PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII DI SMAN 2 SIAK HULU RIAU
TESIS
.
Oleh: A R L E N A
NIM. 10745
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITS NEGERI PADANG – UNIVERSITAS RIAU 2010
ABSTRACT Arlena 2010. The Effect of Contectual Approach and Motivation Toward Learning Result in Biology Class XII SMAN 2 Siak Hulu Riau. Thesis. Graduate Program of State University of Padang.
The purpose of this research is to find the different in learning result at science students by using approach contextual and by using conventional learning. This research is done by using experiment method (quasi experiment). The population of this research is the in class XII SMAN 2 Siak Hulu Riau. The sample is the students in class XII3 as object of experiment and the student in class XII4 as class control. The data is analyzed by using ANACOVA. The result of this research find that there are different in students learning result and motivation. It is found that 1) there is no interaction between teaching approach and motivation through learning result. 2) learning motivation is affect learning result significantly. The contribution is about 37% and 3) there is no different in mean of student result between learning at science student by using approach contextual and by using conventional learning. It means that, contextual approach is not better than conventional approach toward students result in Biology class XII in SMAN 2 Siak Hulu Riau. Therefore it is suggested that the using of approach must be adjust with the lesson material and situation condition of the students.
i
ABSTRAK
Arlena, (2010). Pengaruh Pendekatan Kontekstual dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Pada Pembelajaran Biologi Kelas XII Di SMAN 2 Siak Hulu Riau. Tesis. PPs Universitas Negeri Padang
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan hasil belajar IPA (Biologi) kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA (Biologi). Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 2 Siak Hulu Riau. Sedangkan sampel adalah siswa kelas XII3 sebagai eksperimen dan siswa kelas XII4 sebagai kontrol yang diperoleh tidak dengan proses acak. Data penelitian diperoleh melalui instrument tes dan angket. Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji ANAKOVA. Hasil penelitian ditemukan bahwa (1) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar. (2) Motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar. Besar pengaruh (kontribusi)nya adalah sekitar 37%, dan (3) Setelah dilakukan penyesuaian terhadap perbedaan motivasi belajar siswa, ternyata tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Artinya, ternyata pendekatan kontekstual tidak lebih baik dari pendekatan konvensional terhadap hasil belajar biologi kelas XII di SMA Negeri 2 Siak. Oleh sebab itu disarankan pendekatan yang digunakan harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan situasi dan kondisi siswa yang diajar.
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis dengan judul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Pada Pembelajaran Biologi Kelas XII Di SMAN 2 Siak Hulu Riau “ adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Universitas Negeri Padang maupun perguruan tinggi lainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing, Tim Penguji dan rekan-rekan peserta seminar. 3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang ditulis atau dipublikasi orang lain kecuali dikutip secara tertulis dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Juli 2010 Saya yang menyatakan
ARLENA NIM. 10745
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya penulisan tesis berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Pada Pembelajaran Biologi Kelas XII Di SMAN 2 Siak Hulu Riau” dapat diselesaikan. Tesis ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan di Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Penulis menyadari tanpa adanya motivasi, bantuan, baik moril maupun material dari berbagai pihak, penulisan tesis ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulustulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Abizar, sebagai Pembimbing I sekaligus sebagai dosen program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah banyak meluangkan waktunya dan tenaganya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 2. Bapak Prof. Dr. H. Bustari Muchtar, sebagai Pembimbing II sekaligus sebagai dosen program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang juga telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
vi
3. Bapak Prof. Dr. Gusril, M.Pd.; Bapak Dr. Ramalis Hakim, M.Pd dan ibu Dr. Nurhijrah G., M.Pd, sebagai dosen penguji dan dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini. 4. Prof. Dr. H. Mukhaiyar, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah banyak memberikan kemudahan dan fasilitas selama mengikuti pendidikan. 5. Seluruh pegawai Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang
dan
Universitas Riau yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama mengikuti pendidikan. 6. Bapak dan Ibu dosen program Pascasarjana Universitas Negeri Padang atas ilmu pengetahuan yang telah diajarkan. 7. Bapak Kepala SMAN 2 Siak Hulu Riau beserta rekan-rekan bapak dan ibu guru SMAN 2 Siak Hulu Riau atas izinnya dan kerjasamanya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini. 8. Yang selalu menimbulkan motivasi dan memberikan kenangan kebahagiaan kepada kedua orangtua, semoga berbahagia di alam sana melihat keberhasilan ananda, dan kepada seluruh keluargaku tercinta yang telah memberikan dukungan, bantuan moril maupun materil dengan penuh pengertian dan kesabaran telah berdoa demi keberhasilan studi, sehingga penulis memiliki kekuatan semangat dan cita-cita dalam menyelesaikan tesis ini.
vii
9. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan mahasiswa progran studi Teknologi Pendidikan khususnya belajar di UNRI yang telah banyak memberikan motivasi guna penyelesaian studi ini. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan dengan keikhlasan dan ketulusan hati itu menjadi amal ibadah dan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT, mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin, ya rabbal ‘alamin.
Pekanbaru, Penulis
viii
Juli 2010
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ....................................................................................................
i
ABSTRAK ......................................................................................................
ii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS ....................................................................
iii
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS MAGISTER PENDIDIKAN ......
iv
SURAT PERNYATAAN ..............................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR GRAFIK .........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR BAGAN .........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiv
BAB
BAB
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................
10
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
11
D. Rumusan Masalah ..................................................................
11
E. Tujuan Penelitian....................................................................
12
F. Manfaat Penelitian..................................................................
13
II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori............................................................................
14
1. Hasil Belajar Biologi ..........................................................
14
2. Motivasi Belajar ..................................................................
21
3. Pendekatan Pembelajaran ...................................................
29
B. Penelitian yang Relevan .........................................................
40
C. Kerangka Berpikir ..................................................................
41
D. Hipotesis Penelitian ................................................................
45
ix
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................
46
B. Populasi dan Sampel ..............................................................
47
C. Defenisi Operasional ..............................................................
48
D. Variabel Penelitian .................................................................
49
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
50
F. Instrumen Penelitian ...............................................................
50
G. Desain Penelitian ....................................................................
58
H. Teknik Analisis Data ..............................................................
59
BAB IV. HASIL PENELITIAN
BAB
A. Hasil Penelitian ......................................................................
63
1. Deskripsi Data ....................................................................
63
2. Pengujian Syarat Analisis ..................................................
70
3. Pengujian Hipotesis ...........................................................
74
B. Pembahasan ............................................................................
78
C. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
83
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................
84
B. Implikasi .................................................................................
84
C. Saran .......................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
86
LAMPIRAN
x
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 4.1. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen .
65
Grafik 4.2. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa KelasKontrol.........
66
Grafik 4.3. Histogram Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen .......
68
Grafik 4.4. Histogram Frekuensi Hasil Belajar Siswa KelasKontrol ..............
70
Grafik 4.5. Hubungan antara Pendekatan Konvensional dan Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil Belajar................................................
82
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas XII IPA SMAN 2 Siak Riau ........................ 47 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian.......................................................
54
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Analisis Uji Validitas Butir Instrumen ............
57
Tabel 4.1. Data Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Biologi.......................
63
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar Keseluruhan Siswa Kelas Eksperimen .........................................................................
65
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar Keseluruhan Siswa Kelas Kontrol ................................................................................
66
Tabel 4.4. Data Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi ................
67
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Keseluruhan Siswa Kelas Eksperimen .........................................................................
68
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Keseluruhan Siswa Kelas Kontrol ................................................................................
69
Tabel 4.7. Uji Normalitas Data Motivasi Siswa Kelas Eksperimen ..............
71
Tabel 4.8. Uji Normalitas Data Hasil BelajarSiswa Kelas Eksperimen ........
71
Tabel 4.9. Uji Normalitas Data Motivasi Siswa Kelas EKontrol ..................
72
Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Hasil BelajarSiswa Kelas Kontrol ...............
72
Tabel 4.11. Motivasi Belajar Siswa secara Keseluruhan .................................
73
Tabel 4.12. Hasil Belajar Siswa secara Keseluruhan .......................................
73
Tabel 4.13 Distribusi Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis ........................
75
Tabel 4.14. Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Penyesuaian...................................................................................
77
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 2.1. Kerangka Konseptual ...................................................................
xiii
44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
I. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ................................
89
II. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .........................
96
III. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian ...........................................................
103
IV. Hasil Ujicoba Instrumen ..........................................................................
113
V. Data Mentah Hasil Penelitian ..................................................................
122
VI. Uji Normalitas .........................................................................................
127
VII. Uji Homogenitas......................................................................................
134
VIII. Uji Regresi Berganda ..............................................................................
136
IX. Uji Hipotesis ...........................................................................................
141
X. Surat Izin Penelitian ................................................................................
144
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan Peraturan Mentri No. 22/2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.23/2006 tentang standar kompetensi lulusan memberikan hak penuh pada setiap sekolah untuk menyusun sendiri kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan, kondisi lingkungan dan situasi sekolah. Penyusunan kurikulum tersebut termasuk pengembangan materi dan kegiatan belajar sesuai dengan indikator yang mengacu pada standar isi dan standar kompetensi. Hal ini ditujukan agar setiap satuan pendidikan mampu mengembangkan materi sesuai dengan situasi, potensi dan kondisinya masingmasing. Namun demikian, secara umum tetap mengaju kepada tercapainya tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan pada Sisdiknas No.20 pasal 3 Tahun 2003 yaitu “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu lembaga penyelenggara pendidikan lanjutan tingkat dasar yang akan mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional yang memberikan bekal kepada peserta didiknya ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk dapat melanjutkan ke 1
2
perguruan tinggi atau untuk mampu terjun ke masyarakat sebagai anggota masyarakat yang berilmu pengetahuan dan mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, sangat dituntut peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan sekolah dan kualitas lulusannya, sebab guru bertindak sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang secara langsung berhadapan langsung dengan siswa sebagai objek pembelajaran. Untuk keberhasilan sekolah dan menciptakan peserta didik yang berkualitas dibutuhkan guru yang profesional dan selalu memperbaharui kemahiran profesionalnya (professional skill). Diantara kemahiran guru yang selalu perlu ditingkatkan adalah kemahiran mengajar (teaching skill) (Wiriatmaja, 2002:276). Karena, kemahiran guru mengajar di kelas tentu akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa itu sendiri. Guru merupakan pemimpin bagi siswa, karena itu sudah sewajarnya guru dapat mengoptimalkan semua unsur yang ada di dalam kelas agar dapat menciptakan situasi yang kondusif dalam pembelajaran. Suharsimi (1996) menjelaskan bahwa selain menyampaikan pelajaran, guru juga bertanggung jawab menciptakan suasana yang menyenangkan. Hal ini berarti guru harus dapat mengatur lingkungan dan sarana belajar untuk meningkatkan efisiensi pembelajaran, memonitor kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah yang
3
mungkin terjadi. Di samping itu, siswa merupakan subjek dan objek dalam pembelajaran. Untuk itu kreativitas siswa sangat diharapkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Agar siswa dapat dibelajarkan dengan optimal, maka guru harus mengenal siswa dengan karakteristiknya. Pengelolaan
pembelajaran
merupakan
kegiatan
yang
bertujuan
mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan atas adanya interaksi antara guru dan siswa. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan mencakup tiga aspek yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam sistem pelaksanaan pembelajaran di sekolah, guru perlu meningkatkan kreatifitasnya dalam pembelajaran. Menurut Syaiful (2003:1) fokus pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam mempelajari suatu materi pembelajaran yang telah disusun dalam suatu kurikulum. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, para pendidik di samping menguasai bahan atau materi ajar, perlu pula mengetahui bagaimana cara materi itu disampaikan dan bagaimana pula karakteristik peserta didik yang menerima materi pelajaran tersebut. Kegagalan seorang pendidik dalam menyampaikan materi bukan selalu karena ia kurang menguasai bahan, tetapi karena tidak tahu bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik dan tepat sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan dan juga mengasyikan.
4
Salah satu materi pelajaran pokok yang diajarkan di tingkat SMA khususnya jurusan IPA adalah Biologi. Menurut Depdiknas (2003:9), mata pelajaran biologi yang diberikan pada jenjang SMA berorientasi pada “kemampuan memahami makhluk hidup “Salingtemas” (Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat), menganalisis keterkaitan antara manusia, gerak dan otot. Di samping itu juga pada aspek biologi mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan fenomena makhluk hidup pada berbagai tingkat organ dan interaksi dengan faktor lingkungan pada dimensi ruang dan waktu. Pembelajaran biologi memiliki esensi dan substansi yang mendasar, sehubungan dengan upaya kemampuan memahami makhluk hidup Sains Lingkungan teknologi Masyarakat (Salingtemas) yang berkaitan dengan gerak, otot kepada siswa sehingga mereka dapat memahami dengan baik. Untuk itu, guru sebagai pelaku pembelajaran harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan keaktifan dan kreatifitas siswa terhadap pelajaran biologi dengan
menerapkan
beranekaragam
metode,
pendekatan
dan
model
pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di SMAN 2 Siak Hulu, permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran biologi diantaranya adalah: kurangnya penguasaan siswa terhadap materi, materi kurang diminati siswa, penggunaan metode yang tidak sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan penggunaan media yang kurang tepat, sehingga proses belajar mengajar di kelas cenderung pasif. Di samping itu juga ditemui seperti yang diungkapkan
5
Suwarma (2004:147) bahwa “profil belajar peserta didik lebih banyak dalam perilaku belajar menyimak kegiatan informasi dengan kegiatan guru yang dominan serta banyak mengambil posisi di depan kelas yang cenderung “menggurui”, daripada mengajar peserta didik untuk belajar memikirklan bahan pelajaran”. Sejalan dengan itu juga seperti yang diungkapkan Sutjihati (2001:165) bahwa guru hanya menempuh cara yang mudah saja dengan menggunakan method of outhority dan ceramah, serta mengandalkan “wibawa” dan bukan mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Dari uraian di atas salah satu permasalahan dalam pembelajaran terletak pada bagaimana guru dalam mengelola pembelajaran. Pembelajaran yang baik tentu guru mampu menyampaikan materi dengan menggunakan sarana dan prasarana yang sesuai dan mampu membelajarkan siswa (aktif dan kreatif) menemukan dan menerima pelajaran. Sebab, kalau hanya guru yang aktif dan siswa pasif pembelajaran juga tidak berhasil. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap beberapa orang guru biologi di SMAN 2 Siak Hulu saat mengadakan studi pendahuluan ditemukan bahwa hasil belajar biologi siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang umumnya belum mencapai hasil maksimal sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran sains (biologi) sulit dipahami oleh siswa. Rendahnya hasil belajar di atas kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: guru kurang kreatif dan kurang membangun kreatifitas dan
6
produktivitas siswa dalam belajar sehingga pembelajaran kurang bermakna dan inisiatif bertanya siswa rendah, guru kurang mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar dari siswa lain, kurangnya guru menampilkan model yang kongkrit, masih kurangnya guru melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan dan kurang objektifnya penilaian yang diberikan guru. Di samping permasalahan di atas temuan lain penulis selama bertugas di SMAN 2 Siak Hulu, dapat dinyatakan bahwa kondisi pembelajaran biologi saat ini adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran biologi masih bersifat teacher centered. Sebagian besar guru masih mendominasi kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan ceramah, sehingga kurang terbuka pada tuntutan pembaharuan atau inovasi sebagaimana tuntutan kurikulum. Pendekatan belajar ini mengakibatkan guru lebih aktif sedangkan siswa akan terkesan pasif dan juga tidak menumbuhkan kreatifitas siswa/kurang termotivasi. 2. Siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran sehingga banyak siswa yang merasa bosan dan jenuh. 3. Pembelajaran dititikberatkan pada penguasaan fakta dan konsep, istilah yang bersifat hafalan, kurang mengembangkan aspek-aspek yang lain seperti keterampilan berpikir dan kerjasama. Padahal pembelajaran biologi diharapkan dapat menanamkan aspek-aspek tersebut. 4. Pelaksanaan proses penilaian yang dikembangkan oleh guru lebih banyak berorientasi pada aplikasi tes formal dengan konsentrasi
7
pengukuran pada aspek kognitif, sehingga menyebabkan siswa dipaksa untuk menghafal istilah-istilah dan biologi, sedangkan proses pembelajarannya berada di luar jangkauan penilaian guru. Berdasarkan hal di atas, pembelajaran biologi tidak lebih dari hanya sekedar transfer of knowledge belaka. Di samping itu, sering ditemukan kendala bagi guru dalam mengajar pada beberapa pokok bahasan karena materinya yang bersifat abstrak dan banyak menggunakan istilah biologi sehingga materi kurang menarik bagi siswa dan siswapun sulit memahami materi tersebut. Fenomena yang ditermukan di SMAN 2 Siak Hulu di atas menunjukkan bahwa guru masih belum secara optimal menerapkan atau melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Kenyataannya di SMAN 2 Siak Hulu ini guru masih dominan menggunakan media konvensional seperti papan tulis (black board/white board), buku paketdan sejenis Lembaran Kerja Siswa (LKS) dan pendekatan yang digunakan masih pendekatan yang tradisional (teacher oriented). Fenomena lain adalah dari siswa yang kurang termotivasi untuk belajar sehingga hasil belajar biologi menjadi rendah (di bawah KKM). Dari fenomena yang diperoleh di lapangan di atas, maka peneliti menganggap bahwa sebagai guru masalah ini perlu di atasi. Untuk itu perlu dicarikan solusinya. Salah satu solusinya yaitu perlu dikembangkan pembelajaran yang lebih bermakna, agar siswa benar-benar mempunyai konsep terhadap materi yang diajarkan. Menciptakan pembelajaran yang lebih
8
bermakna maka perlu diciptakan lingkungan yang alamiah yang dekat dengn dunia nyata anak. Artinya, guru harus mengkonkritkan materi yang abstrak. Keadaan ini akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuannya guru menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta bermakna bagi siswa itu sendiri. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran menjadi bermakna yaitu pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan kontekstual menurut Wina (2005:6) adalah “pendekatan yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pendapat lain mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna (Depdiknas, 2003: 3). Pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagaimana menurut Nurhadi (2002:20) yaitu: 1) Kerjasama; 2) saling menunjang; 3) menyenangkan, tidak membosankan; 4) belajar dengan bergairah; 5) belajar dengan terintegrasi; 6) menggunakan sumber belajar; 7) siswa aktif; 8) siswa kritis dan guru kreatif; 9) dinding kelas penuh dengan hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lainlain. Mulyasa (2005:102) menyatakan bahwa “pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salh satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan
9
menyukseskan implementasi. Di samping itu, pendekatan kontekstual ini mempunyai kelebihan yakni pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa, karena pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentrasfer pengetahuan dari guru ke siswa, dan strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Nurhadi, 2000:4). Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan menambah semangat dan kreatifitas siswa, karena masalah yang dihadapkan kepada siswa adalah masalah yang ada di lingkungan dan akan berguna di kehidupan siswa tersebut. Melihat kelebihan pendekatan kontekstual di atas dan kendala yang ditemui siswa di lapangan dalam pelajaran biologi dengan pendekatan kontekstual sangat cocok diterapkan. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran maka siswa dengan sendirinya akan termotivasi untuk belajar. Motivasi merupakan hal yang penting diperhatikan pada diri peserta didik. Karena dengan adanya motivasi dalam diri anak untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan aktif mengikuti dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah. Sebagaimana yang dikemukakan Winkel (1987) bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya penggerakan psikis dalam diri siswa untuk menimbulkan aktifitas belajar yang menjalin kelangsungan belajar untuk mencapai tujuan. Hal ini diperkuat oleh Sardiman (1987) yang menyatakan bahwa dalam motivasi terdapat unsur yang penting,
10
yaitu kebutuhan dimana seseorang melakukan sesuatu kegiatan karena dia butuh hal tersebut. Dengan pendekatan CTL, peranan guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi materi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan baru bagi siswa. Demikian siswa akan giat dan termotivasi untuk belajar, dengan harapan hasil belajar mereka akan meningkat. Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendekatan kontekstual terhadap motivasi dan hasil belajar biologi pada siswa SMAN 2 Siak Hulu Kampar Riau.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi sejumlah masalah diantaranya: 1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, dalam arti guru cenderung menggunakan ceramah tanpa diiringi pendekatan lainnya, sehingga kurang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. 2. Penggunaan model pembelajaran kurang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga siswa banyak yang merasa jenuh dan bosan belajar.
