Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PHARMACEUNTICAL Ni Putu Eka Wira Wigrhawati
[email protected]
Nur Fadjrih Asyik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to test both simultaneously and partially to the influence of profitability, growth, company size, liquidity, and asset structure to the pharmaceuntical companies’ capital structure which are listed in Indonesia Stock Exchange. By understanding some factors which influence the capital structure, it can help the pharmaceuntical companies to determine the fulfilling of fund which should be done so the company’s goals can be achieved. The samples are 6 pharmaceuntical companies which have been selected by using purposive sampling from which are listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2012. The multiple regressions analysis and classic assumption test have been performed by using SPSS 20.0 version statistic test instrument. The result of the research shows that the research regression model has fulfilled the requirements there are no symptoms of heteroscedasticity, multicollinearity, and correlation and the in used file is normally distributed. The result of the research shows: (1) that profitability has no significant influence to the capital structure, (2) the growth has no significant influence to the capital structure, (3) company’s size has significant influence to the capital structure, (4) liquidity has no significant influence to the capital structure, and (5) assets structure has no significant influence to the capital structure. Keywords: profitability, growth, company size, assets structure ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara simultan maupun parsial pengaruh profitabilitas, growth, ukuran perusahaan, likuiditas, dan struktur aset terhadap struktur modal perusahaan pharmaceuntical di Bursa Efek Indonesia. Dengan mengetahui bagaimana faktor-faktor mempengaruhi struktur modal, dapat membantu perusahaan pharmaceuntical di dalam menentukan pemenuhan dana yang seharusnya dilakukan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Sampel penelitian terdiri atas 6 perusahaan yang dipilih secara purposive sampling dari perusahaan pharmaceuntical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai 2012. Uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda dilakukan dengan menggunakan alat uji statistik SPSS versi 20.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi penelitian ini telah memenuhi syarat yakni tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan korelasi serta data yang digunakan berdistribusi normal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, (2) growth tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur, (3) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, (4) likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, dan (5) struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kata kunci: profitabilitas, growth, ukuran perusahaan, likuiditas, struktur aset
PENDAHULUAN Pada aspek keuangan, salah satunya mencakup kegiatan pengambilan keputusan pendanaan yang akan diambil perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya, dan memilih alternatif investasi yang tepat dengan menggunakan modal yang dimiliki perusahaan tersebut. Kombinasi yang tepat dalam pemilihan modal yang dipilih akan mampu menghasilkan struktur modal yang optimal yang mampu menjadi fondasi kuat bagi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
2 perusahaan untuk menjalankan aktivitas produksinya, serta dapat mendatangkan keuntungan yang optimal bagi perusahaan dan pemegang sahamnya. Yang dimaksud dengan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Pemilihan struktur modal yang tidak tepat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal tinggi yang berpengaruh pada profit yang dihasilkan oleh perusahaan (Sartono, 2001). Sebagaimana disebutkan dalam Weston dan Brigham (1990) kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalianpenambahan utang dapat memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian harapan. Risiko yang semakin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian harapan akan menaikkan harga saham tersebut. Perusahaan dapat meminimalisir besaran risiko yang berasal dari hutang, yaitu dengan melalui optimalisasi modal yang berasal dari luar hutang untuk sepenuhnya digunakan dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan itu sendiri. Dengan adanya pendanaan dari luar perusahaan hendaknya bertujuan untuk sepenuhnya meningkatkan keuntungan perusahaan itu sendiri, sehingga struktur modal yang dimiliki perusahaan menjadi