PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS SURAT PADA SISWA KELAS IV SDN CIKARANG KOTA 04 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh Sahid Ahmad Dahlan NIM :108018300043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAII CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERIIADAP I(ETERAMPILAIT MEI\IT]LIS SURAT PADA SISWA KELAS W SI}N CIKARANG KOTA 04
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaraMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
SAHID AIIMAD DAHLAN I\[IM. 108018300043
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
I
Pembimbing
II
) I)r. Fauzan. MA NIP.19761107 200701 1 013
NrP. 19771 121201101
I
001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGURUAN UNryERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAIGRTA 2At5
a7
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul "PENGARUII PEI\IERAPAIII PENDEKATAI\ CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERIIADAP KETERAMPILAIY MENT]LIS SURAT PADA SISWA KELAS MDN CIKARANG KOTA 04" disusun oleh Sahid Ahmad Dahlan, NIM 108018300043, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakafia. Telah mengikuti bimbingan dan menyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada siding munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, Juli 2015 Yang Mengesahkan,
Pembimbing
I
oau"u-r Dr. Fauzan. MA I\[IP. 19761107 200701 1 01
rtrP.1977112r
101 1 001
v LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul "Pengaruh Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learnirry terhadap Keterampilan Menulis Surat Pada Siswa Kelas
MDN
Cikarang Kota 04
"
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
8 Juli 2015 berhak memperoleh gelar sarjana Sl (S.PO
Jakaxta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Monaqosah, pada tanggal dihadapan Dewan Penguji. Karena itu penulis
dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah. Jakarta,8 Juli 2015 Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia (Ketua
Dr. Kharimi.
Jurusan)
MA
NIP. 19650515 199403
1 006
14- 01- fl,ot{
Asep Ediana Latip. M.Pd
| 003
Penguji I
t? /r\;
Dra. Hindun. M.Pd
NrP.
19701 215 200912
Penguji Dona
2 001
II
Aji Karunia Putra" MA
NIP. 19840409 20fi 01
I
U
z09
t3 Juti 2ot5
01s Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
I 198203 1 007
tv
ffi"
Tanda Tangan
[?..:..QT..:.*!.1{
Sekretaris
NIP. 19810623 200912
Tanggal
KEiiENTERIAN AGAiIA UIN JAKARTA FITK JL lr. H.
Juada
No 95 Ctputd 15412
: Tgl.Terbit : No. Revisi: :
01
Hal
111
No.
FORttl (FR)
l,r&,E:ia
Dokumen
FITK-FR At(IXtr@ lMaret2![Dfl(D
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertandatangan di bawah
ini,
Nama
Sahid Ahmad
Tempat/Tgl.Lahir
Bekasi, 27 Desember 1990
NIM
108018300043
Jurusan / Prodi
Pendidilon Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul Skripsi
:
Pengaruh Penerapan Pendekatan Contantml Taching
aN
Lmming (CTL) terhadap Keterampilan Menulis Surat Siswa Kelas IV SDN Cikarang Kota 04
Dosen Pembimbing
: l. Dr. Fauzan,
MA.
2. Dindin Ridwanudin, M.Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan
ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah. Jakart4 tS Jr.rli 2ot5
S
d
,I^
"ln; NIM. 108018300043
ABSTRAK Sahid Ahmad Dahlan, NIM.108018300043, skripsi, “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Keterampilan Menulis Surat Siswa Kelas IV SDN Cikarang Kota 04”. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap keterampilan menulis surat siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SDN Cikarang Kota 04. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen berjumlah 29 siswa dan kelompok kontrol 29 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning, sedangkan kelompok control adalah kelompok yang melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa pendekatan Contextual Teaching and Learning. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes menulis surat. Berdasarkan analisis data uji-t pada posttest dengan taraf signifikansi 0,05%, menunjukkan bahwa kedua rata-rata keterampilan menulis surat yaitu dengan taraf signifikansi (0,001 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan kemampuan menulis surat dengan kelompok kontrol. Artinya, terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap keterampilan menulis surat pribadi siswa.
Kata Kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning , Keterampilan MenulisSurat
i
ABSTRACT
Sahid Ahmad Dahlan, NIM.108018300043, thesis “The Influence of Contextual Teaching and Learning approach to letter writing skills of Class IV of State Elementary School (SDN Cikarang Kota 04)”
Thesis, Islamic
Elementary School Education Program, Islamic Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sceince. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. The aim of this research is to determine the influence of Contextual Teaching and Learning approach to letter writing skills of students. This research uses experimental-quasi method. The object of this research is the students of State Elementary School (SDN Cikarang Kota 04). The sample consist of two groups, the experiment and control groups which have 29 students each group. The experiment group learns Indonesian with
of Contextual Teaching and
Learning approach and the control group learns Indonesian without of Contextual Teaching and Learning approach. The instrument of this research is letter writing test. Based on data analysis in the posttest of significance level 0.05 %, indicating that the average skills of writing a letter that significance level (0,001 < 0, 05). It can be concluded that the experimental group there are differences in the ability to write letters to the control group. That is, there are significant Contextual Teaching and Learning approach to writing letters students.
Keywords: Contextual Teaching and Learning approach, a letter writing skills
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahiim Puji syukur kepada Allah swt yang senantiasa memberi nikmat dan kasih sayang kepada kita semua, selalu memberikan hidayah kepada orang-orang yang berkeinginan kuat dan sungguh-sungguh serta member keringanan untuk mengatasi jalan keluar dari setiap permasalahan dan kesulitan. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang menjadi uswah atau tuntunan dan tauladan bagi umatnya sehingga dapat selamat di dunia dan akhirat. Setiap manusia pasti memiliki keyakinan akan pertolongan dan kasih sayang Allah. Begitu pula penulis meyakini terhadap Maha Kuasa Allah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan keyakinan dan keimanan penulis pula sebagai motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga dukungan serta bantuan dari berbagai pihak yang mampu memberikan keringanan dan kekuatan bagi penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Khalimi, MA. Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dra. Djunaidatul Munawaroh, MA. Dosen Penasehat Akademik Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya. 4. Dr. Fauzan, MA. sebagai pembimbing skripsi I, yang telah bersedia meluangkan waktu, memotivasi, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Dindin Ridwanudin, M.Pd, sebagai pembimbing skripsi II, yang telah bersedia meluangkan waktu, memotivasi, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iii
6. Seluruh Dosen dan Staff Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 7. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan. 8. Kepala sekolah SDN Cikarang Kota 04, Hartini, S.Pd beserta guru dan stafnya yang telah memberikan izin penelitian. 9. Orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Hatta dan Ibu Siti Atikah yang telah memberikan kasih sayang dengan ikhlas, merawat, membesarkan, menjadi guru di keluarga dengan penuh kesabaran, menjadi tempat bersandarnya diri ini dalam keluarga. Yang terus menerus memberikan motivasi tanpa lelah, dan memanjatkan doa kepada Allah Yang Maha Kuasa pada setiap saat. 10. Kakak-kakakku tercinta, SitiAtiroh, Nurhayati, Nurhasanah, FitriaHandayani, dan Sahid Rahmatulah yang selalu memberikan nasehat, semangat, perhatian dan dukungan baik materi dan moral. 11. Teman-teman terbaikku seperjuangan baik di PGMI A dan di PGMI B tahun 2008 yang memberikan semangat, nasehat dan berbagi ilmu luar biasa bagi penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, Juli 2015 Penulis
Sahid Ahmad Dahlan
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i ABSTRACT ..........................................................................................................ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1 B. Identifikasi Masalah....................................................................................5 C. Batasan Masalah .........................................................................................5 D. Rumusan Masalah.......................................................................................6 E. Tujuan Penelitian
..................................................................................6
F. Kegunaan Penelitian ...................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA…….. ......................................................................8 A. Deskripsi Teoretis .......................................................................................8 1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ...................................8 a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning ............8 b. Perbedaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan Pendekatan Tradisional ......................................................10 c. Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching and Learning ......13 d. Komponen Pendekatan Contextual Teaching and Learning .........15 e. Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ............................................................................19 f. Evaluasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning ..........21 2. Keterampilan Menulis…… ......................................................................21 a. Pengertian Keterampilan Menulis ..................................................21 b. Macam-macam Menulis .................................................................24 v
c. Tujuan Menulis ...............................................................................25 d. Mekanisme Menulis .......................................................................27 e. Surat ................................................................................................29 B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................35 C. Hipotesis Penelitian ..................................................................................37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................38 A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................38 B. Metode Penelitian
................................................................................38
C. Desain Penelitian ......................................................................................38 D. Populasi dan Sampel .................................................................................39 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................40 F. Instrumen Penelitian .................................................................................40 G. Validitas Penelitian ...................................................................................43 H. Variabel Penelitian....................................................................................44 I. Teknik Analisis Data ................................................................................44 1. Uji Normalitas .....................................................................................45 2. Uji Homogenitas .................................................................................45 3. Uji Hipotesis........................................................................................46 J. Hipotesis Statistik .....................................................................................46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................48 A. Hasil Penelitian .........................................................................................48 1. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .....................................................................................................50 2. Perbandingan Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................................................54 B. Hasil Analisis ............................................................................................55 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ......................................................55 a. Uji Normalitas ..............................................................................55 b. Uji Homogenitas ..........................................................................56
vi
2. Pengujian Hipotesis .............................................................................58 C. Pembahasan Penelitian .............................................................................58 1. Interpretasi Data.......................................................................................58 2. Pembahasan .............................................................................................59 a. Posttest Menulis Surat Siswa Kelompok Kontrol ............................61 b. Posttest Menulis Surat Siswa Kelompok Eksperimen ....................63 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................66 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................67 A. Simpulan
............................................................................................67
B. Saran .........................................................................................................67 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................68 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Desain Penelitian ............................................................................39
Tabel 3.2
Skor Menulis Surat Pribadi ............................................................41
Tabel 3.3
Pedoman Penulisan Skor Menulis Surat Pribadi ...........................41
Tabel 4.1
Daftar Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ..............................................49
Tabel 4.2
Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kontrol dan Kelompok Eksperimen ................................50
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Eksperimen ...................................................................50
