PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) (Studi Situs SMP Negeri 5 Wonogiri) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Oleh : JOKO MURSITO NIM.: Q.100 110 227
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
1
2
3
PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) (Studi Situs SMP Negeri 5 Wonogiri) Joko Mursito; Yetty Sardjono; Sigit Haryanto
[email protected];
[email protected];wongsodi47yahoo.com
ABSTRACT The purpose of this research is to describe and identify the management of character education in learning of civic education on Junior High School of 5 Wonogiri, including preparation, action, and assessment. This is a qualitative or naturalistic research. The location of this research is on the Junior High School of 5 Wonogiri. The period of this research is begun in the end of second semester, academic year 2012/2013, March 2013 till July 2013. Data resources of this research are a) informants, consisting of principal, teachers and students, b) activities according to the problem statement, c) documentation consists of written document related to the problem statement. Techniques of collecting data are using interview, observation and documentation. Data validity is tested by using resources and method triangulation. The results of this research are 1) teachers are following the socialization of character education, following training and coaching, coordinating with their partners, composing the learning instrument continuously, developing the subject matter and using facilities and learning media according to the subject matter, 2) teachers became the model, applied character education inside and outside the class related to the activities on the school, developed through routine and incidental activities, applied character education through extracurricular and blocked of dependence with the subject matter, 3) the assessment are using case study for individual and group, evaluation on teachers’ performance, public opinion, evaluation on students’ activities on the school and clarification on students’ activities on the home. Key words ; management, character education, civic education.
4
Pendahuluan Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan disepakati oleh banyak ahli memiliki peran yang besar dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan daya saing yang tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi peluang seseorang untuk meningkatkan kualitas daya saing mereka dan semakin rendah tingkat pendidikan akan semakin sulit menumbuhkan kemampuan dan daya saing seseorang (Maliki, 2008: 272). Pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak mengingat demoralisasi dan degradasi pengetahuan sudah sedemikian akut menjangkiti bangsa ini di semua
lapisan
masyarakat.
Pendidikan
karakter
diharapkan
mampu
membangkitkan kesadaran bangsa ini untuk membangun pondasi kebangsaan yang kokoh. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat dimaklumi sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut bahwa pendidikan telah gagal membangun karakter (Asmani, 2011: 47). Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter hendaknya diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan sehingga seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan
5
emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis (Suyanto, 2010). Hampir semua kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya. Upaya itu akan optimal jika siswa sendiri secara aktif berupaya mengembangkan diri sesuai dengan programprogram yang dilakukan oleh sekolah. Oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal (Hasbullah, 2006: 121). Dari ungkapan tersebut penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Pengelolaan
Pendidikan
Karakter
Pada
Pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) (Studi situs SMP Negeri 5 Wonogiri) dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui secara mendalam proses pengelolaan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri, meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif atau naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga sebagai metode etnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2011: 8). Karakteristik penellitian kualitatif berupa latar alamiah yang merupakan sumber data langsung dan peneliti
merupakan instrument kunci dalam
penelitian, data kualitatif dihimpun dalam bentuk kata-kata atau gambargambar, bukan selalu dalam bentuk angka-angka. Peneliti kualitatif mempunyai kepedulian dengan proses dan sekaligus juga mempunyai kepedulian dengan produknya. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data yang mereka peroleh
6
dengan cara induktif dan perhatian utama peneliti kualitatif adalah jawaban atas pertanyaan bagaimana orang dalam kehidupan mereka dapat dimengerti (Sutama, 2010: 62-63). Pada penelitian kualitatif, data bersifat kualitatif dan bentuk verbal, yakni berwujud kata-kata serta merupakan suatu penelitian yang menekankan pada proses serta makna (perspektif dan partisipasi), sehingga bentuk penelitian dengan strategi terbaik menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Setelah mengadakan pencatatan dokumen, pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian dari bulan Maret hingga Juli 2013 di SMP Negeri 5 Wonogiri, peneliti telah memperoleh data etnografi yang ada relevansinya dengan Pengelolaan
Pendidikan
Karakter
Pada
Pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Temuan etnografi tersebut menunjukkan adanya makna kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan sudah membudaya pada SMP Negeri 5 Wonogiri. Temuan-temuan etnografi yang dimaksud adalah bagaimana guru merencanakan
pendidikan
karakter
pada
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), bagaimana guru menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan bagaimana guru mengadakan pembelajaran
Penilaian
dalam
Pendidikan
menerapkan
Kewarganegaraan
pendidikan (PKn).