optimal. Seorang manajer harus pandai mengalokasi dana yang dimiliki perusahaan berupa modal sendiri dan modal yang berasal dari hutang yang optimal digunakan untuk operasional perusahaan, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian akibat adanya hutang tersebut. Struktur modal yang merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan modal yang berasal dari ekstern dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal seperti profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, likuiditas perusahaan, tingkat pajak, risiko bisnis, struktur aset, leverage operasi, sikap manajemen, fleksibilitas keuangan, dan lain sebagainya (Brighman dan Houston, 2006). Motivasi dilakukan penelitian ini adalah untuk menguji seberapa besar pengaruh profitabilitas, growth, ukuran perusahaan, likuiditas, dan struktur aset terhadap struktur modal perusahaan pharmaceuntical di Bursa Efek Indonesia. Dengan mengetahui bagaimana faktor-faktor mempengaruhi struktur modal, dapat membantu perusahaan pharmaceuntical di dalam menentukan pemenuhan dana yang seharusnya dilakukan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap tingkat struktur modal perusahaan. Besaran profitabilitas akan mempengaruhi keputusan manajemen untuk melakukan pendanaan dari luar atau tidak, juga akan mempengaruhi keputusan manajemen menggunakan dan dalam operasionalnya. Karena dalam setiap operasionalnya, sebuah perusahaan memerlukan dana untuk membiayainya. Dana yang diperoleh dari profitabilitas mempengaruhi besarnya hutang atau modal dari ekstern perusahaan yang diperlukan untuk melanjutkan operasionalnya (Sartono, 2001). Pertumbuhan penjualan sebuah perusahaan memiliki pengaruh terhadap tingkat struktur modal. Besarnya pertumbuhan penjualan sebuah perusahaan yang menjadi target sebuah perusahaan akan mendorong manajemen untuk meningkatkan operasionalnya. Peningkatan operasional perusahaan memerlukan banyak dana operasional perusahaan. Kekurangan dana menyebabkan beberapa keputusan manajemen untuk mendapat pendanaan dari pihak ekstern. Untuk itu pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap aliran dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai target tersebut, karena dalam besaran pertumbuhan dipengaruhi oleh besaran aliran dana sebuah perusahaan (Sartono, 2001).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
3 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap besaran struktur modal. Ukuran perusahaan menunjukkan besarnya total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar perusahaan, semakin besar modal yang dimiliki perusahaan tersebut. Begitu pula dana yang dibutuhkan perusahaan tersebut untuk mendanai operasionalnya. Besarnya ukuran perusahan mempengaruhi keputusan manajemen dalam memutuskan pendanaan yang akan dipakai untuk operasional perusahaan. Karena semakin besar perusahaan, semakin besar dana yang dimiliki atau diperlukan perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan, semakin mudah akses untuk mendapat dana dari luar (ekstern), hal tersebut karena besaran aset yang dimiliki perusahaan tersebut memberi kepercayaan dari kreditur untuk mengalirkan dananya ke perusahaan tersebut. Karena besarnya aset menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutangnya saat jatuh tempo (Sartono, 2001). Likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan mengembalikan kewajibannya. Tingkat likuiditas mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap sebuah perusahaan, sehingga mempengaruhi besaran dana ekstern atau hutang yang dapat diperoleh perusahaan tersebut. Besaran dana yang diperoleh dari dana ekstern mempengaruhi besarnya rasio struktur modal (Meta, 2012). Struktur aset perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Jika pengukuran struktur aset didasarkan pada rasio antara total aset tetap terhadap total aset, maka secara teoretis terdapat hubungan yang negatif antara stuktur aset dengan struktur modal. Semakin tinggi struktur aset maka semakin tinggi struktur modalnya berarti semakin besar aset tetap yang dijadikan anggungan hutang oleh perusahaan tersebut (Kesuma, 2009). Penelitian mengenai struktur modal telah banyak dilakukan mengingat pentingnya faktor fundamental dalam mempengaruhi besarnya struktur modal. Namun berdasarkan bukti empiris yang menghubungkan faktor-faktor fundamental dengan struktur modal masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan bagaimana pengaruh kelima faktor fundamental tersebut (return on asset, current ratio, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, dan struktur aset) terhadap struktur modal pada perusahaan pharmaceuntical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (dalam Horne dan Wachowicz, 2007:482) menyatakan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Pihak pemegang saham merupakan pemilik perusahaan yang menginvestasikan dananya untuk perusahaan tersebut. Pemegang saham atau pemilik perusahaan harus melakukan pembayaran imbalan dan pengawasan terhadap agen atau pihak manajemen. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut biaya agensi. Menurut Sjahrial (2007:234), biaya agensi adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditur. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan (agency problem). Jika perusahaan menggunakan hutang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditur. Salah satu pendapat dalam teori agensi, siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan pasti merupakan tanggungan pemegang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
4 saham. Sebagai misal, pemegang obligasi, mengantisipasi biaya pengawasan, membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai diisensif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta oleh pemegang obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah obligasi yang beredar. Pemegang saham dengan manajer juga mengalami konflik kepentingan, Jensen (dalam Hanafi, 2008:317) menyatakan bahwa konflik antara pemegang saham dengan manajer erat kaitan dengan konsep free cash flow. Dalam konteks ini, free cash flow didefinisi sebagai aliran kas yang tersisa sesudah semua usulan investasi dengan Net Present Value (NPV) positif didanai. Perusahaan tidak mempunyai lagi kesempatan investasi yang menarik, free cash flow sebaiknya dibagi ke pemegang saham dan pemegang saham sendiri dibiarkan untuk menginvestasikan kelebihan kas tersebut. Tetapi ada kecenderungan manajer ingin menahan sumber daya (termasuk free cash flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut. Liabilitas dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan free cash flow tersebut. Jika perusahaan menggunakan liabilitas, maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan (untuk membayar bunga). Dengan demikian penggunaan liabilitas dapat digunakan sebagai upaya untuk mengatasi konflik keagenan atas free cash flow. Trade-off Theory Teori ini menjelaskan sebuah perusahaan yang struktur modalnya tanpa menggunakan hutang dan dengan keseluruhan menggunakan hutang adalah perusahaan yang dalam keadaan buruk. Perusahaan tanpa menggunakan hutang dalam modalnya akan membayar pajak yang lebih besar daripada perusahaan yang menggunakan hutang. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan dengan menggunkan hutang akan lebih besar dibanding perusahaan tanpa menyertakan hutang dalam modalnya. Perusahaan dengan modal keseluruhan hutang dikatakan buruk karena dalam setiap hutang terdapat bunga hutang yang dibayarnya. Dengan hutang keseluruhan dalam modal perusahaan, dalam setiap keuntungannya perusahaan tersebut akan menggunakan labanya untuk membayar bunga. Tentu keadaan tersebut tidak menguntungkan bagi sebuah perusahaan. Teori trade off optimal menggambarkan keseimbangan biaya masalah dengan nilai perlindungan pajak bunga yang dihasilkan oleh pinjaman. Untuk itu perusahaan hendaknya menyeimbangkan antara besarnya hutang dengan modal sendiri. Karena masing-masing kebijakan memiliki kelebihan masing-masing. Asymmetric Information Theory Modigliani dan Miller (dalam Brighman dan Houston, 2006:38) menyatakan bahwa investor memiliki informasi yang sama seperti para manajernya, hal ini disebut symmetric information. Namun kenyataan para manajer seringkali memiliki informasi yang lebih baik daripada investor luar. Hal ini disebut asymmetric information atau ketidaksamaan informasi. Menurut Sjahrial (2007:237), asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
5 Myers dan Majluf (dalam Hanafi, 2008:315) menyatakan bahwa ada asimetri informasi antara manajer dengan pihak luar. Manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibanding dengan pihak luar. Pada saat harga saham menunjukkan nilai yang terlalu tinggi (overvalue), manajer akan cenderung mengeluarkan saham (memanfaatkan harga yang terlalu tinggi). Tentu pihak luar (pasar) tidak ingin ditipu. Karena itu pada saat penerbitan saham baru diumumkan, harga akan jatuh karena pasar menginterpretasi bahwa harga saham sudah overvalue. Jika harga saham jatuh cukup serius, maka pemegang saham lama akan dirugikan jika perusahaan menerbitkan saham baru. Sebaliknya, pemegang saham baru akan diuntungkan karena bisa membeli saham dengan harga murah. Karena jatuhnya harga saham tersebut berkaitan