan tambahan yang menawarkan kecepatan dan keakuratan seperti prokalsitonin sangat dibutuhkan. Prokalsitonin merupakan prohormon kalsitonin yang disekresi oleh sel parafolikular di kelenjar tiroid. Aktivitas biologis prokalsitonin berbeda secara signifikan dengan kalsitonin dan merupakan bagian dari kaskade kompleks inflamasi sistem imun. Prokalsitonin merupakan penanda yang paling menjanjikan saat ini untuk infeksi bakterial. Berbagai studi memperlihatkan penggunaan prokalsitonin dalam mengurangi penggunaan antibiotik, dalam aspek diagnostik, dan prognostik pada berbagai diagnosis di bidang pulmonologi, baik penyakit infeksi maupun non infeksi. Tujuan review ini adalah untuk meringkaskan bukti-bukti terkini mengenai prokalsitonin pada bidang kedokteran respirasi di berbagai seting klinis. Penggunaan prokalsitonin diharapkan dapat diintegrasikan pada berbagai pedoman diagnosis dan terapi pada penyakit paru mengingat tingkat akurasinya yang cukup tinggi. (J Respir Indo. 2015; 35: 193-202) Kata Kunci: Prokalsitonin, pulmonologi, diagnosis, infeksi paru
Procalcitonin Role in The Field Pulmonology Abstract
Development of medical science in respirology is unattached to importance of diagnostic and therapeutic aspect. New diagnostic tools surfaced as compensation for practitioner needs in early diagnosis and prompt treatment in respirology. Microbial culture examination is an effective way in diagnosis of lung infection although time-consuming. Therefore, additional examinationwhich warrant fast and accuracy such as procalcitonin is needed. Procalcitonin is a prohormone for calcitonin, which is secreted by the parafollicular cells of the thyroid gland. The biological activity of procalcitonin is significantly different from calcitonin and is believed to be part of the complex inflammatory cascade of the immune system. Procalcitonin has emerged as the most promising marker of bacterial infections. Numerous studies have been conducted using procalcitonin to reduce antibiotic use, in diagnostic and prognostic aspect on different respirology diagnosis, infection or non infection cause.This aim of this review is to summarize the current evidence for procalcitonin in respiratory medicine in different clinical settings. Procalcitonin may be integrated in each diagnosis and therapy guideline on lung disease considering its high accuracy. (J Respir Indo. 2015; 35: 193-202) Keywords: Procalcitonin, pulmonology, diagnosis, lung infection
Korespondensi: dr. Hendro Kuncoro Email:
[email protected], Hp: 08128194512
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
193
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
PENDAHULUAN
muncul lebih awal dibandingkan demam, perubahan
Bidang pulmonologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang meliputi spektrum luas kelainan pada paru dan organ di sekitarnya. Penyakit infeksi paru hingga saat ini masih merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada manusia dan menimbulkan kematian terbanyak setelah penyakit jantung koroner.1 Infeksi paru dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun mikobakteria. Sekitar 75% penggunaan antibiotika ditujukan untuk infeksi paru dari semuanya ini, sebagian besar disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat merupakan penyebab utama resistensi antibiotika.2 Untuk membatasi penggunaan antibiotika, diferensiasi penyebab infeksi paru menjadi sangat penting. Beberapa tes laboratorium dapat digunakan untuk mengetahui adanya infeksi seperti hitung leukosit, laju endap darah, C-reactive protein (CRP), tumor necrosis factor dan interleukin (IL)-1 dan IL6. Berbagai tes tersebut tidak spesifik, sehingga sulit sekali menentukan etiologi infeksi paru dalam waktu cepat. Diagnosis pasti harus menunggu hasil kultur darah selama beberapa hari. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu penanda spesifik yang cepat dalam menentukan infeksi bakterial.3,4 Prokalsitonin (PCT) merupakan suatu bio marker diagnosis infeksi bakteri yang lebih spesifik dan
