Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN INQUIRY BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS XI IIS DI SMA NEGERI KABUPATEN PURWOREJO THE INFLUENCE OF PROBLEM BASED LEARNING AND INQUIRY BASED LEARNING MODEL IN GEOGRAPHY LEARNING BASED ON STUDENT LEARNING STYLES IN GRADE XI SOCIAL STUDIES CLASS AT SENIOR HIGH SCHOOL IN PURWOREJO DISTRICT Oleh: Pambayun Hari Setiawan, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar geografi antara model Problem Based Learning dengan model Inquiry Based Learning; (2) Perbedaan hasil belajar geografi antara model Problem Based Learning dengan model Inquiry Based Learning pada siswa dengan gaya belajar visual; (3) Perbedaan hasil belajar geografi antara model Problem Based Learning dengan model Inquiry Based Learning pada siswa dengan gaya belajar auditori; (4) Interaksi model dan gaya belajar terhadap pencapaian hasil belajar geografi. Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan desain factorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di Kabupaten Purworejo dengan sampel siswa kelas XI IIS 1 SMA N 1 dan siswa kelas XI IIS 2 SMA N 7 Purworejo. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Pengumpulan data dengan tes dan angket. Validitas instrumen dihitung dengan program ITEMAN dan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Reliabilitas instrumen diukur dengan Cronbach’s Alpha. Uji normalitas menggunakan Kolmogorof Smirnov dan uji homogenitas menggunakan Levene’s Test. Analisis data hasil penelitian dengan One-way Anova (pihak kanan) pada signifikansi 0,05. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar geografi dengan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan model Inquiry Based Learning (81,06 > 79,86) dengan F 7,300 pada p= 0,006; (2) pada siswa dengan gaya belajar visual hasil belajar geografi dengan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan model Inquiry Based Learning (82,31 > 79,27) pada p = 0,044; (3) pada siswa dengan gaya belajar auditori hasil belajar geografi dengan model Problem Based Learning lebih rendah dibandingkan model Inquiry Based Learning (78,90 < 80,21) pada p = 0,044 (4) terdapat interaksi model dan gaya belajar terhadap pencapaian hasil belajar geografi dengan F 8,865 pada p = 0,018. Kata Kunci : Problem Based Learning, Inquiry Based Learning, gaya belajar, hasil belajar geografi
1
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) ABSTRACT This study was aimed to determine: (1) the difference of the geographic learning result of using problem based learning and inquiry based learning models; (2) using problem based learning and inquiry based learning models for students with visual learning styles; (3) using problem based learning and inquiry based learning model for students with auditory learning styles; and (4) the interaction effect of models and learning styles to the geography learning result. This study used a quasy experiment with a 2x2 factorial design. The populations of students of grade at senior high school in purworejo district, with the samples are the students of the XI IIS 1 class of SMAN 1 Purworejo and the student of the XI IIS 2 class of SMA N 7 Purworejo. Sampling technic was using simple random sampling. Collecting data by paper based tests and questionnaires. The validity of the instruments is calculated by the ITEMAN programs and Confirmatory Factor Analysis (CFA), the instrument reliability with Cronbach's Alpha. The normality tof data was predicted using Smirnov Kolmogorof and homogenety test result using Levene's Test. Data of the research was analysis by One-way ANOVA (righ side) at 0.05. The experiment of these results showed that: (1) the geography learning results of problem based learning models is higher than the model of inquiry based learning (81.06> 79.86) with 7,300 F in p value 0,006 ; (2) the geography learning results with a visual learning styles in problem based learning model has higher results than inquiry based learning model (82.31> 79.27) with the p value is 0.044; (3) the geography learning results with auditory learning styles in problem based learning model is lower than the model of inquiry based learning (78.90 <80.21) with p value is 0.044 (4) There is effects of interaction models and learning styles on the geographic learning result with 8.865 F in p value 0.018.
Keywords: problem based learning, inquiry based learning, learning style, geography learning result
2
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) terintegrasi, dan menjadi dasar untuk
PENDAHULUAN
belajar
Peran pendidikan di era modern sangat
penting
untuk
sepanjang
hayat.
Guru
harus
menempatkan diri sebagai fasilitator.
mempersiapkan
“Learning to do is another pillar. In addition to learning to do a job of work, it should, more generally, entail the acquisition of a competence that enables people to deal with a variety of situations, often unforeseeable, and to work in teams, a feature to which educational methods do not at present pay enough attention”. (UNESCO,2009:21)
sumber daya manusia yang berkualitas. Daya saing yang tinggi di segala bidang kehidupan berkorelasi langsung dengan perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan yang berkualitas harus didapatkan oleh generasi muda. Lembaga pendidikan harus terus
Pilar kedua, belajar
meningkatkan diri, baik secara kualitas
melakukan
maupun kuantitas. Hal ini sesuai dengan
sesuatu diartikan bahwa proses belajar
fungsi laten lembaga pendidikan menurut
menghasilkan
Schaefer (2003:404) yaitu, “school perform
kognitif
a number of laten functions: transmitting
sehingga dapat digunakan sebagai bekal
culture, promoting social and political
bertahan hidup. Sekolah sebagai lembaga
integration, maintaining social control, and
pendidikan seharusnya memfasilitasi siswa
serving as agents of change” Berdasarkan
untuk mengaktualisasi keterampilan yang
pernyataan
dimiliki, serta bakat dan minatnya.
