PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI LISAN MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Kornelia Endolia, Fadillah, Sutarmanto Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan, Pontianak Email:
[email protected] Abstrak: Perkembangan mengungkapkan bahasa anak usia 5-6 tahun yaitu menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun di TK Gembala Baik Kecamatan Pontianak Selatan. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan metode deskriptif. Subjek penelitian yakni anak yang berjumlah 20 anak usia 5-6 tahun. Peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran dapat diketegorikan berkembang sangat baik yakni: anak dapat mengeksperesikan komunikasi sesuai dengan perannya, dan anak dapat mentaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan. Kata Kunci: Berkomunikasi Lisan, Bermain Peran
Abstract: Development of language reveals that children aged 5-6 years to answer more complex questions, mentioning groups of images that have the same sound, communicate orally, vocabulary, and recognize symbols in preparation foe reading, writing, and arithmetic. This research aims to improve oral communication skills through methods play a role in children aged 5-6 years in kindergarten Good Shepherd Southern District of Pontianak . This research is a form of action research with descriptive method . Research subjects that children who are 20 children aged 5-6 years . Improvement of oral communication skills through role-playing method can be developed very well diketegorikan namely : the child can express his communication in accordance with its role , and the child can obey the rules applicable in a game . Keyword: Verbal Communication, Role Playing erkomunikasi tentang pendidikan tentu saja tidak terlepas dari sosok seorang guru. Guru merupakan ujung tombak pembelajaran bagi anak kArena ditangan gurulah keberhasilan pendidikan dipertaruhkan. Guru harus mampu menguasai metode pembelajaran guna keberlangsungan transformasi suatu pembelajaran, kerena motode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang
B
1
penting bagi setiap orang. Didalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 Tahun 2009, maka tingkat pencapaian perkembangan menerima bahasa pada anak usia 5-6 tahun adalah mengerti beberapa perintah secara bersamaan, mengulang kalimat yang lebih konpleks, dan memahami aturan dalam satu permainan. Perkembangan mengungkapkan bahasa anak usia 5-6 tahun yaitu menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kelimat-predikatketerangan), memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain, dan melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Setelah melakukan penelitian di TK Gembala Baik Pontianak Selatan, peneliti menemukan penyebab permasalahan tersebut yaitu metode pembelajaran yang disampaikan guru kurang tepat dan menoton, sehingga bahasa anak kurang diperbaiki. Pengembangan komunikasi lisan anak merupakan usaha meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan sesuai dengan situasi yang disukainya. Pengembangan kemampuan berkomunikasi lisan khususnya kemampuan berkomunikasi lisan khususnya kemampuan bicara anak pada dasarnya merupakan program kemampuan berfikir logis, sistematis, dan analitis dengan menggunakan bahas sebagai alat untuk mengungkapkan gagasannya 3 (Suhartono, 2005:122). Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Sebab tidak ada mahluk yang bisa bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kata-kata dapat digunakan induvidu untuk menyatakan ide yang beragam serta komprehensip dan tepat. Kata-kata menyatakan memungkinkan menyatakan perasaan yang dapat dibaca oleh orang lain. Haliday (dalam Rita Kurnia, 2009: 86) Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginananya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Selanjutnya menurut Andrianto, (2011:9) pentingnya komunikasi bagi anak usia dini adalah mampu meningkatkan kecerdasan bahasa, mampu belajar tentang pengetahuan sekitarnya, mampu membangun kecerdasan sosial emosional, mampu menjalin hubungan kekeluargaan, meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri anak, mampu meningkatkan kecerdasan berpikir anak untuk membedakan benar salah, meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan alam sekitar ,mengenalkan pada Tuhan Maha pencipta dan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah. Beberapa ahli pendidikan diantaranya Fagan (dalam Kuheneck, dkk., 2010:4) mendefinisikan, “play as performance of active behavioral interaction that enable the player to adjust to and create its own environment, both ecologocel an social”. Bermain sebagai kinerja interaksi prilaku aktif yang memungkinkan penain untuk menyesuaikan diri dan menciptakan lingkungan sendiri.Plato, Aristoteles, dan Frobel menganggap bahwa bermain sebagai suatu
