2017
Pengetahuan Bahan dan Konstruksi Teknik (KTP208)
TRI MULYONO
POLMAN - ASTRA | SUNTER
Mulyono, T (2015) | i
Daftar Isi 1
Perkembangan Bahan Konstruksi dan Teknik terkini _________________ 1 1.1
Industri Konstruksi _______________________________________________ 1 1.1.1
Industri Konstruksi Global ___________________________________________ 1
1.1.2
Industri Konstruksi Indonesia _________________________________________ 2
1.1.3
Masyarakat Ekonomi Asean__________________________________________ 4
1.1.4
Perkembangan Industri Konstruksi di Indonesia __________________________ 5
1.2
Klasifikasi Bidang ________________________________________________ 8
1.3
Perkembangan keahlian ___________________________________________ 8
1.4
Konstruksi Berkelanjutan _________________________________________ 13
1.5
Bahan Konstruksi _______________________________________________ 16 1.5.1
Penggunaan Semen_______________________________________________ 17
1.5.2
Produksi Penambangan Batu _______________________________________ 18
1.5.3
Produksi Besi, Baja dan Aluminium ___________________________________ 19
1.5.4
Keramik, Kaca, Plastik dan Cat ______________________________________ 21
PERTANYAAN: ___________________________________________________ 21 DAFTAR PUSTAKA _______________________________________________ 22
Mulyono, T (2015) | ii
1 Perkembangan Bahan & Konstruksi Teknik terkini Jasa konstruksi adalah sebuah sektor yang memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ekonomi nasional banyak ditentukan oleh besarnya konstribusi sektor konstruksi terhadap pertumbuhan sektor usaha lainnya. Hampir di setiap negara, baik yang sedang berkembang maupun yang telah maju, perkembangan sektor konstruksi akan mendukung terciptanya sarana prasarana sosial dan ekonomi yang lebih baik sehingga dapat memacu pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. 1.1
Industri Konstruksi Industri konstruksi merupakan industri yang berhubungan dengan penyediaan
bangunan-bangunan fisik yang dimanfaatkan untuk kepentingan publik maupun sosial, antara lain : pengecoran beton, konstruksi, arsitek, infrastruktur, jalan dan lainnya. Pengertian lain menurut KBBI Daring, Industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin. Industri konstruksi adalah industri yang berhubungan dengan rancang bangun (bangunan, gedung, dan sebagainya). 1.1.1 Industri Konstruksi Global Industri konstruksi global diperkirakan akan mencapai nilai estimasi $ 10,388.6 miliar pada 2019. Penggerak utama industri konstruksi adalah pengeluaran pemerintah, peningkatan populasi, pendapatan per kapita yang tinggi, dan pertumbuhan PDB. Meningkatnya urbanisasi, ketersediaan kredit mudah, dan meningkatnya belanja konsumen juga akan mungkin meningkatkan industri Mulyono, T (2015) | 1
konstruksi. Pertumbuhan ekonomi yang kuat di negara berkembang, seperti Cina, India, dan negara-negara Timur Tengah, diharapkan dapat lebih mendorong industri ini. Industri konstruksi berdasarkan jenis pasar terbagi menjadi tiga (1) perumahan, (2) perdagangan, dan (3) infrastruktur (ResearchandMarket, 2014). Industri konstruksi rata-rata menyumbangkan sekitar 9% dari gross domestic product (GDP) sebuah negara, sekitar 7% penduduknya bekerja di sector konstruksi. Hasil survey Engineering News Record (ENR 2005) total konstruks dunis selama 2004 mendekati $4 trillion. (Horta, Camanho, Johnes, & Johnes, 2012). Industri Konstruksi Dunia adalah dasar dari perekonomian dunia yang dicapai melalui pembangunan properti real estate (perumahan dan komersial), jembatan, terowongan, jalan, rel kereta api dan kompartemen, bandara, dan lainnya. Industri Konstruksi Dunia saat ini sebagai dasar untuk menilai kinerja kondisi ekonomi suatu negara. Industri ini bukanlah entitas homogen tetapi memiliki karakteristik heterogen. (EconomyWatch, 2010). Tren Industri Konstruksi di seluruh dunia menunjukkan kenaikan laju pertumbuhan. Industri ini terdiri dari banyak komponen termasuk konstruksi teknik sipil berat dan (jalan raya, jembatan, rel kereta api, bandara, dll), real estate (baik perumahan maupun komersial) pengembangan, dan produk konstruksi khusus (seperti produk arsitektur, sambungan listrik, barang-barang dekoratif, dll). Semua segmen ini tidak dapat diharapkan untuk menunjukkan tren serupa dan bahkan menunjukkan pola pertumbuhan diferensial di seluruh dunia. 1.1.2 Industri Konstruksi Indonesia Industri konstruksi di Indonesia telah meningkat besar baru-baru ini. Pada tahun 2014, pertumbuhan investasi asing dan sejumlah besar perkembangan baru dimulai dan penyelesaian proyek besar dilakukan. Pada tahun 2014 merupakan tahun di mana Indonesia selesai membangun tiga gedung pencakar langit di atas 200m. Saat ini pun Cemindo tower, 63 lantai direncanakan. Waldorf Astoria Jakarta juga direncanakan selesai tahun 2018 dengan 74 lantai, termasuk Pertamina Energy Tower dengan 99 lantai tahun 2020. Diluar Jakarta pembangunan baru 30,6 Megawatt power
Mulyono, T (2015) | 2
plant
dalam
tahap
konstruksi
yang
direncanakan
selesai
tahun
2016.