memegang
tersebut
bahwa
peranan
mempersiapkan
peserta
pendidikan
penting
dalam
didik
menuju
dan
perubahan peningkatan
dalam
ranah
kompetensi
Learning to be. For in the twentyfirst century everyone will need to exercise greater independence and judgement combined with a stronger sense of personal responsibility for the attainment of common goals. Our report stresses a further imperative: none of the talents which are hidden like buried treasure in every person must be left untapped. These are, to name but a few: memory, reasoning power, imagination, physical ability, aesthetic sense, the aptitude to communicate with others and the natural charisma of the group leader, which again goes to prove the need for greaterself-knowledge. (UNESCO,2009:21)
pencapaian bakat, sikap bermasyarakat, dan keterampilan sebagai bekal bertahan hidup. Menurut UNESCO ada empat pilar pendidikan di abad 21 meliputi : “ The first of these is learning to know. Given the rapid changes brought about by scientific progress and the new forms of economic and social activity, the emphasis has to be on combining a sufficiently broad general education with the possibility of in-depth work on a selected number of subjects”. (UNSECO, 2009:21).
Penguasaan
Pilar pertama, belajar untuk tahu
pengetahuan
dan
keterampilan merupakan bagian dari proses
dapat diartikan bahwa pendidikan harus 3
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) menjadi diri sendiri. Hal ini terkait dengan
secara komprehensif. Beberapa faktor yang
bakat,
mempengaruhi
minat,
perkembangan
fisik.
pencapaian
kompetensi
Kejiwaan, tipologi pribadi anak serta
siswa antara lain kemampuan guru dalam
kondisi lingkungannya.
mengelola
Learning to live together, by developing an understanding of others and their history, traditions and spiritual values and, on this basis, creating a new spirit which, guided by recognition of our growing interdependence and a common analysis of the risks and challenges of the future, would induce people to implement common projects or to manage the inevitable conflicts in an intelligent and peaceful way”. (UNESCO,2009:20) Pilar pembiasaan
ini
menekankan
untuk
saling
menerapkan
dengan
metode-metode
yang
melibatkan siswa secara aktif, untuk; mengamati, menanya tentang segala yang diamati, mengumpulkan berbagai informasi untuk menjawab pertanyaan, mengolah informasi-informasi
untuk
mendapatkan
simpulan, dan menginformasikan hasil simpulan kepada teman serta kepada guru. Dalam memberikan tugas, guru perlu memperhatikan gaya belajar siswa.
pada
Menurut Rose and Nicholl (2002:130), ada
menghargai,
tiga tipe gaya belajar, yaitu gaya belajar
terbuka, memberi dan menerima yang perlu
visual, auditori, dan kinestetik. Ketiga gaya
dikembangkan di sekolah. Kondisi seperti
belajar tersebut jika diperhatikan dan
ini yang memungkinkan tumbuhnya sikap
dilayani oleh guru, dapat mendukung
saling pengertian antar ras, suku, dan
pencapaian tujuan pembelajaran dengan
agama. Berdasarkan dapat
pembelajaran,
paradigma
tersebut
bahwa
kegiatan
diartikan
pembelajaran
seharusnya
didominasi
oleh
hendaknya
sebagai
kenyataannya
lagi
Peran
guru
fasilitator.
Pada
hampir
tidak
guru.
guru
mengimplementasikan pendidikan.
tidak
Melalui
optimal. Hal ini karena kemampuan siswa menyerap materi pelajaran dipengaruhi kecenderungan gaya belajarnya (UNESCO : 2009, 3). Oleh karena itu, perlu diberi perlakuan yang berbeda-beda pada siswa dalam
pembelajaran.
Guru
profesional dituntut mengamati, mengkaji,
pilar-pilar kurikulum
proses
dan memberi perlakuan terhadap perbedaan
2013
gaya belajar setiap siswa.
dengan pendekatan saintifik diharapkan
Perbedaan
pembelajaran dapat mencapai kompetensi
gaya
belajar
menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi
yang diharapkan.
setiap individu untuk menyerap informasi
Tolok ukur kualitas pendidikan
dari luar dirinya. Situasi kelas dengan
yaitu tercapainya penguasaan kompetensi
perbedaan gaya belajar erat kaitannya 4
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) dengan kesulitan belajar siswa. Jika kita
dalam belajar. Dalam proses pembelajaran,
bisa
perbedaan
guru mempunyai tugas untuk mendorong,
belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih
membimbing, dan memfasilitasi agar siswa
mudah bagi kita jika suatu ketika harus
dapat mencapai tujuan pembelajaran. Guru
memandu seseorang untuk mendapatkan
mempunyai tanggungjawab untuk melihat
gaya belajar yang tepat dan memberikan
segala sesuatu yang terjadi dalam kelas,
hasil maksimal bagi dirinya (Hamzah
dan
B.Uno,dkk, 2004 : 212)
peserta didik. Penyampaian materi hanya
memahami
bagaimana
membantu proses perkembangan
Hasil riset yang dilakukan oleh Paul
salah satu dari berbagai kegiatan dalam
Ginnis (2008: 48) dari Rockville, Maryland,
pembelajaran, sebagai suatu proses yang
dengan subjek 5.300 siswa, menyimpulkan
dinamis dalam segala fase dan proses
bahwa, rata-rata ± ada 29% siswa dengan
perkembangan
tipe visual, ±34% dengan tipe auditory, dan
2013:104).
±
37%
dengan
(Abu
Ahmadi,
kinestetik.
