ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI APOS (AKSI, PROSES, OBJEK, SKEMA) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESEMBER2014
PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI APOS (AKSI, PROSES, OBJEK, SKEMA) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI
Oleh: Vera Febriani, Kamid 1), Rohati 1) (Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi) 1) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Jambi ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Kota Jambi. Hal ini dikarenakan guru bidang studi matematika hanya menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional yaitu menggunakan Pembelajaran ekspositori yang kurang mengaktifkan siswa di kelas. Guru matematika seharusnya dapat menciptakan proses belajar mengajar yang baik dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang bervariasi serta dapat membuat siswa menjadi aktif dalam belajar. Dengan menerapkan pembelajaran berbasi teori APOS dapat melibatkan siswa secara aktif guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar matematika dan dapat meningkatkan motivasi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan hasil belajar matematika siswa menggunakan pembelajaran berbasis teori APOS dan pembelajaran ekspositori pada siswa kelas VII SMPN 2 Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Jambi kelas VII semester genap tahun ajaran 2013/2014. Sampel yang diteliti sebanyak 74 siswa yang terdiri dari 25 siswa kelas eksperimen I dan 24 siswa kelas eksperimen II dan 25 kelas kontrol. Instrument berbentuk soal post-tes. Instrument diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas diuji dengan rumus korelasi product momen dan di dapat enam soal memiliki validitas tinggi. Uji reliabilitas diuji dengan rumus Alpha Cronbach di dapat rhitung = 0,809 dengan n = 24 pada = 5%, maka dinyatakan soal reliabel. Uji normalitas menggunakan uji Liliefors, uji homogenitas diuji dengan uji Bartlett. Adapun rata-rata hasil belajar pada ranah kognitif, yang diperoleh kelas eksperimen I menggunakan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis teori APOS adalah 76,25, dan rata-rata hasil belajar pada ranah kognitif, yang diperoleh kelas eksperimen II menggunakan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis teori APOS adalah 70,99. Sedangkan rata-rata hasil belajar pada ranah kognitif yang diperoleh kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran dengan pembelajaran ekpositori adalah 52,66. Maka hasil penelitian ini menyimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa menggunakan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis teori APOS dan pembelajarn ekspositori. Kata Kunci : Hasil Belajar, Pembelajaran Berbasis Teori APOS
Vera Febriani
Page 1
PENDAHULUAN Dalam proses pendidikan di sekolah, proses belajar mengajar merupakan kegiatan pokok. Ini berarti berhasil tidaknya tujuan pembelajaran banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Indikator keberhasilan siswa dalam memahami matematika adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai. Melalui hasil belajar dapat dilihat seberapa besar tujuan pembelajaran matematika di sekolah dapat tercapai. Menurut Nyayuk (2014:58) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern) maupun faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis pada saat melaksanakan observasi, diperoleh gambaran umum permasalahan pengajaran matematika yaitu banyak siswa yang takut akan pelajaran matematika karena menurut pandangan siswa matematika itu suatu pelajaran yang sulit untuk dipahami.Hal inilah yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam bernalar, takut serta malu mengungkapkan ide-ide dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan di kelas. Ketakutanketakutan tersebut tidak hanya dari dalam diri siswa akan tetapi juga dari ketidak mampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik pada matematika. Selain itu permasalahan yang ditemukan adalah kurangnya penguasaan konsep matematika, kurangnya sarana dan buku sumber yang digunakan serta dalam proses pembelajaran siswa kurang berminat membaca buku pelajaran yang ada. Hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika diketahui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata Pelajaran matematika di sekolah ini yaitu 60 dan syarat ketuntasan kelas adalah 85% siswa yang tuntas mencapai KKM. Dari tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VII masih dibawah KKM dan memiliki persentase ketuntasan yang sangat rendah jauh dari syarat ketuntasan kelas.Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran matematika masih perlu diperbaiki, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga hasil belajar ikut meningkat. Guru bidang studi matematika di SMPN 2 Kota Jambi dalam pembelajaran matematika lebih banyak menerapkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Guru lebih berperan aktif dibandingkan siswa itu sendiri. Aktivitas belajar siswa hanya terbatas pada mendengar, mencatat dan mengerjakan latihan tanpa memahami materi pelajaran dengan baik, jadi informasi-informasi yang disampaikan oleh guru mudah dilupakan sehingga hasil belajar pun menjadi tidak memuaskan. Sesuai dengan permasalahan pembelajaran yang telah dikemukan, maka penulis mengkaji teori pembelajaran yaitu Teori APOS. Dimana kerangka teori APOS diprediksi dapat bermanfaat dalam mengoptimalkan tingkat pemahaman siswa. (Dubinsky, dkk) mengatakan guru atau pendidik dapat membantu memahami proses pembelajaran dengan memberikan penjelasan fenomena yang bisa diamati siswa yang mencoba untuk membangun pemahaman mereka tentang konsep-konsep matematika dan dengan menunjukkan arah untuk pedagogi yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Dubinsky, dkk (2000) mengadaptasi ide Piaget menjadi teori perkembangan skema seseorang yang berpusat pada berpikir secara matematis, berupa kerangka APOS (Aksi-Proses-Objek-Skema).Teori APOS ini hadir sebagai upaya untuk memahami mekanisme abstraksi reflektif yang diperkenalkan oleh Piaget untuk menggambarkan perkembangan berpikir logis anak, dan memperluas ide ini untuk konsep-konsep matematika lanjut. Berdasarkan teori APOS, Istilah-istilah aksi (action), proses (process), obyek (object), dan skema (Schema) pada hakekatnya merupakan suatu konstruksi mental
Vera Febriani
Page 2
seseorang dalam upaya memahami sebuah ide matematik. aksimerupakan suatu transformasi obyek-obyek mental untuk memperoleh obyek mental lainnya. Seseorang dikatakan mengalami suatu aksi, apabila orang tersebut memfokuskan proses mentalnya pada upaya untuk memahami suatu konsep yang diberikan. Proses terjadi secara internal di bawah kontrol individu yang melakukannya. Seseorang dikatakan mengalami suatu proses, apabila berpikirnya terbatas pada ide matematika yang dihadapi serta ditandai dengan munculnya kemampuan untuk melakukan refleksi atas ide matematika tersebut. Individu dapat mengkonstruk objek kognitif dengan dua cara. Pertama, jikaseorang individu merefleksi aksi yang diterapkan untuk proses tertentu, dan sadarbahwa proses sebagai totalitas, ternyata bahwa transformasi (apakah aksi atauproses) dapat dilakukan dan dapat dikonstruk secara aktual sebagai transformasi,maka individu tersebut melakukan rekonstruksi proses ini sebagai objek kognitif.Pada kasus ini, dikatakan bahwa proses di-enkapsulasi menjadi objek. Kedua,untuk mengkonstruk suatu objek kognitif, seorang individu melakukan refleksipada suatu skema tertentu dan sadar bahwa skema tersebut sebagai totalitas sertadapat melakukan aksi padanya.Pada kasus ini, dikatakan bahwa individu mentematisasiskema menjadi objek.Skema untuk materi matematika tertentu adalahkoleksi individu atas aksi, proses, objek, dan skema lain yang dikaitkan dalamkerangka kerja pada pikiran individu dalam menghadapi suatu problemmatematika. Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, baik secara formal disekolah maupun secara informal di rumah dan di masyarakat (Nyayuk, 2014:176). Proses belajar mengajar yang terjadi dalam suatu pembelajaran matematika lebih memberi kesempatan yang luas kepada para siswa untuk berperan aktif yang bertujuan dan bermakna baginya. Pembelajaran matematika juga merupakan pembentukan lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun konsep-konsep matematika berdasarkan kemampuan sendiri.Oleh sebab itu, guru matematika dituntut untuk mampu menerapkan strategi pembelajaran yang relevan (sesuai) sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Teori APOS dapat digunakan secara langsung dalam menganalisis data oleh seorang peneliti (Dubinsky & McDonald, 2001).Peneliti