pada hitung leukosit, dan kultur darah. Biomarker ini terdiri dari 116 asam amino yang meningkat produksinya pada infeksi bakteri dan beberapa jenis keganasan sehingga dapat digunakan untuk sarana diagnostik di bidang pulmonologi.5 Tujuan tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai produksi dan biologi PCT, kinetik dan hal-hal yang mempengaruhi kadar PCT, peningkatan PCT yang meningkat sesuai dengan beratnya infeksi, perbandingan PCT dengan biomarker lain, dan aplikasi PCT dalam kasus pulmonologi. Sumber produksi dan biologi PCT Prokalsitonin pertama kali ditemukan pada tahun 1975 setelah isolasi prohormon ini dari ayam.6 Potensi klinisnya belum diketahui hingga tahun 1993, saat Assicot dkk.5 menemukan bahwa kadar PCT meningkat pada anak dengan infeksi bakteri sistemik berat.5 Prokalsitonin terdiri dari 116 asam amino dengan berat molekul ± 13 kDa, dikode oleh gen CALC-1 yang terletak pada kromosom 11 dan diproduksi sel C kelenjar tiroid sebagai prohormon kalsitonin.7,8 Molekul ini dapat dibagi menjadi 3 bagian antara lain bagian amino terminal PCT, kalsitonin imatur,dan calcitonin carboxyl-terminus peptide-1 (CCP-1 atau katakalsin) (Gambar 1).7
A
B
Gambar 1. Struktur prokalsitonin A. Berdasarkan urutan asam amino; B. Secara skematis (Dikutip dari (8))
194
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
A
B
Gambar 2. Biosintesis prokalsitonin A. Pada keadaan sehat; B. Pada keadaan infeksi (Dikutip dari (11))
Respons inflamasi bakteri akan memicu pelepasan
berbagai
sitokin
proinflamasi
hingga ratusan nanogram per ml pada sepsis berat
(IL1-β
dan syok septik, mencapai plateau pada 6-12 jam,
dan TNF-α) oleh lipopolisakarida (LPS) yang akan
menetap dalam 48 jam, kemudian turun ke nilai
meningkatkan produksi PCT. Sedangkan virus akan
normal dalam 2 hari jika terapi berhasil. Kadar PCT
memicu pelepasan IFN-α yang memberikan umpan
yang terus meningkat maka disimpulkan sebagai
balik negatif terhadap produksi PCT (Gambar 2).
kegagalan terapi. Waktu paruh dari PCT sekitar
Tanpa infeksi, transkripsi gen CALC-1 pada jaringan
20-24 jam dan tidak berkorelasi dengan bersihan
non-neuroendokrin akan mengalami supresi, kecuali
kreatinin, usia atau jenis kelamin.10
pada sel C tiroid (Gambar 3). Prokalsitonin yang
Peningkatan kadar PCT bisa saja tidak selalu
dihasilkan akan mengalami proses pemotongan
terkait dengan infeksi sistemik. Keadaan tertentu
hingga menjadi kalsitonin. Kalsitonin yang terbentuk
dapat mempengaruhi kadar PCT. Peningkatan kadar
akan disimpan di dalam granula sekretorik dan
PCT dapat dijumpai pada hari-hari pertama setelah
disekresi untuk meregulasi konsentrasi kalsium.
trauma mayor, intervensi bedah mayor, luka bakar,
5,9
Kapan prokalsitonin meningkat?
terapi dengan antibodi OKT3 dan obat-obatan lain yang menstimulasi pelepasan sitokin proinflamasi,
Prokalsitonin meningkat 3-4 jam setelah stimulus
karsinoma paru sel kecil, karsinoma sel C medular
endotoksin bakteri, jauh lebih cepat dibandingkan CRP
tiroid, neonatus (2 hari pertama kehidupan), syok
atau laju endap darah. Prokalsitonin terus meningkat
kardiogenik berat atau berkepanjangan, atau kelainan
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
195
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
perfusi organ yang berat. Rendahnya kadar PCT tidak selalu meniadakan infeksi bakteri. Keadaan false negative ini dapat disebabkan antara lain oleh tahap awal infeksi, infeksi terlokalisir, endokarditis infeksi subakut, infeksi oleh kuman atipikal (terutama kuman intraseluler).