2
kegiatan yang mempunyai nilai yang praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media menguatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Vygotsky (dalam Judith Van Hoor, 2007: 71) “ Play as the primary matrix for children to develop self-regulation of their behavior and emotions in early childhood”. Bermain sebagai matriks utama bagi anak-anak untuk mengembangkan selfregulation perilaku dan emosi meraka pada usia dini”. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, “Penelitian deskristif adalah menelitan yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang pada saat sekarang” (Sugiono,2008:65). Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran (Arikunto,2008:58). Subjek pada penelitiaan ini adalah 2 orang guru dan anak berjumlah 20 anak dengan kriteria yakni usia 5-6 tahun di TK Gembala Baik Kecamatan Pontianak Selatan yang mengalami maslah terhadap masih rendahnya kemampuan komunikasi lisan anak dalam bermain peran. Siklus penelitian tindakan kelas adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Suharsimi Arikunto (2012:69) menyatakan bahwa model penelitian tindakan berbentuk spiral, mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut. (1) Perencanaan (Planinning); (2) Penerapan Tindakan (action); (3) Mengobservasi (Observation); (4) Melakukan Refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai. Perencanaan Tindakan Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti mengembangkan fokus masalah berdasarkan refleksi awal yang dilakukan terhadap sumber data (anak) mengenai kesulitan maupun hambatan yang ditemukan selama pra penelitian adapun perencanaan tindakan sebagai berikut: (1) Menentukan tema dan sub tema, (2) Menentukan kompetensi dasar dan indikator, (3) Menentukan tujuan pembelajaran, (4) Menentukan media pembelajaran, (5) Membuat pedoman penilaian kemampuan anak, (6) Membuat rencana Kegiatan Harian (RKH) . Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan mengacu pada rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dirancang sebelumnya. Tindakan yang diberikan antara lain: Pijakan Lingkungan Guru menata ruang kelas seperti meja, kursi dan perabot lainnya
3
Pijakan Sebelum Main Guru menari perhatian anak dengan mengucapkan salam kemudian anak diminta untuk duduk melingkar dan berdoa bersama. Setelah itu anak diajak bernyanyi, setelah anak merasa senang kemudian anak diajak berkomunikasi sesuai kondisi yang ada dengan bermain peran. Pijakan Saat Main Guru mengajak anak melaksanakan kegiatan bermain peran sesuai dengan tahapan yang dijelaskan, guru mengajak anak menyelesaiakn tugas bermain peran yang diberikan, guru memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara bermain anak , dan guru mengajak anak untuk berkerjasama dalam bermain peran Pijakan Sesudah Main Guru memberi kesempatan pada anak untuk menyatakan kesulitan dalam bermain peran, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam Pengamatan Pada saat pelaksanaan kegiatan bermain peran berlansung peneliti melakukan observasi terhadap anak mengunakan lembar observasi dan teman sejawat mengamati peneliti dengan mengunakan RKH, instrumen yang dirancang sebelumnya. Refleksi Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tindakan berkaitan dengan hasil belajar anak dilakukan kegiatan analisis. Kegiatan analisis yang dilakukan, antara lain menganalisis hasil observasi guru, menganalisis hasil observasi anak. Selanjutnya dilakukan refleksi berdasarkan hasil analisis kegiatan siklus sebelumnya. Refleksi berfungsi memperbaiki segala kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya, sehingga pada siklus selanjutnya tidak terulang kekurangan yang sama. Dalam penelitian hasil observasi baik terhadap guru maupun anak di hitung dengan mengunakan rumusan persentase menurut Iskandar (2011:12) sebagai berikut: 𝐹
P% = 𝑁 x 100 Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi Jawaban N : jumlah Responden 100 : Bilangan Tetap
4
Rumusan persentase ini digunakan untuk menghitung kegiatan yang dilakukan anak sesuai dengan hasil kerja anak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil data yang dikumpulkan dari perencanaan pembelajaran mulai dari siklus1 pertemuan ke 1 dan pertemuan ke 2, dan siklus ke 1 pertemuan ke 1 dan pertemuan ke 2. dalam merencanakan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) yakni: Kegiatan yang dilakukan guru dalam membuat (RKH) yakni menentukan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran. Siklus 1 pertemuan ke 1 dengan skor 2,5 dan pada siklus 2 dengan skor 2,75. Dikerenakan guru belum memfokuskan hasil belajar yang ditingkatkan yakni meningkatakan kemampuan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 