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Kontrol .........................................................................53
Tabel 4.5
Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...........................................................................................55
Tabel 4.6
Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...........................................................................................56
Tabel 4.7
Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................................................57
Tabel 4.8
Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...........................................................................................58
viii
DAFTAR GAMBAR Grafik 4.1
: Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Eksperimen ................................................................52
Grafik 4.2
: Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Kontrol ......................................................................54
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 33 ayat 1 menjelaskan bahwa: “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional”1. Berdasarkan Undang-undang tersebut, bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa utama dalam pengantar dan pemersatu bangsa tidak hanya dalam pendidikan nasional, tetapi bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang diperuntukkan bagi seluruh bangsa Indonesia dalam segala aspek kehidupan masyarakat, sehingga dalam penerapan pada pendidikan bahasa Indonesia menjadi salah syarat dari lulus atau tidak dalam mencapai jenjang pendidikan berikutnya melalui ujian nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah di akhir tahun kegiatan pembelajaran pada tingkat SD/MI (kelas VI), SLTP/MTs. (kelas IX), dan SMA/SMK/Aliyah (kelas XII). Pendidikan ditinjau dari tujuan dan hakekatnya secara umum dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk mengantarkan seorang menuju perubahan yaitu dengan cara mengembangkan secara optimal segala potensi yang ada pada dirinya, sehingga pada akhirnya ia mendapatkan kedewasaan berupa kepuasan diri, menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi masyarakat lingkungannya. Menurut para penganut paham Ilmu Jiwa Asosiasi yang di pelopori oleh John Locke & Herbart, “bahwa belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan, atau perkayaan pola-pola sambutan (respons) atau perilaku baru (behavior)”. Hal ini dapat diartikan sebagai proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafalan. Dalam versi yang mutakhir, kaum behaviourisme ekstrem lebih berpendirian bahwa apa yang diamati dan diukur lebih penting dalam wujud perilaku. Dengan demikian, belajar dapat diartikan sebagai
1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) h. 318
1
2
proses memperoleh pengetahuan dalam pengalaman dalam bentuk pola-pola sambutan perilaku kognitif, afektif, dan psikomitorik.2 Menurut John B. Watson, “bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti”. Selanjutnya Watson menuturkan bahwa manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksireaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui conditioning.3 Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terusmenerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Sejak lahir manusia telah membawa beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, naluri dan potensi tersebut tidak akan berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia lain. Di samping kepandaian yang bersifat jasmaniah, manusia membutuhkan kepandaian ruhaniah karena manusia adalah makhluk sosial budaya.4 Belajar merupakan suatu perubahan yang berarti bahwa sesorang mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya, misalnya: dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengeri menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan 2
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2005) h. 160 3 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007) h. 32 4 Muhammad Thobroni & Arif, Belajar & Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional,( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) h. 16
3
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahanperubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar. Proses pembelajaran di sekolah tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya hasil belajar siswa, seperti yang diungkapkan oleh guru bahasa Indonesia kelas IV SDN 04 Cikarang Kota, bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai ulangan tengah semester genap tahun 2012/2013 rata-rata kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65, hal ini merupakan masalah yang mendorong dilakukannya penelitian.5 Seharusnya pada kelas IV SD harus dapat membuat suatu tulisan yang mengembangkan daya kreativitas anak, sehingga anak mampu menuaikan pemikirannya melalui tulisan. Pentingnya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan mengajak siswa untuk aktif adalah bagian terpenting untuk mencapai proses pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapainya. Realita yang ada sekarang ini di SDN Cikarang Kota 04 adalah rendahnya penguasaan metode pembelajaran guru yang berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di SDN Cikarang Kota 04 bahwa masih banyak siswa kelas IV semester ganjil yang kurang menyukai bahasa Indonesia dan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan. Di pihak siswa sendiri, merespons dengan tanggapan bahwa pelajaran bahasa Indonesia memang kurang maksimal dengan diberikan tugas tindak lanjut atau pekerjaaan rumah, sehingga banyak siswa belum memahami secara maksimal materi yang telah diajarkan dan memberikan kesan yang membosankan. Berdasarkan data tersebut di atas, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh banyaknya mempengaruhi proses belajar-mengajar, di antaranya kemampuan 5
Hasil ulangan tengah semester genap kelas IV SDN Cikarang Kota 04 tahun pelajaran 2012/2013.
4
siswa, metode pembelajaran disampaikan guru, pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, kondisi ruang belajar secara fisik, emosional dan sosial. Pada umumnya di sekolah, guru-guru menggunakan metode pembelajaran klasik, hanya menggunakan ceramah dan penugasan yang menjadi alternatif dalam pembelajaran. Hal ini menjadikan siswa merasa bosan dan kurangnya motivasi dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Inilah realita yang terjadi di lapangan pada umumnya. Pembelajaran bahasa Indonesia masih menggunakan pendekatan konvensional, cara pembelajaran yang membosankan, kemudian guru hanya memberikan tugas rumah sebagai tambahan pemahaman siswa tanpa unsur keaktifan siswa dalam belajar. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan adanya pendekatan pembelajaran yang inovatif, siswa lebih proaktif untuk merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan lingkungannya. Pembelajaran bahasa Indonesia menitikberatkan kepada empat keterampilan. Keempat keterampilan itu adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Jadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengetahui dan mengenal teori sastra saja, melainkan dituntut untuk mahir dalam keterampilan, kemampuan berbahasa dan apresiasi sastra. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik.6 Melalui pendekatan pembelajaran kontekstual ini di dalam menyampaikan materi bahasa Indonesia diharapkan dapat menghasilkan proses belajar yang lebih 6
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) h. 104
5
efektif dan pemahaman dalam belajar lebih mudah didapatkan oleh siswa pada pokok bahasan pengumuman sehingga hasil belajar bahasa Indonesia dapat menjadi lebih baik sebagaimana yang diharapkan. Dari latar belakang tersebut, penulis ingin mengadakan penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI dengan judul “ Pengaruh Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Keterampilan Menulis Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD/MI”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya penggunaan pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran bahasa Indonesia 2. Lambatnya siswa dalam memahami konsep dan keterampilan berbahasa Indonesia 3. Kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia 4. Lemahnya kemampuan siswa dalam menerima dan menangkap informasi atau penjelasan dalam pembelajaran 5. Proses belajar yang belum efektif disebabkan penggunaan pendekatan konvensional. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka penelitian dibatasi pada penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual pada bahasa Indonesia dengan materi menulis surat pribadi yakni surat untuk teman sebaya di kelas IV pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 SDN Cikarang Kota 04.
6
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat peneliti rumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh penerapan pendekatan CTL terhadap keterampilan menulis surat dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN 04 Cikarang Kota? 2. Bagaimana perbedaan tingkat keterampilan menulis surat antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.
Mendeskripsikan
pengaruh
penerapan
pendekatan
CTL
terhadap
keterampilan menulis surat pada siswa kelas IV SDN Cikarang Kota 04 2.
Mendeskripsikan perbedaan tingkat keterampilan menulis surat antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL
F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dan memberikan hasil
positif bagi: 1.
Guru a) Menambah wawasan guru terhadap salah satu model pembelajaran kontekstual. b) Menjadi acuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang sesuai.
7
2.
Siswa Mendapatkan sebuah inovasi pembelajaran yang baru dalam proses belajar bahasa Indonesia, yang dapat menambah motivasi belajar bahasa Indonesia dalam meraih hasil belajar yang baik.
3.
Sekolah Dapat menjadikan salah satu pertimbangan dan penentuaan kebijakan bagi kurikulum sekolah untuk meningkatkan kemapuan mengajar guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
4.
Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan serta pengalaman dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah agar lebih bermakna, produktif, sinergi, efektif, efesien dan bermutu.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoretis 1. Pendekatan CTL a. Pengertian Pendekatan Kontekstual “Contextual Teaching and Learning” adalahsuatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat dan bangsa).7 Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.8 Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang 7
Andi, “MBS, Life Skill KBK, CTL & saling keterkaitannya” , dalam pelangi (Buletin Pendidikan), Jakarta, Desember 2005, Edisi III 8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2006) h. 255
8
9
mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara penyelesaiannya. Pembelajaran
kontekstual
dapat
dikatakan
sebagai
sebuah
pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya/ cara siswa belajar. Konteks memberikan arti, relevansi dan manfaat penuh terhadap belajar. The Northwest Regional Education Laboratory USA dalam LAPIS PGMI mengidentifikasikan adanya 6 kunci dasar pembelajaran kontekstual, sebagai berikut: 1) Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa mendatang. 2) Penerapan pengetahuan adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi di masa sekarang atau di masa depan. 3) Berpikir tingkat tinggi siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan berpikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah. 4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar. Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dunia kerja.
10
5) Responsifterhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa teman pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok serta hubungan antara budaya tersebut akan mempengaruhi pembelajaran dan sekaligus akan berpengaruh terhadap cara mengajar guru. 6) Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian (misalnya penilaian proyek tugas terstruktur, kegiatan siswa, penggunaan portofolio, rubrik,
daftar
cek,
pedoman
observasi,
dan
sebagainya)
akan
merefleksikan hasil belajar yang sesungguhnya.9 b. Perbedaan
Pendekatan
Kontekstual
dengan
Pendekatan
Tradisional Perbedaan
pendekatan
kontekstual
konvensional
menyandarkan
pada
konvensional
terletak
penekananannya,
pada
dengan
pemahaman
makna. di
mana
pendekatan Pembelajaran pada
model
konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai, sementara program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap-demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Siswa
menggunakan
waktu
belajarnya
untuk
menemukan,
menggali, mendiskusikan, menambah daya pikir kritis, atau mengerjakan proyek dan memecahkan masalah. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subjektif.10 Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu. 9
Jauharoti Alfin, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, LAPIS PGMI, 2009, h. 3, 12 Nanik Rubiyanto, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010) h. 73
10
11
Berikut ini perbedaaan antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional: 11 NO 1
2
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Tradisional
Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima informasi proses pembelajaran
secara pasif
Siswa belajar dari teman melalui
Siswa belajar secara individual
kerja kelompok, diskusi,
saling
mengoreksi 3
Pembelajaran
dikaitkan
dengan Pembelajaran sangat abstrak dan
kehidupan nyata dan atau masalah teoretis disimulasikan 4
Perilaku dibangun atas kesadaran Perilaku diri
5
dasar
Keterampilan dikembangkan atas Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
7
atas
kebiasaan
dasar pemahaman 6
dibangun
pujian atau nilai (angka) rapor
Seseorang tidak melakukan yang Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru jelek karena dia takut hukuman dan merugikan
8
Bahasa pendekatan
diajarkan
dengan Bahasa
komunikatif,
yakni pendekatan
siswa diajak menggunakan bahasa diterangkan dalam konteks nyata 9
diajarkan
dengan
struktural,
rumus
sampai
paham,
kemudian dilatihkan (driil)
Pemahaman rumus dikembangkan Rumus itu ada di luar diri siswa, atas dasar skemata yang sudah ada yang harus diterangkan, diterima, dalam diri siswa
10
Pemahaman
rumus
dihafalkan, dan dilatihkan itu
relatif Rumus adalah kebenaran absolut.
berbeda antara siswa yang satu dan Hanya ada dua kemungkian, yaitu 11
Jauharoti Alfin, dkk, op. cit, h. 3.13
12
lainnya.
pemahaman rumus yang salah atau pemahaman rumus yang benar
11
Siswa menggunakan kemampuan Siswa secara pasif menerima rumus berpikir kritis
12
atau kaidah
Pengetahuan yang dimiliki manusia Pengetahuan adalah penangkapan dikembangkan oleh manusia itu terhadap serangkai fakta, konsep, sendiri.
atau hukum yang berada diluar diri manusia.
