PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Makassar email:
[email protected]
Sutriani Hidri
Jaβfaruddin
Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Makassar
Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Makassar
Info: Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Edisi: Januari β Juni 2015 Artikel No.: 1 Halaman: 1 - 10 ISSN: 2355-083X Prodi Matematika UINAM
ABSTRAK Pada artikel ini dibahas persamaan Lotka-Volterra yang merupakan persamaan dari model yang membahas interaksi predasi antara mangsa dan pemangsa yang membentuk sistem persamaan diferensial biasa tak linear. Untuk melihat interaksi tersebut diperlukan penyelesaian dari persamaan Lotka-Volterra yang sulit untuk ditentukan secara analitik. Metode transformasi diferensial merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan persamaan diferensial tak linear tanpa linearisasi terlebih dahulu. Penyelesaian dengan metode ini dilakukan dengan mentransformasi persamaan menggunakan sifat-sifat transformasi diferensial yang sesuai. Pada penyelesaian persamaan Lotka-Volterra terdapat 2 sistem persamaan. Masing-masing sistem disimulasikan dengan 3 kelompok nilai parameter yang berbeda. Solusi yang diperoleh berupa deret tak hingga, sehingga untuk keperluan praktis perlu dipotong sampai sejumlah π suku tertentu. Pada bagian akhir solusi tersebut divisualisasikan menggunakan software Maple 17. Kata Kunci: metode transformasi diferensial, model Lotka-Volterra, persamaan diferensial tak linear
1. PENDAHULUAN Persamaan diferensial merupakan salah satu bagian dari matematika yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak masalah dalam bidang teknik, kesehatan dan ilmu pengetahuan alam yang dapat dimodelkan dalam bentuk persamaan diferensial. Berbagai aktifitas yang bergantung terhadap waktu dirumuskan dalam bentuk persamaan diferensial biasa baik linear atau pun tak linear. Salah satu contoh persamaan diferensial tak linear adalah persamaan yang terbentuk dari model mangsa pemangsa. Model mangsa pemangsa dikenal sebagai model Lotka-Volterra yang membahas interaksi antara 2 atau lebih spesies makhluk hidup. Dalam berinteraksi, tentunya diharapkan jumlah spesies mangsa dan pemangsa harus sesuai dengan proporsinya (ukuran) agar interaksi dapat seimbang sehingga diperlukan penyelesaian dari penyelesaian persamaan model Lotka-Volterra. Pada tahun 1986, Zhou memperkenalkan suatu metode yang dapat diterapkan dalam penyelesaian persamaan 1
diferensial tak linear tanpa linearisasi terlebih dahulu (Rahayu, dkk., 2012). Metode tersebut adalah metode transformasi diferensial (MTD). Berbagai penelitian diketahui menggunakan metode ini. Diantaranya oleh Rahayu dkk. (2012) yang membahas penyelesaian untuk persamaan diferensial Riccati orde satu dan orde dua. Dewi (2013) menggunakan metode ini untuk menyelesaikan model epidemi SIRS. Dari latar belakang tersebut maka penulis merumuskan beberapa permasalahan yaitu bagaimana menyelesaikan persamaan diferensial tak linear orde satu dan orde dua dengan metode transformasi diferensial, bagaimana menyelesaikan persamaan Lotka-Volterra dengan metode transformasi diferensial serta bagaimana simulasi numerik persamaan LotkaVolterra menggunakan Maple 17. Sejalan dengan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara menyelesaikan persamaan diferensial tak linear orde satu dan orde dua dengan metode
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 transformasi diferensial, mengetahui cara menyelesaikan persamaan Lotka-Volterra dengan metode transformasi diferensial serta mengetahui hasil simulasi numerik menggunakan Maple 17.
Jika π’(π₯) = ππ(π₯), maka untuk π= konstanta Sifat 3. Turunan Pertama ππ(π₯)
, maka π(π) = (π + 1)πΊ(π +
2. TINJAUAN PUSTAKA
Jika π’(π₯) = 1)
Metode Transformasi Diferensial
Sifat 4. Turunan ke-m
Definisi metode transformasi diferensial π(π) dari fungsi π’(π₯) adalah sebagai berikut π(π) =
1 ππ π’(π₯) π!