Model pembelajaran yang sering
Implikasinya, guru harus mengajar dengan
digunakan oleh guru adalah model ceramah
metode dan pendekatan yang berbeda-beda
dan sedikit divariasikan dengan diskusi.
untuk mengakomodir tipe belajar siswa
Hasil observasi pra penelitian di SMA 1
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
Purworejo dan SMA 7 Purworejo yang
dengan baik.
dilaksanakan
Proses
tipe
anak
pembelajaran
dikatakan
Oktober
2015
berhasil jika terjadi komunikasi yang baik
pelaksanaan
antara
biasanya
guru
dan
siswa.
Agar
dapat
antara
bulan
September-
memberikan
gambaran
pembelajaran
geografi
dilakukan
dengan
media
memancing siswa untuk terlibat aktif dalam
powerpoint. Model tersebut cenderung
kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk
menitikberatkan hanya pada aspek gaya
lebih
dengan
belajar visual saja, sehingga tipe gaya
menguasai dan dapat menerapkan berbagai
belajar yang lain tidak mendapatkan porsi
metode
seimbang. Hal ini berdampak pada perilaku
kreatif,
di
antaranya
pembelajaran,
dengan
mempertimbangkan gaya belajar siswa. Penerapan
model
kurang
kooperatif
siswa
terhadap
pembelajaran,
pembelajaran. Siswa yang tidak terpenuhi
selain bertujuan agar siswa dapat lebih
gaya belajarnya cenderung tidak dapat
cepat menangkap dan mengingat materi
mengikuti secara optimal sehingga transfer
pembelajaran yang diberikan oleh guru,
ilmu
model
diharapkan.
pembelajaran
juga
terus
dikembangkan agar siswa lebih mudah 5
tidak
berjalan
sebagaimana
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) Perkembangan model pembelajaran
eksperimen 1, yaitu SMA N 7 Purworejo.
di abad 21 lebih mengarahkan siswa untuk
SMA N 1 dan SMA N 7 merupakan
aktif
sekolah favorit di Kabupaten Purworejo
dalam
Sesuai
memperoleh
konsep
kurikulum
pengetahuan. 2013
yang
dan
sudah
menerapkan
pembelajaran
digunakan di Indonesia, siswa diarahkan
berbasis kurikulum 2013, serta secara
untuk
berfikir
pengetahuan
ilmiah
membangun
keruangan kedua SMA tersebut berada di
berdasarkan
pengalaman
pusat kota, sehingga suasana pembelajaran
nyata. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014:
52),
pembelajaran
relatif sama.
berbasis
pendekatan saintifik dapat dilaksanakan
METODE PENELITIAN
dengan
Desain Penelitian
:
a)
Pembelajaran
berbasis
penelitian (Inquiry Based Learning), b) pembelajaran
berbasis
(discovery
based
Penelitian
penemuan
learning),
memperoleh
c)
ini
bertujuan
gambaran
untuk
mengenai
perbedaan hasil belajar geografi dengan
pembelajaran berbasis masalah (Problem
menggunakan
Based Learning), d) pembelajaran berbasis
Learning
proyek (project based learning). Pada
Learning ditinjau dari gaya belajar siswa.
penelitian
diteliti
Sebelum dilakukan eksperimen peneliti
pengaruhnya yakni model Problem Based
menyebar angket dan menganalisisnya
Learning
Based
untuk mengetahui gaya belajar siswa pada
Learning karena mampu mendekatkan
masing-masing sekolah. Untuk mengetahui
siswa
yang
peningkatan hasil belajar siswa dilakukan
sesungguhnya. Pembelajaran inovatif ini
komparasi antara hasil pretest dan posttest
diharapkan
hasil
dengan menggunakan tes awal (pretest)
belajar siswa. Namun dalam pelaksanaan
untuk mengetahui hasil belajar sebelum
para guru kurang bahkan baru sedikit yang
perlakuan dan menggunakan tes akhir
sudah benar dalam menerapkan model
(posttest) untuk mengetahui hasil belajar
tersebut.
setelah diberi perlakuan. Peningkatan yang
ini
dan
pada
model
model
Inquiry
pengalaman
dapat
yang
belajar
meningkatkan
Siswa kelas XI di SMA N 1
terjadi
model
dan
dapat
model
Problem
Based
Inquiry
Based
ditafsirkan
sebagai
Kabupaten Purworejo terpilih secara acak
keberhasilan penggunaan model Problem
sebagai subjek penelitian kelas eksperimen
Based
1 (satu). Penentuan kelompok eksperimen 2
Learning untuk meningkatkan hasil belajar
(dua)
siswa.
dipilih
secara
purposif
sebagai
pembanding yang setara dengan kelompok 6
Learning
dan
Inquiry
Based
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) Penelitian ini menggunakan model
kelas eksperimen satu ( 8 x 45 menit @ 4
quasy experiment dengan desain faktorial.
pertemuan), dan di kelas eksperimen dua (
Dalam bidang pendidikan, sulit untuk
8 x 45 menit @ 2 pertemuan); 7.
melakukan
Melaksanakan posttest setelah eksperimen;
peserta
eksperimen
didik
murni,
bukanlah
suatu
karena yang
8. Analisis data, 9.Penyusunan laporan.
diperlakukan, dan diatur secara ketat sebagaimana dalam
A. Populasi dan Sampel Penelitian
penelitian bidang
1. Populasi Penelitian
eksakta.