meningkat dengan skor 3,5 ini dikerenakan langkah-langkah pembelajaran pada RKH disusun secara berurutan sehingga dapat mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran, pada siklus ke 2 pertemuan ke 2 kegiatan guru meningkat pada skor 4, hal ini dikerenakan guru dapat mengatur semua kegiatan pembelajaran dengan fokus meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran. Pemilihan tema yakni: Tema yang digunakan pada siklus ke 1 dan siklus ke 2 sama yakni tema perkerjaan tetapi sub tema yang berbeda sesuai dengan tema yang berkembang pada saat penelitian berlansung. Pada siklus ke 1 pertemuan ke 1 sub tema pegawai bank dengan topik menabung dengan skor 2,5 dan pada pertemuan ke 2 sub tema pedagang penjual pakaian sekolah dengan skor 3 pada tahap ini belum terjadi peningkatan karena guru belum memahami tema yang diminati dan yang disenangi anak. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 mengunakkan sub tema tukang pos dengan topik mengirim surat dengan skor 3,5 dan pada pertemuan ke 2 mengunakan tema tukang pos dengan topik mengantar surat dengan skor 3,75. Pemilihan Media yakni: Media pembelajaran yang digunakan pada siklus ke 1 pertemuan ke 1 yakni media uang mainan, buku bank, dan komputer dengan skor 2,4 dan pertemuan ke 2 mengunakan media pakaian seragam, uang mainan, kalkulator buku nota dan bollpoin dengan skor 2,58 pada tahap ini belum terjadi peningkatan kerena bahan yang digunakan belum dikuasai oleh anak. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 mengunakan media sepeda, tas tukang pos, amplok dan buku bukti penerimaan barang dengan skor 3,4 dan pada pertemuaan ke 2 mengunakan media yang sama dan terjadi peningkatan dengan skor 3,8. Kerena media yang digunakan sesuai dengan kebutuhan anak.
5
Metode pembelajaran yakni: Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode bermain peran, pada siklus ke 1 pertemuan ke 1dengan skor 2,25 dan pertemuan ke 2 metode pembelajaran yang digunakan masih dengan skor 2,75. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 metode pembelajaran yang digunakan guru meningkat dengan skor 3,5 kerena menjelaskan secara detil dengan anak. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 2 metode yang digunakan metode bermain peran dalam hal ini telah terjadi peningkatan oleh kerena guru telah situasi anak pada siklus 1 dengan skor 3,57 Penilaian hasil belajar yakni: Penilaian belajar pada siklus ke 1 pertemuan ke 1berdasar kan indikator yang akan ditingkatkan dengan skor 3, dan pada pertemuan ke 2 belum terjadi peningkatan dan masih dengan skor 3. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 meningkat menjadi 3,6 dan dalam hal ini guru memfokuskan pada penilaian perkembangan komunikasi lisan, hingga pada pertemuan ke 2 dengan skor 3,8 dan terjadi peningkatan kerena media yang digunakan sangat di sukai anak. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru untuk meningkatakan kemampaun berkomunikasiLisan dengan mengunakan metode bermain peran sebagai berikut: Pijakan Lingkungan Pijakan lingkungan yang dilakukan pada siklus 1 pertemuan ke 1 yakni guru menyiapkan ruangan, mengatur alat dan media uang mainan, buku bank, komputer, meja kursi mainan bank-bank untuk berperan sebagai pegawai bank dengan skor 2,5 dan pada pertemuan ke 2 menggunakan media pakaian seragan sekolah, uang mainan, kalkulator/komputer buku nota kresek dan balpoin bermain peran sebagai pedagang dengan skor 2,5. Pada tahap ini belum ada peningkatan karena media yang disediakan tidak sesuai dengan minat anak. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 media yang digunakan yakni Sepeda, tas tukang pos, topi tukang pos, amplok dan buku bukti penerimaan barang. Dengan skor 3,5 dan pada pertemuan ke 2 media yang digunakan sama dengan skor 4 terjadi peningkatan karena media yang digunakan guru sudah dikenal anak. Pijakan Sebelum Main Pijakan sebelum main yang dilakukan guru pada siklus ke 1 pertemuan ke 1 dengan skor 2.83, dan pada pertemuan ke 2 meningkat dengan skor 3, hal ini dikerenakan guru menyampaikan kegiatan bermain dan mengenalkan tempat, alat dan media yang akan digunakan untuk bermain peran, dan anak sangat senang. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 dengan skor 3,82 dan pada pertemuan ke 2 meningkat lagi dengan skor 4. Pijakan Saat Main Pijakan saat main yang dilakukan guru pada siklus 1 pertemuan ke 1 dengan skor 3, dan pada pertemuan ke 2 masih tetap dengan skor 3, hal ini dikerenakan guru kurang memberikan pertanyaan untuk memperluas cara main anak. Pada
6