(ITEBuild&Interior, 2015) Tabel 1.1: Ringkasan Statistik Konstruksi (BPS, 2017) Ringkasan Jumlah Perusahaan Konstruksi (Perusahaan) Jumlah Pekerja Tetap Konstruksi (Orang) Jumlah Hari Orang Pekerja Harian Konstruksi (Hari Orang) Balas Jasa dan Upah Pekerja Konstruksi (Juta rupiah) Pendapatan Bruto (Juta rupiah) a. Nilai Konstruksi yang Diselesaikan (Juta rupiah) b. Pendapatan Lain (Juta rupiah) Pengeluaran Bruto (Juta Rupiah) a. Nilai Pengeluaran Bahan Bangunan Material yang Digunakan (Juta Rupiah) b. Bahan Bakar dan Listrik (Juta Rupiah) c. Biaya Bahan dan Jasa Lain (Juta Rupiah)
2010
2011
2012
2013
2014
2015
132158
134004
129862
131080
129819
134029
829501
860101
893996
928729
951426
980650
989528860
1056240671
1092943923
1237586253
1384972056
1470939665
71586220
82068828
93016945
104377578
117383491
128250279
364067160
435543544
510172764
589742861
662033467
737433166
313172994
376123348
440353173
509025854
570905169
635872687
50895515
59420196
69819591
80717007
91128298
101560479
219445998
255707040
301900098
347873247
391724650
435592586
126048249
139823913
171322729
201457783
230224813
259069445
5979332
6992816
8155467
9365670
10532935
11695876
87443633
108890311
122421902
137049794
150966902
164827265
Mulyono, T (2015) | 3
Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapeksindo) menilai prospek industri jasa konstruksi sangat bagus di Indonesia. Pasalnya, sektor jasa konstruksi Indonesia selama ini selalu tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (Wiyanti, 2015). Dari laporan Timetric, Key Trends and Opportunities to 2019 report, bahwa pertumbuhan sector kontruksi di Indonesia 6,62% per tahun antara 2010 2014 dan di perkirakan sekitar 7,87% pertahun selama periode 2015 – 2019. (ITEBuild&Interior, 2015). Berdasarkan statistik BPS, jumlah perusahaan konstruksi dan jumlah pekerja yang terlibat cenderung menurun (Tabel 1.1), namun nilainya meningkat jika dilihat dari Pengeluaran Bruto dari 255.707.040 Juta Rupiah tahun 2011 menjadi 391.704.770 Juta Rupiah tahun 2014 dan meningkat 435.592.586 Juta Rupiah tahun 2015 (BPS, 2017) 1.1.3 Masyarakat Ekonomi Asean Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di kawasan Asia Tenggara, khususnya jika dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN. Saat ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 250 juta jiwa, dengan jumlah masyarakat sebanyak itu,
jumlah penduduk Indonesia mencapai 40% dari total
seluruh penduduk Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Sejak 19862007 jumlah angkatan kerja Indonesia terus mengalami peningkatan dari 67,5 juta menjadi 108,1 juta atau tumbuh rata-rata antara 2,3 persen per tahun Jumlah yang hampir setengah dari seluruh total penduduk di ASEAN, Indonesia mempunyai potensi untuk menguasai pasar tenaga kerja ASEAN dalam AEC 2015 mendatang. Namun untuk menguasai pasar tenaga kerja maka banyak hal-hal yang harus dipersiapkan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja local untuk bersaing dengan tenaga kerja asing. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 dan WTO 2020 (PU, 2015), peran sector konstruksi menjadi penting, karena berdasarkan perkiraan nilai pasar konstruksi nasional di sektor pembangunan gedung dan proyek sipil yang Mulyono, T (2015) | 4
dilakukan Lembaga riset konstruksi PT BCI Asia Indonesia, mencapai Rp 446 triliun pada tahun depan. Nilai pasar ini naik 14,3 persen dari tahun ini sebesar Rp 390 triliun (Katadata, 2014). Dengan nilai pasar yang besar maka mendorong minat tenaga asing untuk berperan dalam industry konstruksi tanah air. Oleh karena itu perlu disiapkan tenaga-tenaga sumber daya manusia yang professional dalam arti memiliki keahliah dan ketrampilan professional. 1.1.4 Perkembangan Industri Konstruksi di Indonesia Perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia dibagi dalam 5 (lima) periode Periode 1945 – 1950: Pada periode ini praktis industri jasa konstruksi belum bangkit, karena negeri kita masih disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah kita kembali sehingga terjadilah Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948). Tahun 1950, Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan membubarkan Republik Indonesia Serikat (RIS), karena nya dalam periode ini belum tumbuh pembangunan atau industri jasa konstruksi. Perusahaan jasa konstruksi yang ada dalam periode ini kebanyakan adalah perusahaan Belanda seperti NV de Hollandshe Beton Maatschappij (PT. Hutama Karya), NV Volker Associate (PT. Adhi Karya), NV Nederlandshe Aanneming Maatschappij (PT. Nindya Karya), NV Volker Aanneming Maatschappij (PT. Waskita Karya). Periode 1951 – 1959:
Sejak tahun 1951 sampai dengan 1959, Pemerintah
Republik Indonesia yang menggunakan sistem Kabinet Parlementer tidak pernah stabil. Kabinet silih berganti, karena itu dalam periode ini industri jasa konstruksi tetap masih belum bangkit. Perencanaan pembangunan yang definitive belum ada. Bentuk kontrak mengacu kepada satu – satunya ketentuan warisan Belanda, yaitu AV41. Periode 1960 – 1966: Pada periode ini, pembangunan baru dimulai dan dipimpin langsung oleh Bung Karno dengan nama proyek “Proyek – Proyek Mandataris”, seperti MONAS, Monumen Irian Barat, Hotel Indonesia, Samudra Beach, Bali Beach, Wisma Nusantara, Jembatan Semanggi, Gelora Senayan dan lainnya. Hingga tahun 1966 bentuk kontrak pada umumnya adalah cost plus fee. Pekerjaan langsung ditunjuk langsung oleh Pemerintah (tanpa tender) dan sektor swasta belum ikut serta. Setelah Mulyono, T (2015) | 5
