Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menempel di Kelompok Bermain H. Abarua Prodi Pendidikan Luar Sekolah FKIP-Universitas Pattimura E-mail:
[email protected] Artikel diterima: 20 April 2017; direvisi 18 Mei 2017; disetujui 22 Juni 2017
ABSTRACT Childhood is the most crisis period in the growth and development of human life both in terms of physical and emotional. At this time the child's character begins to be formed and will continue to grow and will be attached to him to adulthood. Therefore, since the early child needs to be taught character education and life skills are right so that someday the child becomes a qualified human being independent and good moral. In early childhood learning should be packaged in the form of games according to the age of the child, early childhood is the age of play, therefore, learning situations, procurement and organizing learning means should be designed for learning activities while playing. (Life-oriented Life Skills Guidelines). The problem that we face in KB Mawar FKIP Unpatti is the lack of children's room to play and the children's play facilities are very limited / minimal, so that the motor lesson and motor lesson in children less than the maximum. This study aims to identify and describe matters related to improving the fine motor ability of children in the learning process through attached activities in KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. This research is a Classroom Action Research. The subjects of this study were students of KB Mawar FKIP Unpatti Ambon, amounting to 18 people. Data collection techniques are observation, interview, field note and documentation study. This classroom action research procedure is carried out in two cycles, namely cycle I and cycle II. The results showed that in the first cycle, there are still students who do not meet the criteria of the indicators conducted by the tutor, so it can be said as a weakness encountered in the implementation of the first cycle action, while in cycle II students are very active to hear the teacher explanation. Very active in question is that students can follow the teacher's explanation well so that what is assigned can be done well. Thus it can be concluded that with the sticking activity can improve the fine motor skills of early childhood in KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. Keywords: Motor Fine Motor Ability; Activity Attached
PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peran yang sangat strategis dalam proses peletakan dasar pendidikan generasi bangsa pada masa mendatang. PAUD merupakan tahap Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
133
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
awal proses pendidikan yang diselenggarakan secara terstruktur dalam upaya pembentukan sumber daya manusia Indonesia agar kelak mampu menjadi generasi yang handal dan mampu membangun bangsanya serta memiliki harkat dan martabat yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Anak pada masa usia dini memiliki karakteristik yang khas pada setiap perkembangannya. Batasan anak usia dini sendiri disampaikan oleh NAEYC (National Association for The Education of Young Children) adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun (Siti Aisyah 2008:1-3). Dalam rentang usia ini berbagai perkembangan terjadi dengan sangat pesat. Sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasianal, menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upayah yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memiliki jenjang pendidikan yang lebih lanjut. Terkait dengan uraian di atas, Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) menjelaskan bahwa “bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan, bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian”. Melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek. Bermain adalah medium, dimana anak menyatakan jati dirinya, bukan saja dalam fantasinya, tetapi juga benar nyata secara aktif. Selain itu, bermain merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan belajar anak, dengan menerapkan metode, strategi, sarana, dan media belajar yang merangsang anak untuk melakukan eksplorasi, menemukan dan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya. Permainan juga merupakan alat bagi anak untuk menjelajah dunianya, dari yang tidak dikenali, sampai pada yang ia ketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya hingga mampu melakukannya. Secara tegas dapat dikatakan bahwa belajar sambil bermain bagi anak usia dini merupakan prasyarat penting bila orang tua menginginkan anaknya sehat mental. Akan tetapi sebagian kelompok bermain belum bisa menerapkan model pembelajaran yang lebih mengedepankan pola bermain sambil belajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan belajar yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya adalah guru dan
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
134
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang professional dalam membelajarkan siswa-siswanya. Perkembangan sains saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan sains
berkembang dengan pesat. Hal ini menggungah para
pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep sains, yang dapat bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari di masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains, kreatifitas sumberdaya manusia merupakan syarat untuk ditingkatkan. Jalur yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan sumberdaya manusia adalah melalui jalur pendidikan (Dimyati &
