PERAN GENDER
DALAM
BUDAYA JAWA
Qurotul Uyun Universitas Islam Indonesia
Abstrak
Tufisan ini bermaksud untuk membahas peran genderdalam berbagai
budaya, khususnya budaya Jaws. Perbedaan peran gender antara laki· Jakl dan perempuan ada dalam semua budaya. Banyak stereotip yang
muncu/ secara universal mengenai pelbedaan gendersecara fintas budaya
seperti agresivitas, kekuatan, dan kurang emosional pada laki-Jaki, serta kelemahan, penerimaan, dan emosionalitas pada perempuan. Ketknpangan. peran gender antara perempuan dan laki-faki dafam budaya Jawa telah mengalami perubahan, tetapi ternya ta masih ada subordinasi terhadap
perempuan. Anggapan terse but didukung oleh penelitian yang dilakukan di Surakarta sebagai representasi budaya Jawapn"ayi, sertapenelitian yang
dilakukandidesa Utrl:!angan, Klaten yangmewakifi masyarakatJawapedesaan Hasil-hasil penelitian
tersebut menggambarkan
bahwa pergeseran
pandangan mengenai peran gendersudah ada, seperti dalam masyarakat pria yi maupun masyarakatdesa yang sudah banyak menerima pendidikan,
tetapi tidak menja.dikan kedudukan perempuan menjadiseimbang terhadap Jaki-laki.
Faktor sosial dan
budaya Jawa
telah
mengakar,
sehingga
pandangan orang tertiadap peran gender tidak mudah untuk berubah. Hal itu memerlukan pemikiran Jebih lanjut untuk mengurangi ketimpangan peran gender di masyarakat dengan pemahaman tertiadap budaya.
Kata-kata Kuncl: Pe ran gender, budaya Jawa.
PENDAHULUAN
erlakuan
P
diskriminatif terhadap per
empuan dari masa ke masa semakin
kompleks,
meskipun gerakan
kesadaran
yang mengungkapkan kegiatan
ketuarga
harian menunjukkan beban yang dipikul oleh perempuan Jebih berat dibandingkan dengan
genderbanyak digalakkan. Kasus ketidak
laki-lakt, digambarkan pada tabel 1. Tabel
adian gerderdi masyarakal menyeruakdalam
tersebut
berbagai bentuk,
gambaran
dart
pengasuhan anak,
mengungkapkan
secara tegas
mengenaf perempuan
petani,
hubungan suaml - istert, gaji yang berbeda,
namun
pelecehan seksual, pemerkosaan, sampai
perbedaan jumlah waktu
dalam dunia politik dan
lakl-laki dan perempuan di masyarakat. Laki
kesemuanya
pendidikan yang
menempatkan
perempuan
pada posisi lebih rendah daripada laki-laki. Perlakuan tidak adit tersebut semakin dirasakan perempuan.
Beban hidup per
laki
dapat diprediksikan
memiliki
leblh
bahwa
ada
istirahat antara
banyak
waktu
untuk
dirinya sendiri maupun untuk beristirahat. Perempuan
lebih
banyak
menghabiskan
waktunya untuk keluarga.
empuan lebih berat daripada laki-laki. Data
32
PSIKOLOGIKA Nomor
13 Tahun Vll
2002
Peran Jender dalam Budaya Jawa
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Keluarga Harian
Jam
04.00
05.00
Perempuan
Lakl- Lakl
1.
Bangun pagi
2.
Masak air
3.
Cuci piring, dan sebagalnya.
4.
Shalat Shutiuh
5.
Masak nasl
06.00
•• 7. 07.00
e.
08.00
9.
Masih isUrahal (lidur)
Membersihkan rumah
.
1.
Shalat Shubuh
2.
lstirahat (minum
3.
Menyiapkan
4.
Kerja di sawah sendiri atau di sawah
kopi dan merokok)
Mencuci pakalan
Mengurus anak
Kerja di sawah bersama suami atau kefja dl
09.00
kebun,
10.00
ladang orang lain.
atau
menggan11kan
suaml
ker1a
10.
Menyiapkan makan
12.00
11.
Mengantar makan ke sawah atau makan di
ke�a
orang lain.
d1
11.00
perlengkapan
slang
5.
Makan siang
rumah
13.00
12.
Shala! Ohuhur
14.00
13.
Mengasuh
Shala! Ohuhur
••
anak
15.00
7.
lstirahat (tidur)
8.
Kembalr ke sawah / ladang
9.
Shala! Ashar
16.00
17.00
18.00
19.00
14.
Shala! Ashar
15.
Bersih-bersih
10.
lstirahal
16.
Memandikan anak
11.
Membantu mengasuh anak
17.
ME!flyiapkan makan malam
12.
Membantu mengasuh anak
18.
Mencuci piri� dan sebagainya
13.
Shalat Maghrib
19.
Shala! Magh
20.
Makan malam
14.
Makan malam
21.
Shala! lsya
15.
Shala! lsya
16.
Menemani anak belajar
17.
lslirahat (tidur)
20.00
22.
Men�suh anak
21.00
23.
Men1clurkan anak
22.00
24.