[
ππ₯ π
]
, π = 0,1,2,3, β¦
π₯=π₯0
Pada persamaan (1), π’(π₯) merupakan fungsi yang ditransformasikan dan π(π) merupakan fungsi transformasi. Invers dari metode transformasi diferensial π(π) didefinisikan sebagai berikut π π’(π₯) = ββ π=0 π(π)(π₯ β π₯0 ) ,
Dari persamaan (1) dan (2), didapatkan 1
ππ₯ π
]
π₯=π₯0
ππ π(π₯)
Jika π’(π₯) = ππ₯ π , maka 1) β¦ (π + π)πΊ(π + π)
π(π) = (π +
Jika π’(π₯) = π(π₯)π(π₯), βππ=0 πΉ(π)πΊ(π β π)
maka
π(π) =
Sifat 6. Perkalian m fungsi Jika
π’(π₯) = π1 (π₯), π2 (π₯) β¦ ππ (π₯), maka π(π) = βπππβ1=0 β¦ βππ2=0 πΉ1 (π1 )πΉ2 (π2 β π1 ) β¦ πΉπ (π β ππβ1 ) 1
Sifat 7. Fungsi Variabel Bebas (2)
π’(π₯) = ββ π=0 π! [
ππ₯
Sifat 5. Perkalian (1)
ππ π’(π₯)
π(π) = ππΊ(π).,
Jika π’(π₯) = π₯ π , maka 1, π β π = 0 { , 0, π β π β 0
π(π) = πΏ(π β π) =
Sifat 8. Fungsi Konstanta
(π₯ β π₯0 )π (3)
Jika π’(π₯) = π , π π β, maka π(π) = πΏ(π) = π , π = 0 { HASIL DAN PEMBAHASAN 0, π β 0 3. METODE PENELITIAN
Persamaan (3) menyatakan bahwa pengertian dari metode transformasi diferensial berasal dari deret Taylor (Hasan dan Erturk, 2007). Sifat Transformasi Diferensial Misalkan 1
ππ π(π₯)
1 ππ π’(π₯)
π(π) = π! [ 1
ππ π(π₯)
ππ₯ π
] , πΉ(π) =
[ ππ₯ π ] dan πΊ(π) = π! [ ππ₯ π ] merupakan masing-masing fungsi transformasi dari π’(π₯), π(π₯) dan π(π₯). Beberapa sifat metode transformasi diferensial adalah sebagai berikut. π!
Sifat 1. Penjumlahan dan Pengurangan Jika π’(π₯) = π(π₯) Β± π(π₯), maka πΉ(π) Β± πΊ(π). Sifat 2. Perkalian dengan Konstanta
π(π) =
Penelitian ini merupakan penelitian kajian teori mengenai sistem persamaan diferensial yang bertujuan untuk mencari penyelesaian persamaan Lotka-Volterra menggunakan metode transformasi diferensial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Studi literatur merupakan penelitian yang dilakukan dengan bantuan bermacam-macam material meliputi dokumen, buku-buku, majalah, jurnal, atau bahan tulis lainnya. Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Jurusan Matematika FMIPA UNM sebagai lokasi utama dalam pengumpulan literatur untuk penulisan, serta tempat-tempat lain yang dapat memberikan informasi tentang apa yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yakni September 2014 hingga bulan Desember 2014. 2
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 Adapun prosedur pemecahannya sebagai berikut: (1) Masing-masing persamaan pada sistem persamaan Lotka-Volterra ditransformasikan menggunakan sifat transformasi diferensial yang sesuai, (2) Nilai-nilai parameter disubtitusikan pada persamaan hasil transformasi persamaan Lotka-Volterra, (3) Nilai awal yang diberikan ditransformasi menggunakan definisi transformasi diferensial, (4) Dipilih π suatu bilangan bulat tak negatif, bilangan tersebut disubtitusikan pada persamaan hasil transformasi persamaan Lotka-Volterra, (5) Nilai-nilai yang diperoleh disubtitusikan pada invers dari metode transformasi diferensial yang menghasilkan penyelesaian dari masalah tersebut, (6) Untuk melihat secara grafik solusi atau penyelesaian dari persamaan Lotka-Volterra, selanjutnya dilakukan simulasi numerik menggunakan software Maple 17. 4. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Penyelesaian Persamaan Diferensial Tak Linear Orde Satu dan Dua Penyelesaian Persamaan Linear Orde Satu