11
3. Minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran biologi rendah, seperti waktu belajar siswa tidur dan banyak diam. 4. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. 5. Siswa cenderung pasif dan menghafal materi yang diberikan. 6. Suasana pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh guru dan kurang melibatkan keaktifan siswa.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
dan
identifikasi
maslaah
yang
dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada masalah kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran yang dilakukan guru, hasil belajar siswa yang masih rendah, serta kurangnya guru melakukan pendekatan yang melibatkan siswa untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Dalam rangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa tersebut maka salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Untuk itu peneliti mencoba dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran biologi kelas XII di SMAN 2 Siak Hulu Kampar Riau.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dengan mengontrol kemungkinan perbedaan siswa dalam motivasi belajar dirumuskankanlah masalah penelitian sebagai berikut:
12
1. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar biologi pada siswa kelas XII SMAN 2 Siak Hulu Riau ? 2. Apakah motivasi berpengaruh terhadap hasil belajar biologi pada siswa kelas XII SMAN 2 Siak Hulu Riau ? 3. Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan
konvensional
dan
kontekstual
setelah
dilakukan
penyesuaian dengan kemungkinan perbedaan dalam motivasi belajar ?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan perbedaan hasil
belajar IPA (Biologi) kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan
kelompok siswa yang diajar dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional, dengan mengontrol kemungkinan perbedaan kedua kelompok dalam skor motivasi belajar. Tujuan tersebut dicapai dengan melakukan secara berturut-turut: 1. Untuk
mengetahui
ada
tidaknya
interaksi
antara
pendekatan
pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar biologi pada siswa kelas XII SMAN 2 Siak Hulu Riau ? 2. Untuk membuktikan pengaruh motivasi terhadap hasil belajar pada siswa kelas XII SMAN 2 Siak Hulu Riau. 3. Untuk mengetahui kemungkinan perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional dan kontekstual
13
setelah dilakukan penyesuaian dengan kemungkinan perbedaan dalam motivasi belajar.
F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi pendidikan khususnya dalam mengontrol perbedaan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar dalam memberikan pendekatan kontekstual. 2. Bagi guru, khususnya guru bidang studi Sain (biologi) sebagai bahan masukan dalam memperbaiki proses belajar mengajar. 3. Bagi
siswa,
untuk
memupuk
dan
meningkatkan
keterlibatan,
kegairahan, ketertarikan, kenyamanan dan kesenangan dalam mengikuti proses pembelajaran. 4. Peneliti lanjutan, agar lebih mengembangkan kajian atau mencari pendekatan yang lebih cocok dalam membelajarkan suatu konsep pembelajaran kepada peserta didik.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Biologi a. Pengertian Hasil Belajar Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi indikator dari bahan tersebut. Syaiful (2006:105) menjelaskan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila setiap indikator yang dibuat guru dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya indikator tersebut, para guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan pada anak didik. Oemar (1995) mengatakan prestasi belajar merupakan pengukuran tingkat kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran. Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (kemampuan) dan faktor dari luar diri siswa (lingkungan). Nana (1989) Evaluasi diharapkan dapat memberi informasi tentang kemajuan yang telah dicapai siswa. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa hasil belajar adalah pencapaian indikator pembelajaran yang ditargetkan guru yang diperoleh melalui tes lisan, tulisan, dan perbuatan terhadap pembelajaran biologi yang telah diberikan. Pencapaian hasil 14
15
belajar ini diperoleh melalui materi ajar dan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.
b. Indikator Hasil Belajar Agar hasil belajar dapat terukur tingkat keberhasilan, maka perlu dibuat indikator ketercapaiannya. Syaiful (2006:105) menjelaskan bahwa yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut: 1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik individual maupun kelompok. 2) Perilaku yang digariskan dalam kompetensi dasar khususnya dalam indikator telah dicapai oleh anak, baik individual maupun kelompok. Indikator hasil belajar dibuat menyesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing, ini memberi arti bahwa standar ketuntasan materi setiap sekolah tidak sama. Gagne (1997) mengklsifikasikan hasil belajar menjadi lima macam yaitu: (a) keterampilan intelektual, (b) strategi kognitif, (c) informasi verbal, (d) keterampilan motorik dan (e) sikap. Semua kemampuan ini harus relevan dengan semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Di samping itu, Snelbecker (1974) mengemukakan bahwa ciri-ciri tingkah laku yang diperoleh dari belajar: (a) terbentuknya tingkah laku baru
16
berupa kemampuan aktual maupun potensial, (b) kemampuan ini berlaku dalam waktu yang relatif lam dan (c) kemampuan baru itu diperoleh melalui usaha. Sedangkan Burton dalam Lufri (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilainilai,
pengertian-pengertian,
sikap,
apresiasi,
kemampuan,
dan
keterampilan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa indikator terhadap hasil belajar biologi adalah terwujudnya siswa yang mempunyai pengetahuan secara konseptual, bersikap dan mempunyai keterampilan motorik dalam melakukan usaha untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau membuktikan suatu kebenaran dari teori biologi itu sendiri.
c. Penilaian Hasil Belajar Dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar anak diperlukan bentuk pelaksanaannya. Syaiful (2006:106) menjelaskan bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Tes formatif yaitu penilaian yang digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap anak terhadap pokok
17
bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. 2) Tes sub sumatif yaitu tes yang meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap anak untuk meningkatkan prestasi belajar anak. hasil tes sub sumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor. 3) Tes sumatif yaitu tes yang diadakan untuk mengukur daya serap anak terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu
semester.
Tujuannya
adalah
untuk
menetapkan
taraf
keberhasilan belajar anak dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil belajar biologi yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan melalui tes baik formatif maupun sumatif. Namun sebenarnya untuk kegiatan praktek, maka biasanya guru menggunakan tes perbuatan (praktikum).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Tidak semua materi yang diajarkan dapat diserap anak dengan baik sehingga mempengaruhi pada hasil belajarnya. Syaiful (2006:108)
18
menjelaskan bahwa
ada beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar yaitu: 1) Tujuan, yaitu pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran. 2) Guru yaitu tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah sejumlah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. 3) Anak didik yaitu individu yang mempunyai karakteristik yang bermacam-macam baik secara kepribadian, intelektual, kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar. 4) Kegiatan pengajaran yaitu pola interaksi dalam pengajaran, pendekatan dalam mengajar, strategi dalam mengajar, metode mengajar yang digunakan guru kepada anak akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian kegiatan pengajaran
19
yang dilakukan oleh guru mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. 5) Bahan dan alat evaluasi yang digunakan ada bermacam-macam dan setiap jenis tes yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Semua jenis tes tersebut akan mempengaruhi validitas dan reliabilitas data dari hasil evaluasi. Pada dasarnya semua komponen di atas saling berhubungan dan masih banyak hal lain yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan hasil belajar. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh keberhasilan siswa dalam belajar sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah tujuan yang ingin dicapai, kemampuan siswa, proses pembelajaran dan dari segi ketepatan pendekatan yang digunakan guru, tersedianya sarana dan prasana pembelajaran.
e. Konsep Pembelajaran Biologi Pada mata pelajaran sains khususnya Biologi, mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan berbagai fenomena makhluk hidup pada berbagai tingkat organisme kehidupan dan interaksi dengan faktor lingkungan pada dimensi ruang dan waktu. Dengan kata lain tema persoalan sains Biologi dikatakan dengan istilah (living science). Dalam kurikulum 2004, Depdiknas (2003a:1) disebutkan biologi adalah
20
mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan kemampuan memahami makhluk hidup Salingtemas (Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat) antara lain menganalisis keterkaitan antara manusia, rangka, gerak dan otot. Pengajaran biologi di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan dalam memahami konsep-konsep biologis seperti gerak, otot dan rangka. Pengajaran biologi juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap pengetahuan serta pemahaman untuk memahami lingkungan hidup (Depdiknas, 2003:1). Sehubungan dengan hal di atas, pada kelas XII tingkat SMA salah satu
pokok
bahasan
mata
pelajaran
biologi
adalah
tentang
“Metabolisme”. Metabolisme merupakan semua proses kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Metabolisme meliputi pertukaran zat dan energy antar sel dengan lingkungannya. Metabolism terdiri atas katabolisme dan anabolisme.
Katabolisme merupakan proses
pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana, atau proses penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang sederhana. Anabolisme merupakan proses pembentukan molekul kompleks dari molekul-molekul sederhana. Anabolisme dapat juga dikatakan sebagai
21
proses penyusunan senyawa sederhana menjadi senyawa yang kompleks. Sesuai dengan pendekatan kontekstual, dimana anak dirancang untuk mampu menemukan sendiri dalam proses pembelajaran maka pada pokok bahasan “Metabolisme” lebih lanjut dipilih sub pokok bahasan (indicator) tentang Katabolisme. Metabolisme adalah suatu proses pemecahan molekul kompleks menjadi molekul sederhana dengan bantuan enzim. Pada proses ini dihasilkan energy sehingga katabolisme disebut reaksi eksergonik. Semua sel makhluk hidup memerlukan respirasi. Respirasi merupakan proses penguraian bahan makanan yag menghasilkan energy. Energi tersebut adalah energy kimia yang dibebaskan dari dalam sel-sel hidup. Energi dibutuhkan tubuh untuk aktivitas. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigem sebagai akseptor (penerima hydrogen), respirasi dibedakan menjadi respirasi aerob dan respirasi anaerob.
2. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Dalam proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Artinya, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan ditentukan oleh bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang dialami siswa. Belajar merupakan usaha yang dilakukan siswa untu memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
22
sebagai hasil pengalamannya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar salah satunya adalah motivasi. Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk berbuat atau bertindak sehingga dapat menghasilkan suatu hasil dalam bentuk sikap yang positif. Menurut Crider (1983:188) motivation can be defined as the desires, need and interest that arouse or activate an organism and direct it toward a special goal, can lead to many different behaviors. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa motivasi dapat didefenisikan sebagai keinginan, kebutuhan dan perhatian yang membangkitkan atau mengaktifkan organisme dan menuntunnya ke arah pencapaian tujuan tertentu, dapat mendorong untuk berbagai perilaku.
Mc Donald dalam Oemar (2002:173) menyatakan bahwa “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions” artinya motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseornag yang ditandai dengan timbulnya sikap dan reaksi untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas maka motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu:
23
1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu dalam neurophysiological sehingga terlihat pada kegiatan fisik. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi dan emosi yang dapat menenrukan tingkah laku manusia 3) Motivasi merupakan respon dari suatu aksi yaitu pencapaian tujuan yang menyangkut dengan kebutuhan Keller dalam Abizar (1997) motivasi mengacu kepada besarnya serta arah tingkahlaku, kalau dikembangkan ia akan mengacu pada pilihan yang dilakukan orang mengenai apa yang dialaminya atau tujuan yang didekatinya dan dihindarinya dalam pilihan tersebut, sedangkan indikator dari motivasi tersebut adalah usaha.
Hasibuan (2001:145)
mengemukakan bahwa motivasi merupaka keinginan yang terdapat pad diri seseorang atau individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Chalijah (1995) mengemukakan motivasi adalah suatu kekuatan dalam diri seseorang yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk menetukan
arah
dan
mengontrol
perbuatanya.
Winkel
(1987)
mengemukakan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak fisikis dalam diri siswa untuk menimbulkan aktivitas belajar, yang menjamin kelansungan belajar dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu motivasi merupakan dorongan dan kemauan yang datang dari diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu dalam diri individu. Nasution (1996)
24
mengemukakan motivasi dipengaruhi oleh faktor yang bersifat intrinsik dan ektrinsik atau motivasi yang datang dari dalam diri seseorang dan dari luar diri seseorang.
Berdasarkan beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar berkaitan dengan adanya, minat, keinginan dan perhatian, kebutuhan, harapan, kepuasan, ketekunan, keuletan dan semangat untuk mencapai prestasi. Dengan minat yang tinggi dari siswa tentu mereka memiliki keinginan dan perhatian untuk belajar. Siswa dapat menjadikan belajar sebagai suatu kebutuhan dalam dirinya, sehingga mereka tidak perlu disuruh untuk melakukan proses belajar tersebut. Selain itu apapun kesulitan yang dihadapinya dapat dengan segera diselesaikan sehingga prestasi belajar dapat diraih. Hal inilah yang membuat siswa berhasil dalam belajar.
b.