Mudjiono, 2002). Dunia anak adalah dunia
bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra anak. Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain. Sayangnya, menurut Samples bermain sebagai gagasan yang dikaitkan dengan pembelajaran kurang mendapatkan apresiasi dalam berbagai lingkungan budaya (Supriadi, 2002: 40). Prinsip dasar belajar untuk anak-anak haruslah menyenangkan (fun learning) karena belajar dalam suasana yang menyenangkan akan menumbuhkan emosi positif. Dalam konteks penelitian ini guru harus menciptakan suasana belajar yang sepenuhnya menyenangkan bagi anak. Sehingga anak memiliki pengalaman atau kesan positif bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan yang menyenangkan. Berdasarkan kajian-kajian dia atas, maka guru Paud dan orang tua perlu mencermati aspek-aspek kepribadian yang ada dalam perkembangan anak, diantaranya aspek aspek kognitif, aspek nilai moral, aspek kecerdasan, aspek motorik, aspek sosial emosional (Kamtini &Tanjung, 2005). Kelima aspek tersaebut dapat mempengaruhi aspek pemikiran anak, dan ini sangat bergantung pada kemampuan setiap individu. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran pada kelompok bermain yang menyenangkan dan menumbuhkan minat belajar pada anak, maka guru harus pandai dan cakap dalam memilih dan menentukan metode serta materi pembelajaran. Sehingga situasi belajar tercipta menyenangkan dan dapat menarik minat anak. Diharapkan dengan situasi tersebut potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik. Melihat dari fenomena yang terjadi maka di KB Mawar FKIP Unpatti Ambon perlu menerapkan bentuk pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak, sehingga aktifitas pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujua pembelajaran.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
135
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan meningkatkan kemapuan motorik halus anak pada proses pembelajaran melalui kegiatan menempel pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. Dalam penelitian ini penulis memakai beberapa teori pendukung yang dapat memperkuat penulisan ini diantaranya adalah : Hakekat Perkembangan Motorik Halus, Perkembangan Motorik Halus Anak, Kegunaan Motorik Halus serta konsep menempel bagi Anak Usia Dini. Hakekat Perkembangan Motorik Halus yang di dalamnya memuat tentang pengertian motorik halus yang sebagaimana disampaikan oleh Sumatri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Hal yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:118), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak berkreativitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Perkembangan motorik halus anak yang di dalamnya menjelaskan tentang kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Bab I Pasal 1 ayat 2, mengatakan bahwa Standar Tingkat Pencapaian Anak Usia Dini selanjutnya disebut STTPA adalah kreteria kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional serta seni. Indikator kemamapuan motorik halus dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Indikator Kemamapuan Motorik halus Lingkup Perkembangan Motorik Halus
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak 1. Menggambar sesuai gagasannya 2. Meniru bentuk 3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan 4. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar 5. Menggunting sesuai dengan pola 6. Menempel gambar dengan tepat 7. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
136
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan
motorik halus yang optimal asal
mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil. John Lock (1632 - 1704), mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan bagi anak merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak. Manusia hidup mengalami perkembangan. Menurut Moh. Kasiram perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau kurang dari hal-hal yang telah ada maupun perubahan karena timbulnya unsure-unsur yang baru. Sedangkan Sumadi Surya Brata (1990:71) menyatakan bahwa perkembangan adalah perubahan-perubahan kearah yang lebih dewasa. Kegunaan/Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermainnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsure pengembangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf dengan otot. Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yang melalui keterampilan motorik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dengan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Menempel sering disebut kolase. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
137
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
berbagai bentuk kertas, kain, bahan-bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa 2 dimensi atau 3 dimensi. Menempel untuk anak usia dini dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut dbuat untuk dapat memaksimalkan anak
mengoptimalkan segala aspek
perkembangannya. Anak diberi kebebasan untuk membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya. Peran pendidik atau guru dalam mengoptimalkan kemampuan anak tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pendidik sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang
dibutuhkan. Keanekaragaman
bahan
yang disediakan oleh pendidik dapat mempengaruhi pengembangkan kreativitas anak. Bahan yang beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi semangat kepada anak dalam mencegah rasa bosan yang dialami anak. Pendidik harus berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan belum pernah digunakan anak untuk menempel.