dengan simetri informasi, maka bisa dikatakan bahwa ada biaya asimetri informasi yang berkaitan dengan penerbitan saham. Biaya tersebut akan semakin besar jika harga saham jatuh cukup signifikan. Dibanding dengan saham, pengumuman penerbitan liabilitas menurut pengamatan, disertai dengan penurunan harga saham yang relatif lebih kecil. Dilihat dari rerangka asimetri informasi, sekuritas liabilitas mempunyai asimetri informasi yang lebih kecil dibanding dengan saham. Liabilitas mempunyai pendapatan yang bersifat tetap (bunga liabilitas), karena itu ketidakpastian pendapatan liabilitas lebih kecil dibanding ketidakpastian saham. Asimetri informasi dari liabilitas tidak sebesar asimetri untuk saham. Dengan kata lain, biaya asimetri liabilitas lebih kecil dibanding dengan biaya asimetri saham. Dengan demikian model asimetri informasi dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku struktur modal. Signaling Theory Menurut Brigham dan Houston (2006:39), signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham, termasuk penggunaan liabilitas yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual saham. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga saham akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberi isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. Ross (dalam Hanafi, 2008:316) menyatakan bahwa struktur modal merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin harga saham meningkat, manajer mengkomunikasi hak tersebut kepada investor. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan mengatakan secara langsung perusahaan mempunyai prospek yang baik. Tentu saja investor tidak akan percaya begitu saja. Dengan demikian, manajer ingin memberi signal yang lebih dipercaya (credible). Manajer dapat menggunakan liabilitas lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Profitabilitas Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi likuiditas, aktivitas, dan leverage operasi terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Warsono, 2003:37).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
6 Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aset atau modal mana yang akan diperbandingkan antara satu dengan yang lainnya. Apakah perbandingan itu antara laba yang berasal dari operasi atau usaha, laba neto sesudah pajak dengan keseluruhan aset, atau perbandingan antara laba neto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas cukup untuk membiayai operasionalnya, tidak perlu menambah besaran hutang dari perusahaan tersebut. Karena semakin besar keuntungan perusahaan, semakin besar laba ditahan yang mampu untuk digunakan dalam operasionalnya. Tinggi rendahnya Return On Asset tergantung pada pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin tinggi efisien operasional perusahaan. Growth (Pertumbuhan Penjualan) Perusahaan yang memiliki keuntungan yang meningkat, memiliki jumlah laba ditahan yang lebih besar. Peningkatan laba perusahaan meningkatkan jumlah modal sendiri yang berasal dari laba ditahan. Penjualan yang relatif stabil dan selalu meningkat pada sebuah perusahaan, memberikan kemudahan dari perusahaan tersebut untuk memperoleh aliran dana ekstern atau hutang untuk meningkatkan operasionalnya. Menurut Brigham dan Houston (2006) perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Ukuran Perusahaan Dalam beberapa penelitian disebutkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap besaran struktur modal perusahaan. Perusahaan yang besar, pasti juga akan membutuhkan dana yang besar pula. Di samping itu perusahaan besar juga memiliki aset yang besar. Semakin besar aset yang dimiliki oleh perusahaan mempengaruhi kepercayaan kreditur untuk memberikan kredit kepada perusahaan tersebut semakin memiliki kemudahan untuk mendapatkan hutang. Pengukuran besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari besarnya total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Brigham dan Houston (2006:117-119) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah perusahaan yaitu rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar. Demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualan rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal) juga semakin kecil. Sebuah perusahaan besar memiliki total aset yang besar. Dalam setiap operasional sebuah perusahaan, perusahaan yang besar memiliki banyak kebutuhan dana yang perlu dialirkan untuk menunjang operasionalnya. Semakin besar perusahaan, semakin besar dana ekstern yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin kecil perusahaan semakin sedikit dana ekstern yang dibutuhkan perusahaan. Likuiditas Sartono (2001:116) menyatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar liabilitas finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
