PENGARUH KOMPENSASI DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. PURA BARUTAMA UNIT OFFSET KUDUS
AGUNG ADITYO NUGROHO
Dr. Hj. Indi Djastuti, MS
ABSTRACT The success of an organization in achieving its objective also depends on the human factor. To realize the desired goal, then one way to go is to improve the performance of human resources. This phenomenon is commonly found that the quality of human resource issues received less attention, thus affecting the performance of employees. It can be seen from the level of employee turnover is so high. There are still a lot of leaders who assume that the unemployment rate in Indonesia is so high, so to find the employee will be easier because there are still many in need. This study aims to analyze and examine the effect of compensation and work culture on the performance of employees at PT. Holy Temple Barutama Offset Unit The population used in this study were all employees of the production of PT Pura Barutama Holy Offset Unit of 1169 employees. While the number of samples by 92 employees. The sampling technique in this study is Proporsonal Random Sampling, which is a technique used when the populations have a member / element that is not homogeneous and stratified proportionally. Analysis tools used in this study is the path analysis or path analysis. Prior to the regression test, first performed as well as test the validity and reliability of the classical assumptions. The results of testing the hypothesis suggests that compensation has a significant positive influence on the performance of employees, meaning that if the compensation on the company improved the performance of employees will also increase. This is evidenced by the value t count = 7.701> t table value = 1.9870 and a significance value = 0.004. Influence between the work culture of employee performance is a significant increase in positive. This is evidenced by the value t count is greater than the table t value 3.011> 1.9870. Can be interpreted that the work culture has a significant influence on employee performance in simultaneous testing, compensation and work culture of employee performance together is significant. This is evidenced by the value of F count = 202.839> from the F table = 3.10 .
Key words: Compensation, Work Culture and Employee Performance
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
I. PENDAHULUAN
organisasi.
Sumber
1.1 Latar Belakang Masalah
merupakan
faktor
Keberhasilan dalam
suatu
mencapai
organisasi
tujuannya
daya
manusia
kunci
untuk
meningkatkan kinerja suatu organisasi.
juga
Pencapaian tujuan itu sangat bergantung
tergantung faktor sumber daya manusia,
pada kemampuan kinerja manajemen
dimana dibutuhkan suatu interaksi dan
dalam melaksanakan fungsi – fungsi
koordinasi
manajemen
yang
menghubungkan
didesain
untuk
tugas-tugas,
baik
yaitu
pengkoordinasian
perencanaan,
dan
pengendalian.
perseorangan maupun kelompok dalam
Untuk
rangka
organisasi.
diinginkan tersebut, maka salah satu cara
Sumber daya manusia merupakan faktor
yang harus ditempuh adalah dengan
kunci untuk meningkatkan kinerja suatu
meningkatkan
organisasi
manusia yaitu dengan memperhatikan
mencapai
Untuk
tujuan
(Hasibuan, 2003: 63).
mewujudkan
tujuan
kinerja
sumber
yang
daya
yang
terhadap peningkatan kompensasi dan
diinginkan tersebut, maka salah satu cara
budaya kerja (Robbins, 2006: 48 dan
yang harus ditempuh adalah dengan
Simamora, 2002:129).
meningkatkan
kinerja
tujuan
mewujudkan
sumber
daya
manusia.
Kompensasi karyawan
Kinerja adalah hasil kerja secara
besarnya
sebagai
penting
bagi
individu
karena
kompensasi
mencerminkan
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
ukuran nilai karyawa mereka di antara
karyawan
para karyawan itu sendiri, keluarga dan
dalam
melaksannakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
masyarakat.
yang
kepadanya
memandang kompensasi mereka tidak
(Mangkunegara, 2001:13). Keberhasilan
memadai, kinerja, budaya kerja dan
suatu
mencapai
kepuasan kerja mereka bisa turun secara
tujuannya juga tergantung faktor sumber
drastic (Robbins, 2006: 146). Untuk itu
daya manusia, dimana dibutuhkan suatu
program-program
interaksi dan koordinasi yang didesain
penting
untuk mengkoordinasikan tugas-tugas,
mencerminkan upaya perusahaan untuk
baik perseorangan maupun kelompok
mempertahankan
dalam
manusianya.