Populasi dalam penelitian ini
Penelitian ini melibatkan dua kelas
adalah siswa kelas XI di SMA
eksperimen. Pada kelompok eksperimen 1
Negeri Kabupaten Purworejo tahun
proses pembelajaran dilakukan dengan
ajaran 2015/2016. 2. Sampel Penelitian
menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning,
sedangkan
Dalam penelitian ini, teknik yang
kepada
kelompok eksperimen 2 belajar dengan
digunakan
dalam
model Inquiry Based Learning. Variabel
sampel
bebas yang lain (variabel kontrol) yang
sampling, yaitu teknik penentuan
diperhitungkan pengaruhnya adalah gaya
sampel
belajar siswa sehingga rancangan penelitian
memperhatikan strata yang ada
yang digunakan dalam penelitian adalah
dalam populasi itu (Sugiyono, 2013:
rancangan factorial 2x2.
120). Simple Random sampling
adalah
menentukan
teknik
secara
random
acak
tanpa
digunakan untuk memilih SMA
Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Melakukan pra survei
sebagai
dan
lokasi
Penentuan kelompok eksperimen 1
penelitian; 2. Pengembangan bahan ajar
dilakukan dengan acak sederhana
dan uji coba instrumen di sekolah yang
terhadap
memiliki reputasi setara; 3. Mengadakan
menggunakan Kurikulum 2013, dan
pertemuan untuk koordinasi pelaksanaan
terpilih SMA N 1 Purworejo.
dengan kepala sekolah dan guru mata
Adapun kelompok eksperimen 2
pelajaran; 4. Mengembangkan pendekatan
dipilih secara purposive yaitu SMA
pembelajaran bersama dengan guru mata
yang
pelajaran kelompok eksperimen satu dan
Purworejo
dua; 5. Melaksanakan pretest pada kedua
Purworejo.
mengurus
perijinan
ke
kelompok
5
setara
eksperimen.
SMA
dengan
adalah
yang
SMA
SMA
N
1 7
Melaksanakan
Penentuan kelas sebagai subjek
pembelajaran selama 4 kali pertemuan di
penelitian atas dasar pertimbangan
kelas
eksperimen;
6.
7
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) tingkat
kematangan
dan
siswa yang memberikan pernyataan
Maka
tidak pernah diberi skor 1, kadang-
diambil kelas XI dengan alasan
kadang diberi skor 2, sering diberi
sudah lebih mapan dibanding kelas
skor 3, dan selalu diberi skor 4, jika
X dan belum disibukan untuk
tidak memberikan pernyataan diberi
menghadapi ujian akhir.
skor 0.
kesibukan
belajar
siswa siswa.
Penentuan kelas eksperimen 1
b. Metode Tes
dan kelas eksperimen 2, dilakukan
Tes
adalah
serangkaian
dengan simple random sampling
pertanyaan atau latihan serta alat lain
diperoleh kelas XI IIS 1 di SMA N
yang digunakan untuk mengukur
1
keterampilan,
Purworejo
sebagai
kelas
pengetahuan
eksperimen 1, dan kelas XI IIS 2 di
inteligensi, kemampuan atau bakat
SMA N 7 Purworejo sebagai kelas
yang dimiliki oleh individu atau
eksperimen 2. Selanjutnya pada
kelompok
kelas eksperimen 1 dilaksanakan
2010:
pembelajaran
digunakan
dengan
model
(Suharsimi
193).
Adapun
dalam
tes
yang
penelitian
adalah
eksperimen 2 dengan model Inquiry
(achievement
Based Learning.
adalah test yang digunakan untuk
Pengumpulan
Data
mengukur
dan
tes
ini
Problem Based Learning, dan kelas
B. Metode
adalah
Arikunto,
test).
prestasi
Tes
prestasi
pencapaian
seseorang
mempelajari
sesuatu
Instrumen
setelah
1. Metode Pengumpulan Data
(Suharsimi Arikunto, 2010: 194).
a. Metode Angket Metode teknik
angket
pengumpulan
Tes merupakan data
prestasi
dilakukan
melalui
pretest dan posttest. Adapun Bentuk
yang
tes pilihan ganda dengan ketentuan
dilakukan dengan cara memberi
menjawab benar bernilai 1, dan salah
seperangkat
atau tidak menjawab diberi nilai 0.
pertanyaan
atau
pertanyaan tertulis kepada responden
c. Metode Dokumentasi
untuk dijawab. Pada penelitian ini
Dokumentasi
adalah
metode angket digunakan untuk
dokumen,
mengumpulkan data mengenai gaya
menyelidiki
belajar siswa. Prosedur pemberian
seperti
skor untuk menjawab angket yang
dokumen,
diberikan kepada responden yaitu
notulen rapat, catatan harian, dan 8
dimana
studi
benda-benda buku-buku,
peneliti tertulis majalah,
peraturan-peraturan,
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) sebagainya
(Suharsimi
Arikunto,
dengan butir soal nomor 1, 5, 8, 13,
2010: 201). Dokumentasi dalam
18, 21, 11, 24, 27, dan kelompok
penelitian ini dimaksudkan untuk
yang masuk ke dalam gaya belajar
mengetahui data-data siswa maupun
kinestetik
nilai-nilai siswa, serta foto dan video
komponen nomor 3 dengan butir
pembelajaran di kelas.
soal nomor 9, 20, 15, 4, 6, 12, 17,
2. Instrumen Penelitian
23, 26. Keseluruhan koefisien faktor
a. Kisi-kisi Angket
lebih besar dari 0,5. Hal ini berarti
Tabel 1. Kisi-Kisi Angket N o 1
2
3
Dimensi
Indikator
Menerima Informasi
1.1 visual 1.2 audio 1.3 kinestetik 2.1.visual 2.2.audio 2.3.kinestetik 3.1.visual 3.2.audio 3.3 kinestetik Jumlah
Melakukan pekerjaan sehari-hari Memahami penjelasan
adalah
kelompok
butir-butir yang terdapat dalam aspek tersebut sesuai dengan kisi-
Butir Skala Nomor Jumlah 2,16,22 9 1,5,8, 9.20.15 3,7,19 9 13,18,21 4,6,12 10,14,25 9 11,24,27 17,23,26 27
kisi
gaya
belajar.