7 perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Struktur Aset Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap (Syamsuddin, 2007:9). Berdasarkan pada trade-off theory, struktur aset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Semakin banyak struktur aset suatu perusahaan berarti semakin banyak collateral assets untuk bisa mendapat sumber dana eksternal berupa liabilitas. Hal ini karena pihak kreditur akan meminta collateral assets sebagai pembayaran liabilitas. Brigham dan Houston (2006:42) menyatakan bahwa perusahaan yang asetnya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan liabilitas. Aset untuk tujuan umum yang dapat digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik, dan sebaliknya pada aset untuk tujuan khusus. Pengembangan Hipotesis Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal. Perusahaan dengan tingkat pengembalian atau profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan dana sendiri atau laba ditahan yang diperoleh dari operasionalnya untuk melanjutkan operasional perusahaan tersebut. Karena pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan, memiliki risiko yang rendah, maka perusahaan dengan profitabilitas tinggi, cenderung memiliki tingkat hutang yang rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut: H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pengaruh growth terhadap struktur modal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi memiliki kecenderungan penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang rendah (Mayangsari, 2001). Pertumbuhan penjualan yang tinggi selalu diikuti dengan peningkatan dana yang digunakan untuk pembiayaan ekspansi. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut: H2: Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Semakin besar ukuran sebuah perusahaan memudahkannya untuk memperoleh aliran dana dari luar perusahaan. Hal tersebut dikarenakan besarnya aset yang dimiliki perusahaan tersebut memberikan kepercayaan tertentu bagi para investor untuk menginvestasikan dananya. Begitu pula dengan kreditur untuk menyalurkan dana hutang kepada perusahaan tersebut. Sehingga ukuran sebuah perusahaan mempengaruhi besarnya hutang yang dapat diperoleh perusahaan dan juga mempengaruhi besarnya kebutuhan hutang dari perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut: H3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
8 Pengaruh likuiditas terhadap struktur modal. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Horne dan Wachowicz, 2007). Sisi pecking order, perusahaan cenderung lebih menyukai pendanaan internal. Hal tersebut dikarenakan kecilnya risiko yang ditanggung perusahaan apabila menggunakan pendanaan internal. Dengan besarnya kemampuan memenuhi kewajiban hutangnya, perusahaan hendaknya mengurangi risiko perusahaan dengan mengurangi hutang perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh likuiditas terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut: H4: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pengaruh struktur aset terhadap struktur modal. Teori trade off menjelaskan apabila manfaat yang diperoleh perusahaan dalam menggunakan hutang lebih besar daripada pengorbanannya, maka sebaiknya perusahaan melakukan pendanaan secara eksternal. Sartono (2001) menjelaskan pengguna utang dalam jumlah besar akan meningkatkan risiko financial bagi perusahaan, sementara itu aset tetap dalam jumlah besar tentu juga mengakibatkan risiko bisnis yang semakin besar yang pada akhirnya meningkatkan total risiko. Dengan demikian, semakin tinggi struktur aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka akan memudahkan perusahaan dalam meningkatkan hutang. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh struktur aset terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut: H5: Struktur aset berpengaruh positif terhadap struktur modal METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan pharmaceuntical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2009-2012, (2) Perusahaan pharmaceuntical yang tidak memiliki saldo laba negatif atau menderita kerugian, (3) Perusahaan pharmaceuntical yang mengalami kenaikan penjualan berturut-turut. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Profitabilitas Profitabilitas didefinisi sebagai rasio earning after tax (EAT) dengan total aset. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Laba yang dimaksud di sini adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak penghasilan: Profitabilitas = Earning After Tax Total Aset
