e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
PENGARUH RASIO-RASIO DALAM MODEL ALTMAN Z SCORE TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia) 1
Ni Made Dewi Sukmawati, 1I Made Pradana Adiputra, 2 Nyoman Ari Surya Darmawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio dalam model Altman z-score terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan dengan metode pengumpulan basis data. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 19.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Working Capital to Total Assets (WC/TA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, (2) Retained Earning to Total Assets (RE/TA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, (3) Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, (4) Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (MVE/BTL) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, (5) Sales to Total Assets (S/TA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, (6) WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Kata kunci: Rasio Altman Z-Score, harga saham Abstract This present study was intended to identify the impact of the ratios in model Altman z-score on the prices of stocks. The study was conducted at a go public banking company registered at the Indonesia’s Stock Exchange in 2012. The sample included 31 companies which were taken using census method. The data used were the secondary data which were in the form of annual financial statements of the company and were collected using data base collection method. The data were analyzed using multiple linear registration analysis supported with SPSS 19.00 program. The result of the study showed that (1) the Working Capital to Total Assets (WC/TA) did not significantly affect the prices of stocks; (2) the Retained Earning to Total Assets (RE/TA) did not significantly contribute to the prices of stocks; (3) the Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA) significantly contributed to the prices of stocks; (4) the Market Value of Equality to Book Value of Total Liabilities (MVE/BTL) significantly contributed to the prices of stocks; (5) the Sales to Total Assets
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) (S/TA) did not significantly contribute to the prices of stocks; (6) WC/TA, RE/TA, MVE/BTL, and S/TA simultaneously affected the prices of stocks significantly. Keywords: Ratio Altman Z-Score, prices of stocks
PENDAHULUAN Sektor perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara yakni untuk sebagai lembaga perantara antara unit ekonomi yang memiliki dana (surplus) kepada unit ekonomi yang membutuhkan bantuan dana (Pratama, 2010). Menurut UU No. 10 Tahun 1998 bank merupakan suatu usaha yang mengumpulkan dana dari masyarakat berupa simpanan dan disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Gani (Wirawan: 2013) krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 dan 1998 memberikan dampak yang sangat besar pada sektor perbankan Indonesia. Banyak bank-bank yang harus dilikuidasi karena dinilai tidak sehat dan tidak layak beroperasi menimbulkan terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan Indonesia. Pada pertengahan tahun 2013 Indonesia nilai tukar rupiah kembali melemah. Melemahnya rupiah merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan bagi sektor ekonomi dan perbankan, mengingat melemahnya nilai tukar rupiah adalah salah satu faktor penyebab terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 dan 1998. Namun Harsadi (www.teropongbisnis.com) menyatakan bahwa krisis yang terjadi pada tahun 1997-1998 telah membuat sektor perbankan Indonesia sekarang lebih siap dalam menghadapi kondisi tersebut. Sehingga secara keseluruhan bank di Indonesia masih dianggap aman. Kondisi perekonomian yang tidak stabil mengakibatkan tingginya risiko suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan (Kamal: 2012). Jika suatu perusahaan tidak segera mengatasi kesulitan keuangan jangka pendek (likuiditas) yang dialaminya, hal itu nantinya akan mengakibatkan kesulitan keuangan jangka panjang (solvabilitas)
yang dapat memicu kebangkrutan perusahaan (Suharman, 2007). Permasalahan keuangan (financial distress) dapat menyerang berbagai jenis perusahaan, baik itu perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Permasalahan keuangan yang terjadi pada suatu perusahaan tidak hanya akan merugikan pihak perusahaan saja, tetapi juga para stakeholder dan shareholder perusahaan tersebut. Untuk itu, prediksi kondisi dan kinerja perusahaan perlu dilakukan sehingga permasalahan keuangan dapat dihindari. Nugroho (2012) menyatakan bahwa resiko kebangkrutan perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur dengan melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari suatu proses kegiatan akuntansi perusahaan menunjukkan posisi keuangan, kinerja perusahaan, perubahan posisi keuangan perusahaan, serta dapat memberikan dasar untuk membuat prediksi dalam pengambilan keputusan di masa depan. Beaver, et all (1968) dalam Mulyaningrum (2008) mendefinisikan kekuatan prediksi sebagai kemampuan untuk menghasilkan implikasi operasional yang dibuktikan oleh bukti empiris. Kesalahan dalam memprediksi kelangsungan operasi suatu perusahaan dapat berakibat fatal yakni kehilangan investasi yang telah ditanamkan pada perusahaan tersebut. Beberapa ahli telah mencoba untuk membuat suatu model yang dapat digunakan untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, antara lain: The Zmijewski model yang dikembangkan oleh Zmijewski (1984), The Springate Model yang dikembangkan oleh Springate (1978), dan model Z Score yang dikembangkan oleh Edward L. Altman (1968). Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2008) menyatakan bahwa diantara ketiga model prediksi kesulitan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) keuangan tersebut, model Model Altman Z Score memiliki tingkat keakuratan yang paling tinggi dibandingkan dengan The Zmijewski model dan The Springate Model. Analisis Z-Score adalah suatu model yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan cara menghitung nilai dari beberapa rasio dan kemudian dimasukkan dalam persamaan diskriminan. Informasi analitis Z-Score dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi investor untuk menganalisis perkembangan kinerja dan tingkat kesehatan perusahaan emiten, untuk menghindari terjadinya kesalahan investasi. Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968) menghasilkan lima rasio yang digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan suatu perusahaan, yakni: Working Capital to Total Assets (WC/TA), Retained Earnings to Total Assets (RE/TA), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT/TA), Market Value Equity to Book Value of Total Liability (MVE/BTL), dan Sales to Total Assets (S/TA). Masingmasing rasio dalam model Altman Z-Score menjelaskan kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimilikinya dilihat dari berbagai aspek. Rasio working capital to total assets menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio retairned earnings to total assets menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba ditahan dari total aktivanya. Rasio earnings before interest and tax to total assets menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio market value equity to book value of total liability menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menjamin hutangnya dengan modal yang dimilikinya. Rasio sales to total assets menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Saham merupakan bukti penyertaan kepemilikan modal pada suatu perusahaan (Fahmi, 2013:81). Harga pasar suatu saham dapat mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan emiten. Harga saham juga dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan. Jika
harga saham perusahaan emiten selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor bisa menilai perusahaan berada pada kondisi yang sehat dan berhasil dalam mengelola usahanya, begitu pula sebaliknya. Menurut Zuliarni (2012) kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya pada emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten tersebut juga akan semakin kuat. Jika permintaan terhadap saham emiten semakin banyak, nantinya akan berdampak pada naiknya harga saham emiten tersebut. Penelitian mengenai pengaruh rasiorasio keuangan terhadap harga saham telah banyak dilakukan di Indonesia sebelumnya, rasio keuangan yang biasa digunakan antara lain rasio leverage, rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio nilai pasar, dan rasio profitabilitas Penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam model Altman Z-Score dengan pertimbangan bahwa investor sebelum berinvestasi pada suatu perusahaan, akan melakukan analisis untuk mengetahui kondisi keuangan dan kesehatan perusahaan tersebut, dan model Altman Z-Score biasa digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan keuangan suatu perusahaan. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui apakah rasio-rasio yang terdapat dalam model Altman Z-Score dapat digunakan investor sebagai bahan pertimbangan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan dalam bentuk saham. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini ingin mengetahui apakah rasio-rasio yang ada di dalam model Altman Z-Score (WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, S/TA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, baik secara parsial maupun simultan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yakni: penelitian ini mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh rasio-rasio dalam model Altman Z-Score terhadap harga saham serta penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang tertarik pada bidang yang sama. Manfaat praktis dari penelitian ini yakni: memberikan informasii
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) bagi perusahaan, investor, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan mengenai penggunaan rasio-rasio dalam model Altman Z-Score untuk menganalisis harga saham perusahaan.