!stirahal
Data primer 1998 (Jumar Perempuan Edisi 1 1 , Mei-Juli, 1999, hal 20 dalam
Pekerjaan rumahtangga. bagi perempuan
Ervita, 2000)
bagi perempuan yang bekeria di luar rumah.
di seluruh dunia merupakan bagian panting
Akibatnya
dari peran gendemya. Peran gender (gen-
menanggung
der role) tersebut merupakan
seringkali harus menqerjakan tugas di luar
tempat
mereka,
aktivitas
khususnya jika
telah
memiliki anak, harus mencurahkan energi dan komitmennya pada keluarga 1996).
Komitmen
keluarga yang
perempuan
begatu
tinggi
(Mossa,
terhadap
sering
kali
rumah
perempuan beban
sekaligus
tangga,
seperti:
mengasuh
anak,
dituntut
ganda.
mengerjakan memasak, dan
untuk
Perempuan
rumah
mencuci,
melayani
suami.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa ada tuntutanyang tidak seimbang terhadap
menimbulkan perasaan bersalahjika harus
perempuan
"meninggalkan" tugasnya di rumah, apalagi
nyebabkan ketidaksetaraan peran gender.
PSIKOLOGIKA Nomor 13 Tahun VU 2002
dan
laki-laki,
sehingga
me-
33
OurotuJ
Uyun
saran
satu
faktor yang
membentuk
sistem budaya tertentu berpengaruh dalam
peran gender adalah faktor sosio kuttural.
menentukan perilaku yang berkaitan dengan
Budaya mempengaruhi perilaku yang ber
jenis kelamin.
hubungan dengan seks dan gender. Bayi
Indonesia terkenal
dengan
berbagai
yang baru saja dilahirkan mempunyai seks,
suku bangsa yang mencirikan kebudayaan
tetapi tidak
tertentu.
mempunyai gender.
Gender
adalah suatu konstruk yang berkembang di
Darwin
dan Tukiran
(2001)
me
nyebutkan bahwa keseluruhan masyarakat
masa kanak-kanak yang disosialisasikan
Indonesia adalah masyarakat patrfarkhls,
dalam lingkungan mereka. Anak-anak akan
meskipun kemajuan sudah tercapai. Sistem
mempelajari perilaku spesifik dan pola perilaku
patriarkhis di Indonesia menggejala, baik
yang sesuai dan tidak sesuai dengan jenis
pada masyarakat yang menganut sistem
kelamin mereka, sehingga memunculkan
patrilineal (misalnya Batak), bilateral (mi salnya Jaw a), maupun matrilineal (misalnya
perbedaan peritaku (Matsumoto, 1996). Hasil penetitian yang sangat terkenal
Minang). Sistem patriarkhis menganggap
telah dilakukan oleh Hofstede (Matsumoto,
bahwa
1996), mengungkapkan bahwa salah satu
dibandingkan dengan perempuan.
kedudukan
laki-laki
lebih
tinggi
mascu
Budaya patriarkhis juga menyebabkan
linity(MA). Oimensi ini berhubungan dengan
subordinasi terhadap perempuan semakin
seberapa besar budaya akan mendukung,
subur. Hal tersebut ditegaskan oleh Umar
mendorong, memelihara perbedaan antara
(1999) bahwa persoalan gender berpotensi
dari empat dimensi budaya disebut
untuk menimbulkan konflik dan perubahan
laki-laki dan perempuan. Budaya yang
mempunyai skor tinggi
sosial,
karena
slstem
patriarkhis
yang
pada MA cenderung menganggap perbeda
berkembang
an yang jelas antara perempuan dan laki
syarakat menempatkan perempuan pada
laki. Budaya yang memiliki MA rendah me
posisi
minimalkan perbedaan antar jenis kelamin
kultural, struktural, dan ekologis. Kedudukan
dan
lakJ-laki
gender.
disebutkan
Misalnya dalam
Orang
penelitian
menduduki rangking
Indonesia Hofstede
ke-30 pada dimensi
yang
luas
tidak
dalam
da/am
berbagai
diuntungkan
sistem
patriarki
secara
sosiaJ
dianggap lebih tinggi daripada kedudukan perempuan.
Perempuan
dalam
gender yang cukup tinggi (Munro, et.
menjaga rumah dan mengasuh anak.
al,
urusan-urusan
dipojokkan
MA, maka menunjukkan perbedaan peran
1997). Sedangkan orang Amerika cenderung
ma
Budaya
Jawa
reproduksl
sering
ke
seperti
disebut-sebut
mempunyai MA yang rendah, maka mereka
sebagal budaya yang sangat patrlarkhls,
cenderung
seperti diuraikan dalam sejarah Jawa bahwa
tidak
terlalu
membedakan
perilaku berdasarkan gender. Har tersebut
wanita Jawa abad
didukung oleh penefitian Chang (1999) yang
pemerintahan
menghasilkan bahwa
gambaran tentang eksistensi mereka yang
orang Amerika dari
lebih
dari
18 dalam tradisi dan
kerajaan
Jawa
sekedar kanca
didapali
wingking
Florida dan Michigan lebih egallterterhadap
tidak
peran gender dlbandingkan dengan orang
(Fananle, 2000). MasyarakatJawa abad 1 B
Cina dari Hongkong dan Beijing. Jadi, dapat
maslh mendudukan wanita dalam posisl in
dikatakan bahwa pembagian perilaku atau
ferior, namun dalam perkembangan lebih
sifat berdasarkan jenls kelamin ada pada
lanjut
semua
kerajaan tidak ingin menjadikan perbedaan
budaya,
tetapl
masing-masing
juga
dlsebutkan
bahwa
sistem
budaya akan berbeda intensitasnya. Dengan
antara wanita dan pria sebagai penghalang
demikian perlu diketahui
terciptanya suatu bentuk kerja sama yang
34
seberapa besar
PSIKOLOGIKA Nomor
13 Tahun VU 2002
Peran Jendftr dalam Budaya Jawa
kuat. Perbedaan antara kedua jenis kelamin
t,mpangan
1ersebut bukan
tampak pada peran gender yang tidak setara
unsur-unsur yang
harus
dipertentangkan, tetapi sebagai kekuatan
yang
cukup
tajam.
