PENINGKATAN KEMAMPUAN RESOLUSI KONFLIK MELALUI PLAY THERAPY PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BERBAH
ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Tika Noviasari NIM 11104241020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015
PERSETUJUAN Artikel e-journal yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN RESOLUSI KONFLIK MELALUI PLAY THERAPY PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BERBAH” yang disusun oleh Tika Noviasari, NIM 11104241020 ini telah disetujui pembimbing untuk dipublikasikan.
14 September 2015
Peningkatan kemampuan resolusi... (Tika Noviasari) 1
PENINGKATAN KEMAMPUAN RESOLUSI KONFLIK MELALUI PLAY THERAPY PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BERBAH IN CREASED ABILITY OF CONFLICT RESOLUTION THROUGH PLAY THERAPY IN GRADE VII B SMP NEGERI 2 BERBAH
Oleh: Tika Noviasari, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan resolusi konflik siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan dalam dua siklus menggunakan model Kemmis & McTaggart. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kemampuan resolusi konflik, pedoman observasi, dan pedoman wawancara. Subyek penelitian ini yaitu delapan siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik play therapy dapat meningkatkan kemampuan resolusi konflik siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah. Teknik play therapy dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memperbaiki komunikasi, meredam emosi, menghargai perbedaan, mencari solusi pemecahan konflik, serta memahami setiap konflik yang dihadapi. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan signifikan skor rata-rata pre test 99/51%, post tes I 141/74%, post test II 148/78% pada siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah. Hasil tersebut juga diperkuat dengan hasil uji Wilcoxon, observasi, dan wawancara. Kata kunci: kemampuan resolusi konflik, play therapy, remaja. Abstract This research aims to improve conflict resolutionability of the students grade VII B of SMP N 2 Bebah. This is an acion research that is conducted using two cycles with Kemmis & McTaggart model. The data collecting technique in this research employs resolution ability scale, observation, and interview. The respondents of this research are eight students grade VII B of SMP N 2 Berbah. The result of this research shows that play therapy technique can increase students ability to make a better communiction, control emotion, respect the diversity, come up with solution, as well as understand any conflict they should overcome.hose things are proven by improving average score significance of the pre test I at 141/74%, post test II at 148/78% on the students grade VII B of SMP N 2 Berbah. The result is also encouraged with Wilcoxon test result, observation, and interview. Keywords: conflict resolution ability, play therapy, adolescent. PENDAHULUAN
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi
Untuk
memenuhi
kebutuhan
sosialnya
sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan
seorang individu memerlukan komunikasi
kompleks
antarpribadi yang baik satu sama lain.
dibandingkan
dengan
masa-masa
sebelumnya. Perkembangan sosial pada anak
komunikasi dapat membantu setiap
sebenarnya telah dimulai sejak bayi, kemudian
individu dalam pertumbuhan sosialnya dan
pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada
komunikasi amat erat kaitannya
masa remaja (Rita Eka Izzaty, 2008 : 137-139).
perilaku manusia. Dalam membangun dan
dengan
2 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-4 2015
memelihara
kemampuan
berkomunikasi
antarpribadi perlu adanya keterampilan dasar, seperti yang disampaikan
menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain.
Johnson (dalam
Pada
kehidupan
remaja,
konflik-
Supratiknya :1995), beberapa keterampilan
konflik antarpribadi tetap saja bermunculan.
dasar
Hal ini disebabkan karena sikap remaja yang
dalam
berkomunikasi
yang
perlu
dimiliki individu yakni, kemampuan saling
ditampilkan
memahami, kemampuan mengkomunikasikan
Seperti yang disampaikan Rita Eka Izzaty
pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas,
(2008: 138), terdapat beberapa sikap yang
kemampuan saling menolong, dan kemampuan
sering ditampilkan remaja dalam kelompok
memecahkan konflik antarpribadi.
