Tanggal : 28-11-2012 Jam :11.00 WIB PENGUJIAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DI GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SILIWANGI DENGAN SIMULASI MENGGUNAKAN SOFTWARE DIALUX V.4.10 Gin Gin Ginanjar 047002169 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Abstract Lighting areas of work on the building or buildings, especially in the library is an important aspect in supporting the activities students and employees. Lighting conditions that do not standard can disrupt activity and causing health complaints, especially eyestrain. This research aims to find out the suitability of the level of lighting in library Siliwangi University. This research used dialux software version 4.10. the software to simulate the intensity of illumination on a building. Light is electromagnetic radiation (similar to x-rays or radio waves, fm), which has a wavelength of 380 nm to 780 nm the creates the sensation of color. Artificial lighting is lighting that comes from man made light sources known as lamp or luminaire. Dialux comparison of the simulation results with the results of calculations and measurements, which indicates the average level of illumination which is closer to the SNI. While the results of the calculation requires an additional power point or light bulbs. Standard illumination intensity for the library is 300 Lux. From the simulation results of the average intensity of illumination at the University Library Siliwangi indicates that the level of lighting in the University Library Siliwangi still not reached the level of lighting SNI, condition is due to the differences, spacious rooms, high-field work as well as differences in the use of lamps and completeness the exists in the application dialux the software installed on Siliwangi University Library.
Keywords: Iluminasi, Artificial Lighting, Illumination Intensity, Dialux, Lux
Abstrak Pencahayaan bidang kerja pada bangunan atau gedung khususnya di perpustakaan merupakan aspek penting dalam menunjang aktivitas baik mahasiswa maupun pegawai. Kondisi pencahayaan yang tidak memenuhi standar dapat mengganggu aktivitas dan menyebabkan terjadinya keluhan kesehatan khususnya kelelahan mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tingkat pencahayaan di Perpustakaan Universitas Siliwangi. Penelitian ini menggunakan software dialux versi 4.10. yaitu software untuk mensimulasikan intensitas pencahayaan pada bangunan atau gedung. Cahaya adalah radiasi elektromagnetik (mirip dengan sinar x atau gelombang radio fm) yang mempunyai panjang gelombang 380 nm sampai 780 nm yang menciptakan sensasi warna. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya buatan manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer. Perbandingan hasil simulasi dialux dengan hasil perhitungan, dan pengukuran. Hasil pengukuran mengindikasikan tingkat pencahayaan rata-rata yang lebih mendekati pada SNI. Sedangkan dari hasil perhitungan membutuhkan suatu penambahan titik lampu ataupun daya lampu. Standar intensitas pencahayaan untuk perpustakaan adalah 300 Lux. Dari hasil simulasi rata-rata tingkat intensitas pencahayaan di Perpustakaan Universitas Siliwangi mengindikasikan bahwa tingkat pencahayaan di Perpustakaan Universitas Siliwangi masih belum mencapai tingkat pencahayaan SNI, Kondisi ini dikarenakan perbedaan, luas ruangan, tinggi bidang kerja serta perbedaan pemakaian jenis lampu dan kelengkapannya yang ada dalam aplikasi software dialux dengan yang terpasang di Perpustakaan Universitas Siliwangi. Kata kunci: Kuat Pencahayaan, Pencahayaan Buatan, dialux, lux
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perpustakaan merupakan sarana pendukung yang penting dalam kegiatan membaca dan pencarian informasi berupa teori, buku-buku, dan data. Dalam kegiatan terutama membaca diperlukan pencahayaan yang baik, guna mudah . dalam membacanya ataupun memahami sesuatu yang dibaca. Sehingga perpustakaan membutuhkan suatu sistem pencahayaan yang sesuai dengan standar. Pencahayaan yang sesuai dengan standar merupakan faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan baca yang baik. Lingkungan baca yang baik dapat memberikan kenyamanan kepada aktivitas pembaca. 1.2. Tujuan Tugas akhir yang berjudul “Pengujian Intensitas Cahaya di Gedung Perpustakaan Universitas Siliwangi dengan Simulasi Menggunakan Software Dialux 4.10” ini bertujuan untuk melakukan perbandingan terhadap standar SNI tentang intensitas cahaya di Gedung Perpustakaan Universitas Siliwangi. 1.3. Batasan Masalah
