Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS INTERAKSI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD Ni Kd Ratna Wahyuni1,I Km Ngurah Wiyasa 2, I Kt Adnyana Putra3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) yang dilaksanakan dengan pemberian pre test, treatmen, dan post tes. Rancangan penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group desain, dengan populasi seluruh siswa kelas V SD di Gugus 4 Widyasmara Klungkung yang berjumlah sebanyak 216 orang siswa. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS meliputi aspek kognitif saja. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes yaitu tes kognitif pilihan ganda biasa. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan uji-t.Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 2,54 > ttabel = 1,98 dengan dk= 63 dan taraf signifikan 5%. Nilai rata-rata kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial lebih dari kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional yaitu : 80,09 > 68,69. Dari hasil uji-t menunjukkan bahwa thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial Terhadap Hasil Belajar IPS siswa kelas V Gugus 4 Widyasmara Klungkung Tahun Ajaran 2013/2014.
Kata kunci : Model Pembelajaran, Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD), Interaksi Sosial, Hasil Belajar IPS
Abstract The research aimed to find out the significant differences of students result learning on sociology with cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) based social interaction and conventional learning model in grade five of primary school at Gugus 4 Widyasmara Klungkung 2013/2014 academic year. The research an exterior experiment, done with pre test, treatmens, and post test. The research design was nonequivalent control group design, the population were all students in class V (216 students). The sample was chosen using purposive sampling technique. The data collected was the students result learning on sociology in cognitive asfect only. The data collection was through the multiple choice test. T-tes was used to analyse the
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) data collected. Based on t-test analyse, it found tcount =2,54 > ttable= 1,98 with dk= 63 and a significance level of 5%. The everage of students result learning who used cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) based social interaction was higher than students result learning who used conventional learning model. The result of t-tes showed that > t table so Ho refused and Ha accepted. It can be concluded that there was a significant effect on students result learning to the cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD) based social interaction of IPS study in grade five of primary school at Gugus 4 Widyasmara Klungkung 2013/2014 academic year. Key words: Learning Model, Cooperative Type Student Teams Achievement Division (STAD), Social Interaction, IPS Result Learning.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut. Begitu pentingnya peran dan tujuan pendidikan, maka mutu pendidikan haruslah ditingkatkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, hendaknya dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) karena pendidikan dasar merupakan pondasi untuk menuju pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan dijenjang SD dibentuk oleh beberapa komponen, salah satunya adalah komponen mata pelajaran. Banyak terdapat mata pelajaran dalam jenjang SD salah satunya adalah mata pelajaran IPS. IPS merupakan suatu ilmu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan IPS idealnya harus responsif dan menata diri berhadapan dengan globalisasi. Pembelajaran IPS memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan tujuan- tujuan pendidikan nasional. Hal ini karena mengembangkan potensi siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karena pentingnya pembelajaran IPS bagi siswa, maka pembelajaran IPS sebaiknya dilaksanakan dengan baik sehingga apa yang dibelajarkan dapat dipahami oleh siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Tetapi banyak siswa yang belum memahami manfaat IPS
dalam kehidupan, hal ini dikarenakan siswa menganggap bahwa IPS sulit dipelajari dan terlalu banyak hafalan yang harus diingat, serta kebanyakan guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode yang masih bersifat tradisional sehingga proses pembelajaran kurang menarik dan menyenangkan. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih banyak berada di bawah nilai KKM. Kondisi seperti ini dilihat oleh peneliti di SD gugus 4 Widyasmara Klungkung pada saat melakukan observasi awal dengan beberapa guru, salah satunya ibu Nengah Tantri,S.Pd yang dilakukan pada tanggal 8 November 2013. Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan (Gunawan, 2011:40). Siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru tanpa memahami materi yang sedang dipelajari. Pada saat inilah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak dapat terlaksana dengan optimal. Menyikapi hal ini, pemerintah dan pihak-pihak terkait telah melakukan banyak hal untuk memperbaiki kondisi yang ada. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan mensosialisasikan strategi pembelajaran dan model-model pembelajaran inovatif serta penggunaan media pembelajaran dalam poses pembelajaran yang diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Melihat kesenjangan antara harapanharapan yang telah disampaikan dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan, sangat perlu kiranya dilakukan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) perbaikan cara dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. (Sanjaya,2008:125). Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbasis interaksi sosial di dalam proses pembelajaran. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik (Udin, 2007 :1.18). Dalam hal ini pendidik secara perorangan atau secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari konsep pembelajaran. Disamping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan adanya hubungan dinamis menyangkut hubungan antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara idividu dengan kelompok (Abdullah,2011:81). Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas-tugas terstruktur. Lebih jauh Slavin memaparkan (dalam Rusman, 2011:212) bahwa gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Dalam hal ini terjadinya interaksi sosial yang secara terus-menerus dilakukan oleh siswa dan guru yang nantinya dapat melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan akademik, meningkatkan kreativitas siswa untuk belajar dari berbagai sumber serta meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan interaksi kelompok (etnik dan status sosial) baik dalam pembelajaran di kelas maupun dalam hubungan sosial di luar kelas sehingga mutu pendidikan dan tujuan pendidikan dapat dicapai secara optimal. Berlandaskan dari pemaparan, maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbasis Interaksi Sosial terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung tahun ajaran 2013/1014”. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti dalam mengajar di kelas eksperimen maupun dikelas kontrol dan guru kelas yang terus mendampingi dari awal persiapan eksperimen sampai pengakhiran eksperimen. Prosedur penelitian ini terdapat 3 tahap, yaitu berupa persiapaan eksperimen, pelaksanaan eksperimen, dan akhir eksperimen. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan eksperimen meliputi : a) menyusun media pembelajaran yang digunakan selama pembelajaran yang dilakukan pada kelompok eksperimen (RPP, Alat peraga, LKS, dll). b) menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPS siswa. c) mengkonsultasikan instrument penelitian dengan guru IPS dan dosen pembimbing. d) mengadakan validasi instrument penelitian yaitu tes hasil belajar IPS. e) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia dengan melakukan kesetraan dengan uji-t. Langkah – langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan eksperimen meliputi : a) melaksanakan penelitian yaitu dengan memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial. b) memberikan perlakuan kepada kelas kontrol berupa pembelajaran konvensional. Dan langkah-langkah dalam tahap akhir eksperimen yaitu memberikan post test kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan undianPenelitian ini dilaksanakan pada Gugus 4 Widyasmara Klungkung pada siswa kelas V tahun ajaran 2013/1014 dengan mata pelajaran IPS.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Adapun pelaksanaanya dari bulan maret sampai bulan april tahun 2014. Pertimbangan penelitian dilaksanakan pada Gugus 4 Widyasmara Klungkung adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional dalam mata pelajaran IPS siswa kelas V Gugus 4 Widyasmara Klungkung tahun ajaran 2013/1014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, penelitian ini dikategorikan eksperimen semu. Design yang disunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Desain. Data hasil belajar IPS dalam ini diambil dari skor post-test yang diberikan pada akhir penelitian. Pre-test dilakukan untuk menyetarakan kelompok dengan memberikan tes IPS dengan materi sebelumnya yang sudah dibelajarkan oleh guru yang bersangkutan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yatu variabel bebas dan variable terikat. variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan variabel terikat yaitu hasil belajar IPS. Dalam suatu penelitian , populasi dan sampel sangat diperlukan karena akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama, populasi terdiri dari orang, benda, kejadian, waktu dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama (Darmadi, 2011:14). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah sebanyak 216 siswa. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian (Darmadi:2011:14). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan menunjuk langsung siapa yang akan menjadi sample dalam penelitian, tetapi pemilihannya didasarkan