yaitu: kompetisi atau persaingan, konformitas,
Masa remaja merupakan masa transisi
sering menimbulkan
konflik.
yaitu selalu ingin sama dengan kelompok yang
dari masa anak-anak ke masa dewasa. Hal
lain,
senada dengan pendapat Hurlock (dalam Rita
menonjolkan diri dan menaruh perhatian
Eka Izzaty: 2008, 125), salah satu ciri khusus
kepada orang lain, dan menentang otoritas,
yang membedakan masa remaja dari masa
sering menolak aturan dan campur tangan
sesudah
remaja
orang dewasa untuk urusan-urusan pribadinya.
merupakan usia bermasalah, karena pada masa
Dapat diketahui bahwa setiap hubungan antar
remaja pemecahan masalah sudah tidak seperti
pribadi maupun kelompok mengandung unsur
pada masa sebelumnya yang dibantu oleh
konflik tidak terkecuali pada masa remaja.
orangtua dan gurunya. Setelah masa remaja
Berbagai sikap yang terdapat pada diri remaja
masalah yang dihadapi akan diselesaikan
rentan
secara
maupun kelompok.
dan
sebelumnya
mandiri,
dan
yaitu
mereka
cenderung
menolak bantuan dari orangtua dan guru lagi. Setiap
hubungan
perhatian
menimbulkan
dengan
konflik
cara
antarpribadi
Berdasarkan hasil penyebaran Daftar
pasti
Cek Masalah (DCM) yang dilakukan pada
mengandung unsur konflik baik disengaja
siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah,
maupun tidak disengaja. Menurut Pruitt (2011:
diketahui permasalahan sosial yang dominan
9),
dialami sebagian siswa kelas tersebut yaitu:
konflik
berarti
antarpribadi
menarik
persepsi
mengenai
perbedaan kepentingan (perceived divergence
kurang
of interest), atau suatu kepercayaan bahwa
mengatur, benci teman egois dan munafik,
aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak
lebih nyaman bergaul dengan teman sebaya,
dapat dicapai secara simultan. Sedangkan
ingin lebih dihargai, sering bertengkar dengan
konflik menurut Johnson (dalam Supratiknya :
saudara, sering berbeda pendapat, dan sering
1995), merupakan situasi di mana tindakan
bermasalah dengan teman.
salah satu pihak berakibat menghalangi,
suka
Hasil
dengan
teman
wawancara
yang
yang
suka
dilakukan
peneliti kepada guru BK SMP N 2 Berbah,
Peningkatan kemampuan resolusi... (Tika Noviasari)3
bahwa masih terdapat siswa yang mengalami
satu
permasalahan mengenai hubungan antar siswa
menggunakan play therapy. Play therapy
seperti mengolok-olok, terbatasnya interaksi
merupakan salah satu teknik konseling dengan
siswa yang membuat geng, perselisihan paham
menggunakan alat-alat bermain berupa media
antar
dan aktivitas di dalamnya. Play therapy adalah
siswa,
sulitnya
siswa
dalam
menyelesaikan konflik antar pribadi. Dalam
penyelesaian
teknik
yang
tepat
yaitu
dengan
penggunaan mainan untuk mengambil tempat
permasalahan-
kata-kata dalam menceritakan kisah anak dan
permasalahan tersebut, siswa lebih memilih
mengekspresikan emosi anak (Carmichael,
menghindari permasalahan daripada harus
2006 : 2).
menyelesaikannya secara baik-baik. Selama
Dalam play therapy terdapat berbagai
ini upaya yang dilakukan guru BK adalah
pendekatan yang dapat digunakan sesuai
dengan
dengan kebutuhan terapi. Pada penelitian ini,
melakukan
konseling
individu,
konseling kelompok, dan bimbingan klasikal. Berdasarkan
permasalahan-
peneliti
menggunakan
pendekatan
ekosistemik. O’connor (dalam Kottman, 2011:
permasalahan di atas, maka perlu adanya
36)
peningkatan kemampuan resolusi konflik antar
ekositemik merupakan terapi yang berfokus
pribadi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 2
pada aspek-aspek kehidupan anak-anak dan
Berbah.