11
Kadar PCT meningkat sesuai beratnya infeksi
Perbandingan PCT dengan biomarker lain Beberapa
penelitian
menunjukkan
bahwa
akurasi diagnostik PCT pada infeksi bakterial berat lebih superior dibandingkan dengan penanda lain.15 Pada penelitan yang dilakukan di Prancis terhadap pasien yang mengalami infeksi nosokomial, kadar cut-off PCT terbaik adalah 0,4 ng/mL untuk menentukan suatu infeksi bakteri. Prokalsitonin juga terlihat lebih baik
Prokalsitonin dapat membantu dalam diagnosis
dibandingkan dengan LED atau CRP dalam menilai
dan stratifikasi keparahan pada pasien dengan
kondisi bakteremia yang ditegakkan dengan kultur
kecurigaan sepsis, sepsis berat, dan syok septik.
darah (Gambar 4).16
Pada berbagai studi, PCT menunjukkan sensitivitas
Dalam suatu metaanalisis yang mem ban
dan spesifisitas yang tinggi untuk diferensiasi sepsis
dingkan akurasi diagnosis infeksi bakterial PCT
dengan systemic inflammatory response syndrome
dengan CRP, terlihat bahwa akurasi diagnostik PCT
(SIRS).12-14
lebih tinggi dibanding CRP. Kadar PCT lebih sensitif (88% vs 75%) dan spesifik (81% vs 67%) dibandingkan dengan CRP dalam membedakan infeksi bakterial dengan inflamasi noninfeksi. Sensitivitas dalam membedakan infeksi bakterial dengan viral juga lebih tinggi pada PCT (92% vs 86%) dengan spesifisitas yang hampir setara (73% vs 70%) jika dibandingkan dengan CRP (Gambar 5).15 Prokalsitonin dalam diagnosis bidang pulmonologi Kultur darah dan kultur sputum masih merupakan standar baku dalam penegakan diagnosis infeksi paru. Waktu yang lama dan terdapatnya kolonisasi flora normal pada proses kultur dapat menghambat proses
Gambar 3. Prokalsitonin meningkat di berbagai jaringan pada kondisi infeksi bakterial Dikutip dari (9)
Harbarth dkk.12 menunjukkan bahwa dengan cut-off 1,1 ng/ml, PCT memperlihatkan sensitivitas 97% dan spesifisitas 78% dalam membedakan SIRS dengan kondisi yang terkait dengan sepsis. Meisner dkk.13 memperlihatkan bahwa terhadap hubungan yang kuat antara PCT dan skor sepsis-related organ failure assessment (SOFA) yang mewakili beratnya disfungsi organ pada pasien dengan multiple organ dysfunction syndrome (MODS). Kruger dkk.14 mengungkapkan lebih spesifik lagi fungsi PCT sebagai prediktor
diagnostik. Oleh sebab itu, PCT dapat mengambil peran dalam membedakan infeksi bakteri dengan infeksi virus, jamur, atau mikobakteria dalam waktu yang singkat.17,18 Berbagai penelitian menunjukkan efektivitas PCT di bidang diagnosis infeksi paru. Muller dkk. menggunakan PCT dalam mendiagnosis 925 pasien dengan pneumonia komunitas. Pada kohort ini, 7,9% pasien yang mengalami bakteremia dengan patogen Streptococcus pneumonia, kadar PCTnya lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa bakteri patogen pada kultur darah. Prokalsitonin juga terbukti efektif mendiferensiasi infeksi paru
derajat beratnya pneumonia komunitas dengan kadar
oleh virus dengan atau tanpa superinfeksi bakteri.
yang tinggi lebih banyak dijumpai pada pasien yang
Metaanalisis oleh Pfister dkk.19 menyebutkan bahwa
meninggal selama follow-up.
pada pasien yang mendapat perawatan kritis akibat
196
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
pneumonia, kadar PCT lebih tinggi pada pasien yang
Biomarker ini juga terbukti efektif dalam mem
mengalami pneumonia bakterial (monoinfeksi atau
bedakan pneumonia dengan gagal jantung pada
koinfeksi dengan H1N1) dibandingkan monoinfeksi H1N1. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan cutoff 0,5 µg/L, sensitivitas dapat mencapai 80,5% dan nilai prediktif negatif 73,2% untuk diagnosis pneumonia bakterial. Peneliti juga berusaha mencari tahu apakah PCT dapat memprediksi patogen spesifik penyebab infeksi paru. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa patogen atipikal seperti mikoplasma tidak meningkatkan kadar PCT. Namun Haeuptle dkk.20 menunjukkan bahwa pneumonia yang disebabkan oleh Legionella, kadar PCTnya terukur tinggi.4,19,20
pasien yang datang dengan keluhan sesak napas. Biomarkers in Acute Heart Failure (BACH) trial yang dilakukan pada 1641 yang datang ke unit gawat darurat dengan keluhan sesak napas mendapatkan bahwa model diagnostik dengan menggunakan PCT saja lebih akurat dalam membedakan pneumonia dengan gagal jantung akut dengan AUC 72,3%. Kombinasi PCT dengan temuan klinis, akurasi akan meningkat hingga > 86% dalam diagnosis.21
Gambar 4. Area under the receiver operating curves (AUROC) kadar PCT serum, CRP, dan LED untuk diagnosis bakteremia Dikutip dari (16)
Gambar 5. Kurva ROC yang membandingkan PCT dengan CRP A. Antara infeksi bakterial dengan noninfeksi; B. Antara infeksi bakterial dengan viral Dikutip dari (15)
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
197
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
Prokalsitonin juga dapat diperiksakan pada
karena hanya berlaku pada populasi khusus.
