PENGELOLAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DI BMT ESQ MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2012 Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh: BURHANI ASH-SHIDDIQI NIM. 107046101892 KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
PENGELOLAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DI BMT ESQ MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2014
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh: BURHANI ASH-SHIDDIQI NIM. 107046101892
Di bawah bimbingan: Pembimbing
Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA NIP. 195406181981031005 KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Pengelolaan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012”, telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Tangerang Selatan, 16 April 2014 Dekan,
Dr. Phil. JM Muslimin, MA NIP. 196808121999031014 Ketua Sekretaris
: :
Pembimbing : Penguji I Penguji II
: :
Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002
(…………………………)
Mu’min Rauf, MA NIP. 197004161997031004
(…………………………)
Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA NIP. 195406181981031005
(…………………………)
Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002
(…………………………)
Muh. Fudhail Rahman, Lc, MA NIP. 1975081020091210011
(…………………………)
ABSTRAK Nama lengkap penulis ialah Burhani Ash-shiddiqi dengan nomor induk mahasiswa 107046101892. Skripsi ini diberi judul “Pengelolaan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012”. Sebagai salah satu syarat untuk dapat lulus dari Konsentrasi Perbankan Syari’ah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan di tahun 2014. Skripsi ini memiliki tebal x + 83 halaman + 2 lampiran. Telah sekitar dua tahun Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 diberlakukan. Seharusnya seluruh Koperasi termasuk KJKS sudah memahami sehingga bisa melaksanakan peraturan di dalamnya. Berjalannya kegiatan usaha di KJKS ini sesuai dengan peraturan tentunya sangat diharapkan agar aktifitas menjadi tertib. Maka dari itu, perlu untuk ditelaah lebih jauh apakah KJKS dalam hal ini BMT telah taat pada Kepmeneg tersebut. Karena hal ini dapat menimbulkan banyaknya ruang abu-abu dan multi interpretatif yang akan menggiring pada pelemahan KJKS. Penelitian yang penulis lakukan adalah bertujuan untuk mencari kemudian dapat membuktikan apakah pengelolaan dan pembagian SHU di BMT ESQ telah sesuai dengan UndangUndang-Undang No. 17 Tahun 2012. Menggunakan pendekatan kualitatif dan naturalistik. Penelitian ini merupakan studi kasus. Baik Data Primer maupun Data Sekunder penulis kumpulkan untuk penelitian ini. Data primer tersebut berupa berjenis data lapangan (hasil observasi dan wawancara) dan data tertulis/rekaman (dokumen tertulis dari pihak BMT ESQ). Sedangkan Data Sekunder berupa buku literatur dan artikel yang diunduh dari internet. Untuk memperoleh catatan lapangan, peneliti akan melaksanakan wawancara mendalam (in-depth) dan terbuka secara face to face terhadap informan kunci (key informant) yakni Manajer BMT ESQ. Selain itu penulis juga akan melakukan observasi. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan model analisis data yang diajukan Huberman dan Miles yang disebut sebagai model interaktif. Dan dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa, kecuali pada stempel serta kop surat yang menggunakan nama “BMT ESQ” yang belum sesuai dengan regulasi, dan penggunaan SHU yang keseluruhannya dimasukkan ke Dana Modal Cadangan. Halhal mengenai pengelolaan dan penggunaan pendapatan/pembagian SHU di BMT ESQ lainnya telah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Kata Kunci
: Pengelolaan, SHU, BMT
Pembimbing
: Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA
Tahun Daftar Pustaka : 1945 - 2014
KATA PENGANTAR Bismillaahirrohmaanirrohiim. Puji syukur ke hadhirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, Islam dan ihsan. Sholawat salam kepada Nabi Muhammad saw yang telah membawa umat manusia dari kegelapan menuju terang benderang. Melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga skripsi yang berjudul “Pengelolaan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2012” ini dapat terselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah. Berikut para pihak yang telah berjasa tersebut: 1. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum, Dr. Phil. JM Muslimin, MA. 2. Ketua Program Studi Muamalat, Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Sekretaris Program Studi Muamalat, Mu’min Rauf, MA. 3. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA. 4. Penanggungjawab Pengelola Harian BMT ESQ, Rudi Sugiarto, S.E.Sy. 5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum serta Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Mamah, Siti Hikayah Setiawati dan Ayah, Nur Ibad yang mendukung dana penyelesaian skripsi ini.
v
7. Ceuceu, Atiq Hadiqoh, A.M.Keb yang membeli laptop agar saya bisa lebih cepat menyelesaikan skripsi ini. 8. Kopma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Teater Syahid yang komputernya pernah cukup sering saya gunakan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Demikianlah kata pengantar ini saya sampaikan. Semoga yang telah membantu mendapat pahala kebaikan. Dan mudah-mudahan karya ini membawa manfaat yang seluas-luasnya, diridhoi, dan diberkahi Allah SWT. Aamiin. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Tangerang Selatan, 12 Maret 2014 Penulis
vi
DAFTAR ISI
Abstrak ...................................................................................................................... iv Kata Pengantar ........................................................................................................ v BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8 D. Perumusan Masalah ................................................................................. 9 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 9 F. Review Studi Terdahulu ........................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 15 BAB II: LANDASAN TEORI ............................................................................... 16 A. Tinjauan tentang Koperasi ..................................................................... 17 1. Pengertian Koperasi ......................................................................... 17 2. Identitas Koperasi ............................................................................. 18
vii
a. Definisi ....................................................................................... 18 b. Nilai-Nilai .................................................................................. 18 c. Prinsip-Prinsip ............................................................................ 19 3. Perangkat Organisasi Koperasi ........................................................ 19 a. Rapat Anggota ............................................................................ 20 b. Pengurus ..................................................................................... 21 c. Pengawas .................................................................................... 25 4. Manajemen Koperasi ....................................................................... 26 a. Pengelola (Manajer) ................................................................... 28 b. Fungsi Utama Manajer ............................................................... 29 c. Perlunya Manajer dalam Koperasi ............................................. 30 d. Hubungan Kerja Antara Pengelola dan Pengurus ...................... 31 B. Koperasi Syariah .................................................................................... 31 1. Nilai-Nilai Koperasi Syariah ............................................................ 32 2. Prinsip-Prinsip Koperasi Syariah ..................................................... 33 3. Dewan Pengawas Syariah ................................................................ 33
viii
4. Koperasi Jasa Keuangan Syariah ..................................................... 34 C. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ............................................................ 35 1. Pengertian BMT ............................................................................... 35 2. TujuandanPrinsip BMT .................................................................... 36 3. Ciri-CiridanPeran BMT ................................................................... 37 4. Sejarah BMT di Indonesia ............................................................... 38 5. Jenis Aktifitas BMT ......................................................................... 39 6. Perbedaan BMT dan KSP ................................................................ 40 D. Sisa Hasil Usaha ..................................................................................... 41 1. Pendapatan Koperasi ........................................................................ 41 2. SHU Koperasi .................................................................................. 42
E. Tinjauan Syariah .................................................................................... 43 1. Teori Manajemen dalam Islam ......................................................... 43 a. Karakteristik Teori ..................................................................... 43 b. Konsep Syuro, Musyarakah, dan Kemuliaan Manusia .............. 44
ix
c. Konsen terhadap Kekuasaan Resmi dan Pengorganisasian, dan Taat kepada Kebaikan ......................................................... 45 2. Koperasi dalam Fiqh Muamalah ...................................................... 48 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 51 A. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 51 B. Jenis dan Data Penelitian ....................................................................... 52 C. Teknik Pengumpulan Data dan Subjek-Objek Penelitian ...................... 52 D. Teknik Pengolahan Data dan Metode Analisis ...................................... 54 E. Profil BMT ESQ .................................................................................... 55 1. Visi dan Misi .................................................................................... 56 2. Sasaran ............................................................................................. 56 3. Produk BMT ESQ ............................................................................ 57 4. Pengelolaan BMT ESQ .................................................................... 59 BAB IV: PENGELOLAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DI BMT ESQ MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2012 ............................ 60 A. Pengelolaan dan Pembagian SHU KJKS Menurut UU No. 17 Tahun 2014 ........................................................................................................ 60
x
B. Pengelolaan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ ................ 68 C. Penerapan UU No. 17 Tahun 2012 pada Pengelolaan dan Pembagian SHU di BMT ESQ .............................................................. 71 BAB V: PENUTUP ................................................................................................ 77 A. Kesimpulan .............................................................................................. 77 B. Saran ........................................................................................................ 78 Daftar Pustaka .......................................................................................................... 80
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagai manifesto kemerdekaan bangsa Indonesia, dan juga UUD 1945 sebagai konsitusi yang didasarkan pada kedaulatan rakyat. Maka tentu selayaknya kebangsaan dan kerakyatanlah yang menjadi sokoguru bagi segala kegiatan penyelenggaraan Negara Indonesia, termasuk pula halnya dengan penyelenggaraan perekonomian nasional. Perlu dibangunnya perekonomian rakyat bukanlah sekedar suatu pemihakan kepada rakyat, tetapi juga merupakan strategi pembangunan yang tepat.1 Sebagai wujud pemihakan kepada rakyat, maka rakyat wajib dilibat aktifkan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dan ini juga sesuai amanat UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Kemudian arah kebijakan perekonomian pun harus berorientasi pada kepentingan rakyat yang resourced-
1
Sri-Edi Swasono, Tuduhan Absurd; Perekonomian Rakyat Dikatakan Tidak Konsepsional?, (t.t, t.p., t.th.), h. 13.
1
2
based, people-centered dan putting people first. Dengan demikian diharapkan akan tercapai kemandirian bangsa, tanpa ketergantungan pada luar negeri. Pembangunan ekonomi rakyat yang bersemangatkan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”, menghendaki terwujudnya “Triple-Co”2 atau “tiga kebersamaan” peran rakyat dalam ekonomi, yaitu co-ownership, co-determination dan coresponsibility. Koperasi merupakan wadah bagi perekonomian rakyat, wadah untuk lebih terbentuknya sinergi kekuatan rakyat dalam keekonomian.3 Dan melalui gerakan koperasi inilah, asas Triple-Co akan lebih berhasil untuk dilaksanakan. Dalam hal koperasi ini legislatif telah mengeluarkan Undang-Undang tentang Perkoperasian pertama kalinya UU No. 14 Tahun 1965, kemudian berturutan UU No. 12 Tahun 1967, UU No. 25 Tahun 1992, dan yang terbaru UU No. 17 Tahun 2012. Kemudian, dalam upaya memberdayakan ekonomi rakyat, dipandang perlu untuk mengembangkan skema-skema pembiayaan alternatif seperti pembiayaan berskala mikro, kecil dan menengah. Dan ini menjadi strategis karena terhadap perekonomian nasional, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memberikan kontribusi antara lain sebagai penampung tenaga kerja 2
Ibid, h. 17. Ibid, h. 16.
3
3
dalam jumlah besar (sekitar 99,5%), sebagai penyumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,7% dan dalam ekspor nonmigas kontribusinya sebesar 19,1%. UMKM merupakan pihak mayoritas pelaku usaha nasional. Hal ini sesuai dengan data bersumber dari Bappenas bahwa pada tahun 2007 terdapat 41,3 jutaunit (99,85%) usaha kecil mikro, 61,05 juta unit (0,14%) usaha menengah, dan 2,2 juta unit (0,005%) usaha besar.4 Tentunya UMKM yang mayoritas ini adalah potensi yang sangat besar bagi Lembaga Keuangan Mikro untuk ambil bagian dalam memberdayakan ekonomi rakyat sehingga mengkokohkan perekonomian rakyat. Dan pada akhirnya akan mewujudkan perekonomian nasional yang kuat dan mandiri. Untuk itu pulalah pemerintah harus mengembangkan iklim yang kondusif guna mendorong perkembangan kegiatan usaha Lembaga Keuangan Mikro termasuk di dalamnya Koperasi Jasa Keuangan Syariah, sehingga mampu memberikan manfaat dan kepastian hukum. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), termasuk pula di dalamnya Baitul Mal wat Tamwil (BMT), telah tumbuh dan berkembang di masyarakat, serta mengambil bagian penting dalam memberdayakan ekonomi masyarakat khususnya kalangan usaha kecil dan mikro. Adapun jumlah KJKS/UJKS koperasi per April 2012 adalah sekitar 4.117 unit dengan jumlah anggota sekitar 762 ribu 4
Dr. Euis Amalia, M. Ag, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pres, 2009, h. 8 – 10.