METODE Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent) berupa rasiorasio dalam model Altman Z-score, yakni: Working capital to total assets (WC/TA), Retained earnings to total assets (RE/TA), Earnings before interest and tax to total assets (EBIT/TA), Market value equity to book value of total liability (MVE/BTL), dan Sales to total assets (S/TA). Sedangkan variabel terikatnya (dependent) adalah harga saham. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan publikasi tahun 2012 yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), sedangkan untuk data harga saham perusahaan emiten diunduh dari website www.finance.yahoo.com. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Perolehan data sampel yang digunakan adalah metode sensus, yang berarti keseluruhan populasi digunakan sebagai data penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia diketahui bahwa perusahaan perbankan go public yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 berjumlah 31 bank. Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode basis data, yakni dengan mengumpulkan dan mencatat data laporan tahunan masing-masing perusahaan perbankan go public yang telah dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia untuk mengetahui rasio-rasio keuangannya pada tahun 2012. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS
versi 19.0. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara dua atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut: Y = α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+ i (1) Sebelum melakukan pengujian model regresi linier berganda terhadap hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu: uji multikolinearitas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2012 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 31 bank. Perolehan data sampel menggunakan metode sensus, artinya keseluruhan populasi digunakan sebagai sampel. Statistik deskriptif menunjukkan bahwa variabel WC/TA (X1) memiliki nilai minimum sebesar -0,271 dan nilai maximum sebesar 0,162. Nilai standar deviasinya sebesar 0,073 lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,079. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simpangan data pada variabel WC/TA adalah baik. Variabel RE/TA memiliki nilai minimum sebesar -0,525 dan nilai maximum sebesar 0,105. Nilai standar deviasinya sebesar 0,107 lebih besar dibandingkan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,027. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simpangan data pada variabel RE/TA adalah tidak baik. Variabel EBIT/TA memiliki nilai minimum sebesar -0,007 dan nilai maximum sebesar 0,042. Nilai standar deviasinya sebesar 0,011 lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,019. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simpangan data pada variabel EBIT/TA adalah baik. Variabel MVE/BTL memiliki nilai minimum sebesar 0,057 dan nilai maximum sebesar 0,679. Nilai standar deviasinya sebesar 0,190 lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,237. Dengan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) demikian dapat dikatakan bahwa simpangan data pada variabel MVE/BTL adalah baik. Variabel S/TA memiliki nilai minimum sebesar 0,047 dan nilai maximum sebesar 0,207. Nilai standar deviasinya sebesar 0,032 lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,104. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simpangan data pada variabel S/TA adalah baik. Variabel harga saham memiliki nilai minimum sebesar 50 dan nilai maximum sebesar 10.881,818. Nilai standar deviasinya 3.027,726 lebih besar dibandingkan nilai rata-rata yaitu sebesar 2.158,364. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simpangan data pada variabel harga saham adalah tidak baik. Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang dilakukan terhadap variabel RE/TA dan harga saham, dapat dilihat bahwa kedua variabel tersebut memiliki nilai standar deviasi yang lebih besar dari nilai rata-ratanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa data variabel RE/TA dan harga saham mengindikasikan hasil yang kurang baik. Karena semakin besar nilai standar deviasi yang dimiliki maka akan semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan. Jika nilai mean masing-masing variabel lebih kecil dari standar deviasinya, biasanya dalam data tersebut terdapat outlier (data yang terlalu ekstrim). Outlier merupakan data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda dari data observasi lainnya yang muncul dalam bentuk nilai ekstrim (Ghozali, 2006). Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa nilai KolmogorovSmirnov Z sebesar 0,782 dan nilai koefisien Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,573 lebih besar dari tingkat alpha atau tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari hasil perhitungan rasio keuangan perusahaan perbankan go public yang digunakan dalam analisis regresi ini adalah data yang berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai tolerance masingmasing variabel lebih besar dari 10 persen atau 0,1 serta nilai VIF masing-masing
variabel lebih kecil dari 10. Untuk variabel WC/TA (X1) besarnya nilai VIF adalah sebesar 1,160 < 10 dan nilai tolerance sebesar 0,862 > 0,1 sehingga data variabel ini dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Pada variabel RE/TA (X2), besarnya nilai VIF adalah sebesar 1,202 < 10 dan nilai tolerance sebesar 0,832 > 0,1 sehingga data variabel ini dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Pada variabel EBIT/TA (X3), besarnya nilai VIF sebesar 1,434 < 10 dan nilai tolerance sebesar 0,697 > 0,1 sehingga data variabel ini dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Pada variabel MVE/BTL (X4), diperoleh besarnya nilai VIF sebesar 1,377 < 10 dan nilai tolerance sebesar 0,726 > 0,1 sehingga data variabel ini dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Pada variabel S/TA (X5), besarnya nilai VIF sebesar 1,243 < 10 dan nilai tolerance sebesar 0,805 > 0,1 sehingga data variabel ini dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Berdasarkan kriteria pengujian dan hasil perhitungan di atas, maka diketahui bahwa data yang diperoleh dari hasil perhitungan rasio keuangan perusahaan perbankan go public yang digunakan dalam analisis regresi ini adalah data yang tidak mempunyai gejala multikolinearitas. Hasil uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada gambar 1 berikut:
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014) Berdasarkan data hasil analisis pada gambar 1. dapat diketahui bahwa pola penyebaran data (titik-titik) di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y tidak membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) kemudian menyempit). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang dihitung dengan memakai program SPSS versi 19.0.
Tujuan digunakannya analisis regresi linear berganda adalah untuk mengetahui pengaruh rasio WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA secara parsial dan simultan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) -1104.047 1429.814 WC/TA 1484.711 5906.859 .036 RE/TA 488.398 4066.332 .017 EBIT/TA 170772.570 44109.885 .610 MVE/BTL 4859.468 2454.490 .306 S/TA -12143.054 13813.575 -.129 Adjusted R Square F hitung Sig F Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014 Model
Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa nilai konstanta (α) sebesar 1104.047 dan koefisien regresi β1 = 1484.711; β2 = 488.398; β3 = 170772.570; β4 = 4859.468; β5 = -12143.054. Nilai konstanta dan nilai koefisien regresi (α, β1, β2, β3, β4, β5) ini dapat dibuat suatu persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut: Y = -1104,047 + 1484,711 (X1) + 488,398 (X2) + 170772,570 (X3) + 4859,468 (X4)12143,054 (X5) + e Hasil persamaan regresi linier berganda diatas menunjukkan besar serta arah pengaruh masing-masing variabel bebas pada variabel terikatnya. Koefisien regresi yang memilki nilai positif berarti memiliki pengaruh yang searah dengan harga saham, sedangkan koefisien regresi yang memilki nilai negatif berarti memiliki pengaruh berlawanan arah dengan harga saham. Berdasarkan persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diartikan koefisien-koefisiennya adalah sebagai berikut: Nilai konstanta sebesar -1104.047 menyatakan bahwa apabila variabel WC/TA (X1), RE/TA (X2), EBIT/TA (X3), MVE/BTL (X 4), dan S/TA (X5) sama dengan
t
Sig.