mempertimbangkan
Dengan
kemampuan
tersebut
menyatakan bahwa Terapi bermain
hal-hal
yang
juga
diharapkan agar siswa dapat menyelesaikan
mempengaruhinya. Hal-hal yang dimaksud
setiap masalah yang timbul diantara mereka
ialah keluarga, sekolah, dan teman sebaya.
dengan baik tanpa meninggalkan konflik baru.
Menurut
Rusaknya suatu hubungan banyak disebabkan
mempertimbangkan dampak dari setiap sistem
oleh ketidakmampuan setiap individu dalam
di mana anak-anak mengambil bagian dan
memecahkan suatu konflik secara baik.
terapis benar-benar memahami klien dan apa
Resolusi
konflik
merupakan
masalah
dengan
Berdasarkan pengertian pendekatan ekosistemik tersebut dapat di simpulkan
membangun hubungan antar pribadi maupun
bahwa pendekatan ekosistemik menggunakan
kelompok secara lebih baik dan bertahan lebih
beberapa
lama. Ketika konflik salah penanganan, maka
perkembangan anak-anak di setiap bidang-
akan memperburuk suatu hubungan.
bidang
cara
dihadapi
hanya
untuk
Banyak
yang
ini,
yang mereka alami.
kemampuan individu dalam menyelesaikan suatu
pendekatan
untuk
aspek
berikut:
untuk
kognitif,
menilai
fisik,
tingkat
sosial,
meningkatkan
emosional, dan pengolahan pengalaman hidup.
kemampuan resolusi konflik khususnya pada
Berdasarkan penilaian ini, terapis merancang
remaja awal. Sesuai dengan karakteristik
pengalaman terapeutik yang dirancang untuk
remaja yang masih gemar bermain maka salah
memulihkan masalah
perkembangan anak-
4 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-4 2015
anak, baik dalam konteks kelompok atau
METODE PENELITIAN
dalam
Jenis penelitian
konteks
individu.
Terapis
mengendalikan pengaturan, bahan-bahan dan berbagai kegiatan. Dalam
Penelitian pendekatan
terapi
ini,
peneliti
ini
menggunakan
penelitian
menggunakan
desain
tindakan
kelas
penelitian
yang
menggunakan aktivitas dan media berupa
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart
games yang sesuai untuk usia remaja. Games
yang menggunakan siklus sistem spiral yang
dapat membantu anakuntuk mengembangkan
masing-masing siklus terdiri dari rencana,
kemampuan sosialnya. Dalam games setiap
tindakan, observasi, dan refleksi.
individu dituntut untuk mampu melakukan
Tempat dan waktu penelitian
komunikasi
dan
pemecahan
konflik.
membuat
interaksi
sosial
dalam
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Penggunaan
games
NEGERI 2 Berbah pada bulan Mei sampai
anak-anak
merasakan,
bereksperimen, dan melatih respon atas tugas yang mencakup komunikasi, interaksi sosial,
bulan Juni 2015. Subyek Penelitian Subyek
dalam
penelitian
ini
adalah
dan penyelesaian masalah (Geldard, 2011 :
delapan siswa kelas VII B SMP Negeri 2
391). Selain itu, dalam upaya peningkatan
Berbah yang dipilih berdasarkan hasil pre test.
kemampuan resolusi konflik pada remaja
Prosedur Penelitian
belum terdapat penelitian yang menggunakan
Prosedur dalam penelitian ini, adalah :
play therapy sebagai tekniknya di SMP N 2
1. Peneliti melakukan wawancara pada guru
Berbah.