BAB II LANDASAN TEORI, berisi tentang gambaran singkat mengenai teori pencahayaan, jenis lampu yang digunakan, dan rumus-rumus penunjangnya. BAB III SIMULASI PROGRAM DIALUX, berisi tentang penjelasan proses dan data-data hasil simulasi program dialux 4.10. BAB IV ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI, berisi hasil simulasi program dialux dan perhitungan. BAB V PENUTUP, berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penyusunan tugas akhir 2. Landasan Teori 2.1. Pengertian Cahaya Cahaya adalah radiasi elektromagnetik (mirip dengan sinar x atau gelombang radio fm) yang mempunyai panjang gelombang 380 nm sampai 780 nm yang menciptakan sensasi warna. 2.2. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Pembahasan tugas akhir ini dibatasi pada: -
-
-
Dalam penelitian ini tidak membahas mengenai instalasi kelistrikan di Gedung Perpusatakaan Universitas Siliwangi. Penelitian ini dibatasi oleh ketersediaan persamaan jenis lampu dan rumah lampu yang sesuai dengan yang dipasang di lapangan dan yang ada dalam Dialux. Pengaruh-pengaruh koefisien eksternal dalam luminasi diasumsikan sesuai dengan kebutuhan serta fungsi.
Pencahayaan alami umumnya dibagi dua:
1.4. Metode Penelitian a. Pengumpulan data primer yaitu data yang didapat secara langsung diukur dan diamati di lapangan. b. Pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data yang merupakan hasil pengukuran pihak lain seperti datasheet, spesifikasi lampu dan kelengkapannya. c. Simulasi, pengujian berdasarkan program software dialux 4.10. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang berjudul “Pengujian Intensitas Cahaya di Gedung Perpustakaan Universitas Siliwangi dengan Simulasi Menggunakan Software Dialux 4.10” disusun sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Sunlight: yaitu cahaya matahari langsung, umumnya memiliki intensitas yang tinggi dan sudut penyebaran cahaya yang sempit. Cahaya jenis ini harus selalu dijaga agar jumlahnya tetap terkendali, sehingga tidak menimbulkan silau dan radiasi panas yang terlalu tinggi. Daylight: yaitu cahaya matahari tidak langsung yang disebarkan oleh partikel-partikel atmosfer, termasuk awan, umumnya memiliki intensitas yang sedang sampai dengan rendah dan sudut penyebaran cahaya yang lebar (mendekati difus/merata ke segala arah). Cahaya jenis ini umumnya lebih disukai untuk digunakan sebagai pencahayaan alami dalam bangunan, karena tidak terlalu menimbulkan silau dan radiasi panas yang tinggi.
2.3. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya buatan manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer. Pencahayaan buatan membutuhkan energi untuk diubah menjadi terang cahaya. Segi efisiensi menjadi pertimbangan yang sangat penting selain menjadikan pencahayaan buatan sesuai dengan kebutuhan manusia. Pencahayaan buatan yang efisian mempunyai fokus kepada pemenuhan pencahayaan pada bidang kerja. Fungsi pokok pencahayaan buatan:
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang bayang. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi. Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni : 1. Sistem Pencahayaan Merata, Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. 2. Sistem Pencahayaan Terarah, Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. 3. Sistem Pencahayaan Setempat, Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual. 2.4. Pencahayaan Bidang Kerja Dalam performansi visual, diperlukan identifikasi bidang kerja yang diharapkan untuk menentukan karakteristik pencahayaan buatan (IESNA, 2000, bab 3). Permukaan yang berkaitan dengan bidang kerja adalah permukaan yang menjadi area penglihatan selama bekerja. Beberapa faktor yang perlu dihindari untuk mendapatkan kenyamanan penglihatan pada bidang kerja dalam IESNA (2000,p,127) adalah: -
-
Silau Terdapat dua buah silau, yaitu disability glare dan discomfort glare. disability glare adalah silau yang menyebabkan mata tidak mampu melihat apapun akibat dari pancaran sinar yang besar ke arah mata. Discmfort glare adalah silau yang ditimbulkan akibat pantulan sinar terhadap bidang kerja atau unsur-unsur di sekitarnya yang menuju mata. Bayangan Bayangan terjadi karena pancaran sinar cahaya ke bidang kerja tertutupi oleh suatu obejk.
