PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU GUGUS PATI UNUS KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Disusun Oleh : NUR AGUNG WIBOWO NIM : Q 100 100 108 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2012
Naskah Publikasi Berjudul
PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU GUGUS PATI UNUS KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN Telah disetujui oleh : Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Markhamah, M.Hum.
Drs. Sigit Haryanto, M.Hum.
PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU GUGUS PATI UNUS KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN Oleh Nur Agung Wibowo 1, Markhamah 2, dan Sigit Haryanto 3 1
Guru SDN 1 Cekel, 2 Staf Pengajar UMS, 3 Staf Pengajar UMS abstract
The purposes of this study were (1) to describe the process of programming at KKG Program Bermutu Grade Pati Unus Cluster, (2) to describe the process of implementation in KKG Program Bermutu Cluster Grade Pati Unus. (3) To describe the level of discipline participants KKG Program Bernutu cluster grade Pati Unus, and (4) to describe the interactions that occur in KKG Program Bermutu Cluster Grade Pati Unus. The type of this research is a qualitative research in ethnographic research design. The research location is KKG Force Pati Unus District Karangrayung Grobogan, which is located in the village of SD Negeri 2 Telawah Telawah, District Karangrayung, Grobogan district. The informant is a caretaker KKG, teacher guides and members of KKG. Data collection techniques use observation, interview and documentation. Model analysis of the data in this study uses a descriptive method of Miles, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study are (1) program KKG in the phase II in 2011 systematically guidelines implementation KKG Quality Program. KKG programming mechanism by cluster administrators and teacher guides, the analysis of needs without the direct involvement of teachers as participants and users of the KKG, (2) carried out in accordance with the provisions of KKG. Special interests that coincide with the official schedule of activities do not result in the implementation of activities in accordance with the action plan that had been developed, (3) the level of discipline in following the teacher's KKG is low, most of the teachers come to school core slower than scheduled commencement of the implementation of KKG, and (4) Interaction is dominant in both directions, in which the teacher guides and resource materials to deliver a lecture and question and answer. The intensity in group work is small. Participants tend to be passive in the implementation of activities.
Keywords: Work Programme, implementation of. activities, discipline members, and interaction
1
Pendahuluan
Kualitas pendidikan di Indonesia terutama di tingkat sekolah dasar menjadi
perhatian serius pemerintah. Seiring dengan upaya peningkatan kesejahteraan guru melalui sertifikasi diharapkan kinerja guru semakin baik. Berbagai upaya peningkatan kualitas guru telah dilakukan, antara lain melalui pelatihan, seminar, dan loka karya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Tetapi dalam kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang melakukan kesalahan‐kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Oleh karena itu dibutuhkan media yang dapat membantu para guru untuk mengidentifikasi permasalahan dan berupaya menemukan pemecahan sendiri melalui kegiatan diskusi dalam kelompok kerja, sekaligus merupakan media pembinaan oleh pemerintah.
Berdasarkan Surat Keputusaan Dirjen Dikdasmen Nomor: 079/C/Kep. I / 93,
tanggal 7 April 1993 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru melalui Pembentukan Gugus Sekolah di Sekolah Dasar, pemerintah berusaha menyediakan media pembinaan profesional guru sampai pada tingkat paling bawah. Sebagai wujud nyata upaya meningkatkan profesionalisme guru pada setiap gugus sekolah dibentuk Kelompok Kerja Guru (KKG).
Keberadaan KKG sebagai wadah atau forum profesional guru di gugus
sekolah, kecamatan maupun di tingkat kabupaten/kota memegang peranan penting dan strategis untuk meningkatkan kompetensi guru sehingga guru lebih
2
profesional. Namun berbagai permasalahan masih menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan KKG, sehingga tidak semua KKG dapat berkembang sesuai harapan.