13
Karena
ilmu
pengetahuan
itu Kebenaran bersifat
absolut
dan
dikembangkan (dikonstruksi) oleh pengetahuan bersifat final manusia sendiri 14
Siswa diminta bertanggung jawab Guru
adalah
penentu
jalannya
memonitoring dan mengembangkan proses pembelajaran pembelajaran
mereka
masing-
masing 15
Penghargaan terhadap pengalaman Pembelajaran tidak memperhatikan siswa diutamakan
16
pengalaman siswa
Hasil belajar diukur dengan cara: Hasil belajar hanya diukur dengan proses
bekerja,
hasil
karya, tes
penampilan, rekaman, tes, dan lainlain 17
Pembelajaran terjadi di berbagai Pembelajaran hanya terjadi dalam tempat, konteks, dan setting.
18
Penyesalan adalah hukuman dari Sanksi perilaku jelek
19
adalah
hukuman
dari
perilaku jelek
Perilaku baik berdasar motivasi Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik
20
kelas
ekstrinsik
Seseorang berperiaku baik karena Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan dia bermanfaat.
terbiasa
melakukan
begitu.
Kebiasaan ini dibangun dengan
13
hadiah yang menyenangkan. Sumber :Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, LAPIS PGMI, 2009, halaman. 3.13 c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Sounders (1999: 5-10) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT (Relating: belajar dalam konteks pengalaman hidup, Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan; Applying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan saling berbagi; Transfering: belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru. Penjelasan masing-masing prinsip pembelajaran kontekstual tersebut adalah sebagai berikut: 1. Keterkaitan, relevansi (relating) Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan (relevansi) dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa (relevansi antarfaktor internal) seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat, dan minat dengan faktor eksternal seperti pengalaman dalam kehidupan dunia nyata. 2. Pengalaman langsung (experiencing) Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui eksplorasi, penemuan, inventori, investigasi, penelitian dan sebagainya.
Pengalaman
langsung
ini
dipandang
sebagai
jantung
pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif. 3. Aplikasi (applying) Menerapkan fakta,konsep,prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi,lebih dari sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan (use) fakta konsep, prinsip atau prosedur atau „‟pencapaian
14
tujuan pembelajaran dalam bentuk menggunakan (use)‟‟ (Reigeluth dan Merril, 1987:17). Kemampuan siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks yang bermamfaat juga dapat mendorong siswa untuk memikirkan karir dan pekerjaan di masa depan yang mereka minati. Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan pada dunia kerja.Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pengenalan dunia kerja ini dilaksanakan dengan
menggunakan
buku
teks,
video,
laboratorium,
dan
bila
memungkinkan ditindaklanjuti dengan memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan karyawisata, praktik kerja lapangan dan sebagainya. 4. Kerjasama (cooperating) Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antarsesama siswa, antarsiswa dengan guru, antarsiswa dengan nara sumber, memecahkan masalah
dan
mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran, tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk tim kerja. 5. Alih pengetahuan (transferring) Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki tidak sekedar untuk dihafal, tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah-masalah baru merupakan penguasaan strategi kognitif (Gagne, 1988:19) atau „‟pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menemukan (finding)”12. 12
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010) h. 8-10
15
Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan makna sehari-hari sebagai individual, anggota keluarga, anggota masyarakat dan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah hasil yang diharapkan dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual, di antaranya adalah: 1. Guru yang berwawasan luas 2. Materi dalam pembelajaran 3. Strategi metode dan teknik belajar mengajar 4. Media pendidikan yang memadai 5. Fasilitas yang berkualitas 6. Proses belajar mengajar 7. Kancah pembelajaran 8. Penilaian yang adil 9. Suasana.13 d. Komponen Pendekatan Kontekstual Pendekatan
CTL
memiliki
tujuh
komponen
utama
untuk
pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. 1) Konstruktivisme Konstruktivisme, yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Pada dasarnya, pengetahuan dibentuk pada diri manusia berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekelilingnya. Pengetahuan yang siswa peroleh itu adalah hasil interpretasi pengalaman tersebut yang disusun dalam pikirannya. Jadi siswa bukan 13
Nanik Rubiyanto op. cit,h. 77
16
berasal dari apa yang diberikan guru, melainkan merupakan hasil usahanya sendiri berdasarkan hubungannya dengan dunia sekitar.14 Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak mampu
memberikan
semua
pengetahuan
siswa.
Siswa
harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori ini adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan kata lain, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa membangun pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. 15 2) Inkuiri Menemukan atau inkuiri, yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Siswa diberi pembelajaran untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata. Guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para siswa bekerja menggunakan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan, menggunakan prosedur penelitian, dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis, dan penjelasan yang relevan dengan pengalaman dunia nyata.16 Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.17
14
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran,( Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 57 Trianto, op. cit., h. 108 16 Lukmanul Hakim, op. cit., h. 59 17 Trianto, op. cit., h. 109 15
17
Dilihat dari segi kepuasan emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri
nilai
kepuasan
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
hasil
pemberian.Di mana hasil pembelajaran merupakan hasil kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya mmerupakan pemberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pengalaman
belajarnya
sendiri,
berdampak
pada
strategi
yang
dikembangkan oleh guru. 3) Bertanya Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”, Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya
dalam
pembelajaran
dipandang
sebagai
kegiatan
guru
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang
berbasis
inkuiri,
yaitu
menggali
informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 4) Masyarakat Belajar Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari siswa atau dalam contoh ini yang belajar hanya siswa, bukan guru. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar member informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar ini sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat
18
belajar lain diluar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar didalam kelas, akan tetapi sumber manusia lain diluar kelas (keluarga dan masyarakat). Ketika kita dan siswa dibiasakan untuk member pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat itu pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunitas lain. 5) Pemodelan Perkembangan ilmu dan teknologi, telah mengantarkan dan memberi dampak kepada kemampuan guru. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru. 6) Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lampau. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaaan, pengolahan, pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi terhadap gejala kemunculan kemudian. Melalui model ini, pembelajaran siswa akan jauh lebih penting berada diluar kelas, yaitu pada saai ia dituntuu untuk menangggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi
19
sehari-hari. Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dunia nyata dihadapinya akan mudah diaktualisasikan manakala pengalaman belajar siswa telah memasuki dalam setiap jiwa siswa dan di sinilah pentingnya menerapkan unsure refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran. 7) Penilaian Sebenarnya Penilaian sebagai integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa. e. Penerapan Pendekatan Kontektual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungan pengetahuan siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal sebagai berikut: 1) Belajar berbasis masalah (Problem-Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. 2) Pengajaran autentik (Authentic Instruction), yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata.
20
3) Belajar berbasis inkuri yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. 4) Belajar berbasis projek/tugas terstruktur yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalam materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. 5) Belajar berbasis kerja yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di dalam tempat kerja. 6) Belajar
jasa-layanan
yang
memerlukan
penggunaan
metodologi
pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. 7) Belajar kooperatif yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan
kelompok
kecil
siswa
untuk
bekerjasama
dengan
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.18 Secara
garis
besar
langkah-langkah
penerapan
CTL
dalam
pembelajaran sebagai berikut: a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b) Laksana sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan 18
Jauharoti Alfin, dkk,op. cit, h. 3.15
21
g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.19 f. Evaluasi Pembelajaran CTL Adapun evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran CTL antara lain: a. Penilaian Kinerja, yaitu penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Langkahlangkah
yang
dilakukan
dalam
penilaian
kinerja
adalah
mengidentifikasi semua aspek penting. Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan, usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat diamati dan tidak terlalu banyak. Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati. b. Penilaian tes tertulis, penilaian ini dilakukan dengan tes tertulis tes tertulis yang digunakan adalah pilihan ganda. Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk kemampuan mengingat dan memahami. Dalam menyusun instrument penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut yaitu materi, konstruksi, dan bahasa. 2. Keterampilan Menulis a. Pengertian Keterampilan Menulis Keterampilan
berbahasa
memiliki
empat
komponen,
yaitu
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu berhubungan erat
dengan
keterampilan yang lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil manusia belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis.Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis umumnya dipelajari di sekolah. Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa.Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil berbahasa, semakin jernih dan jelas dalam pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai jika dipraktikkan secara berkelanjutan dan 19
Trianto, op. cit., h. 106
22
teratur. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian menulis yaitu sebagai berikut: 1) Dalam KBBI menulis adalah membuat huruf (angka, dsb) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti merangang, membuat surat) dengan tulisan; mengarang di majalah, mengarang roman (cerita, membuat surat). 2) Guntur dalam bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.20 3) Suriamiharja mengemukakan bahawa menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.21 Berdasarkan beberapa pengertian tentang menulis dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu aktivitas yang melahirkan gagasan dan sebagai suatu keterampilan berbahasa yang diaplikasikan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembaca dalam berbagai bahasa tertulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang memegang peranan strategis dalam upaya memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Keterampilan menulis perlu dikembangkan karena merupakan keterampilan dasar secara mutlak harus dikuasai siswa untuk mencurahkan ide dan gagasannya kedalam bentuk tulisan. 20
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 22 21 Novi Resmini, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007) h. 115
23
Unsur-unsur yang menjadi bahan keterampilan menulis, dapat digambarkan sebagai berikut: a. Isi karangan, merupakan gagasan atau ide pengarang yang dituangkan dalam keseluruhan karangan. Biasanya gagasan ini disebut topik atau tema karangan. Yang menjadi penilaian tentulah sampai sejauh mana topik atau tema tersebut merupakan bahan atau masalah yang menarik. b. Bentuk karangan, berupa surat, laporan, makalah, tulisan ilmiyah lainnya, dan lain-lain. Masing-masing bentuk mempunyai spesifikasi sendiri yang harus diikuti dan ditaati pengarang. c. Gramatika, perangkat kebahasaan yang harus sesuai dengan kaidah yang berlaku serta memenuhi syarat sebagai bahasa tulis. Dengan kecermatan pemakaian bahasa, kemungkinan gagasan atau ide pokok karangan dapat terbungkus dengan baik, dan dengan cara itu pula dapat dengan mudah pesan atau gagasan tersebut diterima pembaca. d. Gaya penulisan, biasanya tergambar dari struktur penulisan dan pemilihan kata. Gaya penulisan memberi warna tertentu terhadap karangan. e. Ejaan, merupakan suatu perangkat sistem yang mengatur mekanisme pemindahan bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Ketepatan penggunaan ejaan yang meliputi: cara penulisan huruf, cara penulisan kata, cara penulisan serapan, dan pemakaian tanda baca, memberi pengaruh yang cukup besar dalam membangun keutuhan karangan.22 Kemampuan menulis erat kaitannya dengan kepemimpinan atau posisi seseorang. Semakin tinggi jabatan dan kedudukan seseorang semakin tinggi pula tuntutan keterampilan menulis yang harus dimilikinya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu persyaratan bagi siapapun dalam setiap organisasi, perusahaan, pendidikan ataupun pemerintahan. 22
ME. Suhendar, Efektivitas Metode Pengajaran Bahasa Indonesia,( Bandung: CV. PIONIR JAYA 1993) hlm. 112
24
Demikian pula halnya dengan siswa di Sekolah Dasar yang harus memiliki kemampuan berbahasa, terutama keterampilan menulis sebagai bekal kemampuan dasar bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya yang lebih tinggi. b. Macam-macam Menulis Macam-macam menulis yang dapat diajarkan di SD dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menurut tingkatannya a) Menulis Permulaan (kelas 1 dan 2) b) Menulis lanjut (kelas 3-6) 2. Menurut isi/bentuknya a) Karangan laporan, umumnya diberikan di kelas-kelas rendah, misalnya menceritakan kembali secara tertulis apa-apa yang dialami dalam Pengajaran Lingkungan b) Karangan fantasi: mengeluarkan isi jiwa sendiri (ekspresi jiwa), misalnya “Aku ingin jadi Ilmuwan”. c) Karangan reproduksi, umumnya bersifat menceritakan/menguraikan suatu perkara yang telah dipelajari atau dipahami, seperti hal-hal yang mengenai gejala alam atau melukiskan dengan kata-kata sendiri tentang apa yang telah dibaca dan lain-lain. d) Karangan argumentasi yaitu karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan
menyatakan pendapat
atau pun pikirannya
berdasarkan alasan yang tepat. 3. Menurut susunannya a) Karangan terikat b) Karangan bebas c) Karangan setengah bebas setengah terikat.23
23
Ibid, h. 119 . Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 24.