Prinsip Motivasi Selanjutnya Keller dalam Reigeluth (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar, dengan menggunakan prinsip tersebut, siswa mampu meningkatkan motivasi belajarnya secara optimal, diantaranya adalah :
1) Perhatian ( Atention ) Perhatian muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu perlu mendapat ransangan, sehingga akan memberikan perhatian, dan
25
perhatian tersebut terpelihara selama dapat diransang oleh elemenelemen baru, baik secara kontra diktif maupun secara komplek. 2) Relevansi (Relevance ) Relevansi menunjukan adanya hubungan materi dengan kebutuhan dan kondisi. Motivasi akan terpelihara apabila yang dipelajari memenuhi kebutuhan atau bermanfaat sesuai dengan yang dinginkan, baik kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), kebutuhan untuk menguasai (needs for power) dan kebutuhan untuk berafilisasi (needs for affiliation). 3) Percaya diri (expectancy). Motivasi dan percaya diri meningkat harapan untuk mencapai keberhasilan. Dengan demikian terdapat hubungan spiral antara percaya diri dengan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membewa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses akan memotivasi dalam mengerjakan tugas. 4) Kepuasan (satisfaction). Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan dan termotivasi untuk terus berusaha untuk mencapai tujuan. Kepuasan dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Keempat prinsip tersebut saling berkaitan, dengan adanya perhatian timbulah dorongan untuk memperoleh kebutuhan siswa dan
26
dengan
belajar
ia
akan
menemukan
ilmu
pengetahuan
untuk
meningkatkan percaya diri yang dimilikinya, sehingga dapat dikatakan dengan adanya motivasi akan melahirkan tingkahlaku yang bermanfaat untuk mencapai tujuan, walaupun tujuan itu dicapai akan mengalami kesuksesan ataupun kegagalan. Motivasi Belajar yang tinggi akan memberikan semangat dan kegairahan dalam belajar sehingga akan membangkitkan semangat dalam melakukan aktifitas dalam belajar. Sementara itu De Cecco dalam Rosdiana (1990:37)
motivasi
dalam kegiatan belajar ada empat faktor diantaranya:
1) Menimbulkan semangat, dalam hal ini secara umum motivasi memberikan arahan kepada siswa bagaimana cara menimbulkan semangat belajar siswa. 2) Menimbulkan harapan, hal ini menimbulkan harapan kepada siswa bahwa dengan belajar ia memperoleh pengetahuan yang baik dari pengetahuan yang tersedia. 3) Penghargaan, memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar agar memperoleh hasil dari ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. 4) Memberikan hukum atau ganjaran, maksudnya memberikan dorongan yang baik kepada siswa, apabila ia belajar dengan baik ia akan memperoleh pengetahuan dari hasil belajar yang baik itu. Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa, ada tiga komponen utama daalam motivasi yaitu: (a) kebutuhan (need), (2) dorongan (drive) dan (3) tujuan (goal). Kebutuhan terjadi apabila
27
individu merasa keseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada tujuan dan tujuan adalah hal yang ingin dicapai yaitu menggerakkan perilaku belajar. Motivasi dalam belajar tidak saja menjadi energi tapi juga menggerakkan aktivitas dalam belajar. c. Ciri-ciri Motivasi Menurut Arief (2006:83) motivasi dalam diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri yaitu : 1) Tekun menghadapi tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan 3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja mandiri 5) Tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal Berdasarkan pendapat di atas, maka dapt diketahui bahwa termotivasi atau tidaknya siswa dalam belajar, dapat dilihat dari sikap dan ciri-ciri dari orang termotivasi yang telah dikemukakan. Hal ini perlu diketahui, agar guru dapat senantiasa mengetahui keadaan siswanya dan diharapkan segera mengambil tindakan bila siswa terlihat tidak termotivasi dalam belajar.
28
d. Peranan Motivasi Motivasi yang dimiliki seseorang memegang peranan yang sangat penting, karena motivasi yang dirasakan adalah faktor utama yang mendorong seseorang mau melakukan sesuatu. Tanpa adanya motivasi yang kuat maka tidak akan ada semangat untuk melakukan sesuatu, sehingga seseorang cenderung malas untuk melakukan aktivitas. Apabila tetap dilakukan, akibatnya hasil dari kegiatan yang dilakukan tidak akan maksimal dan baik. Menurut Arief (2005:85) ada tiga fungsi dari motivasi yaitu : 1) Mendorong manusia untuk berbuat, menjadi sebagai penggerak yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat membebankan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan urusan dan tujuannnya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikejarkan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermnafaat bagi tujuan tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat berperan besar terhadap berhasil atau tidaknya tujuan yang akan dicapai. Karena motivasi merupakan pendorong agar tujuan yang telah ditetapkan berhasil.
29
3. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran menurut Syaiful (2004:62) pendekatan merupakan suatu pandangan guru terhadap peserta didik dalam menilai, menentukan sikap dan perbuatan yang dihadapi dengan harapan dapat memecahkan masalah dalah mengelola kelas yang nyaman dan menyenangkan
dalam
proses
pembelajaran.
Choy.Ngk.
(1999)
mengutarakan batasan tentang pendekatan adalah arah tau hal yang kita ambil
untuk
menuju
sutu
ssaran.
Sedangkan
menurut
Wina
(2006 :2007) juga mempunyai pendapat yang sama bahwa pendekatan adalah suatu titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan guru supaya dapat mengelola kelas sehingga tercipta suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan demi tercapainya tujuan pembelajaran. a. Pendekatan Kontekstual 1) Pengertian Pendekatan Kontekstual Kata Contextual menurut asalnya dari bahasa Inggris, maksudnya mengikuti konteks atau dalam konteks. Secara umum contextual mengandung arti: (1) sesuatu yang berkenaan, relevan, da hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks; (2) sesuatu yang membawa maksud, makna dan kepentingan.
30
Masnur (2007:41) Contectual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)” adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antar materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa amembuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari”. Sedangkan menurut Wina (2006:253) bahwa “pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapnya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dn masyarakat (Depdiknas (2003:1). Sementara Syaiful (2003:87) mengutarakan bahwa: Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat dipahami bahwa pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah
31
konsep belajar dimana guru menghadirkan atau menciptakan situasi dunia nyata dalam kelas dan membantu siswa menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna dan menarik, serta menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran siswa secara penuh.
2) Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Ada beberapa karakteristik pada pendekatan kontekstual yang dikemukakan para ahli. Wina (2006:254) mengemukakan ada 5 (lima) karakteristik pembelajaran pendekatan kontekstual sebagai berikut: 1) Dalam CTL, pengetahuan yang akan diperoleh tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, 2) Pengetahuan diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari cara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya, 3) Pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, tetapi untuk dipahami dan diyakini, 4) Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupannya, 5) Melakukan refleksi sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Masnur (2008:43) secara lebih sederhana mendekripsikan karakteristik pembelajaran dengan cara menderetkan sepuluh kata kunci yaitu: 1) Kerjasama, 2) saling menunjang, 3) menyenangkan, tidak membosankan, 4) belajar dengan gairah, 5) pembelajaran terintegrasi, 6) menggunakan berbagai sumber, 7) siswa aktif, 8) sharing dengan teman, 9) siswa kritis, 10) guru kreatif.
32
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa pada pendekatan kontekstual pembelajaran dilakukan dengan melibatkan guru dan siswa benar-benar aktif dan kreatif sehingga pembelajaran terlaksana secara efektif dan efisien.
3) Komponen dalam Penerapan Pembelajaran Kontekstual Menerapkan pembelajaran kontekstual mempunyai
beberapa
komponen yang harus diperhatikan. Johnson (2008:65) mengatakan bahwa siswa kontekstual menckup delapan komponen berikut ini: 1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connection); 2) melakukan kegiatan yangsignifikan (doing signifikan work); 3) belajar yang diatur sendiri (self regulated learning); 4) bekerjasama (collaborating); 5) berfikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking); 6) mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual); 7) mencapai standar yang tinggi (reaching high standarts); 8)menggunakan penelitian autentik (using autentik asesment). Dalam Wina (2006:262) ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan pendekatan kontekstual yaitu: a) Konstruktivisme (Constructivisme) Pembelajaran yang bercirikan konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif dari
pengalaman
atau
pengetahuan
terdahulu.
Pendangan
konstruktuvisme menurut Nurhadi (2002:14) mengemukakan bahwa “strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
33
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan”. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman dan pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru. Dalam pendekatan ini tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. b) Inkuiri Inkuiri adalah kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Inkuiri diawali dari pengamatan terhadap fenomena,
dilanjutkan
dengan
kegiatan
bermakna
untuk
menghasilkan temuan. Menurut Masnur (2007:45) prinsip yang dipegang guru ketika menerapkan komponen inquiry
dalam
pembelajaran adalah: 1) pengetahuan dan keterampilan akan lebih bermakna bila siswa menemukan sendiri; 2) informasi yang diperoleh siswa lebih mantap bila diikuti bukti; 3) siklus inkuiri: observasi, bertanya, hipotesis, pengumpulan data dan penyimpulan. Menurut Nurhadi (2002:13) langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) adalah: 1) merumuskan masalah, 2) observasi, 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar,
34
laporan, 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca. c) Bertanya Bertanya merupakan salah satu strategi pembelajaran konstektual. Bertanya dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong siswa mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, membimbing dan menilai kemampuan berfikir. Masnur (2007:45) hal yang perlu diperhatikan guru dalam komponen pertanya ini antara lain: (1) Penggalian informasi informasi lebih efektif bila dilakukan melalui bertanya (2) Konfirmasi terhadap yang telah diketahui lebih efektif melalui tanya jawab (3) Pemantapan pemahaman lebih efektif apabila dilakukan lewat diskusi Menurut Nurhadi (2002:14) kegiatan bertanya berguna untuk: kegiatan bertanya untuk: 1) menggali informasi; 2) mengecek pemahaman; 3) membangkitkan respon; 4) mengetahui keinginan, yang sudah diketahui siswa dan yang dikehendaki guru. d) Masyarakat belajar (learning community) Merupakan upaya guru mengaktifkan siswa dengan berbagai pengalaman siswa lain. Menurut Nurhadi (2002:15) “masyarakat
35
belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa”. Di samping itu Masnur (2007:46) hasil kerjasama diperoleh dari kerjasama dengan pihak lain yang saling memberi dan menerima pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, yang terlibat pada dasarnya bisa menjadi nara sumber. e)
Pemodelan Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi.
Nurhadi (2002:17) dalam pendekatan kontekstual
guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan dapat didatangkan dari luar. Prinsip komponen
modelling
menurut
Masnur
(2007:46)
adalah:
pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap bila ada contoh yang bisa ditiru. f)
Refleksi (reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari tentang apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Siswa mendapat pengetahuan merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan
sebelumnya.
Prinsip
dasar
yang
perlu
diperhatikan guru dalam penerapakn komponen refleksi dalam Masnur (2007:47) adalah:Perenungan merupakan respon atas kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diperoleh dan
36
berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima. g) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan perkembangan
belajar
siswa.
Assessment
adalah
proses
pengumpulan berbagai data merupakan gambaran perkembangan belajar siswa yang menekankan pada proses pembelajaran. Masnur (2007) menekankan prinsip penilaian autentik adalah: (1) Penilaian yang untuk mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa; (2) Penilaian dilakukan secara konprehensi; (3) Penilaian dilakukan oleh guru
4) Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan
pendekatan
kontekstual
adalah:
1)
pendekatan kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh baik fisik maupun otak untuk menemukan materi, bukan hasil dari pemberian orang lain; 2) kontekstual mendorong siswa agar dapat menemukan hubungn antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata; 3) kontekstual mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya
dalam
kehidupannya;
4)
kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok; 5) pendekatan
37
kontekstual dapat digunkan di semua bidang studi (Wina, 2005:115). Di samping kelebihan, pendekatan kontekstual juga mempunyi kekurangan. Kekurangan tersebut adalah: 1) karena pembelajaran kontekstual berorientasi siswa, maka siswa akan susah belajar karena tingkat perkembangan dan kemampuan siswa tidak sama; 2) dibutuhkan kesiapan dari segala aspek yang menunjang
kelancaran
pembelajaran,
karena
pembelajaran
berlangsung di lingkungan alamiah; 3) pembelajaran kontekstual lebih mementingkan strategi daripada hasil. (Samrit:2006).
5) Manfaat Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran
dengan
bermanfaat dalam mencapai
pendekatan
kontekstual
sangat
tujuan pembelajaran. Manfaat
pembelajaran kontekstual adalah siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi di kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat, karena materi yang diberikan ke siswa adalah masalah kontekstual yakni masalah yang ada di lingkungannya (Nurhadi, 2003:5). Kemudian dengan pembelajaran kontekstual dapat membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dan mampu berkomunikasi dengan baik dalam interaksi sosial, karena dalam pembelajaran siswa dibiasakan bekerja dengan kemampuan otak dan fisik dalam sebuah
38
kelompok. Dengan demikian siswa terlatih berkomunikasi dalam kelompok dan potensi yang ada dalam dirinya berkembang (Samrit, 2006). Selain itu, pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan siswa dalam aktivitas penting yang membuat mereka mengaitkan pelajaran akademis dengn konteks kehidupan nyata, sehingga siswa melihat makna dari pelajaran tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran kontekstual siswa diharuskan aktif dalam belajar,
menemukan
dan
mengaitkan
pembelajaran
dalam
kehidupannya sehari-hari sehingga apa yang diperoleh di sekolah menjadi lebih bermakna sehingga diharapkan siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.
6) Langkah-langkah Pembelajaran pada Pendekatan Kontekstual Pada kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berususan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Untuk itu agar penggunaan pendekatan kontekstual dapat diterapkan dengan baik, maka harus mengikuti langkah-langkah
39
pembelajaran kontekstual itu sendiri. Menurut Nurhadi (2003:32) langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah:
a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b) Laksanakan inkuiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan di semua bidang studi c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d) Ciptakan masyarakat belajar e) Tunjukkan model sebagai sebuah contoh pembelajaran f) Lakukan refleksi diakhir pertemuan g) Lakukan penilaian yang sebenarnya
Dengan
melaksanakan
langkah-langkah di atas
diharapkan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual akan terlaksana dengan baik. b. Pendekatan Konvensional Pendekatan konvensional merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang lebih berorientasi pada guru. Pendekatan konvensional ini lebih mengarah kepada pendekatan tradisional. Dalam Nurhadi (2002) dinyatakan bahwa pada pendekatan tradisional mempunyai pandangan bahwa: siswa adalah penerima informasi secara pasif; siswa belajar secara individu; pembelajaran sangat abstrak dan teoritis; perilaku dibangun atas kebiasaan; keterampilan dikembangkan atas dasar latihan; hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor; seseorang
tidak melakukan yang
40
jelek karena dia takut hukuman; bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural; rumus itu ada di luar diri siswa yang harus diterangkan; rumus adalah kebenaran absolut; siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah; pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep atau hukuman yang ada di luar diri manusia; guru adalah penentu utama proses pembelajaran; pembelajaran hanya terjadi dalam kelas; perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik. Berdasarkan atas pandangan dari pendekatan di atas, maka pada pendekatan ini lebih mengutamakan kepada guru yang mengajar. Dalam hal ini siswa hanya menerima secara pasif dari guru. Gurupun dalam melakukan pembelajaran hanya menggunakan media dan metode seadanya seperti menggunakan papan tulis biasa (black/white board). Di samping itu, sarana dan prasarana pembelejaranpun juga sederhana seperti buku cetak atau semacam LKS untuk mengisi latihan. Dengan demikian, pada pendekatan konvensional ini siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran. Siswa lebih bersifat pasif dan menerima apa yang dikatakan oleh guru.