Permasalahan utama yang sering menjadi kendala, antara lain adalah: (1)
Manajemen KKG, kurang berfungsi secara optimal, (2) Program‐program KKG, kurang menyentuh dan kurang signifikan, (3) Dana pendukung operasional KKG, kurang proporsional, (4) Rendahnya perhatian dan kontribusi pemerintah kabupaten/kota melalui dinas pendidikan terkait dengan KKG, (5) Rendahnya dukungan asosiasi profesi terhadap KKG, dan (6) Kurang diberdayakan eksistensi dan signifikansi KKG dalam peningkatan mutu pembelajaran yang berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional Menyikapi hal tersebut di atas pemerintah dalam hal ini bidang PMPTK Dinas Pendidikan dan LPMP bekerja sama dengan pemerintah kerajaan Inggris berusaha merevitalisasi keberadaan KKG melalui program BERMUTU (Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading ).
Menurut Baedhowi dalam Indrawati (2009), Program Bermutu merupakan upaya
sistematis dalam meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh dengan melibatkan berbagai institusi, baik di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten. Upaya peningkatan mutu ini tidak terhenti sampai dengan kabupaten, tetapi memberdayakan forum Asosiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada unit terkecil, yaitu KKG (Kelompok Kerja Guru).
3
Melalui program KKG Bermutu diharapkan berbagai permasalahan yang
menjadi kendala sebagaimana disebutkan di atas dapat diminimalkan. KKG Program Bermutu dipandang sangat strategis untuk meningkatkan mutu guru.
Pengelolaan KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan menarik untuk diteliti karena : (1) Merupakan pemberdayaan yang hasilnya dianggap mampu menutup berbagai permasalahan KKG yang tidak memanfaatkan Program Bermutu, (2) Program Bermutu baru dikembangkan di 16 Provinsi termasuk Jawa Tengah, 75 Kabupaten di seluruh Indonesia. Dan di Jawa Tengah hanya 10 Kabupaten, termasuk Kabupaten Grobogan (Kabid PMPTK Kabupaten Grobogan), dan (3) Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan tahap pertama yang dilaksanakan pada tahun 2010 pengelolaan KKG Program Bermutu di Kabupaten Grobogan dinyatakan sangat memuaskan ( Kabid PMPTK Kabupaten Grobogan).
Pokok permasalahannya adalah Bagaimana Pengelolaaan KKG Program
Bermutu Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung sehingga dapat menjadi media bagi pengembangan professional guru ?
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, tujuan penelitian ini
adalah : (1) Untuk mendeskripsikan proses penyusunan program di KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus, (2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan di KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus, (3) Untuk mendeskripsikan tingkat kedisiplinan peserta KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus, dan (4) Untuk
4
mendeskripsikan interaksi yang terjadi dalam KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai bahan
masukan bagi pengelola KKG, kepala sekolah, dan pengawas di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan dalam upaya peningkatan pengelolaan pengelolaan KKG yang efektif.
Penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini adalah : (1) Aileen
Kennedy (2007), pembangunan profesi berkelanjutan didomonasi gagasan yang profesional dengan melaksanakan pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), konsep profesionalisme yang demokratis mengutamakan hubungan antar individu dalam suatu kerjasama yang harmonis. (2) Djoko Andrijono (2008) menyampaikan bahwa mekanisme pelaksanaan kegiatan KKG untuk meningkatkan profesionalisme guru SD, sesuai dengan pola yang diterapkan oleh ketua KKG dengan cara menyampaikan surat undangan yang ditandatangani ketua KKG dan Ketua Gugus. Penyusunan surat undangan disesuaikan dengan jadwal kegiatan KKG yang tercantum dalam program kerja KKG. Surat undangan yang dibuat oleh ketua KKG bersifat mengingatkan bagi para guru. Sedangkan strategi kegiatan KKG untuk pemberian tugas kepada guru menggunakan metode diskusi kelompok, strategi kegiatan KKG yang lain yaitu pemberian pengarahan menggunakan metode ceramah, apabila ada guru‐guru yang belum mengerti menggunakan metode tanya jawab. (3) Dowson Sinclair (2006:421), untuk mengembangkan profesionalisme guru dilakukan melalui kerja sama antar guru
5