tahun 1966, Pemerintah melarang bentuk kontrak cost plus fee. Kontrak ini dinilai tidak begitu baik karena mudah terjadi manipulasi dan tidak efisien sehingga biaya proyek menjadi tidak terukur. Periode 1967 – 1996: Pada awal tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program pembangunan yang terencana. Program ini dikenal dengan nama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) Tahun 1969 – 1994 yang terdiri dari 5 (lima) Rencana Pembanguna Lima Tahun (REPELITA) dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) Tahun 1994 – 2019, yang dimulai dengan REPELITA VI Tahun 1994 – 1999. Kontrak konstruksi sebagian besar menggunakan standar atau versi Pemerintah kecuali sektor swasta dan proyek yang menggunakan dana pinjaman luar negeri (loan) yang biasanya mengacu pada standar kontrak seperti FIDIC / JCT / AIA / JCT. Periode 1997 – 2002: Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter. Industri jasa konstruksi mengalami goncangan yang sangat hebat. Proyek – proyek mendadak berhenti dikarenakan Pengguna Jasa tidak mampu membayar Penyedia Jasa. Pada tahu 1999, Pemerintah membuat peraturan perundang – undangan baku mengenai industri jasa konstruksi, yaitu Undang – Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diikuti dengan 3 (tiga) Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaannya, yaitu PP No. 28, 29 dan 30 Tahun 2000. Selain itu melalui BSN, pemerintah secara kontinyu mengembangkan standar-standar yang berkaitan dengan konstruksi. Di tengah ketatnya kondisi persaingan bisnis jasa konstruksi ini, para pelaku bisnis jasa konstruksi di Indonesia, dalam hal ini adalah kontraktor jasa konstruksi, berupaya keras untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Terjaganya eksistensi suatu perusahaan di-antaranya tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk melihat peluang-peluang pasar yang ada. Sektor konstruksi di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam PDB tahun 2011 yaitu sekitar sebesar 8%, tahun 2012 sebesar 10% dan pada tahun 2013 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 11-12%. Secara nilai juga mengalami peningkatan, pada tahun 2011 sebesar Rp 250 triliun, pada tahun 2012 Mulyono, T (2015) | 6
sebesar Rp 330 Triliun dan diprediksi pada tahun 2013 nilai belanja konstruksi nasional meningkat sekitar 20% (Road to 41st IFAWPCA Convention, 2012). Pasar Konstruksi sesuai dengan (Tabel 1.2),
terjadi peningkatan signifikan. Peningkatan ini seiring
dengan komitmen pemerintah yang berfokus pada pembangunan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi dan juga meningkatkan mobilitas dalam hubungan internasional, terlebih sejak Indonesia masuk ke dalam zona Investment grade. Komitmen pemerintah untuk membenahi kualitas infrastruktur nasional direfleksikan dalam RAPBN 2013 mencapai 11,76 persen dari total anggaran belanja negara sebesar Rp. 1.657,9 trilliun. Angka tersebut, meningkat 14,9 persen dari alokasi belanja modal dalam APBN-P tahun 2012. Tabel 2.2: Pasar Industri Konstruksi di Indonesia (AKI, 2013) Pasar Konstruksi Nasional APBN APBD BUMN & BUMD Swasta Total
2012 Rp.93 triliun Rp.40 triliun Rp.97 triliun Rp.170 triliun Rp. 400 triliun
2014 Rp.150 Rp.60 Rp.70 Rp.200 Rp. 480
triliun triliun triliun triliun triliun
Beberapa faktor yang menjadi kendala dalam sektor konstruksi antara lain adalah 1) Tingginya suku bunga sehingga daya saing dengan kontraktor asing menjadi sangat lemah. 2) Masalah pajak juga menjadi kendala berat karena PPH final yang cukup besar. 3) Terbatasnya SDM tenaga skill mulai dari mandor hingga project manager, karena banyak pekerja yang memilih untuk bekerja di luar negeri melalui PJTKI, padahal sebenarnya pendapatan tenaga skill ini juga cukup tinggi di dalam negeri. Kurangnya informasi kepada masyarakat mengenai besarnya pendapatan. 4) Tidak adanya kesepahaman mengenai berbagai hal yang menyangkut konstruksi
mulai dari desain sampai dengan pelaksanaan, terutama ketidak sepahaman dari penegak hukum. Hal ini sangat memprihatinkan karena memperlambat kinerja dan efisiensi. Sebagai conton, 1 proyek bisa diperiksa oleh 5 penegak hukum, padahal dengan 2 pemeriksa saja sudah cukup.
Mulyono, T (2015) | 7
1.2
Klasifikasi Bidang Berdasarkan klasifikasi bidang Pekerjaan, terdapat 5 jenis klasifikasi bidang
pekerjaan dalam sektor Konstruksi yaitu: a. Arsitektur untuk perusahaan konstruksi yang mampu menangani pekerjaan gedung, seperti pembangunan rumah, ruko, rukan, dan gedung perkantoran; b. Sipil, untuk perusahaan konstruksi yang mampu menangani pekerjaan sipil, seperti pembangunan jalan, jembatan, rel kereta api, waduk, drainase, dan jaringan pengairan; c.
Mekanikal, untuk perusahaan yang mampu menangani pekerjaan mekanikal, seperti pemasangan mesin pabrik, elevator, eskavator, conveyor dan pekerjaan mekanikal lainnya;
d. Kelistrikan, untuk perusahaan yang mampu menangani pekerjaan listrik, seperti pembangkit tenaga listrik, transmisi dan pekerjaan telekomunikasi. e. Tata Lingkungan, untuk perusahaan yang mampu
menangani
pekerjaan
eksterior, seperti bangunan pengolah limbah air bersih dan limbah, perpipaan, reboisasi, dan pengeboran air tanah (BPS, 2017). 1.3
Perkembangan keahlian Laporan 2001 ASCE, “Engineering the Future of Civil Engineering”, bahwa untuk
insinyur sipil harus mempertahankan gaya kepemimpinan dalam infrastruktur dan lingkungan sekitarnya, rencana induk pelaksanaan diperlukan; dan dasarnya rencana induk ini adalah dokumen yang disebut “Body of Knowledge”. Menurut ASCE, seorang insinyur sipil harus memiliki keahlian professional dan terus belajar sesuai dengan spesialisasinya yang dibuktikan dengan sertifikasi ahli dibidangnya (Hansen & Zenobia, 2011), yang dipublikasikan dalam Body of Knowledge/BOK1, tahun 2004 (Gambar 1.1). Pengertian “baccalaureate education” (Farlex, Inc, 2014) adalah
pendidikan
dengan tingkat universitas Sarjana atau Arts, Bachelor of Science, dll. Pengalaman berarti kemampuan untuk merancang dan melakukan percobaan, serta menganalisis dan menginterpretasikan data (Hansen & Zenobia, 2011). Kaitannya dengan ahli sipil Mulyono, T (2015) | 8
adalah seorang yang mempunyai kompetensi atau kemampuan untuk merancang dan melakukan percobaan di ilmu sipil, serta menganalisis dan menginterpretasikan data untuk pekerjaannya. Lifelong learning-pengakuan dari kebutuhan, dan kemampuan untuk terlibat dalam, belajar sepanjang hayat. Profesional berarti seorang yang kompeten dalam bidangnya.