23
25
c. Tujuan Menulis Pada
hakikatnya
tujuan
keterampilan
menulis
mengacu
pada
perkembangan aspek logika dan aspek linguistik. Aspek logika hubungannya dengan isi dan pengorganisasiannya, dan aspek linguistik berhubungan dengan cara penyampaiannya secara tertulis. Pengembangan aspek logika mengacu pada disiplin berpikir, pengembangan aspek linguistik mengacu pada disiplin dalam berbahasa. Setiap orang yang hendak menulis tentu mempunyai niat atau maksud dalam hati atau pikiran apa yang hendak dicapainya dengan menulis tersebut. Niat dan maksud itulah yang ada suatu tujuan, jika menulis mempunyai tujuan maka dengan sendirinya berusaha memikirkan gagasan atau ide yang hendak disampaikan dan dituangkan ke dalam sebuah karya tulis. Adapun maksud atau tujuan penulis (the writer’s intention) adalah ”responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca”. Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan, bahwa: 1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). 2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). 3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse). 4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Menurut Hugo Hartig dalam Henry Guntur Tarigan merangkumkannya sebagai berikut: 1) Assignment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. 2) Altruistic purpose (tujuan altruistik)
26
Penulis bertujan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3) Persuasive purpose (tujuan persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. 4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca. 5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan
yang
bertujuan
memperkenalkan
atau
menyatakan
diri
sangpengarang kepada para pembaca. 6) Creative purpose (tujuan kreatif) Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik nilai-nilai kesenian. 7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.24 Sedangkan Atar Semi mengemukakan mengenai tujuan menulis: 1) Untuk menceritakan sesuatu Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang yang dialami oleh yang bersangkutan. Dengan begitu, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. 2) Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan
24
Ibid., hlm. 25-26.
27
Tujuan menulis yang kedua ini adalah untuk memberi petunjuk atau pengarahan kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar. 3) Untuk menjelaskan sesuatu Tulisan yang dibuat dengan tujuan menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan menjadi bertambah, dan pemahaman pembaca tentang topik yang disampaikan menjadi lebih baik. 4) Untuk meyakinkan Tulisan yang dibuat untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu sehingga pembaca mempercayainya dan membenarkannya. 5) Untuk merangkum Tujuan menulis untuk merangkum ini umum dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Hal ini mempermudah mereka dalam mempelajari isi buku, dan menguasai bahan pelajaran.25 d. Mekanisme Menulis Menulis merupakan proses kreatif yang harus dilalui
secara bertahap
sampai terwujudnya sebuah karya tulis. Tahapan atau proses penulisan itu bisa dapat dipahami dan dipelajari. Tahapan-tahapan menulis, diantaranya sebagai berikut: 1). Tahap Pratulis Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan ditulisnya. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa dalam memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Gagasan yang akan ditulis siswa, sangat terkait erat dengan pengetahuan siswa. Semakin banyak pengetahuan siswa, akan semakin banyak gagasan yang 25
M. Atar Semi, Dasar-dasar Keterampilan Menulis, (Bandung: Angkasa, 2007), hlm. 14-21.
28
akan muncul untuk dituliskan. Dengan demikian, tahap pramenulis ini menjadi penting keberadannya untuk memunculkan gagasan yang terpendam dalam pikiran siswa atau mengisi gagasan agar dapat menulis dengan lancar. Pramenulis sebagai suatu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, memahami, dan menyeleksi pengetahuan awalnya sesuai denga topik tulisanya. Topik yang akan ditulis siswa akan lebih baik bila sesuai dengan minatnya. Siswa akan menemukan kesulitan untuk membuat gagasan dan mengorganisasikan yang dipola guru, jika guru terlibat untuk menentukan topik yang akan siswa tulis. Untuk mendapatkan topik yang sesuai dengan minat siswa dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, misalnya curah pendapat, pemetaan pikiran, menggambar, membaca cerita, wawancara dan dramatisasi. 2). Menulis Pada tahap ini siswa membuat suatu konsep atau produk karangannya dalam bentuk tulisan. Siswa dibiarkan menuangkan gagasan dengan apa adanya dan sebebas mungkin. Tidak terkait dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapihan tulisan.Untuk membantu siswa dalam mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemetaaan pikiran yang sudah dibuatnya pada langkah pramenulis. 3). Pascamenulis Pada tahap akhir ini terdapat berbagai kriteria yang akan menjadi syarat pascamenulis, diantaranya: a). Merevisi Tahap ini merupakan perbaikan dari tulisan siswa dengan cara membaca kembali tulisanya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya. Siswa berkesempatan untuk merevisi kekeliruan yang dibuatnya, baik kekeliruan dalam penempatan gagasan, penyusunan tulisan atau isi tulisan tersebut.
29
b). Mengedit Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan yang dilakukan sebelum dipublikasikan. Tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanis yang dibuatnya pada waktu menulis. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanis lainya. Dengan cara berkelompok, tulisan siswa bisa diedit oleh siswa yang lain baik dalam berkelompok maupun dalam kelas. Inti pada tahap ini, siswa harus menyadari kesalahan dari hasil karya tulisannya, sehingga tidak akan terulang dalam menulis selanjutnya. c). Publikasi Setelah
seluruh
tahap
terlaksanakan,
maka
tahap
akhir
adalah
dipublikasikan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada mading kelas atau sekolah. Pelaksanaan untuk publikasi dikelas, siswa dapat berpura-pura sebagai pengarang. Ia menjadi pengarang yang harus menjelaskan hasil karangannya kepada audien. Di sanalah terjadi Tanya jawab antara pengarang dengan pembacanya. e. Surat Menulis surat sebenarnya tidak jauh beda dengan menulis-menulis lainnya. Dalam menulis surat, kita juga perlu mengetahui untuk keperluan apa surat itu kita tulis. Namun demikian, karena bentuk surat berbeda dengan bentuk tulisan lain cerita anak, dialog, pidato dan lainnya, maka dalam penulisannya pun sedikit memiliki perbedaan.26 Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan suatu pesan dari satu pihak ke pihak lain baik perorangan maupun organisasi. Pesan tersebut bisa berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan,
26
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka), Cet. 17, h. 8.49
30
laporan, pemikiran, sanggahan, dan lain sebagainya. Sebagai salah satu sarana komunikasi tertulis, surat harus dapat menjebatani ketersampaian pesan pengirim pada penerima surat. Menurut kepentingan pengirimnya surat dapat dikelompokkan menjadi surat pribadi dan dinas. Surat pribadi yaitu surat yang dikirimkan seseorang kepada orang lain, sedangkan surat dinas yaitu surat resmi yang digunakan instansi untuk kepentingan administrasi pemerintah/ dinas. 1. Contoh surat pribadi: Makassar, 20 Juli 2004 Untuk sahabatku Lenggogeni di Jakarta
Halo, Geni! Apa kabar? Alhamdulillah aku di sini sehat walafiat. Aku membaca majalah anak-anak CERDAS. Aku sangat bangga sekali melihat lukisan karya mu di majalah itu. Kamu pintar sekali melukis keadaan lingkungan Jakarta yang macet. Selamat ya, Gen! kamu berhasil meraih juara pertama. Geni sahabatku, sebagai tanda persahabatan kita, aku kirimkan sebuah puisi terbaikku pada puisi Lingkungan Hidup . Lomba itu diadakan pada tanggal 3-5 Juni lalu. Semoga kamu menyukainya. Sekian dulu, aku tunggu balasan surat darimu.
Dari sahabatmu
Tika
31
Contoh Surat di atas, terdapat penggunaan tanda baca, seperti titik, tanda koma, dan tanda pisah Penulisan tanda titik Penulisan tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh : Aku membaca majalah anak-anak CERDAS. Penulisan tanda koma Penulisan tanda koma dipakai untuk memisahkan nama tempat dan tanggal. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, aduh, selamat ya yang terdapat di dalam kalimat. Penulisan tanda pisah Tanda pisah dipakai diantara dua nama tempat, bilangan dan tanggal dengan arti, sampai dengan atau sampai ke. Contoh: a. Tanggal 3-5 Juni, artinya tanggal 3 sampai dengan tanggal 5 bulan Juni. b. Jakarta-Palembang, artinya dari Jakarta sampai ke Palembang.27 2. Surat Dinas a. Macam-macam Surat Dinas Surat dinas ada bermacam-macam, misalnya surat undangan, surat pengantar, surat permohonan, surat keterangan, surat tugas, surat pernyataan, surat edaran, surat pengumuman dan surat keputusan. Surat-surat itu, selain memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, juga memiliki persamaan.28 1). Surat Undangan Surat ini dipergunakan untuk mengharap seseorang supaya hadir. Dapat juga dikatakan bahwa surat ini digunakan untuk memanggil seseorang. Kalimat permulaan surat undangan biasanya sudah merupakan isi surat.