karakter
melalui
pada
wawancara,
observasi, dan dokumentasi tentang Pengelolaan Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), di SMP Negeri 5 Wonogiri, diperoleh data sebagai berikut :
7
1.
Perencanaan
guru
dalam
menerapkan
pendidikan
karakter
pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri antara lain meliputi kegiatan seperti berikut : a. Guru
mengikuti
sosialisasi,
mengikuti
bimbingan
dan
pelatihan
pendidikan karakter melalui diklat dan kegiatan kedinasan secara internal dan berkelanjutan. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan kebijakan pendidikan nasional yang baru dan harus diterapkan pada setiap mata pelajaran. Dengan demikian, setiap guru mata
pelajaran
termasuk
guru
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri harus mengikuti sosialisasi dan mengikuti bimbingan dan pelatihan pendidikan karakter melalui diklat dan kegiatan kedinasan secara internal dan berkelanjutan. Dari kegiatan tersebut, guru dapat mempersiapkan diri dalam pembelajaran dan pendidikan karakter. Menurut Arikunto (2008: 9), perencanaan mencakup setiap keputusan yang harus dilakukan di masa yang akan datang. Perencanaan tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan mengikuti bimbingan dan pelatihan pendidikan karakter melalui diklat dan kegiatan kedinasan secara internal dan berkelanjutan. Dari kegiatan tersebut, guru dapat menguasai materi dan memahami pendidikan karakter. Persamaan dengan penelitian Howard (2007) dalam bukunya yang berjudul Curriculum Development, Penelitian tersebut mengkaji tentang perkembangan kurikulum IPA. Hasil penelitian adalah kurikulum selalu berkembang sesuai dengan perubahan. Hal terpenting dalam perkembangan kurikulum adalah memperhatikan konsep-konsep dasar, seperti “permintaan dan penawaran” dalam pelajaran Ekonomi, konflik dalam pelajaran Sejarah, maupun “energy” dalam pelajaran IPA.
8
Perbedaan dengan penelitian Howard (2007) adalah jenis mata pelajaran. Penelitian tersebut hanya berfokus pada mata pelajaran IPA. Sedangkan Perkembangan kurikulum disesuaikan dengan konsepkonsep dasar yang terdapat pada setiap mata pelajaran sehingga tetap sesuai dengan materi yang disampaikan dalam kurikulum yang baru. Terkait dengan penelitian Raihani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Education Reforms in Indonesia in the twenty-first century adalah reformasi pendidikan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa keruntuhan rezim Soeharto diikuti dengan reformasi pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan mengikuti sistem desentralisasi dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Perbedaannya dengan penelitian Raihani (2007) adalah dasar hukum pendidikan nasional. Penelitian tersebut hanya fokus pada reformasi
pendidikan
yang
berkaitan
dengan
Undang-undang
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pendidikan karakter berlaku secara nasional di setiap jenjang pendidikan. Walaupun sekolah menerapkan MBS, pendidikan karakter bersifat wajib dan diterapkan sesuai dengan kebijakan masing-masing sekolah.
b. Guru melakukan koordinasi dengan sesama guru pengampu mata pelajaran. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa guru berinisiatif dengan melakukan koordinasi dengan rekan kerja, khususnya sesama guru pengampu mata pelajaran yang sama. Dari diskusi tersebut, mereka mempunyai sudut pandang yang lebih beragam sebagai perencanaan dalam melaksanakan
pendidikan
karakter.