2.5. Jenis Sumber Cahaya Jenis sumber cahaya yang dipakai di Perpustakaan Universitas Siliwangi, terutama pada ruang baca lantai II adalah: lampu fluorescent, yaitu; lampu TL-D, TL5, dan essential beserta armaturnya.
2.6. Fotometri Fotometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran besaran-besaran cahaya, meliputi aspekaspek psikofisis energi radiasi yang dapat terlihat oleh mata manusia. Besaran-besaran fotometri yang umum antara lain: -
-
-
-
Fluk cahaya/fluks luminus (),adalah laju aliran energi cahaya, atau energi radiasi yang telah dibebani dengan respon sensitivitas mata manusia per satuan waktu. Fluks luminus memiliki satuan lumen (lm). Intensitas cahaya (I), Intensitas cahaya (I) adalah fluks luminus per satuan sudut ruang (𝜔, dalam steradian) dalam arah tertentu. Intensitas cahaya memiliki satuan candela (cd). Iluminasi atau Kuat/tingkat/intensitas pencahayaan (E), adalah fluks luminus yang datang pada suatu permukaan per satuan luas (A, dalam m2) permukaan yang menerima cahaya tersebut. Iluminasi memiliki satuan lux atau setara dengan lumen/m2. Luminasi (L), didefinisikan sebagai permukaan benda yang mengeluarkan/memantulkan intensitas cahaya yang tampak pada satuan luas permukaan benda tersebut, dinyatakan dalam Candela per meter persegi (Cd/m2).
2.7. Perhitungan Tingkat pencahayaan rata-rata (Erata-rata) 1) Tingkat pencahayaan rata-rata (Erata-rata) Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan bidang kerja ialah bidang horisontal imajiner yang terletak 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan. Tingkat pencahayaan rata-rata/Erata −rata (lux), dapat dihitung dengan persamaan :
Erata −rata =
Ftotal × kp × kd lux A
Dimana: Ftotal = fluks cahaya total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja (lumen). A = luas bidang kerja (m2). kp = koefisien penggunaan. kd = koefisien depresi (penyusutan). 2) Koefisien Penggunaan (kp) Faktor penggunaan didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai di bidang kerja terhadap keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu. 3) Koefissien Depresi (kd) Koefisien depresi atau sering disebut juga koefisien rugi-rugi cahaya atau koefisien pemeliharaan, didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan digunakan
terhadap tingkat pencahayaan pada waktu instalasi baru. 4) Jumlah Armatur yang Diperlukan Untuk menghitung jumlah armatur, terlebih dahulu dihitung fluks luminus total yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang direncanakan. Dengan persamaan: E×A Ftotal = kp × kd Kemudian jumlah armatur dihitung dengan persamaan: Ftotal Ntotal = F1 × n Dimana: F1 = fluks luminus sebuah lampu. n = jumlah lampu dalam satu armatur. 5) Tingkat Pencahayaan Minimum Direkomendasikan Tabel 1 Intensitas Cahaya Minimum Fungsi Ruangan Lembaga Pendidikan : Ruang kelas Perpustakaan Laboratorium Ruang gambar Kantin
yang
Gambar 2 Summary Ruang Baca 1
Tingkat Pencahayaan (lux)
Kelompok Renderasi Warna
250 300 500 750 200
1 atau 2 1 atau 2 1 1 1
Simulasi ruang baca 2
Sumber: SNI 03-6575-2001 3. Simulasi Program Dialux v.4.10