Diferensial
Tak
Diberikan persamaan diferensial tak linear orde satu: ππ¦(π‘) = ππ¦ 2 (π‘) + ππ¦(π‘) + π (4) ππ‘ dengan nilai awal π¦(0) = π Penyelesaian: Langkah 1 Persamaan ditransformasi menggunakan sifat transformasi diferensial yang sesuai sehingga diperoleh π
π(π + 1) =
1 [(π β π(π)π(π β π)) π+1 π=0
+ ππ(π) + πΏ(π)]
(5)
Langkah 3 Substitusi setiap nilai π = 0,1,2,3, β¦ pada persamaan (5) Jika diberikan π = 1, π = 2, π = 3 dan π = 0 sehingga persamaan (4) menjadi ππ¦(π‘) = π¦ 2 (π‘) + 2π¦(π‘) ππ‘ +3
(6)
dengan nilai awal π¦(0) = 0 dengan cara yang sama maka diperoleh π(1) = 3, π(2) = 3, π(3) = 5, ... Langkah 4 Nilai-nilai yang diperoleh disubtitusikan pada invers dari metode transformasi diferensial pada persamaan (2) sehingga diperoleh penyelesaian persamaan diferensial tak linear orde satu dari persamaan (4.3) adalah π¦(π‘) = 3π‘ + 3π‘ 2 + 5π‘ 3 + β― Penyelesaian Persamaan Linear Orde Dua
Diferensial
Diberikan persamaan diferensial tak linear orde dua : π2 π₯(π‘) = ππ₯ 2 (π‘) + π‘ π ππ‘ 2
(7)
dengan nilai awal π₯(0) = π dan π₯ β² (0) = π akan diselesaikan dengan menggunakan metode transformasi diferensial. Penyelesaian: Langkah 1
Persamaan ditransformasi menggunakan sifat transformasi diferensial yang sesuai sehingga diperoleh π
Langkah 2 Transformasi nilai awal menggunakan definisi transformasi diferensial sehingga diperoleh transformasi nilai awal yaitu π(0) = π.
3
Tak
1 π(π + 2) = [π (β π(π)π(π (π + 1)(π + 2) π=0
β π)) + πΏ(π β π)] Langkah 2
(8)
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 Transformasi nilai awal menggunakan definisi transformasi diferensial sehingga transformasi nilai awalnya yaitu π(0) = π dan π(1) = π Langkah 3 Substitusi setiap nilai π = 0,1,2,3, β¦ pada persamaan (8) Jika diberikan π = 2, π = 1, π = 1 dan π = 0 sehingga persamaan (7) menjadi π 2 π₯(π‘) = 2π₯ 2 (π‘) + π‘ ππ‘ 2
mangsa, βπ adalah koefisien laju kematian pemangsa, sedangkan πΌ dan π½ menunjukkan koefisien interaksi antara mangsa dan pemangsa. Untuk menyelesaikan persamaan LotkaVolterra tersebut, persamaan ditransformasikan dengan menggunakan sifat-sifat metode transformasi diferensial sehingga diperoleh sistem persamaan hasil transformasi π(π + 1) =
(9)
1 [ππ(π) (π + 1) π
dengan nilai awal π₯(0) = 1 dan π₯ β² (0) = 0
β πΌ β π(π)π(π β π)]
dengan cara yang sama maka diperoleh 1
π=0
1
π(2) = 1, π(3) = 6 , π(4) = 3 , ...
π(π + 1) =
Langkah 4
1 [βππ(π) (π + 1)
π
Nilai-nilai yang diperoleh disubtitusikan pada invers dari metode transformasi diferensial pada persamaan (2) sehingga diperoleh penyelesaian persamaan diferensial tak linear orde dua dari persamaan(9) adalah 1 1 π₯(π‘) = 1 + π‘ 2 + π‘ 3 + π‘ 4 + β― 6 3
+ π½ β π(π)π(π β π)]
(11)
π=0
Nilai-nilai parameter yang digunakan pada persamaan Lotka-Volterra dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai-nilai parameter persamaan L-V 1 mangsa dan 1 pemangsa Nilai (3)
Parameter
Nilai (1)
Nilai (2)
π
0.2
0.2
0.1
Penyelesaian Persamaan Lotka-Volterra dengan Metode Tranformasi Diferensial.