Bahan-bahan didapat dari lingkungan sekitar. Bahan yang
didapat dari barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik. Barang bekas untuk menempel bisa didapatkan dari kardus susu bekas, kantong belanja, majalah, kaleng, sarung buah dan lain sebagainya. Semakin beragam bahan yang disediakan akan semakin baik. Bahan menempel bisa juga dibuat sendiri oleh anak. Anak membentuk kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian mengeringkannya dan memotong kertas tersebut sesuai dengan keinginan. Proses kegiatan menempel untuk anak usia dini menekankan kebebasan anak untuk berkreasi. Kreativitas anak akan tertuang dalam hasil karya anak-anak. Selain itu juga ada beberapa peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian yang berhubungan dengan kegiatan menempel dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak diantaranya adalah : Diah Hidayah 2014.1 Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini Tentang Pengembangan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Mewarnai, Mengunting, Menempel (3M). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pembelajaran motorik halus anak melalui kegiatan mewarnai,mengunting, menempel(3M) di KB Srikandi I Payolebar yang hampir setiap anak menyukai kegiatan tersebut. Metodelogi Penelitian terdiri atas subjek penelitian yaitu anak-anak, pendidik dan pengelola, metode penelitian menggunakan metode interpretativ dan instrumen penelitian yang digunakan, adalah observasi wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode, permainan, pemberian tugas, dan eksperimen yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
138
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
dokumentasi. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa KB Srikandi I payolebar mempunyai program
mengembangkan
kemampuan
motorik
halus
anak
melalui
kegiatan
mewarnai,mengunting, menempel(3M) berbagai macam gambar dan pola manfaat penelitian tersebut adalah dapat merangsang perkembangan kreatifitas dan imajinasi anak dan untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak serta untuk melatih anak dalam ketelitian dan konsentrasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada kepala sekolah dan guru PAUD untuk senantiasa mengembangkan kemampuan motorik halus anak dengan media dan sarana serta pembelajaran
yang lebih bervariasi sehingga dapat merangsang aspek
perkembangan motorik halus anak sehingga anak akan lebih kreatif. Sementara Apri Tri Sulastri, NIM. 12111247024. Dengan kata kunci Kata kunci: Keterampilan Motorik Halus, Kegiatan Mosaik, Kelompok B. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan mosaik pada anak Kelompok B TK Pamardisiwi Muja-Muju Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif dengan menggunakan
modifikasi model Kemmis dan Mc Taggart.
Subjek penelitian adalah anak Kelompok B yang berjumlah 15 anak terdiri dari 9 anak lakilaki dan 6 anak perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan motorik halus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Indikator keberhasilan keterampilan
yang ditetapkan yaitu jika minimal 80% motorik
halus
dengan
dari
15
anak
memiliki
kriteria berkembang sangat baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak kelompok B TK Pamardisiwi Muja-Muju dapat ditingkatkan melalui kegiatan mosaik. Peningkatan keterampilan motorik halus anak dapat dilihat pada hasil penelitian pratindakan diperoleh 33,3% atau 5 anak dari 15 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik. Pada siklus I diperoleh 73,33% atau 11 anak dari 15 anak yang berada pada kriteria berkembang sangat baik. Pada siklus II diperoleh 93,33%
atau 14 anak dari 15 anak berada pada kriteria
berkembang sangat
baik.
Penelitian dihentikan sampai Siklus II karena sudah memenuhi keriteria keberhasilan indikator yaitu minimal 80% dari 15 anak motorik halusnya berkembang sangat baik. Cara yang dilakukan yaitu 1) anak
mengambil benda kecil dengan dua jari, 2) anak diminta
menempel benda-benda kecil, seperti kertas dipotong kecil-kecil, daun dan biji-bijian pada pola
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
139
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
yang sudah disediakan guru. Tindakan tersebut dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