pada tujuan spesifikasi dari penelitian yang dilakukan (Musfiqon 2012:96). Teknik ini digunakan bertujuan untuk menemukan sampel yang memiliki jumlah siswa 30 orang atau lebih perkelasnya sehingga semakin banyak jumlah sampel maka kemungkinan besar sebaran data akan berdistribusi normal. Setelah diadakan teknik purposive sampling, ditemukan sampel yang memiliki jumalah siswa 30 keatas yaitu SDN 1 Semarapura klod dan SDN 3 Semarapura Klod yang terdiri dari 3 kelas. Kemudian ketiga kelas tersebut diuji kesetaraannya dengan uji-t. Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sebanyak 3 kali yaitu kelas VA dengan kelas VB SDN 1 Semarapura Klod, kelas VB SDN 1 Semarapura Klod dengan kelas V SDN 3 Semarapura Klod dan kelas V SDN 3 Semarapura Klod dengan kelas VA SDN 1 Semarapura Klod. Kemudian telah diperoleh bahwa hasil pretest kelas VA dan VB SDN 1 Semarapura Klod dan SDN 3 Semarapura Klod berdistribusi normal dan homogen. Setelah itu dilanjutkan dengan uji t polled varians. Hasil perhitungan pre-test kelas VA dan VB SDN 1 Semarapura Klod diperoleh t hitung sebesar 0,16 . Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 = 33 + 30 – 2 = 61, adalah 1,98. Oleh karena itu nilai thitung < ttabel, maka kedua kelompok dinyatakan Setara. Hasil perhitungan pre-test kelas VB SDN 1 Semarapura Klod dan kelas V SDN 3 Semarapura Klod diperoleh t hitung sebesar -0,05 . Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 = 30+ 32 – 2 = 60, adalah 1,98. Oleh karena itu nilai thitung < ttabel, maka kedua kelompok dinyatakan Setara Hasil perhitungan pre-test kelas V SDN 3 Semarapura Klod dan VA SDN 1 Semarapura Klod diperoleh t hitung sebesar -0,12. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 33 – 2 = 63, adalah 1,98. Oleh karena itu nilai thitung < ttabel, maka kedua kelompok dinyatakan Setara Setelah diketahui bahwa ketiga kelompok dinyatakan setara, kemudian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pengundian.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Didapat siswa kelas VA SDN 1 Semarapura Klod sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN 3 Semarapura Klod sebagai kelas kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes. Menurut Arikunto (2010:193) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Bentuk tes dalam penelitian ini adalah bentuk tes objektif dengan tipe pilihan ganda biasa sebanyak 30 soal. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu dikelas 6. Tes tersebut diujicobakan untuk memperoleh kelayakan suatu tes yang nantinya dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Uji coba instrument meliputi: (1) Uji Validitas, (2) Uji reliabelitas, (3) Uji Daya Beda, (4) Uji Tingkat Kesukaran. Berdasarkan hasil uji validitas, dari 50 soal berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rtabel terdapat 36 soal yang valid dan 14 soal yang tidak valid. Berdasarkan analisis uji reliabilitas diperoleh r11 = 1.01 dan rtabel = 0.70 sehingga r11 lebih dari r tabel (1.01 > 0.70) maka tes tergolong reliabel. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan uji daya beda, terdapat 2 butir soal dengan kriteria jelek, 15 butir soal dengan kriteria cukup, dan 19 butir soal dengan kriteria baik. Dan berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran, terdapat 9 butir soal dengan kriteria sukar, 15 butir soal dengan kriteria sedang, dan 12 butir soal dengan kriteria mudah. Hasil pengujian ini digunakan sebagai instrumen penelitian yang akan diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah siswa diberikan perlakuan sebagai instrumen post test untuk mengukur hasil belajar IPS siswa. Setelah data hasil belajar yang meliputi ranah kognitif terkumpul, data hasil belajar tersebut di analisis dengan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis terhadap data hasil belajar, sebelumnya akan dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Kemudian Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji Chi-Kuadrat untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok diuji dengan menggunakan uji F dan jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilakukan atau dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t-test. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah Ho = tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis Interaksi Sosial dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 4 Widyasmara Klungkung tahun ajaran 2013/1014. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-test sampel related. Uji t-test ini digunakan untuk membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau membandingkan kelompok control dengan kelompok eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a) kelas eksperimen yaitu siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial. b) kelas kontrol yaitu siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Data hasil belajar IPS siswa setelah dianalisis diperoleh rata-rata nilai hasil belajar IPS yaitu nilai kognitif (post test)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial adalah 80,09 dengan varians 67,21 dan standar 8,19 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 68,69 dengan varians sebesar 78,84 dan standar deviasi 8,87. Skor hasil belajar IPS yang mengikuti model pembelajaran pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial yaitu siswa kelas VA SD Negeri 1 Semarapura Klod menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 93 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai siswa adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai adalah 60 dari skor yang mungkin dicapai adalah 0. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Hasil Belajar IPS Siswa Hasil Analisis Nilai Terbesar Nilai Terkecil Rentangan Banyak Kelas Interval Panjang Kelas Interval Mean Median Modus Standar Deviasi Hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS siswa kelas VA SDN 1 Semarapura Klod dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial diperoleh presentase 75,75% atau 25 siswa yang hasil belajarnya berkategori sangat baik, 24,24 atau 8 siswa yang hasil belajarnya berkategori baik. Kemudian skor hasil belajar IPS yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SDN 3 Semarapura Klod menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa 83 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai siswa adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai adalah 53 dari skor yang mungkin dicapai adalah 0. Hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 3 Semarapura Klod