Masing-masing guru
mengemukakan pendapatnya dan berdiskusi dalam merencanakan
9
pembelajaran, khususnya pendidikan karakter sesuai dengan materi yang disampaikan. Menurut Sanjaya (2008: 24) dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan koordinasi dengan sesama guru pengampu mata pelajaran. Persamaan dengan penelitian Miles dan Singal (2010) dalam penelitiannya yang berjudul The Education for All and Inclusive Education Debate : conflict, contradiction or opportunity adalah peran praktisi pendidikan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa guru sebagai praktisi pendidikan mempunyai peran penting dalam pendidikan untuk setiap anak, khususnya anak dengan pendidikan khusus dan mempunyai kelainan fisik. Dengan keadaan tersebut, guru mempunyai keleluasaan dalam mengambil kebijakan yang tepat. Adapun Perbedaan dengan penelitian Miles dan Singal (2010) adalah karakteristik siswa. Dalam pembelajaran tersebut dijelaskan bahwa pendidikan tidak merata untuk setiap anak yang berhak. Mereka yang mempunyai perbedaan fisik dan kelemahan mental mengalami kesulitan dalam memperoleh pendidikan. keadaan tersebut hanya disikapi dengan kebijakan kondisional dari guru dan pemerintah. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa di tingkat sekolah, setiap guru mempunyai kebebasan dan kewenangan dalam mempersiapkan diri yang penting dan bermanfaat dalam perencanaan pendidikan karakter. Mereka berkoordinasi sehingga semakin siap dan matang dalam merencanakan pendidikan karakter.
c. Guru menyusun instrument pembelajaran berupa silabus dan RPP yang dilengkapi dengan pendidikan karakter.
10
Perencanaan pembelajaran secara terstruktur diperhatikan pula dalam penyusunan silabus dan RPP. Administrasi ini dijadikan sebagai salah satu tolok ukur kesiapan guru. Dengan demikian, pendidikan karakter
diharapkan
mencakup
aspek pengetahuan
(cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action) (Suyanto, 2010). Di lokasi penelitian, salah satu indikator kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran, guru harus menyusun administrasi, salah satunya adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
Dengan penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara berkala, guru mempelajari materi dan mempersiapkan keperluan dalam pembelajaran. Dengan cara ini, guru tidak bekerja sekali waktu, tetapi berkelanjutan sesuai dengan perkembangan materi yang disampaikan. penyusunan silabus mencakup komponen : (1) Standar kompetensi, (2) Kompetensi dasar, (3) Materi pokok pembelajaran, (4) Indicator, (5) Penilaian, (6) Alokasi waktu, (7) Sumber belajar, dan dilengakapi dengan (8) Pendidikan karakter. Langkah Selanjutnya guru penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) minimal
mencakup komponen : (1) Identitas mata pelajaran, (2) Alokasi waktu, (3) Standar kompetensi, (4) Kompetensi dasar, (5) Indicator pencapaian kompetensi, (6) Tujuan pembelajaran, (7) Materi ajar,
(8) Metode
pembelajaran, (9) Kegiatan pembelajaran terdiri dari Ekplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK) dan karakter yang diharapkan, (10) Penilaian hasil belajar, dan (11) Sumber belajar. Adapun pengelolaan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas VII, kelas VIII, dan Kelas IX tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 5 Wonogiri memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah dirumuskan oleh badan standar nasional pendidikan (BSNP) pada standar isi dan standar
11
kelulusan, antara lain : (1) Disiplin meliputi indicator : datang dan pulang tepat waktu, mengikuti kegiatan dengan tertib, mentaati aturan yang berlaku, (2) Tanggung jawab meliputi indicator : Menyelesaikan tugas tepat waktu, berani menanggung resiko, (3) Bersih meliputi indicator : membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan sesudah dan sebelum makan, tidak buruk sangka, membersihkan tempat kegiatan, merawat kebersihan diri,
(4)
Sopan santun meliputi indicator :
berbicara dengan sopan, bersikap hormat pada orang lain, berpakaian sop an, menerapkan salam, senyum dan sapa, (5) jujur meliputi indicator : menyampaikan pesan apa adanya (terbuka),mengatakan apa adanya, tida k menipu, tidak bohong, tidak berlaku curang, (6) Kerohanian (relegius) meliputi indicator : melaksanakan ibadah sesuai norma agamanya masing-masing, berdoa setiap mengawali dan mengakhiri suatu kegiatan, bersikap toleransi (saling menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan yang lain), (7) Patriotisme mencintai
terhadap
lingkungan,
meliputi indicator Peduli dan memelihara fasilitas sekolah,
dapat bekerjasama, (8) Nasionalisme meliputi indicator : mendahulukan kepentingan
bersama,
menghindari permusuhan dengan teman,
dapat bekerjasama, (9) Demokratis meliputi indicator : mengupayakan musyawarah setiap menentukan keputusan bersama, mengakui dan menerima adanya perbedaan pendapat, berani menyampaikan pendapat dengan sopan, berani bertanya, bersedia melaksanakan keputusan hasil musyawarah secara bertanggung jawab, (10) Percaya diri meliputi indicator : Berani bersaing (berkompetisi) dibidang prestasi diri, mengakui kelebihan orang lain,
memaklumi kekurangan orang lain,
melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya, Pantang menyerah, mengutamakan usaha sendiri dari pada bantuan orang lain, berusaha ingin lebih maju.