4
anggota dan total asetnya mencapai Rp 5 triliun - Rp 8 triliun. Jumlah ini akan semakin bertambah pada masa mendatang seiring dengan perkembangan industri keuangan yang berbasis syariah akhir-akhir ini.5 Namun, perkembangan ini tidak diikuti dengan pengelolaan BMT secara profesional. Faktanya saat ini tidak sedikit BMT yang melakukan praktik jauh dari nilai-nilai Syari’ah. Pelaporan keuangan BMT juga masih banyak yang merujuk pada standar akuntansi konvensional. Pembinaan BMT tidak dilakukan oleh BI, sebagaimana yang terjadi pada Perbankan, dikarenakan termasuk dalam katagori Koperasi yang dinaungi oleh Departemen Koperasi yang kurang mendapat perhatian terutama dari aspek akuntabilitasnya. Legalitas BMT yang beroperasi masih banyak yang belum bahkan tanpa badan hukum yang jelas. Kini, telah sekitar dua tahun UU No. 17 Tahun 2012 diberlakukan. Seharusnya seluruh KJKS sudah cukup memahami sehingga bisa melaksanakan peraturan di dalamnya. Berjalannya kegiatan usaha di KJKS ini sesuai dengan peraturan tentunya sangat diharapkan agar aktifitas menjadi tertib. Maka dari itu, perlu untuk ditelaah lebih jauh apakah KJKS dalam hal ini BMT telah taat pada
5
Sugianto, “Denyut Koperasi Syariah”, artikel diakses pada 4 Januari 2013 dari www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=948:denyut-koperasisyariah&catid=54:bind-berita-kementerian&Itemid=98.
5
UU tersebut. Karena hal ini dapat menimbulkan banyaknya ruang abu-abu dan multi interpretatif yang akan menggiring pada pelemahan KJKS.6 Mustamar mengatakan, masih adanya persoalan terkait penerapan UU No.17 Tahun 2012 ini, terutama mengenai turunannya seperti PP dan KepMen yang belum terbit. Sementara itu Irvan Mahmud, Pengurus Koperasi Ceria Permata mengungkapkan meskipun maksud pemerintah cukup baik, namun dirinya masih cukup bingung dalam menerapkan undang-undang baru itu, karena memerlukan pemahaman lebih mendalam.7
B. Identifikasi Masalah UU No. 17 Tahun 2012 ini perlu mendapatkan penjabaran lagi secara lebih teknis melalui Peraturan Menteri. Namun, karena Permen tersebut belum terbit, maka operasional KJKS sementara ini masih dapat mengacu pada Kepmeneg KUKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004. Sejak tahun 2004 tersebut, KJKS/UJKS telah diberikan pedoman untuk dapat melaksanakan kegiatan usahanya dengan baik melalui Kepmeneg KUKM 6
Rinda Astuti, Penilaian Kesehatan Keuangan pada Kospin Jasa Syariah Pekalongan sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Jurnal Penelitian Vol.8, No. 1, Mei 2011. Hal. 131 – 156). 7 Syahrul Sani, “Deadline 3 Tahun Koperasi Simpan Pinjam Wajib Aplikasikan UU 17 Tahun 2012”, artikel diakses pada 21 April 2014 dari rri.co.id/index.php/berita/54738/Deadline-3-TahunKoperasi-Simpan-Pinjam-Wajib-Aplikasikan-UU-17-Tahun-2012#.U1SWwfKjZLs
6
RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004. Namun sejauh mana ketaatan KJKS/UJKS tersebut terhadap petunjuk pemerintah belum dapat diketahui dengan pasti. Berbicara
penerapan
peraturan
kebijakan
dalam
tataran
hukum
pemerintahan sebenarnya tidak terlepas berbicara tentang proses penegakan hukum, dan ketika berbicara tentang proses penegakan banyak pandangan secara akademis maupun pragmatis, sebagaimana pandangan berikut ini proses penegakan hukum, dalam pandangan Soerjono Soekanto8 dipengaruhi oleh lima faktor. 1. Faktor hukum atau peraturan perundangundangan. 2. Faktor aparat penegak hukumnya, yakni pihak-pihak yang terlibat dalam peroses pembuatan dan penerapan hukumnya, yang berkaitan dengan masalah mentalitas. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung proses penegakan hukum. 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan social di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi dalam perilaku masyarakat. 5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
8
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Rajawali, 1983), h. 4 - 5.
7
Sementara itu Satjipto Rahardjo9 membedakan berbagai unsur yang berpengaruh dalam proses penegakan hukum berdasarkan derajat kedekatannya pada proses, yakni yang agak jauh dan yang agak dekat. Berdasarkan kriteria kedekatan tersebut, maka Satjipto Rahardjo membedakan tiga unsur utama yang terlibat dalam proses penegakan hukum. 1. Unsur pembuatan undang-undang cq. lembaga legislatif. 2. Unsur penegakan hukum cq. polisi, jaksa dan hakim. 3. Unsur lingkungan yang meliputi pribadi warga negara dan sosial. Kemudian, terdapat beberapa bidang permasalahan yang ada pada ranah pelaksanaan kegiatan usaha KJKS/UJKS yang tentu perlu untuk ditertibkan pelaksanaannya, di antaranya: 1. Persyaratan dan Tata Cara Pendirian 2. Persyaratan Pembukaan Jaringan Kantor 3. Pengelolaan 4. Pembagian SHU 5. Permodalan 6. Produk dan Layanan 7. Pengendalian Risiko 8. Kelebihan Dana 9
Satjipto Rahardjo,1983, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru, h. 23 – 24.
8
9. Pembinaan 10. Laporan Keuangan 11. Sanksi 12. Pembubaran Namun, cakupan bidang ini akan terlalu luas jika peneliti membahas kesemua pembahasan di atas. Untuk itulah maka diperlukan pembatasan agar penelitian ini akan lebih fokus dan terarah.
C. Pembatasan Masalah Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi dan 3 unsur yang terlibat dalam penegakan/penerapan hukum, namun penulis membatasi pembahasan hanya pada satu faktor dan satu unsur saja yakni masyarakat dan lingkungan, yang secara khusus diarahkan kepada praktisi BMT. Berbagai macam bidang mengenai pelaksanaan usaha KJKS. Dari banyak bahasan itu, maka penulis akan membatasi permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini. Penulis akan membahas pengelolaan, dan pembagian SHU. Wilayah pembahasan pun akan dibatasi hanya dengan meneliti pada BMT ESQ dan pada waktu penelitian saja yakni tahun 2014.
9
D. Perumusan Masalah Berdasarkan
pada
latar
belakang,
identifikasi,
serta
pembatasan
permasalahan di atas, maka peneliti akan mengambil judul “Pengelolaan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT ESQ Menurut UU No. 17 Tahun 2012”. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan terjawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Pengelolaan dan Pembagian SHU Menurut UU No. 17 Tahun 2014? 2. Bagaimanakah Pengelolaan dan Pembagian SHU di BMT ESQ? 3. Apakah UU No. 17 Tahun 2012 dalam hal Pengelolaan dan Pembagian SHU sudah diterapkan di BMT ESQ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan adalah bertujuan untuk mencari kemudian dapat membuktikan apakah pengelolaan dan pembagian SHU di BMT ESQ telah sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2012.
10
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sifatnya yaitu teoritis-akademis (terhadap keilmuan) dan praktis-pragmatis (terhadap koperasi syariah, masyarakat& penulis). Manfaat penelitian ini untuk keilmuan adalah dapat menambah khazanah keilmuan yang semoga bisa bermanfaat dalam mengembangkan ilmu ekonomi syariah pada khususnya. Manfaat penelitian ini untuk BMT adalah sebagai bahan pelajaran untuk dapat digunakan agar dapat menerapkan pengelolaan dan pembagian SHU dengan sebaik-baiknya. Manfaat untuk masyarakat adalah sebagai salah satu referensi dalam mempelajari praktik pengelolaan dan pembagian SHU.Untuk penulis, penelitian ini adalah untuk memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Syariah. Penelitian ini pun diharapkan dapat menyumbang andil bagi pengembangan Ekonomi Syariah umumnya dan Koperasi Syariah khususnya.
F. Review Studi Terdahulu 1. Skripsi karya Helmi Adam, dengan judul “Strategi Manajemen Risiko pada Pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani”. Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Fokus penelitian ini adalah:
11
Untuk menganalisis penerapan strategi manajemen risiko di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani.
Untuk mengetahui permasalahan dan risiko yang dihadapi BMT dalam memberikan pembiayaan kepada UKM.
Untuk mengetahui strategi manajemen risiko yang dilakukan BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani agar risiko tidak terjadi lagi. Hasil kajian-penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
Penerapan strategi manajemen risiko
yang dilakukan BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani sudah cukup efektif dengan melakukan pemenuhan PPAP sesuai ketentuan.
Permasalahan dan risiko pada pembiayaan UKM di BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani relatif sama.
Strategi manajemen risiko BMT Al Munawwarah dan BMT Berkah Madani agar risiko tidak terjadi lagi dilakukan dengan cara melihat character nasabah peminjam, dll.
Peran serta BMT Al Munawwarah dalam pembinaan SDM UKM sangat membantu para nasabah yang dibiayai agar dapat lebih berkembang dan mengerti lebih banyak tentang manajemen bisnis yang lebih terorganisir.
12
Sedangkan BMT Berkah Madani baru sebatas memberikan pembiayaan saja. 2. Skripsi karya Fitri Meilani, dengan judul “Strategi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada BMT Al-Fath IKMI Pamulang”. Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan BMT Al-Fath dalam menghimpun dana pihak ketiga, faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi strategi penghimpunan dana pihak ketiga dan bagaimana perkembangan dana pihak ketiga pada tahun 2006-2010 di BMT AL-Fath. Hasil kajian-penelitian didapat bahwa strategi yang BMT Al-Fath lakukan adalah strategi pemasaran dan strategi promosi, faktor-faktor yang mempengaruhi strategi penghimpunan dana pihak ketiga adalah strategi produk, strategi harga dan strategi distribusi. Dan perkembangan dana pihak ketiga pada BMT Al-Fath dari tahun 2006-2010 terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. 3. Skripsi karya Rido Imam Suhada, dengan judul “Perencanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Baitul Maal Wattamwil KAS Kereo Larangan Utara Tangerang”. Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
13
Fokus penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui secara lebih baik mengenai karakteristik sumber daya manusia atau budaya yang ada pada BMT KAS.
Untuk mengetahui upaya apa saja yang ditempuh manusia BMT KAS dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang berkarakter Islam.
Untuk mengetahui metode penelitian yang dilakukan oleh manusia BMT KAS membentuk kualitas pegawai yang sesuai dengan budaya Islam. Hasil kajian-penelitian skripsi ini adalah:
Lembaga keuangan Baitul Maal Wattamwil memiliki banyak sekali karakteristik yang membedakannya dari institusi sejenis, dimulai dari budaya perusahaannya sampai dengan karyawannya yang sangat berorientasi pada nilai-nilai ajaran Islam.