dapat membandingkan keberhasilan atau kegagalan subjek untuk tugas matematika melalui konstruksi mental tertentu yang mungkin atau tidak mungkin mereka lakukan. Menurut Dubinsky (2000); Asiala, et al. (2004: 4), pengetahuan matematika seseorang merupakan suatu kecenderungan individu untuk merespon dan memahami situasi permasalahan matematika dengan melakukan refleksi dalam konteks sosial dan mengkonstruk kembali aksi, proses, dan objek matematika serta mengorganisasikannya dalam skema yang digunakan dalam situasi permasalahan. Menurut DeVries (2001) menjelaskan langkah-langkah aksi, proses, objek, dan skema. Uraian selengkapnya sebagai berikut: Aksi Aksi adalah suatu transformasi objek mental untuk memperoleh objek mental lainnya. Transformasi dilakukan dengan melakukan aksi terhadap petunjuk eksternal, yang memberikan rincian mengenai langkah apa yang harus diambil. Seorang dikatakan mengalami suatu aksi apabila seseorang tersebut memfokuskan proses mentalnya pada upaya untuk memahami suatu konsep yang diberikan. Seseorang yang memiliki pemahaman yang lebih baik mungkin dapat melakukan aksi lebih baik.Siswa meakukan
Vera Febriani
Page 3
aksi jika diberi stimulus mengenai pengertian dan sifat-sifat serta rumus-rumus dari materi segiempat tersebut. Proses Proses yaitu kontruksi internal yang dibuat dengan melakukan aksi yang sama. Siswa yang sudah mengkontruksi proses konsep dapat menguraikan atau bahkan membalikan langkah dari transformasi tanpa benar-benar melakukannya. Proses dirasakan oleh siswa sebagai hal ang internal dan dibawah kontrol siswa itu sendiri. Dikatakan bahwa siswa berada pada tahap proses dari transformasi yang diberikan, jika dalam pemahaman siswa terbatas pada berpikir tentang transformasi materi segiempat sebagai sebuah proses.Siswa melakukan suatu proses jika siswa tersebut berpikir mandri seperti menerima input dan mengembalikan sebagai output atau membayangkan perhitungan nilai bangun datar tersebut tanpa melakukan perhitungan yang sebenarnya. Siswa berada pada tahap proses dari bangun datar jika dia dapat mendiferensialkan bangun datar tertentu dengan suatu rumus tetapi mengalami kesulitan menguraikannya untuk mendapatkan hasilnya. Objek Seseorang dikatakan telah memiliki konsep objek dari suatu konsep matematika apabila siswa telah mampu membuktikan konsep tersebut sebagai sebuah objek kognitif yang mencangkup kemampuan melakukan aksi atas objek tersebut serta memberikan alasan atau penjelasan tentang sifat-sifatnya. Kemudian siswa juga telah mampu mengurai kembali suatu objek menjadi proses sebagaimana asalnya pada saat sifat objek tersebut akan digunakan.Individu yang dapat berpikir tentang rumus sebuah bangun datar sebagai jalan untuk mendapatkan nilai tanpa mengacu pada contoh-contoh lain. Berpikir tentang rumus bangun datar tersebut sebagai sebuah objek. Orang yang berada pada tahap objek tentang menghitung keliling dan luas suatu bangun datar apabila orang tersebut dapat berpikir menguraikan rumus-rumus tersebut hingga mendapatkan nilai atau hasil yang fakta. Skema Skema adalah koleksi yang koheren dari aksi, proses, objek, dan skema yang lain, yang terkait satu sama lain secara terstruktur dalam pikiran siswa dan dapat digunakan untuk mengatasi situasi masalah yang menyangkut materi matematika tersebut. Skema ini dapat diandalkan dalam menghadapi persoalan dalam bidang matematika.Skema dari seseorang siswa adalah keseluruhan pengetahuan yang mereka hubungkan secara sadar maupun tidak sadar dengan konsep matematika tertentu. Berdasarkan uraian di atas, penelitian tentang penerapan teori APOS dalam pembelajaran matematika perlu di lakukan. Hal ini di maksudkan untuk melihat kebermanfaatan teori APOS dalam pembelajaran. Maka dalam penelitian ini akan mengungkap “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Teori APOS (Aksi, Proses, Objek, Skema) Terhadap Hasil Belajar Matematika di SMPN 2 Kota Jambi”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Iskandar (2013:133), “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk memperlihatkan proses terjadinya sesuatu yang dilakukan oleh guru bersama siswa”. Penelitian dengan menggunakan metode eksperimen ini merupakan kegiatan untuk meneliti suatu peristiwa akibat suatu kondisi yang dipantau dengan cermat untuk mengetahui pengaruh yang muncul.