12
Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pendidikan khusus ditujukan untuk mengembangkan budi pekerti sesuai dengan materi yang disampaikan dalam pembelajaran. Pendidikan tersebut disebut dengan pendidikan karakter yang ditujukan untuk seluruh anak. Persamaan dengan penelitian Chen dan Soon (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Education and Services for Children and Youth with Emotional and Behavioral Disorders in Singapore adalah kajian tentang pendidikan khusus. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan tersebut ditujukan untuk anak-anak dan pemuda yang mengalami keterbelakangan mental dan penyimpangan perilaku (kenakalan). Adapun Perbedaan dengan penelitian Chen dan Soon (2006) adalah kebijakan pendidikan nasional. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pendidikan karakter baru saja diterapkan setelah terjadi pelanggaran dan penyimpangan oleh remaja, khususnya siswa. hal ini terjadi karena mereka hanya cerdas secara kognitif, tetapi tidak ditunjang dengan sikap dan perilaku yang santun.
d. Guru menggunakan fasilitas dan media pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan. Di lokasi penelitian, guru pengampu mata pelajaran PKn yang menjadi informan dalam Penguasaan materi guru dapat memilih dan memilah fasilitas dan media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya guru PKn akan menyampaikan materi tentang usaha pembelaan negara, guru dapat menggunakan poster/foto tokoh nasional, dan gambar, guru PKn juga dapat menggunakan peta untuk menunjukkan wilayah dalam materi tentang otonomi dan globalisasi. Selain itu, guru juga dapat menggunakan media audio visual untuk menarik minat dan perhatian siswa dengan menonton film.
13
Persamaan dengan penelitian Miles dan Singal (2010) dalam penelitiannya yang berjudul The Education for All and Inclusive Education Debate : conflict, contradiction or opportunity adalah peran dan inisiatif guru. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa guru mempunyai peran yang besar dalam pendidikan khusus untuk anak dengan perbedaan fisik dan kelemahan mental. Guru dapat menentukan inisiatif yang tepat supaya pembelajaran berhasil dan efektif. Perbedaan dengan penelitian Miles dan Singal (2010) adalah jenis siswa. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pendidikan tidak merata sehingga beberapa anak dengan perbedaan fisik dan kelemahan
mental
tidak
mendapat
kesempatan
memperoleh
pendidikan secara layak. Hal ini sangat berbeda dengan anak-anak yang normal dimana mereka mempunyai kesempatan yang besar dalam memperoleh pendidikan. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa seluruh siswa memperoleh pendidikan karakter. Bahkan pendidikan karakter merupakan kebijakan pendidikan nasional yang mulai disampaikan sejak SD hingga SMA dan sederajat.
2.
