BAB 5 5.1
PENUTUP
RINGKASAN Saat suatu perusahaan memiliki pengendalian yang efektif dan efisien
terhadap masalah agensi maka perusahaan dapat berperforma baik (Jensen & Mecklin, 1976). Usaha pengendalian tersebut kemudian dikaitkan dengan penyusunan struktur modal pada perusahaan yang menurut Laporta et al. (2002), konsentrasi kepemilikan dapat menciptakan pengendalian perusahaan yang efisien sehingga perusahaan pun dapat berperforma baik. Selain itu, Douma et al. (2006) juga menjelaskan teori agensi dan teori berbasis sumberdaya (resources based theory) dapat menjadi penghubung adanya pengaruh tipe kepemilikan dan konsentrasi kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan teori tersebut, penelitian ini mengobservasi perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI dengan mengambil sampel sebanyak 85 perusahaan dengan periode tahun 2011-2013 untuk mengidentifikasi apakah konsentrasi kepemilikan dan tipe kepemilikan tersebut memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian, penelitian ini kemudian menemukan hasil bahwa konsentrasi kepemilikan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, untuk melihat pengaruh tipe kepemilikan terhadap kinerja, penelitian ini kemudian membagi tipe kepemilikan menjadi empat tipe kepemilikan yang diuji secara bersamaan dalam satu model. Sesuai observasi terhadap industri yang sama dan data yang sama, penelitian ini menemukan hasil yang menunjukkan
bahwa tipe kepemilikan memiliki pengaruh terhadap kinerja, dan dari keempat tipe kepemilikan tersebut, ditemukan hanya tipe kepemilikan Group dan Bank yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan.
5.2 DISKUSI Terpisahnya pengaruh principal terhadap perusahaan dan adanya wewenang yang kuat yang dimiliki oleh agen terhadap perusahaan sering sekali menjadi permasalahan yang besar bagi perusahaan terutama pada kinerja. Saat agensi ini dapat diawasi dengan efektif dan efisien maka kinerja perusahaan pun dapat meningkat sejalan dengan harapan principal. Untuk mengatasi masalah keagenan, Shleiver dan Vishny (1986) menyebutkan salah satu cara yaitu dengan konsentrasi kepemilikan. Konsentrasi kepemilikan ini kemudian diteliti oleh Laporta et al. (2006) dengan kesimpulan bahwa benar konsentrasi kepemilikan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di beberapa negara yang memiliki proteksi kepemilikian yang baik. Kesimpulan tersebut diambil dari alasan adanya pengendalian yang efisien terhadap perusahaan dan agensi. Berdasarkan konsep tersebut, penelitian ini juga menerima dan menemukan bahwa hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menerima hipotesis alternatif (H2a) yang menyebutkan bahwa kepemilikan group memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal itu dikarenakan adanya usaha peningkatan nilai perusahaan melalui merger dan akuisisi yang mana saat perusahaan lain mengskuisisi atau merger dengan
perusahaan tertentu maka perusahaan terakuisisi tersebut akan didorong untuk bersinergi dengan perusahaan pengakuisisi. Agar sinergi tersebut tercipta maka sangat memungkinkan adanya sumberdaya baik fisik maupun nonfisik yang mengalir terhadap perusahaan yang terakuisisi. Sementara itu, adanya sinergi dalam akuisisi dan merger maka akan meningkatkan nilai perusahaan terutama nilai pasar perusahaan. Hal ini kemudian sejalan dengan penerimaan hipotesis alternatif (H2a) tersebut yang mana kepemilikan Group ini berpengaruh kuat terhadap kinerja TobinQ. Sementara itu, penelitian ini menerima hipotesis (H2d) yang menyatakan kepemilikan bank berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hipotesis ini diterima setelah mengoservasi pengaruh kepemilikan bank ini terhadap kinerja ROE. Sesuai dengan konsep teori yang dijelaskan oleh Douma et al. (2006) yang menyatakan jika perusahaan memiliki kemudahan dalam akses sumberdaya maka kinerja perusahaan akan semakin meningkat. Hal tersebut kemudian menjelaskan bahwa jika perusahaan memiliki koneksi baik terhadap bank yang sebagai pemilik sumberdaya khususnya keuangan maka kinerja operasional perusahaan akan semakin meningkat. Tidak adanya pengaruh yang signifikan yang ditunjukkan oleh kepemilikan pemerintah terhadap kinerja menjadikan hipotesis alternatif (H2b) ditolak. Kepemilikan pemerintah