cairan pleura. Penelitian yang dilakukan oleh El-Shimy
Dibutuhkan mekanisme untuk menentukan prognosis
dkk.
memperlihatkan bahwa kadar PCT cairan
menggunakan biomarker secara objektif dan cepat
pleura pada efusi parapneumonia (1,760 ± 0,312 ng/
terukur serta segera menyesuaikan dengan respons
ml) terukur lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan efusi pleura transudatif (0,169 ± 0,074 ng/ml),
klinis setelah terapi.18 Berbagai penelitian menunjukkan potensi
tuberkulosis (0,204 ± 0,033 ng/ml), dan maligna (0,636
PCT dalam hal prognosis pada pasien dengan
± 0,167 ng/ml). Penelitian ini juga mendapatkan korelasi
infeksi paru. Kadar PCT terukur tinggi pada pasien
positif yang signifikan antara kadar prokalsitonin serum
yang mortalitasnya tinggi. Di suatu penelitian
dan cairan pleura pada keempat kelompok studi
kohort prospektif multisenter terhadap 1.651 pasien
tersebut (r=0,905, p<0,001).22 Selain dapat digunakan pada kasus infeksi
pneumonia komunitas, PCT < 0,1 µg/L mengeksklusi
paru, PCT juga dapat digunakan sebagai penanda
Swiss menunjukkan bahwa kadar PCT yang menurun
tumor pada karsinoma sel paru kecil. Pada penelitian
pada pemeriksaan serial sesuai dengan perbaikan
yang dilakukan oleh Patout dkk.
terhadap 147
luaran klinis pasien. Studi Procalcitonin-Guided
sampel darah, 51 sampel pasien kanker paru sel
Antibiotic Therapy and Hospitalisation in Patients
kecil terukur tinggi kadar PCTnya dibandingkan
with Lower Respiratory Tract Infections (ProHOSP)
tumor paru jenis lainnya. Pada penelitian yang sama,
ini memperlihatkan PCT terbukti merupakan pre
PCT dikatakan sama sensitif dan spesifik dengan
diktor yang signifikan terhadap komplikasi terkait
NSE dalam diagnostik tumor paru metastase liver.
pneumonia komunitas dan meningkatkan akurasi
22
23
23
mortalitas pada kelompok pasien ini. Penelitian di
Data-data ini menunjukkan bahwa PCT dapat
sistem skoring mortalitas seperti PSI dan CURB-
digunakan sebagai pemeriksaan penunjang berharga
65. Penelitian lain oleh Tokman dkk.24 menunjukkan
di bidang pulmonologi. Cut-off yang optimal berbeda-
bahwa PCT memprediksi mortalitas pada pasien
beda sesuai dengan beratnya tampilan dan setting klinis
terinfeksi HIV dengan infeksi saluran napas bagian
(misalnya, layanan primer atau ICU), serta karakteristik
bawah. Penelitian ini mendapatkan cut-off 0.5 ng/mL
patogen. Data yang ada juga memperlihatkan kegunaan
sebagai prediktor independen terjadinya mortalitas.
PCT dalam manajemen penyakit noninfeksi paru.