Berdasarkan
analisis faktor konfirmatori tersebut mendukung
validitas
konstruk.
Kemudian untuk menghitung gaya belajar dengan cara menghitung jumlah jawaban dari kuesioner.
Langkah membagi
selanjutnya siswa
ke
adalah
Jumlah yang tertinggi merupakan
dalam
kecenderungan gaya belajar siswa.
kecenderungan gaya belajar dengan analisis
faktor.
Analisis
b. Kisi-kisi Tes
faktor
Tes pada penelitian ini diberikan
digunakan untuk mengkonfirmasi
kepada kedua kelas eksperimen
seberapa relevan faktor-faktor yang
sebelum dan sesudah mendapatkan
terdapat pada skala gaya belajar
perlakuan untuk model Problem
yang sesuai untuk mengukur gaya
Based Learning dan Inquiry Based
belajar. Berdasarkan analisis faktor diperoleh
gaya
belajar
Learning. Soal tes berbentuk pilihan
terbagi
ganda dengan pilihan jawaban a, b,
menjadi tiga kelompok. Kelompok
c, d, dan e. setiap soal bernilai 1
yang masuk ke dalam gaya belajar
untuk jawaban benar, dan 0 untuk
visual adalah kelompok komponen
jawaban salah. Kisi-kisi tes sebagai
nomor 1 dengan butir soal nomor 2, 16, 22, 3, 7, 19,
berikut:
10, 14, 25,
kelompok yang termasuk ke dalam gaya
belajar
kelompok
auditori
komponen
adalah
nomor
2 9
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) Tabel 2. Kisi-Kisi Tes KD Menganalisis keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional dalam konteks interaksi global
C1 3
C2 1,2, 4
21
12, 5
18, 19, 20, 22 6
Jumlah
instrumen tes hasil belajar geografi Nomor Item C3 C4 14
C5
dan angket gaya belajar.
Jml
C6
5
9, 15, 16, 17
Validitas
korelasi 4
9
>
5
2
1
0
rtabel
bahwa
(pbi)
dokumentasi
untuk
memastikan
belajar
diberikan Setelah
konstruk
1. Validitas Instrumen
korelasi
dilakukan dengan validitas logis
dari
item-item
pertanyaan
dengan 0,3 (≥0,3) maka indikator
itu
bimbingan
dengan
faktor loading lebih besar atau sama
(expert
mendapatkan
validitas
Kerlinger menyatakan jika nilai
akan
juga
dari
dengan konstruk yang diukurnya.
yang mencakup validitas isi dan
instrumen
data
Windows. Faktor loading adalah
dan angket dalam penelitian ini
penyusunan
mendapatkan
responden.
dengan bantuan SPSS 16.00 for
validitas instrumen yang berupa tes
samping
kepada
dapat diukur melalui faktor loading
dan validitas empiris. Perhitungan
Di
dengan
validitas suatu instrumen kuesioner
dengan menggunakan validitas logis
ahli
dianalisis
gaya
Analysis (CFA). Tinggi rendahnya
instrumen tes dan angket diukur
oleh
angket
menggunakan Confirmatory Factor
Penelitian ini menguji validitas
divalidasi
valid
responden kemudian dilakukan uji
C. Validtas dan Reliabilitas Instrumen
yang
dinyatakan
pertanyaan kuesioner yang nantinya
dokumentasi
baik.
konstruk
yang
sebelumnya mengajukan butir-butir
penelitian terdokumentasi dengan
validitas
item
(Hamzah B.Uno, 2011: 172). Validitas
dan
semua
judgement).
biserial
maka
bersangkutan
2
c. Checklist dan Dokumentasi
digunakan
point
Instrumen tes valid apabila nilai pbi 23
5
Checkils
belajar
menggunakan program ITEMAN.
24, 25 11
hasil
geografi dianalisis berdasarkan nilai
7
6, 10, 11, 13 7,8,
tes
yang dimaksud valid dan berarti bahwa indikator tersebut signifikan dalam mengukur suatu konstruk
pembimbing. Sedangkan validitas
(Purwanto, 2012:156)
empiris dilakukan dengan uji coba 10
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) 2. Reliabilitas Instrumen Pengukuran
reliabilitas
HASIL PENELITIAN
statistik
A. Prasyarat Analisis
dilakukan
dengan
uji
Cronbach
Alpha.
Dalam
ilmu
1. Uji Normalitas Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
statistik Cronbach Alpha adalah sebuah koefisien dari konsistensi internal.
Perhitungan
reliabilitas
digunakan untuk menguji keandalan
Kelompok
Kategori
Eksperimen PBL
Tes Hasil Belajar Geografi Tes Hasil Belajar Geografi Eksperim en PBL Eksperim en IBL
instrumen, untuk mengetahuinya dilakukan
perhitungan
Eksperimen IBL
metode
Cronbach’s Alpha dengan taraf signifikan
6
%.
