PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM TEKNOLOGI INFORMASI BAGI LULUSAN PERGURUAN TINGGI DI JAWA TENGAH GUNA MEMENUHI STANDAR KEAHLIAN TENAGA KERJA Mariana Kristiyanti, Lisda Rahmasari Universitas AKI (Jl.Imam Bonjol 15-17 Semarang) Email :
[email protected],
[email protected]
Abstrak Dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan pengetahuan untuk memenuhi tantangan baru di masa depan dan bentuk-bentuk baru yang akan dihadapi. Perguruan Tinggi di wilayah Jawa Tengah berusaha menghasilkan tenaga kerja yang mengetahui apa yang akan dilakukan untuk mengembangkan dan memajukan suatu perusahaan. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa, dekan dan kepala program studi di Fakultas Ilmu Komputer. Analisis data yang digunakan adalah confirmatory factor analysis dan structural equation modelling (SEM) dengan tujuh langkah untuk mengevaluasi kriteria goodness of fit. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa factor yang paling dominan dalam meningkatkan kompetensi lulusan adalah metode pembelajaran. Hal ini berarti, Perguruan Tinggi hendaknya lebih memperhatikan metode pembelajaran dan senantiasa memperbaiki metode pembelajarannya dengan menerapkan Student Centered Learning melalui simulasi, menyediakan fasilitas yang memadai untuk belajar, penggalian informasi, memanfaatkan multimedia, serta pengembangan karakter dan IPTEK. Kata Kunci : Kurikulum, Kompetensi lulusan Perguruan Tinggi, Standar Keahlian tenaga kerja, confirmatory factor analysis, structural equation modelling (SEM) I. Pendahuluan Dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan pengetahuan untuk memenuhi tantangan baru di masa depan dan bentukbentuk baru yang akan dihadapi. Perguruan Tinggi di wilayah Jawa Tengah berusaha menghasilkan tenaga kerja yang mengetahui apa yang akan dilakukan untuk mengembangkan dan memajukan suatu perusahaan. Menurut Marsetio Donosepoetro ( 2001 ), lulusan perguruan tinggi tidak cukup memiliki pengetahuan, ketrampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Permasalahan yang timbul diseputar dunia pendidikan adalah dalam hal menghasilkan kompetensi lulusan perguruan tinggi yang sesuai dengan permintaan tenaga kerja dalam dunia usaha. Agar lulusan Perguruan Tinggi sesuai dengan harapan para pencari kerja, maka sangat penting diperhatikan adalah pengembangan kurikilum dalam konteks berbasis kompetensi. Model kompetensi diharapkan dapat menghasilkan pengelolaan kurikulum yang dapat membantu mahasiswa mengembangkan potensi diri secara optimal dan sesuai dengan tuntutan pasar tenaga kerja. Untuk mendapatkan kurikulum yang diharapkan maka dalam proses penyusunannya sebaiknya dilakukan evaluasi
pengembangan kurikulum terlebih dahulu (H Munir, 2013). Evaluasi kurikulum dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat ketidaksesuaian dengan program kurikulum yang sedang berjalan, evaluasi juga membandingkan antara kenyataan dengan pelaksanaan program kurikulum, meneliti proses belajar mengajar, dan mengetahui pengaruh secara keseluruhan dalam hubungannya dengan perilaku peserta didik. Dengan adanya Evaluasi kurikulum tersebut, hasilnya dapat dijadikaan umpan balik untuk merencanakan kurikulum baru. Penelitian kali ini, ingin memastikan, apakah Kurikum Perguruan Tinggi di Jawa Tengah, membutuhkan pengembangan lebih lanjut atau tidak untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan Tenaga kerja di sebuah perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah confirmatory factor analysis dan structural equation modelling (SEM) dengan tujuh langkah untuk mengevaluasi kriteria goodness of fit. Sampel yang diambil adalah mahasiswa di Fakultas Ilmu Komputer dan Dekan atau Kepala Prograam studi di Fakultas Ilmu Komputer yang ada di Jawa Tengah. 1.1 Model Kompetensi Model kompetensi yang dikaitkan dengan strategi manajemen sumber daya
manusia dimulai pada saat rekruitmen, seleksi, penempatan sampai dengan pengembangan karir pegawai sehingga pengembangan kompetensi pegawai tidak merupakan aktivitas yang “instan”. Sistem rekruitmen dan penempatan tenaga kerja yang berbasis kompetensi perlu menekankan kepada usaha mengidentifikasi beberapa kompetensi calon pegawai seperti inisiatif, motivasi berprestasi dan kemampuan bekerja dalam tim. Usaha yang dilakukan adalah menggunakan sebanyak mungkin sumber informasi tentang calon sehingga dapat ditentukan apakah calon memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Metode penilaian atas calon yang dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti wawancara perilaku (behavioral event review) tes, simulasi lewat Assessment centers, menelaah laporan evaluasi kinerja atas penilaian untuk promosi atau ditetapkan pada suatu pekerjaan berdasarkan atas rangking dari total skor berdaraskan criteria kompetensi. Karyawan yang dinilai lemah pada aspek kompetensi tertentu dapat diarahkan untuk kegiatan pengembangan kompetensi tertentu sehingga diharapkan dapat memperbaiki kinerja.