Open program Dialux Pembuatan ruangan Importing ruangan Edit room geometri Penentuan jenis lampu dan kelengkapannya Penempatan objek dan texture Calculate software dialux
Gambar 3 Hasil Simulasi Rendering 3d Ruang Baca 2
Simulasi ruang baca 1
Gambar 1 Hasil Simulasi Rendering 3d Ruang Baca 1
Gambar 4 Summary Ruang Baca 2
Tabel 3 Pencahayaan Buatan Perpustakaan Universitas Siliwangi
Gambar 5 Hasil Simulasi Rendering 3d Perpustakaan Universitas Siliwangi Tanpa Atap
4.3. Hasil Simulasi Dialux Tabel 4 Hasil Simulasi Dialux
Gambar 6 Hasil Simulasi Rendering 3d Perpustakaan Universitas Siliwangi 4. Analisa Perbandingan Hasil Perhitungan Dan Simulasi 4.1. Pendahuluan
Pengukuran,
Analisa perhitungan besaran cahaya dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: 1. 2. 3.
Simulasi software Perhitungan berdasarkan metode cosinus lambert. Pengukuran di lapangan untuk membandingkan hasil simulasi dan perhitungan serta kondisi riil di lapangan. 4.2. Spesifikasi Ruang, Luas, Tinggi, Jenis Lampu, Fungsi Ruangan dan Operasional.
4.4. Hasil Pengukuran dengan Lux Meter Alat ukur lux meter Dengan spesifikasi sebagai berikut : Merk : Lutron LX-101 Sumber tenaga : 9V DC Jenis : digital Skala : x1, x10, x100 Alat ini berfungsi untuk menampilkan nilai instensitas cahaya dengan satuan lux yang terukur dengan kemampuan mengukur sampai 50000 lux
Berikut adalah spesifikasi ruang dan jenis lampu yang digunakan di gedung Universitas Siliwangi: Tabel 2 Tabel Luas Ruangan Perpustakaan Universitas Siliwangi
Gambar 7 Alat Ukur Lux Meter
Tabel 5 Pengukuran dengan Lux Meter Siang Hari
maka jumlah lampu yang diperlukan adalah: Nlampu = Narmatur × n Keterangan: Ntotal Ftotal
Tabel 6 Pengukuran dengan Lux Meter Malam Hari
Tabel 7 Kesesuaian Intensitas Pencahayaan Rata-rata Siang Hari dan Malam Hari dengan Standar SNI.
F1 n kp kd A
: Jumlah armatur. : Fluks luminous total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja (lumen). : Fluks luminous satu buah lampu. : Jumlah lampu dalam satu armatur. : Koefisien penggunaan : Koefisien depresiasi : Luas ruangan
4.6. Perhitungan Ruangan Lantai II 1. Perhitungan pencahayaan pada ruang baca 1 diketahui: Nilai Keterangan Satuan p Panjang ruangan 14,90 m ℓ Lebar ruangan 6,90 m A Luas ruangan 102,81 m2 kp Koefisien penggunaan 0,65 kd Koefisien depresiasi 0,8 E E rata-rata yang 750 lux direkomendasikan n Jumlah lampu 1 buah F1 Fluks luminous satu 1030 lumen lampu TL-D F1 Fluks luminous satu 810 lumen lampu Essential F1 Fluks luminous satu 1900 lumen lampu TL5 Untuk lampu TL-D 2x18w 35.983,5 0,52
Dengan demikian dari tabel 7 terlihat kedua hasil pengukuran tidak memenuhi standar SNI. Ini dikarenakan adanya penurunan intensitas cahaya yang dikeluarkan oleh lampu yang disebabkan umur lampu yang hampir 2 tahun, serta kurang adanya pemeliharaan komponen pencahayaan. Dibandingkan pada hasil pengukuran siang hari nilai intensitas pencahayaannya lebih besar daripada nilai intensitas pada waktu malam hari ini disebabkan adanya pengaruh dari pencahayaan alami pada waktu siang hari. Oleh karena itu pencahayaan alami ikut berperan penting pada sistem pencahayaan di gedung perpustakaan Universitas Siliwangi pada waktu siang hari.