Untuk mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang berkarakter lembaga keuangan Islam, BMT memiliki beberapa tahapan, diantaranya adalah: perencanaan budget untuk dana pendidikan dan pelatihan; tingkat pendidikan para calon pegawai; keterampilan para tenaga pelaksana operasional (karyawan); proses rekrutmen melalui beberapa tahapan
14
proses, metode pelatihan terbaik yang diberikan; sarana dan prasarana; memberikan kompensasi yang sesuai.
BMT memiliki beberapa metode khusus untuk membentuk para karyawannya agar lebih berkualitas, di antaranya adalah: pelatihan tentang MSDM, Management Supervisory, Trainer’s Training, Assesment, Service Excellent, Domestic Operation, Perbankan Syariah, Financial Litercy, Basic Financing, dan celestial Management. Ketiga studi terdahulu di atas memang semuanya menjadikan BMT
sebagai subjek penelitiannya, ini sama halnya dengan penelitian saya yang menjadikan BMT sebagai subjek penelitian. Meskipun begitu BMT yang saya teliti ialah BMT ESQ, tidak sama dengan penelitian sebelumnya di atas yakni BMT Al Munawwarah, BMT Berkah Madani, BMT Al-Fath IKMI, dan BMT KAS. Selain itu fokus pembahasan kami juga berbeda. Jika yang terdahulu tersebut mengambil perihal Manajemen Risiko, Penghimpunan DPK, dan Pengembangan SDM. Saya akan menjadikan Pengelolaan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha sebagai objek penelitian, kemudian dilengkapi dengan studi kesesuaian penerapannya dengan UU No. 17 Tahun 2012.
15
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yakni masing-masing ialah pendahuluan, kajian kepustakaan, data penelitian, analisis terhadap data penelitian, dan kesimpulan. Berikut uraian sistematika penulisan skripsi ini. Bab I: Pada bab ini akan dibahas mengenai penjelasan yang berhubungan dengan masalah BMT, dan UU No. 17 Tahun 2012. Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Bab ini akan menyajikan kajian kepustakaan mengenai pengelolaan, pembagian SHU dan penilaian kesehatan. Dalam bab ini terdapat landasan (kerangka) teori. Bab III: Bab ini menyajikan metode penelitian dan profil BMT ESQ. Bab IV: Bab ini akan menganalisis kesesuaian antara pengelolaan dan pembagian SHU UU No. 17 Tahun 2012 dan penerapannya di BMT ESQ. Bab V: Bab ini merupakan kesimpulan dari pada penelitian oleh skripsi ini. Dan juga dari kesimpulan tersebut akan disampaikan saran-saran yang dapat berguna bagi perbaikan di BMT ESQ.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan tentang Koperasi 1. Pengertian Koperasi Fay menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atras mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri dengan sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.1 Margono Djojohadikusumo dalam bukunya yang berjudul “10 Tahun Koperasi”, mengatakan bahwa koperasi ialah perkumpulan manusia seorangseorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya.2 R.S. Soeriaatmadja dalam kuliahnya memberikan definisi koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara 1
Muhammad FirdausdanAgusEdhiSusanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori,&Praktek, (Bogor:PenerbitGhalia Indonesia, 2004), h. 38 - 39. 2 Ibid, h. 39.
16
17
sukarela masuk untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.3 Definisi berikutnya adalah dari Marvin, A. Schaars yang mengatakan koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nirlaba atau atas dasar biaya.4 Paul Hubert Casselman dalam bukunya yang berjudul “The Cooperative Movement and some of its Problems” mengatakan koperasi adalah suatu sistem ekonomi yang mengandung unsur sosial.5 UU terbaru Tentang Perkoperasian yakni UU No. 17 Tahun 2012 mendefinisikan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan perusahaan yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.6 Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diurai bahwa koperasi adalah perserikatan atas dasar sukarela yang bertujuan memajukan kesejahteraan ekonomi bersama secara mandiri. 3
Ibid. Ibid. 5 Ibid. 6 UU No. 17 Tahun 2012 4
18
Dengan demikian koperasi bisa merupakan Badan Hukum Usaha yang dikelola sendiri oleh para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan bersama. Keputusan dalam organisasi ini diambil berdasarkan mufakat hasil dari musyawarah anggota melalui mekanisme Rapat Anggota sebagai pengambil keputusan tertinggi di koperasi. 2. Identitas Koperasi Rapat Anggota International Cooperative Alliance (ICA) pada September 1995, dalam rangka seratus tahun ICA, mengesahkan Pernyataan ICA mengenai identitas koperasi yang menunjukkan dan mempertegas jatidiri koperasi. Berikut isi dari identitas koperasi tersebut: a. Definisi Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis. b. Nilai-Nilai Koperasi
melandaskan
nilai-nilai
menolong
diri
sendiri,
betanggungjawab kepada diri sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan, dan solidaritas. Berdasarkan tradisi para pendirinya, para anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etis: kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab social dan peduli pada orang lain.
19
c. Prinsip-Prinsip Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik. 1) Keanggotaan yang Sukarela dan Terbuka 2) Pengawasan Demokratis oleh Anggota 3) Partisipasi dalam Kegiatan Ekonomi 4) Otonomi dan Kemandirian 5) Pendidikan, Pelatihan, dan Penerangan 6) Kerjasama Antar Koperasi 7) Kepedulian Terhadap Masyarakat ICA merupakan organisasi persatuan koperasi dunia. Untuk ICA ini Indonesia diwakili oleh Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin). Dengan demikian Indonesia pun juga ikut menggunakan apa-apa yang menjadi keputusan dari ICA termasuk Identitas Koperasi yang tertuang dalam ICA Cooperative Identity Statement (ICIS). 3. Perangkat Organisasi Koperasi Louis A. Allen dalam “Managament and Organization” merumuskan: organisasi adalah struktur keterkaitan , kekuatan, tujuan, peranan, aktifitas, komunikasi dan faktor-faktor lain yang ada dalam kerjasama orang-orang. Mac Grew-Hill merumuskan: organisasi adalah suatu mekanisme dari struktur yang mampu menggerakkan kerjasama secara efektif.
20
Organisasi sebagai perangkat dalam mengelola usaha koperasi terdiri atas penjabaran fungsi-fungsi untuk mengelola usaha dalam organisasi berupa:Perangkat organisasi; Kewenangan-kewenangan (authorities) dan sinkronisasinya; Uraian tugas (job description) dan hubungannya antara petugas-petugas; dan Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan (implementation) yang juga meliputi ketentuan-ketentuan tata cara kerja. a. Rapat Anggota Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi, yang tercermin dalam forum Rapat Anggota, sering kali secara teknis disebut RAT (Rapat Anggota Tahunan). Fungsi Rapat Anggota adalah: 1) Menetapkan Anggaran Dasar/ART. 2) Menetapkan Kebijaksanaan Umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi. 3) Menyelenggarakan
pemilihan,
pengangkatan,
pemberhentian,
pengurus dan atau pengawas. 4) Menetapkan Rencana Kerja, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi serta pengesahan Laporan Keuangan. 5) Mengesahkan Laporan Pertanggung-jawaban Pengurus dan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya.
21
6) Menentukan pembagian Sisa Hasil Usaha. 7) Menetapkan keputusan penggabungan, peleburan, dana pembubaran Koperasi.7 b. Pengurus Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan mewakili anggota dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Pengurus dapat menunjuk manajaer dan karyawan sebagai pengelola untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan ketentuan ketentuan yang ada, sebagaimana jelas tercantum dalam pasal 32 UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari hasil keputusan RAT Pengurus berkewajiban melaksanakan seluruh keputusan RAT guna memberikan manfaat kepada anggota koperasi. Pengurus merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus dilakukan pengelola (Tim Manajemen) dan menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut : 1) Mengelola organisasi koperasi dan usahanya. 2) Membuat
dan
mengajukan
Rancangan
Program
Kerja
Serta
Rancangan RAPBK (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi).
7
DeputiBidang SDM Kemenkop KUKM RI, StrukturOrganisasiKoperasi, (t.t: t.p., 2010), h. 2.
22
3) Menyelenggarakan Rapat Anggota. 4) Mengajukan
Laporan
Keuangan
dan
Pertanggung
jawaban
Pelaksanaan Tugas. 5) Menyelenggarakan pembukaan keuangan dan invetaris secara tertib. 6) Memelihara daftar buku Anggota, buku Pengurus dan Pengawas. 7) Memberikan Pelayanan kepada Anggota Koperasi dan Masyarakat. 8) Mendelegasikan tugas kepada manajer. 9) Meningkatkan pengetahuan perangkat pelaksanaan dan anggota. 10) Meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kepada anggota. 11) Mencatat mulai sampai dengan berakhirnya masa kepengurusan pengawas dan pengurus. 12) Mencatat masuk dan keluarnya anggota. Pengurus koperasi mempunyai fungsi di antaranya adalah : 1) Pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan yang tertinggi Fungsi pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan tertinggi
diwujudkan
dalam
menentukan
tujuan
organisasi,
merumuskan kebijakan organisasi, menentukan rencana sasaran serta program kerja organisasi koperasi, memilih dan mengawasi tindakantindakan manajer-manajer dan karyawan dalam mengelola usaha koperasi.
23
Pengurus merupakan perangkat organisasi koperasi yang diharapkan dapat membawa perubahan dan pertumbuhan organisasi dan
sekaligus
menjadi
sumber
inisiatif
dan
inspirasi
bagi
pengembangan usaha koperasi. Pada menilai semua hasil kerja kegiatan-kegiatan pengelolaan koperasi secara operasional yang menjadi tanggung jawab manajer. 2) Fungsi sebagai penasihat Fungsi sebagai penasihat ini berlaku baik bagi para manajer maupun bagi para anggota. Bagi para manajer maminta nasihat kepada pengurus adalah penting sekali artinya, terutama dalam rangka penjabaran
dan
penerapan
kebijaksanaan
operasional
dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah dirumuskan oleh pengurus. 3) Pengurus sebagai pengawas Bahwa
pengurus
merupakan
orang
yang
mendapat
kepercayaan dari anggota untuk melindungi semua kekayaan organisasi 4) Pengurus sebagai penjaga kelangsungan hidup organisasi Demi keberlangsngan usaha dan keberlanjutan organisasi koperasi, maka pengurus harus:
24
a) Mampu menyediakan adanya manajer yang cakap dalam organisasi; b) Menyeleksi dan memilih eksekutif atau manajer secara efektif; c) Memberikan pengarahan kepada para manajer agar koperasi berjalan secara efektif, professional, dan d) Menetapkan orang-orang yang mampu mengarahkan kegiatan dari organisasi; e) Mengikuti perkembangan pasar, dengan tepat mengarahkan berbagai jenis layanan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh koperasi sesuai dengan dinamika pasar dan tingkat kelayakan maupun profitabilitas usaha. 5) Pengurus sebagai simbol Langkah-langkah yang diambil pengurus terhadap anggota maupun karyawan bersifat persuasif yang menempatkan pengurus menjadi pemimpin yang memiliki kekuatan dan motivator bagi pencapaian tujuan; strategis perusahaan dan kebijaksanaan umum dari organisasi koperasi dirumuskan secara sistematis oleh pengurus; pengurus memperoleh dan menyajikan informasi koperasi secara cermat dalam menunjang kinerja usaha.8
8
Ibid, h. 2 – 3.