πΌ
0.005
0.005
0.001
π
0.5
0.1
0.5
Kasus 1 Persamaan Lotka-Volterra 1 Mangsa dan 1 Pemangsa
π½
0.01
0.001
0.01
Pada kasus 1 ini persamaan yang akan diselesaikan adalah sistem persamaan yang terbentuk dari model Lotka-Volterra (L-V) yakni ππ₯ = π₯(π β πΌπ¦) ππ‘ ππ¦ (10) = βπ¦(π β π½π₯) ππ‘ ππ₯ menunjukkan jumlah populasi mangsa (π₯) ππ‘ ππ¦
pada waktu π‘, menunjukkan jumlah ππ‘ populasi pemangsa (π¦) pada waktu π‘, π menunjukkan koefisien laju kelahiran
Nilai parameter (1) berasal dari penelitian estimasi parameter Trisilowati dkk. (2011). Sementara nilai parameter (2) dan (3) ditambahkan untuk melihat perilaku sistem ketika parameternya berbeda. Diberikan nilai awal π₯(0) = 60 dan π¦(0) = 30 yang ditransformasi menggunakan definisi transformasi diferensial menghasilkan π(0) = 60 dan π(0) = 30. Dengan menggunakan nilai awal yang telah ditransformasikan dan π = 0, 1, 2, 3, β¦ , 10, persamaan (11) menghasilkan nilai-nilai yang kemudian disubstitusi pada persamaan (2).
4
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 Untuk penyelesaian persamaan LotkaVolterra dengan metode transformasi
diferensial diperoleh
dari
nilai
parameter
(1)
π₯(π‘) = 60 + 3 π‘β0,3750,255 π‘ 2 β 0,08125 π‘ 3 β0,00279 π‘ 4 + 0,00065 π‘ 5 + 0,0001 π‘ 6 + (7,395 Γ 10β5 ) π‘ 7 β (1,98 Γ 10β7 ) π‘ 9 β (1,978 Γ 10β7 )π‘ 9 + (1,8333 Γ 10β8 )π‘10 π¦(π‘) = 30 + 3 π‘ + 0,6 π‘ 2 + 0,01 π‘ 3 β 0,004 π‘ 4 β 0,0011 π‘ 5 β 0,0001096 π‘ 6 β 0,0001096 π‘ 6 + (5,533 Γ 10β8 )π‘ 7 + (1,707 Γ 10β5 )π‘ 8 + (2,7111 Γ 10β7 )π‘ 9 + (1,5195 Γ 10β8 )π‘10 Untuk penyelesaian persamaan Lotka- Volterra dengan metode transformasi diferensial dari nilai parameter (2) diperoleh π₯(π‘) = 60 + 3 π‘ + 0,255 π‘ 2 + 0,00335 π‘ 3 + 0,000133375 π‘ 4 β (1,329 Γ 10β5 ) π‘ 5 β (4,4184 Γ 10β7 ) π‘ 6 β (2,6864 Γ 10β8 ) π‘ 7 β (5,814 Γ 10β10 )π‘ 8 β (2,8899 Γ 10β12 )π‘ 9 + (1,42274 Γ 10β13 )π‘10 π¦(π‘) = 30 β 1,2 π‘ + 0,069 π‘ 2 + 0,00043 π‘ 3 β (3,925 Γ 10β6 ) π‘ 4 + (3,805 Γ 10β6 ) π‘ 5 β (6,368 Γ 10β8 ) π‘ 6 + (3,758 Γ 10β9 ) π‘ 7 β (6,501 Γ 10β11 )π‘ 8 β (1,284 Γ 10β12 )π‘ 9 β (2,718 Γ 10β14 )π‘10 , Untuk penyelesaian persamaan Lotka- Volterra dengan metode transformasi diferensial dari nilai parameter (3) diperoleh π₯(π‘) = 60 + 4,2 π‘ + 0,057 π‘ 2 β 0,01847 π‘ 3 β0,0022905 π‘ 4 β 0,0002 π‘ 5 β 0,000012 π‘ 6 β (3,517 Γ 10β7 )π‘ 7 + (4,571 Γ 10β8 )π‘ 8 + (9,9578 Γ 10β9 )π‘ 9 + (1,1793 Γ 10β9 )π‘10 π¦(π‘) = 30 + 3 π‘ + 0,78 π‘ 2 + 0,0737 π‘ 3 + 0,0091 π‘ 4 + 0,000641 π‘ 5 + 0,0000357 π‘ 6 β (7,857 Γ 10β7 )π‘ 7 β (4,5198 Γ 10β7 )π‘ 8 β (6,9388 Γ 10β8 )π‘ 9 β (7,328 Γ 10β9 )π‘10 Kasus 2 Persamaan Lotka-Volterra 2 Mangsa dan 1 Pemangsa ππ₯1 = π1 π₯1 β πΌ12 π₯1 π₯2 β πΌ1 π₯1 π¦ ππ‘ ππ₯2 = π2 π₯2 β πΌ21 π₯2 π₯1 β πΌ2 π₯2 π¦ ππ‘ ππ¦ = βππ¦ + π½1 π₯1 π¦ + π½2 π₯2 π¦ ππ‘
(12)
dimana π1 dan π2 berturut-turut menunjukkan laju kelahiran mangsa 1 dan mangsa 2, π menunjukkan laju kematian pemangsa. πΌ12 dan πΌ21 menunjukkan interaksi antara mangsa 1 dengan mangsa 2. π½1 dan π½2 berturut-turut menunjukkan interaksi antara pemangsa dengan mangsa 1 dan mangsa 2.