Pelaksanaan
guru
dalam
menerapkan
pendidikan
karakter
pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri. a. Guru menjadi teladan dan panutan bagi sesama rekan kerja maupun siswa, selain itu Pendidikan karakter diterapkan di dalam dan di luar kelas sesuai dengan aktifitas di sekolah, serta berlangsung setelah pembelajaran selesai. Menurut Azra (2010: 6), pembentukan pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan modeling atau exemplary atau uswah hasanah. Artinya, guru menjadi teladan sebagai contoh dan panutan bagi sesama rekan kerja maupun siswa.
14
Pendidikan karakter dapat memberikan manfaat langsung bagi siswa dan guru dalam internalisasi karakter meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang dan menyeluruh. Misalnya kegiatan kerohanian dengan beribadah sholat berjamaah di mushola pada saat istirahat kedua. Hal ini merupakan praktik dari aspek religious. Selain itu, eksistensi Kantin Kejujuran juga menunjang pendidikan karakter Menurut Sudrajat (2010), pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan. Dengan demikian berarti aspek karakter dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan aktifitas yang melibatkan siswa itu sendiri. aktifitas tersebut dapat berkaitan dengan pembelajaran maupun aktifitas lainnya. Persamaan penelitiannya
dengan
yang
penelitian
berjudul
Opertti
(2008)
Competency-based
dalam
Curriculum
Development : Some Lessons from Other Regions adalah manfaat pendidikan.
Dalam
penelitian
tersebut dijelaskan
bahwa hasil
pengembangan kurikulum sangat bermanfaat dalam kompetensi, sistem pendidikan dan demokrasi. Hasil ini diperoleh dari kajian beberapa negara dengan latar belakang yang berbada. Perbedaan dengan penelitian Opertti (2008) adalah seting penelitian. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa seting penelitian melibatkan beberapa negara secara mendalam dengan fokus tentang pengembangan kurikulum. Masing-masing negara mempunyai latar belakang yang berlainan namun memperoleh hasil yang sama. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa seting penelitian hanya melibatkan 1 sekolah dengan fokus tentang pendidikan karakter. Hasilnya diketahui
15
bahwa pendidikan karakter dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas, baik dalam pembelajaran maupun kegiatan lainnya.
b. Pendidikan karakter dikembangkan melalui kegiatan rutin dan kegiatan incidental meliputi kegiatan upacara bendera, kegiatan juma,t pagi, dan kegiatan ekstra kurikuler. Di lokasi penelitian, setiap hari Senin melaksanakan upacara bendera ditujukan untuk mengembangkan sikap nasionalisme dan patriotisme dan setiap hari Jum,at pagi dilaksanakan kegiatan senam pagi dan jumat besih diikuti seluruh warga sekolah tujuannya untuk mengembangkan karakter kebersamaan warga sekolah, selain itu Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ekstra kurikuler Pramuka merupakan kegiatan ekstra kurikuler wajib bagi siswa kelas VII dan VIII. Manfaat yang dapat diperoleh dari pramuka adalah latihan berorganisasi, mengasah kemandirian dan bekerja sama Asmani (2011: 64-65) membedakan pelaksanaan pendidikan karakter menjadi empat, yaitu 1) Pendidikan Karakter berbasis nilai religius (konservasi moral), 2) Pendidikan Karakter berbasis nilai budaya (konservasi lingkungan), 3) Pendidikan Karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan) dan 4) Pendidikan Karakter berbasis potensi diri (konservasi humanis). Dalam pelaksanaannya, pendidikan moral dapat dikembangkan sesuai dengan basis nilai tertentu, baik secara rutin maupun insidental. Persamaan dengan penelitian Miles dan Singal (2010) adalah kesempatan belajar yang sama. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa setiap anak memperoleh pendidikan dan kesempatan belajar yang sama. Bagi anak-anak yang mempunyai keterbatasan fisik, mereka kesulitan dalam memperoleh pendidikan dan kesempatan belajar.