diberikan
organisasi
rangka
dalam
mencapai
tujuan
Bila
bagi
para
karyawan
kompensasi perusahaan
sumber
Peranan
juga karena
daya
kompensasi,
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
seperti pengupahan atau balas jasa,
peningkatan
sering mendapatkan perhatian serius
maka akan berpengaruh terhadap kinerja
bagi pihak manajemen dalam usaha
pegawai Lebih lanjut Kotter dan Heskett
meningkatkan kinerja karyawan. Bila
(1992)
pengupahan
menjelaskan
dan
penggajian
tidak
terhadap
dalam
bahwa
diyakini
sebagai
kinerja
penentu
(key
akan
mengalami
penurunan sehingga perusahaan akan
kerja,
Tjahjono,
diadministrasikan secara tepat, maka karyawan
budaya
2004)
budaya
salah
kerja
satu
variable
faktor factors)
kesuksesan kinerja organisasional.
kehilangan para karyawannya yang baik
PT. Pura Barutama Unit Offset
dan harus mengeluarkan biaya untuk
Kudus, yaitu salah satu anak cabang
menarik, menyeleksi dan melatih serta
yang
mengembangkan penggantinya.
percetakan. Bahwa peranan sumber daya
Budaya kerja dapat diartikan
bergerak
dalam
industry
manusia merupakan sumber daya yang
sebagai sistem atau pola nilai-nilai
paling
kepercayaan-kepercayaan,
asumsi-
perusahaan menjadikan masalah sumber
kebiasaan-
daya manusia sebagai salah satu titik
asumsi,
sikap-sikap
kebiasaan
dan
seseorang
atau
suatu
berharga.
perhatian
yang
Oleh
karena
penting,
yaitu
kelompok orang yang mempengaruhi
memberikan
perilaku kerja dan cara kerja yang
pegawai untuk meningkatkan kinerjanya.
dipengaruhi
masyarakat
Fenomena yang lazim ditemukan bahwa
setempat dan budaya kerja tempat
masalah kualitas sumber daya manusia
mereka
kurang mendapat perhatian, sehingga
budaya
bekerja
(Dewabrata
dan
kesempatan
itu
kepada
Ma’mun, 2001). Budaya yang kuat
mempengaruhi
adalah budaya yang memegang nilai inti
Hal itu dapat dilihat dari tingkat
organisasi secara intensif dan dianut
perputaran karyawan yang begitu tinggi.
bersama sehingga mampu meningkatkan
Masih
kinerja secara optimal. Brown dan
beranggapan
Dennis (1980) dalam Syafar (1999)
pengangguran di Indonesia begitu tinggi,
menyatakan
kerja
sehingga untuk mencari karyawan akan
organisasi
dalam
lebih mudah karena masih banyak yang
artinya
dengan
bahwa
mempengaruhi berbagai
cara,
budaya
kinerja
banyak
membutuhkan.
karyawannya.
pimpinan bahwa
Dengan
yang tingkat
demikian
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
pimpinan berpandangan bahwa tenaga
oleh penelitian I Wayan Kemara Giri
kerja sebagai faktor produksi saja.
(2005) tentang pengaruh kompensasi dan
Dampak dari tingginya tingkat perputaran
karyawan
akan
karyawan di wilayah usaha pos V
kinerja
Bandung. Hasil penelitian menunjukkan
karyawan secara optimal. Banyak faktor
bahwa kompensasi dan budaya kerja
yang menjadi penyebab terjadi kurang
berpengaruh positif terhadap prestasi
optimalnya kinerja karyawan. Dalam
kerja karyawan.
mempengaruhi
tersebut
budaya kerja terhadap prestasi kerja
pencapaian
praktek di lapangan, masih terlihat bahwa penentuan besarnya kompensasi,
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan
yang diberikan berdasarkan kebijakan pimpinan,
tanpa
melihat
tingkat
kemampuan karyawan. Bagi karyawan yang mempunyai kedekatan dengan pimpinan,
tanpa
memandang
kemampuan dari karyawan tersebut maka
akan
memudahkan
untuk
menduduki
karyawan
jabatan.