27 28
Widyati S, Bahasa Indonesia SD/MI kelas 4, PT. Bintang Ilmu, 2006, hlm. 41-42. Djago Tarigan, op. cit., h. 8.49
32
2). Surat Pengantar Surat Pengantar berfungsi untuk mengantarkan sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa barang, buku, surat, atau berkas lainnya. Kalimat pembuka surat pengantar juga sudah merupakan isi. 3). Surat Pemberitahuan Surat
pemberitahuan
adalah
surat
yang
dipergunakan
untuk
memberitahukan sesuatu. 4). Surat Permohonan Menurut Pendapat Subariyanto (1988:101), agar berkesan lebih sopan dan halus, surat permohonan sebaiknya disusun secara induktif, yaitu dengan cara menyusun surat dengan cara mengemukakan alasan-alasan lebih dulu, kemudian simpulannya baru dikemukakan. 5). Surat Keterangan Surat keterangan adalah surat untuk menerangkan atau menjelaskan sesuatu. 6). Surat Tugas Surat tugas adalah surat yang dipergunakan untuk menugaskan orang lain agar ia melakukan pekerjaan tertentu. 7). Surat Edaran Surat edaran adalah surat yang diedarkan agar isinya dapat diketahui orang banyak. 8). Surat Pernyataan Surat Pernyataan ialah surat yang dipergunakan untuk memaklumkan. Isi pernyataan dapat bermacam-macam, misalnya pernyataan menduduki jabatan,
33
pernyataan pelaksanaan tugas, pernyataan belum bekerja, pernyataan ikut berbela sungkawa dan lain-lain. 9). Surat Pengumuman Surat pengumuman ialah surat yang dipergunakan untuk mengumumkan atau memaklumkan sesuatu. 10). Surat Peringatan Surat peringatan adalah surat yang dipergunakan untuk menasehati atau menegur seseorang (biasanya oleh atasan kepada bawahan). 11). Surat Ucapan Terima Kasih Surat ucapan terima kasih ialah surat yang dipergunakan untuk menyampaikan terima kasih kepada seseorang. 12). Surat Perintah Kerja Surat perintah kerja ialah surat yag dipergunakan untuk memerintah seseorang agar ia melakukan sesuatu (pekerjaan). 13). Surat Perjanjian Kerja Surat perjanjian kerja ialah surat yang dipergunakan untuk mengadakan persetujuan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. b. Dasar-dasar Komposisi Surat Dinas Dasar-dasar komposisi yang perlu diperhatikan adalah 1) pilihan kata, 2) penyusunan kalimat, 3) penyususnan alinea 1. Pilihan kata Yang dimaksud pilihan kata ialah cara memilih kata-kata yang dipergunakan untuk mencurahkan idea tau pikiran ke dalam sebuah kalimat (subariyanto, 1988:8). Selanjutnya, ia menyatakan bahwa pada umumnya pilihan
34
kata dalam surat dinas diutamakan kepada: a) ketepatan, b) kebakuan, c) keumuman, d) kehematan dan e) kehalusan makna.
2. Penyusunan kalimat Yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat di antaranya ialah: a) kesatuan pikiran, b) kesatuan susunan, dan c) kelogisan 3. Penyusunan alinea Agar alinea dalam surat dapat tersusun dengan baik, sedikitnya ada tiga buah persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: a) kesatuan alinea, b) keterpaduan kalimat, c) pengembangan alinea. c. Komponen-komponen Surat Dinas Sebuah surat terdiri atas komponen-komponen, penempatan komponen ini berhubungan erat dengan bentuk surat yang dipergunakan, komponen surat dinas itu adalah: a) kepala surat, b) nomor surat, c) tanggal surat, d) lampiran, e) hal, f) alamat surat, g) salam pembuka, h) isi, i) salam penutup, j) pengirim surat, k) tembusan.29 Contoh Surat Dinas/ Resmi PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI DINAS PENDIDIKAN SD NEGERI SUKARAYA Jln. Ki Hajar Dewantara No. 10 BEKASI 17530
29
Nomor
: 01/ 011/ SD/ 2010
Lamp
:-
Hal
: Surat Tugas
Djago Tarigan, op. cit., h. 8.50-8.56
35
Kepala SD Negeri Sukaraya memberikan tugas kepada: Nama
: Ridwan Saepudin
NIP
: 121 749573
Jabatan
: Guru Pembina /IV/ a
Untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Olah raga, Pada tanggal 15 Oktober 2010 sampai dengan 21 Oktober 2010 bertempat di LPMP Jawa Barat Jln. Batujajar Padalarang Kab. Bandung. Demikian surat tugas ini agar dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan setelah melaksanakan tugas harap melapor kepada kepala sekolah.
Bekasi, 13 Oktober 2010 Kepala Sekolah
Ram-ram Tabrani, M. Pd
B. Penelitian yang Relevan Sebelum meneliti tentunya peneliti mencari terlebih dahulu penelitianpenelitian terdahulu mengenai pendekatan Contextual Teaching and Learning, agar peneliti yang akan dilakukan memiliki dasar pemikiran yang cukup kuat. Dengan pertimbangan di atas, maka peneliti menuliskan berbagai penelitian terdahulu sebagai berikut: a. Penelitian lain oleh Puji Rahayu dengan judul skripsi “ Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual” tahun 2010. Universitas Islam Negeri, Jakarta. Dapat diambil kesimpulan
36
bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan tingkah laku dalam pembelajaran menulis puisi berdasarkan penilaian yang dilakukan siswa kelas X SMA Bani Saleh – Bekasi dikategorikan sangat baik. 30 Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Puji Rahayu dengan penulis adalah dilihat dari materi pelajaran, jenjang pendidikan yang dipilih sebagai tempat penelitian dan tahun penelitian.Puji menggunakan materi menulis puisi melalui pendekatan kontekstual pada kelas X SMA Bani Saleh – Bekasi. Sementara penulis menggunakan materi menulis surat dalam penelitian yang dilakukan di SDN Cikarang 04. b. Penelitian lain oleh Ida Faridah, dengan judul skripsi “ Penggunaan Strategi Pembelajaran CTL dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa di MI Nurul Muttaqien Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan” tahun 2012. Universitas Islam Negeri, Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa setiap siklus mengalami kenaikan nilai belajarnya berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator. Sehingga siswa menjadi bertanggung jawab dan peneliti memberikan motivasi semangat dalam belajar yang baik dan lebih efektif dalam pembelajaran.31 Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ida Farida dengan penulis adalah dilihat dari mata pelajaran, tempat dan tahun penelitian.Ida menggunakan mata pelajaran IPS dengan strategi pembelajaran CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MI Nurul Muttaqien Kebon Baru,
Tebet,
Jakarta
Selatan
tahun
2012.
Sedangkan
penulis
menggunakan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan keterampilan menulis surat siswa kelas IV di SDN Cikarang Kota 04.
30
Puji Rahayu, “ Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual” .Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2010. 31 Ida Faridah, “Penggunaan Strategi Pembelajaran CTL dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa di MI Nurul Muttaqien Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan”, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2012
37
c. Penelitian lain oleh Nurmalasari, dengan judul skripsi: “Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasipada Siswa Kelas IV MI PEMBANGUNAN UIN JAKARTA Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Islam Negeri, Jakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
peneliti,
bahwa
terdapat
perubahan
belajar
dengan
bertambahnya ide serta kreatif dalam merangkai kata serta dapat meningkatkan pengetahuan luas yang telah didapatkan siswa.32 Adapun perberdaan penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari dengan penulis adalah pada materi yang diberikan kepada siswa dan tempat penelitian.Nurmala menggunakan media gambar untuk memberikan pengaruh dalam belajar menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Pembangunan UIN JAKARTA. Sedangkan penulis menggunakan pendekatan CTL untuk memberikan pengaruh dalam belajar menulis surat siswa kelas IV di SDN Cikarang Kota 04. C. Hipotesis Penelitian Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis, yaitu: Ho :Tidak terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap keterampilan menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan surat teman sebaya. Ha : Terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap keterampilan menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan surat teman sebaya.
32
Nurmalasari, “Penelitian lain oleh Nurmalasari, dengan judul skripsi: “Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas IV MI PEMBANGUNAN UIN JAKARTA Tahun Pelajaran 2012/2013”, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2013.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN 04 Cikarang Kota, yang berlokasi di Kp. Harapan Baru Rt. 002 / 009 Ds. Cikarang Kota Kec. Cikarang Utara Kab. Bekasi pada tanggal 14 s.d 18 Januari 2014. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Metode ini dipilih oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari suatu perlakuan. Semu (quasi experiment) dengan desain non equivalent control group design, desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Metode eksperimen semu pada (quasi experiment) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variable saja, yaitu variable yang paling
dominan.
Dalam
eksperimen
tentang
metode
pembelajaran.
Pengontrolannya juga tidak sepenuhnya disamakan tetapi dipasangkan.1 C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Post-test Only Control Group Design. Design penelitian ini melibatkan dua kelompok yang dipilih secara random, kelompok pertama diberikan perlakuan sedang kelompok dua tidak.2yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menerapkan pembelajaran dengan 1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 59. 2 Juliansyah Noor, Metode Penelitian :Skripsi, Tesis, Disertasidan Karya Ilmiyah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 117.
38
39
menggunakan Contextual Teaching and Learning pada pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan kelompok kontrol menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa menggunakan Contextual Teaching and Learning. Setelah proses pembelajaran selesai, masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan dengan instrumen yang sama. Adapun urutan desain penelitian terlihat jelas pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Kelompok
Perlakuan (x)
Postest
Eksperimen
X
T1
Kontrol
-
T2
Post-test Only Control Group Design3 Keterangan: T1
:
Postest kelas eksperimen
T2
:
Postest kelas kontrol
X
: Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan CTL
-
: Pembelajaran Bahasa Indonesia metode ceramah
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil daripopulasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IV SDN Cikarang Kota 04 tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 2 kelas, kelas 4A terdiri dari 29 siswa dan kelas 4B terdiri dari 28 siswa. 2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
3
Ibid, h. 116
40
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu: a) Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapat pembelajaran Bahasa Indonesia dengan CTL. Sampel yang terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas IV B yang berjumlah 28 siswa. b) Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa menggunakan CTL. Sampel yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah siswa kelas IV A yang berjumlah 28 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang sudah diketahui jumlah populasi sebelumnya. Populasi yang terpilih sebagai sampel pada kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas IV B yang berjumlah 28 siswa, sedangkan sampel kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah kelas IV A yang juga berjumlah 28 siswa. E. Teknik Pengumpulan Data Data ini dikumpulkan melalui teknik pengukuran dengan menggunakan alat ukur berupa tes soal. Teknik pengumpulan ini menggunakan instrument tes dan non tes. Instrument tes yakni berupa soal essay dan non tes berupa dokumentasi pembelajaran dengan menggunakan CTL. F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes Tes adalah rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, ataubakat yang dimiliki individu atau kelompok.4 Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk essay yang diberikan kepada populasi penelitian untuk mengetahui ada atau 4
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PustakaSetia, 2011), hlm. 185
41
tidaknya pengaruh penggunaan pendekatan kontekstual terhadap keterampilan menulis surat. Hasil dari tes tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui perbedaan belajar siswa dalam menyusun menulis surat dengan menggunakan pendekatan CTL dan tidak menggunakan pendekatan CTL. Penilaian kemampuan siswa dalam menulis surat meliputi aspek isi, organisasi, ejaan dan bentuk. Berikut tabel skor penilaian menyusun surat: Tabel 3.2 Skor Menulis Surat pribadi5 Aspek
Skor
Bahasa
30
Bentuk
20
Ejaan
20
Isi Surat
30
Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Menulis Surat Pribadi No 1.