B. Penelitian yang Relevan Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian yang menemukan dimana motivasi belajar merupakan salah satu variabel yang ikut memberikan sumbangan terhadap hasil belajar, untuk itu guru harus mengembangkan motivasi belajar dengan tujuan siswa mampu meningkatkan prestasi dan hasil belajar mereka (Filmawati, 2001)
41
2. Proses belajar yang dicoba menurut teori motivasi dengan memfasilitasi kebutuhan belajar siswa, dimana keberhasilan atau ketidak berhasilan ditentukan oleh faktor internal terutama kemampuan dengan usaha keras (Abizar, 1997) 3. Penelitian tentang pengaruh penggunaan media kaset terhadap hasil belajar musik siswa sekolah dasar (studi eksperimen di SD Pertiwi Padang), menunjukan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan media kaset memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang belajar tanpa mempergunakan media kaset tersebut. 4. Penelitian yang menemukan bahwa kemampuan membaca dan motivasi belajar telah dimanfaatkan oleh siswa sebagai dua faktor penting yang tak dapat dipisahkan untuk meningkatkan hasil belajar (Gusneti, 1997) Pada penelitian yang telah terdahulu beberapa peneliti telah mencoba melakukan
penelitian terhadap beberapa faktor di atas yang ikut
mempengaruhi hasil belajar. Maka dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian tentang pengaruh pendekatan kontekstual terhadap motivasi hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir 1. Perbedaan
Pengaruh
Pendekatakan
Kontekstual
dan
Metode
Konvensional Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih diarahkan untuk menciptakan pembelajaran lebih bermakna. Siswa diarahkan untuk
42
menemukan, mendiskusikan dan mengambil suatu kesimpulan dari apa yang dipelajarinya. Rencana pelaksanaan pembelajaran berisi suatu skenario apa yang menjadi suatu topik permasalahan. Dari topik tersebut disusun suatu strategi dalam memecahkannya. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa dimungkinkan untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya. Siswa disituasikan untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dengan demikian, apa yang telah dipelajari oleh siswa menjadi lebih bermakna. Dalam pembelajaran konvensional, guru merupakan penentu jalannya proses pembelajaran di kelas. Guru mengajar sebagaimana biasanya selama ini dilakukan. Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru menggunakan metode ceramah, diskusi-informasi, Tanya jawab dan penugasan. Aktivitas siswa mendengar, mencatat, menghafal dan berdiskusi. Guru memulai pelajaran dengan menerangkan pelajaran, dilanjutkan dengan contoh soal dan pembahasannya, lalu siswa disuruh membuat latihan. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan konvensional akan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran IPA (Biologi) untuk Sekolah Menengah Atas. Target pembelajaran adalah pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil belajar yang diperoleh merupakan pencerminan dari kualitas pembelajaran yang diberikan.
43
2. Perbedaan Motivasi Awal Siswa dalam Pendekatakan Kontekstual dan Metode Konvensional Motivasi belajar siswa akan sangat mempengaruhi hasil belajar yang akan diperolehnya nanti. Siswa yang termotivasi untuk belajar, belajar baginya merupakan hal yang menyenangkan. Mereka senantiasa bersemangat dan tidak mudah putus asa. Sebaliknya dengan siswa yang mempunyai motivasi rendah. Namun demikian, pada pendekatan kontekstual ini, diciptakan suatu kondisi agar siswa bersemangat dalam belajar, karena pada pendekatan kontekstual ini pembelajaran lebih diarahkan kepada kehidupan sehari-hari anak dalam lingkungannya. Siswa
menemukan sendiri, lalu
melaksanakan kegiatan kelompok
untuk berdiskusi, melakukan refleksi baru melakukan penialain yang sebenarnya. Pada pendekatan konvensional (ceramah) bagi siswa yang memiliki motivasi awal tinggi punya pengaruh yang baik juga, karena siswa mempunyai keinginan yang kuat untuk mencari sendiri pemecahan masalah secara mandiri, mereka lebih giat bertanya kepada guru. Tapi pada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, pendekatan konvensional ini, akan menjadikan pembelajaran sangat membosankan. Karena siswa hanya menerima materi pelajaran dari guru, yang dirasa kurang menarik, siswa lebih banyak pasif karena guru lebih banyak menjelaskan materi pelajaran. Berdasarkan perbedaan-
44
perbedaan yang dikemukakan di atas, diduga penerapan pendekatan kontekstual pada siswa yang mempunyai motivasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pada penelitian ini akan dilakukan proses pembelajaran dibagi atas dua yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual sebagai kelas eksperimen dan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional sebagai kelas kontrol. Setelah proses pembelajaran dilaksanakan dari kedua kelompok dilihat perbedaan hasil belajar dan motivasi siswa. Dengan demikian, sebagai kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah
Pembelajaran Biologi
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konvensional
Hasil belajar Biologi
Hasil belajar Biologi
Bagan. 2.1 Kerangka Konseptual
45
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, dengan mengontrol kemungkinan perbedaan dalam motivasi belajar, terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan kontektual dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar. 2. Ada pengaruh yang berarti antara motivasi terhadap hasil belajar. 3. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan
konvensional
dan
kontekstual
setelah
dilakukan
penyesuaian dengan kemungkinan perbedaan dalam motivasi belajar.
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment). Pada penelitian ini peneliti membandingkan hasil kegiatan yang dilakukan terhadap dua kelompok yang diberi perlakuan berbeda, yakni satu kelompok yang diberikan perlakuan (sebagai kelompok eksperimen) dan kelompok lain tidak diberikan perlakuan (sebagai kelompok kontrol). Kelompok eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual dalam kegiatan
pembelajaran,
sedangkan
kelompok
kontrol
menggunakan
pendekatan konvensional. Desain ini diawali dengan pemilihan 2 kelompok untuk menentukan kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian kedua kelas diberikan
perlakuan yang berbeda. Dalam penelitian ini kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan kelas kontrol diberikan pendekatan konvensional. Setelah itu kedua kelompok diberikan postes dengan instrumen yang sama untuk diuji perbedaannya secara statistik. Pelaksanaannya, kedua kelompok diberikan materi dan jumlah jam yang sama. Akhir dari ekserimen ini ditujukan untuk mendapatkan informasi
46
47
tentang keefektifan pendekatan kontekstual terhadap motivasi dan hasil belajar biologi siswa dibandingkan dengan penggunaan pendekatan konvensional. Penelitian dilakukan di SMAN 2 Siak Hulu Kampar Riau tahun ajaran 2009/2010. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa karakteristik dari lingkungan sekolah tersebut telah diketahui dan mudah dimasuki peneliti karena peneliti termasuk tenaga pengajar di sekolah tersebut.
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMAN 2 Siak Hulu Kampar Riau yang terdiri dari empat lokal dengan jumlah siswa 156 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas XII IPA SMAN 2 Siak Hulu Kampar Riau No.
Kelas
Jumlah Siswa
1
XI 1
40
2
XI 2
40
3
XI 3
38
2
XI 4
38
Jumlah
156
48
Disebabkan jumlah lokal dan siswa terlalu banyak, maka langkah selanjutnya untuk menentukan sampel dipilih dua kelas yang peneliti tetapkan sendiri yaitu kelas XII3 sebagai kelas eksperimen dan XII4 sebagai kelas kontrol. Jadi sampel berjumlah 76 orang yaitu 38 orang setiap kelasnya. Kelas eksperimen diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan kelas kontrol diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional. Di samping itu, setiap kelas juga dibedakan dengan siswa yang motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar yang rendah.
C. Definisi Operasional Defenisi operasional diperlukan agar tidak terjadi perbedaan persepsi terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan defenisi operasional dari istilah penelitian sebagai berikut: 1. Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan siswanya yang bercirikan: (a) mengembangkan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; (b)
mencoba menemukan
sendiri’ (c) mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (d) menciptakan masyarakat belajar; (e) pemberian model; (f) refleksi dan (g) penilaian yang aktual (sebenarnya).
49
2. Pendekatan konvensional merupakan pendekatan tradisional dimana guru dalam membelajarkan siswa lebih menitikberatkan kepada guru satu-satunya sumber ilmu dengan metode ceramah dan pengisian LKS. 3. Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam dan lingkungan sebagai daya penggerak seseorang untuk melakukan kegiatan belajar yang ditandai oleh adanya keinginan untuk belajar atau usaha yang kuat dalam menguasai materi pelajaran dan keseriusan serta kesungguhan dalam mengikuti proses pembelajaran. 4. Hasil belajar adalah skor tes akhir yang diperoleh siswa (kelompok eksperimen dan kontrol) setelah PBM dilaksanakan. Dalam kesempatan ini hasil belajar yang diteliti hanya aspek kognitif yang dipeoleh dari sekor hasil tes setelah proses pembelajaran.
D. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas Variabel bebas (yang mempengaruhi) pada penelitian ini adalah pendekatan kontekstual dan motivasi belajar. 2. Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa SMAN 2 Siak Hulu Riau
50
E. Teknik Pengumpulan Data Mengukur pengetahuan siswa terhadap materi Biologi yang telah diberikan, baik dengan menggunakan pendekatan kontekstual maupun menggunakan pendekatan konvensional maka dilakukan tes. Tes yang diberikan berupa pretest dan postes dalam bentuk tes pilihan ganda. Penskoran tes pilihan ini menggunakan rumus Suharsimi (1999:228) yaitu: JB S=
x100 JS
Keterangan: S = Skor JB = Jumlah Betul JS = Jumlah Soal Hasil perhitungan dapat dilihat pada data mentah hasil penelitian lampiran V halaman 125.
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang dgunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur pengetahuan biologi siswa disusun berdasarkan rencana pembelajaran biologi kelas XII SMA. Tes ini dikembangkan melalui kisikisi yang sesuai dengan ruang lingkup materi pokok biologi. Tes ini disusun berbentuk tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Sebelum tes diberikan pada siswa sebagai sampel penelitian maka dilakukan uji coba di kelas yang lain.
51
Jumlah soal yang diujicobakan masing-masing sebanyak 25 butir soal. Kemudian hasilnya dilakukan taraf kesukaran, daya beda dan reliabilitas tes.
1. Uji Reliabilitas Soal Reliabilits berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Uji reliabilitas yang digunakan tes untuk hasil belajar adalah dengan rumus yang dikemukakan oleh kuder dan Richardson yaitu K-R 20 sedangkan untuk motivasi belajar digunakan rumus Alpha:
r11 =
k
s2 - Σ pq
k–1
s2
Keterangan: r11
: reliabilitas tes secara keseluruhan
p
: proporsi peserta tes menjawab benar
q
: proporsi peserta tes menjawab salah (q=1-p)
Σ pq : jumlah perkalian p dan 1 k
: banyaknya item
s
: standar deviasi dari tes (Sumarna, 2004:114)
52
Harga r hitung dapat dirujuk ke tabel harga kritik r product moment. Jika r hitung lebih besar harga kritik dalam tabel maka item tersebut reliabel. Jika r hitung lebih kecil harga kritik dalam tabel maka item tersebut tidak reliabel.
2. Indeks Kesukaran Indeks kesukaran digunakan untuk tes biologi yang berikan kepada siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sehingga tidak nampak peningkatan dalam pemeroleh pelajaran. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjdi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Suharsimi, 2006:207). Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya sesuai soal tersebut indeks kesukaran biasanya antara 0,00 sampai dengan1,00. Rumus Indeks kesukaran: B P= JS Keterangan: P : Indeks kesukaran B
: banyaknya siswa yang menjawab benar
JS
: jumlah seluruh siswa pesert tes
Klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
53
0,00 - 0,30 soal tergolong sukar 0,30 - 0,70 soal tergolong sedang 0,70 - 1,00 soal tergolong mudah (Suharsimi, 2006:208-210) Hasil perhitungan dapat dilihat pada hasil ujicoba instrumen lampiran V halaman 119. 3. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus daya pembeda: D =
BA
-
JA Keterangan:
BA JA
= P A - PB
D : Daya pembeda J : Jumlah peserta tes JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Suharsimi, 2006:213-214) Klasifikasi daya pembeda soal sebagai berikut: D : 0,00 – 0,20 adalah jelek D : 0,20 – 0,40 adalah cukup
54
D : 0,40 – 0,70 adalah baik D : 0,70 – 1,00 adalah baik sekali D : negatif, semuanya tidak baik. (Suharsimi, 2006:218). Dalam analisis ditetapkan bahwa soal yang jelek-mudah dibuang dan soal sulit-jelek dibuang. Hasil anaklisis diperoleh ada tiga soal yang dibuang. Hasil perhitungan dapat dilihat pada hasil ujicoba instrumen lampiran IV halaman 116-117. Namun, soal itu diperbaiki dan akhirnya ditetapkan soal menjadi 25 butir. Sedangkan instrumen non tes digunakan untuk melihat motivasi belajar siswa. Instrumen non tes yang digunakan berupa angket. Butir angket tentang motivasi yang digunakan adalah model skala likert dengan alternatif jawaban terdiri dari lima kategori yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R) dan tidak setuju (TS) serta sangat tidak setuju (STS). Angket disusun berdasarkan pendapat para ahli untuk mendapatkan indikator-indikator, kemudian dirumuskan menjadi butir-butir item. Selanjutnya dilakukan ujicoba untuk menguji validitas dan reabillitas instrumen. Kisi-kisi instrumen angket untuk motivasi sebagai berikut: Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Belajar
Indikator 1. Ketekunan Belajar 2. Ulet dalam menghadapi kesulitan 3. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar 4. Keinginan untuk berpestasi
Item Nomor 1–9 10 – 5 16 – 26 27 – 35
55
4. Uji Validasi Instrumen Validitas angket motivasi belajar dilihat berdasarkan pada validasi konstruk, tujuannya untuk mengetahui apakah butir-butir pernyataan instrumen telah sesuai dengan konstruk teori. Untuk mengetahui caliditas instrumen motivasi belajar dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pembuatan instrumen yang mengacu kepada teori-teori yang telah dibahas dalam kajian teori (construct validity) b. Hasil uji coba instrumen akan dikonsultasikan kepada kedua pembimbing dan dilakukan perbaikan (expert validity) c. Memperoleh butir yang valid dilakukan dengan mencari korelasi antar skor butir-butir instrumen dengan skor total. Untuk ini dicari dengan menggunakan rumus korelasi product moment Uji validitas instrumen tes mencakup: (1) validitas isi (content validity) yaitu sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan, (2) validitas konstruksi (constract validity) yaitu sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebut indikator pembelajaran (Suharsimi, 2006:67). Selain validitas di atas perlu dilakukan validitas butir soal yaitu sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah.Validitas yang
56
tinggi jika skor item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi produk moment sebagai berikut:
rxy=
N.∑XY − (∑X )(∑Y )
{N.∑X
2
}{
− (∑X ) N.∑Y 2 − (∑Y ) 2
2
}
(Suharsimi, 2006: 2006:78)
Keterangan: rXY
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N
: jumlah peserta tes
ΣX
: jumlah skor item
ΣY
: jumlah skor total peserta Kriteria pengujian analisis ini menurut (Sudjana, 1982:368) adalah
sebagai berikut: Jika nilai koefisien korelasi (rhitung) skor tiap butir dengan skor total lebih besar dan sama dengan nilai rtabel pada taraf signifikansi (a = 0,05, maka butir pernyataan instrumen dinyatakan valid. Sementara, jika nilai koefisien korelasi (rhitung) skor tiap butir dengan skor total lebih kecil dari nilai rtabel pada taraf signifikan (a = 0,05), maka butir pernyataan instrumen dinyatakan tidak valid atau gugur. Harga r hitung dapat dirujuk ke tabel harga kritik r product moment, sehingga untuk n=35 diperoleh rhitung = 0,334. Dengan demikian, hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran Ujicoba Penelitian halaman 119 dengan rangkuman sebagai berikut:
57
Tabel 3.3. Rangkuman Hasil Analisis Uji Validitas Butir Instrumen Variabel
Indikator
Jlh butir 9
Item Nomor 1–9
Jumlah butir valid 7 butir
Motivasi
1. Ketekunan Belajar
Belajar
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan
6
10 – 15
5 butir
3. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
11
16 – 26
10 butir
9
27 – 35
4. Keinginan untuk berpestasi
35
8 butir 30 butir
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 35 butir pernyataan tentang motivasi belajar, yang valid hanya 30 butir. Butir tidak valid sebanyak 5 butir yakni butir nomor 4, 6,11, 22 dan 27, dimana msingmasing nilanya adalah 0,243; 0,328; 0,173; 0,324; dan 0,264. Kelima nilai tersebut berada di bawah nilai r untuk n = 35 yaitu 0,334. Sesuai dengan kriteria, berarti kelima item tersebut gugur. Item yang gugur diperbaiki yang akhirnya hanya dua item yang gugur, sehingga angket motivasi belajar siswa menjadi 33 butir.
4. Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilits berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu item dikatakan reliabel apbila hasilny menunjukkan derajat kebebasan,
58
ketepatan atau keajegan. Dengan kata lain, jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu berlainan, maka setiap siswa akan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk menentukan reabilitas tes digunakan rumus Aplha (Suharsimi, 2003: 109) sebagai berikut:
r11 =
n
1-
n–1
Σ σb Σ σt
Keterangan: r11
: reliabilitas tes secara keseluruhan
n
: banyak peserta tes
σb
: varians butir
σt
: varians total Harga r hitung dapat dirujuk ke tabel harga kritik r product moment.
Jika r hitung lebih besar harga kritik dalam tabel maka item tersebut reliabel. Jika r hitung lebih kecil harga kritik dalam tabel maka item tersebut tidak reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran IV halaman 120-121 diperoleh rhitung = 0,901. Dengan demikian rhitung > rtabel (0,901 > 0,334) yang berarti item reliabel.
G. Desain Penelitian Pelaksanaan penelitian ini meliputi penyajian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional.
59
Dalam hal ini terlebih dahulu mengontrol kemungkinan perbedaan motivasi belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional dan siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual.
H. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas. Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan uji t. 1. Uji Normalitas Untuk mengetahui normalitas distribusi data hasil belajar dan motivasi belajar digunakan uji chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: X2 ; chi kuadrat yang dicari fo ; frekuensi hasil pengamatan fe ; frekuensi yang diharapkan Kriteria pengujian adalah jika X2 hitung ≥ X2 tabel artinya distribusi data tidak normal dan jika X2 hitung ≤ X2 tabel artinya data distribusi normal (Riduan, 2006:124), yang dapat dilihat pada lampiran halaman 130-133.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas berguna untuk mengetahui apakah kelompok atas ekspreimen dan kelompok kelas kontrol memiliki varians yang homogen
60
atau tidak. Pengujian dengan menggunakan uji varians (uji F) dengan rumus: Sb2 F=
Sk2
Keterangan: F : varians yang dicari (F hitung) Sb2 : Varians terbesar Sk2 : Varians terkecil
Kriteria pengujian adalah F hitung ≥ tabel berarti kelompok data dinyatakan tidak homogen dan jika F ≤ F tabel berarti kelompok data dinyatakan homogen (Riduan, 2006:120), yang dapat dilihat pada lampiran halaman 135.
3. Uji Hipotesis Perlakuan dalam penelitian quasi eksperimen ini memanfaatkan 2 (dua) kelas yang telah ada (intact-groups). Dengan demikian, asumsinya kelompok ini tidak setara karena terbentuk tidak dengan proses acak. Sesuai dengan keadaan tersebut, pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis kovarians (Anakova). Di sini, di samping variabel yang ada diperlukan satu vector tambahan untuk menunjukkan interaksi, maka desainnya adalah sebagai berikut:
61
Y
X1
X2
X3
Eksperimen Kontrol
Keterangan: Y
= hasil belajar
X1
= metode (vector dummy)
X2
= motivasi
X3
= interaksi (metode x motivasi)
Dari vektor di atas, dengan bantuan analisis regresi dihitung kuadrat korelasi ganda sebagai berikut: R2y.123 R2y.12 R2y.1 R2y.2 Hasil perhitungan dengan bantuan pengolahan data statistik program SPSS yang dapat dilihat pada lampiran halaman 137-140. Kemudian dilakukan ujian keberartian analisis proporsional sebagai berikut: R2y.123 - R2y.12 = uji keberartian interaksi antara metode dengan motivasi R2y.12 - R2y.1
= uji keberartian kontribusi motivasi terhadap hasil belajar
62
R2y.12 - R2y.2
= uji keberartian perbedaan dua metode mengajar yaitu metode konvensional dan kontekstual.
Formula umum dari uji tersebut adalah F=
(R2y.ABC – Ry.AB )/C (1 – R2y.ABC) / (n-k-1)
Hal ini dapat dilihat pada uji hipotesis lampiran IX halaman 142. Akhirnya, penyesuaian rata-rata skor hasil belajar kedua kelompok terhadap perbedaan rata-rata motivasi dilakukan dengan menggunakan rumus: Y(adj) = yj – b( xj – x )
Keterangan: Yj (adj) = rata-rata yang telah disesuaikan yj
= rata-rata masing-masing kelompok sebelum disesuaikan
b
= koefisien regresi total kelompok
xj
= rata-rata motivasi masing-masing kelompok
x
= rata-rata motivasi total kelompok
Hal ini dapat dilihat pada uji hipotesis lampiran IX halaman 143.
63
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Deskripsi data hasil penelitian berikut ini mengenai motivasi belajar dan hasil belajar siswa dari kedua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Semua data yang dianalisis untuk memperoleh rata-rata skor, standar deviasi dan varians untuk masing-masing kelas. Tingkat motivasi belajar siswa digunakan untuk mengukur kesetaraan motivasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan hasil belajar digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar akhir yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
a. Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel. 4.1. Data Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran IPA (Biologi) Kelompok
Mean
Varians
Standar
N
deviasi Kelas Eksperimen (A1)
130.32
64.44
8.03
38
Kelas Kontrol (A2)
114.34
104.45
10.21
38
63
64
1) Deskripsi data motivasi belajar siswa secara keseluruhan kelas eksperimen Hasil motivasi belajar siswa secara keseluruhan pada mata pelajaran IPA (Biologi) adalah sebagai berikut: nilai tertinggi = 145 dan nilai terendah =112, dengan rata-rata (mean) = 130.32, median = 130.5 dan modus = 130.07, standar deviasi (S) = 8.027 dan varians (S2) = 64.437. Hal ini dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi motivasi siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Motivasi Belajar Keseluruhan Siswa Kelas Eksperimen Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
112 - 116 117 - 121 122 - 126 127 - 131 132 - 136 137 - 141
2 4 5 10 8 6
5,26 10,53 13,16 26,32 21,05 15,79
7 142 - 146
3 38
7,89 100
Nilai Interval
No 1 2 3 4 5 6
Selanjutnya, data sebagaimana terangkum dalam tabel di atas disajikan dalam bentuk histogram dan poligon sebagai berikut:
65
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0
114
119
124
129
134
Nilai Tengah
139
144
Grafik .4.1. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen Dari histogram di atas terlihat bahwa frekuensi data motivasi belajar kelas eksperimen kecenderungannya pada distribusi normal. Dimana frekuensi terbesar berada di tengah kelas interval yaitu (10) dan terus mengecil sampai pada
kelas interval awal dan akhir
mempunyai frekuensi yang terkecil yaitu 2 dan 3. 2) Deskripsi data motivasi belajar siswa secara keseluruhan kelas kontrol Hasil motivasi belajar siswa secara keseluruhan pada mata pelajaran IPA (Biologi) pada kelas kontrol adalah sebagai berikut: nilai tertinggi = 133 dan nilai terendah =91, dengan rata-rata (mean) = 114.34, median = 113.41 dan modus = 114.13, standar deviasi (S) = 10.21 dan varians (S2) = 104.45. Hal ini dapat dilihat pada lampiran.
66
Distribusi frekuensi motivasi siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 4.3. Distribusi Frekuensi Data Hasil Motivasi Belajar Keseluruhan Siswa Kelas Kontrol No
Nilai Interval
1 2 3 4 5 6 7
f
91 – 97 98 – 104 105 – 111 112 – 118 119 – 125 126 - 132 133 – 139
2 6 8 11 6 4 1 38
Frekuensi Relatif (%) 5,26 15,79 21,05 28,95 15,79 10,53 2,63 100
Selanjutnya, data sebagaimana terangkum dalam tabel di atas disajikan dalam bentuk histogram dan poligon sebagai berikut:
12 10
frekuensi
8 6 4 2 0 95
102
109
116tengah 123 nilai
130
137
Grafik .4.2. Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Kelas Kontrol
67
Dari histogram dan poligon di atas terlihat bhwa frekuensi data motivasi belajar kelas kontrol kecenderungannya pada distribusi normal. Dimana frekuensi terbesar berada di tengah kelas interval yaitu (11dan terus mengecil sampai pada kelas interval awal dan akhir mempunyai frekuensi yang terkeci yaitu 2 dan 1.
b. Tes Hasil Belajar Siswa Tes Hasil belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut: Tabel. 4.4. Data hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA (Biologi) Kelompok
Mean
Varians
Standar
N
deviasi Kelas Eksperimen (A3)
75.263
78.9
8.88
38
Kelas Kontrol (A4)
63.211
119.306
10.92
38
1) Deskripsi data hasil belajar siswa secara keseluruhan kelas eksperimen Hasil hasil belajar siswa secara keseluruhan pada mata pelajaran IPA (Biologi) adalah sebagai berikut: nilai tertinggi = 96 dan nilai terendah =52, dengan rata-rata (mean) = 75.263, median = 2
75.42 dan modus = 76, standar deviasi (S) = 8.88 dan varians (S ) = 78.9. Hal ini dapat dilihat pada lampiran.
Distribusi frekuensi motivasi siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:
68
Tabel. 4.5. No
1 2 3 4 5 6
Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Keseluruhan Siswa Kelas Eksperimen
Nilai Interval
52 - 58 59 - 65 66 - 72 73 - 79 80 - 86 87- 93
7 94 - 100
f
1 4 9 12 9 2
Frekuensi Relatif (%) 2.63 10,53 23.68 26,32 23.68 5,26
1
2.63
38
100
Selanjutnya, data sebagaimana terangkum dalam tabel di atas disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut: 14 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 55
62
69
76
83
90
97
Grafik .4.3. Histogram Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dari histogram dan poligon di atas terlihat bahwa frekuensi data hasil belajar kelas eksperimen kecenderungannya pada distribusi normal. Dimana frekuensi terbesar berada di tengah kelas interval
69
yaitu (11dan terus mengecil sampai pada kelas interval awal dan akhir mempunyai frekuensi yang terkecil yaitu 1.
2) Deskripsi data hasil belajar siswa secara keseluruhan kelas kontrol Hasil hasil belajar siswa secara keseluruhan pada mata pelajaran IPA (Biologi) pada kelas kontrol adalah sebagai berikut: nilai tertinggi = 84 dan nilai terendah =36, dengan rata-rata (mean) = 63.2114, median = 65.5 dan modus = 63.05, standar deviasi (S) = 10.92 dan varians (S2) = 119.306. Hal ini dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi hasil siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Keseluruhan Siswa Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7
Nilai Interval 36 - 43 44 - 51 52 - 59 60 - 67 68 - 75 76 - 83 84 - 91
f atau fo 1 4 8 12 7 5 1 38
Frekuensi Relatif (%) 2,63 10,53 21,05 31,58 18,42 13,16 2,63 100
Selanjutnya, data sebagaimana terangkum dalam tabel di atas disajikan dalam bentuk histogram dan poligon sebagai berikut:
70
14 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0
39
47
55
63
71
79
87
Grafik .4.4. Histogram Frekuensi Hasil Belajar Kelas Kontrol
Dari histogram dan poligoon di atas terlihat bahwa frekuensi data hasil belajar siswa kelas kontrol kecenderungannya pada distribusi normal. Dimana frekuensi terbesar berada di tengah kelas interval yaitu (12) dan terus mengecil sampai pada kelas interval awal dan akhir mempunyai frekuensi yang terkecil yaitu 1.
2. Pengujian Syarat Analisis Pengujian persyaratan analitis dilakukan untuk mengetahui distribusi sampel dan menjadi dasar untuk menggunakan teknik analisis varians. Persyaratan tersebut meliputi pengujian data melalui analisis distribusi sampel yang mewakili populasi, apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dan uji homogenitas. Adapun kedua uji tersebut sebagai berikut.
71
a. Uji Normalitas 1) Uji normalitas kelas eksperimen Uji normalitas dengan persyaratan uji hipotesis dilakukan dengan Uji Chi-Kuadrat. Teknik perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Hasil uji normalitas masing-masing variable yaitu hasil belajar dengan pendekatan kontekstuasl dan motivasi belajar siswa, dapat dilihat pada table berikut:
Tabel. 4.7. Uji Normalitas Data Motivasi Siswa pada Pelajaran Biologi Kelas Eksperimen No 1
Motivasi Belajar siswa Keseluruhan
X2 hitung
X2 tabel
Kesimpulan
0,894
9,488
Data normal
Tabel. 4.8. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Biologi Kelas Eksperimen No 1
Motivasi Belajar siswa Keseluruhan
X2 hitung
X2 tabel
Kesimpulan
0.731
12,592
Data normal
Kedua data di atas, dari hasil uji normalitas kelas eksperimen secara keseluruhan baik
motivasi belajar maupun hasil belajar
menunjukkan data berdistribusi normal, karena X2 hitung < X2tabel pada taraf alpha 0,05.
72
2) Uji normalitas kelas kontrol Uji normalitas kelas control yang dilakukan yaitu hasil belajar dengan pendekatan konvensional. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada table berikut:
Tabel. 4.9. Uji Normalitas Data Motivasi Siswa pada Pelajaran Biologi Kelas Kontrol No 1
Motivasi Belajar siswa Keseluruhan
X2 hitung
X2 tabel
Kesimpulan
0,894
9,488
Data normal
Tabel. 4.10. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Pelajaran Biologi Kelas Kontrol No 1
Motivasi Belajar siswa Keseluruhan
Siswa pada
X2 hitung
X2 tabel
Kesimpulan
1.216
12,592
Data normal
Kedua data di atas, dari hasil uji normalitas kelas eksperimen secara keseluruhan baik
motivasi belajar maupun hasil belajar
menunjukkan data berdistribusi normal, karena X2 hitung < X2tabel pada taraf alpha 0,05.
b. Uji Homogenitas Homogenitas dilakukan dengan analisis varians (uji F) yaitu analisis perbandingan antara varians terbesar dengan varians terkecil. Hasil uji homogenitas data dalam penelitian ini sebagai berikut:
73
1) Uji Homogenitas motivasi belajar keseluruhan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Ho : tidak terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2 H1 : terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2 Tabel 4.11 Motivasi Belajar Siswa secara Keseluruhan Kelas Eksperimen kontekstual) N = 38 S2 = 64,44
(Pendekatan
variansterbesar Fhitung =
Kelas kontrol konvensional) N = 38 S2 = 104,45
(Pendekatan
104 =
Variansterkecil
= 1,628 64,44
f tabel dengan rumus =(dk variansbesar - 1, dk varianskecil – ) f tabel = (dk-1, dk-1) maka f tabel 0,05 (38-1)(38-1) f tabel = 0,05 (37,37) = 1,75 Kesimpulan: fhitung
(Pendekatan
Kelas kontrol konvensional) N = 38 S2 = 119,306
(Pendekatan
74
variansterbesar Fhitung =
119,306 =
Variansterkecil
= 1,512 78,9
f tabel dengan rumus =(dk variansbesar - 1, dk varianskecil – ) f tabel = (dk-1, dk-1) maka f tabel 0,05 (38-1)(38-1) f tabel = 0,05 (37,37) = 1,75 Kesimpulan: fhitung
Hasil pengujian homogenitas motivasi belajar dan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas control, baik secara keseluruhan, bermotivasi tinggi maupun yang bermotivasi rendah menunjukkan data yang homogen karena f hitung lebih kecil dari f table yang berarti data homogeny. Begitu juga dari hasil uji normalitas ternyata data berdistribusi normal. Dengan demikian, uji hipotesis dapat dilakukan.
3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan terlebih dahulu dengan mengontrol kemungkinan perbedaan dalam motivasi belajar, terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual dengan yang diajar dengan pendekatan konvensional.