AHLI SIPIL SEKARANG (TODAY’S CE PROFESSIONAL) Body of Knowledge (Implicit) Pendidikan, Teknik, tingkat universitas Sarjana atau Arts, Bachelor of Science, dll (Baccalaureate Education)
Pengalaman (Experience)
Ujian/ Sertifikat (Exam/ License)
Praktisi/Ahli profesional dan Belajar Selama hidup (Professional Practice and Lifelong Learning)
AHLI SIPIL DULU (TOMORROW’S CE PROFESSIONAL TRACK) Body of Knowledge (Explicit) Beragam Pendidikan, Teknik, tingkat universitas Sarjana atau Arts, Bachelor of Science, dll (Modified Baccalaureate Education)
Gambar 1.1:
Banyak fokus pada Pengalaman & Pendidikan Megister atau tambahan 30 SKS (More Focused Experience & Master’s Degree or ~ 30 credits)
Ujian/Sert ificat (Exam/ License)
Praktisi/Ahli profesional dan Belajar Selama hidup (Professional Practice and Lifelong Learning)
Visi ASCE untuk mempersiapkan karir di Teknik Sipil (Adapted from ASCE Policy Statement 465 (Hansen & Zenobia, 2011)
Sejak tahun 1999 melalui Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mewajibkan setiap orang yang terlibat dalam usaha jasa konstruksi memiliki sertifikat baik itu sertifikat keahlian maupun sertifikat keterampilan. Untuk orang-orang dengan keterampilan tertentu, misalnya juru gambar professional memang wajar harus punya sertifikat keterampilan yang menunjukkan bahwa dia memang terampil dalam bidang gambar teknik. Mulyono, T (2015) | 9
Tujuan sertifikasi adalah menciptakan orang-orang mumpuni dibidangnya. Sertifikasi digolongkan menjadi Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Ketrampilan (SKT). SKA adalah bukti kompetensi dan kemampuan profesi keahlian kerja tenaga ahli bidang Jasa Pelaksana Konstruksi (KONTRAKTOR), Jasa Perencana Konstruksi atau Jasa Pengawas Konstruksi (KONSULTAN), dengan kualifikasi tenaga ahli tenaga ahli Jasa Konstruksi adalah; (1) Ahli Utama, (2) Ahli Madya, dan (3) Ahli Muda. SKT (Sertifikat Keterampilan) adalah bukti kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja bidang Jasa Pelaksana Konstruksi (KONTRAKTOR) yang harus dimiliki tenaga kerja/ahli perusahaan untuk dapat ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) dalam permohonan Sertifikasi dan Registrasi Jasa Pelaksana Konstruksi. Kualifikasi tenaga terampil Jasa Pelaksana Konstruksi adalah (1) Tingkat I, (2) Tingkat II dan (3) Tingkat III Sebuah badan usaha jasa konstruksi harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) atau Penanggung Jawab Bidang (PJB) yang merupakan salah satu persyaratan utama untuk mengajukan permohonan Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha bidang Jasa Konstruksi. SKA dan SKT tersebut dikeluarkan oleh asosiasi profesi jasa konstruksi yang telah diakreditasi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). SKT hanya untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi (kontraktor); sedangkan SKA berlaku baik untuk kontraktor maupun konsultan. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) adalah Lembaga yang sah sebagai penyelenggara peran masyarakat dalam pengembangan jasa konstruksi dan Keabsahan Sertifikat Badan Usaha (SBU), Sertifikat Keahlian (SKA) dan Sertifikat Keterampilan (SKT) yang sah digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam Pengurusan ljin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) dan persyaratan menjadi Penyedia Jasa untuk mengikuti pemilihan pengadaan jasa penyelenggara jasa Konstruksi (LPJK, 1 Oktober 2014). Pengelompokan bidang untuk SKA menurut LPJK, sesuai dengan Sertifikat Keahlian (SKA) untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Konstruksi menjadi Bidang Arsitektur, Sipil, Mekanikal, Elektrikal, Tata Lingkungan dan Bidang Lainnya. Sertifikat Mulyono, T (2015) | 10
Keterampilan (SKT) untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi mencakup Bidang Arsitektur, Sipil, Mekanikal, Elektrikal, Tata Lingkungan. Terkait dengan assoisasi yang dapat mengeluarkan SKA atau SKT sesuai Bidang Sipil dan Sub Bidang Tenaga Ahli Jasa Konstruksi (Tabel 1.3):
Tabel 1.3:Asosiasi Profesi (Andhika Consulting, 2014; PII, 2014) No
Sub Bidang Keahlian Sipil/Klasifikasi
1
Ahli Teknik Bangunan Gedung/201 Teknik Sipil Struktur Perencana Struktur Pelaksana Struktur Pengawas Struktur
2
AS100 AS200 AS201 AS202 AS203
Asosiasi Profesi HAKI/PII/PATI HAKI/PII/PATI ATAKI ATAKI ATAKI
Ahli Teknik Jalan/202 Teknik Sipil Transportasi Perencana Jalan Pelaksana Jalan Pengawas Jalan
3
Kode
AS300 AS301 AS306 AS311
HAKI HPJI/PATI/ATAKI HPJI/PATI/ATAKI HPJI/PATI/ATAKI
Ahli Teknik Jembatan/203 Transportasi Perencana Jembatan Pelaksana Jembatan Pengawas Jembatan
AS300 AS302 AS307 AS312
HAKI HPJI/PATI/ATAKI
5
Ahli Teknik Terowongan/205
6
7
AS308 AS313 Terbang/206 AS304
Pelaksana Landasan Terbang
AS309
Pengawas Landasan Terbang
AS314
Ahli Teknik Jalan Rel/207 Perencana Jalan Rel AS305 Pelaksana Jalan Rel AS310 Pengawas Jalan Rel AS315
Ahli Teknik Jalan adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang geometri dan struktur jalan, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi jalan.
Ahli Teknik Jembatan adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk dan struktur jembatan, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi jembatan.
HPJI/PATI/ATAKI
Teknik Sipil (Ahli Keselamatan Jalan/204) AS303
Ahli Teknik Bangunan Gedung adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan struktur bangunan gedung yang menguasai bangunan gedung.
HPJI/PATI/ATAKI
4
Perencana Terowongan Jalan Pelaksana Terowongan Jalan Pengawas Terowongan Jalan Ahli Teknik Landasan Perencana Landasan Terbang
Deskripsi
HPJI HPJI
Ahli Keselamatan Jalan adalah ahli yang memiliki ompetensimerancang, dan menilai seluruh aspek keselamatan jalan. Ahli Teknik Terowongan adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk dan struktur terowongan, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi terowongan.
HPJI
HPJI HPJI
Ahli Teknik Landasan Terbang adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk geometri dan struktur landasan terbang, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi landasan terbang.
HPJI
HPJI HPJI HPJI
Ahli Teknik Jalan Rel adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang geometri dan struktur jalan rel, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi jalan rel.
Mulyono, T (2015) | 11
Tabel 1.3:Asosiasi Profesi (Andhika Consulting, 2014; PII, 2014)
8
Sub Asosiasi Bidang Keahlian Kode Profesi Sipil/Klasifikasi Teknik Sipil (Ahli Teknik Dermaga/208)
9
Teknik Sipil (Ahli Teknik Bangunan Lepas Pantai/209)
10
Bendungan Besar
No
AS401 KNI-BB
11/ 12/ 13
Sumber Daya Air (Ahli Teknik Sungai dan Drainase (211)/Ahli Teknik Irigasi (212)/Ahli Teknik Rawa dan Pantai (213)) Perencana Sumber Daya Air Pelaksana Sumber Daya Air Pengawas Sumber Daya Air
AS400 HAKI/PII/HATHI
AS402 AS403
ATAKI ATAKI
AS404 ATAKI
14
Ahli Teknik Pembongkaran Bangunan (214)
15
Teknik Sipil (Perawatan Bangunan/215)
16
Teknik Sipil (Ahli Geoteknik/216) Geoteknik AS500
AL 400
HAKI/PII/HATTI
17
Teknik Sipil (Ahli Geodesi/217) Geodesi AS600
PII
Deskripsi Ahli Teknik Dermaga adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk dan struktur dermaga, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi dermaga dan melakukan pengawasan pekerjaan dermaga. Ahli Teknik Bangunan Lepas Pantai adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk dan struktur bangunan lepas pantai, melaksanakan konstruksi bangunan lepas pantai. Ahli Teknik Bendungan Besar adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk dan struktur bendungan besar, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi bendungan besar. (211) Ahli Teknik Sungai dan Drainase adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk dan struktur sungai dan drainase, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi sungai dan drainase. (212) Ahli Teknik Irigasi adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk dan struktur irigasi termasuk bendung, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi irigasi. (213) Ahli Teknik Rawa dan Pantai adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang bentuk dan struktur rawa dan pantai, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan konstruksi rawa dan pantai. Ahli Teknik Pembongkaran Bangunan adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang pembongkaran bangunan gedung sesuai kondisi lingkungan, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan pembongkaran bangunan. Ahli Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan adalah ahli yang memiliki kompetensi melaksanakan dan mengawasi pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan.