Aspek Bahasa
Kriteria
Tidak dapat
Skor 30
kesalahan dalam penulisan bahasa surat
Terdapat kesalahan (kurang dari 3)
20
dalam penulisan bahasa surat
Terdapat kesalahan (antara 4 – 6) dalam
15
penulisan bahasa
5
https://alimurniktm.wordpress.com/lain-lain/kls-vii-smstr-2/kls-vii-semester-i/bab-iv/4-2menulis-su%C2%ADrat-pribadi-dengan-mem%C2%ADperhatikan-komposisi-isi-dan-bahasa/0907-2015,14.00
42
surat
Terdapat kesalahan (lebih dari 6) dalam peulisan bahasa
10
surat 2.
Bentuk
Tidak terdapat
20
kesalahan dalam bentuk penulisan surat
Terdapat kesalahan (kurang dari 3)
15
dalam bentuk penulisan surat
Terdapat kesalahan (lebih dari 3) dalam
10
bentuk penulisan surat 3.
Ejaan
Tidak terdapat
25
kesalahan pada penggunaan ejaan dalam menulis surat
20
Terdapat kesalahan (kurang dari 3) pada penggunaan ejaan dalam menulis surat
15
Terdapat kesalahan (antara 4 – 6) pada penggunaan ejaan dalam menulis surat.
Terdapat kesalahan
10
43
(lebih dari 6) pada penggunaan ejaan dalam menulis surat. 4.
Isi
Tidak dapat
30
kesalahan dalam penulisan isi surat
20
Terdapat kesalahan (kurang dari 3) dalam penulisan isi
10
surat
Terdapat kesalahan (lebih dari 3) dalam penulisan isi surat
2. Instrumen Non Tes a. Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.6 Dokumentasi merupakan cara lain untuk memperoleh data dari responden. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden. Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil karya tulisan siswa dalam menulis surat pribadi. G. Validitas Penelitian Arikunto dalam buku Riduwan mengartikan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sementara Sugiyono mengatakan jika instrument dikatakan valid berarti menunjukkan alat
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-10, hlm 329
44
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur.7 Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes menulis karangan surat. Berdasarkan hal itu maka validitas yang digunakan adalah pengujian validitas konstruksi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butirsoal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonstruksikan dengan para ahli dengan cara meminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Dalam hal ini, ahli yang dimintai pendapat adalah Bapak Dindin Ridwanudin, M. Pd. Selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia sekaligus dosen pembimbing II. H. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.8 Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu: Variabel bebas (X): Pendekatan Contextual Teaching and Learning Variabel terikat (Y): Keterampilan Menulis Surat I. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh melalui instrument penelitian, kemudian diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan menguji hipotesis. Teknik analisis data yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah analisis uji-t yang dibantu dengan program SPSS 16.0. Penggunaan teknik analisis dengan
3
. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. Ke-6, hlm. 97. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-10, hlm., 61.
45
menggunakan uji-t dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan kemampuan menulis surat antara kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan CTL dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan pendekatan CTL. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas guna mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya persebaran data yang akan dianalisis. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk yang dilakukan dengan kaidah Asymp Sig atau nilai p. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan terhadap skor posttest, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Proses perhitungan normalitas ini menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.0. Interpretasi hasil uji normalitas dilakukan dengan melihat nilaisig. (2-tailed). Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut. o Jika nilai sig. (2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha 5% (sig.(2-tailed) > 0,050), dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi normal. o Jika nilai sig. (2-tailed) lebih kecil dari tingkat alpha 5% (sig. (2-tailed) < 0,050), dapat disimpulkan bahwa data tersebut menyimpang atau berdistribusi tidak normal. 2. Uji Homogenitas Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah mencari nilai homogenitasnya. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan (homoginitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya varian sampel yang diambil dari populasi yang sama. Untuk menguji homogenitas varian tersebut perlu dilakukan uji statistik (test of
46
homogeneity of variances) pada distribusi skor kelompok-kelompok yang bersangkutan. Uji homogenitas dilakukan pada skor hasil posttest dengan ketentuan jika nilai signifikansi hitung lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%) maka skor hasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan varian atau homogen. Perhitungan homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.0. 3. Uji Hipotesis Setelah melakukan pengujian prasyarat, langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t.Uji-t ini digunakan untuk menguji nilai rata-rata dari kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.0 untuk menghitung uji-t dengan uji Paired Sample T Test. Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: o Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, artinya rata-rata posttest keterampilan menulis surat adalah sama. o Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak, artinya rata-rata posttest keterampilan menulis surat adalah berbeda. J. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H0: µA = µB Ha: µA ≠ µB Keterangan: Ho
: Tidak terdapat pengaruh penerapan pendekatan CTL terhadap keterampilan menulis surat pada siswa kelas IV SDN 04 Cikarang Kota.
Ha
: Terdapat pengaruh penerapan pendekatan CTL terhadap keterampilan menulis surat pada siswa kelas IV SDN 04 Cikarang Kota.
47
µA
:
Rata-rata keterampilan menulis surat siswa dengan menggunakan pendekatan CTL.
µB
:
Rata-rata keterampilan menulis surat siswa dengan menggunakan pendekatan konvensional.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikarang Kota 04. Setiap
jenjang memiliki 2 kelas. Peneliti mengambil sampel dua kelas, yaitu kelas IV A dan IV B. Kelas IV A terdiri dari 29 siswa dan kelas IV B terdiri dari 28 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan CTL terhadap keterampilan menulis surat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada awalnya kelompok diberikan perlakuan yang berbeda, peneliti memberikan pengetahuan awal yang berbeda yaitu dari metode pembelajaran. Setiap siswa diminta untuk menjawab dari pertanyaan yang diberikan peneliti berkaitan dengan materi (surat). Hasil wawancara dari tanya jawab yang telah peneliti berikan, terdapat perbedaan kemampuan pengetahuan awal siswa pada kelas IV B dengan kelas IV A. Oleh karena itu, peneliti dapat menentukan kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan SPSS versi 16,0. Untuk kelompok eksperimen, peneliti memilih kelas IV B karena rata-rata kemampuan menulis surat rendah dari kelas IV A, sehingga kelas IV A dijadikan sebagai kelas kontrol. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa menggunakan pendekatan CTL, sedangkan kelompok eksperimen adalah kelompok dengan melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan CTL. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Adapun materi yang diberikan adalah mengenai pengertian surat, macam-macam surat, langkah-langkah membuat surat, penggunaan tanda baca dan huruf kapital dalam membuat surat. Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan, pertemuan selanjutnya peneliti memberikan soal posttest kepada kelompok kontrol, dan kelompok eksperimen. Berikut daftar nilai posttest keterampilan menulis surat yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol:
48
49
Tabel 4.1 Daftar Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen KELAS EKSPERIMEN NO
Nama
Posttest
KELAS KONTROL Nama
Posttest
1
X1
60
Y1
70
2
X2
70
Y2
65
3
X3
70
Y3
65
4
X4
70
Y4
50
5
X5
50
Y5
65
6
X6
75
Y6
70
7
X7
75
Y7
60
8
X8
75
Y8
55
9
X9
80
Y9
55
10
X10
70
Y10
65
11
X11
80
Y11
65
12
X12
75
Y12
80
13
X13
70
Y13
65
14
X14
60
Y14
70
15
X15
70
Y15
60
16
X16
65
Y16
50
17
X17
70
Y17
65
18
X18
80
Y18
60
19
X19
70
Y19
60
20
X20
65
Y20
70
21
X21
75
Y21
60
22
X22
80
Y22
60
23
X23
85
Y23
70
50
24
X24
80
Jumlah
Y24 1720
Rata-rata
71.666
70
Jumlah
1525
Rata-rata
63.5417
1. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pemberian posttest keterampilan menulis surat pada kelompok eksperimen dimaksudkan untuk melihat hasil pencapaian pembelajaran menulis surat dengan menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan posttest keterampilan menulis surat pada kelompok kontrol dimaksudkan untuk melihat hasil pencapaian pembelajaran menulis surat tanpa menggunakan pendekatan kontekstual. Subjek kedua kelompok masing-masing berjumlah 28 siswa. Namun yang mengikuti tes akhir dari masing-masing kelas hanya 24 siswa. Data yang diperoleh dari posttest kedua kelompok tersebut diolah dengan menggunakan program SSPS 16,0. Rangkuman hasil pengolahan data posttest kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Eksperimen dan Kontrol NO Kelompok
N
Skor
Skor
Mean Median Modus Standar
Maksimal Minimal
deviasi
1
Eksperimen 24 85
50
71.66 70
70
7.894
2
Kontrol
50
63.54 65
65
6.990
24 80
Berdasarkan data statistik yang dihasilkan, dapat disajikan distribusi frekuensi perolehan nilai posttest keterampilan menulis surat kelompok eksperimen dan kontrol. Berikut ini adalah distribusi frekuensiperolehan nilai posttest keterampilan menulis surat kelompok eksperimen dan kontrol.
51
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Eksperimen
Nilai
Frekuensi
Frekuensi %
50
1
4.2
60
2
8.3
65
2
8.3
70
8
33.3
75
5
20.8
80
5
20.8
85
1
4.2
Total
24
100.0
Tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
52
Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Eksperimen Berdasarkan tabel dan histogram di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 50 & 85 masing-masing ada satu orang, siswa yang mendapat nilai 60 & 65 masing-masing ada dua orang, dan siswa yang mendapat nilai 70 ada delapan orang, dan yang mendapat nilai 75 & 80 masing-masing ada lima orang.
53
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Kontrol Nilai
Frekuensi
Frekuensi %
50
2
8.3
55
2
8.3
60
6
25.0
65
7
29.2
70
6
25.0
80
1
4.2
Total
24
100.0
Tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
54
Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis Surat Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel dan histogram di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 50 & 55 masing-masing ada dua orang, siswa yang mendapat nilai 60 ada enam orang, siswa yang mendapat nilai 65 ada tujuh orang, siswa yang mendapat nilai 70 ada enam orang, dan siswa yang mendapat nilai 80 ada satu orang. 2. Perbandingan Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pembahasan
sebelumnya
telah
menyajikan
data
posttest
kelompok
eksperimen dan kontrol. Berikut akan disajikan perbandingan data posttest keterampilan menulis surat antara dua kelompok tersebut.