Gambar 2.2 : intergrated HRM Araound a clear Understanding of core competencies 1.2 Kurikulum berbasis Teknologi Eve Krakow (2005) mengemukakan bahwa pengajaran berbasis kompetensi adalah keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active learning) dimana pendidik membantu siswa untuk belajar bagaimana belajar dari pada hanya mempelajari isi (learn how to learn rather than just cover content). Lebih jauh Christine Gilbert sebagai chief inspector Ofsted pada dokumen visi 2020 dari Ofsted menyebutkan bahwa : “Learning how to learn half a dozen times, as it describes the imperatives for developing the 21st-century curriculum. In the last decade, it seems that we have established the notion that an appreciation of the „how‟ students learn is at least as important as „what‟ they learn. The National Strategies at primary and secondary level are promoting learning competencies and the
mantra for Every Child Matters includes enjoyment and engagement with learning as a key outcome” Pendapat di atas menekankan bahwa pengembangan kurikulum di abad ke-21 lebih ditekankan pada bagaimana mengembangkan suatu konsep “learning how to learning”. Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan, terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh kemungkinankemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang kurikulum harus mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi maupun dunia ilmu (Suyanto, 2005) 1.3 Kurikulum Berbasis Kompetensi TIK Kepmendiknas No.232/U/2000 mendefinisikan kurikulum berbasis kompetensi yaitu kurikulum yang disusun berdasarkan atas elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method of inquiry yang diharapkan. Berdasarkan SK Mendiknas No. 045/U/2002, pengelompokkan mata kuliah harus melalui pengelompokkan berdasarkan elemen kompetensinya, yaitu (a) landasan kepribadian; (b) penguasaan ilmu dan keterampilan; (c) kemampuan berkarya; (d) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; (e) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Konsep ini untuk dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang menjadikan perguruan tinggi menjadi tempat pembelajaran dan suatu sumberdaya pengetahuan, pusat kebudayaan, serta tempat pembelajaran terbuka untuk semua, maka dimasukkan strategi kebudayaan dalam pengembangan pendidikan tinggi. UNESCO merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan, yaitu 1) Learning to know (belajar untuk mengetahui), 2) Learning to do (belajar melakukan atau mengerjakan), 3) Learning to live together (belajar untuk hidup bersama), 4) Learning to be (belajar untuk menjadi/mengembangkan
diri sendiri). Kurikulum yang tepat harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dewasa ini sedang berkembang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pemilihan bahan kajian Setelah menganalisis elemen kompetensi maka langkah selanjutnya adalah menentukan bahan kajian yang akan dipelajari dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahan kajian adalah suatu bangunan ilmu, teknologi atau seni , obyek yang dipelajari, yang menunjukkan ciri cabang ilmu tertentu, atau dengan kata lain menunjukkan bidang kajian atau inti keilmuan suatu program studi. Bahan kajian dapat pula merupakan pengetahuan/bidang kajian yang akan dikembangkan , keilmuan yang sangat potensial atau dibutuhkan masyarakat untuk masa datang. Pilihan bahan kajian ini sangat dipengaruhi oleh visi keilmuan program studi yang bersangkutan, yang biasanya dapat diambil dari program pengembangan program studi (misalnya diambil dari pohon penelitian program studi). Tingkat keluasan , kerincian, dan kedalaman bahan kajian ini merupakan pilihan otonom masyarakat ilmiah di program studi tersebut. Bahan kajian bukan merupakanmata kuliah. Student Centered Learning Pembelajaran menurut UUSisdiknas no 2 tahun 2003 dalam Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar, di dalam lingkungan belajar tertentu. Sehingga dengan mendeskripsikan setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran tersebut dapat ditengarai ciri pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered Learning). Paradigma lama belajar adalah menerima pengetahuan,pasif, karena pengetahuan yang telah dianggap jadi tadi tinggal dipindahkan ke mahasiswa dari dosen, akibatnya bentuknya berupa penyampaian materi (ceramah). Dosen sebagai pemilik dan pemberi pengetahuan, mahasiswa sebagai penerima pengetahuan, kegiatan ini sering dinamakan pengajaran. Dengan pola ini perencanaan pengajarannya (GPPP dan SAP) lebih banyak mendeskripsikan kegiatan yang harus dilakukan oleh pengajar, sedang bagi mahasiswa perencanaan tersebut lebih banyak bersifat instruksi yang harus dijalankan. Konsekuensi paradigma baru adalah dosen hanya sebagai fasilitator dan
motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memilih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan ketrampilannya (method of inquiry and discovery). Dengan paradigma inilah proses pembelajaran (learning process) dilakukan. II. Metode Penelitian 2.1 Analisis data Penelitian ini, dikembangkan dengan mengambil data dari mahasiswa sebagai orang yang merupakan produk akhir dari sebuah Perguruan Tinggi. Dengan mengetahui kurikulum yang ada di fakultas Teknologi Informasi, maka bisa diketahui berbagai matakuliah yang sudah dijalani oleh para mahasiswa semester 6. Diharapkan hasilnya dapat dilihat dari angket untuk mahasiswa mengenai kefektifaan matakuliah yang mereka pelajari saat ini. Untuk penyeimbang, maka peneliti juga membuat Angket untuk para Dekan / ketua program studi yang memang di khususkan untuk menyeimbangkan hasil penelitian para mahasiswa. Kompetensi dan keahlian yang dikehendaki oleh Perusahaan untuk dapat memperkerjakan lulusan Perguruan Tinggi di bidang Teknologi Informasi, apakah sudah terpenuhi dengan kurikulum yang sedang berjalan di perguruan tinggi. Dengan diadakannya Evaluasi Kurikulum, maka bisa diketahui adanya kemungkinan adanya pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi khususnya pada Fakultas Teknologi Informasi. Analisis data yang digunakan adalah confirmatory factor analysis dan structural equation modelling (SEM) dengan tujuh langkah untuk mengevaluasi kriteria goodness of fit. 2.2 Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik analisis multivariate Structural Equation Modeling (SEM) dengan pengolahan data menggunakan bantuan software Amos 16.0. Alasan menggunakan SEM disebabkan karena model persamaan struktur (SEM) mampu menunjukkan korelasi antar variabel yang dihubungkan dengan parameter dari suatu model yang digambarkan dengan diagram jalur (path diagram). Di samping itu, model persamaan struktur (SEM) dapat digunakan untuk estimasi pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total (Imam Ghozali, 2008).
Ada tujuh langkah untuk membuat permodelan SEM yang lengkap. Ketujuhnya yaitu ( Ferdinand, 2000 ): 1. Langkah pertama : Pengembangan Model Teoritis Pada bagian tinjauan pustaka peneliti telah memberikan gambaran tentang pengembangan model teoritis . 2. Langkah kedua : Membuat Path Diagram Model kerangka pemikiran teoritis yang sudah dibangun pada langkah pertama selanjutnya ditransformasikan ke dalam bentuk diagram alur ( path diagram). Diagram alur akan mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. 3. Langkah ketiga : Konversi diagram alur ke dalam persamaan Setelah teori / model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur, maka model penelitian dispesifikan ke dalam persamaan. 4. Langkah keempat : Memilih Matriks Input dan Estimasi Model Data input SEM berupa matriks varians kovarians atau matriks korelasi. Pada software Amos 16.0 terdapat beberapa teknik estimasi yang dapat dipergunakan yaitu : Maximum Likehood Estimation, Generalized Least Square Estimation, Unweighted Least Square Estimation, Scale Free Least Square Estimation, aerta Asymtically Distribution Free Estimation. Teknik estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maksimum likehood estimation karena memenuhi kriteria yang dituntut dimana sampel yang digunakan adalah antara 100 – 200. 5. Langkah kelima : Kemungkinan munculnya masalah identifikasi Masalah identifikasi adalah ketidakmampuan model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang baik. Bila estimasi tidak dapat dilakukan maka software AMOS 16.0 akan memunculkan pesan pada monitor komputer tentang kemungkinan penyebabnya . 6. Langkah keenam : Mengevaluasi Goodness of fit Langkah berikutnya pada teknik analisis SEM adalah mengevaluasi tingkat kesesuaian model yang dikembangkan. 7. Langkah ketujuh : Interpretasi dan Modifikasi Langkah terakhir dalam teknik analisis SEM adalah menginterpretasikan model serta melakuikan modifikasi model bagi
model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Dengan cara mengubah diagram alur terhadap variabel yang berkaitan. III.