atau melalui organisasi Kelompok Kerja Guru (KKG). KKG dijadikan wahana merencanakan pengembangan professional guru. Hasil survey guru yang mengikuti KKG memiliki dedikasi yang lebih tinggi terhadap tugasnya dibanding guru yang tidak mengikuti KKG. (4) Erwin Rosilawati (2009), Hasil penelitian menunjukkan para guru berpendapat bahwa KKG berperan pada peningkatan kompetensi matematika guru sekolah dasar, terutama penggunaan materi ajar, pengelolaan belajar mengajar, pemanfaatan alat peraga/media, lembar kerja dan lembar tugas. KKG juga dapat mengubah sikap dan meningkatkan hasil belajar siswa. (5) I Wayan Adnyana (2010) menyimpulkan, dari fenomena yang ditemui di lapangan , mayoritas Peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) hadir dalam setiap pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG), meski begitu ada beberapa peserta yang hadir setelah jam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dimulai, peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) terlihat tidak aktif dalam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG), narasumber dalam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) berasal dari perangkat gugus, dan narasumber menyajikan materi dengan metode ceramah dan diskusi. (6) Silverman Shurman, Regis (2007), menyatakan bahwa pengembangan professional guru sekarang ini dapat melalui berbagai wadah. Wadah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan professional guru dengan tujuan untuk membangun hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam jaring komunitas guru dengan guru. (7) Settiyo Budi Rahayu (2010) menyimpulkan bahwa dari data penelitian menunjukkan kegiatan kelompok kerja guru matematika dalam pelaksanaan
6
kurikulum tingkat satuan pendidikan pada sekolah dasar di Kecamatan Jembrana adalah kategori negative, ditinjau dari proses. (8) Urip (2006) menyampaikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh KKG Gugus Kresna adalah penyampaian hasil pelatihan/ penataran oleh pemandu yang sudah ditatar/ dilatih di tingkat kabupaten maupun propinsi. Kegiatan tersebut belum dapat meningkatkan kinerja guru. Untuk meningkatkan kinerja guru KKG Gugus Kresna mengadakan penyampaian hasil penataran/ pelatihan oleh pemandu yang sudah ditatar di tingkat kabupaten maupun propinsi dan pembinaan oleh pengawas yang disampaikan pada waktu kegiatan KKG. Kegiatan ini kurang efektif karena waktu yang tersedia hanya sedikit sedangkan materi yang harus disampaikan sangat banyak. (9) Vico Benzito (2008), mengungkapkan bahwa Kegiatan KKG sebagai salah satu wadah dalam pembinaan profesional guru dilaksanakan dua kali dalam sebulan yang mayoritas peserta hadir sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaan KKG terlihat peserta kurang berpartisipasi aktif padahal narasumber yang memberikan materi berasal dari perangkat gugus itu sendiri yang harusnya labih mengenal karakteristik dari peserta itu sendiri. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
etnografi. Penelitian dipusatkan pada deskripsi data yang berupa kalimat‐kalimat yang memiliki arti mendalam yang berasal dari informan dan perilaku yang
7
diamati. Penelitian dilakukan di KKG Gugus Pati Unus UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan dengan pusat kegiatannya di SDN 2 Telawah yang merupakan SD Inti.
Data utama berupa kata‐kata hasil wawancara mendalam atau ucapan dan
perilaku orang yang diamati dan diwawancarai. Data pendukung berwujud dokumen atau bukti fisik (non manusia). Data pendukung bersumber dari dokumen‐dokumen resmi yang ada di Pusat Kegiatan Guru Gugus Pati Unus yang bertempat di SDN 2 Telawah Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan selaku SD Inti. Dalam penelitian ini sumber data berupa informasi dari pengurus dan anggota KKG Gugus Pati Unus, peristiwa/aktifitas, arsip, dan dokumen berupa catatan rekaman, Laporan Kegiatan, gambar foto, lembar observasi, serta bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah gabungan atau triangulasi, Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang utama menggunakan wawancara mendalam terhadap pengurus KKG, guru pemandu, peserta KKG, dan pihak terkait. Didukung observasi partisipasi aktif terhadap kegiatan KKG, dalam penelitian ini peneliti ikut melakukan kegiatan nara sumber tetapi tidak secara lengkap. Dokumentasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah AD/ART KKG, Daftar anggota, catatan kehadiran, Proposal KKG, Laporan kegiatan KKG, porto folio hasil kegiatan, dan foto kegiatan.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang
proses penelitian berlangsung. Analisis penelitian ini diawali dengan melakukan
8
kajian terhadap penelitian terdahulu tentang KKG. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dari Miles dan Huberman (2005:16) dengan tiga prosedur yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan kesimpulan/verifikasi. Selanjutnya untuk menentukan validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas, dan obyektifitas. digunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi peneliti. Di samping itu didukung dengan review informan. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi menunjukkan bahwa
Dengan adanya bantuan dana dari lewat Program Bermutu, konsekuensinya penyusunan program harus mengikuti pedoman yang telah ditetapkan. Berdasarkan Pendoman Pengelolaan KKG Program BERMUTU , penyusunan program kegiatan dilakukan oleh pengurus KKG bersama guru pemandu dan anggota.