Ftotal =
4.5. Perhitungan dengan Rumus
Nlampu = 66 × 2
Ftotal =
Erata −rata × A kp × kd
Ftotal = 69.199,03 lumen. Sehingga jumlah armatur yang diperlukan; Ntotal =
Dari perhitungan di atas, ruang baca 1 memerlukan 66 titik lampu TL-D. Karena dalam satu armatur terdiri dari 2 lampu maka jumlah lampu yang diperlukan adalah:
Nlampu = 132 Untuk lampu essential 14w
Sehingga jumlah armatur yang diperlukan: Ntotal =
Ftotal F1 × n
69.199,03 = 67,18 1030
Ftotal =
35.983,5 0,52
Ftotal = 69.199,03 lumen.
Sehingga jumlah armatur yang diperlukan; Ntotal =
69.199,03 = 85,43 810
Dari perhitungan di atas, ruang baca 2 memerlukan 66 titik lampu TL-D. Karena dalam satu armatur terdiri dari 2 lampu maka jumlah lampu yang diperlukan adalah:
Dari perhitungan di atas, ruang baca 1 memerlukan 84 titik lampu essential. maka jumlah lampu yang diperlukan adalah:
Nlampu = 66 × 2
Nlampu = 84 × 1
Untuk lampu essential 14w
Nlampu = 84
Nlampu = 132
Ftotal =
Untuk lampu TL 5 21w Ftotal
69.199,03 = 0,52
Ftota l = 69.199,03 lumen.
Ftotal = 69.199,03 lumen. Sehingga jumlah armatur yang diperlukan; Ntotal =
Sehingga jumlah armatur yang diperlukan; Ntotal
69.199,03 = = 36,42 1900
35.983,5 0,52
69.199,03 = 85,43 810
Dari perhitungan di atas, ruang baca 2 memerlukan 84 titik lampu essential. maka jumlah lampu yang diperlukan adalah:
Dari perhitungan di atas, ruang baca 1 memerlukan 36 titik lampu TL 5. maka jumlah lampu yang diperlukan adalah:
Nlampu = 84 × 1
Nlampu = 36 × 1
Untuk lampu TL5 21w
Nlampu = 84
Nlampu = 36 2. Perhitungan pencahayaan pada ruang baca 2 Diketahui: Nilai Keterangan Satuan p Panjang ruangan 14,90 m ℓ Lebar ruangan 6,90 m A Luas ruangan 102,81 m2 kp Koefisien 0,65 kd Koefisien 0,8 E E rata-rata yang 750 lux direkomendasikan n Jumlah lampu 1 buah F1 Fluks luminous 1030 lumen satu lampu TL-D F1 Fluks luminous 810 lumen satu lampu Essential F1 Fluks luminous 1900 lumen satu lampu TL5 Untuk lampu TL-D 2x18w Ftotal =
35.983,5 0,52
Ftotal = 69.199,03 lumen. Sehingga jumlah armatur yang diperlukan; Ntotal =
69.199,03 = 67,18 1030
Ftotal =
69.199,03 0,52
Ftotal = 69.199,03 lumen. Sehingga jumlah armatur yang diperlukan; Ntotal =
69.199,03 = 36,42 1900
Dari perhitungan di atas, ruang baca 2 memerlukan 36 titik lampu TL 5. maka jumlah lampu yang diperlukan adalah: Nlampu = 36 × 1 Nlampu = 36
4.7. Analisa Perbandingan Hasil Tabel 8 Perbandingan Pencahayaan Perpustakaan Universitas Siliwangi