Angket Gaya Belajar
Pengujian
reliabilitas dalam penelitian ini dengan
bantuan
program
Normal
0,146
Normal
0,439
Normal
0,064
Normal
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa
D. Teknik Analisis Data
yang
nilai
signifikansi
hasil
perhitungan p pada masing-masing
1. Uji Prasyarat Analisis prasyarat
Simpulan
SPSS
16.00 for Windows
Uji
Kolmogoro f Smirnov Sig. 0,604
kelas
dipakai
lebih
besar
signifikansi
normalitas, dan uji homogenitas.
demikian data-data tersebut berasal
Dengan
dari populasi yang berdistribusi
2. Uji Hipotesis Penelitian hipotesis
0,05.
nilai
dalam penelitian ini adalah uji
Pengujian
=
dari
normal memenuhi asumsi untuk
pada
dilakukan uji statistik parametrik
penelitian ini menggunakan analisis
2. Uji Homogenitas
One Way Anova (pihak kanan)
Uji homogenitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji Levene’s
Test.
Kriteria
pengujiannya adalah varians kelas eksperimen
model
pembelajaran
PBL dan kelas eksperimen model pembelajaran
IBL
dinyatakan
homogen apabila nilai signifikansi = 0,05. (p >0,05), kemudian jika nilai p lebih kecil dari nilai 11
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) Tabel 5. Perbandingan Hasil Posttest dan Gain Score Kelas Eksperimen Model PBL dan IBL Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa
(p < 0,05), maka dinyatakan tidak
homogen.
Berikut
hasil
analisis data pada tabel berikut :
Jenis Tes
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test Kelas
PBL & IBL
Kategori
Simp ulan
F
df1
df2
Sig.
Tes Hasil Belajar Geografi
0,041
1
58
0,841 Homo gen
Angket Gaya Belajar
4,024
1
58
Kelas Eksperimen PBL Kategori Visual Eksperimen IBL Kategori Visual Eksperimen PBL Kategori Auditori Eksperimen IBL Kategori Auditori Visual Auditori
Hasil Belajar Geografi
Peningkatan Hasil Belajar Geografi
N 19
Mean 82,31
Std.Deviasi 6,43
11
79,27
4,31
11
78,90
7,39
19
80,21
5,24
30 30
3,043 1,301
2,12 2,15
0,050 Homo gen
Tabel bahwa
tersebut
perbandingan
menunjukkan hasil
belajar
geografi antara kelas eksperimen model
B. Analisis Data
PBL dan IBL ditinjau dari gaya belajar
Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen model PBL dan IBL
terdapat
kategori gaya belajar visual dan auditori
signifikan. Kedua kelas eksperimen
dapat
score.
ditinjau dari gaya belajar tersebut
Berdasarkan perhitungan gain score
memiliki hasil belajar yang berbeda,
diperoleh rata-rata peningkatan hasil
terutama pada peningkatan hasil belajar
belajar siswa kelas eksperimen model
yang dilihat dari selisih antara nilai
PBL dan IBL sebesar 3,043 pada
posttest
kategori gaya belajar visual. Sedangkan
terdapat perbedaan peningkatan hasil
pada kategori gaya belajar auditori
belajar yang signifikan.
diperoleh rata-rata peningkatan hasil
Tabel 6. Hasil Eksperimen Desain Faktorial Pengaruh Model Problem Based Learning dan Inquiry Based Learning dalam Pembelajaran Geografi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas XI IIS Di SMA Negeri Kabupaten Purworejo
dilihat
dari
gain
belajar siswa kelas eksperimen model PBL dan IBL sebesar 1,301. Hasil ratarata gain score kelas eksperimen model
perbedaan
dan
Model Pembelajaran
PBL dan IBL ditinjau dari gaya belajar dapat dilihat pada tabel berikut.
Gaya Belajar Visual Auditori Peningkatan Hasil Belajar
12
pretest
hasil
(gain
PBL
IBL
82,31 78,90 25,20
79,27 80,21 23,73
yang
score)
Hasil Belajar 3,043 1,301
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) diperoleh nilai probabilitas atau peluang
C. Uji Hipotesis Penelitian Keputusan
hipotesis
di
peroleh
kesalahan sebesar 0,018 < = 0,05 maka
berdasarkan hasil analisis jika nilai
model*gaya belajar memiliki interaksi
probabilitas kurang dari 0,05 (p < 0,05)
yang signifikan dalam mempengaruhi
maka H0 ditolak dan Ha diterima.
hasil belajar geografi.
Berdasarkan analisis data diperoleh
Berdasarkan
hasil
ringkasan
hasil seperti pada tabel di bawah
analisis varian (One Way Anova) dan
berikut.
tabel
Tabel 7. Hasil One Way Anava Perbandingan antara Model Problem Based Learning dan Inquiry Based Learning Ditinjau dari Gaya Belajar dalam Pengaruh terhadap Hasil Belajar Geografi SMA Negeri 1 Purworejo dan SMA Negeri 7 Purworejo Kategori Skor F Nilai Rerata p Model PBL 81,06 7,30 0,006 Model IBL 79,86 Gaya Belajar Visual 81,20 9,60 0,044 Gaya Belajar Auditori 79,73 Model*Gaya Belajar 8,86 0,018
Tabel bahwa:
tersebut
a)
1. Hasil Uji Hipotesis 1 : Berdasarkan
hasil
5
model*gaya
belajar
dalam
Hasil
tersebut
belajar
geografi
masing-
hasil
belajar
siswa
dengan
geografi
dengan
menggunakan model PBL sebesar 81,06 lebih besar dari rerata hasil belajar dengan menggunakan model IBL sebesar 79,86. Angka tersebut menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil interaksi
0,05.