5
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 Untuk menyelesaikan persamaan (2) dengan metode transformasi diferensial, persamaan tersebut ditransformasikan menggunakan sifat transformasi diferensial yang sesuai sehingga diperoleh hasil transformasi sebagai berikut: π
π
π=0
π=0
π
π
π=0
π=0
1 π1 (π + 1) = [π π (π) β πΌ12 (β π1 (π) π2 (π β π)) β πΌ1 β π1 (π)π(π β π)] (π + 1) 1 1 1 π2 (π + 1) = [π π (π) β πΌ21 (β π2 (π) π1 (π β π)) β πΌ2 β π2 (π)π(π β π)] (π + 1) 2 2 π
π
π=0
π=0
1 π(π + 1) = [βππ(π) + π½1 (β π1 (π) π(π β π)) + π½2 β π2 (π)π(π β π)] (π + 1) (13) Nilai-nilai parameter yang digunakan pada persamaan Lotka-Volterra kasus 2 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai-nilai parameter persamaan L-V 2 mangsa dan 1 pemangsa Nilai (2) Nilai (3) Parameter Nilai (1) π1
0.2
0.2
0.1
πΌ12
0.00017
0.00017
0.0002
πΌ1
0.0017
0.0017
0.002
π2
0.1
0.2
0.1
πΌ21
0.00025
0.00017
0.0005
πΌ2
0.0017
0.0017
0.005
π
0.01
0.01
0.1
π½1
0.00085
0.00085
0.00085
π½2
0.00008
0.00008
0.00085
Nilai parameter (1) berasal dari penelitian Rohmah dan Erna (2013). Sementara nilai parameter (2) dan (3) ditambahkan untuk melihat perilaku sistem ketika parameternya berbeda. Untuk kasus ini diberikan nilai awal π₯1 (0) = 50, π₯2 (0) = 40 dan π¦(0) = 20. Yang ditransformasi sehingga diperoleh π1 (0) = 50, π2 = 40 dan π(0) = 20. Dengan menggunakan nilai awal yang telah ditransformasikan dan π = 0, 1, 2, 3, β¦ , 10, persamaan (11) menghasilkan nilai-nilai yang kemudian disubstitusi pada persamaan (2). Untuk penyelesaian persamaan Lotka- Volterra dengan metode transformasi diferensial dari nilai parameter (1) diperoleh π₯1 (π‘) = 50 + 7,96 π‘ + 0,59417 π‘ 2 + 0,02504 π‘ 3 + 0,0003726 π‘ 4 β 0,000033 π‘ 5 β 0,00000356 π‘ 6 β (2,228 Γ 10β7 ) π‘ 7 β 6