Hal
itu
pada sebagian besar budaya di dunia.
yang saling melengkapi dan memungkinkan terbentuknya hubungan serasi dalam rangka membangun
masyarakat yang
sakiyeg
PENGERTIAN PERAN JENIS KELAMIN
sakeka kapti (manusia yang mempunyai kesamaan tanggung jawab).
Pengertlan
peran jenis
ke1amin
(sex
roles) merupakan peran yang berhubungan
Jaman sekarang tampak peran wanita
dengan ciri-ciri jenis
sudah cukup besar dalam berbagai aspek
karakteristik
kehidupan.
wanitaan
Jika diperhatikan, realitas ke
yang
disebut
kelamln,
mencirikan sebagai
sehingga sifat
feminin,
ke dan
hidupan yang berkaitan dengan peningkatan
karakteristik
peran wanita di masyarakat sangat beragam.
kejantanan disebut maskulin, (Taylor, dkk.
Ada wanita-wanita yang bekerja di pabrik,
2000).
di kantor, di toke, bahkan menjadi tenaga
tif dan bebas dianggap sebagal maskulin,
kerja di negara lain. Bidang ilmu pengetahuan
sedangkan individu yang penuh kaslh sayang
pun tidak lepas dari jangkauan perempuan,
dan pengertian dianggap bersifat feminin.
terbukti
banyak
ilmuwan,
peneliti,
yang
sifat
lndividu yang mempunyai slfat aser
Perempuan
dokter
mencirikan
sering
diharapkan
ber
yang
perilaku feminin, taki-laki diharapkan mem
biasanya iden1ik dengan pekerjaan laki-laki
punyai sifat maskulin, sehingga melahirkan
sampai
dengan
profesi-profesi
konsep peran gender yang dibentuk oleh
telah ditekuni oleh perempuan. Dunia blsnts dan politik tampak semakin diminati pula oleh
kaum perempuan.
Hal
faktor sosial
2000)
budaya.
mengajukan
Bern
(Taylor,
dkk.
karakteristik androgin
tersebut didukung oleh hasil survey tingkat
untuk mempertegas bahwa kemungkinan
dunia mengenai perempuan dalam pem·
individu baik laki-laki maupun perempuan
bangunan (women in development, diketahui
mengkombinasikan kekuatan maskulin dan
bahwa kaum perempuan mempunyai peran
kekuatan feminin, sehlngga individu dapat
cukup
yang
besar,
akan
tetapi
karena
perempuan diperlakukan tidak adil, maka ia
mengembangkan
kedua
sifat
tersebut
sesuai dengan keadaan.
tidak dapat menikmati hasil sesuai dengan perannya (Salim, 1999), atau perefl'l)Uafl juga PENGEATIAN PEAAN GENDER
sering
dleskploitasi
Kemajuan
dalam
tersebut juga
dunia
bisnis.
dijelaskan
Umar ( 1999) menyatakan bahwa gen
oleh
Darwin dan Tukiran (2001) bahwa salah satu
der
cermin modernisasi adalah per1uasan hak
mengidentifikasikan perbedaan antara laki·
perempuan sebagai manusia merdeka dan
laki dan perempuan dari segi sosial budaya,
kesamaan
sehingga
hak yang
dimiliki
perempuan
secara
umum
digunakan
gender
lebih
banyak
dalam berbagal aspek kehidupan domestik
berkonsentrasi
dan
budaya, psikologis, dan aspek non blologis
publik,
termasuk
hak
polltlk,
hak
kepada
untuk
aspek
sosial,
pendidikan, hak mempero1eh pekerjaan, hak
1ainnya. Gender berkaitan dengan persepsi
kesehatan reproduksl, dan lain-lain.
terhadap kewanitaan atau kepriaan yang
Per
ubahan tersebut temyata belum sepenuhnya
disebabkan
mampu mengubah pandangan mengenai
masyarakat.
peran gender lni. Tuntutan budaya tertiadap peran
gender
masih
menunjukkan
PSIKOLOGIKA Nomor 13 Tahun VII 2002
ke-
Peran sejumlah
oleh
atribut
yang
di
ender (gender rotes)
g
harapan
yang
berikan
adalah
diinglnkan
oleh
35
OUrotul Uyun
masyarakattertentu mengenai perilaku yang
terhadap
sesuai dengan pria dan wanlta, (Feldman,
gender
1999). Peran gender mengacu pada harapan
androgin
harapan
soslal
tentang
apa
yang
harus
dari
informasi
yang
relevan
1999).