-.772 .251 .120 3.872 1.980 -.879
.447 .804 .905 .001 .039 .388 .480 6.539 .001
nol, maka harga saham (Y) menurun sebesar 1104.047 satuan. Nilai koefisien β1 = 1484.711 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel WC/TA (X1) terhadap harga saham (Y) sebesar 1484.711. Hal ini berarti apabila variabel independen WC/TA (X1) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 1484.711 satuan. Nilai koefisien β2 = 488.398 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel RE/TA (X2) terhadap harga saham (Y) sebesar 488.398. Hal ini berarti apabila variabel independen RE/TA (X2) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 488.398 satuan. Nilai koefisien β3 = 170772.570 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel EBIT/TA (X3) terhadap harga saham (Y) sebesar 170772.570. Hal ini berarti apabila variabel independen EBIT/TA (X 3) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) bebas lainnya konstan, maka variabel harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 170772.570 satuan. Nilai koefisien β4 = 4859.468 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel MVE/BTL (X4) terhadap harga saham (Y) sebesar 4859.468. Hal ini berarti apabila variabel independen MVE/BTL (X4) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel harga saham (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 4859.468 satuan. Nilai koefisien β5 = -12143.054 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel S/TA (X5) terhadap harga saham (Y) sebesar 12143.054. Hal ini berarti apabila variabel independen S/TA (X5) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel harga saham (Y) akan mengalami penurunan sebesar -12143.054 satuan. Dari tabel 1. juga dapat diketahui nilai t hitung dan nilai signifikansi masing-masing variabel. Nilai t hitung variabel WC/TA (X1) sebesar 0,251. Uji hipotesis WC/TA terhadap harga saham dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi, dimana nilai signifikansi X1 (WC/TA) sebesar 0,804 > 0,05, maka H1 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti rasio WC/TA (Working Capital to Total Assets) secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. Nilai t hitung variabel RE/TA (X2) sebesar 0,120. Nilai signifikansi X2 (RE/TA) sebesar 0,905 > 0,05, maka H1 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti RE/TA (Retained Earning to Total Assets) secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. Nilai t hitung variabel EBIT/TA (X3) sebesar 3,872. Nilai signifikansi X3 (EBIT/TA) sebesar 0,001 > 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Ini berarti EBIT/TA (Earning Before Interest and Tax to Total Assets) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham. Nilai t hitung variabel MVE/BTL (X4) sebesar 1,980. Nilai signifikansi X4 (MVE/BTL) sebesar 0,039 > 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Ini berarti MVE/BTL (Market Value of Equity to Book Value of Total Liability) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.
Nilai t hitung variabel S/TA (X5) sebesar -0,879. Nilai signifikansi X5 (S/TA) sebesar 0,388 > 0,05, maka H1 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti S/TA (Sales to Total Assets) secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan hasil uji F pada tabel 1 diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini terlihat dari nilai Fhitung yang lebih besar dari nilai Ftabel yakni 6,539 > 2,60 dan nilai sig. F lebih kecil dari nilai probabilitas yakni 0,001 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa variabel WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil output SPSS pada tabel 1 memperlihatkan bahwa dari hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,480. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu rasio-rasio Altman Z Score (WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA) dapat menjelaskan variabel dependen yaitu harga saham sebesar 48,0%, sedangkan sisanya sebesar 52,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi pada penelitian ini. Pengaruh Rasio WC/TA (Working Capital to Total Assets) Terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian penelitian yang disajikan pada tabel 1. terlihat bahwa tingkat signifikansi X1 (WC/TA) sebesar 0,804 > 0,05. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pertama (H1) rasio WC/TA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Salim (2009) yang menunjukkan bahwa variabel WC/TA tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handojo (2001) yang menyatakan bahwa variabel WC/TA berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap harga saham. Working Capital to Total Assets (WC/TA) menunjukkan kemampuan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari total aktiva yang dimilikinya. Working capital (modal kerja) merupakan keseluruhan aktiva lancar yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang harus tersedia pada suatu perusahaan harus mencukupi. Penentuan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jenis dan aktivitas perusahaan. Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah daripada kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan jasa biasanya harus menginvestasikan sebagian besar modalnya pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam kegiatan operasinya sehari-hari. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa yang memberikan jasa perbankan, sehingga modal kerja yang dimiliki sampel relatif rendah. Maka dari itu investor dalam memutuskan untuk membeli saham cenderung tidak memperhatikan rasio WC/TA dan lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain. Pengaruh Rasio RE/TA (Retained Earnings to Total Assets) Terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian penelitian yang disajikan pada tabel 1. terlihat bahwa tingkat signifikansi X2 (RE/TA) sebesar 0,905 > 0,05. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dua (H2) rasio RE/TA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handojo (2001) dan Ningsih (2011) yang menyatakan bahwa variabel RE/TA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Pada penelitian yang dilakukan oleh Salim (2009) variabel RE/TA dieliminasi karena bermasalah dalam uji asumsi klasik. Retained Earnings to Total Assets (RE/TA) menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba ditahan dari total aktiva yang dimilikinya (Nugroho, 2012). Laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang sahamnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari www.akses.ksei.co.id diketahui bahwa pada tahun 2012 sebagian besar perusahaan perbankan mengalokasikan laba bersihnya sebagai laba ditahan, dan hanya 13 bank yang membagikan dividen pada pemegang sahamnya. Dividen memiliki arti penting bagi investor, karena menunjukkan bahwa manajemen telah bekerja keras untuk mencapai pertumbuhan laba semaksimal mungkin. www.juraganinvestasi.com menyatakan bahwa tidak hanya perusahaan yang laba bersihnya naik saja yang membagikan dividen, ada emiten yang meskipun laba bersihnya turun tetapi tetap membagikan dividen. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen selalu menjaga likuiditas perusahaan, likuiditas perusahaan tidak terganggu meskipun perusahaan membagikan dividen. Oleh sebab itu, investor dalam berinvestasi saham cenderung tidak memperhatikan rasio RE/TA dan lebih memperhatikan rasio-rasio lain. Pengaruh Rasio EBIT/TA (Earning Before Interest and Tax to Total Assets) Terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian penelitian yang disajikan pada tabel 1. terlihat bahwa tingkat signifikansi X3 (EBIT/TA) sebesar 0,001 < 0,05. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ketiga (H3) rasio EBIT/TA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham diterima Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handojo (2001) yang menyatakan bahwa variabel EBIT/TA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Salim (2009) mengeliminasi variabel EBIT/TA karena bermasalah saat uji asumsi klasik. Earning Before Interest and Tax to Total Assets (EBIT/TA) menunjukkan produktivitas sebenarnya dari aktiva yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) dimiliki perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan pada aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Rasio EBIT/TA yang tinggi menunjukkan bahwa manajemen mampu mengelola aktiva perusahaan dengan baik sehingga perusahaan memperoleh laba yang tinggi. Hal itu tentu menjadi pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi pada emiten, sehingga akan berdampak pada harga saham emiten. Pengaruh Rasio MVE/BTL (Market Value of Equity to Book Value of Total Liability) Terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian penelitian yang disajikan pada tabel 1. terlihat bahwa tingkat signifikansi X 4 (MVE/BTL) sebesar 0,039 < 0,05. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis keempat (H4) rasio MVE/BTL mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Salim (2009) yang menunjukkan bahwa variabel MVE/BTL berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handojo (2001) yang menyatakan bahwa variabel MVE/BTL berpengaruh secara negatif terhadap harga saham. Market value of equity to Book Value Of Total Liability (MVE/BTL) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri (Salim, 2009). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya (jangka panjang maupun jangka pendek) seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi (Sawir, 2005:13). Suatu perusahaan yang memiliki rasio MVE/BTL tinggi berpotensi menarik investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga nantinya akan meningkatkan harga saham perusahaan. Pengaruh rasio S/TA (Sales to Total Assets) terhadap harga saham Dari hasil pengujian penelitian yang disajikan pada tabel 1. terlihat bahwa