75
Dengan demikian, secara teknis, uji hipotesis dilakukan menindaklanjuti koefisien determinasi sejumlah variabel. Apabila variabel-variabel tersebut adalah: Y
= hasil belajar
X1 = pendekatan mengajar X2 = motivasi belajar Dilengkapi dengan fakta dummy untuk interaksi, maka koefisien tersebut berdasarkan print-out dari hasil olahan data statistic SPSS dapat dilihat pada lampiran diperoleh sebagai berikut: Untuk total kelompok: R2y.123 = 0,384 R2y.12 = 0,373 R2y.1
= 0,176
2
= 0,373
R
y.2
x
= 121,09
a
= -0,0184
b
= 0,584
sedangkan masing-masing kelompok diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel. 4.13. Distribusi Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis Kelompok
Y
X
a
b
Eksperimen
75,4737
129,3950
22,2296
0,4119
Kontrol
65,1842
112,7985
-12,0851
0,6895
76
Berikut ini dikemukakan uji hipotesis dengan uji ANAKOVA (dapat dilihat pada lampiran) berturut-turut dikemukakan tiga jenis uji yang dilakukan sebagai berikut:
a. Uji Homogenitas Regresi Berdasarkan perhitungan dihasilkan bahwa F hitung = 1,287 untuk tingkat kepercayaan α = 0,05 dan dk sebesar 1 dan 72. Sedangkan F tabel = 3,98. Fhitung < F
tabel
yang menunjukkan regresi adalah homogen. Artinya,
ternyata tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar.
b. Uji keberartian pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar Uji ini menghasilkan bahwa F hitung = 22,936 untuk tingkat kepercayaan α = 0,05 dan dk sebesar 1 dan 72. Sedangkan F tabel = 3,98. Fhitung > F
tabel
yang menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh
secara signifikan terhadap hasil belajar. Besar pengaruh (kontribusi)nya adalah sekitar 37%.
77
c. Uji keberartian perbedaan rata-rata hasil belajar dari siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional setelah dilakukan penyesuaian terhadap kemungkinan perbedaan dalam motivasi belajar. Uji ini menghasilkan Fhitung = 0. Ini menunjukkan bahwa, setelah dilakukan penyesuaian terhadap perbedaan rata-rata motivasi, tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar yang diajar dengan kedua pendekatan. Artinya, ternyata pendekatan kontekstual tidak lebih baik dari pendekatan konvensional dalam terhadap hasil belajar biologi kelas XII di SMA Negeri 2 Siak Riau. Perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah dilakukan penyesuaian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14. Perbedaan rata-rata Haisl Belajar Sebelum dan Sesudah Penyesuaian Status
Kontekstual
Konvensional Signifikansi
Rata-rata hasil belajar sebelum disesuaikan
75,4757
65,1842
Signifikan
Rata-rata hasil belajar setelah disesuaikan
70,6236
70,0317
Tidak signifikan
Dari keseluruhan hasil analisis di atas terlihat bahwa, hipotesis yang berbunyi dengan mengontrol kemungkinan perbedaan motivasi belajar
78
terhadap perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan konvensional, ternyata tidak terbukti secara empiris.
B. Pembahasan Dari hasil analisis data yang diperoleh melalui pengujian hipotesis, maka diperoleh gambaran bahwa pada penelitian quasi eksperimen yang penulis lakukan terlebih dahulu mengontrol motivasi awal dari masingmasing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil penelitian dari data diperoleh ternyata terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelas control dengan kelas eksperimen. Oleh sebab itu dalam pengujiannya dilakukan analisis kovarians (ANAKOVA) dengan menggunakan tiga uji yaitu uji homogenitas regresi, uji keberartian pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar dan uji keberartian perbedaan rata-rata hasil belajar dari kedua metode pembelajaran setelah dilakukan penyesuaian terhadap kemungkinan perbedaan dalam motivasi belajar. Hasil masing-masing temuan di bahas sebagai berikut:
1. Tidak Terdapat Interaksi Antara Metode Mengajar dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Suatu interaksi terjadi bila efek faktor yang satu berpengaruh pada faktor yang lain dalam mempengaruhi sesuatu. Hasil analisis data dengan uji homogenitas regresi diperoleh bahwa ternyata tidak terdapat
79
interaksi antara metode mengajar dan motivasi terhadap hasil belajar. Hal ini berarti masing-masing faktor (pendekatan dan motivasi) tidak saling tergantung dan mempengaruhi, yang menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut (metode dan motivasi) mempunyai posisi tersendiri terhadap hasil belajar. Ada kalanya motivasi belajar siswa lebih menentukan hasil belajar namun di sisi lain adakalanya metode mengajar guru sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini berarti dampak dari faktor pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar tidak tergantung pada faktor motivasi belajar siswa.
2. Motivasi Belajar Berpengaruh secara Signifikan terhadap Hasil Belajar Motivasi yang dimiliki siswa mempengaruhi hasil belajar Biologi pada siswa kelas XII di SMAN 2 Siak Hulu Riau. Hal ini dapat dilihat peningkatan hasil belajar antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah baik yang diajar dengan pendekatan kontekstual maupun dengan pendekatan konvensional. Dalam belajar, siswa perlu dimotivasi. Tanpa adanya motivasi maka hasil yang dicapai dalam belajar tidak akan ada artinya. Motivasi merupakan penggerak seseorang untuk berbuat. Motivasi yang kuat akan memberikan dorongan yang kuat bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi yang dicerminkan dalam sikap dapat dikategorikan motivasi yang berasal dari dalam diri siswa. Rachmawati (2004:176) menyatakan motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
80
seseorang untuk
menggerakkan dan mengarahkan perilaku untuk
memenuhi tujuan tertentu. Eksistensi motivasi dalam belajar berfungsi menguatkan daya kemampuan dan daya keinginan individu untuk melakukan aktivitas yang tepat dan benar dalam belajar. 3. Pendekatan kontekstual tidak lebih baik dari pendekatan konvensional terhadap hasil belajar biologi kelas XII di SMA Negeri 2 Siak Riau Secara teoritis dan asumsi dari beberapa hasil penelitian bahwa pendekatan kontekstual lebih baik daripada pendekatan konvensional. Karena menurut Wina (2006:253) bahwa “pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari“. Dengan demikian semestinya teori dan asumsi tersebut bisa terbukti. Namun ternyata, secara empiris berdasarkan hasil penelitian pada mata pelajaran Biologi pokok bahasan Metabolisme siswa kelas XII SMAN 2 Siak Riau diperoleh Fhitung = 0. Ini menunjukkan bahwa, setelah dilakukan penyesuaian terhadap perbedaan rata-rata motivasi, tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar yang diajar dengan kedua pendekatan. Artinya, ternyata pendekatan kontekstual tidak lebih baik dari pendekatan konvensional dalam terhadap hasil belajar biologi kelas XII di SMA Negeri 2 Siak Riau.
81
Kenyataan ini terjadi mungkin pada pokok bahasan Metabolisme dalam hal ini siswa melakukan percobaan sendiri membuat tapai singkong. Siswa melakukan sendiri sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Namun, pada akhirnya hasil belajar siswa ditentukan bukan hanya dari cara membuat tapai (dari singkong menjadi tapai) tetapi kemampuan siswa menjawab soal-soal objektif (hafalan) dengan beberapa pilihan. Di samping itu, hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi siswa saat ujian. Hal ini berarti, hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh pendekatan baik tapi juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan karakteristik (situasi dan kondisi) siswa yang diajar. Hal ini dapat juga dilihat dari hasil perhitungan regresi yang dapat dilihat pada lampiran VII, bila sampel kedua kelompok X = 120 maka diperoleh persamaan: Kelompok kontekstual Ŷ = 22,2296 + 0,4119 x 120 = 71,6577 Kelompok konvensional Ŷ = -12,0850 + 0,6895 x 120 = 70,6549 Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:
82
Hasil Belajar 100 80 60 40 22 20 0 ‐12 ‐20
25
50
75
70,6549 100 125 120
71,,577 150 metode
Grafik. 4.5. Hubungan antara pendekatan konvensional dan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa, dengan mempersamakan motivasi awal siswa (hasil mengolahan secara regresi) diperoleh bahwa bila X = 120 maka pada kelompok konvensional motivasi awalnya 22 maka hasil belajarnya 71,6577 sedangkan untuk kelompok konvensional motivasi awalnya -12 maka hasil belajarnya menjadi 70,6549.
Dengan
demikian
dapat
tergambar
bahwa
pendekatan
kontekstual tidak lebih baik dari pendekatan konvensional dalam terhadap hasil belajar biologi kelas XII di SMA Negeri 2 Siak Riau.
83
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dengan metode dan prosedur penelitian, namun untuk mendapatkan hasil penelitian yang sempurna sangatlah sulit diperoleh karena terdapat beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian diantaranya: 1. Walaupun instrumen telah diuji validitas dan koefiosien reliabilitasnya yang tinggi, namun instrument tersebut baru mengukur motivasi dan hasil belajar yang diperoleh siswa dan belum tentu dapat mengukur proses pembelajaran yang konprehensif yang dilakukan siswa umum mendapatkan prestasi belajar secara menyeluruh. 2. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan angket model skala likert. Data yang diperoleh berdasarkan hasil laporan siswa yang tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan seperti: (1) kemampuan siswa dalam membaca dan memahami pertanyaan, (2) pandangan serta pengertian seseorang (kemampuan untuk mengungkapkan semua keadaan pribadi yang sesungguhnya.
84
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas XII SMAN 2 Siak Riau dapat disimpulkan bahwa: dengan mengontrol kemungkinan perbedaan dalam motivasi belajar, terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan yang diajar dengan pendekatan konvensional sebagai berikut: 1. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar. 2. Motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar. Besar pengaruh (kontribusi)nya adalah sekitar 37%. 3. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap perbedaan motivasi belajar siswa, ternyata tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Artinya, ternyata pendekatan kontekstual tidak lebih baik dari pendekatan konvensional terhadap hasil belajar biologi kelas XII di SMA Negeri 2 Siak.
B. Implikasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XII SMAN 2 Siak Riau. Oleh sebab itu, maka guru hendaknya dapat mebangkitkan motivasi belajar siswa agar siswa berhasil dalam belajar. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa antara pendekatan pembelajaran 84
85
tidak terdapat interaksi dengan motivasi belajar. Hal ini berarti dampak dari faktor pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar tidak tergantung pada motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, agar hasil belajar siswa baik maka guru diharapkan mampu memotivasi siswa untuk belajar dan memilih pendekatan yang sesuai. Di samping itu, hasil penelitian ini membuktikan bahwa belum cukup bukti pendekatan kontekstual lebih baik daripada pendekatan konvensional. Oleh sebab itu, guru dalam melaksanakan pembelajaran haruslah lebih memperhatikan karakteristik siswa dan tujuan dari materi pelajaran dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran. Sebab, tidak
C.Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka disarankan kepada: 1. Guru bidang studi IPA agar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar perlu memperhatikan perbedaan motivasi belajar siswa sehingga dapat digunakan pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan pokok bahasan dan situasi dan kondisi siswa yang belajar untuk meningkatkan hasil belajar. 2. Bagi peneliti lanjut yang bermaksud mengadakan penelitian yang sama yaitu menggunakan pendekatan kontekstual ini, agar memperhatikan karakteristik siswa untuk sampel yang akan diperbandingkan. Sehingga untuk menguji keberartian (pengaruh) suatu pendekatan diperoleh alat pembanding yang sama untuk perlakuan yang berbeda.
86
DAFTAR RUJUKAN
Abizar. 1997. Motivasi Belajar dan Latar Belakang Budaya. Padang: IKIP Padang Arief S. Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Budimansyah D. 2003. Model Pembelajaran Berbasi Portofolio Biologi. Bandung: Genesindo. Chalijah Hasan. 1995. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: al-Ikhlas Choy,
Ng.K. 1999. Teori Kontruktivisme. (Online). http://members. nbi.om/mpsandakan/jip/teori-kon.ht. di akses bulan Agustus 2009.
Crider, Andrew. B. 1983. Psychology. USA: Scortt. Foresmen and Company. Dahar. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. -------------. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Mengajar. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. ---------------.2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdikns Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Djamarah.1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha Nasional: Surabaya. Filmawati, (2001) Kontribusi Motivasi Belajar dan Persepsi Siswa tentang Penggunaan Sarana Belajar Siswa MAN 2 Bukit Tinggi, (tesis). Padang. Tidak diterbitkan.
Gagne. RM, ed. 1987. Intructional Tecnology Fundation. Hill: Dale Lawrwnce Erlmaun Asociates Publisher
87
Gusneti, (1997) Hubungan Kemampuan Membaca dan Motivasi Belajar Dengan Kemampuan Menulis Siswa SMU Negeri Kodya. Padang (Tesis). Hasibuan (2003). Prilaku Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching & Lerning. Alih bahasa: Chaedar Alwasilah. Bandung: MLC. Lufri. 2006. Strategi Pembelajaran Biologi. Padng: FPMIPA Universitas Negeri Padang. Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dn Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa. 2005. Pendekatan Kontekstual. Jakarta. Nana Sudjana. 2004. Dasar –Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai.. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru. Nasution. 1996. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas. Oemar Hamalik. 1995. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. -----------------. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Reigeluth. C.M dan Leshin.C.B. Pollok. J. (1992) Intructional Design Strategies and Tecnic. Engl Wood Cliffs: Education Tecnology Publication. Riduan. 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rosdiana Safar. (1990), Kontribusi Pengelolaan Sumber Belajar dan Kepenasehatan Akademis Terhadap Hasil Belajar. Padang: Tesis. Tidak diterbitkan.
88
Snelbecker, Glenn. E (1974) Lerning Theory, Intructional Theory and Psyicoeducational Design. New York: Mc Graw Hill. Inc Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: tarsito. Suharsimi Arikunto. 1996. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. ---------------------. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ---------------------. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.. Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sumarna Surapranata. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sutjihati Somantri. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Refika Aditama Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Sagala. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Winkels. WS. 1987. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Erlangga Yulis Jamiah. 1988. Penggunaan Peta Konsep Dalam Strategi Belajar Mengajar. Tesis Tidak Dipublikasikan. Surabaya: IKIP Surabaya.
89
LAMPIRAN I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan I.
: SMAN 2 Siak Riau : Biologi : XII (Duabelas)/ II : 8 x 45 menit (4 kali pertemuan)
Standar Kompetensi Memahami pentingnya proses metabolisme pada organisme
II.
Kompetensi Dasar 2.1
Mendeskripsikan fungsi enzim dalam proses metabolisme
2.2
Mendeskripsikan proses katabolisme dan anabolisme karbohidrat
2.3
Menjelaskan keterkaitan antara proses metabolisme karbohidrat dengan metabolisme lemak dan protein
III.
Indikator Pertemuan I •
Mendeskripsikan struktur enzim
•
Menguji kerja enzim dengan enzim
•
Menyimpulkan prinsip kerja enzim
Pertemuan II •
Mendefinisikan pengertian metabolisme
•
Menguji reaksi respirasi dengan eksperimen
•
Mendeskripsikan tahap-tahap reaksi respirasi
Pertemuan III •
Membandingkan respirasi aerob dan anerob berdasarkan ATP yang dihasilkan
•
Menguji proses fotosintesis dengan eksperimen
•
Mendeskripsikan tahap-tahap reaksi fotosintesis
91
Pertemuan IV •
IV.
Mendeskripsikan hubungan katabolisme lemak, protein, dan karbohidrat
Tujuan Pembelajaran Pertemuan I 1. Siswa mampu menjelaskan struktur enzim dan fungsinya dalam reaksi metabolisme 2. Siswa mampu menguji prinsip kerja enzim dengan eksperimen 3. Siswa mampu menyimpulkan prinsip kerja enzim Pertemuan II 1. Siswa mampu mendefinisikan pengertian metabolisme 2. Siswa mampu menguji reaksi respirasi dengan eksperimen 3. Siswa mampu mendeskripsikan tahap-tahap reaksi respirasi Pertemuan III 1. Siswa mampu membandingkan respirasi aerob dan anerob berdasarkan ATP yang dihasilkan 2. Siswa mampu menguji proses fotosintesis dengan eksperimen 3. Siswa mampu mendeskripsikan tahap-tahap reaksi fotosintesis Pertemuan IV 1. Siswa mampu mendeskripsikan hubungan katabolisme lemak, protein, dan karbohidrat
V.
Materi Pokok 1. Struktur enzim dan prinsip kerja enzim 2. Proses respirasi dan tahap reaksi respirasi 3. Proses fotosintesis dan tahap reaksi fotosinteesis 4. Proses katabolisme lemak, protein dan hubungan katabolisme lemak, protein dan karbohidrat
92
VI.