Hasil dan Pembahasan Penelitian Dalam pembahasan ini akan disajikan profil dari data penelitian dan proses menganalisis data tersebut untuk menjawab pertanyaan penelitian dan hipotesis yang telah diajukan . Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah confirmatory factor analysis dan structural equation modelling (SEM) dengan tujuh langkah untuk mengevaluasi kriteria goodness of fit, seperti yang akan dibahas dalam bab ini. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Perguruan Tinggi di Jawa Tengah, Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 360 responen dengan teknik sampel menggunakan purposive sampling dan accidental sampling . 3.1 Proses dan Hasil Analisis 3.1.1 Pemilihan matriks input dan Teknik Estimasi Matriks input dapat dipakai dalam SEM adalah matriks korelasi atau matriks kovarian, karena yang diuji dalam penelitian ini adalah hubungan kausalitas, maka matrik input yang digunakan operasi SEM adalah matriks kovarian (Ferdinand, 2002, hal 46-47). SEM merupakan alat analisis yang berbasis pada kovarian. Matriks kovarian mempunyai keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid anatar popuasi yang berbeda atau sampel yang brebeda yang tidapat disajikan oleh matrik korelasi. Teknik estimasi yang digunakan adalah maximum likehood estimation method. Dari pengolahan data statistik, matriks kovarian dapat dibuat dalam tabel 3.1 berikut ini Tabel 3.1 Sample Covariance Estimate
Sumber : Data yang diolah, 2013
3.1.2 Analisis Structural Equation Modeling Sub bab ini menyajikan hasil pengolahan dan analisis data dengan Structural Equation Modelling (SEM) dengan model penuh (full model). Dalam analsis ini dilakukan uji kesesuaian atau kelayakan model secara penuh dan uji statistik. Hasil pengolahan data dana analisis model penuh SEM akan ditampilkan pada gambar 3.1 berikut ini :
Gambar 3.1 Uji Model Penuh Structural Equation Modeling Sumber : Data yang diolah, 2013 Keterangan: X1 : Mengikuti Perkembangan IPTEK X2 : Visi Misi Program Studi X3 : Sesuai Kebutuhan Pasar X4 : Keahlian dan Pengetahuan IPTEK X5 : Multimedia X6 : Fasilitas X7 : Simulasi X8 : Penggalian informasi X9 : Pengembangan Karakter X10 : Kemampuan dalam Kepribadian X11 : Kemampuan Bermasyarakat X12 : Kemampuan Berkarya X13 : Kemampuan dan Perilaku Berkarya X14 : Kemampuan dalam IPTEK X15 : Memenuhi Kebutuhan Pencari Kerja X16 : Ketrampilan yang disyaratkan pencari kerja X17 : Kemampuan untuk berprestasi X 18 : Motivasi Dalam analisis SEM dilakukan uji kesesuaian atau kelayakan model dan dari uji ini akan diperoleh indeks kesesuaian (fit index) atas proporsi tertimbang dari varian dalam matriks kovarian sampel. Hasil uji
kesesuaian dalam penelitian untuk model yang sedang dikembangkan ini diperoleh tingkat signifikansi untuk uji perbedaan adalah chi-square sebesar 157.564 dengan nilai probabilitas sebesar 0,057 yang berada diatas signifikansi 0,05. Angka ini menunjukkan hipotesa nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang diestimasi tidak dapat ditolak dan karena itu hipotesa nol diterima. Indeks kesesuaian model yang lainnya seperti nilai TLI 0.987 dan nilai CFI 0.984 yang lebih besar dari 0,95, nilai CMIN/DF 1.189 yang lebih kecil dari 2,00 dan nilai RMSEA 0,04 yang lebih kecil dari 0.08, nilai GFI dan AGFI berada di atas 0.90 yaitu sebesar 0.955 dan 0.941 . Indek-indeks kesesuaian model ini memberikan konfirmasi yang cukup untuk dapat membuat model penelitian