(Feldman,
dengan
lndividu
yang
mengkombinasikan karakteristik
kedua jenis tidak
kelamin.
hanya
Laki-laki
yang
dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan oleh se
androgin
mengembangkan
orang ooividu sebagai lakHakidan perempuan.
agresivitas dan kekuatan yang dipandang
Pe ran gender di berbagai tempat dan waktu
sebagai karakter maskulin oleh masyarakat,
tidak sama, bahkan dapat berubah seiring
tetapi juga dapat mengembangkan karakter
perubahan sosial yang teriadi di masyarakat
femlnin sepertl kehalusan ketika perilaku itu
(Fakih dalam Mossa, 1996).
diperlukan. Perempuan yang androgin tidak
Feldman (1999) menambahkan bahwa
hanya mengembangkan emosi dan empati
harapan tentang perempuan dan lakHakl
yang dianggap sebagai karakterfeminin oleh
berbeda
di
masyarakat, tetapi juga dapat mengembang
pandang sebagai individu yang mempunyai
kan rasionalitas dan kemardrian yang selama
sifat seperti, kebebasan, objektivitas, dan
ini dipandang sebagai karaktermaskulin.
secara
signifikan.
Pria
lebih
Karakteristik androgin tidak berrnaksud
kompet1tif. Wanita cenderung dilihat sebagai individu
yang
mempunyai
slfat
seperti,
untuk
mengaburkan
kehangatan, ekspreslf kehalusan, dan ke
mengoptimalkan potensi-potensi positif yang
tersebut juga didukung oleh Fischer (2000)
dimiliki oleh perempuan dan laki-laki. Seperti
yang mengungkapkan bahwa sesuai dengan
halnya
noonagender , wanilaclharapl(an unllJk merjad
badian,
pengasuh
ngembangkan
menaruh perhatian
dalam
lebih
seksual
sadaran akan perasaan orang lain. Asumsi
(nurturant),
tetapi
ldentitas
seseorang,
proses
diharapkan sifat
untuk
membentuk
individu maskulin
dan
sesuai
bedakan jenis kelamin. Pengembangan sifat
memenuhi peran sosial
lain,
untuk
yang dikehendaki
androgin
pada
individu
lingkungan, maka perempuan adalah eks
perkembangan
presif dan agak berorientasi pasif.
menjadi optimal.
Laki-laki
tanpa
me
feminin
interpersonal,
kata
situasi,
kepri
mampu
terhadap orang lain, tertarik dengan hubungan dengan
dengan
bertujuan
membeda
memungkinkan
kepribadian
manusia
diharapkan menjadi agen yang aklif, yang memprioritaskan
tujuan
impersonal,
dan
PERAN GENDER
DAN BUDAYA
mampu untuk menguasai dunianya, sehingga Sejak peristiwa kelahiran, seorang bayi
lebih menekankan rasionalitasnya.
sudah dlberi label oleh kebanyakan orang tua KONSEP ANDROGINI
Pandangan
mengenai
peran
gender
yang telah disosialisasikan kepada anak anak menyebabkan intema1isasi nilai-nilai gender
terhadap
anak-anak
tersebut,
sehingga anak-anak akan mengembangkan skema gender.
Bern mengajukan konsep
androgini untuk mengurangi kemungkinan anak-anak akan mengembangkan skema gender, yaitu kerangka kognitif yang diatur dan
36
diarahkan
oleh
dengan
selimut
pemahaman
anak
selimut
merah
biru
muda
untuk
untuk
laki-laki,
perempuan.
Harapan yang sesuai dengan gender terus berkembang,
misalnya
tampak
ketika
perempuan dan lakl-laki diberi perrnainan yang
berbeda.
Seorang
ayah
lebih
suka
berrnain secara keras (rough/yJ dengan bayi laki-laki
dibandlngkan
perempuan. dituntut
Remaja
untuk
dengan
bayi
perempuan
lebih
menjaga
kehormatan
di
bandingkan dengan remaja laki-laki yang cenderung
lebih
dibebaskan
PSIKOLOGIKA Nomor
dalam
per-
13 Tahun vu 2002
Peran Jender Calam Budaya Jawa
gaulan. Orang dewasa sering memperlaku
sosialisai
peran
kan anak-anak secara berbeda berdasarkan
perempuan
sering
gender. Sosialisasi peran gender terhadap
sosok yang le mah dalam sinetron-sinetron.
anak ternyata tidak hanya dilakukan oleh
Keyakinan
gender,
misalnya
digambarkan
yang
telah
sebagai
tersebar
luas
orang tua, tetapi masyarakat memberi pesan
dalam masyarakat berkisar soaJ laki·laki dan
secara
perempuan (stereotip gender) telah banyak
[etas
kepada
anak-anak sejalan
dengan pertumbuhan mereka. Buku bacaan
dikaji di masyarakat Barat.