25
c. Pengawas Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi diangkat dari dan oleh Anggota dalam Rapat Anggota Tahunan, sesuai pasal 38 UU No. 25 Tahun 1992. Berdasarkan ketentuan Pasal 39 UU No.25 Tahun 1992, fungsi tugas dan wewenang pengawas antara lain : 1) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan Pengurus dan Pengelola Koperasi. 2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. 3) Meneliti catatan yang ada pada koperasi. 4) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. 5) Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga. 6) Memeriksa sewaktu-waktu tentang keuangan dengan membuat berita acara pemeriksaannya. 7) Memberikan saran dan pendapat serta usul kepada pengurus atau Rapat Anggota mengenai hal yang menyangkut kehidupan koperasi. 8) Memperolah biaya-biaya dalam rangka menjalankan tugas sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. 9) Mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaannya pada RAT. Keterkaitan antara peran pengawas dan pengurus adalah dalam hal pelaporan adalah dalam hal pelaporan hasil audit. Pengawas melaporkan
26
hasil audit dan rekomendasi pelaksanaan kebijakan dan Keputusan Rapat Anggota yang telah di laksanakan oleh pengurus koperasi baik audit berkala maupun audit akhir tahun buku. Hasil audit yang dilaporkan dari pengawas adalah mengenai kesesuaian dan kebenaran data dan informasi yang dilaporkan dari pengawas adalah mengenai kesesuaian dan kebenaran data dan informasi yang dilaporkan Pengurus koperasi dengan bukti – bukti pendukungnya. Adapun beberapa hasil audit yang dilaporkan pengawas adalah : 1) Pelaksanaan Anggaran Dasar di Koperasi; 2) Pelaksanaan Kepeutusan RAT; 3) Audit
manajemen
(pelaksanaan
Standar
Operasional
Produser,
deskripsi jabatan, dan disiplin kerja); 4) Audit keuangan (ada tidaknya penyimpangan keuangan oleh Pengurus); 5) Audit fisik (inventaris, dan kas).9 4. Manajemen Koperasi Pada hakikatnya manajemen dapat disimpulkan sebagai suatu rangkaian tindakan sistematik untuk mengendalikan dan memanfaatkan segala faktor sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry adalah sebagai berikut.
9
Ibid, h. 5.
27
Perencanaan Khusus bagi badan usaha koperasi, perlu perencanaan dikatkan dengan kedudukan para anggotanya, misalnya bagi jenis-jenis koperasi pemasok dan koperasi penyalur. Para anggota jenis koperasi tersebut mempunyai wewenang untuk ikut menentukan patokan harga yang akan ditetapkan badan koperasi tersebut, sehingga perlu dipertimbangkan alternative-alternatif harga patokan koperasi.
Pengorganisasian Khusus bagi koperasi perlu pemikiran status dan batas-batas kewenangan dan hak para anggota koperasi , yaitu adanya “lembagalembaga” rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Ketiga “lembaga” tersebut merupakan “tripartite” dalam organisasi koperasi, di mana satu dengan yang lain pelaksanaannya terpisah, namun ketiga-tiganya perlu dibina satu keutuhan.
Pelaksanaan Rapat anggota sebagai lapisan teratas akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan koperasi yang harus dilaksanakan pengurus dan pada gilirannya pengurus selaku pelaksana tertinggi akan mengeluarkan pedoman-pedoman,
instruksi-instruksi
kepada
lapisan-lapisan
ke
bawahnya, dan seterusnya. Demikian pula rapat anggota menerbitkan
28
kewenangan bagi pengawas untuk mengadakan pantauan (monitoring) seberapa jauh kebijakan-kebijakan dilaksanakan pengurus. Bagaimanapun baiknya penugasan kepada lapisan bawahan, jika tanpa koordinasi antarkelompok.jenis tugas, maka hasilnya tidak akan memenuhi harapan. Lengkapnya pelaksanaan tugas-tugas harus ada koordinasi yang rapi, sehingga tidak akan terjadi kesimpangsiuran tugas atau tumpang tindih pekerjaan-pekerjaan. Ini semua harus dijabarkan dalam pelaksanaan organisasi. Karena itu pada tingkat pelaksanaan atau kelompok pelaksana harus ada seseorang atau perangkat tertentu yang mengadakan koordinasi. Hal tersebut akan terlihat dalam bagan organisasi, di mana ditentukan lapisan-lapisan koordinasi dari pelaksana. Secara bertingkat koordinasi diperlukan dari level/lapisan pelaksana paling bawah sampai yag tertinggi.
Pengawasan Untuk meyakinkan para pemilik perusahaan, dalam hal ini para anggota koperasi, maka rapat anggota perlu membentuk suatu badan di luar pengurus yang bertugas memantau atau meneliti tentang pelaksanaan kebijakan yang ditugaskan kepada pengurus.
a. Pengelola (Manajer) Manajer dipilih dan diangkat oleh pengurus untuk melakukan fungsi pengelolaan operasional usaha koperasi.
29
Kewajiban manajer antara lain: 1) Melaksanakan kebijakan operasional yang telah ditetapkan Pengurus. 2) Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di unit-unit usaha. 3) Membimbing
dan
mengarahkan
tugas-tugas
karyawan
yang
dibawahnya seefisien mungkin menuju karyawan yang berkualitas. 4) Mengusulkan kepada pengurus tentang pengangkatan dan atau pemberhentian karyawan dalam lingkungan tugasnya. 5) Menyusun Program Kerja dan RAPBK tahunan untuk disampaikan kepada pengurus sebelum dimulainya rencana dan anggaran yang baru, dan selanjutnya evaluasi sekaligus perencanaan bagi pengurus untuk disampaikan dalam Rapat Anggota. 6) Membuat laporan pertanggungjawaban kerja secara tertulis setiap akhir bulan and tahun. 7) Melaksanakan dokumen-dokumen usaha atau organisasi koperasi.10 b. Fungsi Utama Manajer 1) Melaksanakan tugas sehari-hari di bidang usaha. 2) Bertanggungjawab atas administrasi kegiatan usaha dan organisasi koperasi.
10
Ibid, h. 5 – 6.
30
3) Mengembangkan dan mengelola usaha untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.11 c. Perlunya Manajer dalam Koperasi Keberadaan manajer dalam koperasi diharapkan usaha koperasi akan dapat berkembang lebih maju. Manajer diperlukan bagi koperasi : 1) Untuk mengelola usaha koperasi memerlukan keahlian sesuai dengan bidang usaha koperasi, selain untuk menunjang fungsi pengurus yang umumnya dipilih oleh anggota berdasarkan atas kepercayaan. 2) Pengelolaan
usaha
berkeseimbangan
koperasi
sepanjang
memerlukan tindakan
tindakan
yang
yangberkesinambungan
sepanjang waktun sejalan dengan keberadaan koperasi itu, sementara pengurus dipilih untuk jangka waktu tertentu (ada batasan waktu kepengurusan). 3) Pengurus umumnya tidak dapat mencurahkan tenaga atau pikirannya secara penuh dalam koperasi, karena biasanya pengurus memiliki tugas
pokoknya,
sehingga
manajer
diperlukan
untuk
mengoperasionalisasikan usaha koperasi lebih efektif dan mencapai tujuannya.12
11
Ibid, h. 6. Ibid.
12
31
d. Hubungan Kerja Antara Pengelola dan Pengurus Antara pengurus dengan manajer harus memiliki kesatuan pendangan dan kesatuan gerak untuk mengenai usaha koperasi dan tercapainya tujuan koperasi. Untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan usaha koperasi dilakukan tugas dan tanggung jawab sejelas-jelasnya, antara lain : 1) Pertanggung jawaban teknis operasional oleh pengurus diserahkan kepada manajer, sekalipun pertanggungjawaban terakhir kepada anggota dilakukan pengurus. 2) Pengurus hanya memutuskan hal-hal yang sifatnya kebijaksanaan, sedangkan manajer dalam bidang operasionalnya.13
B. Koperasi Syariah Koperasi Syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah Islam yaitu Alquran dan Assunnah. Pengertian umum Koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah. Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan 13
Ibid, h. 6 – 7.
32
operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.14 Koperasi Syariah seperti halnya koperasi konvensional, diperkenankan memiliki berbagai usaha dengan catatan tidak bertentangan dengan syariah Islam yang dalam hal keuangan terhindar dari unsur riba, maysir, ghoror, dan derifatifnya. 1. Nilai-Nilai Koperasi Syariah15 Diadopsi dari 7 nilai bisnis syariah: a. Shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas. b. Istiqamah yang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas. c. Tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan komunikatif d. Amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan kredibelitas. e. Fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, inovatif. f. Ri‟ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian, awareness. 14
___, “KoperasiSyariah”, artikeldiaksespada 23 Januari 14.51 darirumaishaa.wordpress.com/2012/12/27/koperasi-syariah 15 Ibid
33
g. Mas‟uliyah yang mencerminkan responsibilitas. 2. Prinsip-Prinsip Koperasi Syariah16 Prinsip koperasi syariah adalah sama dengan prinsip dari ekonomi syariah yaitu: a. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak; b. Manusia diberi kebebasan dalam mu‟amalah selama tidak melanggar ketentuan syari‟ah; c. Manusia merupakan wakil Allah dan pemakmur di bumi; d. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja. 3. Dewan Pengawas Syariah Sebagai bagian dari konsekuensi dari komitmen koperasi syariah untuk melakukan segala kegiatan pada jalur yang islami, maka secara struktural diatur bahwa Koperasi Syariah harus pula diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.
16
Ibid
34
4. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Saat ini KJKS memiliki landasan regulasi di antaranya PP 60/1959 yang mengatakan terdapat 7 jenis koperasi termasuk di dalamnya terdapat Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Kemudian UU No.17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian yang menyebutkan bahwa koperasi dapat menjalankan usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah (Bab IX Pasal 87 Ayat 3). Selain KJKS yang termasuk ke dalam jenis KSP, koperasi jenis lainnya seperti Koperasi Serba Usaha (baik yang syariah maupun konvensional) pun dapat membuka unit usaha jasa keuangan syariah. Dalam ketentuan Kepmeneg KUKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 disebut dengan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS). UJKS adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi dan simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.
35
C. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) 1. Pengertian BMT BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bait al-mal dan bait at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan Antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.17 Istilah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah penggabungan dari baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial). Adapun baitu tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan bersifat profit motive.18 BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau Koperasi.19 BMT berfungsi sebagai lembaga keuangan dan juga lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana dari
17
PINBUK, Pedoman Cara Pembentukan BMT Balai-Usaha Mandiri Terpadu. (Jakarta: PINBUK, t.t.), h. 1. 18 Hertanti Widodo, dkk., PAS (Panduan Praktis Akuntansi Syariat): Panduan Praktis Operasional Baitul Mal wat Tamwil (BMT), Jakarta: Penerbit Mizan, 2000, h. 81. 19 Karnaen A. Perwataatmadja. Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha Kami, 1996), h. 216.
36
masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan kepada masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri, dan pertanian. Sedangkan berdasarkan pada namanya, BMT memiliki dua fungsi utama yaitu Bait al-Maal dan Bait at-Tamwil: a. Bait al-Maal, lembaga yang mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti halnya zakat, infak, shodaqoh. b. Bait at-Tamwil, lembaga yang mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.20 2. Tujuan dan Prinsip BMT Tujuan BMT ialah: a. Menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dan menengah dengan mudah dan bersih, karena didasarkan pada kemudahan dan bebas bunga/riba. b.
Memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah.
c. Lembaga keuangan alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat dan menengah.21 Prinsip-prinsip utama BMT, yaitu sebagai berikut:22 a. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
20
Tuty Sariwulan, “Baitul Maal wat Tamwil Dipandang dari Sudut Agama serta Sejarah Berdirinya di Indonesia”, Econo Sains Vol. X, No. 1 (Maret 2012): h. 64. 21 Ibid, h. 65. 22 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maalwa Tamwil, Yogyakarta: UII Press, 2004, h. 130.