yang sedang dikembangkan ini dapat diterima. Hubungan antar variabel menjadi dasar dalam hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk itu diperlukan uji statistik yang dapat dirujuk melalui regression weight pada model penuh yang bertujuan menguji hiipotesis mengenai kausalitas yang sedang dikembangkan dalam penelitian ini. Uji statistik dilakukan dengan mengamati tingkat signifikasi hubungan antara variabel yang ditunjukkan oleh nilai critical ratio (CR) yang identik dengan uji t dalam regresi dan nilai probabilitas (P). Hubungan yang signifikan ditandai dengan nilai CR lebih besar dari 1,96 dan nilai P lebih kecil dari 0.05. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai CR lebih dari 1.96 dan P dibawah 0.05. Hal ini menunjukkan hubungan kausalitas yang signifikan untuk masing-masing hubungan variabel. 3.2. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan pembuktian statistik atas hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan telaah pustaka. Pengujian hipotesis ini didasarkan pada hasil pengolahan data dalam penelitian dengan menggunakan analisis SEM. Secara general , pengujian hipostesis ini dilakukan dengan dengan menganalisis Critical Ratio ( C.R ) dan nilai probabilitas ( P ) sebagai hasil dari pengolahan data yang dibandingkan dengan batasan statistik yang dipersyaratkan. Nilai Critical Ratio yang dipersyaratkan. Nilai Critical Ratio yang dipersyaratkan di atas 2.00 dan nilai probailitas di bawah 0.05 maka hipotesis dalam penelitian yang diajukan dinyatakan dapat diterima.
1.
2.
3.
Hipotesis 1 : Mata Kuliah berpengaruh positif terhadap kompetensi lulusan. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa 4. ada pengaruh positif yang signifikan antara mata kuliah terhadap kompetensi lulusan. Berdasarkan nilai loading dari tiap indikator , maka prioiritas pertama yang segera harus dilakukan oleh perguruan tinggi dalam menyusun mata kuliah adalah mengikuti perkembangan IPTEK (0.79), prioritas ke dua yang harus diperhatikan dalam penyusunan mata kuliah adalah sesuai dengan kebutuhan pasar (0.76) dan prioritas ketiga adalah sesuai dengan visi dan misi program studi (0.74). Hipotesis 2 : Metode pembelajaran berpengaruh positif terhadap kompetensi lulusan. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara metode pembelajaran terhadap kompetensi lulusan. Berdasarkan nilai loading dari tiap indikator , maka prioiritas pertama yang segera harus dilakukan oleh perguruan tinggi dalam menerapkan metode pembelajaran adalah dengan mengunakan metode simulasi (0.77) , prioritas ke dua adalah fasilitas yang disediakan dalam pembelajaran (0.69) , prioritas ketiga adalah adanya penggalian informasi untuk memecahkan kasus (0.65) , prioritas keempat adalah pemanfaatan multimedia (0.65), prioritas kelima yaitu pengembangan karakter(0.61), prioritas keenam adalah selalu mengembangkan keahlian dan pengetahuan dibidang IPTEK (0.25). Hipotesis 3 : Kompetensi lulusan berpengaruh positif terhadap kompetensi tenaga kerja. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara kompetensi lulusan terhadap kompetensi tenaga kerja. Berdasarkan nilai loading dari tiap indikator , maka prioiritas pertama yang segera harus dilakukan oleh perguruan tinggi dalam meningkatkan kompetensi lulusan adalah mengembangkan kemampuan dalam IPTEK (0.77), prioritas ke dua adalah mengembangkan kemampuan berkepribadian (0.67), prioritas ketiga adalah mengembangkan kemampuan berkarya (0.66), prioritas keempat adalah kemampuan bermasyarakat (0.35), prioritas kelima yaitu kemampuan perilaku berkarya (0.30). Sedangkan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja, prioritas pertama adalah selalu memenuhi kebutuhan pencari kerja (0.76) , prioritas kedua adalah kemampuan untuk berprestasi (0.62), prioritas ketiga adalah motivasi kerja (0.57) dan prioritas keempat