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 (1,121 Γ 10β8 ) π‘ 8 β (4,829 Γ 10β10 ) π‘ 9 β (1,712 Γ 10β11 ) π‘10 π₯2 (π‘) = 40 + 2,14 π‘ β 0.006831 π‘ 2 β 0,00625 π‘ 3 β 0,000397 π‘ 4 β 0,0000129 π‘ 5 β (6,554 Γ 10β8 ) π‘ 6 + (1,978 Γ 10β8 ) π‘ 7 + (1,401 Γ 10β9 ) π‘ 8 + (5,822 Γ 10β11 ) π‘ 9 + (1,639 Γ 10β12 ) π‘10 π¦(π‘) = 20 + 0,714 π‘ + 0,08212 π‘ 2 + 0,00599 π‘ 3 + 0,0003899 π‘ 4 + 0,0000235 π‘ 5 + 0,000001316 π‘ 6 + (6,7599 Γ 10β8 ) π‘ 7 + (3,112 Γ 10β9 ) π‘ 8 + (1,2199 Γ 10β10 ) π‘ 9 + (3,435 Γ 10β12 ) π‘10 Untuk penyelesaian persamaan Lotka- Volterra dengan metode transformasi diferensial dari nilai parameter (2) diperoleh π₯1 (π‘) = 50 + 7,96 π‘ + 0,576 π‘ 2 + 0,02085 π‘ 3 β 0,000103 π‘ 4 β 0,00006558 π‘ 5 β 0,00000482 π‘ 6 β (2,2201 Γ 10β7 ) π‘ 7 β (6,630 Γ 10β9 ) π‘ 8 β (7,614 Γ 10β11 ) π‘ 9 + (6,092 Γ 10β12 ) π‘10 π₯2 (π‘) = 40 + 6,3 π‘ + 0.445 π‘ 2 + 0,015 π‘ 3 β 0,00023 π‘ 4 + 0,00006 π‘ 5 β 0,000003996 π‘ 6 β (1,645 Γ 10β7 ) π‘ 7 β (3,817 Γ 10β9 ) π‘ 8 β (3,817 Γ 10β9 ) π‘ 8 + (3,692 Γ 10β11 ) π‘ 9 + (9,317 Γ 10β12 ) π‘10 π¦(π‘) = 20 + 0,714 π‘ + 0,085 π‘ 2 + 0,00625 π‘ 3 + 0,000399 π‘ 4 + 0,0000232 π‘ 5 + 0,000001224 π‘ 6 + (5,711 Γ 10β8 ) π‘ 7 + (2,211 Γ 10β9 ) π‘ 8 + (5,734 Γ 10β11 ) π‘ 9 β (5,565 Γ 10β13 ) π‘10 Untuk penyelesaian persamaan Lotka- Volterra dengan metode transformasi diferensial dari nilai parameter (3) diperoleh π₯1 (π‘) = 50 + 2,6 π‘ + 0,096 π‘ 2 + 0,0019 π‘ 3 + 0,00002 π‘ 4 β (1,812 Γ 10β7 ) π‘ 5 β (2,099 Γ 10β8 ) π‘ 6 β (6,3269 Γ 10β10 ) π‘ 7 β (2,066 Γ 10β11 ) π‘ 8 β (5,0476 Γ 10β13 ) π‘ 9 β (1,0053 Γ 10β14 ) π‘10 π₯2 (π‘) = 40 β π‘ + 0,034 π‘ 2 β 0,00255 π‘ 3 β 0,0000325 π‘ 4 β (7,237 Γ 10β7 ) π‘ 5 + (1,991 Γ 10β8 ) π‘ 6 + (1,212 Γ 10β9 ) π‘ 7 β (3,842 Γ 10β11 ) π‘ 8 + (1,429 Γ 10β12 ) π‘ 9 β (4,608 Γ 10β14 ) π‘10 π¦(π‘) = 20 β 0,47 π‘ + 0,019 π‘ 2 + 0,000372 π‘ 3 β 0,000011 π‘ 4 + (8,054 Γ 10β7 ) π‘ 5 β (6,6998 Γ 10β9 ) π‘ 6 + (1,4255 Γ 10β10 ) π‘ 7 + (1,1823 Γ 10β11 ) π‘ 8 β (3,673 Γ 10β13 ) π‘ 9 + (1,371 Γ 10β14 ) π‘10
Simulasi Numerik dengan Maple 17 Simulasi numerik berikut dilakukan dengan nilai awal dan parameter yang sama pada bagian sebelumnya. Simulasi ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan nilai parameter yang digunakan.