Ahli Geoteknik adalah ahli yang memiliki kompetensi melaksanakan pengukuran dan uji kekuatan daya dukung tanah dan menilai jenis-jenis tanah pada lokasi yang akan didirikan bangunan. Ahli Teknik Geodesi adalah ahli yang memiliki kompetensi melaksanakan
Mulyono, T (2015) | 12
Tabel 1.3:Asosiasi Profesi (Andhika Consulting, 2014; PII, 2014) No
Sub Bidang Keahlian Sipil/Klasifikasi
Survey dan Pemetaan Teristris Fotogrametri Remote Sensing Survey Hidrografi dan Pemetaan Bathymetric System Informasi Geografi
1.4
Kode
AS601 AS602 AS603 AS604
Asosiasi Profesi
PII PII PII
Deskripsi pemetaan tanah dan atau laut dengan metoda teristis, fotogrameris, remote sensing maupun GPS yang diperlukan sebagai dasar merancang bangunan dan atau wilayah tertentu.
PII AS605
PII
Konstruksi Berkelanjutan Di seluruh dunia, bangunan atau konstruksi menyumbangkan 33% emisi CO2,
mengonsumsi 17% air bersih, 25% produk kayu, 30-40% penggunaan energi dan 4050% penggunaan bahan mentah untuk pembangunan dan pengoperasiannya (World Green Building Council). Sering kali bangunan (dan infrastruktur), dalam skala kecil maupun besar, merupakan suatu tolok ukur kesuksesan pembangunan (ekonomi), sehingga bangunan sering dipergunakan sebagai simbol kesuksesan. Masyarakat urban di seluruh dunia menghabiskan 90% waktunya di dalam bangunan (rumah, kantor, tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan, dan lain-lain). Industri konstruksi berperan bagian dari solusi untuk mengatasi masalah perubahan iklim, menyadari hal itu, dibentuklah lembaga; yang didukung oleh PBB;
World Green Building Council (WGBC) pada tahun 2002, yang berpusat di Toronto, Canada. Diawali oleh berkembangnya US Green Building Council yang didirikan pada tahun 1993. Bangunan hijau (green building) mendapat perhatian penting di bidang teknologi hijau. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan rumah atau infrastruktur yang ramah lingkungan saat ini telah menjadi trend, seiring dengan meningkatnya kesadaran pelestarian lingkungan. Penerapannya mulai dari pemilihan bahan bangunan hingga lokasi tempat bangunan yang akan didirikan, diharapkan telah mempertimbangan kelestarian lingkungan hidup. ”Untuk mendapatkan Mulyono, T (2015) | 13
bangunan hijau diperlukan bahan bangunan yang mendukung. Oleh karena itu, industri bahan bangunan harus dapat mengembangkan produknya dengan memanfaatkan bahan baku lokal secara maksimal melalui pengembangan teknologi proses, desain maupun peningkatan sumber daya manusi”. Setiap pembangunan pasti membutuhkan sumberdaya alam seperti pasir, kerikil, besi dan lain sebagainya. Komponen utama material yang digunakan dalam konstruksi, hampir 60% material yang digunakan adalah beton. Bila dalam pemanfaatannya tidak memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan maka dapat berakibat pada merosotnya kualitas lingkungan. Pada umumnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
banyak.
Perbedaannya
adalah
pembangunan yang dikelola oleh pemerintah lebih ditekankan pada pelayanan publik, sedangkan sektor swasta lebih berorientasi pada profit. Terlepas siapa pemilik proyek tersebut, setiap pembangunan pasti membutuhkan sumberdaya alam seperti pasir, kerikil, besi dan lain sebagainya. Bila dalam pemanfaatannya tidak memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan maka dapat berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan. Upaya menjamin kualitas produk, maka diperlukan standar yang dapat memenuhi spesifikasi minimal yang dipersyaratkan. Pada industri bahan bangunan telah banyak produk yang memiliki standar baik yang bersifat wajib maupun tidak. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sudah diberlakukan secara wajib, antara lain untuk produk semen, kaca lembaran dan ubin keramik, sedangkan untuk produk cat saat ini sedang disusun SNI yang akan diberlakukan secara wajib. Konsep berkelanjutan (Sustainable) menawarkan penyeimbangan antara pemeliharaan kelestarian alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin berkembang di masa depan. Sustainable sendiri diartikan oleh World Comission on Environment and Development tahun 1987 sebagai "pemenuhan kebutuhan pada saat sekarang tanpa merugikan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka". Konsep Sustainable (Berkelanjutan) ini merupakan sebuah sistem yang ditandai dengan kestabilan, dimana perubahan-perubahan terus dibatasi untuk Mulyono, T (2015) | 14
menjaga keseimbangan dari sistem pada masa depan. Ada tiga hal yang menjadi tujuan dari konsep yang ingin dicapai: (1)
Meminimalkan konsumsi bahan dan energi.
(2)
Mencegah efek negatif pada daya dukung lingkungan dan lingkungan itu sendiri.