37
b. Keterpaduan (kaffah). c. Kekeluargaan (kooperatif). d. Kebersamaan. e. Kemandirian. f. Profesionalisme. g. Istiqamah. 3. Ciri-Ciri dan Peran BMT BMT memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut: a. Berorientasi bisnis, mencara laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya. b. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak, dan sesekah bagi kesejahteraan orang banyak. c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya. d. Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.23 Keberadaan BMT setidaknya harus memiliki beberapa peran berikut:24
23
H. A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 184. 24 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, h. 104.
38
a. Menjauhkan
masyarakat
dari
praktik
ekonomi
nonsyariah,
aktif
melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti pentingnya sistem ekonomi Islam. b. Melakukan Pembinaan dan pendanaan usaha kecil. c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir. d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. 4. Sejarah BMT di Indonesia Berdirinya BMT disebabkan karena tidak menjangkaunya Perbankan kepada Usaha Mikro dan Kecil (UMK) seperti pedagang di pasar tradisional, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima. Padahal justru ekonomi rakyat kecil inilah yang menjadi mayoritas kalangan usahawan yang ada di Indonesia. Namun bagaimana pun sebagaimana halnya pengusaha, kalangan UMK juga butuh suntikan modal untuk mengembangkan atau ada juga untuk sekedar membuat usahanya tidak mati di keesokan hari. Segmen inilah yang kemudian digarap oleh individu-individu yang terkenal dengan sebutan rentenir. Praktik rentenir ternyata tidak menolong melainkan membuat permasalahan ekonomi rakyat kecil menjadi lebih pelik dan kompleks. Dari itu urgen diperlukan suatu instansi yang kompeten dan professional agar dapat benar-benar membantu masyarakat kecil memenuhi
39
kebutuhannya sekaligus juga yang mendesak yakni membebaskan mereka dari jerat hutang yang berkepanjangan. Pada akhir 1980-an BMT perintis sudah mulai beroperasi hingga pertengahan 1990-an. Mereka memang belum diketahui secara luas oleh masyarakat, serta masih melayani kelompok masyarakat yang relatif homogen dengan cakupan geografis yang amat terbatas. Perkembangan pesat dimulai sejak tahun 1995, dan memperoleh momentum tambahan akibat krisis ekonomi 1997/1998. 5. Jenis Aktifitas BMT a. Sosial Pengelolaan dana sosial seperti zakat, infak, dan shodaqoh (ZIS) b. Jasa Keuangan Terkait dengan kegiatan penghimpunan dana (funding) dan penyaluran dana (financing). c. Sektor Riil Merupakan penyaluran dana yang bersifat permanen atau jangka panjang dengan cara investasi dan penyertaan modal.
40
6. Perbedaan dengan BMT dan KSP25 Aspek Perbedaan
Koperasi Simpan Pinjam
Struktur Organ Modal
Pengawas Penyetoran modal awal disetorkan kepada Bank Pemerintah. Selesai rapat pembentukan langsung menghadap Notaris untuk otentitas akta pendirian Koperasi. Diajukan kepada Menteri Koperasi c.q Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah setempat.
Penandatanganan Akta Koperasi
Pendaftaran Status Badan Hukum
Konsep Dasar Operasional Penghimpunan Dana
Bunga
a) Tabungan b) Simpanan Berjangka
Penyaluran Dana
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil Dewan Pengawas Syariah Penyetoran modal awal disetorkan kepada Bank Syariah. Sebelum menghadap Notaris, ada koordinasi dengan PINBUK sebagai pengembang BMT. Diajukan Kepada Menteri Koperasi c.q Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Instansi yang membidangi Koperasi setempat setelah mendapat rekomendasi pejabat setingkat tempat domisili koperasi yang bersangkutan. Bagi Hasil a) Wadi‟ah (titipan) b) Mudharabah (Simpanan Berjangka)
Utang piutang a) Qardh (Pinjaman) b) Musyarakah (Kerjasama) c) Mudharabah
25
Kaffi Wanatul Ma’wa, “Analisis Perbandingan Antara Koperasi Simpan Pinjam dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil”, (Jurnal Hukum S1 Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, 2013), h. 14.
41
Fungsi Sosial
-
Perjanjian Jaminan
Diperbolehkan, sebab jaminan merupakan perjanjian tambahan dari perjanjian pokok yaitu utang piutang.
(Kerjasama) d) Murabahah (Kerjasama) e) Salam (Jual Beli) f) Istisna (Jual Beli) g) Ijarah (Sewa) Berperan sebagai penyalur dana Infaq, Zakat dan Shodaqah (ZIS) serta maal. Diperbolehkan, pada prakteknya dengan cara memisahkan akad dalam perjanjian. Jadi akad yang digunakan jaminan agunan menggunakan akad Rahn (gadai).
D. Sisa Hasil Usaha 1. Pendapatan Koperasi Dalam kedudukannya sebagai pemilik, anggota koperasi memberikan kontribusi modal kepada koperasi. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai pengguna jasa koperasi, maka anggota koperasi memanfaatkan pelayananpelayanan keoperasi yang diselenggarakan untuk mereka. Karena makna pendapatan dalam koperasi dan pendapatan dalam nonkoperasi berbeda, maka konsekuensinya tentu akan melahirkan perbedaan pula dalam pengertian Antara laba dan SHU. Kewajiban anggota sebagai pemilik koperasi bukan saja harus memodali koperasi, tetapi juga harus memberikan kontribusi dalam keseluruhan biaya tersebut adalah biaya overhead
42
2. SHU Koperasi Dalam UU No. 17 Tahun 2012, SHU disebut sebagai Selisih Hasil Usaha yang terdiri atas Surplus Hasil Usaha dan Defisit Hasil Usaha. a. Surplus Hasil Usaha 1) Mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan Rapat Anggota, Surplus Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk Dana Cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk: a) Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh masing-masing Anggota dengan Koperasi; b) Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi yang dimiliki; c) pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan karyawan Koperasi; d) pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan Koperasi dan kewajiban lainnya; dan/atau e) penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. 2) Koperasi dilarang membagikan kepada Anggota Surplus Hasil Usaha yang berasal dari transaksi dengan non-Anggota. 3) Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota sebagaimana dimaksud pada nomor 2) dapat digunakan untuk mengembangkan usaha Koperasi dan meningkatkan pelayanan kepada Anggota.
43
b. Defisit Hasil Usaha 1) Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha, Koperasi dapat menggunakan Dana Cadangan. 2) Penggunaan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada nomor 1) ditetapkan berdasarkan Rapat Anggota. 3) Dalam hal Dana Cadangan yang ada tidak cukup untuk menutup Defisit Hasil Usaha, defisit tersebut diakumulasikan dan dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja Koperasi pada tahun berikutnya. Dalam hal terdapat Defisit Hasil Usaha, anggota wajib menyetor tambahan Sertifikat Modal Koperasi.
E. Tinjauan Syariah 1. Teori Manajemen dalam Islam a. Karakteristik Teori Tidak ada manajemen dalam Islam kecuali ada nilai atau etika yang melingkupinya, sebagaimana tidak mungkin membangun masyarakat Muslim tanpa didasari dengan akhlak. Manajemen syariah memiliki karekteristik sebagai berikut:
44
Konsen dan terkait dengan falsafah sosial masyarakat Muslim, dan berhubungan dengan akhlak atau nilai-nilai etika sosial yang dipegang teguh oleh masyarakat Muslim (variabel etika sosial).
Konsen terhadap variabel ekonomi dan motif materi, dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologis individu (variabel ekonomi materi).
Memperhatikan
nilai-nilai
kemanusiaan
dan
spiritual
serta
memuliakan manusia untuk berpartisipasi dalam aktifitas manajemen memuliakan segala potensi intelektual, kompetensi dan dimensi spiritual (variabel kemanusiaan).
Konsen terhadap sistem dan menentukan tanggung jawab dan wewenang,
menghormati
kekuasaan
dan
organisasi
resmi,
menghormati struktur organisasi, dan menuntut ketaatan terhadap kebaikan (variabel perilaku dan sistem).26 b. Konsep Syuro, Musyarakah, dan Menghormati Kemuliaan Manusia Ini merupakan prinsip yang harus melekat dalam teori manajemen Islam, saling bermusyawarah dan bekerjasama dalam menyelesaikan persoalan.27 Allah berfirman:
26
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 235 – 236. 27 Ibid, h. 241.
45
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Ali Imran /3: 159) c. Konsen terhadap Kekuasaan Resmi, Pengorganisasian, dan Taat Kepada Kebaikan Islam telah mengenalkan konsep pengorganisasian dan pentingnya seorang pemimpin dalam sebuah masyarakat. Kepemimpinan yang memiliki otoritas untuk mengatur dan memebrikan petunjuk, adalah sebuah keniscayaan dan perkara yang lazim untuk menjalankan kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuknya. Dalam konteks Islam, kepemimpinan yang terbentuk dalam berbagai level manajemen, seharusnya tidak terjadi pertentangan. Karena mereka didudukkan dalam satu wadah manajemen yang dibangun dengan konsep syura.
46
Dalam Islam, perbedaan level pekerjaan dan kepemimpinan bersandar pada perbedaan ilmu pengetahuan, intelektual, ataupun pengalaman teknis. Allah berfirman:
Artinya: “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karungkarung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian Dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang Raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha mengetahui.” (Yusuf/11: 76)
Masyarakat Muslim terbentuk berdasarkan kesamaan akidah dan keyakinan, para pegawai adalah bagian dari anggota masyarakat untuk menjalankan tugas bagi kemaslahatan bersama. Setidaknya, mereka memiliki 3 buah kewajiban. 1) Berkontribusi dalam menerapkan hokum dan syariah Islam, sesuai firman Allah:
47
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali Imran/3: 110) 2) Menjalankan tugas dengan penuh keikhlasan, sesuai dengan standar dan prosedur
yang ada, dengan sikap penuh amanah dan
bertanggungjawab terhadap Allah, bukan hanya kepada atasan. Jabatan adalah amanah, perjanjian, dan tanggungjawab. Allah berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra/17: 34) 3) Taat kepada atasan dengan kebaikan. Ketaatan kepada pemimpin merupakan persoalan penting untuk mengatur dan menjalankan kehidupan.28 Alquran mengukuhkan hal ini dalam firman-Nya:
28
Ibid, h. 246 – 248.
48
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa/4: 59) 2. Koperasi dalam Fiqh Muamalah Koperasi termasuk BMT adalah salah satu dari bentuk perkongsian yang dalam istilah fiqh muamalah disebut Syirkah atau Musyarakah, yang memiliki arti terminologis kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.29 Koperasi dari segi proses pendiriannya termasuk syirkah amwal; sedangkan dari segi pengelolaan, koperasi dapat dikelompokkan sebagai syirkah taushiyah bashithah. Dilihat dari segi kewenangan untuk mengangkat pengelola/manajemen, koperasi lebih dekat dengan konsep syirkah „abdan.30 Mayoritas ulama berpendapat bahwa rukun syirkah ada empat, yaitu: 29
Ramat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 183. Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 151. 30
49
1) Shighat, ijab kabul. 2) Pihak yang berakad (Pihak Pertama). 3) Pihak yang berakad (Pihak Kedua). 4) Objek yang diakadkan, modal pokok. Dasar hukum musyarakah adalah Firman Allah:
Artinya: “Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yag lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.”(Sad/38: 24) Syirkah merupakan salah satu institusi bisnis yang telah ada sebelum Islam. Al-Sayyid Sabiq mempertegas dua hal: pertama, syirkah „inan telah ada pada saat Nubuwah, para sahabat Nabi SAW ketika itu telah berkongsi untuk membeli sesuatu, masing-masing sahabat menyerahkan hartanya untuk membeli barang. Setelah barang yang dimaksud dibeli, kemudian dibagikan kepada para sahabat secara proporsional.