16
Perkembangannya, mereka mendapat kesempatan yang semakin besar dan hampir sebanding dengan anak-anak yang normal. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa setiap anak wajib mengikuti kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan kebijakan dan peraturan sekolah. Kegiatan kerohanian juga mendapat perhatian dalam pendidikan karakter, Di lokasi penelitian terdapat mushola sebagai salah satu fasilitas peribadahan. Aktifitas kerohanian cukup sibuk terutama pada istirahat kedua dimana warga sekolah melaksanakan sholat zhuhur berjamaah. Pihak sekolah juga melakukan pembagian zakat, baik zakat fitrah maupun zakat kurban. Bagi umat beragama selain muslim juga mendapat
kesempatan
untuk
melaksanakan
ibadah
yang
pelaksanaannya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah, semua kegiatan tersebut dapat berjalan dengan saling mengahargai dan saling menghormati antara yang satu dengan yang lain. Selain itu masih banyak kegiatan yang menunjang pendikan karakter antara lain kegiatan aksi social dan kegiatan kemanusiaan. Megawangi (2010) menyebutkan urutan pertama dalam pilar pendidikan karakter adalah Cinta tuhan dan alam semesta beserta isinya. Hal ini berarti bahwa kegiatan keagamaan menjadi pelaksanaan pendidikan karakter yang sangat penting. Namun demikian, kegiatan keagamaan di lokasi penelitian tidak optimal. Hanya beberapa warga sekolah yang terbiasa melaksanakan sholat berjamaah di mushola. Persamaan dengan penelitian Raihani (2007) adalah otonomi pendidikan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa reformasi pendidikan ditandai dengan otonomi pendidikan dimana sekolah menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Hal ini berarti sekolah mempunyai kewenangan dalam mengelola lembaga pendidikan, termasuk kegiatan yang berlangsung di sekolah. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa sekolah memanfaatkan fasilitas pendidikan dalam
17
pelaksanaan pendidikan karakter. Salah satunya adalah mushola sekolah yang menunjang aspek religius dalam pendidikan karakter. 3.
Penilaian guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri, Pendapat peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah Penilaian. Penilaian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian peserta didik antara lain : (1) Penilaian ditujukan untuk mengukur pencampaian kompetensi, (2) Penilaian mengunakan acuan kreteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, (3) Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan, (4) Hasil penilaian ditindak lanjuti dengan
program
remidiasi
bagi
peserta
didik
yang
pencapaian
kompetensinya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), (5) Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Adapun Instrument penilaian dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)
dapat
berwujud
evaluasi
yang
proses
pengukurannya dapat dilakukan melalui tes lesan dan tes tertulis atau tidak melalui tes (nontes) misalnya observasi dan pemberian tugas individu dan kelompok. Kesuma (2011: 138) menjelaskan tujuan evaluasi pendidikan karakter sebagai berikut : (1) Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu, (2) Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru, (3) Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak, baik pada seting kelas, sekolah maupun rumah. Melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi tentang Penilaian guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan
18
Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri diperoleh data bahwa penilaian diawali dengan melakukan tes lesan, tes tertulis, tes pemberian tugas individu dan kelompok, dan tes observasi. (1) Tes lesan dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep, prinsip kompetensi dasar pada tahap tertentu telah dikuasai atau belum, (2) Tes tertulis dilakukan pada saat pelaksanaan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan
peserta didik terhadap aspek cognitif (
pengetahuan akademik ) Bentuk instrumennya meliputi : pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif, jawaban singkat, menjodohkan, dan benar-salah, (3) Tes pemberian tugas individu dan kelompok dilakukan setelah pembelajaran berlangsung selama dua minggu dengan tujuan untuk mengetahui aspek afektif pada karakter tanggung jawab, kedisiplinan dan kebersamaan, (4) Tes observasi berupa lembar pengamatan dilakukan pada studi lapangan misalnya pada saat jajak pendapat, kegiatan ibadah, kegiatan ekstra, kegiatan upacara bendera, kegiatan social dan lain - lain, dengan tujuan untuk mengetahui perubahan tingkah laku (aspek Psikomotor) peserta didik. mengikuti sosialisasi, mengikuti bimbingan dan pelatihan pendidikan karakter melalui diklat dan kegiatan kedinasan secara internal dan berkelanjutan.