(3)
Memenuhi kebutuhan manusia. Definisi Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan mereka (Komisi Pembangunan dan Lingkungan Dunia (“Komisi
Brundtland”). Konstruksi berkelanjutan: Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan diterapkan pada siklus konstruksi secara penuh: dari ekstraksi, pengolahan bahan baku, perencanaan, desain, konstruksi bangunan dan infrastruktur, hingga pembongkaran dan pengelolaan sisa bahan buangan. Suatu proses menyeluruh yang bertujuan memulihkan, menjaga keharmonisan antara lingkungan alami & buatan seraya menciptakan pemukiman yang meneguhkan martabat manusia dan mendorong pemerataan ekonomi. Sebagian besar material konstruksi bersumber dari alam, jika pemanfaatannya tidak dilakukan secara bertanggung jawab maka kemungkinan besar akan habis dalam waktu singkat. Pada saat ini, perkembangan teknologi material konstruksi berkembang secara cepat. Perubahan yang signifikan adalah menerapkan konsep
reuse terhadap komponen/material bangunan dan recycle terhdap limbah konstruksi dan bongkaran bangunan (Augenbroe dan Pearce, 1998). Siklus hidup material bangunan mulai pengambilan dari Bumi sampai dibuang kembali ke Bumi. Beberapa hal penting dalam pemakaian material bangunan untuk menjaga keberlanjutannya adalah: ketersediaan material di alam, polusi yang ditimbulkan oleh proses produksi, penggunaan material daur ulang, konsumsi energi selama proses transportasi, potensi pengurangan limbah, dan penggunaan material alami. Kategori faktor dalam konsep keberlanjutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor yang terkait dengan perencanaan komponen struktur dan faktor yang terkait dengan kepemilikan dan faktor yang terkait dengan aspek lingkungan. Mulyono, T (2015) | 15
Faktor yang terkait dengan perencanaan komponen struktur mencakup hal-hal sebagai berikut: Perubahan Iklim; Polusi Udara dan Air; Limbah Padat dan Penggunaan Sumberdaya. Sedangkan Faktor yang terkait dengan kepemilikan mencakup hal-hal sebagai berikut: Potensi Daur Ulang dan Kesehatan dan Keselamatan Manusia. Menjaga keberlanjutan sumberdaya alam tak terbarukan dapat dilakukan dengan cara memperpanjang daur hidupnya. Daur hidup material dimulai dari tahap eksploitasi produk, tahap pengolahan dan produksi, perencanaan dan penerapan secara efisien (reduce), memperpanjang masa pemakaian produk material melalui upaya penggunaan kembali (reuse) dan proses daur ulang (recycle). Menjaga keberlanjutan alam melalui pengelolaan daur hidup material yang lebih baik, diharapkan membawa kondisi seimbang dalam pembangunan dan pelestarian alam. Setiap pemakaian material hendaknya selalu memperhatikan jejak ekologis dan jejak karbon. Salah satu opsi untuk meminimalkan jejak karbon adalah menggunakan material lokal 1.5
Bahan Konstruksi Bahan konstruksi merupakan bagian dari bahan teknik. Sesuai dengan
klasifikasinya bahan teknik seperti Gambar 1.2. Bahan konstruksi yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi sesuai dengan SNI adalah SNI 03-6861.1-2002 (Spesifikasi bahan bangunan Bagian A: bahan bangunan bukan logam), SNI 036861.2-2002, Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja). SNI 03-6861.3-2002, Spesifikasi bahan bangunan bagian C (bahan bangunan dari logam bukan besi) yang memuat pengertian, persyaratan Bahan Bangunan dari Tembaga, Kuningan, Timah hitam, logam patri, aluminium yang digunakan sebagai bahan bangunan.
Mulyono, T (2015) | 16
BAHAN TEKNIK LOGAM
NON – LOGAM
LOGAM FERRO BAJA KARBON Baja Karbon Tinggi Baja Karbon Sedang Baja Karbon Rendah
LOGAM NON-FERRO
BAJA PADUAN Baja Nikel Baja Khrom Baja Molibden Baja Wolfram
BESI TUANG Besi Tuang Biasa Besi Tuang Beban Berat Besi Tuang Mampu Tempa BAJA TUANG Baja Tuang Karbon Tinggi Baja Tuang Karbon Sedang Baja Tuang Karbon Rendah
BERAT Tembaga Timah Seng Antimoni Chomium Molydenum Wolfram
LOGAM FERRO TAK DICAMPUR
MURNI Platina Emas Perak
RINGAN Almunium Magnesium
LOGAM FERRO DICAMPUR
PERUNGGU Tembaga+Timah LOYANG Tembaga + Seng LOGAM PUTIH Tembaga + Timah Antimon + Timbel
Plastik Karet Keramik Asbes Kaca Fiberglass Kayu Komposit
DURALIUM Almunium + Tembaga SILUMIN Almunium + Silikon ELEKTRON Magnesium _ Almunium
Gambar 1.2: Klasifikasi Bahan Teknik
Sektor bahan bangunan mengalami peningkatan pesat dalam investasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2012, industri mineral non-logam (yang meliputi produksi banyak bahan bangunan dan bahan-bahan lainya) tumbuh sebesar 10,7 triliun RP (sekitar $ 1 milyar USD) dalam investasi langsung dalam negeri pada tahun 2012 melebih sektor lain selain makanan, menurut Badan Koordinasi Penanaman Indonesia (BKPM). (BPS,2013). 1.5.1 Penggunaan Semen Penjualan semen nasional sebesar 55,0 juta ton pada tahun 2012 setelah naik pesat dari 48,0 juta ton pada tahun 2011 dan 40,8 juta ton pada 2010, menurut angka dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Beberapa 41.600.000 ton yang dijual di sembilan bulan pertama 2013, naik 5,3% pada tahun ini. Meskipun lingkungan ekonomi makro yang lebih sulit, ASI diharapkan penjualan setahun penuh untuk terus tumbuh pada tahun 2013, meskipun pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan dengan kenaikan 14,5% terlihat pada 2012. Permintaan di provinsi Timur tumbuh lebih cepat, naik lebih dari 50% di 2012, meskipun volume masih rendah. Data lain berdasarkan investasi infrastruktur, rata-rata kenaikan pertahun produksi semen tahun 2010 - 2014 sebesar Mulyono, T (2015) | 17
8,75% (Tabel 1.4). Kenaikan produksi akhirnya bisa menimbulkan ancaman bagi penjualan dan margin di pasar domestik, meskipun Saat ini Indonesia masih mengandalkan impor produk semen. Selain itu, pada 225 kg konsumsi semen per kapita di Indonesia kurang dari setengah dari Thailand atau Malaysia. Tabel 1.4: Kapasitas Produksi Semen Per Tahun Dalam Ribuan Ton Nama Perusahaan
Kapasitas Produksi Semen Per Tahun Dalam Ribuan Ton 2010
2011
2012
2013
PT.Semen Andalas Indonesia 1,600 1,600 1,600 1,600 Pt.Semen Padang 6,300 6,300 6,400 6,620 Pt.Semen Baturaja 1,250 1,200 1,350 1,500 Pt.Indocement Tunggal 18,600 21,100 21,100 21,100 Perkasa, TBK Pt.Holcim Indonesia, TBK. 8,300 8,700 8,700 8,700 Pt.Semen Gresik, TBK. 9,100 9,724 11,300 13,120 Pt.Semen Tonasa 4,290 4,602 6,549 7,147 Pt.Semen Bosowa Maros 3,000 3,000 3,000 5,500 Pt.Semen Kupang 570 570 570 570 Total Kapasitas Per Tahun 53,010 56,796 60,569 65,857 Sumber: http://investasiinfrastruktur.net/semen.php?halaman=produksi
2014
2015
3,200 8,160 2,600
3,200 9,257 2,700
23,100
23,100
10,700 13,120 7,147 5,500 570 74,097
10,700 13,120 7,147 5,500 570 75,294