siklus ke 2 pertemuan ke 1 dengan skor 4 dan pada pertemuan ke 2 masih tetap dengan skor 4. Pijakan Setelah Main Pijakan setelah main yang dilakukan guru pada siklus ke 1 pertemuan ke 1 dengan skor 2,4 dan pada pertemuan ke 2 meningkat dengan skor 2,7, kerena guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menyebutkan kegiatan yang telah dilakukan dan dengan senang hati anak sangat antusias untuk menyebutkan kegiatan yang telah dilakukan anak. Pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 dengan skor 3,4 dan pada pertemuan ke 2 meningkat dengan skor 4 karena guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan ide pikiran dan memberikan penguatan atas kegiatan yang telah dilakukan. Pembahasan Pembahasan yang peneliti lakukan ini untuk membahas permasalahan yang ada sesuai dengan rumusan masalah, adapun pembahasan sebagai berikut: Perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan memampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun di TK Gembala Baik Kecamatan Pontianak. Menurut Onong (2008:2) “Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pembelajaran, pengunaan media, pendekatan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk memcapai tujuan yang telah ditentukan.Perencanaan yang dilakukan guru sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran bermain peran berdasarkan pada materi yang akan diajarkan untuk memcapai tujuan yang dirumuskan, dengan menetapkan tema dan sub tema, kompetensi dasar dan indikatornya, tujuan pembelajaran, media yang digunakan, pedoman penilaian kemampuan anak dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Perencanaan pembelajaran yang dilakuka guru dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran dapat dikategorikan terlaksana dengan baik, hal ini dikerenakan guru membuat perencanaan yang mudah dalam penyampaian materi, seperti: a) membuat rencana kegiatan harian (RKH) yang membuat hasil pembelajaran yakni anak dapat bermain peran dengan tema perkerjaan seperti berfropesi sebagai pegawai bank, pedagang dan tukang pos, membuat kopetensi dasar. b). Pemilihan tema dan sub tema, dalam hal ini guru menggunakan tema dan sub tema sesuai dengan tema yang berkembang pada saat itu. c). Memilih media, dalam hal ini guru menentukan media pembelajaran sesuai dengan tema yakni jenis-jenis pegawai bank, pedagang dan tukang pos. d). Metode pembelajaran yakni metode bermain peran yang digunakan sesuai dengan tema dan langkah-langkah dalam setiap tahap pembelajaran. e). Membuat penilaian hasil belajar yakni memuat penilaian perkembangan kemampuan anak berdasarkan aspek yang diteliti. Alasan dalam perencanaan pembelajaran yang dilakukan yakni untuk memodifikasikan pembelajran agar tidak membosankan bagi anak, dengan demikian maka kemampuan berkomuniksai lisan pada anak akan meningkat melalui metode bermain peran. Dalam hal ini perencanaan yang dilakukan guru dilihat sangat unik dalam memotivivasi kemampuan berkomunikasi lisan pada anak, guru
7
mengangkat tema yang diminati anak dan menggunakan media nyata sebagai alat dalam penyampaian materi pembelajaran, hasil belajar yang diharapkan tertuang dalam renana pijakan saat main anak. Berdasarkan hasil wawancara bahwa perencanaan yang dilakukan pada siklus ke 1 pertemuan ke 1 khususnya dalam menerapkan metode bermain peran belum dapat dilaksanakan dengan baik kerena peran yang dirancang guru tidak sesuai dengan gender, untuk itu pertemuan ke 2 guru membuat peran sesuai dengan gender, manun masih banyak anak yang tidak aktif dalam kegiatan bermain peran, pada siklus ke 2 pertemuan ke 2 pertemuan ke 1 guru membuat kegiatan bermain peran secara berkelompok, dalam hal ini anak mulai aktif, untuk itu guru melanjutkan pada pertemuaan ke 2 agar semua anak terlibat aktif dalam kegiatan bermain peran. Pelaksanaan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran pada nak usia 5-6 tahun di TK Gembala Baik Kecamatan Pontianak Selatan. Roestiyah (2011:91) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan bermain peran sebagai berikut: (1) Menyiapkan naskah, alat, madia yang akan digunakan dalam kegiatan bermain peran. (2) guru harus menerangkan pada anak didik, untuk memperkenalkan tehnik ini, dengan jalan bermain peran anak didik diharapkan dapat memecahakan masalah komunikasi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. (3) guru menunjuk beberapa anak yang akan berperan, masing-masing akan mencari permecahan masalah sesuai dengan peranya. Dan anak yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula. (4) guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik sehingga anak terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu. (5) Memberi kebebesan pada anak untuk memilih peran apa yang disukai. (6) Agar anak dapat memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan pertama. (7) Guru menjelaskan kepada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu dengan tugas dan perannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialok. (8) Anak