belajar
peluang
c)
<
tinggi dibanding IBL. Rerata hasil
belajar
diartikan bahwa gaya belajar memiliki
geografi;
belajar
menggunakan model PBL lebih
kesalahan sebesar 0,044 < =0,05 dapat
belajar
hasil
masing kelas eksperimen pada tabel
terhadap hasil belajar geografi diperoleh atau
rerata
perhitungan
ditolak dan Ha diterima. Rerata
geografi; b) pengaruh gaya belajar
probabilitas
perbedaan
dapat
memberikan kesimpulan bahwa H0
model
model pembelajaran berpengaruh secara
nilai
bahwa
0,006
=0,05 dapat diartikan bahwa
hasil
diketahui
7
menunjukkan peluang kesalahan (p)
atau peluang kesalahan sebesar 0,006 <
terhadap
tabel
geografi antara model PBL dan IBL
geografi diperoleh nilai probabilitas
signifikan
kelas
hasil uji hipotesis sebagai berikut:
pembelajaran terhadap hasil belajar
nilai
masing-masing
eksperimen di atas, dapat dijelaskan
menunjukkan
pengaruh
rerata
pembelajaran
bahwa
model
berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar geografi dengan perbandingan hasil
mempengaruhi hasil belajar geografi
belajar pada kelas eksperimen yang 13
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) menggunakan model PBL lebih
Hipotesis
tinggi daripada IBL. Hipotesis
menyatakan
pertama
menyebutkan
kedua
yang
bahwa:
yang
bahwa:
Terdapat
perbedaan hasil belajar geografi
Terdapat
pada
siswa
yang
memiliki
perbedaan hasil belajar geografi
kecenderungan gaya belajar visual
antara siswa yang belajar dengan
antara siswa yang belajar dengan
model Problem Based Learning dan
model pembelajaran Problem Based
Inquiry
Based
Learning
belajar
geografi
Learning.
menggunakan Based
siswa
model
Learning
dibandingkan
Hasil
Problem
siswa dengan menggunakan model
tinggi
Problem
Based
tinggi dibandingkan Inquiry Based
Learning dinyatakan diterima.
dengan
bahwa
perbedaan
rerata
7
dapat
Learning
lebih
gaya
belajar
visual
dinyatakan diterima
perhitungan hasil
Based
Learning pada kelompok siswa
2. Hasil uji hipotesis 2 :
diketahui
Based
Learning. Hasil belajar geografi
lebih
tabel
Inquiry
dengan
Inquiry
Berdasarkan
dan
3. Hasil uji hipotesis 3 :
belajar
Berdasarkan
tabel
7
dapat
geografi antara model PBL dan IBL
diketahui
bahwa
ditinjau dari gaya belajar visual
perbedaan
rerata
menunjukkan
kesalahan
geografi antara model PBL dan IBL
tersebut
ditinjau dari gaya belajar auditori
0,044<
peluang
=0,05.
Hasil
perhitungan hasil
memberikan kesimpulan bahwa H0
menunjukkan
ditolak dan Ha diterima. Rerata
0,044 <
hasil
dengan
memberikan kesimpulan bahwa H0
menggunakan model PBL lebih
ditolak dan Ha diterima. Rerata
tinggi dibanding IBL pada siswa
hasil
dengan kategori gaya belajar visual.
menggunakan model PBL lebih
Rerata
rendah dibanding IBL pada siswa
belajar
hasil
geografi
belajar
kelas
peluang
belajar
kesalahan
=0,05. Hasil tersebut
belajar
geografi
eksperimen model PBL sebesar
dengan
82,31 lebih tinggi dibanding kelas
auditori. Rerata hasil belajar kelas
eksperimen
sebesar
eksperimen model PBL sebesar
79,27 ditinjau dari gaya belajar
79,90 lebih rendah dibanding kelas
visual.
eksperimen
model
IBL
14
kategori
model
gaya
dengan
IBL
belajar
sebesar
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) 80,21 ditinjau dari gaya belajar
memiliki pengaruh terhadap hasil
auditori
belajar geografi siswa.
Hipotesis
ketiga
menyatakan
bahwa:
yang Estimated Marginal Means of Postest_Hasil_Belajar_Geografi
Terdapat
Gaya_Belajar
perbedaan hasil belajar geografi
Visual Auditori 82.00
siswa
yang
memiliki
Estimated Marginal Means
pada
kecenderungan gaya belajar auditori antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning
dan
Inquiry
Based
81.00
80.00
79.00
Learning. Hasil belajar geografi
Berbasis Masalah
Berbasis Inquiry
Model
siswa dengan menggunakan model Problem
Based
Learning
Gambar 1. Grafik Interaksi Model Pembelajaran*Gaya Belajar
lebih
rendah dibandingkan Inquiry Based Berdasarkan
Learning pada kelompok siswa dengan
gaya
belajar
dan
grafik tersebut memiliki pengertian
auditori
bahwa
dinyatakan diterima 4. Hasil uji hipotesis 4 : Diketahui
penjelasan
terdapat
interaksi
yang
signifikan
pengaruh
model
pembelajaran
dan
belajar
gaya
bahwa
interaksi
belajar
dalam
terhadap
hasil
belajar
dengan
menunjukkan
peluang
disordinal. Artinya, bahwa efek
kesalahan sebesar 0,018 < = 0,05.