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
9 b. Growth (Pertumbuhan Penjualan) Growth dihitung sebagai persentase perubahan penjualan pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. Semakin stabil penjualan di masa yang akan datang, kecenderungan menggunakan liabilitas semakin besar. Growth = Salest - Salest-1 Salest-1 c. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan didefinisi sebagai cerminan besar kecil perusahaan yang diukur dengan logaritma natural dari total aset. Ukuran Perusahaan = LnTotal Aset d. Likuiditas Likuiditas didefinisi sebagai rasio aset lancar dengan liabilitas lancar. Besarnya hasil perhitungan rasio likuiditas menunjukkan besarnya liabilitas lancar yang dijamin dengan aset lancar. Likuiditas = Aset Lancar Liabilitas Lancar e. Struktur Aset Struktur aset didefinisikan sebagai penentuan seberapa besar jumlah alokasi untuk masing-masing komponen aset lancar maupun dalam aset tetap. Struktur Aset = Total Aset Tetap Total Aset Variabel Dependen Struktur Modal Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah struktur modal. Struktur modal didefinisi sebagai rasio total liabilitas jangka panjang dengan total ekuitas. Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah liabilitas jangka panjang yang diberikan para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Dalam hal ini, seberapa besar tingkat penggunaan liabilitas jangka panjang dibanding ekuitas dalam memenuhi kebutuhan dana. Struktur Modal = Total Liabilitas Jangka Panjang Total Ekuitas Pengujian Hipotesis Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan dilakukan setelah model regresi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
10 yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005): SM = α + β1P + β2G + β3UP + β4L + β5SA+ e Keterangan : SM = Struktur Modal α = konstanta e = error β = koefisien regresi P = Profitabilitas G = Growth UP = Ukuran Perusahaan L = Likuiditas SA = Struktur Aset Nilai dari analisis yang telah dihitung berdasarkan persamaan regresi tersebut menentukan hubungan yang antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika memiliki hubungan searah atau sama-sama mengalami kenaikan atau sama-sama turun maka hubungan antar variabel tersebut berhubungan positif. Sebaliknya, apabila kenaikan variabel independen menyebabkan penurunan variabel dependen maka hubungan variabel tersebut negatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu struktur modal, profitabilitas, growth, ukuran perusahaan, likuiditas dan struktur aset. Tabel 1 Statistik Deskriptif
SM LnP G UP L SA Valid N (listwise)
N 24 24 24 24 24 24 24
Descriptive Statistics Minimum Maximum ,0196 ,2249 -3,2781 ,6483 -,0318 ,5048 11,5123 16,0581 1,9984 7,5153 ,1586 ,5448
Mean ,064950 -2,044442 ,131417 13,981350 3,584775 ,301812
Std. Deviation ,0425943 ,8803059 ,1041074 1,4167183 1,3031747 ,1047592
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pengamatan (n) yang diteliti yaitu sebanyak 24 pengamatan yang terdiri atas perusahaan pharmaceuntical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai tahun 2012. Struktur modal memiliki nilai minimum sebesar 0,0196 dan nilai maksimum sebesar 0,2249. Secara keseluruhan diperoleh nilai ratarata sebesar 0,064950 dengan deviasi standar sebesar 0,0425943. Profitabilitas setelah ditransformasikan (Ln P) memiliki nilai minimum sebesar 3,2781 dan nilai maksimum sebesar 0,6483. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar -2,044442 dengan deviasi standar sebesar 0,8803059. Growth memiliki nilai minimum
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
11 sebesar -0,0318 dan nilai maksimum sebesar 0,5048. Secara keseluruhan diperoleh nilai ratarata sebesar 0,131417 dengan deviasi standar sebesar 0,1041074. Ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 11,5123 dan nilai maksimum sebesar 16,0581. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 13,981350 dengan deviasi standar sebesar 1,4167183. Likuiditas memiliki nilai minimum sebesar 1,9984 dan nilai maksimum sebesar 7,5153. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,584775 dengan deviasi standar sebesar 1,3031747. Struktur aset memiliki nilai minimum sebesar 0,1586 dan nilai maksimum sebesar 0,5448. Secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata sebesar 0,301812 dengan deviasi standar sebesar 0,1047592. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas. Tabel 2 Nilai Variance Inflation Factor dan Nilai Tolerance Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
(Constant) LnP 1G UP L SA a.