Tokman dkk.24 juga menyatakan bahwa PCT yang
Kegunaan PCT dalam menentukan prognostik di bidang pulmonologi
diintegrasikan dengan tanda-tanda klinis seperti takipneu dan hipoksemia dapat menjadi model
membantu pasien dalam mengetahui beratnya per
prognostik untuk mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi kematian di rumah sakit.25,26 Berdasarkan penelitian di atas, kegunaan
jalanan penyakit. Penilaian menentukan prognostik
prognostik PCT pada pasien dengan infeksi paru
ini akan membantu perlunya perawatan di rumah
dapat diringkaskan sebagai berikut (1) pada pasien dengan risiko rendah infeksi paru, kadar PCT < 0,25 µg/L menunjukkan risiko rendah infeksi bakterial dan mortalitas yang rendah (2) pada pasien dengan risiko rendah infeki paru, kadar PCT > 0,25 µg/L menunjukkan risiko lebih tinggi terjadinya infeksi bakterial dengan mortalitas yang lebih tinggi (3) pada pasien dengan risiko tinggi infeksi paru, kadar PCT < 0,1 µg/L secara efektif menurunkan mortalitas akibat kausa bakterial, dan perlu dicari patogen nonbakterial, (4) pemantauan kinetik PCT berkala lebih dibutuhkan
Penilaian beratnya derajat penyakit dapat
sakit atau ICU, evaluasi diagnostik, dan penilaian untuk menentukan lama rawat. Selama ini prognosis ditentukan dengan menggunakan konsensus infeksi paru, yang merekomendasikan stratifikasi pasien dengan pneumonia komunitas berdasarkan prediksi risiko
mortalitas
menggunakan
skoring
risiko
yang tervalidasi (misalnya, pneumonia severity index atau skor CRB-65 (confusion, respiratory rate, BP). Skor risiko klinis memiliki keterbatasan
198
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
dibandingkan pemeriksaan awal pada pasien dengan risiko menengah dan tinggi. Kadar PCT yang menetap selama masa follow-up mengidentifikasi pasien yang tidak memiliki respons terhadap terapi. Follow-up mortalitas berbasis PCT akan membantu manajemen klinis dan luaran pasien.18 Efektivitas PCT dalam pemberian terapi antibiotika Pemberian antibiotik berpedoman PCT pada infeksi paru telah didokumentasi dalam berbagai uji klinis. Peresepan antibiotika dapat dikurangi hingga 40-50% pada pasien infeksi paru yang berobat ke UGD dan 70-80% pada pasien poliklinik tanpa mempengaruhi luaran klinis dan laboratoris jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapat terapi
antibiotika standar sesuai pedoman klinis.2 Tujuan utama yang ingin dicapai dengan pemeriksaan PCT adalah mengurangi jumlah dan lama penggunaan antibiotik pada infeksi paru nonbakterial tanpa meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien.17 Saat ini terdapat berbagai uji klinis acak dengan menggunakan PCT untuk keputusan penggunaan antibiotika. Berbagai uji klinis tersebut menggunakan protokol yang serupa, yang merekomendasikan inisiasi atau penghentian terapi antibiotika berdasarkan kadar PCT. Pada layanan primer, PCT digunakan terutama untuk membantu keputusan meresepkan atau menunda terapi antibiotika. Sedangkan pada infeksi paru berat, PCT tidak membantu dalam inisiasi terapi, namun pada waktu penghentiannya.26
Gambar 6. Penggunaan PCT. A, Pada pasien risiko rendah. B, Pada pasien risiko menengah dan tinggi. AB = antibiotika; CAP = community acquired pneumonia; PCT = prokalsitonin Dikutip dari (18)
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
199
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
Pada layanan primer, algoritma berbasis PCT
Berdasarkan berbagai kajian literatur, pro
menurunkan laju peresepan antibiotika sebesar 40%
kalsitonin hingga saat ini merupakan pemeriksaan
hingga 75% pada pasien layanan primer dengan
yang cepat dan mudah dalam penegakan diagnosis,
infeksi saluran napas bagian atas dan bawah, 60%
saran terapi dan juga mengandung aspek prognostik
hingga 75% pada pasien bronkitis akut, dan 30%
untuk kondisi infeksi. Peningkatan kadar prokalsitonin
hingga 45% pada pasien PPOK eksaserbasi akut.
berkorelasi dengan tingginya infeksi bakterial dan
Dari aspek biaya, terapi antibiotika yang dituntun
perjalanan klinis infeksi yang lebih berat. Pada
oleh prokalsitonin untuk pasien rawat jalan juga
masa yang mendatang, penggunaan modalitas ini
terbukti efektif dalam pembiayaan kesehatan.
diharapkan semakin memasyarakat di kalangan
27,28
Analisis biaya yang dilakukan oleh Michaelidis dkk.