METODE Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian tindakan kelas. Arikanto dkk (2006:3) memberikan kesimpulan penelitian tindakan kelas adalah suatu pengamatan terhadap aktivitas belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dilakukan di dalam kelas. Penelitian ini berlangsung di KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelompok Bermain Mawar FKIP Unpatti Ambon yang berjumlah 18 orang. Untuk memperoleh data dari sumber data, maka instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Pedoman observasi, berupa format pengamatan yang harus diisi oleh observer; 2) Pedoman wawancara, berupa format wawancara yang digunakan peneliti untuk mengajukan pertanyaan kepada para siswa; 3) Catatan lapangan, berupa hasil temuan atau kejadian penting selama proses pembelajaran serta 4) Studi dokumentasi yang berupa dokumen berkaitan dengan penelitian yang bermaksud untuk memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui : 1) Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak pemanfaatan limbah pantai untuk meningkatkan kreativitas belajar anak yang diperlukan untuk dapat menata langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. Melalui kegiatan observasi, peneliti dapat melihat langsung manfaat limbah pantai untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di lapangan dan mencatatnya dalam catatan secara apa adanya; 2) Wawancara yang dalam penelitian akan ditujukkan kepada guru untuk memperoleh data yang berkenaan dengan motorik halus anak dengan menggunakan limbah pantai (kulit siput); 3) Catatan lapangan, yang dimaksudkan di sini adalah mencatat hasil temuan atau kejadian penting selama proses pembelajaran; dan 4) Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mendalami berbagai dokumen berkaitan dengan penelitian yang bermaksud untuk memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data yang diperlukan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus, yaitu : 1) Siklus I selama dua kali pertemuan; dan 2) Siklus II selama dua kali pertemuan. interval kategori penilaian perkembangan motorik halus anak serta interval kriteria keberhasilan anak dapat terlihat pada tabel-tabel berikut ini :
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
140
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
Table 2. Interval kategori Penilaian Perkembangan Motorik Halus Anak No 1 2 3 4
Interval 1 2 3 4
<5 5–6 7–8 8 – 10
Interpretasi Penilaian (Belum Berkembang) (Mulai Berkembang) (Berkembang Sesuai harapan) (Berkembang Sanggat Baik)
Table 3. Interval Kriteria Keberhasilan Anak No Interval Interpretasi Penilaian 1 <5 (Belum Berkembang) < 50 % 2 5–6 (Mulai Berkembang) 51 – 70 % 3 7–8 (Berkembang Sesuai harapan) 71 – 80 % 4 8 – 10 (Berkembang Sanggat Baik) 81 – 100 % Sumber : Depdiknas (2004)
HASIL Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Bermain Mawar FKIP Unpatti Ambon. penelitian ini
dilaksanakan 1 bulan yaitu pada bulan April 2017. Data perkembangan kemampuan
motorik halus anak pada penelitian siklus 1 disajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan kemampuan motorik halus pada Siklus I. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat kegiatan menempel dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan interval kategori penilaian perkembangan motorik halus anak serta interval kriteria keberhasilan anak. Tabel 4. Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Halus Pada Siklus I No 1 2 3
Indikator Meniru bentuk Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan Menempel gambar dengan tepat
BB F % 2 11
Hasil Penilaian MB BSH F % F % 10 56 6 33
BSB F % 0 0
1
6
9
50
8
44
0
0
18
3
17
13
72
2
11
0
0
18
Total 18
Keterangan: BB = Belum Berkembang MB = Mulai Berkembang BSH = Berkembang sesuai Harapan BSB = Berkembang Sangat Baik
Dari tabel 4. dapat dijelaskan bahwa untuk indikator meniru bentuk huruf khususnya huruf A dan menempel bentuk ikan, anak yang belum berkembang (BB) sebanyak 2 oraang (11%), mulai berkembang (MB) 10 orang (56%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 6 orang (33%). Indikator yang kedua melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan anak yang Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
141
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
belum berkembang (BB) sebanyak 1 oraang (6%), mulai berkembang (MB) 9 orang (50%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 8 orang (44%) dan indikator ke 3 yaitu menempel gambar dengan tepat anak yang belum berkembang (BB) sebanyak 3 oraang (17%), mulai berkembang (MB) 13 orang (72%), berkembang sesuai harapan (BSH) 2 orang (11%) untuk lebih jelas dapat diilustrasikan dalam gambar 1. dibawah ini:
Gambar 1. Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Halus Siklus 1