,280 ,835 ,502 ,314 ,296
VIF 3,574 1,197 1,990 3,180 3,383
Dependent Variable: SM
b. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot membentuk titik-titik yang menyebar secara acak dengan dengan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini menunjukkan tidak ada masalah heteroskedastisitas.
Gambar 1 Pengujian Heteroskedastisitas pada Regresi Linier Berganda
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
12 c. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa dari semua persamaan regresi bentuk ploting hampir, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
Gambar 2 Grafik Pengujian Normalitas Setelah Transformasi
d. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi sebesar 1,542 yang terletak di antara -2 dan +2 atau terletak di daerah tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi non autokorelasi dipenuhi. Tabel 3 Hasil Uji Gejala Autokorelasi Model
Durbin-Watson
1
1,542
Uji Hipotesis Uji Hasil Regresi Linier Berganda Tabel 4 Analisis Regresi Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error ,340
,145
LnP ,002 G -,013 1 UP -,018 L -,009 SA ,054 a. Dependent Variable: SM
,014 ,070 ,007 ,009 ,117
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
,033 -,031 -,605 -,276 ,133
2,353
,030
,113 -,184 -2,753 -,995 ,465
,911 ,856 ,013 ,333 ,648
,280 ,835 ,502 ,314 ,296
VIF 3,574 1,197 1,990 3,180 3,383
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
13 Untuk menguji pengaruh profitabilitas, growth, ukuran perusahaan, likuditas, dan struktur aset terhadap struktur modal perusahaan pharmaceuntical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2012, dapat dilihat dari nilai koefisien regresi pada persamaan regresi berganda sebagai berikut: SM = α + β1P + β2G + β3UP + β4L + β5SA + e SM = 0,340 + 0,002LnP – 0,013G – 0,018UP – 0,009L + 0,054SA + e Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui ketepatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi. Hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,563, hal ini berarti besarnya pengaruh profitabilitas, growth, ukuran perusahaan, likuiditas, dan struktur aset terhadap struktur modal sebesar 56,3%, dan sisanya 43,7% dipengaruhi oleh varibel lain. Analisis Pengujian Simultan (Uji F) Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 4,637 dengan p-value sebesar 0,007. Secara simultan variabel-variabel independen berupa profitabilitas, growth, ukuran perusahaan, likuiditas, dan struktur aset berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu struktur modal karena p-value lebih kecil dari α (0,05) yaitu sebesar 0,007. Analisis Pengujian Parsial (Uji t) Hasil pengujian pada tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan analisis uji t diperoleh sebagai berikut: Profitabilitas Untuk variabel profitabilitas, mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,911 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Tidak berpengaruh signifikannya profitabilitas menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mendahulukan pendanaan internal, dalam hal ini berupa laba ditahan yang berasal dari laba yang diperolehnya. Pendanaan internal lebih disukai oleh perusahaan, semakin tinggi porsi dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan dan kesempatan investasi yang berasal dari laba ditahan maka tingkat leverage akan semakin kecil. Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Profitabilitas yang mempengaruhi besar kecilnya struktur modal adalah profitabilitas yang diharapkan manajemen yakni laba bersih setelah pajak dibanding dengan penjualan. Profitabilitas dalam sudut manajemen menyangkut efektivitas manajemen dalam menggunakan total aset maupun aset bersih seperti yang tercatat dalam neraca. Efektivitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dengan berbagai cara terhadap aset yang digunakan untuk menghasilkan laba. Growth Hasil regresi menunjukkan growth mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,856 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa untuk variabel growth secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Tidak berpengaruh signifikannya growth menunjukkan bahwa dengan naik turunnya pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap hutang atau pendanaan dari luar karena laba yang dihasilkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