Berdasarkan proposal dan laporan, kegiatan KKG Gugus Pati Unus pada
tahun pelajaran 2011/2012 melaksanakan KKG Program Bermutu tahap kedua. Sesuai Pedoman maka kegiatan dimulai dengan pelaksanaan kegiatan Inservice selama satu hari. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan onservice selama 16 kali pertemuan. Kegiatan onservice dilaksanakan setiap hari sabtu, mulai tanggal 15 Oktober 2011 sampai dengan 24 Maret 2012.
9
Materi kegiatan inservice meliputi: Kebijakan Pemerintah, Penilaian Kinerja
Guru (PKG), Penilaian Kinerja Berkelanjutan (PKB), dan Program Induksi Guru Pemula (PIGP). Sedangkan materi kegiatan onservice melanjutkan materi inservice yang belum selesai (PKG,PKB, PIGP), KTSP berkarakter bandsa, PTK, TIK, pembelajaran tematik, dan studi visit.
Program kegiatan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketepatan program kegiatan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu dalam proses penyusunan program keterlibatan anggota menjadi unsur yang perlu diperhatikan agar semua unsur yang terlibat dalam kegiatan merasa memiliki kepentingan terhadap tercapainya tujuan organisasi.
Proses penyusunan program KKG Gugus Pati Unus Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan dilakukan berdasarkan Pedoman KKG Bermutu. Dalam proses penyusunannya dilakukan oleh pengurus KKG bersama dengan guru pemandu. Program kegiatan KKG tersebut memuat materi yang dibutuhkan dalam pengembangan professional guru. Dengan demikian KKG dapat dijadikan wahana pengembangan profesi bagi guru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan Dawson Sinclair (2006:421) bahwa untuk mengembangkan profesionalisme guru dilakukan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). KKG dijadikan wahana merencanakan pengembangan professional guru.
10
Demikian juga hasil penelitian Shurman, Silverman, Regis (2007) bahwa
pengembangan professional guru sekarang ini dapat melalui berbagai wadah. Wadah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan professional guru.
Program KKG yang disusun sudah memenuhi kebutuhan professional guru
meskipun masih ada kekurangan. Kondisi ini sesuai dengan tulisan Nana Rukmana (2010) tentang Peran Kelompok Kerja Guru sebagai Sarana Belajar Para Pendidik Profesional, bahwa Program KKG Bermutu merupakan ramuan program yang mampu memenuhi kebutuhan professional para guru.
Pelaksanaan program KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan yang mengikuti program bermutu, sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Kondisi jalan dan pengaturan jadwal kegiatan yang tidak sinkron dengan jadwal pelajaran di sekolah mengakibatkan pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun.
Kegiatan KKG dilaksanakan sesuai dengan pedoman KKG Bermutu, yaitu
sebanyak 1 kali inservis selama 10 jam dan 16 kali on servis. Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu. Pelaksanaan kegiatan KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus Kabupaten Grobogan sesuai dengan pedoman Ditjen Pendidikan yaitu KKG dilaksanakan satu minggu satu kali.. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian Vico Benzito (2008) di Gugus III SD No 14 Gurun Lawas yang menyatakan bahwa pelaksanaan KKG diadakan dua kali dalam satu bulan.