pembimbing tentang kemampuan siswa
Penjelasan di atas menjadikan acuan peneliti untuk menggunakan play therapy sebagai teknik dalam mengurangi konflik antar pribadi
dan
atau
dapat
kelas VII B dalam resolusi konflik yang mereka hadapi. 2. Peneliti
melakukan
observasi
dan
meningkatkan
wawancara pada siswa kelas VII B untuk
kemampuan resolusi konflik antarpribadi.
mengetahui kondisi siswa yang akan
Oleh karena itu, peneliti menjadikan play
menerima tindakan.
therapy berupa games (permainan) sebagai
3. Peneliti berdiskusi dengan guru BK
upaya meningkatkan kemampuan resolusi
mengenai
teknik
play
therapy,
cara
konflik antarpribadi pada siswa kelas VII B
melakukan tindakan, dan peran yang
SMP Negeri 2 Berbah.
dilakukan oleh guru BK dalam melakukan tindakan penelitian. 4. Peneliti
menyusun
skala
kemampuan
resolusi konflik berdasarkan aspek-aspek kemampuan
resolusi
konflik
untuk
Peningkatan kemampuan resolusi... (Tika Noviasari)5
diujicobakan pada subyek yang berbeda
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
namun berada di lingkungan dan tingat
Data
kelas yang sama. Ujicoba dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. 5. Mempersiapkan untuk
pedoman
mengetahui
kuantitatif
wawancara
perkembangan
kemampuan resolusi konflik.
sikap
para
siswa
terkait
dengan kemampuan resolusi konflik.
dan
diperoleh
dianalisis
dari
skala
kemampuan resolusi konflik, observasi dan wawancara.
penelitian kemampuan
ini
yang
digunakan
dalam
adalah
instrumen
skala
resolusi
konflik,
pedoman
observasi dan pedoman wawancara.
7. Berdasarkan uji coba insrumen yang telah dilakukan
yang
Instrumen
6. Mempersiapkan pedoman observasi untuk mengamati
Data dalam penelitian ini, adalah data
dengan
Teknis pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:
menggunakan rumus product moment
1. Mengumpulkan data subjek penelitian.
pada taraf signifikasi 5%. N=31, dan
2. Melakukan pengamatan terhadap siswa
dikonsultasikan
dengan
r-tabel
0,355
maka instrumen yang digunakan valid jika r hitung> r tabel.
dan wawancara dengan guru maupun siswa. 3. Melakukan pre test terhadap semua siswa
8. Peneliti memberikan tes sebelum tindakan (pre test) kepada semua siswa kelas VII B
kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah dan diperoleh subyek penelitian.
SMP Negeri 2 Berbah, untuk mengetahui
4. Mengolah data
tingkat kemampuan resolusi konflik siswa
Teknik Analisis Data
sebelum diberikan tindakan.
Data penelitian ini dianalisis dengan
9. Peneliti mendapatkan subyek penelitian yang
tingkat
kemampuan
resolusi
konfliknya berada pada kategori sedang dan rendah.
menggunakan teknik tabulasi data secara kuantitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Dengan menggunakan skala likert yaitu
10. Peneliti melaksanakan tindakan penelitian
skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
(siklus) teknik pengumpulan data dengan
pendapat, dan persepsi seseorang tentang
skala, observasi dan wawancara.
fenomena sosial, maka jawaban setiap item
11. Menganalisis
menarik
mempunyai gradasi dari yang sangat posotif
yang
sampai sangat negatif yang terdiri dari lima
dilakukan. Analisis data menggunakan
pilihan yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-
teknik analisis statistic deskriptif (analisis
kadang (K), jarang (J), dan tidak pernah (TP).
data deskriptif) dengan persentase.