14 diperoleh dari penjualan tidak digunakan untuk membayar hutang tapi digunakan sebagai modal penjualan serta sebagian laba yang diperoleh digunakan untuk operasional perusahaan atau investor, sehingga hutang yang dimiliki perusahaan mengalami perubahan yang relatif kecil. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2006) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatife stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Pertumbuhan perusahaan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi dan pembiyaan. Pertumbuhan perusahaan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi atas aset perusahaan dan akhirnya membutuhnkan penyediaan dana untuk membeli aset. Ukuran Perusahaan Hasil regresi menunjukkan ukuran perusahaan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,013 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa untuk variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasi kemampuan dan tingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberi para stakeholder untuk meningkatkan kemakmurannya. Perusahaan yang memililki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan. Dalam tahap ini dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Selain itu, juga mencerminkan bahwa perusahaan besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding dengan perusahaan dengan kecil. Likuiditas Hasil regresi menunjukkan likuiditas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,333 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa untuk variabel likuiditas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Tidak berpengaruh signifikannya likuiditas terhadap struktur modal menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini dikarenakan dengan tingkat likuiditas yang tinggi perusahaan akan menggunakan biaya internalnya untuk operasional perusahaan dalam mengembalikan liabilitasnya. Suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya liabilitas perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aset lancar yang tidak menguntungkan. Likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang mengganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan. Berapapun besarnya likuiditas suatu perusahaan, jika perusahaan tersebut tidak mampu menggunakan modalnya secara efisien atau tidak mampu memperoleh laba yang diharap, maka perusahaan tersebut pada akhirnya akan mengalami kesulitan keuangan dalam mengembalikan liabilitasnya. Struktur Aset Hasil regresi menunjukkan struktur aset mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,648 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa untuk variabel struktur aset secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Tidak berpengaruh signifikannya struktur aset terhadap struktur modal menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi aset tetap lebih tinggi dibanding aset lancar akan mengurangi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
15 penggunaan hutang. Tingginya struktur aset menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut tinggi juga, sehingga penggunaan dana dari luar (eksternal) berkurang dan cenderung tidak menggunakan hutang karena sumber pendanaan internal memiliki risiko yang lebih kecil. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Weston dan Brigham (1990:713) menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki aset sebagai tanggungan hutang cenderung akan menggunakan hutang dalam jumlah yang lebih besar. Aset yang dimaksud sebagai jaminan atas hutang adalah aset tetap (fixed assets). Semakin tinggi struktur aset maka semakin tinggi struktur modalnya berarti semakin besar aset tetap yang dapat dijadikan tanggungan hutang oleh perusahaan tersebut. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal; (2) growth tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal; (3) ukuran prusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal; (4) likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal; dan (5) struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa variabel independen yang digunakan masih sama sehingga masih belum dirasakan pengaruh dari faktor-faktor yang lainnya yang berhubungan dengan struktur modal. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dikembangkan agar dapat mengetahui prospek dari suatu perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Brigham, E. F. dan J. F. Houston. 2006. Manajemen Keuangan. Edisi 10. Erlangga. Jakarta. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi III. Universitas Diponegoro. Semarang. Hanafi, M. 2008. Manajemen Keuangan. BPFE. Jakarta. Horne, J. C. V. dan J. M. Wachowicz, Jr. 2007. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Buku Satu. Edisi Indonesia. PT Salemba Empat. Jakarta. Kesuma, A. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan Volume 11.1:38-45. Mayangsari, S. 2001. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.1 No.3 hal 1-26. Meta, S. 2012. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, dan Kepemilikan Manajerial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010. Diponegoro Business Review: 1-9. Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Sjahrial, D. 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan. Mitra Wacana Media. Jakarta. Syamsuddin, L. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga. Bayumedia Publishing. Malang. Weston, J. F. dan E. F. Brigham. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 9. Erlangga. Jakarta.