anak-anak secara tradisional digambarkan
(dalam Matsumoto, 1996) melaporkan hasil
bahwa anak pererrouan dlberi
William & Best
stereoio peran
penelitiannya yang menunjukkan bahwa ada
mengasuh (nurtutant roles), sedangkan anak
suatu pert,edaan daJam pandaJ1gan mengenai
laki-laki diberi peran yang beorientasi fisik
laki-laki dan perempuan tampak serupa di
dal1 tirdakan (adion-oliented roles), (McDonaJd,
semua negara. Tabel di
1989, C-& Pristasll, 1992,dalam Feklman,
berikan 100 aitem dari pancultural adjective
1999). Televisl
checklist
pun juga turut melakukan
bawah
ini
mem
yang dllaporkan oleh William
The 100 ttems of the Pancultural Adjective Checklist
Mare-Associated Active
(aktll)
Hardheaded
Adventurous Aggressive Arrogant
Realistic
(keras kepala)
�uka
humor)
(individuatlst}k)
wide
(serampan�an/
Resourceful Rigid
1nitialive (inlsiati?i Interests
meraJa
(rea!istik)
Reckless
acuh tak acuh
Individualist
(otokrat kl
(suka
Humorous tn
(agresif)
(sombon�)
Autocratic Bossy
(pemberanl)
Robust
ketenarikan
luas)
(banyak
(tegap)
Serious
(sungguh·sungguh)
capable tiampu)
Inventive (berdaya clpta)
Sharp-witted
Cooceite
Lazy \malas)
Show-art
(antuh)
Conlldenl
Cruel
Loud
(yak n)
Couraieous
suka mengejek)
Determined Di50fder1Yi
(menenlukan) (tidak
(berpendirian
Oppor1unistie
Prosigressive
Greedy
RatlOl'\81
us)
Stern
keras)
SlinPcf Slol
(mencan kesenangan)
(tepat)
Enterprls n� (mau berusaha) (ra
Sleacty
(oponunislik)
Pleasure seeking Precise
teratur)
keras)
(menjengkelkan)
Opinionated
ke,am)
Cynlcal
bersuara
Obnoxious
(berani)
(cerdas)
(berlagak)
(mantap)
(kasar) (kikir) (pend1am)
Toui,h
(keras)
Unlnendty
(progresil)
de
(kaku)
(tidak ramah)
Unscrupulous
Uahat)
Witty (jenaka)
(rasiona!)
Female-Associated
Affected
(dipengaruhi perasaan)
Affectionate ApPreclate Cautious
(penuh
Foolish
(bodoh)
kasih sayang) Forgiving tudah
(mentarijal)
Frivolous
�berhat ·hat
Fussy
Sht (malu) memaafkan)
sembrono)
(rewel)
So
hearted (lembut hati)
So�sticated (plntar dan njllmet) Su
lssive
(rmtuh)
Change ab e (berubah-ubah)
Gentle (lemah lembug
suegestlble
Charming
lma31natlve (imajinatl
Ta1
Complaining (mengeluh)
Kin
Timld
Contused
Mifd (halus)
Touchy
Curious (ingln lahu)
Modest {rendah hall)
Unambitlous
(tldak berambis1)
Dependent
Nervous
Unintelligent
(tidak cerdas)
(luwes)
(memblngungkan)
(tergantung)
(bark hat1)
(cemas)
mudah
(suka
(perasa)
Unstable (tldak stabll)
Patient
Emotlonal (emosional)
Pleasant (menyenangkan)
Warm
(hangat)
Excitable (mudah
Prudish
Weak
(lemah)
(sangat sopan)
Fault-finding \bawel/cerewet)
Self·pityiny (kasihan pada dirinya)
Worrying
Feartul
Sensitive
Understanding
(lakut
Fickle {t1dak tetap)
PSIKOLOGIKA Nomor
Sexy
13
Tahun VII 2002
sensrtif
(seksi)
tersugesli)
berblcara)
(takuVmalu)
Dreamy (me1amun)
tergugah)
(sabar)
atlve
(khawatir)
Superstitious
(pen�ian�
(suka
rtak
ayul)
37
Qurolul
Uyun
perbedaan
& Best.
Hasil penelitian mengenai perbedaan gender antara orang Afrika Amerika dan Eropa Amerika, menunjukkan bahwa orang
peran
gender
untuk
Amerika tampak tergantung
bangsa
pada model
patriarkal atau matriarkal. Hasit penelitian lain diungkapkan oleh
& Petrenko (2001) di antaranya
laki-lakl Afrika Amerika lebih mungkin untuk
Mitina
hidup di bawah garis kemiskinan, meninggal
menyimpulkan bahwa kebahagiaan wanita
pada usia lebih muda, menghasilkan uang
Rusia
lebih sedikit, masuk penjara, dan terdakwa
keluarga.
da1am kejahatan, dibandingkan dengan lakl
seseorang yang mempunyai kesempatan
laki Eropa Amerika (Matsumoto, 1996).
untuk
Banyak
keluarga Asia Amerika
me
dapat
diraih
Wanita
sepenuhnya
yang
mencurahkan
bahagia
hldupnya
dalam adalah
kepada
keluarganya, menjadi ibu rumah tangga, dan
ngembangkan peran gendertradisional yang
berurusan
berhubungan
dengan
jahit-menjahit
dan
dan
per
memasak. Sedangkan kebahagiaan wanita
mereka.
Per
Amerika dapat diraih melalui realisasi diri
empuan Asia sering diharapkan memikul
profesional. Lapangan pekerjaan yang
empuan
dengan
dari
budaya
laki-lakl asli
beban beret tugas-tugas domestik, me
paling memuaskan wanita Amerika adalah
ngasuh anak, dan harus menjadi menantu
bldang
yang balk. Laki-laki Asia Amerika sering
mempunyai usaha sendiri.
tampak rnandiri, tidak emosional, dan otoritatif, khususnya
berkaitan
dengan
masalah
Seperti
halnya
peran
peran
gender Asia
tradislonal
perempuan
media
massa,
atau
uralan di atas dapat disimpulkan bahwa
perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan
keluarga.
Amerika,
obat-obatan,
ada
dalam
semua
budaya.