Skor untuk skala kemampuan resolusi konflik
kesimpulan
data dari
untuk penelitian
adalah sebagai berikut:
6 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-4 2015
Tabel 1. Skor Skala Kemampuan Resolusi Konflik Skor Favourable Unfavourable
Pilihan jawaban Selalu Sering Kadangkadang Jarang Tidak pernah
Berikut langkah
5 4 3
1 2 3
2 1
4 5
ini
merupakan
pengkategorisasian
Tabel
Skor
Kemampuan
No Batas (Interval) 1 Skor < (M-ISD) Jadi, skor < 89
3
kemampuan
Kategori
Resolusi Konflik
2
langkah-
2.
Kategorisasi Kemampuan resolusi konflik Rendah (M-1SD) skor < Kemampuan (M+1SD) Jadi, 89 ≤ resolusi konflik skor < 139 Sedang Skor ≥ (M+1SD) Kemampuan Jadi, skor ≥ 139 resolusi konflik Tinggi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum
melaksanakan
tindakan,
resolusi konflik :
peneliti melakukan pretest kepada 32 siswa
a. Menentukan Skor tertinggi dan terendah
kelas VII B untuk mengukur kemampuan
Skor tertinggi = 5 x jumlah item = 5 x 38 = 190 Skor terendah = 1 x jumlah item = 1 x 38 = 38 b. Menghitung mean (M), yaitu :
resolusi konflik siswa sebelum diberikan tindakan. Selain itu, pretest digunakan untuk menentukan siswa yang akan diberi tindakan yaitu siswa yang termasuk dalam kategori sedang dan rendah. Adapun hasil pre test
(skor tertinggi + skor terendah)
subyek yang berada pada kategori sedang dan
=
(190 + 38)
rendah disajikan dalam bentuk tabel, seperti
=
(228)
yang tercantum di bawah ini:
M=
= 114 c. Menghitung Standar Deviasi (SD) yaitu : SD = ⁄ (Skor tertinggi-skor terendah) = ⁄ (190-38) = ⁄ (152) = 25 Jadi, dapat disimpulkan bahwa batas antar kategori tersebut adalah
Tabel 3. Hasil Pre Test No Subyek 1 AN 2 AY 3 FP 4 MI 5 YF 6 SR 7 VE 8 SD Rata-rata Setelah
Skor
%
107 88 89 87 101 113 97 111 99
56 % 46 % 47 % 46 % 53 % 59 % 51 % 56 %
51% melakukan
Kategori Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang pre
test,
(M+1SD) = 114 + 25 = 139
dilaksanakan siklus I dengan tiga tindakan
(M-1SD) = 114 – 25 = 89
berupa aktivitas play therapy. Kemudian dilakukan post test untuk mengetahui hasil
Peningkatan kemampuan resolusi... (Tika Noviasari)7
tindakan yang telah diberikan. Berikut hasil post test I :
No
Tabel 4. Hasil Post Test I No
Subyek
1 AN 2 AY 3 FP 4 MI 5 YF 6 SR 7 VE 8 SD Rata-rata
Tabel 5. Hasil Post Test II
Skor Post % Test I 142 75 130 68 154 81 133 70 143 75 131 69 154 81 139 75 141 74%
Subyek
Skor Post Test II
AN 1 AY 2 FP 3 MI 4 YF 5 SR 6 VE 7 SD 8 Rata-rata
Kategori Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang
%
Katego ri Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
158 142 159 141 145 141 155 142
83% 75% 84% 74% 76% 74% 82% 83%
148
78%
Hasil post test II diperoleh skor ratarata sebesar 148 atau 78% telah terjadi
Berdasarkan hasil pre test dan post test pada siklus I diperoleh rata-rata skor pre test adalah 99 dan rata-rata skor post test adalah
peningkatan dibanding dengan siklus I dengan skor rata-rata 141. dan prosentase peningkatan pada siklus II ini sebesar 22,26%.