Kelompok Kelompok Eksperimen Kontrol 93 87 60 53 33 34 6 6 5,5 5,3 80,09 68,69 80 67 80 63 8,19 8,87 dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh presentase 28,12% atau 9 siswa yang hasil belajarnya berkategori sangat baik, 68,71% atau 22 siswa yang hasil belajarnya berkategori baik dan 3,12% atau 1 siswa yang hasil belajarnya berkategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial rata-rata nilai hasil belajar IPS lebih besar dari pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yakni : uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan data kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Uji normalitas
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) sebaran data dilakukan menggunakan ChiKuadrat . Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok eksperimen . Dari tabel kerja diperoleh x2hit = 3,65 sedangkan untuk taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel = x2 (0,05,5) = 11,07, karena x2tabel > x2hit , ini berarti sebaran data nilai akhir kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) berbasis interaksi sosial berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok kontrol .Dari tabel kerja diperoleh x2hit = 1,72 sedangkan untuk taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel = x2 (0,05,5) = 11,07, karena x2tabel > x2hit , ini berarti sebaran data nilai akhir kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional berdistribusi normal. Untuk lebih jelas, uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No
Kelas
X2hitung
X2tabel
Keterangan
1
Eksperimen
3,65
11,07
Normal
2
Kontrol
1,72
11,07
Normal
Uji homogenitas varian dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPS yang meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok eksperimen adalah 33 siswa dan jumlah kelompok kontrol adalah 32 siswa. Uji homogenitas varian menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka sampel homogen. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,17 ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Derajat kebebasan pembilang 32 – 1 = 31 dan derajat kebebasan penyebut 33 – 1 = 32 dengan taraf signifikansi 5 %, maka diperoleh Ftabel = 1,85. Nilai Fhitung < Ftabel , ini berarti nilai post-tes IPS ke dua sekolah yaitu SD
Negeri 1 Semarapura Klod dengan SD Negeri 3 Semarapura Klod Homogen. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data yang didapat dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika thitung > ttabel dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2 dan α = 5%. Hipotesis penelitian yang diuji adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t. Hasil uji hipotesis dapat dibaca pada tabel 3.
Tabel 3. Analisis Uji-t Mean Nilai Skor thitung
Nilai ttabel
Eksperimen
80,09
2,54
1,98
Kontrol
68,69
2,52
1,98
Kelas
Hipotesis Alternatif Ha Diterima Ha Diterima
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan uji-t diperoleh diperoleh thitung sebesar 2,54. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk = 63 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 1,98 thitung> ttabel berarti hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan yang antara mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung pada taraf signifikansi 0,05 diterima. Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol antara lain : kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dalam pembelajarannya dibentuk kelompok-kelompok belajar secara heterogen untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa di dalam kelompok melakukan interaksi, saling mendorong dan memotivasi semangat agar bisa berhasil bersama. Dalam kelompok ini siswa dapat mengembangkan ketrampilan berdiskusi, dan dapat bertukar pengetahuan sehingga setiap siswa akan lebih aktif berperan dalam interaksi di dalam kelompok. Dalam proses pembelajaran hendaknya berlangsung beberapa interaksi , yaitu interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dalam kelompok atau siswa secara individual. Penghargaan prestasi tim pada akhir pembelajaran selalu diberikan. Penghargaan yang diberikan kepada tim yang mendapatkan nilai tertinggi dalam pembelajaran menumbuhkan semangat, minat serta motivasi dalam pembelajaran sebagai faktor-faktor individual yang mempengaruhi hasil belajar yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Adapun langkah-langkah model Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini didasarkan pada langkahlangkah kooperatif yang terdiri dari 6 langkah, yaitu : Tahap 1, penyampaian tujuan dan motivasi dimana guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar, Tahap 2 adalah pembagian kelompok yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 5 sampai 6 siswa yang memprioritaskan heterogenitas atau keragaman kelas dalam prestasi akademik , jenis kelamin, rasa atau etnik. Tahap 3 adalah presentasi dari guru yaitu Guru menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu menjelaskan tujan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta caracara mengerjakannya. Tahap 4 adalah kegiatan belajar dalam tim