VII.
Metode Pembelajaran -
Ceramah,
-
Tanya jawab
-
Diskusi
-
Penugasan
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan I A. Kegiatan awal •
Guru mengabsen siswa
•
Guru memotivasi siswa dengan bercerita aktivitas yang memerlukan energi.
•
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan inti •
Guru menjelaskan struktur enzim.
•
Guru mendeskripsikan cara kerja enzim.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan sifat-sifat enzim sebagai biokatalisator.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim.
C. Kegiatan akhir •
Guru menyimpulkan peranan, struktur, cara kerja, dan faktor yang mempengaruhi kerja enzim.
Pertemuan II A. Kegiatan awal •
Guru mengabsen siswa
•
Guru memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan apa guna respirasi bagi manusia ?.
•
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
93 B. Kegiatan Inti •
Guru mendeskripsikan pengertian katabolisme dan contoh reaksi katabolisme.
•
Guru menunjukkan beberapa gejala yang menunjukkan adanya proses respirasi.
•
Guru bersama siswa mendiskusikan peranan respirasi bagi manusia.
•
Guru menjelaskan reaksi umum respirasi.
•
Guru menjelaskan cara membuktikan reaksi respirasi.
•
Guru bersama siswa menyimpulkan proses respirasi.
•
Guru menjelaskan bahwa reaksi respirasi sebenarnya merupakan rangkaian banyak reaksi yang dapat dikelompokkan menjadi glikolisis, siklus Krebs, dan sistem transpor elektron.
•
Guru menugaskan siswa mempelajari tahap-tahap reaksi respirasi.
•
Dengan menggunakan Gambar 2.16, siswa mendiskusikan tahaptahap reaksi glikolisis.
•
Guru menjelaskan tahap-tahap reaksi pada siklus Krebs.
•
Berdasarkan
tahap-tahap
siklus
Krebs
siswa
menyimpulkan
pengertian siklus krebs dilihat dari zat yang masuk, hasil, dan tempat berlangsungnya. •
Dengan menggunakan Gambar 2.18, siswa mendiskusikan proses transpor elektron dan hasilnya.
C. Kegiatan akhir (10 menit) •
Guru bersama siswa guru mendiskusikan hasil repirasi apabila yang masuk dalam reaksi fotosintesis adalah glukosa.
Pertemuan III A. Kegiatan awal •
Guru mengabsen siswa
•
Guru memotivasi siswa
•
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
94 B. Kegiatan inti •
Guru menjelaskan bahwa makhluk hidup dapat melakukan dua macam reaksi repirasi yaitu respirasi aerob dan anaerob.
•
Guru menjelaskan hubungan antara respirasi anaerob dan fermentasi.
•
Guru bersam siswa mendiskusikan beberapa reaksi fermentasi.
•
Guru bersama siswa menyimpulkan jumlah ATP yang dihasilkan dalam fermentasi.
•
Guru menjelaskan pengertian reaksi anabolisme.
•
Guru bersam siswa bersama guru mendiskusikan contoh reaksi fotosintesis dan kemosintesis sebagai contoh reaksi anabolisme.
•
Guru bersama siswa bersama guru mendiskusikan pengikatan energi cahaya matahari dalam reaksi terang fotosintesis dan hasilnya.
C. Kegiatan akhir •
Guru sersama siswa menyimpulkan perbedaan reaksi repirasi aerob dan anaerob dilihat dari ATP yang dihasilkan.
Pertemuan IV A. Kegiatan awal •
Guru mengabsen siswa
•
Guru memotivasi siswa
•
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan inti •
Guru menjelaskan bahwa dalam sel tidak hanya karbohidrat yang bisa menjadi bahan katabolisme untuk memperoleh energi, tetapi lemak dan protein juga.
•
Dengan menggunakan Gambar 2.29, guru menjelaskan hubungan antara katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan perbandingan jumlah energi pada katabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
95 C. Kegiatan akhir •
Guru bersama siswa menyimpulkan hubungan proses katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
•
Guru bersama siswa menyimpulkan perbandingan jumlah energi yang dihasilkan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
VIII. Alat/ Bahan/ Sumber
IX.
•
Buku Biologi kelas XII, Dyah aryulina, Esis
•
Buku kerja siswa 1IIA, Ign. Khristiyono, Esis
Penilaian •
Uji kompetensi tertulis
96
LAMPIRAN II Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
97
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan I.
: SMAN 2 Siak Riau : Biologi : XII (Duabelas)/ II : 8 x 45 menit (4 kali pertemuan)
Standar Kompetensi Memahami pentingnya proses metabolisme pada organisme
II.
Kompetensi Dasar 2.1
Mendeskripsikan fungsi enzim dalam proses metabolisme
2.2
Mendeskripsikan proses katabolisme dan anabolisme karbohidrat
2.3
Menjelaskan keterkaitan antara proses metabolisme karbohidrat dengan metabolisme lemak dan protein
III.
Indikator Pertemuan I •
Mendeskripsikan struktur enzim
•
Menguji kerja enzim dengan enzim
•
Menyimpulkan prinsip kerja enzim
Pertemuan II •
Mendefinisikan pengertian metabolisme
•
Menguji reaksi respirasi dengan eksperimen
•
Mendeskripsikan tahap-tahap reaksi respirasi
Pertemuan III •
Membandingkan respirasi aerob dan anerob berdasarkan ATP yang dihasilkan
•
Menguji proses fotosintesis dengan eksperimen
•
Mendeskripsikan tahap-tahap reaksi fotosintesis
Pertemuan IV •
Mendeskripsikan hubungan katabolisme lemak, protein, dan karbohidrat
98
IV.
Tujuan Pembelajaran Pertemuan I 1. Siswa mampu menjelaskan struktur enzim dan fungsinya dalam reaksi metabolisme 2. Siswa mampu menguji prinsip kerja enzim dengan eksperimen 3. Siswa mampu menyimpulkan prinsip kerja enzim Pertemuan II 1. Siswa mampu mendefinisikan pengertian metabolisme 2. Siswa mampu menguji reaksi respirasi dengan eksperimen 3. Siswa mampu mendeskripsikan tahap-tahap reaksi respirasi Pertemuan III 1. Siswa mampu membandingkan respirasi aerob dan anerob berdasarkan ATP yang dihasilkan 2. Siswa mampu menguji proses fotosintesis dengan eksperimen 3. Siswa mampu mendeskripsikan tahap-tahap reaksi fotosintesis Pertemuan IV Siswa mampu mendeskripsikan hubungan katabolisme lemak, protein, dan karbohidrat
V.
Materi Pokok 1. Struktur enzim dan prinsip kerja enzim 2. Proses respirasi dan tahap reaksi respirasi 3. Proses fotosintesis dan tahap reaksi fotosinteesis 4. Proses katabolisme lemak, protein dan hubungan katabolisme lemak, protein dan karbohidrat
VI.
Metode Pembelajaran Tanya jawab ; Diskusi;
VII.
Eksperimen; Penugasan
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan I A. Kegiatan awal •
Guru mengabsen siswa
99 •
•
Guru memotivasi siswa -
Guru menunjukkan beberapa aktivitas yang membutuhkan energi.
-
Guru menanyakan asal energi yang digunakan oleh tubuh.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti •
Guru bersama siswa mendiskusikan pengertian metabolisme.
•
Guru bersama mendiskusikan peranan enzim dalam reaksi
metabolisme. •
Siswa bersama guru mendiskusikan struktur enzim.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan cara kerja enzim.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan sifat-sifat enzim sebagai biokatalisator.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim. •
Guru membagi kelompok dan meminta siswa untuk menyiapkan eksperimen. pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim dengan menggunakan Kegiatan 2.1.
•
Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan 2.1
•
Siswa melakukan eksperimen dengan Kegiatan 21.
•
Siswa mencatat hasil pengamatan.
•
Siswa menyimpulkan hasil eksperimen dan menjawab pertanyaan untuk diskusi.
•
Siswa menyusun laporan hasil praktikum.
C. Kegiatan akhir •
Guru menyimpulkan peranan, struktur, cara kerja, dan faktor yang mempengaruhi kerja enzim.
•
Guru membagi kelompok untuk Kegitan praktikum 2.1 pada pertemuan, berikutnya dan menugaskan masing-masing kelompok untuk membawa hati untuk kegiatan praktikum.
•
Siswa bersama guru menyimpulkan hasil praktikum.
•
Siswa mengumpulkan laporan.
100
Pertemuan II A. Kegiatan awal •
Guru mengabsen siswa
•
Guru memotivasi siswa -
Guru menanyakan pengertian katabolisme dan contoh reaksi katabolisme.
-
Guru menunjukkan beberapa gejala yang menunjukkan adanya proses respirasi.
•
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan awal (10 menit) •
Guru menanyakan pengertian katabolisme dan contoh reaksi
katabolisme. •
Guru bersama siswa mendiskusikan peranan respirasi bagi manusia.
•
Guru menunjukkan beberapa gejala yang menunjukkan adanya proses respirasi.
•
Guru bersama siswa mendiskusikan peranan respirasi bagi manusia.
•
Guru
meminta
siswa
dalam
kelompok
mendiskusikan
cara
membuktikan reaksi respirasi. •
Siswa menjelaskan cara membuktikan reaksi respirasi hasil diskusi kelompok.
•
Guru membagi anak bekelompok lalu diberi tugas: o mendiskusikan tahap-tahap reaksi glikolisis. o Berdasarkan tahap-tahap reaksi glikolisis siswa mendiskusikan pengertian glikolisis dilihat dari aspek zat yang masuk, hasil, dan tempat berlangsungnya. o siswa mendiskusikan tahap-tahap reaksi pada siklus Krebs. o Berdasarkan tahap-tahap siklus Krebs siswa menyimpulkan pengertian siklus krebs dilihat dari zat yang masuk, hasil, dan tempat berlangsungnya. o Mendiskusikan proses transpor elektron dan hasilnya.
C. Kegiatan akhir
101 •
Guru bersama siswa menyimpulkan proses respirasi.
•
Guru menjelaskan bahwa reaksi respirasi sebenarnya merupakan rangkaian banyak reaksi yang dapat dikelompokkan menjadi glikolisis, siklus Krebs, dan sistem transpor elektron.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan hasil repirasi apabila yang masuk dalam reaksi fotosintesis adalah glukosa.
Pertemuan III A. Kegiatan awal •
Guru mengabsen siswa
•
Guru memotivasi siswa
•
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan inti •
Siswa mendiskusikan perbedaan pengertian reaksi aerob dan anaerob.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan hubungan antara respirasi anaerob dan fermentasi.
•
Siswa bersama guru mendiskusikan beberapa reaksi fermentasi.
•
Siswa menyimpulkan jumlah ATP yang dihasilkan dalam fermentasi.
•
Guru menjelaskan reaksi umum fotosintesis
•
Siswa
bersama
guru
menyimpulkan
hubungan
antara
hasil
eksperimen dengan reaksi fotosintesis. •
Siswa bersama guru mendiskusikan struktur daun dan bagian daun (kloroplas) tempat berlangsungnya fotosintesis.
•
Guru membagi siswa beberapa kelompok dan diberi tugas: -
Mendiskusikan pengikatan energi cahaya matahari dalam reaksi terang fotosintesis dan hasilnya.
-
Mendiskusikan
penggunaan
hasil
reaksi
terang
untuk
pembentukan glukosa dalam reaksi gelap (siklus Calvin). C. Kegiatan akhir •
Siswa bersama guru menyimpulkan perbedaan reaksi repirasi aerob dan anaerob dilihat dari ATP yang dihasilkan.
102 •
Siswa menyimpulkan proses fotosintesis dan hasilnya.
•
Guru menugaskan siswa siswa membuat bagan atau skema proses metabolisme dengan Kegiatan 2.3. Media yang digunakan bebas bisa berupa kertas maupun menggunakan power point.
Pertemuan IV A. Kegiatan awal •
Guru mengabsen siswa
•
Guru memotivasi siswa
•
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan inti •
Guru menjelaskan bahwa dalam sel tidak hanya karbohidrat yang bisa menjadi bahan katabolisme untuk memperoleh energi, tetapi lemak dan protein juga.
•
Dengan
menggunakan
Gambar
2.29,
siswa
bersama
guru
menjelaskan hubungan antara katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. •
Siswa bersama guru mendiskusikan perbandingan jumlah energi pada katabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
C. Kegiatan akhir •
Siswa bersama guru menyimpulkan hubungan proses katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
•
Siswa bersama guru menyimpulkan perbandingan jumlah energi yang dihasilkan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
V. Alat/ Bahan/ Sumber •
Buku Biologi kelas XII, Dyah aryulina, Esis
•
Buku kerja siswa 1IIA, Ign. Khristiyono, Esis
VI. Penilaian •
Uji kompetensi tertulis
103
LAMPIRAN III Kisi-kisi Angket dan Instrumen Penelitian
104
KISI-KISI ANGKET PENELTIAN Tentang Motivasi Belajar Variabel Motivasi Belajar
Indikator
No. Item
Jumlah
1–9
9
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan
10 – 15
6
3. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
16 – 26
11
4. Keinginan untuk berpestasi
27 – 33
7
1. Ketekunan Belajar
105 Padang,
Desember 2009
Kepada: Yth. Bapak/Ibu Orangtua/Wali murid Di Tempat
Dengan hormat, terlebih dahulu saya do'akan semoga Anda dalam sehat wal'afiat dalam menjalankan tugas sehari-hari serta sukses amin. Selanjutnya, perkenankan saya meminta waktu sedikit untuk mengisi angket ini. Angket ini dibuat sebagai informasi dalam mengumpulkan data penelitian. Informasi yang Anda berikan ini sernata-mata untuk kepentingan dan pengembangan dan peningkatan mutu pembelajaran. Oleh karena itu dimohon kiranya Anda memberikan informasi yang sesungguhnya sesuai dengan apa yang dirasakan, dilakukan dan yang alami. Informasi yang Anda berikan akan dijamin kerahasiaannya dan tidak ada hubungnnya dengan nilai. Atas kesediaan dan bantuan yang Anda berikan saya diucapkan kasih.