11
Mekanisme kegiatan KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan dilaksanakan dengan menyampaikan undangan yang ditandatangani oleh ketua KKG. Surat undangan hanya bersifat mengingatkan tentang pelaksanaan KKG kepada anggota. Mekanisme ini sesuai dengan hasil penelitian Djoko Andrijono (2008), bahwa mekanisme pelaksanaan kegiatan KKG untuk meningkatkan profesionalisme guru SD, sesuai dengan pola yang diterapkan oleh ketua KKG dengan cara menyampaikan surat undangan yang ditandatangani ketua KKG dan Ketua Gugus. Penyusunan surat undangan disesuaikan dengan jadwal kegiatan KKG yang tercantum dalam program kerja KKG. Surat undangan yang dibuat oleh ketua KKG bersifat mengingatkan bagi para guru.
Pelaksanaan kegiatan KKG dirasakan kurang efektif, karena kegiatan sering
dilaksanakan tidak tepat waktu. Temuan di lapangan hampir setiap awal kegiatan selalu mundur dari waktu yang ditentukan, rata‐rata lebih 30 menit lebih lambat disbanding jadwal kegiatan. Kenyataan ini selaras dengan hasil penelitian Urip (2006), bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh KKG Gugus Kresna adalah penyampaian hasil pelatihan/penataran oleh pemandu yang sudah ditatar/dilatih di tingkat kabupaten maupun provinsi dan pembinaan oleh pengawas. Kegiatan tersebut belum dapat meningkatkan kinerja guru. Kegiatan ini kurang efektif, karena waktu yang tersedia hanya sedikit sedangkan materi yang harus disampaikan sangat banyak.
12
Peserta KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan belum menunjukkan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Indikasi dari rendahnya tingkat kedisiplinan anggota dapat dilihat dari tingkat ketidakhadiran, ketepatan waktu kedatangan, maupun jumlah ijin pada saat kegiatan. Rata‐rata tingkat absensi mencapai 26,53 %.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan I Wayan Adnyana (2010) bahwa
Dari fenomena yang ditemui di lapangan , mayoritas Peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) hadir dalam setiap pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG). Meskipun begitu ada beberapa peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) yang hadir setelah jam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dimulai.
Kondisi seperti ini sangat berpengaruh dalam proses kegiatan KKG, karena
keterlambatan memulai kegiatan secara otomatis akan mengurangi alokasi waktu yang telah ditentukan. Hal ini juga disampaikan Vico Benzito (2008), bahwa Dalam pelaksanaan KKG terlihat peserta kurang berpartisipasi aktif padahal narasumber yang memberikan materi berasal dari perangkat gugus itu sendiri yang harusnya lebih mengenal karakteristik dari peserta itu sendiri. selain itu aspek pembinaan profesional yang menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG ini adalah aspek aspek yang bekaitan langsung dengan peningkatan mutu pembelajaran seperti, aspek penguasaan kurikulum, penguasaan materi, penggunaan metoda dan teknik evaluasi. Sedangkan aspek yang menyangkut
13
pembinaan kepribadian guru seperti disiplin dalam arti luas dan komitmen terhadap tugas tidak terlalu menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG.
Proses interaksi dalam KKG seharusnya terjalin multi arah, baik antar
anggota, anggota dengan guru pemandu/nara sumber, maupun antara anggota dengan pengurus, sehingga tercipta suasana kerja kelompok dalam rangka saling membantu dan bertukar pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk mengembangkan kemampuan professional sebagai guru.
Hasil temuan pada kegiatan KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan pada tahap kedua, interaksi cenderung terjalin satu arah, karena lebih sering menggunakan metode ceramah diselingi dengan tanya jawab. Dalam 16 kali pertemuan pertanyaan yang muncul sebanyak 40 pertanyaan, atau rata‐rata pertanyaan yang muncul dalam setiap pertemuan 2,5.
Peran guru pemandu dan nara sumber cenderung dominan. Kemampuan
guru pemandu untuk menciptakan suasana kerja kelompok belum nampak jelas. Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian I Wayan Adnyana(2010) menyampaikan, bahwa peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) terlihat tidak aktif dalam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG), narasumber dalam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) berasal dari perangkat gugus, dan narasumber menyajikan materi dengan metode ceramah dan diskusi.