Vera Febriani
Page 4
Untuk tujuan penelitian ini diperlukan tiga kelompok sampel yaitu dua kelompok kelas eksperimen dan satu kelompok kelas kontrol, dimana kelas eksperimen akan diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran berbasis teori APOS dan Kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran yang sudah diterapkan di SMPN 2 Kota jambi (pembelajaran ekspositori). Sesuai dengan jenis penelitian tersebut, maka rancangan penelitian yang penulis gunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design, Sukardi (2003:185) sebagai berikut: Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Kelompok Pre-test Treatment Post-Test Eksperimen I Eksperimen II Kontrol Keterangan: : Perlakuan menggunakan teori APOS : Perlakuan menggunakan strategi yang telah digunakan di SMPN 2 Kota Jambi : Hasil Pre-test kelompok kelas : Hasil post-test kelompok kelas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Statistik Deskripsi Penelitian ini dilakukan pada 3 kelas sampel. Deskripsinya adalah kelas VIIC sebagai kelas eksperimen I, kelas VIIB sebagai kelas eksprimen II dan kelas VIIA sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas variansi dan uji kesamaan rata-rata terhadap seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Jambi. Setelah diketahui populasi berdistribusi normal, variansinya homogen dan memiliki rata-rata populasi sama dan langkah selanjutnya adalah menentukan kelas sampel . Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik kombinasi, sehingga dari 6 kelompok sampel yang disusun didapat 10 macam sampel. Dari pengambilan secara acak terhadap 10 macam sampel diperoleh tiga kelompok sampel, selanjutnya dengan teknik undian diperoleh pengambilan pertama untuk kelas eksperimen I, pengambilan kedua untuk kelas eksperimen II, dan pengambilan terakhir untuk kelas kontrol. Pada awal penelitian, untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum memulai pembelajaran maka masing-masing kelas sampel di beri tes awal (pre-tes) yang telah di ujicobakan di luar kelas sampel sebanyak 40 soal.Setelah diperoleh data hasil uji coba, maka ditentukan validitas, tingkat kesukaran, Reliabilitas dari soal-soal ujicoba pre-tes, Soal yang digunakan dalam Pre-tes adalah 23 soal.Pre-tes diberikan kepada ketiga kelas sampel. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen ini peneliti membagi siswa ke dalam kelompok.Pembagian kelompok di lihat berdasarkan nilai pre-test yang diperoleh siswa untuk mengelompokkan siswa secara heterogen. Beradasarkan data hasil pre-test, dilakukan perhitungan rata-rata dan simpangan baku masing-masing kelas sampel dapat dilihat pada gambar tabel 4.1. berikut: Tabel 4.1 Rata-rata dan Simpangan Baku Nilai Pre-test Kelas Sampel Kelas Jumlah Peserta Rata-rata Simpangan Baku Eksperimen I 25 46,25 10,85
Vera Febriani
Page 5
Eksperimen II 24 45,88 10,72 Kontrol 25 42,95 11,95 Nilai pre-test diatas menjadi dasar bagi guru dalam mengelompokan siswa untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, hal ini dilakukan supaya didalam satu kelompok berasal dari siswa dengan kemampuan berpikir yang heterogen. Dengan kemampuan heterogen pada masing-masing kelompok, diharapkan kerjasama antar siswa dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pada akhir penelitian, untuk mengetahui hasil belajar siswa maka masingmasing kelas sampel di beri tes akhir (post-tes).Soal-soal yang peneliti gunakan pada pre-test ini sebelumnya di ujicobakan di luar kelas sampel sebanyak 43 soal.Setelah diperoleh data hasil uji coba, maka ditentukan validitas, tingkat kesukaran, Reliabilitas dari soal uji coba post-tes.Soal yang digunakan dalam Post-tes adalah 24 soal.Post-tes diberikan kepada ketiga kelas sampel. Berdasarkan data hasil post-test, dilakukan perhitungan rata-rata dan simpangan baku masing-masing kelompok sampel diperoleh data seperti tabel 4.2. berikut: Tabel 4.2. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Post-test Kelas Jumlah Peserta Test Rata-rata Simpangan Baku Eksperimen I 25 76,25 10,04 Eksperimen II 24 70,99 9,45 Kontrol 25 52,66 10,88 Setelah diperoleh data hasil post-tes, selanjutnya data tersebut dianalisis.Untuk menguji hipotesis dengan membandingkan skor rata-rata nilai siswa kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.Sebelum dianalisis dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas. Tabel 4.3. Hasil Analisis Uji Normalitas Post-test Kelas Jumlah peserta tes Keterangan Eksperimen I 25 0,122 0,173 Normal Eksperimen II 24 0,1319 0,1866 Normal Kontrol 25 0,1548 0,173 Normal Tabel 4.4. Hasil Analisis Uji Homogenitas Post-Test Sampel Dk Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Kelas Kontrol
24 23 24 71
0,041666667 0,043478261 0,041666667 0,126811594
100,816 89,422 118,434
2,003 1,951 2,073
48,072 44,883 49,752 142,707
Pengujian Hipotesis Uji kesamaan beberapa ≥ 3 yang digunakan adalah uji anava satu arah. Untuk menguji kesamaan beberapa ≥ 3 digunakan hipotesis: Salah satu tanda sama tidak sama Tabel 4.5 Hasil Pengujian Analisis Variansi Sumber Variansi Dk Jk KT Rata-rata 1 Antar Kelompok 2 Dalam Kelompok 71
Vera Febriani
F
Page 6
Total
74
Dari hasil perhitungan, diperoleh sedangkan untuk dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 71, dan α = 0,05 didapat . Sehingga ditolak, dengan kata lain diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa ketiga kelompok itu tidak sama. Artinya penerapan pembelajaran berbasis APOS berpengaruh terhadap hasil belajar. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Perbedaan Kelas Eksperimen I dengan Kelas Eksperimen II
Kelas
Jumlah Keterangan Peserta Eksperimen I 25 100,816 diterima Eksperimen II 24 89,4220 Dari tabel 4.6 di atas terlihat bahwa diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis teori apos dikelas eksperimen I (VIIC) tidak berbeda dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis teori apos dikelas eksperimen II (VIIB). Tabel 4.7 Hasil Pengujian Perbedaan Kelas Eksperimen I dengan Kelas Kontrol Kelas Jumlah Keterangan Peserta Eksperimen I 25 100,816 Diterima Kontrol 25 118,433 Dari tabel 4.7 di atas terlihat bahwa diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis teori apos dikelas eksperimen I (VIIC) berbeda dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran ekspositori (VIIA). Tabel 4.8 Hasil Pengujian Perbedaan Kelas Eksperimen II dengan Kelas Kontrol Kelas Jumlah Keterangan Peserta Eksperimen II 24 89,4220 diterima Kontrol 25 118,433 Dari tabel 4.8 di atas terlihat bahwa diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis teori apos dikelas eksperimen II (VIIB) berbeda dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran ekspositori (VIIA). Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil post-test dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 kota Jambi pada pokok bahasan segiempat nilai rata-rata yang diperoleh kelas VIIC (kelas Eksperimen I) untuk kelas yang diajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis teori APOS nilai rata-ratanya adalah 76,25 dengan nilai tertinggi 91 dan terendah dan 54,41 serta persentase ketuntasan kelas ekperimen I adalah 88%.Pada kelas eksperimen II (VIIB) yang diajarkan dengan pembelajaran yang sama seperti kelas eksperimen I yaitu pembelajaran berbasis teori APOS dengan nilai rataratanya adalah 70,99 dengan nilai tertinggi dan terendah adalah 91 dan 54,41 serta