yaitu ketrampilan yang disyaratkan pencari kerja (0.51). Dari hasil uji hipotesis pengaruh yang paling dominan dalam meningkatkan kompetensi lulusan adalah variabel metode pembelajaran dibuktikan dengan hasil regresi yang lebih besar ( 0.74 ) daripada variabel mata kuliah (0.28 ). 3.3 Tanggapan Dekan dan Kaprodi Dalam Hal Penyusunan Kurikulum Dari tanggapan responden Dekan dan Kepala program studi menunjukkan bahwa: 1. 30 % responden memberikan skor jawaban 9 untuk pertanyaan pertama sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap prodi dalam menyusun bahan kajian serta mata kuliah sudah sesuai dengan perkembangan IPTEK 2. 30 % responden memberikan skor jawaban 8 untuk pertanyaan kedua sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan kajian serta mata kuliah sudah sesuai visi misi prodi . 3. 30 % responden memberikan skor jawaban 10 untuk pertanyaan ketiga sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan kajian serta mata kuliah di prodi sudah mengikuti kebutuhan pasar. 4. 30 % responden memberikan skor jawaban 9 untuk pertanyaan keempat sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diberikan sudah memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan. 5. 30 % responden memberikan skor jawaban 10 untuk pertanyaan kelima sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan yang diberikan oleh prodi sudah mampu menjadikan mahasiswa dapat mengoperasikan perangkat lunak seperti yang diharapkan di dunia kerja Kesimpulan dari jawaban responden menunjukan setiap program studi sudah menyusun kurikulum dengan baik , ditunjukkan dari skor jawaban terbesar antara 8 – 10 .
3.4 Model Kurikulum Berbasis TIK
IV. Kesimpulan 1. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara mata kuliah terhadap kompetensi lulusan. Hal ini membuktikan semakin baik mata kuliah maka semakin baik kompetensi lulusan. Implikasi kebijakan yang harus dilakukan antara lain : a) Prioiritas pertama adalah mengikuti perkembangan IPTEK yaitu tujuan, strategi/metode, dan materi atau isi/bahan kurikulum direncanakan dan dikembangkan agar selalu mutakhir atau tidak ketinggalan jaman. b) Prioritas ke dua adalah sesuai dengan kebutuhan pasar sehingga kurikulum yang dikonsepkan lebih didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai/ dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat / pasar. c) Prioritas ketiga adalah sesuai dengan visi dan misi program studi . Perguruan tinggi lebih bisa mengembangkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi sangat dimungkinkan perubahan kurikulum disebabkan juga oleh adanya perubahan rencana strategis perguruan tinggi yang termuat dalam visi dan misinya . 2. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara metode pembelajaran terhadap kompetensi lulusan. Hal ini membuktikan semakin baik metode pembelajaran maka semakin baik kompetensi lulusan . Implikasi kebijakan yang harus dilakukan antara lain : a) Prioiritas pertama adalah mengunakan metode simulasi. Simulasi dapat mengubah cara pandang (mindset) mahasiswa,
3.