tingkat signifikansi X5 (S/TA) sebesar 0,388>0,05. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis lima (H5) rasio S/TA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handojo (2001), dan Salim (2009) yang menunjukkan bahwa variabel S/TA tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Sales to Total Assets (S/TA) mennunjukkan efisiensi manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Nilai S/TA yang rendah menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menghasilkan penjualan. Dalam model Z-Score yang dimodifikasi oleh Altman tahun 2000, rasio ini dieliminasi karena dianggap sangat bervariatif pada industri dengan ukuran asset yang berbeda-beda. Perusahaan jasa biasanya menginvestasikan sebagian besar modal yang dimiliki pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat, sehingga aktiva yang dimiliki perusahaan jasa menjadi lebih besar dibandingkan penjualannya. Oleh sebab itu maka para investor dalam memutuskan untuk membeli saham cenderung tidak memperhatikan rasio ini dan lebih mempertimbangkan faktor-faktor eksternal perusahaan. Pengaruh rasio WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA terhadap harga saham Dari hasil pengujian penelitian yang disajikan pada tabel 1. terlihat bahwa rasio WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai Fhitung > Ftabel atau 6,539 > 2,60 serta tingkat signifikansi X6 (WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA) sebesar 0,001 < 0,05. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis enam (H6) rasio WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham diterima.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) Rasio-rasio keuangan Model Altman biasa digunakan untuk menilai tingkat kebangkrutan suatu perusahaan, yang secara tidak langsung juga mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Semakin baik rasio keuangan model Altman pada suatu perusahaan maka semakin sehat perusahaan tersebut. Hal ini dapat memberikan keyakinan pada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil pengujian hipotesis enam yaitu rasio WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham terbukti. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, variabel bebas EBIT/TA (earning before interest and tax to total assets) dan MVE/BTL (market value of equity to book value of total liability) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan, variabel bebas WC/TA (working capital to total assets), RE/TA (retained earning to total assets), dan S/TA (sales to total assets) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Kedua, variabel bebas WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/BTL, dan S/TA secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Saran Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian serta untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya adalah: pertama, peneliti selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitian serta mempertimbangkan faktorfaktor lain selain rasio keuangan sebagai variabel bebas untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan. Kedua, penting bagi investor untuk mengetahui kondisi keuangan dan kesehatan perusahaan emiten sebelum berinvestasi, karena suatu perusahaan
yang diprediksi akan bangkrut tidak akan langsung mengalami kebangkrutan melainkan diawali dengan kesulitan keuangan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA Altman, Edward L. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bankruptcy. The journal of finance Vol. XXIII No. 4. September 1968. Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta. Ghozali, Iman. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Universitas Diponegoro. Handojo. 2001. Analisis Pengaruh RasioRasio Keuangan Altman Terhadap Harga Saham. Tesis. Universitas Diponegoro. Harsadi, Sylvia. 2013. Dampak Melemahnya Rupiah Terhadap Kondisi Perbankan. http://www.teropongbisnis.com. Diakses tanggal 18 Pebruari 2014. Kamal, ST. Ibrah Mustafa. 2012. Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanudin. Mulyaningrum, Penni. 2008. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebangkrutan Bank di Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Ningsih, Kurnia. 2011. Faktor – Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Nugroho, Mokhamad Iqbal Dwi. 2012. Analisis Prediksi Financial Distress dengan Menggunakan Model Altman
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) Z-Score Modifikasi 1995. Universitas Diponegoro.
Skripsi.
Pratama, Billy Arma. 2010. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Salim, Muh. 2009. Kemampuan Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Suharman, H. 2007. Analisis Risiko Keuangan Untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank. Jurnal Ilmiah ASET Vol 9 No. 1 Februari. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Wirawan, Rizki Yudha. 2013. Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan BUMN Sektor Perbankan di Indonesia. Skripsi. Universitas Hasanudin. Zuliarni, Sri. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis. Vol 3 No. 1 Oktober 2012. http://www.akses.ksei.co.id Maret 2014)
(diakses
10
http://www.finance.yahoo.com (diakses 3 Pebruari 2014) http://www.idx.co.id (diakses 3 Pebruari 2014) http://www.juraganinvestasi.com 12 April 2014)
(diakses