Kolaborasi yang dilakukan peneliti dengan observer untuk menganalisa hasil penelitian pada siklus I berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan tentang motorik halus anak dengan kegiatan menempel dapat disimpulkan bahwa kemampun motorik halus anak pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon rata-rata masih berada pada tingkat mulai berkembang. Hal ini didasarkan pada capaian nilai yang diperoleh anak dalam lembar observasi aktivitas belajar, dimana jika nilai seluruh anak didik dirata-ratakan maka diketahui bahwa nilai kemampuan yang dicapai dengan menggunakan kriteria terhadap tiga aspek indikator mencapai kategori mulai berkembang. Anak sesuai dengan indikator keberhasilan yang dicapai. Masih terdapatnya anak didik yang tidak memenuhi kriteria indikator yang dilakukan tutor dapat dikatakan sebagai kelemahan yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan sehingga perlu dilaksanakan pembelajaran perbaikan pada siklus ke II. Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi siklus I. berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I diketahui bahwa motorik halus anak didik masih belum berkembang, sehingga diperlukan tindakan lanjutan untuk lebih meningkatkan kognitif anak didik tersebut agar lebih berkembang dengan baik.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
142
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
Tabel 5. Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Halus Pada Siklus II Hasil Penilaian Indikator No BB MB BSH BSB F % F % F % F % 1 Meniru bentuk 1 6 2 11 8 44 7 39 Melakukan eksplorasi 2
dengan berbagai media
Total 18
0
0
3
17
11
61
4
22
18
0
0
2
11
11
61
5
28
18
dan kegiatan 3
Menempel gambar dengan tepat
Keterangan: BB = Belum Berkembang MB = Mulai Berkembang BSH = Berkembang sesuai Harapan BSB = Berkembang Sangat Baik
Dari tabel 5 dapat dijelaskan bahwa untuk indikator meniru bentuk huruf dan bentuk rumah anak yang belum berkembang (BB) sebanyak 1 oraang (6%), mulai berkembang (MB) 2 orang (11%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 8 orang (44%) dan berkembang sangat baik sebanyak 7 orang (37%). Indikator yang kedua melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan tidak ada anak yang belum berkembang (BB) atau 0%, mulai berkembang (MB) 3 orang (17%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 11 orang (61%) dan berkembang sangat baik sebanyak 4 orang (22%) dan indikator ke 3 yaitu menempel gambar dengan tepat tidak ada anak yang belum berkembang (BB) atau (0%), mulai berkembang (MB) 2 orang (17%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 11 orang (61%) serta berkembang sangat baik sebanyak 5 orang (28%), untuk lebih jelas dapat diilustrasikan dalam gambar 2. di bawah ini:
Gambar 2. Hasil Pengamatan Kemampuan Motorik Halus Siklus II Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
143
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
Melalui kegiatan menempel ini tidak hanya motorik halus anak saja yang meningkat tapi proses pembelajaran pun menjadi lebih baik, anak-anak tidak lagi malas ketika pembelajaran berlangsung, mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan tertib dan lancar. Maka, dengan melihat hasil yang telah dicapai akhirnya peneliti menghentikan tindakan perbaikan pembelajaran. Anak mampu bertahan dalam waktu tertentu saat melakukan kegiatan. Diperoleh data dari 3 anak, mereka belum dapat bertahan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus terhadap kegiatan Dari 18 anak yang terlibat dalam pembelajaran, diperoleh data 2 dapat fokus dengan kegiatan, sedangkan 16 anak masih membutuhkan perhatian guru terhadap kegiatan yang dilakukan. Dengan memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran pada penilaian pada berkembang sesuai harapan (BSB) dan secara klasikal sebesar 75% maka kegiatan pembelajaran tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.
PEMBAHASAN Berdasarkan paparan data hasil penelitian yang telah dikemukakan pada tindakan siklus I dan II sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada Kelompok Bermain FKIP Unpatti Ambon dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuannya atau kreativitasnya dalam menggunakan jari jemarinya untuk meniru bentuk, menempel dan mengeksplorasi kemampuannya dengan menggunakan berbagai media limbah pantai, maka anak akan percaya diri sehingga perkembangan morik halusnya dapat meningkat. Asumsi ini sesuai dengan yang dikemukakan John Lock (1632 - 1704), mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan bagi anak merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak. Peneliti selaku guru melaksanakan proses belajar mengajar secara interaktif dengan anak didik sehingga anak didik baik pada saat menyimak contoh-contoh yang diperlihatkan, mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan mampu dilakukan anak. Hasil pekerjaan anak pada umumnya sudah dapat menunjukan hasil yang diharapkan dimiliki oleh anak. Berdasarkan hasil analisis tindakan diketahui bahwa pada lingkup kemampuan meniru bentuk huruf, ikan serta rumah, anak yang belum berkembang (BB) sebanyak 2 oraang (11%), mulai berkembang (MB)
10 orang (56%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 6 orang (33%).