Banyak stereotip yang muncul secara uni versal mengenai perbedaan gender secara
Meksiko menyediakan diri untuk anak-anak
lintas budaya seperti agresivitas, kekuatan,
dan
dan kurang emosional pada lakl-lakl, serta
memperhatikan
peran
lakl-laki
rumah.
Meksiko
Di
sisi
Amerika
lain
secara
tradisional didoktrin dengan harapan kuat sebagai
pemberi
nafkah
bagi
kelemahan, penerimaan, dan emosionalitas pada perempuan.
keluarga.
Perbedaan-perbedaan lni berkaitan dengan PERAN GENDER
konsep
machismo.
harapan-harapan
Konsep
inl
peran gender lakl-takl,
sebagal tidak emosional,
MASYARAKAT JAWA
mefiputi
kuat,
otoritatif,
Sistem
patriarkhis
masyarakat Jawa
pada abad 18, telah melahirkan ungkapan
begitu
ungkapan (yang sering kali masih terdengar
penelitlan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
hingga sekarang) yang dianggap menyirat
agresif,
dan
maskulln.
Meskipun
perbedaan gender pria dan wanita Meksiko
kan inferioritas wanitaJawa (Fananie, 2000).
Amerika juga mengalaml penurunan. Wanita
Ungkapan-ungkapan
Meksiko Amerika mengalami peningkatan
wingking,
pengambilan
keluarga,
wanita
keputusan dalam
swarga
hanya
seperti
nunut neraka
mengurus
dapur,
kanca katut, wanita
langsung
hanya bergantung pada suarni, menegaskan
sebagai pencari nafkah dengan bekerja di
bahwa wanita Jawa tampak menduduki
luar
struktur bawah. Kuatnya konsepsi tersebut
sebagaimana
rumah.
turut
berperan
Sementara
remaja
laki-laki
masih lebih diberi kebebasan di luar rumah
dalam
dari pada perempuan, jadi perbedaan gen
lakuan-per1akuan yang dianggap membatasi
budaya Jawa,
menimbulkan
per·
der mengalami penurunan dalam keluarga
ruang gerak wanita, seperti halnya konsep
Mekslko
pingitan, yaitu melarang wanita untuk bebas
38
Amerika
kontemporer.
Jadi
PSIKOLOGIKA Nomor
13 Tahun
VII
2002
Peran Jender daJam Budaya Jawa
beraktivitas. Dengan kata lain wanita harus
pada
nrimo, pasrah, hafus, sabar, setia, dan ber
sejarah, meskipun telah terjaot pergeseran
bakti.
jaman,
Hal tersebut juga digambarkan oleh
masyarakat Jawa,
pengaruh
pendidikan
mulai
bila dilihat dari
budaya
Barat
meningkat.
masuk,
Hal
itu
di
Darwin dan Tukiran (2001), bahwa sosok
dukung oleh beberapa hasil penelitian ber
lelaki
tema gender di Jawa yang tel ah dilakukan
ideal
dalam
imajinasi orang Jawa
adalah lefanangingjagadyang sakti, tampan, dan
banyak
istrl,
seperti
Arjuna,
beberapa tahun terakhir. Penelitian
tokoh
yang
dilakukan
oleh
Pandawa dalam pewayangan, yang selalu
Kartodirdjo dan Tukiran (dalam Darwin dan
menang di setiap medan perang, dan selalu
Tukiran, 2001) telah menggali kebudayaan
memenangkan hati setiap dewi. Lelaki ideal
priayi Surakarta. Laki-laki priayi dipandang
dalam imajinasi orang Jawa adalah memiliki
sebagai pengayom (pelindung dalam artl
benggol (uang) dan bonggol (kejantanan
tuas) bagi perempuan dan keluarga priayi
seksual).
adalah milik
sehingga dominasinya terhadap perempuan
laki-laki, sejajardengan bondo (harta), griyo
dan keluarga sangat kuat. Perempuan priayi
(istana),
dituntut untuk menjadi "perempuan ideal"
Posisi
perempuan
turonggo
(kendaraan),
kukilo
(burung atau binatang piaraan), dan pusoko
dalam keluarga priayi, yaitu bertingkah laku
( senjata, kesa_ktian). Penguasaan terhadap
sopan,
perempuan
cantikan tubuh dengan min um jamu tradisio
(wanito)
merupakan
simbol
memelihara
busana
dan
nal,
tundukan, ketergantungan, dan kepasrahan
menarik gairah suami, serta mempelajari
perempuan kepada �-laki adalah gambaran
pengetahuan
kemuliaan hati seorang perempuan Jawa.
penelitian ini menyebutkan bahwa dampak
Gambaran tersebut meskipun
dari
seksual
pendidikan
dari
modern
Jawa
ke
kejantanan seorang lelakt, sebaUknya ke
dikatakan
mengenakan
kesehatan
emban.
yang
yang
Hasil
dicapai
sering dijadikan
generasi muda priayi adalah dominasi laki
falsafah bagi orang Jawa dalam memandang
laki terhadap perempuan mulai mengendor
perempuan.
dalam
sistem
Hanum
priayi
dapat
sebagai imajinasi, tetapi
bahwa
mengungkapkan
sebagian
Kenyataan
besar wanita
menjadi
budaya
keputusan yang
tergantung pada laki-laki, bukan saja secara ekonomis,
pentingnya bekerja,
(Milla,
1999).