Siswa belajar dalam kelompok yang sudah dibentuk sedangkan guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama team bekerja, guru melakukan pengamatan, memberi bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja team ini merupakan ciri terpenting dari STAD. Tahap 5 adalah Kuis (Evaluasi) yaitu Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) bahan ajar tersebut. Dan yang terakhir tahap 6 adalah Penghargaan prestasi tim yaitu setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0 – 100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok. Sedangkan di kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional dalam pembelajarannya lebih berpusat kepada guru, guru sebagai subjek pembelajaran yang menyampaikan materi pembelajaran. Setelah penyampaian materi siswa diberikan tugas masing-masing. Hal ini menyebabkan siswa cenderung kurang aktif karena kurang adanya interaksi sosial yang positif antara siswa satu dengan siswa lainnya seperti tutor sebaya sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dalam pembelajaran, kurang dapat mengembangkan pola pikir siswa, pembelajaran yang monoton membuat siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran sehingga menimbulkan keributan di kelas karena pembelajaran menjadi kurang menarik dan kurang menyenangkan. Dengan demikian menurunnya motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran konvensional di kelas kontrol yang merupakan salah satu faktor individual hasil belajar menyebabkan hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini sejalan dengan keunggulan Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD yaitu (a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. (b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. (c) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. (d) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. (e) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. (f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. (g) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi. (h) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya. (i) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi. (j) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Adnyani Putri (2012) yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD) terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas IV SD di gugus VII Kediri Tabanan 2012. Beserta penelitian yang dilakukan Ami Diantini (2012) yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD gugus Ubud Tahun Ajaran 2012/2013. Dengan demikian hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 4 Widyasmara Klungkung tahun ajaran 2013/1014. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial maka, dapat disimpulkan sebagai berikut. Dari hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa thitung = 2,54 dan ttabel = 1,98 dengan derajat kebebasan (dk) = 63 dan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hal tersebut, thitung > ttabel (2,54 > 1,98 ) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti model
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung tahun ajaran 2013/1014. Berdasarkan hasil post tes diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (80,09 > 68,69), sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial lebih baik dari kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Jadi dapat disimpulkan terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Koopertif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis interaksi sosial Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus 4 Widyasmara Klungkung tahun ajaran 2013/1014. Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Bagi Siswa, Pada saat dilakukan kegiatan berkelompok, siswa hendaknya berani menyampaikan pendapat dan siswa harus lebih serius mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sumber belajar yang baik agar pengetahuan yang didapat bermanfaat dan terserap secara maksimal. Bagi Guru, Guru hendaknya memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di dalam proses pembelajaran. Bagi Kepala Sekolah, Dalam proses pembelajaran agar siswa bisa lebih termotivasi untuk belajar, sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal agar kegiatan pembelajaran berjalan secara kondusif dan terciptanya suasana belajar yang menyenangkan.
Bagi Peneliti Lain, Bagi peneliti lain diharapkan nantinya saat melaksanakan penelitian dapat melakukan penelitian yang serupa pada mata pelajaran lain di SD sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN Abdullah, Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ayu Putu Adnyani Putri. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas IV SD di Gugus VI Kediri Tabanan 2012. Skripsi (tidak diterbitkan ). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Unversitas Pendidikan Ganesha. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.Pontianak: Alfabeta, cv. Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajran. Bandung: Remaja Rosdakarya . Musfiqon. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Prestasi Pustaka. Ni Wayan Ami Diantini. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus Ubud Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan ). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Unversitas Pendidikan Ganesha.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Udin,Wiranataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.