50
Kedua, syirkah mudharabah telah ada sebelum Islam yang kemudian dikokohkan eksistensinya oleh Nabi Muhammad SAW para sahabat telah bermudharabah dengan pihak Yahudi dengan sepengetahuan Nabi SAW; Nabi SAW tidak menghapuskannya juga tidak melarangnya. Al-Khulafa‟ alRasyidun serta sahabat sesudahnya tidak ada yang melarang praktik syirkah mudharabah; oleh karena itu, para sahabat melakukan syirkah mudharabah atas dasar kebiasaan yang sudah dilakukan sebelumnya.31
31
Ibid, h. 49 – 50.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian fenomenologis, yang menggunakan pendekatan kualitatif dan naturalistik, yang secara induktif dan holistik memahami pengalaman manusia pada konteks yang khusus.1 Penelitian kualitatif sebagai model yang dikembangkan oleh Mazhab Baden yang bersinergi dengan aliran filsafat fenomenologi menghendaki pelaksanaan penelitian berdasarkan situasi wajar (natural setting) sehingga kerap orang juga menyebutnya sebagai metode naturalistik. 2 Penelitian ini akan meneliti BMT ESQ sebagai subjek penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya. Untuk itu, peneliti akan sedapat mungkin berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat pengelolaan dan pembagian SHU di BMT ESQ, mengamati dan mengikuti alurnya secara apa adanya (wajar).
1
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, h. 19. 2 Ibid, h. 23 - 24
51
52
B. Jenis dan Data Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang didefinisikan sebagai kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu (Bogdan: 1990). Studi kasus dalam penelitian ini bertipe Studi Kasus Kolektif. Studi kasus tipe ini mempelajari dua kasus secara bersamaan, agar dapat meneliti fenomena, populasi, atau kondisi umum.3 Baik Data Primer maupun Data Sekunder akan penulis kumpulkan untuk penelitian ini. Data primer tersebut berupa berjenis data lapangan (hasil observasi dan wawancara) dan data tertulis/rekaman (dokumen tertulis dari pihak BMT ESQ). Sedangkan Data Sekunder berupa buku literatur dan artikel yang diunduh dari internet . C. Teknik Pengumpulan Data dan Subjek-Objek Penelitian Untuk memperoleh catatan lapangan, peneliti akan melaksanakan wawancara mendalam (in-depth) dan terbuka secara face to face terhadap informan kunci (key informant) yakni Manajer BMT ESQ, dengan instrument interview guide sebagai panduan yang telah disiapkan sebelum proses wawancara. Selain itu penulis juga akan melakukan observasi.
3
Ibid, h. 58.
53
Dalam mengumpulkan data penulis juga akan melakukan penelaahan terhadap dokumen tertulis yang berasal dari dokumen instansi dan statistik kantor. 1. Observasi Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis semua hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, di mana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti hanya mengamati dengan mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan dari kegiatan/aktifitas objek penelitian yang diamati. Observasi dilakukan kepada pihak BMT ESQ. 2. Wawancara Wawancara dilakukan melalui cara wawancara tidak terstruktur yang diberikan kepada praktisi atau pihak lembaga, berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya tidak disediakan. Tahap pengumpulan data dengan wawancara dilakukan kepada pihak BMT ESQ. 3. Studi Kepustakaan Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literatur seperti majalah, surat kabar, buku, artikel, internet yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
54
4. Dokumentasi Teknik mengumpulkan data yang ditunjukkan pada subjek penelitian. Studi ini dengan mengamati dokumentasi berupa arsip yang dijadikan objek penelitian yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Data-data tersebut merupakan bahan dalam menelusuri pengelolaandan pembagian SHUsebagai objek penelitian, dari BMT ESQ sebagai subjek penelitian.
D. Teknik Pengolahan Data dan Metode Analisis Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan model analisis data yang diajukan Huberman dan Miles yang disebut sebagai model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis (Miles dan Huberman, 1992).4 Analisis data yang bersifat kulaitatif ini adalah suatu proses yang meliputi: a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan
4
Ibid, h. 147 – 148.
55
b. Mengumpulkan, memilah, mengklasifikasikan, membuat ikhtisar c. Berpikir dengan jalan membuat agar data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan, dan temuan-temuan umum.
E. Profil BMT ESQ BMT ESQ merupakan salah satu unit usaha dari sebuah Koperasi Syariah, yakni Koperasi 165. Koperasi yang berjenis koperasi serba usaha ini memiliki tiga unit usaha yaitu Silakop, UJKS BMT, dan Perdagangan.Sebagai Badan Usaha yang sah diakui Undang-Undang yang ada di RI maka Koperasi ini telah disahkan oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia dengan Akta Pendirian Nomor : 471/BH/MENEG.I/I/2006. Kemudian Koperasi 165 juga sempat mengubah Anggaran Dasar dengan Akta Perubahan AD Nomor: 166/PAD/M.KUKM.2/IV/2012. Dengan demikian, maka BMT ESQ termasuk ke dalam kategori Unit Jasa Keuangan Syariah.Yaitu unit koperasi yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi, simpanan dengan pola bagi hasil (syariah). Anggota yang memiliki usaha dapat mengajukan pembiayaan. Di samping itu dapat pula menyimpan dananya pada unit ini dengan prinsip wadiah ataupun mudharabah.
56
1. Visi dan Misi Visi: Terbangunnya Lembaga Keuangan Mikro yang mendukung tercapainya Indonesia Emas 2020. Misi:
Terbentuknya BMT ESQ yang professional
Berkembangnya BMT ESQ di daerah-daerah bekerjasama dengan Korda FKA ESQ
Meningkatnya kesejahteraan anggota binaan BMT ESQ
2. Sasaran Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan BMT ESQ yang dapat menghasilkan infak untuk digunakan menolong masyarakat yang kurang beruntung lainnya dan sebagai salah satu upaya membebaskan Menara 165 dari akad ribawi.
57
3. Produk BMT ESQ a. Produk Simpanan
Simpanan Wadiah, yaitu anggota menitipkan dananya dengan akad wadiah yad ad-dhamanah dan mengijinkan Koperasi untuk mengelola
dana
tersebut
dengan
tetap
menjamin
akan
mengembalikan titipan tersebut bila sewaku-waktu dibutuhkan anggota yang menitipkan.
Simpanan
Mudharabah, yaitu
anggota
dapat
menyimpan
dananya dengan akad mudharabah mutlaqah dimana Koperasi diberi kekuasaaan penuh mengelola dana dimaksud. Keuntungan dari pengelolaan dana ini dibagi hasilkan dengan Anggota.
Simpanan Ta’awun 165, yaitu Simpanan sukarela yang diselenggarakan secara bersama-sama oleh BMT-BMT seluruh Indonesia dengan prinsip dasar Mudharabah (Bagi Hasil)
Simpanan Wadiah Menara, yaitu Simpanan berjangka selama 5 tahun yang digunakan untuk membebaskan Menara 165 dari akad riba menjadi akad syariah.Akad simpanan menggunakan prinsip wadhiah yadh dhamanah (Titipan yang boleh digunakan).
58
Simpanan Berjangka Investasi Dermawan, yaitu Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah, dengan akad Mudharabah (bagi hasil).
Simpanan Pendidikan Si Pintar
Simpanan Iedul Fitri & Mudik
Simpanan Iedul Qurban, yaitu Simpanan dalam mata uang rupiah untuk membantu nasabah dalam merencanakan ibadah qurban dan aqiqah. Pelaksanaannya antara lain bekerja sama dengan Lembaga Kemanusiaan ESQ. Akad yang digunakan Mudharabah (bagi hasil).
Simpanan Haji
b. Produk Pembiayaan
Murabahah, yaitu fasilitas pembiayaan dengan system jual beli untuk membeli barang consumer dimana Koperasi mendapatkan jasa, dimana anggota dapat mengangsur dengan nilai tetap selama jangka waktu yang disepakati.
Mudharabah, yaitu dimana modal kerja yang dibutuhkan anggota seluruhnya berasal dari Koperasi dengan kesepakatan bagi hasil.
59
Musyarakah, yaitu kerjasama penyertaan dana antara Koperasi dengan anggota untuk keperluan modal kerja dengan kesepakatan bagi hasil.
Ijarah
Qordhul Hasan
4. Pengelolaan BMT ESQ Pengelolaan BMT ESQ terpisah dari dua unit usaha lainnya yang ada di Koperasi Syariah 165. Setiap unit usaha pada Koperasi 165 memiliki tim pengelolanya sendiri, begitu halnya pula pada BMT ESQ. Pengelola tersebut bukanlah berasal dari kalangan pengurus, melainkan hasil dari penunjukkan langsung dari Direktur BMT ESQ tanpa meminta persetujuan dari Rapat Anggota. Pengelola BMT ESQ saat ini berjumlah 3 (tiga) orang yang masingmasing memegang posisi: a. Pengelola Harian dan Akunting. b. Teller dan Customer Service. c. Marketing.
BAB IV PENGELOLAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DI BMT ESQ MENURUT UU NO. 17 TAHUN 2014
A. Pengelolaan dan Pembagian SHU KJKS Menurut UU No. 17 Tahun 2012 Pengelolaan kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dilakukan oleh Pengurus atau pengelola professional berdasarkan standar kompetensi. Pengawas dan Pengurus Koperasi Simpan Pinjam harus memenuhi persyaratan standar kompetensi yang diatur dalam Peraturan Menteri. Pengawas dan Pengurus Koperasi Simpan Pinjam dilarang merangkap sebagai Pengawas, Pengurus, atau pengelola Koperasi Simpan Pinjam lainnya. Koperasi Simpan Pinjam wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Dalam memberikan Pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan peminjam untuk melunasi Pinjaman sesuai dengan perjanjian. Dalam memberikan Pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam wajib menempuh cara yang tidak merugikan Koperasi Simpan Pinjam dan kepentingan penyimpan. Koperasi Simpan Pinjam wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian terhadap penyimpan. Koperasi Simpan Pinjam dilarang melakukan investasi usaha pada sector riil.Koperasi Simpan
60
61
Pinjam yang menghimpun dana dari Anggota harus menyalurkan kembali dalam bentuk Pinjaman kepada Anggota. Koperasi Simpan Pinjam wajib menjamin Simpanan Anggota. Pemerintah dapat membentuk Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam untuk menjamin Simpanan Anggota. Lembaga Penjamin Koperasi Simpan Pinjam menyelenggarakan program penjaminan Simpanan bagi Anggota Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi Simpan Pinjam yang memenuhi persyaratan dapat mengikuti program penjaminan Simpanan. Ketentuan mengenai Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan lebih lanjut mengenai Koperasi Simpan Pinjam diatur dengan Peraturan Pemerintah. Namun karena saat ini PP tesebut belum terbit, maka untuk KSP berbasis syariah yang dikenal dengan KJKS, masih menggunakan regulasi lama yakni Kepmeneg KUKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004. 1. Pengelolaan a. Pengelolaan KJKS Berikut adalah pon-poin peraturan Pengelolaan KJKS: 1) Pengelolaan KJKS dilakukan oleh pengurus yang bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.