percaya
Banyak wanita
bahwa
perkawinan
kemudian
merupakan
Perempuan keputusan
menyangkut
ketuarganya.
tetapi juga secara psikologis
priayi.
mengambit
Mereka
mulai
kehidupan
menghargai
baik dalam
instansi
pemerintahan maupun swasta. Penelitian ini juga
menyimpulkan
bahwa
dinamika
tern pat satu-satunya bagi mereka untuk me
kebudayaan priayi yang berkembang dalam
nyelamatkan
era perubahan budaya kota modem, seperti
hidupnya,
kemudian
perkawinan dapat memecahkan masalah
kota
ketergantungan ekonomis dan psikologis.
sebagian unsur-unsur kebudayaan priayi
Meskipun dalam
yang tenggelam, dan ada sebagian unsur
masyarakat terjadi
per
Surakarta,
menunjukkan
adanya
ubahan pandangan tentang peran pererpcan
unsur yang masih mempunyai eksistensi
dan
(seperti bahasa, etiket,
lakl-laki
secara
bertahap,
namun
demikian wanita tetap dituntut menyediakan waktu
untuk
mengurus
rumah
tangga,
seni, dan
penge
tahuantentangramianjamu tradisiona!Jawa).
Penetitian yang dilakukan oleh Marpinjun
ataupun bertanggung jawab pada sektor
S dkk.
domestik.
(Lembaga Studi dan Pengembangan Per
Ada perbedaan peran gender yang besar
PSIKOLOGIKA Nomor 13 Tahuo VII 2002
yang
tergabung
dalam
LSPPA
empuan dan Anak) merupakan representasi
39
Qurotul
Uyun
dibawa oteh suaminya."
dari masyarakat Jawa yang bukan priayi, yaitu desa Limbangan,
sebe1ah tenggara
2.
Pengenalan norma gender pada masa
kota Klaten (Salim, 1999). Penduduk desa
kecit
ini baik perempuan maupun laki-laki, tidak
Pengenalan norma gender dimulai dari
sedikit yang merantau ke Solo atau Yogya
pemberian nama pada anaknya. Nama
karta untuk melanjutkan sekolah yang lebih
nama feminin diperuntukkan bagi anak
tinggi
mutunya.
perempuan dan nama-nama maskulin
Kenyataan tersebut menggambarkan bahwa
untuk anak laki-laki. Pembiasaan yang
masyarakat desa ini sudah menyadari pen
berkaitan dengan
tingnya pendidikan tinggi. Hasil penelitian
langsung seiring dengan bertambahnya
dan
dianggap
lebih
baik
jenis
kelamin
ber
pandangan
umur. Misalnya anak perempuan jangan
mengenai peran gender pada masyarakat
suka ngeyel, anak laki-laki tidak boleh
Jawa, yaitu:
cengeng.
ini
mendapatkan
beberapa
Pemberian permainan
harus sesuai 1.
Arti dan nilai anakmenunrtjenis kelamin.
Orang
tua
lakinya
dengan jenis
getisah
bermain
jika
anak
boneka,
pun
kelamin. laki
khawatir
Anak laki-laki cenderung mempunyai arti anaknya seperti perempuan, banci, dan
yang bemubungan dengan martabet, per sebagainya. lindungan,
dan tumpuan harapan
Mereka
juga
percaya
ke bahwa anak laki-lakr dan perempuan
luarga di masa depan, sehingga anak mempunyai laki-laki
pembawaan
sifat
yang
mempunyai tanggung jawab berbeda: anak laki-laki sulit diatur dan
yang
lebih
besar.
Anak perempuan anak perempuan lebih
mudah
diatur,
mempunyai arti yang berhubungan de serta memahami keinginan orang tua. ngan kepraktisan, dalam arti kehadiran nya bermanfaat untuk memperlancar 3. kegiatan
beres-beres urusan
Persoalan pergaulan, seksualitas, dan
rumah cita-cita d1 katangan remaja.
tangga,
sedangkan
anak-laki-laki Masyarakat (orang tua) biasanya mem
dianggap tabu melakukan tugas-tugas rumah tangga. dlungkapkan bahwa
Hal tersebut
kebanyakan
berikan larangan yang lebih banyak bagi
seperti
para
remaja perempuan, seperti mengingat
lbu,
kan mereka untuk menjaga kehonnatan,
keuntungan mempunyai anak
tidak boleh keluar rumah sendirian pada
perempuan adalah mereka dapat mem
malam hari. Sedangkan larangan untuk
bantu ibunya membereskan pekerjaan rumah.
anak laki-laki tidak seketat anak per
Oahulu ada anggapan bahwa
empuan. Perempuan sekarang nampak
perempuan tidak perlu sekolah tinggi
nya sudah tidak berbeda dalam aspi
tinggi, karena pada akhimya akan ke
rasinya, yai1u mereka jug a mempunyai
dapur juga. Jadi di satu sisi masyarakat mengakui
bahwa
anak
motivasi yang kuat untuk bekerja di luar
perempuan
n.mah. Naroon, norma peran ganda wanita
mempunyai potensi membawa manfaat
juga sudah terintematisasi sejak remaja.
layaknya anak laki-laki, tetapi di sisi lain masyarakat belum percaya sepenuhnya menyerahkan beban martabat keluarga di
pundak
anak perempuan.
Seperti
sering diungkapkan orang tua:" Kalau anak
40
perempuannya
menikah
akan
4.