29
menyebutkan bahwa prokalsitonin dapat menghemat hingga $ 149 tiap kali peresepan antibiotik. Implementasi
PCT
dalam
Work-Up
pasien
dengan infeksi paru
klinisi, terutama pada bidang kedokteran respirasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Murray CJL, Phil D, Lopez AD. Measuring the global burden of disease. N Engl J Med. 2013;369:448-57.
Berdasarkan berbagai penelitian yang ada, PCT
2. Christ-Crain M, Jaccard-Stolz D, Bingisser R,
hendaknya dapat diintegrasikan dalam manajemen
Gencay MM, Huber PR, Tamm M, et al. Effect of
penyakit paru pada pasien. Saat ini sejumlah
procalcitonin-guided treatment on antibiotic use
protokol dengan menggunakan pemeriksaan PCT
and outcome in lower respiratory tract infections:
dapat direkomendasikan untuk membantu dalam
cluster-randomised, single-blinded intervention
manajemen infeksi paru. Secara ringkas, penggunaan
trial. Lancet. 2004;363:600-7.
PCT dalam bidang diagnostik, prognostik, dan aspek terapi adalah sebagai berikut (Gambar 6).
14
KESIMPULAN
3. Muller B, Harbarth S, Stolz D, et al. Diagnostic and prognostic accuracy of clinical and laboratory parameters in community-acquired pneumonia. BMC Infect Dis. 2007;7:10.
Penyakit infeksi paru saat ini masih merupakan
4. Muller F, Christ-Crain M, Bregenzer T, et al.
kendala yang dihadapi oleh para klinisi yang
ProHOSP Study Group. Procalcitonin levels
bergerak di bidang kedokteran respirasi. Tantangan
predict bacteremia in patients with community-
yang dihadapi saat ini adalah terkait dengan
acquired pneumonia: a prospective cohort trial.
tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Untuk
Chest. 2010;138:121-9.
menghadapi hal ini, aspek diagnostik perlu mendapat
5. Assicot M, Gendrel D, Garsin H, et al. High serum
perhatian penting karena kecepatan penentuan sikap
procalcitonin concentrations in patients with
sangat terkait dengan apa yang ditemukan terlebih
sepsis and infection. Lancet. 1993;341:515–518.
dahulu, baik etiologi maupun perjalanan klinis infeksi
6. Moya F, Nieto A, R-Candela JL. Calcitonin
tersebut. Berbagai modalitas telah dikerahkan dalam
Biosynthesis: evidence for a Precursor. Eur J
mempercepat penegakan diagnosis infeksi paru ini,
Biochem. 1975;55:407-13.
namun tingkat sensitivitas dan spesifisitas beberapa
7. Morgenthaler NG, Struck J, Fischer-Schulz
pemeriksaan penunjang yang ada tidaklah sesuai
C, Seidel-Mueller E, Beier W, Bergmann A.
dengan harapan. Kultur yang merupakan standar
Detection of procalcitonin (PCT) in healthy
baku pemeriksaan membutuhkan waktu lama.
controls and patients with local infection by a
Oleh karena itu, prokalsitonin dikenalkan sebagai
sensitive ILMA. Clin Lab. 2002;48:263-70.
pemeriksaan penunjang yang sensitif dan spesifik dalam membantu diagnosis.
200
8. Agarwal R, Schwartz DN. Procalcitonin to guide duration of antimicrobial therapy in intensive
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
care units: a systematic review. Clin Infect Dis.
respiratory tract infections. Chest. 2012;141:1063-
2012;53:379-87.
73.
9. Muller B, White JC, Nylen ES, Snider RH, Becker
19. Pfister R, Kochanek M, Leygeber T, Brun-Buisson
KL, Habener JF. Ubiquitous expression of the
C, Cuquemelle E, Machado MBP. Procalcitonin
calcitonin-I gene in multiple tissues in response to
for diagnosis of bacterial pneumonia in critically ill
sepsis. J Clin Endocrinol Metab. 2001;86:396-404.
patients during 2009 H1N1 influenza pandemic: a
10. Meisner M, Schimdt J, Huttner H, Tschaikowsky
retrospective cohort study, systematic review and
K. The natural elimination rate of procalcitonin in
individual patient data meta-analysis. Crit Care.
patients with normal and impaired renal function.
2014;18:R44.
Intensive Care Med. 2000;26(Suppl 2):S212-6.
20. Haueptle J, Zaborsky R, Fiumefreddo R, et al.
11. Meisner M. Procalcitonin – Biochemistry and
Prognostic value of procalcitonin in Legionella
Clinical Diagnosis – 1st edition – Bremen: UNI-
pneumonia. Eur J Clin Microbiol Infect Dis.