55
Tabel 4.5 Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol NO Kelompok
N
Skor
Skor
Mean Median Modus Standar
Maksimal Minimal
deviasi
1
Eksperimen 24 85
50
71.66 75
70
7.894
2
Kontrol
50
63.54 65
65
6.990
24 80
Tabel diatas menyajikan data posttest. Posttest kelompok eksperimen memperoleh nilai tertinggi 85, sedangkan posttest kelompok kontrol memperoleh nilai tertinggi 80. Selain itu dapat diketahui nilai rata-rata posttest kedua kelompok. Perolehan nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen mencapai angka 71.66. Sedangkan perolehan nilai rata-rata posttest kelompok kontrol mencapai angka 63.54. Selisih nilai rata-rata antara kedua kelompok sebesar 8.12. Hal ini menunjukkan bahwa perolehan nilai posttest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. B. Hasil Analisis 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data Berdasarkan penelitian yang telah didapat, maka data akan diolah dengan uji hipotesis. Namun sebelumnya, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Data pada uji normalitas ini diperoleh dari posttest keterampilan menulis surat siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kelas IV SDN Cikarang Kota 04. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan SSPS 16.0 dalam menghitung uji normalitas yang berfungsi untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Dengan bantuan SSPS 16.0 dihasilkan nilai sig (2-tailed) pada Shapiro-Wilk yang dapat menunjukkan normal atau tidaknya sebaran data. Sebuah syarat data berdistribusi normal apabila nilai signifikansi
56
yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari tingkat alpha 5% (signifikansi > 0,05). Tabel 4.6 Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kolmogorov-Smirnova Statistic Nilai Posttest eksperimen
Df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.166
24
.086
.936
24
.134
.208
24
.009
.924
24
.072
Nilai Posttest Kontrol Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa data posttest pada kelompok eksperimen memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,134 sedangkan kelompok kontrol memperoleh nilai signifikansi 0,072. Hal tersebut menunjukkan bahwa data posttest menulis surat kedua kelompok tersebut dinyatakan berdistribusi normal karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari alpha 5% (0,134 dan 0,072> 0,05). Dengan hasil perhitungan yang menunjukkan kenormalan distribusi, maka data tersebut telah memenuhi syarat untuk dianalisis. b. Uji Homogenitas Setelah data kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan distribusi normal, selanjutnya mencari nilai homogenitas varians posttest dari kedua kelompok tersebut. Perhitungan homogenitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0. kriteria pengujian homogenitas adalah sebagai berikut: o Jika probabilitas> 0,05 maka Ho diterima, artinya varian dinyatakan homogen. o Jika probabilitas< 0,05 maka Ho ditolak, artinya varian dinyatakan heterogen.
57
Hasil perhitungan uji homogenitas varian data (Levene Statistik) dengan program SSPS 16.0 dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Levene Statistic
df1
.152
df2 1
Sig. 46
.699
Berdasarkan tabel perhitungan uji homogenitas dengan SPSS 16.00, diketahui bahwa Levene Statistik adalah 0,152 dengan nilai probabilitas 0,699. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima. Karena nilai signifikansi posttest dari kedua kelompok lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%), Maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest dari kedua sample penelitian berasal dari populasi yang homogen.
2. Pengujian Hipotesis Uji-t dari posttest menulis surat kedua kelompok ini, bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari dua populasi independen yang berbeda. Pengujian hipotesis ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0. Kriteria pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: o Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, artinya rata-rata posttest keterampilan menulis surat adalah sama. o Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak, artinya rata-rata posttest keterampilan menulis surat adalah berbeda. Adapun hasil pengujian hipotesis yang digunakan uji-t terhadap hasil posttets kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
58
Tabel 4.8 Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Paired Samples Test Paired Differences
Mean
Std. Std. Deviatio Error n Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
Pair Kontrol 1 Eksperim 10.81590 2.20779 -3.55785 -3.680 8.12500 12.69215 en Dari
tabel
di
atas
dapat
diketahui
nilai
sig
df
Sig. (2tailed)
23
(2-tailed)atau
probobilitassebesar 0,001 sedangkan taraf signifikansi sebesar 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan nilai probobilitas lebih kecil daritaraf signifikansi sebesar (0,001<0,05). Maka dapat disimpulkan, bahwa uji-t pada data posttest untuk menolak H0
yang berarti ada perbedaan kemampuan menulis surat pada
kelompok eksperimen dan kontrol. C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Interpretasi Data Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, terlihat bahwa perolehan nilai kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan lebih tinggi dari perolehan nilai kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol diperoleh skor tertinggi sebesar 80, skor terendah 50, rata-rata posttest sebesar 63,54, median sebesar 65, dan modus sebesar 65 dan standar deviasi sebesar 6,99. Pada kelompok eksperimen diperoleh skor tertinggi sebesar 85, skor terendah 50, rata-rata posttest sebesar 71,66, median sebesar 75, dan modus sebesar 70, dan standar deviasi sebesar 7,894. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata posttest kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata posttest kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan uji-t skor posttest keterampilan menulis surat pada kelompok eksperimen dan kontrol. Pengujian uji-t skor posttest ini
.001
59
dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidak dalam proses pembelajaran antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Nilai probabilitas diperoleh kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan taraf signifikansi 5% dan Sig. (2-tailed) yaitu sebesar 0,001. Perhitungan uji-t tersebut menunjukkan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi. Artinya rata-rata kemampuan siswa dalam menulis surat adalah berbeda. 2. Pembahasan Data yang telah diinterpretasikan di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam menulis surat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena perbedaan perlakuan pada kedua kelompok tersebut. Dalam pembelajaran menulis surat, kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan CTL, sementara kelompok kontrol tidak menggunakan pendekatan CTL. Pendekatan CTL atau biasa disebut kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, negara dan pekerja. 1 Penggunaan pendekatan CTL sebagai pendekatan pembelajaran menulis, selain untuk mencapai keunggulan akademik. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan dan keterhubungan.2 Pendekatan kontekstual yang diberikan pun harus dapat menarik perhatian dan minat belajar siswa serta menjadikan siswa konsentrasi pada pembelajaran. Agar siswa antusias dalam mengerjakan tugas membuat surat. Walaupun ada saja siswa yang tidak mau mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugasnya. Dengan alasan tidak mau atau enggan serta malu mengikuti proses belajar karena kelompok. Namun, setelah peneliti memberikan arahan dan motivasi kepada siswa. Kemudian siswa
1
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010) h. 6 2 Ibid.,hlm. 6
60
tersebut mau dan bisa mengikuti pembelajan serta mampu mengerjakan untuk membuat surat. Memang tidak mudah menuliskan surat dalam kehidupan sehari-hari, apalagi mengajarkan hanya sekali pertemuan. Perlu adanya latihan dan bimbingan, baik di sekolah atau di rumah. Pendekatan kontekstual yang diberikan oleh peneliti merupakan salah satu pendekatan pembelajaran untuk membantu siswa memperlancar komunikasi dan berdiskusi, sehingga dapat menemukan gagasan atau ide dalam keterampilan menulis surat oleh siswa terjadi peningkatan. Pada perlakuan kelas eksperimen, siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, dengan arahan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Diawali dengan membaca materi yang sudah tertera di dalam
buku
dan
memahaminya,
kemudian
membuat
kelompok
serta
mendiskusikan ide-ide siswa, sehingga siswa dapat saling memahami materi menulis surat tersebut. Selanjutnya peneliti menguatkan materi yang sudah siswa diskusikan dan memberikan tugas sebagai bahan hasil akhir penelitian sekaligus sebagai kompetensi dan tujuan pembelajaran tersebut. Berbeda dengan kelompok kontrol yang tanpa menggunakan pendekatan kontekstual. Siswa pada kelompok ini terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat dari sikap dan perhatian yang ditunjukan siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Selain itu, siswa dalam menulis surat membutuhkan waktu lama untuk dapat menyesuaikan ide yang akan ditulisnya. Walaupun demikian, di antara kedua kelompok tersebut ada yang sudah bisa atau pandai dalam menulis surat, ada pula yang masih diberikan petunjuk dan motivasi. Setelah mendapat perlakuan, kemudian kedua kelompok tersebut diberikan posttest. posttest yang diberikan yaitu tes menulis surat. Bentuk soal posttest yang diberikan untuk kedua kelompok tersebut adalah bentuk essai dalam surat dengan tema “bebas”. Posttest tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis surat pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan. Hasilnya kelompok eksperimen memperoleh rata-rata posttest lebih tinggi daripada posttest yang diperoleh kelompok kontrol. Berikut akan disajikan
61
beberapa hasil karya siswa dalam menulis surat. Masing-masing posttest dari kedua kelompok penelitian diambil lima karangan siswa sebagai contoh. a) Posttest Menulis Surat Siswa Kelompok Kontrol No. 1
Nama : Adi Nugroho Judul : Bermain dengan teman-teman Aspek
Skor
Isi
15
Bahasa
15
Ejaan
10
Bentuk
10 Jumlah
50
Dari aspek isi terdapat beberapa yang kurang relevan dengan pesan yang akan disampaikan. Secara bahasa cara mengungkapkan melalui tulisan, belum lengkap. Misalnya tidak ada tempat dan tanggal pembuatan surat. Ejaan yang digunakan sudah baik, tetapi masih menggunakan singkatan-singkatan dan kurang tepat saat digunakan untuk menulis surat, selain itu tanda baca yang kurang teratur. Pada bentuk surat cara mengungkapkan ide dan gagasan melalui tulisan begitu lancar. Ide tersampaikan diungkapkan dengan jelas, urutan ceritanya pun logis. No. 2
Nama : Ahmad Yani Judul : Liburan Sekolah Aspek
Skor
Isi
20
Bahasa
15
Ejaan
20
Bentuk
10
65 Jumlah Dari aspek isi sudah baik, akan tetapi informasi yang dituangkan terbatas, isi suratnya perlu dikembangkan lagi. Secara bahasa, cara menyampaikannya cukup lancar, urutannya logis, tetapi kurang lengkap. Dalam ejaan pun terdapat
62
beberapa yang sesuai, misalnya kata “Jumpa”, seharusya ditulis “jumpa”, karena kata tersebut berada ditengah kalimat, tidak diakhir kalimat. Pada bentuk suratnya sudah baik, tetapi terdapat beberapa yang kurang lengkap, seperti tujuan surat, tanda baca dan lain-lain. No. 3
Nama : Ardiansyah Judul : Main Marawis Aspek
Skor
Isi
20
Bahasa
15
Ejaan
15
Bentuk Jumlah
15 65
Dilihat dari isi sudah baik, tetapi ada beberapa tulisan yang dikosongkan. Secara bahasa ada beberapa yang kurang mengungkapkan informasi namun logis. Dalam ejaan ada beberapa kata yang diawal kalimat menggunakan huruf kecil seperti kata “beberapa” harusnya menjadi “Beberapa” dan masih menggunakan singkatan-singkatan. Pada bentuk surat, cukup jelas. Namun perlu diperhatikan adalah tanggal dan tempat pembuatan surat. No. 4
Nama : Lia A. Judul : Untuk Sahabat Aspek
Skor
Isi
20
Bahasa
15
Ejaan
15
Bentuk
15 Jumlah
65
Dari isi sudah baik, informasi yang dituangkan cukup baik. Namun perlu dikembangkan lagi. Secara Bahasa, cara penyampaian surat baik, namun ada beberapa hal yang kurang jelas tujuan surat ini ditulis. Dalam ejaan masih ada beberapa huruf kapital di tengah kalimat, seperti kata “Bisa, Bercanda, Bareng”.