Pembagian peran dalam rumah tangga Suami
berkewajiban
keluarga,
yaitu
menjadi
menafkahi
kepala
dan
me
lindungi keluarganya, tetapi tidak wajib membantu tugas istri di rumah. lstri wajib
PSIKOLOGIKA Nomor 13 Tahun VII 2002
Peran Jender dalam Bodaya Jawa
menjadi ibu rumah tangga, tetapi tidak
sehingga sering merugikan laki-laki maupun
wajib bekerja atau berkarir. Jadi citra ideal
perempuan.
suami adalah sebagai kepala keluarga
diungkapkan oleh Bern per1u dikembangkan,
yang bertanggung jawab, sedangkan istri
yaitu
adalah pemeran ganda.
mengembangkan sifat-sifat maskulin dan
sebaiknya
feminin Dari
uraian
di
atas
dapat
dikatakan
Konsep
secara
androgini
perempuan
seimbang,
bahwa anak akan belajar mengenai perilaku
masing
kepribadian secara opumate
yang
berlaku
di
laki-laki
dengan
me
mahami budaya Jawa, sehingga masing
yang berkaitan dengan jenis kelamin sesuai stereotip
dan
yang
individu
dapat
mengembangkan
masyarakat.
Penanaman peran genderpada masyarakat DAFTAR PUSTAKA
Jawa ber1angsung terus menerus sejak lahir sampai dengan menjad, orang tua. Hasil-hasil
penelitian
di
atas
Chang, L. � 999. Gender meng
Role Egalitarian
Attitudes in Beijing, Hongkong, Florida,
gambarkan bahwa pergeseran pandangan
and Michigan. Jou ma I of Cross-Cultural
mengenai peran gender sudah ada, seperti
Psychology, 30: 722-732.
dalam
masyarakat
syarakat desa pendidikan, dudukan
priayi
maupun
ma
yang sudah banyak menerima
tetapt tidak menjadikan ke
perempuan
menjadi
seimbang
terhadap laki-laki. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
di
atas
bahwa
masih
ada
ada
Darwin,
M.
dan
Tukiran,
(editor).
2001.
Menggugat Budaya Patriarkhi. Yogya karta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Ford Foundation.
subordinasi laki-laki terhadap perempuan Ervita, pada
masyarakat
desa
maupun
2000.
Sikap
terhadap
Kemitra
priayi. sejajaran Ditinjau dari Peran Jenis dan
Penelitian-penelitian
di
atas
memberikan Jenis Kelamin.
Skripsi (Tidak Diterbit
gambaran kepada kita bahwa faktor sosial
kan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. dan budaya Jawa telah mengakar, sehingga pandangan orang terhadap peran gender
Fananie, Z. 2000.
Restruktun·sasi Budaya
tidak mudah untuk berubah. Hal itu memer1u
Jawa.
kan pemikiran lebih lanjut untuk mengurangi
karta: Muhammadiyah University Press.
Perspektif KGPAA MN I.
Sura
ketimpangan peran gender di masyarakat Feldman, A. S. 1999.
dengan pemahaman terhadap budaya.
Understanding Psy
chology (Fihh edition). United State of America: The McGraw-Hilt Companies, KESIMPULAN
Inc.
Perbedaan peran genderada daJam setiap Fischer, A. H. 2000. Gender and Emotion. budaya,
tetapi
masing-masing
budaya
Social Psychological Perspectives. mempunyai intensltas yang berbeda-beda, United Kingdom: Cambridge University demikian
pula
pada
budaya
Jawa
yang Press.
menjadi
sorotan
dalam
tulisan
ini.
Per
ubahan sosial ternyata belum sepenuhnya membawa pandangan yang setara terhadap
Matsumoto, D.1996. CultureandPsydlology. Brooks/Cote Publishing Company.
peran gender antara perempuan dan laki laki.
Hal
tersebut
masalahan
bias
menimbulkan
gender
PSIKOLOGIKA Nomor
di
per
masyarakat,
13 Tahun vu 2002
Milla,
M.
N.
1999.
Generativitas
(Keber
kembangan) Wanita Jawa yang Tidak
41
Ourotul
Uyun
Menikah
pada
Masa Tengah
Baya:
Munro,
D.,
Schumaker,
J. F., Carr, S. C.
Motivasi, Perhatian, dan Narasi. Tesis.
1997. Motivation and Culture. New York
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
& London: Routledge.
Mltina,
O.
V.
& Petrenko,
V.
F.
2001.
A
of Female
Behavior.
H.
Salim,
(editor),
1999.
Menjadi Per
empuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Cross - Cultural Study of Stereotypes
Russian Social
bekerja sama dengan Lembaga Studi
Science Review, 42: 60-92.
dan
Pengembangan Perempuan dan
Anak dan Ford Foundation. Mosse,
J.C,
bangunan.
1996.
Gender dan
(Half The
World,
Pem Halt A
Taylor, S. E., Peplau, L.A., & Sears, D. 0.
Chance An Introduction to Gender and
2000.
Development). Diterjemahkan ke dalam
tion). New Jersey: Prentice Hall Inter
bahasa Indonesia oleh Hartian Silawati.
national, Inc.
Social Psychology (Tenth
Edi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Umar, N. (1999). Argumen Kesetaraan Gen
der.
Perspektif Al Quran.
Jakarta:
Paramadina.
+ + +
42
PSIKOLOGIKA Nomor
13 Tahun VII 2002