Analisis Lantai I Dari tabel 4.9 dapat diihat bahwa nilai intensitas pencahayaan rata-rata pada setiap ruangan terkecuali toilet, baik dari hasil pengukuran maupun simulasi dialux v.4.10 masih belum memenuhi nilai standar SNI. Ini dikarenakan kondisi lantai I untuk semua ruangannya, peredaran ventilasi yang kurang baik dan posisi jendela yang terhalang oleh lantai II serta keadaan faktor luar seperti gedung FKIP dan pohon yang menghalangi pencahayaan alami, ditambah dengan keadaan lampu yang belum dirubah. Untuk toilet memenuhi nilai standar SNI, dikarenakan luas ruangan yang kecil serta pemakaian lampu TL-D 18 watt yang cukup menerangi ruang toilet. .Analisis Lantai II Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai intensitas pencahayaan rata-rata pada setiap ruangan terkecuali untuk ruang baca 1 dan ruang baca 2 serta toilet memenuhi standar SNI, baik dari hasil pengukuran maupun simulasi dialux v.4.10 masih belum memenuhi nilai standar SNI. Untuk ruang baca 1 dan ruang baca 2 sangat terbantu dengan pencahayaan alami, dimana cahaya yang masuknya banyak melalui jendela dan lubang cahaya. Untuk ruangan yang belum memenuhi standar hal ini dipengaruhi oleh umur lampu dan kondisi armatur yang sudah lama. Jadi dengan analisa kita dapat mengetahui perbandingan nilai intensitas pencahayaan yang mendekati atau sesuai dengan standar SNI dengan yang belum. Sehingga pada kenyataannya ketiga metode tersebut harus dilaksanakan guna mencapai sistem pencahayaan yang baik dan benar. Untuk mencapai nilai intensitas pencahayaan yang baik dan sesuai dengan standar, ditekankan bahwa perencanaan harus disesuaikan dengan fungsi dan kegunaan ruangan, maka dalam proses perencanaan intensitas pencahayaan perencana harus betul-betul memahami mengenai syarat-syarat dan standar tentang tata cara perancangan sistem intensitas pencahayaan buatan pada bangunan gedung SNI 03-6575-2001. Supaya nilai intensitas pencahayaan buatan yang baik dan sesuai dengan standar pada suatu bangunan atau gedung, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
Mendata semua ukuran dimensi semua ruangan pada gedung atau bangunan. Mendata warna cat dinding, lantai dan ceiling. Mendata jumlah dan ukuran ventilasi dan jendela. Menyesuaikan jenis lampu dan daya lampu dan armaturnya dengan fungsi ruangan. Mendata jumlah dan ukuran lubang cahaya jika ada. Memperhatikan kodisi, tata letak atau posisi bangunan. Mengukur intensitas pencahayaan tiap ruangan. Menghitung intensitas pencahayaan tiap ruangan. Mensimulasikan intensitas pencahayaan tiap ruangan dengan software pencahayaaan terbaru. Dan yang terakhir melakukan pemeliharaan yang kontinou terhadap peralatan dan kelengkapan suatu pencahayaan pada bangunan atau gedung. Untuk mencapai nilai intensitas pencahayaan yang baik dan sesuai dengan standar, ini bisa dilakukan dengan penambahan titik lampu atau memperbesar jumlah daya lampu. Apabila intensitas pencahayaan pada suatu bangunan atau gedung tidak sesuai maka akan mengakibatkan pada efek kelelahan mata, intinya membuat aktifitas dalam suatu ruangan terhambat atau terganggu. Maka dari itu perlu adanya suatu sistem perawatan dan pemeliharaan terhadap peralatan dan perlengkapan intensitas cahaya yang berkesinambungan.