Dikuasai negara, Semen Indonesia mendominasi produksi semen dengan pangsa pasar lebih dari 40% dan merupakan perluasan ke pasar ASEAN lainnya. Perusahaan Jakarta yang terdaftar melaporkan peningkatan 15,6% tahun-ke-tahun pada penjualan selama tiga kuartal pertama 2013-18500000 ton. Hal ini dalam proses membangun pabrik baru di Jawa Tengah dan Sumatera Barat untuk mempertahankan kepemimpinannya. Sementara itu, pesaing utama Semen di Indonesia, Indocement Tunggal Perkasa, sedang membangun pabrik keempat belas, yang dikatakan akan menjadi negara terbesar saat selesai di 2015. Perusahaan, mayoritas sahamnya dimiliki oleh Jerman Heidelberg Cement, ingin meningkatkan kapasitasnya dari 18,6 juta ton pada tahun 2013 untuk 28 juta ton pada tahun 2018. Holcim Indonesia, produsen semen terbesar ketiga di negara itu dan dikendalikan oleh Swiss Holcim Group, bertujuan untuk komisi pabrik baru di Jawa Timur pada kuartal pertama 2014. 1.5.2 Produksi Penambangan Batu Split atau sering juga disebut dengan koral merupakan komponen penting yang digunakan sebagai salah satu bahan pokok pengecoran konstruksi bangunan mulai Mulyono, T (2015) | 18
dari pengecoran struktur pondasi bangunan, cakar ayam, tiang-tiang bangunan, dak/ tingkat, dan berbagai macam pengecoran lain. Nama akademik dari split adalah agregat, merupakan potensi besar sebagai sumber bahan bangunan dan bahan galian non logam. Agregat dapat berasal dari sungai dan dipisah-pisahkan berdasarkan ukurannya atau yang dipecahkan dengan menggunakan mesin pemecah. Proses ini, akan memberikan pula hasil sampingan berupa abu batu yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pasir. Volume Produksi Pertambangan Bahan Galian Menurut Jenis Komoditas (m3), periode 2011–2015 seperti Tabel 1.5 (BPS, 2017b) berikut: Tabel 1.5: Volume Produksi Pertambangan Bahan Galian Menurut Jenis Komoditas (m3), 2011–2015 (BPS, 2017b) Jenis Bahan Galian Pasir Batu Andesit Kerikil Batu Kapur Pasir Kwarsa Marmer Tanah Liat Tanah Batu Lain Batu Apung Feldspar Trass Kaolin Zeolite
2011
2012
2013
2014
2015
252.746.435
309.448.774
261.691.048
302.439.255
373.022.443
83.668.562
89.590.918
84.113.959
104.276.218
54.413.501
5.980.898
15.614.556
15.726.758
13.864.769
7.294.371
18.460.348
16.436.700
30.091.653
37.508.536
18.728.619
12.391.563
5.067.234
7.835.405
13.317.839
23.969.459
1.145.262
1.217.808
1.828.492
2.446.715
2.944.465
865.409
678.610
754.696
707.163
529.368
5.643.143
9.867.236
8.545.141
7.729.717
3.476.204
40.036.033
19.105.218
21.730.810
27.335.816
23.236.082
19.457.199
7.784.140
15.007.423
12.332.312
5.683.802
169.338
105.732
433.010
689.208
433.706
676.504
285.745
588.685
566.979
464.105
402.909
2.589.600
726.189
2.267.872
347.280
254.592
239.724
284.583
706.297
262.707
114.098
130.592
116.600
102.000
92.250
Mulyono, T (2015) | 19
1.5.3 Produksi Besi, Baja dan Aluminium Pabrik baja Indonesia ditetapkan menjadi salah satu manfaat utama dari meningkatnya kegiatan konstruksi, sedangkan aluminium menjadi bahan bangunan semakin populer (Lihat Metal Mining; Investasi Asing Lebih Diperlukan dari Ever). Deposito yang cukup bijih besi, bauksit dan nikel menyediakan akses mudah ke bahan baku. Penggunaan baja dalam negeri naik dari 7,5 juta ton setara minyak mentah di 2006-13100000 ton pada 2011, menurut Asosiasi Baja Dunia. Produksi baja mentah, sementara itu, telah mengalami stagnasi dalam beberapa tahun terakhir dan mencapai 3,7 juta ton pada tahun 2012. Akibatnya, Indonesia semakin bergantung pada pengiriman dari luar negeri. Impor produk baja setengah jadi dan selesai naik dari 4,7 juta ton di 2006 menjadi 8600000 ton pada tahun 2011. Kesenjangan produksi dalam negeri adalah bisnis yang baik untuk perusahaan asing mengekspor barang-barang baja ke Indonesia, tapi karena pemerintah berusaha untuk membatasi impor, hal itu juga menyajikan peluang bagi perusahaan yang beroperasi di dalam negeri. Indonesia perlu meningkatkan volume secara keseluruhan serta diversifikasi produk baja dari apa yang saat ini rentang yang terbatas. Sebuah kebijakan tegas untuk menambah nilai industri logam di Indonesia dengan memaksa perusahaan tambang untuk mengolah bijih di dalam negeri bertujuan untuk mempercepat investasi di peleburan dan pengolahan fasilitas. Kebanyakan bauksit, misalnya, masih diekspor ke China, tetapi larangan direncanakan pada ekspor mentah akan membuat mineral lebih mudah tersedia bagi produsen aluminium dalam negeri. Wortel dan tongkat pendekatan pemerintah memerlukan pembebasan pajak dan insentif lainnya untuk proyek-proyek besar dan akhirnya harus mempermudah akses ke mineral besi, baja dan aluminium produsen dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor besi tua. Yang mengatakan, proyek smelter di banyak daerah masih terhambat oleh kurangnya infrastruktur dan kekuatan yang dapat diandalkan. Di tengah investasi besar dalam kapasitas produksi di masa depan, Indonesia`s industri logam dasar besi, dan baja tumbuh sebesar 12,7% pada semester pertama tahun 2013, menurut Departemen Perindustrian. Dikuasai negara Krakatau Steel Mulyono, T (2015) | 20
adalah perusahaan baja terbesar dengan kapasitas tahunan 2,5 juta ton. Perusahaan terpadu bermitra dengan POSCO Korea Selatan pada pabrik baja baru di Banten. Pembuat baja Indonesia lainnya juga bekerja sama dengan perusahaan asing untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi. 1.5.4 Keramik, Kaca, Plastik dan Cat Terlepas dari industri semen dan baja, pembuat kaca, keramik, plastik dan cat perbankan pada masa depan yang cerah dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 2012, Indonesia adalah produsen keramik 6 terbesar di dunia, dengan lebih dari tiga perempat output pergi ke pasar lokal. Deposito tersedia dari tanah liat, feldspar dan pasir silika mendukung industri, sementara rendah konsumsi per kapita meninggalkan ruang yang cukup untuk ekspansi. Keramik bisnis telah menikmati pertumbuhan dua digit sejak 2011, menurut asosiasi industri ASAKI. Sektor konstruksi, di mana ubin keramik yang digunakan untuk lantai, dinding dan atap, harus mengamankan permintaan yang kuat ke depan. Kaca dan plastik produsen sama-sama menuai manfaat dari meningkatnya permintaan dari sektor konstruksi, yang dapat membantu mereka mengatasi perlambatan dalam makanan dan minuman dan sektor otomotif. Akhirnya, produsen cat pelindung dan coating dapat mengharapkan peningkatan penjualan properti dan infrastruktur publik proyek, setelah lukisan dekoratif sudah menikmati pertumbuhan yang kuat berkat memperluas kelas menengah di Indonesia.