MED, 2010.
2009;281:55-60.
12. Harbarth S, Holeckova K, Froidevaux C, Pittet
21. Maisel A, Neath SX, Landsberg J, Mueller C, Nowak
D, Ricou B, Grau GE, et al. Diagnostic value of
RM, Peacock WF, et al. Use of procalcitonin for the
procalcitonin, interleukin-6, and interleukin-8 in
diagnosis of pneumonia in patients presenting with
critically ill patients admitted with suspected sepsis.
a chief complain of dyspnea: results from BACH
Am J Respir Crit Care Med. 2001;164:396-402.
(Biomarkers in Acute Heart Failure) trial. Eur J
13. Meisner M, Tschaikowsky K, Palmaers T, Schmidt
Heart Fail. 2012;14:278-86.
J. Comparison of procalcitonin and C-reactive
22. El-Shimy WS, Attia GA, Hazzaa SM, Mansour YM,
protein plasma concentrations at different SOFA
Abd El-Halim WM. Diagnostic value of procalcitonin
scores during the course of sepsis and MODS.
and C-reactive protein in differentiation between
Crit Care. 1999;3:45-50.
some benign and malignant pleural effusions.
14. Kruger S, Ewig S, Marre R, Papassotiriou J,
Egypt J Chest Dis Tuberc. 2014;63:923-30.
Richter K, von Baum H, et al. Procalcitonin
23. Patout M, Brunel V, Salaun M, Bota S, Cauliez B,
predicts patients at low risk of death from
Thiberville L. Serum procalcitonin as a tumoral
community-acquired pneumonia across all CRB-
marker in small cell lung cancer. J Clin Oncol.
65 classes. Eur Respir J. 2008;31:349-55.
2011;29:1752-5).
15. Simon L, Gauvin F, Amre DK, Saint-Louis P,
24. Tokman S, Barnett CF, Jarlsberg LG, Taub PR, den
Lacroix J. Serum procalcitonin and C-reactive
Boon S, Davis JL, et al. International HIV-Associated
protein levels as markers of bacterial infection: a
Opportunistic Pneumonias (IHOP) Study Group.
systematic review and meta-analysis. Clin Infect
Procalcitonin predicts mortality in HIV-infected
Dis. 2004;39:206-17.
Ugandan adults with lower respiratory tract
16. Chirouze C, Schuhmacher H, Rabaud C, Gil H, Khayat N, Estavoyer JM, et al. Low serum procalcitonin
Kong L, Martino M, et al. Risk predictionwith pro
absence of bacteremia in adult patients with
calcitonin and clinical rules in community-acquired
acute fever. Clin Infect Dis. 2002;35:156-61.
pneumonia. Ann Emerg Med. 2008; 52:48-58.
17. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
26. Schuetz P, Suter-Widmer I, Chaudri A, Christ-
Diagnosis
accurately
dan
predicts
25. Huang DT, Weissfeld LA, Kellum JA, Yearly DM,
the
Pedoman
level
infections. Respirology. 2014;19:382-8.
Penatalaksanaan
Crain M, Zimmerli W, Mueller B. Prognosticvalue
Pneumonia di Indonesia. Jakarta, Indonesia. 2003.
of procalcitonin in community-acquired pneu
18. Schuetz P, Amin DN, Greenwald JL. Role of
monia.Eur Respir J. 2011;37:384-92.
procalcitonin in managing adult patients with
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015
201
Hendra Koncoro: Peranan Prokalsitonin Dalam Bidang Pulmonologi
27. Briel M, Schuetz P, Mueller B, et al. Procalcitoninguidedantibiotic use vs a standard approach for acute respiratorytract infections in primary care. Arch Intern Med. 2008;168(18):2000-7. 28. Burkhardt O, Ewig S, Haagen U, et al. Pro calcitonin guidanceand reduction of antibiotic
202
use in acute respiratory tractinfection. Eur Respir J. 2010;36(3):601-7. 29. Michaelidis CI, Zimmerman RK, Nowalk MP, Fine MJ, Smith KJ. Cost-effectiveness of procalcitoninguided antibiotic therapy for outpatient mana gement of acute respiratory tract infections in adults. J Gen Intern Med. 2014;29:579-86.
J Respir Indo Vol. 35 No. 3 Juli 2015