yang tidak turut harus memjadi penonton yang aktif, disamping mendengar, melihat mereka juga harus bisa memberi saran dan kritik pada apa saja yang dilakukn dalam bermain peran (9) Menghentikan bermain peran pada detik-detik situasi yang sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum. (10) Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, maka perlu dibuka tanya jawab. Pelaksanaan yang dilakukan guru berdasarkan teori diatas, dimana guru melaksanakan pembelajaran yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran dapat dikategorikan terlaksana dengan baik, kerena guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan, adapun perencanaan yang dilakukan guru antara lain : (1) Melaksakan pijakan lingkungan dengan menyiapkan naskah, ruangan dan media yang akan digunakan dalam kegiatan bermain peran. (2) Melaksakan pijakan sebelum main dengan membuka kegiatan dengan doa dan salam, mengabsen anak, menjelaskan dan tanya jawab tentang tema dan sub tema, menyepakati aturan main, membagi kelompok anak dan mempersilakan anak untuk memulai kegiatan main. (3) Melaksakan pijakan saat main yakni dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih peran yang disukai, memotivasi anak dalam kegiatan bermain peran, mengevaluasi anak. (4) Melaksakan pijakan setelah main yakni
8
mengajak anak untuk berberes-beres, menanyakan pada anak perasaan apa yang mereka rasakan saat main, menanyakan pada anak pengalamam main apa yang sudah anak mainkan, menginformasikan kegiatan esok hari, berdoa dan salam pulang. Berdasarkan hasil wawancara bahwa perencanaan yang dilakukan pada siklus ke 1 pertemuan ke 1 guru belum dapat melaksanakan dengan baik, karena peran yang dirancang guru belum terbiasa oleh anak, untuk itu pada pertemuan ke 2 guru membuat peran sesuai dengan situasi dan kebiasaan anak, namun masih banyak anak yang tidak aktif dalam kegiatan bermain peran, pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 guru membuat kegiatan bermain peran secara berkelompok, dalam hal ini mulai aktif, maka guru melajutkan pertemuan ke 2 guru memberi penguatan pada anak untuk terlibat aktif, sehingga anak termotivasi dalam kegiatan bermain peran, hal ini dikarenakan guru memotivasi anak agar aktif belajar dengan memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukan ide pikiran, menyatakan kesulitan dalan bermain peran. Apakah terdapat peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan melalui medode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun di TK Gembala Baik. Roestiyah (2011:91) menegaskan bahwa guru mengunakan metode ini dalam proses belajar memiliki tujuan agar anak didik dapat memahami orang lain, tepa seliro dan toleransi. Dengan bermain peran mereka dapat menhayati peranan apa yang dimainkan, mempu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Ia bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya Peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran padan anak usia 5-6 tahun di TK Gembala Baik Kecamatan Pontianak Selatan dapat dikategorikan “baik” karena anak dapat berkomunikasi sesuai dengan peran yang diberikan guru dan ank dapat mentaati aturan yang berlaku dalam bermain peran yang disampaikan guru. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun di TK Gembala Baik Kecamatan Pontianak Selatan dapat diketegorikan meningkat sangat baik yakni: anak dapat mengeksperesikan komunikasi sesuai dengan perannya, dan anak dapat mentaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan. Saran Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi lisan pada nak usia 5-6 tahun penerapan metode bermain peran hendaknya: (1) Faktor sarana dan sarana yang ada harus dimanfaatkan secara optimal. Guru juga hendaknya harus melihat banyaknya media yang digunakan harus disesuai dengan jumlah anak. (2) Guru harus kreatif lagi dalam menyajikan media. Guru juga tidak harus terpaku pada media yang sudah ada, karena dengan kualitas media dan penyampaian yang dilakukan guru
9
akan berdampak pada perkembangan komunikasi lisan anak. (3) Penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran sebaiknya ditingkatkan sehingga perkembangan komunikasi lisan anak bisa optimal. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi.(2002). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT. Bumi Angkasa Kuhaneck, Heather Miller, et. El. (2010). Activity Analisis, creativity, And Playfulness in Pediatric Occupatianal Therapy, Making Play Just ringht. Masschusetts: Jones and Bartlett publisher. Iskandar. (2011) Strategi Belajar Mengajar : Rineka Cipta Masitoh, dkk. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka Morissan, (2003). Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, Cek Pertama Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
10