Vera Febriani
Page 7
persentase ketuntasan kelas 83,33%. Selanjutnya kelas kontrol (VIIA) yang diajarkan dengan strategi ekspositori nilai rata-ratanya adalah 52,66 dengan nilai tertinggi dan terendah adalah 70,83 dan 37,5 serta persentase ketuntasan 32%. Dari hasil perhitungan tersebut ternyata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti proses belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis teori APOS lebih tinggi nilai hasil belajarnya dari siswa yang mengikuti proses belajar dengan menggunakan pembelajaran ekspositori. Hal di atas terjadi karena dalam pelaksanaannya siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis teori APOS lebih aktif dalam menjalankan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya pembelajaran berbasis teori APOS dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan penyelesaian terhadap masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dan dapat memberikan suasana baru dalam belajar sehingga pada akhirnya memacu semangat siswa dalam belajar. Dan hal tersebut terlihat dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Sedangkan pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori siswa cenderung lebih pasif, siswa hanya menerima apa saja yang disampaikan oleh guru tanpa aktif berpikir untuk mendapatkan pemahaman dari pembelajaran yang diajarkan. Dalam pelaksanaannya guru hanya bertindak sebagai penceramah di depan siswa, guru menumpahkan semua informasi kepada peserta didik tanpa mengerti apakah peserta didik telah mengerti akan materi yang diajarkan. Dalam hal ini peserta didik mengharapkan ada inovasi baru dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa jenuh. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran berbasis teori APOS(Aksi, Proses, Objek, Skema) terhadap hasil belajar Matematika kelas VII SMP Negeri 2 Kota Jambi. Rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh kelas eksperimen I menggunakan pembelajaran teori APOS adalah 76,25 dengan persentase ketuntasan siswa 88%, dan di kelas eksperimen II menggunakan pembelajaran teori APOS adalah 70,99 dengan persentase ketuntasan siswa 83,33%, Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori adalah 52,66 dengan persentase ketuntasan siswa 32% Saran 1) Peneliti hanya melakukan penelitian ini pada satu pokok bahasan, jadi peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian diambil pada pokok bahasan lainnya dan dapat membandingkan dengan strategi pembelajaran lain atau strategi pembelajaran baru lagi. 2) Penelitian mendatang sebaiknya dilakukan pada focus hasil belajar matematika lainnya atau penelitian lanjutan mengenai pengaruh pembelajaran matematika yang lebih detail dan lengkap, sehingga dapat member manfaat yang lebih. I. DAFTAR RUJUKAN Asiala.Et, Al. 1995-2004. Reflective Abstraction in Learning Mathematic and the Historical Deveopmrnt of APOS Theory. Springer
Vera Febriani
Page 8
Dubinsky. E. Dkk. Teaching mathematical induction I. ebook of Mathematical Behavior, 6(1), 305-317, 1987. Dubinsky. E. Dan Mc. Donald. 2001. APOS : A Contructivist Theory of Learning in Undergraduate Mathematics Education Research. http://www.math.kent.edu/jurnal-International. Georgia State University. Occidental College, USA Iskandar, 2012.Psikologi Pendidikan. Jakata: Gaung Persada Press Group Nyayuk.K, 2014.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada divisi Buku Perguruan Tinggi Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sukardi, 2013.Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Vera Febriani
Page 9