Petunjuk Pengisian Angket. 1. Bapak/Ibu diharapkan mengisi angket ini sesuai dengan pendapat, yang dirasakan, dilakukan dan keadaan yang sebenarnya. 2. Pengisian angket dilakukan dengan cara member tanda checklist (√) pada salah satu atau alternatif jawaban sesuai dengan petunjuk yang ada dalam pertanyaan. 3. Adapun alternatif jawaban yang Anda pilih sebagai berikut: • • • • •
Ssangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangt Tidak Setuju
= (SS) = (S) = (R) = (TS) = (STS)
106
Lampiran
INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR SISWA
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pernyataan Saya merasa rugi kalau tidak masuk dalam belajar materi biologi Jika guru biologi sudah terlebih dahulu berada di kelas, maka saya cenderung memilih tidak masuk Saya mengikuti pelajaran bilogi sampai jam pelajaran berakhir Saya belajar di rumah dengan jadwal belajar yang teratur Saya mengerjakan tugas-tugas biologi dengan usaha sendiri Saya mengumpulkan tugas tepat pada waktu yang telah ditentukan guru Saya hadir dalam mata peljaran biologi karena takut pada guru yang mengajarnya Saya benci dengan teman-teman yang berbuat gaduh saat belajar biologi Saya memanfaatkan waktu luang untuk mengerjakan soal-soal dalam pelajaran biologi Saya kecewa bila tidak dapat menyelesaikan soal-soal dalam biologi sampai tuntas Saya mengajak teman untuk berdiskusi jika menemukan kesulitan dalam belajar biologi Jika perlu saya meminta bantuan kepada guru untuk mengatasi kesulitan dalam belajar biologi Saya berusaha menyelesaikan setiap tugas atau soal-soal yang diberikan oleh guru Saya berusaha bertanya kepada guru/teman bila materi biologi itu tidak saya pahami Saya merasa senang belajar biologi dan mencoba untuk mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari Saya mengobrol dengan teman sebangku, ketika guru sedang menerangkan mata pelajaran biologi
SS S
Jawaban RR TS
STS
107
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 32 33
Saya tidak pernah membawa buku penunjang setiap beljar biologi Saya berusaha untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran biologi Saya tidak suka belajar biologi karena sulit dipahami Saya senang membaca buku-buku yang berhubungan dengan bahan pelajaran biologi Saya berusaha memahami terlebih dahulu materi yang akan disampaikan oleh guru Saya berusaha mendapatkan buku-buku yang berhubungan dengan materi pelajaran biologi Jam pelajaran biologi terasa lama sekali sehingga membosankan saya Saya mencatat materi peljaran biologi yang diterangkan oleh guru Saya berusaha mempelajari setiap materi biologi sampai materi itu saya kuasai Sewaktu belajar biologi, saya bisa melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan materi misalnya: menyelesaikan tugas mat pelajaran lain. Saya merasa tertantang untuk mengerjakan soal-soal biologi Saya mau belajar sampai larut malam untuk menyelesaikan tugas biologi dengan baik Saya merasa tidak puas bila ujian atau tugas saya tidak dinilai oleh guru Saya ingin sekali mendapatkan nilai yang tinggi dalam pelajaran biologi Saya membahs atau mengerjakan soal-soal yang telah diberikan walau tidak disuruh guru Saya ingin sekali mendapatkan nilai yang tinggi dalam pelajaran biologi Saya merasa senang kalau guru menunjuk saya mengerjakan soal di depan kelas
108
SOAL TES AKHIR Mata Pelajaran
: IPA
Pokok Bahasan
: Metabolisme
Kelas/Semester
: XII/II
Waktu
: 60 menit
Nama :…………………. ……. Kelas :…………………. ……. Berikanlah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat dari pertanyaan berikut: 1. Auksin dibentuk pada ujung kecambah dan dipengaruhi oleh cahaya, apabila disinari pada satu sisi saja, maka kecambah akan tumbuh …. A. Menjauhi arah cahaya
D. tegak lurus ke atas
B. Kea rah datangnya cahaya
E. berbelok-belok
C. Membengkok ke samping 2. Jika dibandingkan dengan tumbuhan yang tumbuh di tempat terang, maka tumbuhan sejenis yang di tumbuh di tempat gelap akan mempunyai batang A. Lebih kurus
D. lebih panjang
B. Lebih gemuk
E. sama panjang
C. Lebih pendek 3. Bagian akar kecambah yang pertambahan panjangnya paling cepat adalah.. A. Pangkal akar
D. belakang ujung akar
B. Semua bagian
E. tudung akar
C. Ujung akar 4. Akar atau batang tumbuhan yang mengalami luka dapat cepat mengalami regenerasi karena pengaruh asam …. A. Benzoate B. Asetat
C. Propionat
D. Nitrat E. Traumalin
109
5. Berikut tentang fungsi hormone tumbuhan: 1. Untuk pembengkokan batang 2. Untuk pertumbuhan biji 3. Untuk menunda pertumbuhan (dormansi) 4. Meningkatkan perkembangan bunga dan buah 5. Merangsang pertumbuhan daun dan pucuk 6. Merangsang perkembangan akar lateral Fungsi hormon auksin adalah…. A. 1, 2, dan 3
D. 2, 4 dan 5
B. 1, 3, dan 4
E. 2, 4 dan 6
C. 1, 4 dan 6 6. Hormon yang dapat mempercepat pemasakan buah adalah ….. A. kaulokalin
C. Gas etilen
D. auksin
B. sitokinin
E. giberlin
7. Pernyataan berikut tentang prinsip kerja enzim: 1. enzim mempengaruhi kecepatan reaksi dengan meningkatkan aktivasi 2. enzim mempengaruhi kecepatan reaksi dengan menurunkan tenaga aktivasi 3. enzim akan bereaksi dengan substrat membentuk zat baru 4. enzim akan mempengaruhi suatu reaksi tetapi tidak ikut bereaksi Pernyataan yang benar tentang prinsip kerja enzim adalah…………. A. 1 dan 2
C. 1 dan 4
B. 1 dan 3
D. 2 dan 4 E. 3 dan 4
8. Tingkat proses respirasi yang paling banyak menghasilkan ATP adalah … A. glikolisis
D. fosforilasi oksidatif
B. siklis Kreb’s
E. transfer elektron
C. dekarboksilasi oksidatif 9. Tiga hasil terpenting dari peristiwa glikolisis pada proses respirasi adalah.. A. Asam laktat, asam amino dan ATP B. Asam laktat, asam piruvat dan ATP
110
C. Asam laktat, NADH dan glukosa D. Asam piruvat, glukosa dan ATP E. Asam piruvat, NADH dan ATP 10. Hasil akhir glikolisis suatu molekul glukosa adalah …. A. 2 molekul asam piruvat+2molekul CO2+2molekul ATP+ molekul NADH B. 2 molekul asam piruvat+2molekul H2O +2 molekul ATP C. 2 molekul asetil Ko-A + 2 molekul NADH + 2 molekul ATP D. 2 molekul asam piruvat + 2 molekul NADH2 + 2 molekul ATP + 2 molekul H2O E. 2 molekul CO2 + 2 molekul H2O + 2 molekul ATP + 2 molekul NADPH 11. Pembentukan ATP pada proses fotosintesis berlangsung di …. A. grana
C. tilakod
B. stroma
D. stomata E. lamella
12. pada fotosintesis non siklik terjadi pemecahan molekul air, dibebaskan oksigen dan hidraogen diikat oleh akseptor yang berupa … A. RDP
C. FAD
B. PEP
D. NAD
E. NADP
13. Sebelum siklus Kreb’s asam piruvat yang diproduksi pada glikolisis diubah menjadi …. A. Ko ensim A
D. oksidasi piruvat
B. Asetil kolin
E. asetil Ko enzim A
C. etanol 14. Pada rangkaian respirasi sel, daur Kreb’s berlangsung di …. A. Sitoplasma sel
D. matriks mitokondria
B. nukleplasma
E. kristae mitokondria
C. plastisida 15. Konvensi energy setiap 1 ATP adalah 7,3 kalori, maka energy yang dihasilkan 3 NADH adalah…. A. 21,8 Kkal B. 65,5 Kkal
C. 7,3 Kkal
D. 37,3 Kkal E. 36,4 Kkal
111
16. Jumlah energy potensial yang terbentuk selama respirasi yang terjadi secara langsung adalah … A. 2 ATP
C. 6 ATP
B. 4 ATP
D. 36 ATP E. 38 ATP
17. Mikroorganisme yang melakukan kemosintesis adalah, kecuali …. A. Bakteri besi
D. bakteri nitrosococcus
B. Bakteri Thiobacillus
E. bakteri nitrosomonas
C. Bakteri purpurin 18. Selama transger electron yang terjadi pada oksigen yang masuk adalah …. A. Bergabung dengan karbon membentuk CO2 B. Sebagai akseptor hydrogen membentuk H2O C. Membentuk energy terbesar D. Menangkap hydrogen dari NADPH membentuk H2O E. Mengoksidasi glukosa menjadi glikogen dan ATP 19. Aktivitas fotosintesis dinyatakan sebagai jumlah oksigen yang dilepaskan setiap jam dari tumbuhan tersebut. Hal ini disebabkan oksigen …. A. Diperlukan oleh setiap benda hidup B. Hasil pertama dari proses fotosintesis C. Suatu hasil tambahan yang dapat dicatat D. Dapat bereaksi langsung dengan semua zat E. Merupakan zat yang penting untuk respirasi 20. Oksigen yang dihasilkan pada fotosintesis terbentuk pada …. A. Reaksi terang saat fotosintesis berlangsung B. Reaksi terang pada saat ada cahaya C. Reaksi gelap saat berlangsung oksidasi CO2 Persendian D. Reaksi gelap saat berlangsung fiksasi CO2 E. Reaksi gelap saat pengubah gliseraldehid 3-P menjadi glukosa 21. Kecambah yang tumbuh di termpat gelap batangnya jauh lebih panjang daripada kecambah yang tumbuh di tempat yang terang. Hal ini akan menimbulkan dugaan bahwa:
112
A. Gelap adalah factor pemacu pertumbuhan B. Hormone mempercepat pertumbuhan batang C. Cahaya menimbulkan pembentukan racun D. Cahaya menghambat pertumbuhan E. Gen mempercepat pertumbuhan batang 22. Tumbuh atau pertumbuhan pada makluk hidup berarti, kecuali …. A. Pertambahan jumlah massa sel
D. pertambahan sel
B. Pertambahan volume sel
E. pengurangan jumlah sel
C. Pertambahan jumlah deposisi zat antar sel 23. Glukosa (C6H12O6) ditambahkan ke dalam larutan zat makanan buatan untuk memelihara sel-sel tumbuhan sebagai sumber …. A. Oksigen
C. Air
B. Karbondioksida
D. karbon E. nitrogen
24. Percobaan Ingenhousz tentang proses fotosintesis adalah …. A. Ingin membuktikan bahwa pada proses fotosintesis berperan klorofil B. Menggunakan hydrilla sebagai tumbuhan percobaan C. Menggunakan spirogyra sebagai tumbuhan percobaan D. Ingin
membuktikan
bahwa
pada
fotosintesis
akan
terbentuk
karbondioksida E. Ingin membuktikan bahwa pada proses fotosintesis berperan bakteri nitrit 25. Bakteri berikut tergolong khempautotrof, kecuali …. A. Thiobacillus B. Hydrogenomonas C. Ferobacillus D. Nitrosomonas E. Archaebacteria
==Selamat Bekerja==
113
LAMPIRAN IV Hasil Ujicoba Instrumen Penelitian
114
115
116
117
Rangkuman Hasil Uji Indek Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal Hasil Belajar No. Item
Indeks Kesukaran
Daya Beda
Keputusan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Sulit Sulit Sulit Sulit Sedang Sedang
Baik Cukup Jelek Cukup Cukup Jelek Jelek Cukup Jelek Cukup Jelek Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Cukup Jelek Cukup
Diterima Diterima Dibuang Diterima Diterima Diterima Dibuang Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Dibuang Diterima Dibuang Diterima Diterima Diterima Diterima
118
119
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswa
r tabel α 0,05 = 0,334 r hitung > r tabel = valid (dipakai) r hitung < r tabel = tidak valid (dibuang)
No Koefisien korelasi r hitung
r tabel
Ket.
No
Koefisien korelasi r hitung
r tabel
Ket.
1
0,591
0,334
valid
19
0,541
0,334
valid
2
0,340
0,334
valid
20
0,624
0,334
valid
3
0,487
0,334
valid
21
0,573
0,334
valid
4
0,243
0,334
Tidak valid
22
0,324
0,334
Tidak valid
5
0,545
0,334
valid
23
0,375
0,334
valid
6
0,328
0,334
Tidak valid
24
0,369
0,334
valid
7
0,417
0,334
valid
25
0,355
0,334
valid
8
0,517
0,334
valid
26
0,360
0,334
valid
9
0,341
0,334
valid
27
0,264
0,334
Tidak valid
10
0,405
0,334
valid
28
0,702
0,334
valid
11
0,173
0,334
Tidak valid
29
0,505
0,334
valid
12
0,389
0,334
valid
30
0,535
0,334
valid
13
0,456
0,334
valid
31
0,658
0,334
valid
14
0,566
0,334
valid
32
0,627
0,334
valid
15
0,669
0,334
valid
33
0,553
0,334
valid
16
0,441
0,334
valid
34
0,648
0,334
valid
17
0,641
0,334
valid
35
0,553
0,334
valid
18
0,516
0,334
valid
120
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Item Angket Motivasi Belajar Siswa Langkah 1. Mencari varians butir (σb) dengan rumus: 2
ΣX – σb =
(ΣX)2 N
N
sehingga diperoleh seperti dalam tabel berikut: No. Item
ΣX2
(ΣX)2
σb
1
539
131
0.82
2
437
115
1.69
3
399
109
1.701
4
523
129
1.358
5
553
133
1.36
6
417
115
1.118
7
524
130
1.176
8
607
139
1.571
9
451
119
1.326
10
395
109
1.587
11
482
124
1.22
12
444
114
2.077
13
436
118
1.091
14
562
134
1.4
15
532
130
1.404
16
445
119
1.154
17
424
114
1.505
18
529
131
0.534
19
520
128
1.482
20
518
128
1.425
21
392
108
1.679
22
461
121
1.22
23
564
136
1.016
24
335
99
1.571
121 25
432
110
2.465
26
614
142
1.082
27
335
101
1.244
28
553
133
1.36
29
488
122
1.793
30
397
113
0.919
31
396
108
1.793
32
412
112
1.531
33
385
111
0.942
34
373
105
1.657
35
421
113
1.605
Σ
48.876
Langkah 2: Menghitung varians total (σt ) 518497 – σt =
(4203)2 35
=
35
518497 – 504720,257
=
13776,743
35
= 393,621
35
Langkah 3: Memasukkan nilai alpha dengan rumus: r11 =
n
1-
n-1
Σ σb Σ σt
jadi: r11 =
=
35 35 - 1 35 34
=
1-
35
48,876 393,621
1-
48,876 393,621
x 1 - 0,124
= 1,029 x
0,876
= 0,901
34 Kemudian rhitung yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel dengan harga kritik r product moment pada taraf ignifikan 5% untuk N = 35 adalah 0,334. Sehingga diperoleh rhitung 0,901 > rtabel 0,334 yang berarti angket sudah reliable.
122
LAMPIRAN V Data Mentah Hasil Penelitian
123
124
125
126
127
LAMPIRAN VI Uji Normalitas
128
129
130
131
132
133
134
LAMPIRAN VII Uji Homogenitas
135
Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan uji varians (uji F) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Motivasi Belajar siswa secara keseluruhan Kelas Eksperimen kontekstual) N = 38 S2 = 64,44
variansterbesar Fhitung = Variansterkecil
(Pendekatan
Kelas kontrol konvensional) N = 38 S2 = 104,45
104,45 = 64,44
(Pendekatan
= 1,628
f tabel dengan rumus =(dk variansbesar - 1, dk varianskecil – ) f tabel = (dk-1, dk-1) maka f tabel 0,05 (38-1)(38-1) f tabel = 0,05 (37,37) = 1,75 Kesimpulan: fhitung
2. Uji Homogenitas hasil belajar keseluruhan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas Eksperimen kontekstual) N = 38 S2 = 78,9
variansterbesar Fhitung = Variansterkecil
(Pendekatan
Kelas kontrol konvensional) N = 38 S2 = 119,306
119,306 = 78,9
(Pendekatan
= 1,512
f tabel dengan rumus =(dk variansbesar - 1, dk varianskecil – ) f tabel = (dk-1, dk-1) maka f tabel 0,05 (38-1)(38-1) f tabel = 0,05 (37,37) = 1,75 Kesimpulan: fhitung
136
LAMPIRAN VIII Uji Homogenitas
137
138
139
140
141
LAMPIRAN IX Uji Hipotesis
142
UJI ANAKOVA 1. Uji Homogenitas Regresi/Interaksi
(R2y. 123 – R2y. 12
F=
(1 – R2y.123) / (n-k-1)
0,384 – 0,373 F1,72 =
= 1,287 (1 – 0,384) / (76 – 3 – 1)
df = 3,98 maka Æ homogen
2. Uji Keberartian Kovariat
F1,73 =
(R2y. 12 – R2y. 1 (1 – R2y.12) / (n-k-1)
0,373 – 0,176 =
= 22,936 (1 – 0,373) / (76 – 2 – 1)
df = 3,98 maka Æ signifikan 3. Uji Keberartian Perbedaan Rata-rata
F1,73 =
(R2y. 12 – R2y. 2 (1 – R2y.12) / (n-k-1) 0,373 – 0,373
=
=0 (1 – 0,373) / (76 – 2 – 1)
143
SETELAH DISESUAIKAN: Kel. Eksperimen: Yj(adj) = Yj – b ( x j – x) = 75,4737 – 0,584(129,3950 – 121,09) = 70,6263 Kel. Kontrol: Yj(adj) = Yj – b ( x j – x) = 65,1842 – 0,584(112,7895 – 121,09) = 70,0317
Perbedaan rata-rata Haisl Belajar Sebelum dan Sesudah Penyesuaian Status
Kontekstual
Konvensional Signifikansi
Rata-rata hasil belajar sebelum disesuaikan
75,4757
65,1842
Signifikan
Rata-rata hasil belajar setelah disesuaikan
70,6236
70,0317
Tidak signifikan
144
145
146