Simpulan Penelitian ini mengambil judul Pengelolaan Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) (Studi Situs SMP Negeri 5 Wonogiri). Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana perencanaan guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri? (2) Bagaimana pelaksanaan guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan
19
Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri? dan (3) Bagaimana penilaian guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri? Selaras dengan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan, serta mengacu pada kajian teori yang dikemukakan para pakar, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Perencanaan
guru
dalam
menerapkan
pendidikan
karakter
pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri antara lain perencanaan diawali dari guru mengikuti sosialisasi, mengikuti bimbingan dan pelatihan pendidikan karakter melalui diklat dan kegiatan kedinasan secara internal dan berkelanjutan, guru melakukan koordinasi dengan sesama guru pengampu mata pelajaran, guru menyusun instrument pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan pendidikan karakter, guru menggunakan fasilitas dan media pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan.
2. Pelaksanaan
guru
dalam
menerapkan
pendidikan
karakter
pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri. Diawali dari guru itu sendiri harus dapat memberi contoh yang baik bagi rekan kerja maupun bagi siswanya. Adapun Pelaksanaannya dapat diterapkan di dalam proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas sesuai dengan perencanaan silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dipersiapkan, selain itu sekolah melaksanakan kegiatan rutin dan kegiatan insidental yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan karakter antara lain melalui kegiatan upacara bendera setiap hari senin, kegiatan Jum,at bersih, kegiatan kerohanian, kegiatan sosial dan kegiatan kemanusiaan. Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pendidikan karakter adalah ketergantungan dengan materi sehingga hanya beberapa aspek pendidikan karakter yang diterapkan secara intensif dan beberapa aspek lainnya tidak dapat diterapkan secara optimal.
20
3. Penilaian guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 5 Wonogiri. Penilaian diawali dengan melakukan tes lesan, tes tertulis, tes pemberian tugas individu dan kelompok, dan tes observasi. (1) Tes lesan dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep, prinsip kompetensi dasar pada tahap tertentu telah dikuasai atau belum, (2) Tes tertulis dilakukan pada saat pelaksanaan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap aspek cognitif ( pengetahuan akademik ) Bentuk instrumennya meliputi : pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif, jawaban singkat, menjodohkan, dan benar-salah, (3) Tes pemberian tugas individu dan kelompok dilakukan setelah pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui aspek afektif pada karakter tanggung jawab, kedisiplinan dan kebersamaan, (4) Tes observasi berupa lembar pengamatan dilakukan pada studi lapangan misalnya pada saat jajak pendapat, kegiatan ibadah, kegiatan ekstra, kegiatan upacara bendera, kegiatan social dan lain - lain, dengan tujuan untuk mengetahui perubahan tingkah laku (aspek Psikomotor) peserta didik.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media. Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press. Azra, Azyumardi. 2010. Pendidikan Karakter: Peran Gerakan Perempuan. Artikel Internet. Chen, Kaili dan Soon, Tan Che, 2006. “Education and Services for Children and Youth with Emotional and Behavioral Disorders in Singapore”. Heldref Publications.
21
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Howard, Judith, 2007. “Curriculum Development”. Center for the Advancement of Teaching and Learning, Elon University. Kesuma, Dharma; Triatna, Cepi; dan Permana, Johar. 2011. Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Maliki, Zainuddin 2008. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Megawangi, Ratna. 2010. Pengembangan Program Pendidikan Karakter di Sekolah: Pengalaman Sekolah Karakter. Artikel Internet. Miles, Susie dan Singal, Nidhi, 2010. “The Education for All and Inclusive Education Debate : conflict, contradiction or opportunity”. International Journal of Inclusive Education, volume 14, number 1, p. 1-15. Opertti, Renato, 2008. “Competency-based Curriculum Development : Some Lessons from Other Regions”. Association for the Development of Education in Africa (ADEA). Raihani, 2007. “Education Reforms in Indonesia in the twenty-first century”. International Education Journal, volume 1, number 8, p. 172-183. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudrajat, Ahmad. 2010. Konsep Pendidikan Karakter. Artikel Internet. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta: Fairuz Media. Suyanto. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter. Artikel Internet. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.