62
2) Pengurus
KJKS
mengangkat
tenaga
pengelola,
maka
tugas
pengelolaan teknis Koperasi Jasa Keuangan Syariah diserahkan kepada pengelola yang ditunjuk pengurus menjalankan tugas perencanaan kebijakan strategis, pengawasan dan pengendalian. 3) Pengawas bisa diangkat atau tidak perlu diangkat sesuai dengan kebutuhan dan keputusan Rapat Anggota KJKS yang bersangkutan. 4) Apabila KJKS tidak mengangkat pengawas, maka tugas pengawasan dilakukan oleh pengurus. 5) Pengelola KJKS harus bekerja purna waktu. 6) Apabila pengurus mengangkat tenaga pengelola maka pengurus atau anggota pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola. Apabila pengelola adalah perorangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang keuangan dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana; 2) memiliki akhlak dan moral yang baik; 3) mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan syariah.
63
Dalam hal pengelola lebih dari satu orang, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah pengelola wajib mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan dibidang keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan syariah; 2) di antara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kesatu menurut garis lurus kebawah maupun kesamping. Apabila pengelola
adalah badan usaha, harus memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan keuangan yang memadai; 2) memiliki tenaga manajerial yang berkualitas baik. b. Pengelolaan UJKS Berikut adalah pon-poin peraturan Pengelolaan KJKS: 1) Pengelolaan Unit Jasa Keuangan Syariah dilakukan secara terpisah dari unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan. 2) Pengurus koperasi wajib mengangkat pengelola atau menugaskan salah satu dari pengurusnya sebagai pengelola.
64
3) Apabila pengurus koperasi merangkap sebagai pengelola Unit Jasa Keuangan Syariah, maka pengurus
yang bersangkutan tidak
diperbolehkan melakukan kegiatan pada unit usaha lainnya. 4) Apabila pengurus telah mampu mengangkat seluruh tenaga pengelola, maka pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola. Apabila pengelola adalah perorangan, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang keuangan dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana dibidang keuangan; 2) Memiliki ahlak dan moral yang baik; 3) Mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan syariah. Apabila pengelola lebih dari satu orang, harus memenuhi persyaratan. 1) paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah pengelola wajib mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan dibidang keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan syariah;
65
2) diantara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kesatu menurut garis lurus kebawah maupun kesamping. Apabila pengelola tersebut adalah Badan Usaha, harus memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut : 1) memiliki kemampuan keuangan yang memadai; 2) Memiliki tenaga manajerial yang berkualitas baik; 3) Memiliki pengalaman mengelola lembaga keuangan syariah. c. Penyelenggaraan UJKS pada KSP/USP Koperasi 1) Koperasi simpan pinjam dapat menjalankan usaha jasa keuangan syariah dengan cara membuka unit atau divisi layanan syariah. 2) Unit atau divisi layanan syariah merupakan unit pada koperasi yang dilakukan sesuai dengan keputusan ini. 3) Apabila suatu USP Koperasi bermaksud menyelenggarakan jasa keuangan syariah, maka USP yang bersangkutan wajib menutup kegiatannya dan membentuk Unit Jasa Keuangan Syariah setelah terlebih dahulu memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam keputusan ini.
66
4) Apabila USP ingin menyelenggarakan kegiatan dua sistem, maka USP yang bersangkutan harus memisahkan diri dari kegiatan koperasi yang menjadi induknya dan membentuk koperasi baru dan memiliki badan hukum yang terpisah dari koperasi sebelumnya, setelah terlebih dahulu memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, 4, dan Pasal 5. d. Penggunaan Nama Koperasi yang melaksanakan jasa keuangan pola syariah dan telah mendapatkan pengesahan akta pendirian atau pengesahan perubahan anggaran dasar, wajib menggunakan nama Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit Jasa Keuangan Syariah pada papan nama, stempel serta kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya. 2. Pembagian SHU Berikut adalah pon-poin peraturan Pembagian SHU KJKS: a. Pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Jasa Keuangan Syariah harus diputuskan oleh Rapat Anggota. b. Pembagian SHU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah dikurangi dana cadangan dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai berikut:
67
1) dibagikan kepada anggota secara adil berimbang berdasarkan jumlah dana yang tertanamkan sebagai modal sendiri pada koperasi dan nilai transaksi; 2) membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan keterampilan bagi pengurus, pengawas, pengelola dan karyawan koperasi; 3) insentif bagi pengelola dan karyawan; 4) keperluan lain dalam menunjang kegiatan koperasi; 5) pembagian dan penggunaan SHU dilakukan dengan memasukkan komponen kewajiban (potongan) zakat atas Badan Usaha Koperasi dan zakat atas perorangan sebelum dibagikan kepada anggota yang bersangkutan. c. Pendapatan Unit Jasa Keuangan Syariah setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut: 1) dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi; 2) pemupukan modal Unit Jasa Keuangan Syariah; 3) membiayai kegiatan lain yang menunjang Unit Jasa Keuangan Syariah, sebagai berikut:
68
a) bagian untuk koperasinya; b) anggota yang bertransaksi; c) zakat.
B. Pengelolaan danPembagian SHU di BMT ESQ Pengelolaan BMT ESQ dilakukan secara terpisah dari unit lainnya yang ada dalam Koperasi Syariah 165. Tim pengelola tersebut berasal dari luar kepengurusan yang dtiunjuk kemudian diangkat oleh pihak pengurus koperasi. Para pengelola BMT ESQ ini bertanggungjawab kepada Direktur Eksekutif Koperasi Syariah 165. Di antara masing-masing pejabat pengelola tersebut tidak satu pun yang merangkap peran sebagai pengurus Koperasi Syariah 165. Pengelola BMT ESQ terdiri 4 orang yang masing-masing memegang tugas: 1. Rudi Sugiarto, S.E.Sy.: Penanggungjawab Pengelola Harian; 2. Khaerani: Akunting; 3. Dwi Meilani: Teller; 4. Yusuf Ali Siregar, S.Kom.: Marketing.
69
Rudi Sugiarto memiliki latar belakang pendidikan S1 program studi Perbankan Syariah, sedangkan Khaerani masih berkuliah S1 Akuntansi, Dwi Meilanimasih SMK Jurusan Akuntansi, dan Yusuf Ali Siregar memiliki pendidikan S1 Teknik Informatika. Selain itu dua di Antara mereka yakni Rudi Sugiarto dan Khaerani pernah mengikuti Pelatihan Lembaga Keuangan Syariah yang digelar oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ. Dan di antara keempat orang pengelola BMT ESQ ini tidak memiliki hubungan keluarga. Pada stempel dan kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya, digunakan nama “BMT ESQ”. Pendapatan BMT ESQ setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut: 4) dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi; 5) pemupukan modal BMT ESQ; 6) membiayai kegiatan lain yang menunjang BMT, sebagai berikut: d) bagian untuk Koperasi Syariah 165; e) anggota yang bertransaksi; f) zakat.
70
Setelah laporan keuangan BMT ESQ dan laporan keuangan seluruh unit usaha di Koperasi Syariah 165 dikonsolidasikan, selanjutnya pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha di Koperasi Syariah 165 diputuskan oleh para anggotanya melalui Rapat Anggota. Menurut Anggaran Dasar Koperasi Syariah 165, SHU tersebutdibagikan dengan ketentuan: 1) 25% untuk Dana Cadangan Koperasi 2) 50% untuk Anggota Berjasa dan Penyimpanan 3) 10% untuk Dana Kesejahteraan Karyawan 4) 15% untuk Dana Pendidikan 5) 2,5% untuk Dana Pembangunan Daerah Kerja 6) 2,5% untuk Dana Sosial Jadi, laporan keuangan BMT ESQ sebagai UJKS akan terlebih dahulu dikonsolidasikan dengan laporan keuangan unit usaha lainnya yang ada di Koperasi Syariah 165. Dari itulah keuntungan seluruh unit usaha dapat disatukan menjadi SHU untuk diputuskan dibagikan atau tidaknya oleh para anggota Koperasi Syariah 165 melalui Rapat Anggota.
71
C. Penerapan UU No. 17 Tahun 2012 pada Pengelolaan dan Pembagian SHU/Penggunaan Pendapatan di BMT ESQ Pengelolaan BMT ESQ dilakukan secara terpisah dari unit lainnya yang ada dalam Koperasi Syariah 165, seperti yang dikatakan oleh Penanggungjawab Pengelola Harian BMT ESQ, “Secara manajemen masih satu payung badan hukum koperasi. Secara pencatatan akuntansi terpisah antara Koperasi dan BMT, nantinya dikonsolidasi jadi satu laporan di Rapat Anggota. Koperasi itu di bawahnya ada unit jasa keuangan syariah dan unit non-jasa keuangan seperti perdagangan. Jadi BMT ini sebagai unit bisnis dari koperasi yang khusus kegiatannya simpan pinjam”.1 Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Pengelolaan Unit Jasa Keuangan Syariah dilakukan secara terpisah dari unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan.”2 Tim pengelola BMT ESQ berasal dari luar kepengurusan yang ditunjuk kemudian diangkat oleh pihak pengurus koperasi. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Pengurus koperasi wajib mengangkat pengelola atau menugaskan salah satu dari pengurusnya sebagai pengelola.”3 Di antara masing-masing pejabat pengelola tersebut tidak satu pun yang merangkap peran sebagai pengurus Koperasi Syariah 165, seperti yang dikatakan oleh Penanggungjawab Pengelola Harian BMT ESQ, “Semua ditunjuk dari luar 1
Wawancara Pribadi dengan Rudi Sugiarto. Jakarta, 3 Maret 2014. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 3 Ibid 2
72
pengurus, mulai dari Direktur.”4 Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Apabila pengurus telah mampu mengangkat seluruh tenaga pengelola, maka pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola.”5 Rudi Sugiarto memiliki latar belakang pendidikan S1 program studi Perbankan Syariah, sedangkan Khaerani masih berkuliah S1 Akuntansi, Dwi Meilani masih bersekolah di SMK Jurusan Akuntansi danYusuf Ali Siregar memiliki gelar S1 Jurusan Teknik Informatika. Selain itu dua di Antara mereka yakni Rudi Sugiarto dan Khaerani pernah mengikuti Pelatihan Lembaga Keuangan Syariah yang digelar oleh Lembaga Kemanusiaan ESQ. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah pengelola wajib mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan dibidang keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan syariah.”6 Di antara 4 orang pengelola BMT ESQ ini tidak memiliki hubungan keluarga. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Diantara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kesatu menurut garis lurus kebawah maupun kesamping.”7
4
Wawancara Pribadi dengan Rudi Sugiarto. Jakarta, 3 Maret 2014. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 6 Ibid 7 Ibid 5
73
Pada stempel dan kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya, digunakan nama “BMT ESQ”, seperti yang dikatakan oleh Penanggungjawab Pengelola Harian BMT ESQ, “Kita di stempel „BMT ESQ‟ saja, di kop surat juga.”8 Hal ini belum sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Koperasi yang melaksanakan jasa keuangan pola syariah dan telah mendapatkan pengesahan akta pendirian atau pengesahan perubahan anggaran dasar, wajib menggunakan nama Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit Jasa keuangan Syariah pada papan nama, stempel serta kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya.”9 Pendapatan BMT ESQ setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan, dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi; digunakan untuk pemupukan modal BMT ESQ; dan membiayai kegiatan lain yang menunjang BMT seperti bagian untuk Koperasi Syariah 165, anggota yang bertransaksi, dan zakat. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi: Pendapatan Unit Jasa Keuangan Syariah setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut : a. dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi; 8
Wawancara Pribadi dengan Rudi Sugiarto. Jakarta, 3 Maret 2014. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
9
74
b. pemupukan modal Unit Jasa Keuangan Syariah; c. membiayai kegiatan lain yang menunjang Unit Jasa Keuangan Syariah , sebagai berikut : 1) bagian untuk koperasinya; 2) anggota yang bertransaksi; 3) zakat.10 Setelah laporan keuangan BMT ESQ dan laporan keuangan seluruh unit usaha di Koperasi Syariah 165 dikonsolidasikan, selanjutnya pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha di Koperasi Syariah 165 diputuskan oleh para anggotanya melalui Rapat Anggota. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi, “Pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Jasa Keuangan Syariah harus diputuskan oleh Rapat Anggota.”11 Menurut Anggaran Dasar Koperasi Syariah 165, SHU tersebut dibagikan dengan ketentuan 25% untuk Dana Cadangan Koperasi; 50% untuk Anggota Berjasa dan Penyimpanan; 10% untuk Dana Kesejahteraan Karyawan; 15% untuk Dana Pendidikan; 2,5% untuk Dana Pembangunan Daerah Kerja; dan 2,5% untuk Dana Sosial.Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berbunyi:
10 11
Ibid Ibid
75
Pembagian SHU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah dikurangi dana cadangan dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai berikut : a. dibagikan kepada anggota secara adil berimbang berdasarkan jumlah dana yang tertanamkan sebagai modal sendiri pada koperasi dan nilai transaksi; b. membiayai
pendidikan
dan
latihan
serta
peningkatan
keterampilan bagi pengurus, pengawas, pengelola dan karyawan koperasi; c. insentif bagi pengelola dan karyawan; d. keperluan lain dalam menunjang kegiatan koperasi; e. pembagian
dan
penggunaan
SHU
dilakukan
dengan
memasukkan komponen kewajiban (potongan) zakat atas Badan Usaha Koperasi dan zakat atas perorangan sebelum dibagikan kepada anggota yang bersangkutan.12 Namun, meskipun secara normatif telah sesuai, secara praktiknya Koperasi 165 tidak melaksanakannya. Yang terjadi adalah seluruh SHU dimasukkan ke Dana Modal Cadangan.