PERTANYAAN: 1. Apa pengertian dari industry konstruksi dan bahan konstruksi, jelaskan secara singkat. 2. Bagaimana peran industry konstruksi Indonesia dalam skala Global, terutama dalam skala regional menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)? 3. Bagaimana seharusnya peran tenaga kerja Industri Konstruksi dalam menyiasati MEA? 4. Jelaskan factor apa saja yang menjadi kendala dalam perkembangan sector industry konstruksi di Indonesia?
Mulyono, T (2015) | 21
5. Mengapa tenaga ahli tersertifikasi di sector industry konstruksi menjadi penting?
DAFTAR PUSTAKA AKI. (2013, 4 4). Informasi: Road to 41st IFAWPCA Convention. Retrieved 9 1, 2013, from Asosiasi Kontraktor Indonesia: http://www.aki.or.id/?iddetail&id=395 Andhika Consulting. (2014, 3 17). DAFTAR KLASIFIKASI/SUB-KLASIFIKASI TENAGA KERJA AHLI KONSTRUKSI. Retrieved 7 1, 2014, from sertifikasi.biz: http://www.sertifikasi.biz/Klasifikasi%2520Tenaga%2520Ahli%2520Konstruks i%2520.pdf&sa=U&ei=GUtVVI2bFY6EuwSjtYHoAQ&ved=0CBYQFjAB&usg=AF QjCNFGG7Ar1JppshR_Hur7eaAmExwn_Q BPS. (2017). Ringkasan Statistik Konstruksi, 2010-2015. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik. Retrieved from https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/912 BPS. (2017b). Volume Produksi Pertambangan Bahan Galian Menurut Jenis Komoditas (m3), 2011–2015. Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1127 Farlex, Inc. (2014). baccalaureate. Retrieved 11 3, 2014, from TheFreeDictionary: http://www.thefreedictionary.com/baccalaureate Hansen, K. L., & Zenobia, K. E. (2011). Civil Engineer’s Handbook of Professional Practice. New Jersey-USA: John Wiley & Sons, Inc. Hawkins, P., Tennis, P., & Detwiler, R. (2003). The Use of Limestone in Portland Cement: A State-of-the-Art Review, EB227. Skokie, Illinois, USA: Portland Cement Association. Horta, I., Camanho, A. S., Johnes, J., & Johnes, G. (2012). Performance trends in the construction industry worldwide: an overview of the turn of the century. Springer Science+Business Media, DOI 10.1007/s11123-012-0276-0, 11. ITEBuild&Interior. (2015, January 14). Indonesia construction roundup 2014. Retrieved from ITEBuild&Interior: https://www.buildingshows.com/marketinsights/indonesia-insights/indonesia-construction-roundup-2014/801770222 ITEBuild&Interior. (2015, May 20). The future of the Indonesian construction industry. Retrieved from ITEBuild&Interior: https://www.buildingshows.com/marketinsights/indonesia/the-future-of-the-indonesian-constructionindustry/801788142 Katadata. (2014, 11 11). Pasar Konstruksi Nasional 2015 Diperkirakan Mencapai Rp 446 Triliun. Retrieved from KataData: http://katadata.co.id/berita/2014/11/11/pasar-konstruksi-nasional-2015diperkirakan-mencapai-rp-446-triliun LPJK. (1 Oktober 2014). Surat Nomor : 75 /LPJK/D/X/2014 tanggal, 1 Oktober 2014
Perihal: "Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang sah sebagai "Lembaga" penyelenggara peran masyarakat dalam pengembangan jasa Mulyono, T (2015) | 22
konstruksi dan Keabsahan Sertifikat Badan Usaha (SBU)....". Jakarta: Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
Moir, G. K. (1994). Minor Additional Constituents: Permitted Types and Benefits. In R. K. Dhir, & M. Jones (Eds.), Eurocements – Impact of ENV 197 on Concrete Construction (pp. 34-56). London: E & FN Spon. PII. (2014). SUB KLASIFIKASI SKA 2014. Retrieved 7 1, 2014, from Persatuan Insinyur Indonesia: http://pii.or.id/home/wp-content//uploads/sub-klasifikasiska/Lampiran%20Perlem%2008%20-%202014.pdf PU. (2015). Ketahanan Masyarakat Konstruksi Hadapi MEA 2016. Retrieved from Pekerjaan Umum: https://www.pu.go.id/main/view_pdf/10414 ResearchandMarket. (2014). Global Construction Industry 2014-2019: Trends, Profits and Forecast Analysis. Ireland: Taylors Lane, http://www.researchandmarkets.com/reports/2890960/. Schmidt, M. (February 1992). Cement with Interground Additives–Capabilities and Environmental Relief, Part 1. Zement-Kalk-Gips, Vol. 45, no. 2, 64-69. Schmidt, M., Harr, K., & Boeing, R. (Winter 1993). Blended Cement According to ENV 197 and Experiences in Germany. Cement, Concrete, and Aggregates ASTM, vol.15, No.2, 156-164. Sprung, S., & Siebel, E. (January 1991). Assessment of the Suitability of Limestone for Producing Portland Limestone Cement (PKZ). Zement-Kalk-Gips, vol. 44, no. 1, 1-11. Tezuka, Y., Gomes, D., Martins, J. M., & Djanikian, J. G. (1992). Durability Aspects of Cements with High Limestone Filler Content. 9th International Congress of the Chemistry of Cement, New Delhi, India, 1992, vol. V, 53 - 59. Wiyanti, S. (2015, Pebruari 23). Pengusaha prediksi pertumbuhan industri konstruksi capai 9 persen. Retrieved from Merdeka Online: http://www.merdeka.com/uang/pengusaha-prediksi-pertumbuhan-industrikonstruksi-capai-9-persen.html
Mulyono, T (2015) | 23