dengan jalan: mempraktekkan kemampuan umum (misal komunikasi verbal & nonverbal); mempraktekkan kemampuan khusus; mempraktekkan kemampuan tim; mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah (problem-solving); menggunakan kemampuan sintesis; dan mengembangkan kemampuan empati, b) Prioritas ke dua adalah fasilitas sehingga para pengajar harus memanfaatkan perpustakaan , wi-fi dan lab komputer dalam pembelajaran. c) Prioritas ketiga adalah adanya penggalian informasi untuk memecahkan kasus . Implikasinya mahasiswa mampu menghadapi masalah dan memecahkannya dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasarkan pada pengetahuan berbasis teknologi d) Prioritas keempat adalah pemanfaatan multimedia seperti seperti manajemen kelas dan sumber belajar berbasis TIK, pemanfaatan internet dalam pembelajaran seperti e-Learning, Virtual Learning, Computer Based Training, Open and Distance Learning dalam pembelajaran e) Prioritas kelima yaitu pengembangan karakter sehingga perancang kurikulum atau pengajar mampu mengembangkan mahasiswa untuk memiliki rasa percaya diri dan siap hidup di masyarakat f) Prioritas keenam adalah selalu mengembangkan keahlian dan pengetahuan dibidang IPTEK. Implikasinya pengajar sebagai perancang, pengembang dan pelaksana kurikulum dituntut memiliki kemampuan yang tinggi untuk selalu melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara kompetensi lulusan terhadap kompetensi tenaga kerja. Hal ini membuktikan semakin baik kompetensi lulusan maka semakin baik kompetensi tenaga kerja . Implikasi kebijakan yang harus dilakukan antara lain : a) Prioiritas pertama yang segera harus dilakukan oleh perguruan tinggi dalam
4.
5.
meningkatkan kompetensi lulusan adalah mengembangkan kemampuan dalam IPTEK yaitu menghadapi masalah dan memecahkannya dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasarkan pada pengetahuan berbasis teknologi. b) Prioritas ke dua adalah mengembangkan kemampuan berkepribadian yaitu terciptanya peserta didik yang mandiri, memiliki rasa percaya diri, mampu mengenal dirinya, pemahaman diri, aktualisasi diri atau pengarahan diri, memiliki kemampuan emosional dan intelektual yang konsisten, serta mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri. c) Prioritas ketiga adalah mengembangkan kemampuan berkarya yaitu mengetahui, memahami, dan menerapkan, serta mencari informasi dan/atau menemukan ilmu pengetahuan. d) Prioritas keempat adalah kemampuan bermasyarakat yaitu kemampuan untuk dapat hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar sesama manusia. e) Prioritas kelima yaitu kemampuan perilaku berkarya untuk mengetahui, memahami, dan menghayati caracara pemerolehan pengetahuan dan pendidikan yang memberikan kepada peserta didik bekal-bekal ilmu pengetahuan. f) Sedangkan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja, prioritas pertama adalah selalu memenuhi kebutuhan pencari kerja, prioritas kedua adalah kemampuan untuk berprestasi , prioritas ketiga adalah motivasi kerja dan prioritas keempat yaitu ketrampilan yang disyaratkan pencari kerja. Dari hasil uji hipotesis pengaruh yang paling dominan dalam meningkatkan kompetensi lulusan adalah variabel metode pembelajaran dibuktikan dengan hasil regresi yang lebih besar daripada variabel mata kuliah. Kesimpulan dari jawaban responden menunjukan bahwa setiap program studi dalam menyusun kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK, visi dan misi prodi, kebutuhan pasar dan pengetahuan yang diberikan memudahkan untuk mendapat pekerjaan
serta mampu mengopersionalkan perangkat lunak sesuai kebutuhan dunia kerja. Dari hasil penelitian diatas hendaknya perguruan tinggi lebih memperhatikan metode pembelajaran dan senantiasa memperbaiki metode pembelajarannya dalam hal ini selalu menerapkan pembelajaran dengan Student Centered Learning melalui simulasi, tersedianya fasilitas yang memadai, penggalian informasi , pemanfaatan multimedia, serta pengembangan karakter dan IPTEK Daftar Pustaka Ferdinand, Augusty, 2000, Structural Equation Model Dalam Penelitian Manajemen, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam, 2008, Model Persamaan Struktual: Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 16.00, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Janna P. Vice, Lana W. Carnes, 2001, Developing Communication & Profesional Skills Through Analytical Reports, Business Communication Quartely Vol. 64, Number 1, march 2001, Page 84-98 Marsetio Donosepoetra ( 2001 ), “ Pendidikan Nasional & Pengembangan SDM “, Manajemen Juli 2001 Munir, 2010, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung, UPI Press Singgih Santoso, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Susan. K Mcevily, Shobha Das, Kevin Mccabe, 2000, Avoiding Competence Substitution Through Knowledge Sharing, Academy Of Management Review 2000, Vol 25 No. 294-311 Tim Pengembang Kurikulum, 2008, BUKU PANDUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PENDIDIKAN TINGGI, Jakarta, Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.