kemampuan melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan anak yang belum Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
144
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
berkembang (BB) sebanyak 1 oraang (6%), mulai berkembang (MB) 9 orang (50%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 8 orang (44%) dan kemampuan menempel gambar dengan tepat anak yang belum berkembang (BB) sebanyak 3 oraang (17%), mulai berkembang (MB) 13 orang (72%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 2 orang (11%). Dalam hal ini guru megulang kembali apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Anak didik belum dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Belum dapat menyelesaikan tugas yang dimaksud adalah anak didik belum dapat mengikuti penjelasan guru dengan baik sehingga apa yang ditugaskan belum dapat dilakukan dengan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan belum mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada siklus I. Untuk proses dan hasil pembelajaran pada siklus II kemampuan meniru bentuk huruf khususnya anak yang belum berkembang (BB) sebanyak 1 oraang (6%),
mulai berkembang (MB) 2 orang (11%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 8
orang (44%) dan berkembang sangat baik sebanyak 7 orang (37%). kemampuan melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan tidak ada anak yang belum berkembang (BB) atau 0%, mulai berkembang (MB) 3 orang (17%), berkembang sesuai harapan ( BSH) 11 orang (61%) dan berkembang sangat baik sebanyak 4 orang (22%) dan kemampuan menempel gambar dengan tepat tidak ada anak yang belum berkembang (BB) atau (0%), mulai berkembang (MB) 2 orang (17%), berkembang sesuai harapan (BSH) 11 orang (61%) serta berkembang sangat baik sebanyak 5 orang (28%). Dalam hal ini guru telah melakukan pembelajaran dengan baik sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Anak didik sangat aktif untuk melakukan apa yang ditugaskan guru untuk menyelesaikannya. Sangat aktif yang dimaksud adalah anak didik sudah dapat mengikuti penjelasan guru dengan baik sehingga apa yang ditugaskan sudah dapat dilakukan dengan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada siklus II ini. Berdasarkan uraian di atas, maka kecenderungan anak didik untuk memenuhi kriteria indikator semakin baik. Dengan demikian kemampuan motorik halus anak didik Kelompok Bermain FKIP Unpatti Ambon semakin meningkat. Sejalan dengan pendapat Rahim (2005: 22) yaitu: guru sebaiknya memberikan latihan yang sesuai dengan kemampuan anak didik ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, sehingga anak didik dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
145
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
PENUTUP Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan kegiatan menempel dilaksanakan sebanyak dua siklus setiap siklus terdiri dari dua kegiatan. Pada pelaksanaan anak terlihat antusias sehingga motorik halus anak meningkat serta peningkatan kemampuan motorik halus anak setelah menggunakan limbah pantai (kulit siput) di KB Mawar FKIP Unpatti mengalami peningkatan. Dari hasil kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1) tenaga pendidik dan kependidikan PAUDNI, bahwa perkembagan motorik halus merupakan pendidikan anak usia dini (PAUD) untuk mengembangkan otot-otot tubuh sejak dini demi kesiapan melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (SD), untuk perlu perhatian bagi PTK PAUDNI yang mengajar maupun mengawas agar dapat mengstimulasi anak dengan berbagai media pembelajaran dalam kegiatan belajar sambil bermain; 2) guru dan orang tua seharusnya saling kerjasama dapat mengetahui dan mengembangkan kemampuan anak baik dalam aspek motorik, kognitif, sosial emosional, agama dan moral, bahasa dan seni serta kemandirian di sekolah maupun di rumah; 3) bagi guru Anak Usia Dini proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai media dapat menjadi salah satu altenatif. Penggunan limbah pantai (kulit siput) dapat meningkatkan kemampuan motivasi belajar anak usia dini, oleh karena itu guru dapat menggunakan berbagai media sebagai salah satu alat pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini; dan 4) bagi Kepala Sekolah/pengelolah Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan dapat mendukung upaya guru dalam menggunakan media dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
DAFTAR RUJUKAN Aisyiah, Siti dkk. 2012. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya Arikunto, S. et al. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Cholid dan Abu. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Cucu Eliyawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Dwi W, Junita dan Tri Asmawulan. 2010. Perkembangan Motorik dan Bahasa. Surakarta: Materi Perkuliahan PG PAUD FKIP UMS. Dini P. Daeng Sari. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud. Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
146
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 133-147
Gunarti, Winda, Lilis Suryani, Azizah Muis. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak Jilid I. terjemahan Zarkasih dan Tjandrasa. Erlangga
Jakarta:
Harun Rasyid, Mansyur & Suratno. (2009). Assesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Pengembangan
Masitoh, et al. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka Moeslichatoen, R. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Jakarta : Tarsito Nugraha, Ali. (2005). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta : Universitas Terbuka. Slamet Suryanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Depdiknas. Suratno. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Tadkiroatun Musfiroh. (2008). Bermain Sambil belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas. Toho Cholik Mutahir dan Gusril. (2004). Perkembangan Motorik Pada Masa Anak-anak. Jakarta: Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Sinar Grafika. Wina Sanjaya. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Yudha M Saputra dan Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas. Yuliani, Ana. 2011. “UPAYA Peningkatan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain Menggunting dan Menempel Bentuk-bentuk Geometri di TK ‘Aisyiyah II Makamhaji.” (Skripsi S-1 Progdi PAUD). Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Copyright © 2017 - Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan – All Rights Reserved
147