5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Sistem pencahayaan mempunyai peranan penting dalam perencanaan dan pembuatan suatu bangunan atau gedung, untuk itu diperlukan suatu perencanaan sistem pencahayaan yang baik, sehingga hasilnya pun menjadi indah. Untuk menghasilkan suatu sistem pencahayaan yang sesuai dengan standar diperlukan pengerjaan tiga tahap atau cara, yaitu melakukan pengukuran, melakukan simulasi dan melakukan perhitungan. Untuk pengukuran pada siang hari, alat ukur yaitu lux meter mempunyai faktor-faktor yang dipengaruhi oleh kondisi alat ukur tersebut, serta sensitivitas dalam pengaruh pencahayaan alami. Dikarenakan kondisi sistem yang ada di software dialux v.4.10 dan di lapangan jauh berbeda artinya objek dan tekstur termasuk lampu dan armaturnya pada software dialux tidak sama dengan yang digunakan di perpustakaan Universitas Siliwangi, misalnya penggunaan lampu. Lampu yang disediakan pada software dialux memakai jenis essential lengkap dengan armaturnya, sedangkan di perpustakaan Universitas Siliwangi memakai lampu jenis essential dengan fitting lampu biasa. Walaupun jenis lampu dan dayanya sama tetapi pada kenyataannya berbeda. Ini dikarenakan jenis lampu yang dikeluarkan
philips dari Belanda berbeda dengan buatan lokal. Sehingga software dialux v.4.10 belum maksimal dalam mensimulasikan intensitas pencahayaan. Bisa dikatakan untuk saat ini untuk beberapa ruangan software dialux V.4.10 masih bisa digunakan sebagai simulasi perencanaan intensitas cahaya pada suatu ruang, apalagi dengan adanya penambahan titik atau daya lampu pada gedung perpustakaan Universitas Siliwangi yang belum memenuhi nilai standar SNI. Sehingga untuk penelitian yang penyusun lakukan saat ini simulasi dialux V.10 masih belum memenuhi standar SNI. 5.2. Saran Dalam penggunaan software untuk sistem pencahayaan alangkah baiknya untuk mempelajari dan menguasai software-software pendukung seperti: autoCAD dan 3dmax, serta software pencahayaan yang terbaru. Untuk menganalisa intensitas cahaya yang optimal pada suatu ruang atau bangunan sebaiknya melakukan pengukuran, perhitungan dan simulasi dari software pencahayaan yang mengacu kepada nilai standar SNI. Untuk mencegah sistem pencahayaan yang tidak baik, ditekankan supaya adanya suatu pemahaman dan pengertian tentang hal-hal yang berkaitan dengan tata cara perancangan sistem intensitas pencahayaan buatan serta melakukan pemeliharaan pada peralatan dan perlengkapan sistem pencahayaan yang berkesinambungan. Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4. 5.
6.
7. 8.
Harten, P. Van dan Ir. Setiawan, E. “Instalasi Listrik Arus Kuat 1” Wolters-Noordhoff bv, Groningen, Nederland. 1974. Karlen, Mark dan Benya, James “Dasar-dasar Desain Pencahayaan” Penerbit: Erlangga Jl. H. Baping Raya No. 100 Ciracas, Jakarta 13740. 2004. Lindsey, Jack, L. “Applied Illumination Engineering” Second Edition, FIES. The Fairmont Press, Inc. 1997. Manual Ebook dialux V.4.9. Boyce, P. Raynham, P. “The Society Light and Lighting Handbook” 222 Balham High Road, London SW12 9BBS. 2009. SNI 03-6575 “Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung”2001. www.dial.de/DIAL/. Diakses tanggal jam : 16.00 wib 08/10/2012. www.lighting.philips.com. Diakses tanggal jam : 20.00 wib 08/10/2012.