14
Simpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Program
KKG di Gugus Pati Unus UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan pada tahap II tahun 2011 disusun secara sistematis sesuai pedoman penyelenggaraan KKG Program Bermutu. Mekanisme penyusunan program KKG dilakukan oleh pengurus gugus dan Guru Pemandu. Proses analisisa kebutuhan dalam penyusunan program kegiatan tanpa keterlibatan langsung guru sebagai peserta dan pengguna hasil KKG.
Tingkat kedisiplinan guru dalam mengikuti KKG termasuk rendah.
Sebagian besar guru datang ke SD Inti lebih lambat dari jadwal dimulainya pelaksanaan KKG. Di samping itu angka ketidakhadiran peserta dalam pelaksanaan KKG temasuk tinggi.
Interaksi yang terjadi cenderung satu arah dua arah, di mana guru
pemandu dan nara sumber menyampaikan materi dengan metode ceramah dan Tanya jawab. Intensitas kerja kelompok termasuk kecil. Guru sebagai peserta KKG cenderung pasif dalam pelaksanaan kegiatan, karena materi KKG Bermutu yang pada tahap kedua lebih ditekankan Penilaian Kinerja Guru dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan materi baru yang cukup sulit untuk dipahami peserta KKG. Disamping itu Guru Pemandu kurang mampu mengemas dengan metode yang bervariasi, sehingga suasana KKG seperti kegiatan penataran dan bukan kelompok kerja.
15
Daftar Pustaka Depdikbud. 1995/1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. 1994/1995. Peran dan Fungsi Pusat Kegiatan Guru (PKG) dalam Sistem Pembinaan Profesional Guru. Jakarta: Depdikbud. 1995/1996. Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas. 2008. Pedoman Operasional KKG dan MGMP. Jakarta: Depdiknas. 2008. Standar Pengembangan KKG dan MGMP. Jakarta: Depdiknas. 2009. Pedoman Dana Bantuan Langsung KKG dan Forum KKG. Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.Depdiknas. Djoko Andrijono,2011. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar melalui Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Studi Situs pada Tiga Gugus Sekolah Dasar di Kota Malang).
http://karya Ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/14993.
Dwiningsih,N, 2001. Strategi Operasi dalam Lingkungan Global,STEKPI,Jakarta. Ishak, 2007. Pengantar Manajemen Operasi (E‐Learning), Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan (http: Libraryusu.ac.id) Fattah, Nanang. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andira. Hasibuan Botung, 2008.Pengertian dan Sejarah Berdirinya KKG ( Kelompok Kerja Guru ).Menbangun Dunia Pendidikan 23:49.April 2008 Harsono dan Joko Susilo,M. 2010. Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan Kualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kennedy, Aileen. 2007. Research Papers In Education, Volume: 22. No. March. 2007.pp.55‐111
16
Miles, Matthes B dan Huberman, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI‐Press. Moleong, J.Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhammad Ibnu Sholeh, 2012. Pengertian, Fungsi Ilmu Manajemen, Perkembangan Manajemen Pendidikan, Perkembangan Manajemen dan Aplikasinya di Dunia Pendidikan Indonesia, 17 Juli 2012 Blog UIN Malang. Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:Remaja Rosdakarya. Nana Rukmana. 2012. Peran Kelompok Kerja Guru sebagai Sarana Belajar Peara Pendidik Profesional. Mebermut.org/media.php? modul… id=49. Roosilawati, Erwin, 2009. Peranan Kelompok Kerja Guru dalam Peningkatan Kompetensi Matematika Guru Sekolah Dasar. Widyatama. Vol 6: No 1 Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar‐Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Shuman, Silverman, & Regis (2007) Promoting Engogement and Supporting Leadership Development On Line Teacher Profesional Development at the Match Forum Sinclair, Cathrim & Dowson, Martin. 2006. Teaching and Teacher Education, Vol: 22. 263‐279 Sugiyono 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Urip. 2006. Peran KKG dalam meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Gugus Kresna Kecamatan Loano Purworejo,etd.eprits.ums.ac.id Vico Benzito.2008, Pembinaan Profesional Guru Melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). KKG Gugus 04 blogspot.com