141 yang menunjukkan adanya peningkatan sebesar 22,11%.
menunjukan adanya peningkatan kemampuan
Setelah mengalami peningkatan masih terdapat beberapa siswa yang berada pada kategori sedang. Beberapa siswa yang berada pada kategori sedang merupakan siswa yang berkonflik, dimana siswa masih terlihat kurang pada
aspek
kemampuan
emosi,
dan
kemampuan komunikasi. Pada aspek emosi, siswa tersebut masih terlihat kurang ceria dan kaku satu sama lain, sementara pada aspek komunikasi,
siswa
hanya
melakukan
komunikasi saat kegiatan play therapy saja sedang diluar kegiatan siswa masih belum mau berkomunikasi
Hasil observasi pada siklus II telah
untuk
menyelesaikan
konfliknya. Hal tersebut menunjukkan perlu adanya peningkatan yang lebih baik lagi. Peneliti mengatasi kekurangan pada siklus I dengan memberikan tindakan lanjutan pada siklus II. Berikut merupakan hasil post test II:
resolusi
konflik
siswa.
Peningkatan
kemampuan berkomunikasi siswa ditunjukan dengan semakin aktifnya siswa memulai komunikasi
dengan
teman,
berkonflik
sudah
mau
konfliknya
dengan
siswa
yang
menyelesaikan
musyawarah
sehingga
konflik yang terjadi sudah dapat diselesaikan. Peningkatan kemampuan emosi ditunjukkan saat
kegiatan berlangsung siswa terlihat
semakin ceria dan kompak serta tidak tampak lagi rasa kaku diantara siswa. Hasil siklus I dan siklus II telah terjadi peningkatan skor dari pre test 99/51%, post tes I 141/74%, post test II 148/78% dengan rata-rata
prosentase pada siklus II yaitu 25,66%. Semua siswa telah mencapai kategori tinggi dengan skor terendah 141 dan skor tertinggi 159. Prosentase peningkatan terbesar diperoleh
8 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-4 2015
X2- X1 pre-test Jenjang urut X2- X1
siswa FP yaitu sebesar 36,84% dan prosentase peningkatan terkecil terjadi pada siswa
SR
yaitu sebesar 14,73%.
: nilai post-test - nilai : dicari berdasarkan no
Setelah perhitungan
tabel selesai,
masukkan hasilnya ke dalam rumus Z,
Grafik Peningkatan Kemampuan Resolusi Konflik
dengan n = 8 dan T = 28 (jenjang yang dipakai
adalah
yang
perhitungannya
200
terkecil).
Adapun
adalah
sebagai
berikut:
100 0 AN
AY
FP
pre test
Grafik
1.
MI
YF
post test I
SR
VE
SD
post test II
Peningkatan Kemampuan Resolusi Konflik
( √ (
Pengujian hipotesis untuk mengetahui
)(
) )
play therapy dapat meningkatkan kemampuan resolusi konflik siswa kelas VII B SMP Negeri √
2 Berbah, dapat diketahui melalui analisis data yang diperoleh dari hasil pre test dan post test dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil tersebut dapat diketahui melalui tabel berikut:
Berdasarkan Tabel 6. Tabel Kerja Uji Wilcoxon
hasil
perhitungan
uji
Wilcoxon tersebut di atas diperoleh Z hitung sebesar -2,520, karena nilai ini adalah nilai
Sampel
X1
AN AY FP MI YF SR VE SD
107 88 89 87 101 113 97 111
X2 158 142 159 141 145 141 155 142 Jumlah
X2 – X1 Ranking 51 54 70 54 44 28 58 31
4 3 1 3 5 7 2 6 31
Tanda + + + + + + + +
mutlak
sehingga
tanda
negatif
tidak
diperhitungkan. Selanjutnya nilai Z hitung ini dibandingkan dengan nilai Z tabel dengan taraf signifikasnsi 50%, harga Z tabel = 0. Maka Z hitung = diterima.