63
Bentuk surat sudah baik, namun masih ada yang belum dituliskan yaitu tempat dan tanggal surat serta teman yang dituju. No. 5
Nama : Tiara Judul : Surat untuk Sahabat Terbaikku Aspek
Skor
Isi
20
Bahasa
20
Ejaan
20
Bentuk
20 Jumlah
80
Dari segi isi, surat yang dituliskan sudah baik, informasi yang dituangkan cukup jelas dan logis, namun perlu dikembangkan. Secara bahasa, cara penyampaian surat baik, namun ada beberapa hal yang kurang jelas untuk siapa (nama sahabat) surat ini ditulis. Dalam ejaan sudah baik, tapi masih ada kata yang ditengah kalimat menggunakan huruf kapital, seperti “Bercanda”. Selain itu, terdapat titik-titik yang tidak dimengerti. b) Posttest Menulis Surat Siswa Kelompok Eksperimen No. 1
Nama : Faisal Luthfiandi Judul : bermain sepak bola Aspek
Skor
Isi
20
Bahasa
15
Ejaan
15
Bentuk
10 Jumlah
60
Isi surat yang ditulis cukup baik, tapi kurang memberikan informasi yang jelas dan harus dikembangkan. Dari segi bahasa, surat ini ada beberapa yang kurang jelas, misalnya tempat bermain. Pada aspek ejaan, masih terdapat kesalahan dari awal kalimat menggunakan huruf kecil. Yaitu kata “dengan” dan judul surat “bermain”, sedangkan dalam bentuk suratnya, ada beberapa yang
64
kurang dituangkan pada saat menulis surat, yaitu tempat dan tanggal pembuatan surat. No. 2
Nama : Abdul Muqtadir Judul : Berlibur bermain bola Aspek
Skor
Isi
20
Bahasa
20
Ejaan
15
Bentuk
15 Jumlah
70
Dari segi isi, surat ini cukup jelas, informasi yang ditulis kurang jelas dan perlu dikembangkan. Dari bahasa ada beberapa yang perlu dikembangkan dengan bahasa yang baik. Pada aspek ejaan, cukup baik namun ada beberapa kata yang menggunakan huruf kecil di awal kalimat, seperti kata dalam judul “bermain” yang seharus “Bermain”. Kemudian tanda baca yang kurang teratur. Dari aspek betuk surat, ada beberapa yang perlu ditulis yaitu pengirim surat. No. 3
Nama : Sulistiawati Judul : Berkunjung kerumah nenek Aspek
Skor
Isi
25
Bahasa
20
Ejaan
20
Bentuk
20 Jumlah
85
Dari segi isi, surat yang ditulis sudah jelas. Pada aspek bahasa cukup jelas dan logis, tetapi perlu dikembangkan. Pada ejaan, surat yang dibuat terdapat beberapa kata yang harus diperbaiki, misalnya diawal kalimat menggunakan huruf kecil tidak kapital, seperti kata “disana” yang seharusnya “Disana” dan judul surat menggunakan huruf kecil, selain itu tanda titik diakhir kalimat. Dari aspek bentuk surat cukup jelas, hanya saja tidak ada penulis suratnya.
65
No. 4
Nama : Nilamsari Judul : Bertamasya ke kebun binatang Aspek
Skor
Isi
25
Bahasa
20
Ejaan
20
Bentuk
10 Jumlah
75
Dari aspek isi, surat ini cukup jelas dan baik. Pada aspek bahasa ada beberapa yang kurang mengungkapkan informasi namun logis. Dan aspek ejaan hanya kurang huruf dari kata “tida” yang seharusnya “tidak”, selain itu ada kata dari judul surat yang tidak menggunakan huruf kapital, seperti “binatang” seharusya “Binatang”. Pada aspek bentuk surat, salam pembuka belum lengkap dan penulis surat yang tidak diketahui. No. 5
Nama : Rizky R. Judul : Bertamasya ke Taman mini Aspek
Skor
Isi
25
Bahasa
20
Ejaan
20
Bentuk
15 Jumlah
80
Dilihat dari aspek isi, surat yang ditulis rizky kurang jelas dan masih perlu perbaikan. Dari aspek bahasa surat ini cukup jelas dan logis, namun perlu dikembangkan. Sedangkan pada aspek ejaan, terdapat beberapa perbaikan, diantaranya yaitu penggunaan awal kata dengan kapital pada kata “dan” serta kurang jelas antara tanda titik (.) dan koma (,). Ada pula kata “ade-ade” yang seharusnya ditulis “adik-adik”. Pada aspek bentuk, surat ini belum lengkap karena
66
ada beberapa yang belum dituliskan, seperti tujuan surat kepada siapa dan pada penulis suratnya. D. Keterbatasan Penelitian Selama penelitian berlangsung, peneliti menemukan beberapa hambatan yang berarti, hambatan-hambatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan satu sekolah untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga memungkinkan terjadi interaksi antarsiswa atau antarkelompok yang menyebabkan terjadinya bias. 2. Siswa merasa belum siap karena pada pembelajaran tersebut menggunakan pendekatan kontekstual. 3. Penelitian belum memiliki keterampilan matang dalam mengkodisikan siswa di kelas, sehingga sebelum pembelajaran dimulai dan selesai belajar suasana didalam kelas kurang kondusif. 4. Pada saat pemberian posttest, peneliti mengambil waktu pada jam akhir belajar, sehingga siswa sudah mulai jenuh. 5. Peneliti belum bisa mengoptimalkan pembelajaran baik dari segi waktu yang di tentukan 2x35 menit maupun dari pemafaatan media di kelas.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap keterampilan menulis siswa kelas IV SDN Cikarang Kota 04. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata pada postest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata postest yang diperoleh kelas eksperimen yaitu 71,66. Sementara itu, rata-rata postest yang diperoleh kelas kontrol yaitu 63,54. Demikian pula berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada skor postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari perhitungan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dihasilkan nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi (0,001 < 0,05). Berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis (H0) ditolak.
B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran bagi: 1. siswa, dapat berperan aktif dan berkomunikasi dalam belajar sehingga membantu dalam proses pembelajaran menulis surat. 2. guru, sebaiknya pembelajaran dalam menulis surat pada pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu memberikan warna dalam belajar, diantaranya pendekatan kontekstual. 3. sekolah,
peneliti
mengharapkan
pada
sekolah
untuk
menerapkan
dan
mengembangkan pendekatan pembelajaran pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis surat siswa, khususnya kelas IV 4. peneliti, dengan melakukan penelitian ini menjadikan peneliti sebagai referensi dalam mengembangkan pembelajaran. Selain itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pendekatan kontekstual terhadap keterampilan menulis yang lainnya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: PT. Remaja Rosyda karya, 2005 Andi, “MBS, Life Skill KBK, CTL & saling keterkaitannya” ,dalam pelangi (Buletin Pendidikan), Jakarta, 2005 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung : Angkasa, 2008 Jauharoti Alfin, dkk., Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, LAPIS PGMI, 2009 Juliansyah Noor, Metode Penelitian :Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiyah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT. Refika Aditama, 2010 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007 M. Atar Semi, Dasar-dasar Keterampilan Menulis, Bandung: Angkasa, 2007 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan,Bandung: Pustaka Setia, 2011 ME. Suhendar, Efektivitas Metode Pengajaran Bahasa Indonesia,Bandung: CV. PIONIR JAYA 1993 Muhammad Thobroni&Arif, Belajar&Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012
68
Novi Resmini, Pendidikan Bahasa dan Sastra di KelasTinggi, Bandung: UPI PRESS, 2007 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan PenelitiPemula, Bandung: Alfabeta, 2010 Rubiyanto Nanik, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,2007 Widyati S, Bahasa Indonesia SD/MI kelas 4, PT. Bintang Ilmu, 2006
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2006
69
RIWAYAT PENULIS Sahid Ahmad Dahlan. Penulis lahir di Bekasi. Pada tanggal 27 Desember 1990. Penulis adalah anak terakhir dari pasangan Hatta dan Siti Atikah. Penulis mengeyam pendidikan TK pada tahun 1995-1996 di TK. Al-Amin Sukaraya-Bekasi. Kemudian melanjutkan pendidikan dibangku Sekolah Dasar pada tahun 1996-2002 di SDN Sukaraya 01 Karang Bahagia. Penulis melanjutkan pendidikan di Pesantren Persatuan Islam 59 Cikarang Utara jenjang Madrasah Tsanawiyah pada tahun 20022005. Karena merasa masih kurang ilmu, penulis melanjutkan pendidikan di Pesantren Persatuan Islam 7 Cempakawarna jenjang Madrasah Aliyah pada tahun 2005-2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui UMB. Penulis memilih Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan dan mengambil Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah (PGMI). Olahraga dan jalan-jalan merupakan hobi penulis sejak kecil. Banyak pertandingan khususnya sepak bola yang sering penulis ikuti, baik di sekolah antarkelas maupun di lingkungan rumah antarteman. Perlu banyak latihan dan kekompakkan dalam mengatur permainan sepak bola bersama teman di sekolah dan teman di lingkungan rumah. Untuk memperdalam khazanah ilmu agama, penulis disarankan oleh orang tua untuk melanjutkan ke pesantren. Pada saat pesantren di MTs. tidak hanya ilmu agama yang penulis dapat, tetapi penulis diikutsertakan dalam kegiatan OSIS dan menjabat sebagai bidang intelektual dan sosial siswa selama 1 tahun (2003-2004). Penulis pun aktif saat pesantren di Madrasah Aliyah dalam kegiatan OSIS dengan menjabat sebagai bidang kesejahteraan santri selama 1 tahun (2006-2007). Memasuki dunia perkuliahan, penulis aktif di BEM-J PGMI. penulis dipercaya menjabat sebagai wakil ketua Departemen Litbang pada periode 2009-2010. Pada bulan Juli 2015, akhirnya penulis berhasil merampungkan studi S1 dengan meraih Sarjana Pendidikan (S.Pd) sebuah gelar sarjana penulis dicita-citakan penulis sejak awal kedatangan penulis di kampus ini. Semoga dengan mendapat gelar sarjana ini, penulis bisa mengembangkan ilmu yang sudah penulis dapatkan dan tidak hanya selembar ijazah yang dihiasi nilai. Selain itu, dengan amanah ini, penulis dedikasikan untuk mengabdi dan menerangi masyarakat dengan sedikit ilmu yang penulis miliki.