7
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 Simulasi dengan nilai parameter (1),π = 0,2; πΌ = 0,005; π = 0,5; π½ = 0,01
Gambar 1. Simulasi numerik parameter (1) untuk π‘ = 10 dan π‘ = 30 Simulasi dengan nilai parameter (2),π = 0,2; πΌ = 0,005; π = 0,1; π½ = 0,001
Gambar 2. Simulasi numerik parameter (2) untuk π‘ = 10 dan π‘ = 30 Simulasi dengan nilai parameter (3), π = 0,1; πΌ = 0,001; π = 0,5; π½ = 0,01
Gambar 3. Simulasi numerik parameter (3) untuk π‘ = 10 dan π‘ = 30
8
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 Kasus 2 Persamaan Lotka-Volterra 2 Mangsa dan 1 Pemangsa Simulasi numerik berikut dilakukan dengan nilai awal dan parameter yang sama pada bagian sebelumnya. Simulasi dengan nilai parameter (1), π1 = 0,2; πΌ12 = 0.00017; πΌ1 = 0.0017; π2 = 0,1; πΌ21 = 0.00025; πΌ2 = 0.0017; π = 0,01; π½1 = 0.00085; π½2 = 0.00008;
Gambar 4. Simulasi numerik parameter (1) untuk π‘ = 10 dan π‘ = 30 Simulasi dengan nilai parameter (2), π1 = 0,2; πΌ12 = 0.00017; πΌ1 = 0.0017; π2 = 0,2; πΌ21 = 0.00017; πΌ2 = 0.0017; π = 0,01; π½1 = 0.00085; π½2 = 0.00008;
Gambar 5. Simulasi numerik parameter (2) untuk π‘ = 10 dan π‘ = 30 Simulasi dengan nilai parameter (3), π1 = 0,1; πΌ12 = 0.0002; πΌ1 = 0.002; π2 = 0,1; πΌ21 = 0.0005; πΌ2 = 0.005; π = 0,01; π½1 = 0.00085; π½2 = 0.00085;
Gambar 6. Simulasi numerik parameter (2) untuk π‘ = 10 dan π‘ = 30
9
Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Ed. Jan-Juni 2015 Simulasi dengan menggunakan program Maple 17 yang dilakukan untuk 2 kasus dengan nilai parameter dan nilai awal tersebut memberikan informasi bahwa kedua spesies saling mempengaruhi secara signifikan. Berdasarkan gambar yang dihasilkan, penentuan nilai parameter dan nilai awal sangat sensitif. Pemberian nilai awal dan nilai parameter yang berbeda akan memberikan gambar yang lebih variatif pula. Penurunan jumlah populasi baik mangsa maupun pemangsa pada angka negatif menunjukkan habisnya populasi tersebut. Meskipun demikian simulasi tetap dilanjutkan untuk melihat perilaku sistem pada waktu berikutnya.
2.
Oleh karena itu penyelesaian yang diperoleh sudah sudah dapat menjelaskan prilaku sistem dalam konsep ekologi. Akan tetapi, perubahan jumlah populasi yang dihasilkan terlalu besar sehingga metode transformasi diferensial kemungkinan kurang cocok untuk menjelaskan jumlah populasi yang ada pada saat π‘ tertentu sehingga dari penelitian ini diketahui bahwa metode transformasi diferensial hanya cocok untuk menjelaskan perilaku sistem LotkaVolterra.
2. Lusiana, 2006. Penyelesaian Program Linier dengan Metode Simpleks. Skripsi S-1 Metematika UNAND, tidak diterbitkan.
Metode simpleks, dapat dilakukan untuk masalah program linear baik untuk dua atau lebih variabel, dengan langkah awal yaitu memformulasikan masalah kedalam program linear, menambahkan variabel slack atau surplus pada kendala untuk memperoleh bentuk standar, kemudian lakukan-langkah metode simpleks.
6. DAFTAR PUSTAKA 1. Hiller, Frederick, R. And Lieberen, Gerald. 1994. βIntroduction to Opertions Researchβ USA : McGrow-Hill Companies
3. Siswanto, 2007. Operation Research, Erlangga, Jakarta. 4. Taha Hamdy A., 1996. Riset Operasi Suatu Pengantarβ Jilid 1.Bina Rupa Aksara ,Jakarta. 5. Wijaya Andi, 2012, Pengantar Riset Operasi Edisi 2. Mitra Wicana Media, Jakarta.
5. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Metode Grafik, hanya dapat dilakukan untuk masalah program linear dengan dua variabel, sedangkan
10