12
Ibid
76
BMT ESQ selama ini belum sepenuhnya mentaati peraturan yang dibuat pemerintah agar aktifitas menjadi tertib. Masih ada beberapa poin yang harus dipenuhi oleh BMT ESQ agar operasional menjadi lebih baik di mata hukum. Sesuai
TidakSesuai
1. Pengelolaan UJKS terpisah dari unit lainnya dalam koperasi.
1. Tidak menggunakan nama UJKS pada papan nama, stempel serta kop surat
2. Pengurus koperasimengangkat pengelola.
2. Laba tidak dipergunakan untuk dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi; pemupukan modal; bagian untuk koperasinya; zakat.
3. Pengurus tidak merangkap sebagai pengelola. 4. 50% dari pengelola mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan dibidang keuangan Syariah. 5. Diantara pengelola tidak mempunyai hubungan keluarga.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian ini maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Menurut regulasi yang berlaku, pengelolaan UJKS dilakukan secara terpisah dari unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan. Pengurus koperasi wajib mengangkat pengelola atau menugaskan salah satu dari pengurusnya sebagai pengelola. Paling sedikit 50% dari jumlah pengelola wajib mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan di bidang keuangan syariah atau magang di lembaga keuangan syariah. Di antara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kesatu menurut garis lurus ke bawah maupun ke samping. Koperasi yang melaksanakan jasa keuangan pola syariah dan telah mendapatkan pengesahan akta pendirian atau pengesahan perubahan anggaran dasar, wajib menggunakan nama Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit Jasa keuangan Syariah pada papan nama, stempel serta kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya.
77
78
Pendapatan UJKS setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi;pemupukan modal UJKS; membiayai kegiatan lain yang menunjang UJKS, seperti bagian untuk koperasinya;anggota yang bertransaksi; dan zakat. 2. Pengelolaan BMT ESQ dilakukan secara terpisah dari unit lainnya yang ada dalam Koperasi Syariah 165. Tim pengelola tersebut berasal dari luar kepengurusan yang ditunjuk kemudian diangkat oleh pihak pengurus koperasi. Pengelola BMT ESQ terdiri 4 orang. Satu orangmemiliki latar belakang pendidikan S1 program studi Perbankan Syariah. Selain itu dua di antara mereka pernah mengikuti Pelatihan Lembaga Keuangan Syariah. Dan di antara keempat orang pengelola BMT ESQ ini tidak memiliki hubungan keluarga. Pada stempel dan kop surat yang digunakan dalam melakukan usahanya, digunakan nama “BMT ESQ”. Pendapatan BMT ESQ dipergunakan untuk dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi; pemupukan modal BMT ESQ; membiayai kegiatan lain yang menunjang BMT, seperti bagian untuk Koperasi Syariah 165; anggota yang bertransaksi; dan zakat.
79
3. Kecuali pada stempel serta kop surat yang menggunakan nama “BMT ESQ” yang belum
sesuai
dengan
regulasi, dan
penggunaan SHU
yang
keseluruhannya dimasukkan ke Dana Modal Cadangan. Hal-hal mengenai pengelolaan dan penggunaan pendapatan/pembagian SHU di BMT ESQ lainnya telah sesuai dengan regulasi yang berlaku. B. Saran Untuk perbaikan pengelolaan di BMT ESQ, penulis memiliki beberapa saran yang dapat dilaksanakan oleh yang bersangkutan di antaranya: 1. Mempertahankan
hal-hal
mengenai
Pengelolaan
dan
Pembagian
SHU/Penggunaan Pendapatan BMT ESQ di atas yang telah sesuai dengan peraturan. 2. Menggunakan nama “Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS)” pada papan nama, stempel serta kop surat yang digunakan dalam melakukan usaha. 3. Memberikan pelatihan jasa keuangan syariah kepada personel pengelola, khususnya kepada yang belum pernah mengikuti pelatihan dan tidak memiliki latar pendidikan ekonomi syariah. 4. Memasang papan nama dan petunjuk lainnya sebagai alat promosi serta petunjuk untuk memudahkan bagi yang ingin mengunjungi BMT ESQ. 5. Mentaati seluruh ketentuan AD/ART yang telah disepakati anggota.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pres, 2009. Amin, A. Riawan. The Celestial Management. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2008. Arif, M. Nur Rianto Al. Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoretis dan Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. Djazuli, H. A. dan Yadi Janwari. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002. Firdaus, Muhammad dan Agus Edhi Susanto. Perkoperasian: Sejarah, Yeori, & Praktek. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004. Hasanudin, Maulana dan Jaih Mubarok. Perkembangan Akad Musyarakah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Hendrajogi. Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Jumantoro,
Ibrahim.
“Kesesuaian
Syariah
Produk
Pembiayaan
Murabahah
Berdasarkan Mekanisme Akad, Accounting serta Penghitungan Margin yang Diterapkan (Studi Kasus pada LKM Maju Makmur Purwokerto)”. Skripsi S1
80
81
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004
Tentang
Petunjuk
PelaksanaanKegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Madjid, Baihaqi Abd. dan Rasyid, Saifuddin A., Ed. Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistim Syari’ah: Perjalanan Gagasan & Gerakan BMT di Indonesia (Baitul Maal wat Tamwil).Jakarta: PINBUK, 2000. Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013. Nur, Turiman Fachturahman. ”Penerapan Peraturan Kebijakan dalam Hukum Tata Pemerintahan“.Artikel
diakses
pada
5
Januari
2014
dari
rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/05/penerapan-peraturankebijakan-dalam.html. Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman, Soedjodono. Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004. Pusat Bahasa Depdiknas RI.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
82
Rinda Astuti. Penilaian Kesehatan Keuaa: Penerngan pada Kospin Jasa Syariah Pekalongan sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah. (Jurnal Penelitian Vol.8, No. 1, Mei 2011. h. 131 – 156). Sani, Syahrul. “Deadline 3 Tahun Koperasi Simpan Pinjam Wajib Aplikasikan UU 17
Tahun
2012”.
Artikel
diakses
pada
21
April
2014
dari
rri.co.id/index.php/berita/54738/Deadline-3-Tahun-Koperasi-Simpan-PinjamWajib-Aplikasikan-UU-17-Tahun-2012#.U1SWwfKjZLs. Sariwulan, Tuty. “Baitul Maal wat Tamwil Dipandang dari Sudut Agama serta Sejarah Berdirinya di Indonesia”. EconoSainsVol. X. No. 1 (Maret 2012): h. 64 – 70. Sariwulan, Tuty. “Baitul Maal wat Tamwil Dipandang dari Sudut Agama serta Sejarah Berdirinya di Indonesia”. EconoSainsVol. X, No. 1 (Maret 2012). Sinaga, Pariaman, dkk., ed. Koperasi dalam Sorotan Peneliti. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008. Sinn, Ahmad Ibrahim Abu. Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Sleman: Ekonisia, 2007.
83
Sugianto. “Denyut Koperasi Syariah”. Artikel diakses pada 4 Januari 2013 dariwww.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=94 8:denyut-koperasi-syariah&catid=54:bind-berita-kementerian&Itemid=98. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang Undang Republik Indonesia Nomor17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Widodo, Hertanto, dkk. PAS (Panduan Akuntansi Syariat): Panduan Praktis Operasional Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Jakarta: Penerbit Mizan, 2000.
HASIL WAWANCARA Narasumber Nama
: Rudi Sugiarto, S.E.Sy.
Jabatan
: Penanggungjawab Pengelola Harian
Tempat
: Kantor BMT ESQ
Waktu
: 14.00 – 15.00
Hari, Tanggal
: Senin, 3 Maret 2014
1. Apakah pengelolaan BMT ESQ dilakukan secara terpisah dari unit lainnya dalam Koperasi Syariah 165? Secara manajemen masih satu payung badan hukum koperasi. Secara pencatatan akuntansi terpisah antara Koperasi dan BMT, nantinya dikonsolidasi jadi satu laporan di Rapat Anggota. Koperasi itu di bawahnya ada unit jasa keuangan syariah dan unit nonjasa keuangan seperti perdagangan. Jadi BMT ini sebagai unit bisnis dari koperasi yang khusus kegiatannya simpan pinjam. 2. Apakah pengelola BMT ESQ diangkat oleh pengurus Koperasi Syariah 165? Betul. Karena BMT sebagai unit usaha Koperasi. 3. Apakah pengelola BMT ESQ ada yang merangkap sebagai Pengurus Koperasi Syariah 165? Tidak ada. Semua ditunjuk dari luar pengurus, mulai dari Direktur. 4. Berapakah jumlah pengelola BMT ESQ? Ada empat.
5. Berapa persen dari jumlah pengelola mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan di bidang keuangan syariah atau magang di lembaga keuangan syariah? Dari segi pengelola, memang masih minim untuk masalah ilmu terkait kelembagaan keuangan, memang masih perlu ditingkatkan. Sekitar 50%. 6. Apakah di antara pengelola mempunyai hubungan keluarga sampai derajat kesatu menurut garis lurus ke bawah maupun ke samping? Tidak ada hubungan keluarga. Ada satu keluarga, keluarga muslim. 7. Apakah BMT ESQ menggunakan nama ‘Unit Jasa Keuangan Syariah’ pada papan nama, stempel , dan kop suratyang digunakan dalam melakukan usahanya? Ini tidak muncul, kita di stempel ‘BMT ESQ’ saja, di kop surat juga. 8. Apakah pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha Koperasi Syariah 165 diputuskan oleh Rapat Anggota? Iya, pasti.
Ttd,
Rudi Sugiarto, S.E.Sy.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
:Burhani Ash-shiddiqi
NIM
:107046101892
Tempat, TanggalLahir
: Cirebon, 30 Oktober 1989
Alamat
: Jl. Kesehatan VI No.27b RT.008/RW.011 Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. 12330.
No. Hp.
: 085693514375
Nama Ayah
:NurIbad
NamaIbu
:SitiHikayahSetiawati
Alamat Orang Tua
:idem
No. Hp. Orang Tua
: 08128820694
Ttd,
Burhani Ash-shiddiqi