> Z tabel = 0, maka Ha Sedangkan
perhitungan
dengan
thitung nilainya adalah 31, Ttabel untuk n = 8 Keterangan : X1 : nilai pre-test X2 : nilai post-test
dengan taraf kesalahan 5% nilainya adalah 4. Sehingga thitung 31 ≥ t tabel 4 atau berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil tersebut
Peningkatan kemampuan resolusi... (Tika Noviasari)9
menunjukkan
bahwa
play
therapy
dapat
peningkatan
skor
rata-rata
kemampuan
meningkatkan kemampuan resolusi konflik
resolusi konflik siswa pada pre test sebesar 99,
siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah.
post test I sebesar 141 dengan peningkatan
Hasil yang diperoleh dalam penelitian
prosentase sebesar 22,11%, post test II sebesar
ini telah sesuai dengan kriteria keberhasilan
148 dengan peningkatan prosentase sebesar
yang
skor
25,26%. Hal ini juga di dukung dengan hasil
kemampuan resolusi konflik siswa meningkat
wawancara dan observasi. Peneliti berhasil
sampai dengan >139 atau semua siswa
melaksanakan penelitian sesuai dengan tujuan
mencapai kategori tinggi. Dalam pelaksanaan
penelitian, yaitu kemampuan resolusi konflik
tindakan, peneliti tidak mengalami hambatan
siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah
dan kendala yang dapat mempengaruhi hasil
mengalami peningkatan melalui teknik play
sehingga peneliti bersama guru BK bersepakat
therapy.
untuk tidak melanjutkan siklus selanjutnya.
Saran
Dapat
ditetapkan
peneliti
disimpulkan
yaitu
bahwa
kemampuan
Berdasarkan
kesimpulan
hasil
resolusi konflik siswa kelas VII B SMP Negeri
penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
2 Berbah telah mengalami peningkatan setelah
diajukan saran sebagai berikut:
diberikan VI tindakan kemampuan resolusi
1. Bagi Siswa
konflik menggunakan teknik play therapy.
Kemampuan resolusi konflik pada siswa telah
mengalami
peningkatan
setelah
SIMPULAN DAN SARAN
diberikan teknik play therapy. Oleh
Simpulan
karena itu, disarankan kepada siswa agar
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
selalu menerapkan kemampuan resolusi
pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa
konflik dalam kehidupan sehari-hari.
dengan menerapkan teknik play therapy dapat
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
meningkatkan kemampuan resolusi konflik
Guru BK dapat menggunakan teknik play
siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Berbah.
therapy sebagai upaya pendekatan dalam
Pemberian tindakan ini dilaksanakan melalui
pemberian bantuan atau layanan pada
dua siklus tiap siklus terdiri dari tiga tindakan.
siswa agar siswa memiliki kemampuan
Penelitian ini berhasil meningkatkan aspek-aspek dalam
kemampuan resolusi
resolusi konflik yang baik. 3. Bagi peneliti selanjutnya
konflik siswa yaitu kemampuan orientasi,
Teknik play therapy berupa aktivitas
kemampuan
kemampuan
games dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi, kemampuan emosi, kemampuan
resolusi konflik siswa kelas VII B SMP
berpikir kreatif, serta kemampuan berpikir
Negeri
kritis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peneliti selanjutnya dapat menggunakan
persepsi,
2
Berbah,
disarankan
untuk
10 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-4 2015
media dan aktivitas play therapy lainnya sesuai dengan kebutuhan subyek. Daftar Pustaka A. Supratiknya. (1995). Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius. Carmichael, Karla D. (2006). Play Therapy. United State Of America : Pearson. Kottman, Terry. (2011). Play Therapy : Basics and Beyond. Stevenson Avenue : American Counseling Association Geldard,Kathryn. & Geldard, David. (2008). Konseling Anak-Anak Panduan Praktis (ed.3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pruitt, Dean G & Rubin, Jeffrey Z. (2011). Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rita Eka Izzaty, dkk,. (2008). Perkembangan Peserta Didik . Yogyakarta : UNY Press.