interaksi mempengaruhi rata-rata
Hasil
memberikan
hasil belajar siswa model PBL lebih
kesimpulan bahwa H0 ditolak dan
tinggi dibanding IBL pada kategori
Ha diterima. Interaksi antara model
gaya belajar visual. Rata-rata hasil
pembelajaran dan gaya belajar siswa
belajar siswa model PBL lebih
dalam mempengaruhi hasil belajar
rendah
geografi sebesar 35,2 %. Angka
kategori gaya belajar auditori.
model*gaya mempengaruhi geografi
tersebut
hasil
interaksi
disbanding
Hipotesis
tersebut diperoleh dari perhitungan
belajar
geografi berbentuk
IBL
keempat
menyatakan
35,2%.
64,8%
interaksi model pembelajaran dan
merupakan variabel lain di luar
gaya belajar siswa terhadap hasil
model
dan
gaya
sebesar
belajar
yang 15
:
yang
R Squared sebesar = 0,352 atau Sisanya
bahwa
pada
Terdapat
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) belajar
geografi
dinyatakan
dengan menggunakan model PBL
diterima.
dan IBL pada kelompok gaya belajar auditori. Perbandingan hasil
SIMPULAN DAN SARAN
belajar antara model PBL yaitu
A. SIMPULAN
sebesar
78,90
lebih
rendah
1. Terdapat perbedaan hasil belajar
dibanding IBL yaitu sebesar 80,21
geografi siswa yang belajar dengan
pada kategori gaya belajar auditori.
menggunakan model PBL dan IBL.
Hasil ini menunjukkan bahwa hasil
Hasil belajar geografi siswa dengan
belajar geografi antara model PBL
menggunakan model PBL diperoleh
lebih rendah dibanding IBL pada
rerata sebesar 81,06 lebih tinggi
kelompok gaya belajar auditori.
disbanding IBL dengan perolehan
4. Terdapat interaksi yang signifikan
rerata sebesar 79,86. Disimpulkan
pengaruh model pembelajaran dan
bahwa terdapat perbedaan hasil
gaya belajar terhadap hasil belajar
belajar
yang
geografi. Hasil analisis anava satu
menggunakan model PBL dan IBL.
jalur menyimpulkan bahwa besar
Hasil
dengan
interaksi antara model*gaya belajar
menggunakan model PBL lebih
diperoleh R Square sebesar 0,352
tinggi dibanding IBL.
atau 35,2% dengan nilai probabilitas
geografi
belajar
siswa
geografi
2. Terdapat perbedaan hasil belajar
(p) atau peluang kesalahan sebesar
geografi antara siswa yang belajar
0,018 <
dengan menggunakan model PBL
diartikan
bahwa
model
dan IBL pada kelompok gaya
pembelajaran
dan
belajar
belajar visual. Perbandingan hasil
memiliki interaksi yang signifikan
belajar antara model PBL yaitu
terhadap hasil belajar geografi.
sebesar 82,31 lebih tinggi dibanding IBL
yaitu sebesar
79,27
= 0,05. Hal ini dapat
gaya
B. Saran
pada
1. Guru
sebaiknya
memperhatikan
kategori gaya belajar visual. Hasil
model pembelajaran yang akan
ini
digunakan
menunjukkan
bahwa
hasil
belajar geografi antara model PBL
agar
sesuai
dengan
kompetensi yang akan dicapai.
lebih tinggi dibanding IBL pada
2. Perlunya
kelompok gaya belajar visual.
inovasi
yang
dikembangkan oleh guru untuk
3. Terdapat perbedaan hasil belajar
memperbanyak
geografi antara siswa yang belajar
variasi
dalam
menyusun strategi pembelajaran, 16
Pengaruh Model Problem Based Learning…(Pambayun Hari Setiawan) Richard T.Schaefer. (2003). Sociology. eight edition. McGraw Hill Higher Education. Unites States. Ridwan Abdullah Sani. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara Rose,Colin & Malcolm J. N.(2002). Cara Belajar Cepat Abad XXI. Penerjemah:Dedy Ahimsa. Bandung: Penerbit Nuansa Sugiyono. (2013). Model Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Yogyakarta : Alfabeta. Suharsimi Arikunto.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. UNESCO. (2009). Learning : The Treasure Within. U.S. Report to UNESCO
salah satunya dengan model PBL dan IBL 3. Guru aspek
sebaiknya gaya
dikorelasikan
memperhatikan
belajar
siswa
dengan
dan
model
pembelajaran yang akan digunakan agar kebutuhan belajar siswa dapat terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafur. (2012). Desain Pembelajaran : Konsep, Model, dan Aplikasinya Dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Ed: Wahjudi Djaja). Yogyakarta: Penerbit Ombak Abu Ahmadi (2013). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Depdiknas. (2006).Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI). Deporter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2000. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Bandung: Kaifa. Hamzah.B.Uno (2004). Landasan Pembelajaran. Jakarta. Nurul Jannah Hamzah B.Uno. (2011). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah B.Uno dan Nurdin Muhammad (2011). Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : PT Bumi Aksara Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XI). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Paul Ginnis. (2008). Trik dan Taktik Mengajar : Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas.Jakarta : Indeks Purwanto. (2012). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Yogyakarta,
21 April 2016
Reviewer
Dr.Muhsinatun Siasah Masruri, M.Pd NIP. 19520707 1973 2 001
17