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
dikarenakan masih sedikitnya keterlibatan pemerintah terhadap kepemilikan perusahaan khususnya perusahaan manufaktur. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kepemilikan pemerintah terhadap perusahaan manufaktur sebesar 3,02% dengan
deviasi standar sebesar 15,38% sehingga estimasi pengaruh kuat kepemilikan pemerintah ini masih sulit ditemukan. Selain dari kecilnya keterlibatan pemerintah dan berfluktuasinya presentase kepemilikan pemerintah, pengaruh pemerintah dalam mengendalikan ataupun memberikan sumberdaya guna mendorong kinerja perusahaan seperti yang dijelaskan oleh Douma et al. (2006) juga kemungkinan besar sangat minim. Hal yang kurang lebih sama dari Hipotesis (H2b) adalah hipotesis (H2c). Rata-rata kepemilikan Investor Institusional terhadap perusahaan sebesar 11,4% dengan deviasi standar 19%. Hal ini menjadikan estimasi pengaruh signifikan kepemilikan investor institusional terhadap kinerja perusahaan sulit ditemukan akibat berfluktuasinya kepemilikan investor institusional antar perusahaan dan antar periode tahun.
5.3
SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis pada bab 4, penelitian ini
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1.
Konsentrasi kepemilikan secara konsisten berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan baik kinerja pasar seperti TobinQ maupun kinerja operasinal perusahaan seperti ROE. Konsentrasi kepemilikan juga dapat menjadi cara yang efektif untuk mengendalikan agensi dalam perusahaan jika dilihat dari pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan.
2.
Secara simultan tipe kepemilikan dengan berbagai tipenya memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikansi F yang sangat signifikan pada masing-masing model. Akan tetapi, secara parsial dari masing-masing tipe kepemilikan hanya kepemilikan Group dan Bank yang berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. 3.
Secara parsial, Kepemilikan Group berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan dan tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi t dari varibel Group yang signifikan hanya pada kinerja TobinQ saja.
4.
Sementara itu, kepemilikan Bank hanya berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan dan tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi t dari varibel Bank yang hanya signifikan pada kinerja ROE saja.
5.4
KETERBATASAN Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut. 1.
Seperti yang telah dijelaskan pada pengembangan hipotesis bahwa penelitian ini meneliti konsentrasi kepemilikan sebesar hak arus kas dan hak voting
mengikuti
besaran
persentase
kepemilikan
saham
tanpa
mempertimbangkan pola interaksi pemegang saham dalam menggunakan hak voting untuk menjalankan fungsi pengawasan terhadap agensi. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan dana untuk mengakses dan mengidentifikasi informasi tentang pola interaksi pemegang saham tersebut.
Hal ini juga yang memungkinkan terjadinya nilai R2 pada hasil regresi penelitian cenderung jauh dari angka satu yang berarti bahwa masingmasing variabel independen penelitian ini untuk masing-masing model belum bisa mendefinisikan dengan baik terhadap nilai kinerja yang digunakan dalam model. 2.
Keterlibatan pemerintah terhadap kepemilikan perusahaan manufaktur di Indonesia masih sangat sedikit. Hal ini dapat terlihat dari 167 perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI hanya 5 perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah. Hal
ini
kemudian menyulitkan estimasian pengaruh
kepemilikan pemerintah terhadap kinerja, melihat adanya fluktuasi persentase kepemilikan pemerintah antar perusahaan dan waktu.
5.5
SARAN Penelitian terkait pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap kinerja akan
lebih baik jika menambahkan pola interaksi pemegang saham sebagai variabel tambahan. Hal ini dikarenakan oleh pemahaman bahwa meskipun kepemilikan perusahaan oleh satu pihak cukup besar namun jika interaksi pemilik minoritas lain dapat memiliki pola terpusat dan efisien untuk mengendalikan perusahaan maka bisa saja kinerja tidak didasarkan pada besaran persentase kepemilikan oleh satu pihak namun pada pusat interaksi pemegang saham tersebut seperti yang terjadi di negara Amerika.