Budaya-
budaya kerja seperti ini masih sering terjadi di PT. Pura Barutama Unit Offset. Penelitian ini pernah dilakukan Hesti (2007) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kinerja Karyawan pada perusahaan manufaktur di
Sidoarjo”.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa stress kerja dan kepemimpinan
berpengaruh
negative
terhadap kinerja karyawan, sedangkan kompensasi, iklim organisasi dan budaya kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja
latar
belakang
masalah yang telah diuraikan di muka, dapat diketahui bahwa masalah yang dihadapi oleh PT. Pura Barutama Unit Offset Kudus adalah menurunnya kinerja karyawan, terbukti dengan tingginya tingkat perputaran karyawan sehingga menyebabkan capaian hasil produksi yang dibebankan pimpinan tidak sesuai dengan target yang ditetapkan. Kinerja karyawan yang belum optimal tersebut diduga disebabkan karena kurangnya perhatian pemberian kompensasi dari pihak
manajemen
serta
penerapan
budaya kerja yang belum baik, sehingga perusahaan
perlu
mengambil
kebijaksanaan
untuk
meningkatkan
kompensasi dan budaya kerja dengan harapan kinerja karyawan akan semakin meningkat.
Dengan
permasalahan
karyawan. Penelitian ini juga didukung
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
tersebut,
pertanyaan
yang
diajukan
dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana
pengaruh
egoistik yang bisa diwujudkan dengan pujian atau hadiah dan diumumkan
kompensasi
kepada rekan-rekan sekerjanya.
terhadap kinerja karyawan pada PT. Pura Barutama Unit Offset Kudus ?
Pendapat
lain
kompensasi
secara
mengatakan luas
dapat
2. Bagaimana pengaruh budaya kerja
didefinisikan sebagai semua bentuk
terhadap kinerja karyawan pada PT.
penghargaan baik yang bersifat finansial
Pura Barutama Unit Offset Kudus ?
maupun non finansial yang terjadi sebagai
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini
hubungan
kompensasi
terhadap
kinerja karyawan pada PT. Pura
sebagai
suatu
pegawai
II. TELAAH TEORI
tenaganya
2.1 Kompensasi merupakan
dalam
Mangkunegara, 2003:49). Kompensasi yang berarti penghargaan ternyata tidak hanya berbentuk pemberian upah/gaji, tetapi dapat juga berupa penghargaan lainnya
yaitu
suatu
yang
kepada
mencurahkan
untuk
organisasi.
berupa gaji, komisi, dan bonus.
yang diterima pegawai sebagai penukar
Davis
imbalan
Pembayaran secara langsung dapat
sesuatu
jasa mereka pada
yaitu
yang dilaksanakan secara langsung,
Barutama Unit Offset Kudus.
finansial
payment),
pembayaran dalam bentuk uang
kinerja karyawan pada PT. Pura
non
Pembayaran secara langsung (direct financial
pengaruh budaya kerja terhadap
(Keith
(Purnama
kompensasi pegawai yaitu :
2. Untuk menganalisis dan menguji
organisasi
ketenagakerjaan
adanya
2 (dua) macam bentuk pembayaran
1.
Barutama Unit Offset Kudus.
dari konstribusi
dari
Menurut Dessler (2005:350) ada
1. Untuk menganalisis dan menguji
Kompensasi
bagian
dan Suhartini, 2001:38)
adalah sebagai berikut :
pengaruh
suatu
2.
Pembayaran
tidak
langsung
(indirect payment), yaitu : suatu pembayaran yang tidak langsung diberikan kepada pegawai yang telah memberikan tenaganya untuk organisasi
biasanya
berupa
tunjangan dan fasilitas.
keinginan yang berasal dari kebutuhan
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Dalam
menentukan
jumlah
kemampuan
membayar
dari
nominal upah yang akan diberikan
perusahaan. Bagi perusahaan, upah
kepada karyawannya, Perusahaan harus
merupakan salah satu komponen
mempertimbangkan
hal.
biaya produksi, dan pada akhirnya
Beberapa faktor yang mempengaruhi
akan mengurangi keuntungan kalau
tingkat upah (Simamora, 2003: 48)
kenaikan biaya produksi sampai
adalah
mengakibatkan kerugian perusahaan,
1. Penawaran dan permintaan tenaga
maka jelas perusahaan tidak akan
banyak
kerja
mampu
memenuhi
Meskipun hukum ekonomi tak dapat
karyawan.
menetapkan secara mutlak masalah
4. Produktivitas
tenaga kerja, tetapi dapat diketahui
Upah
bahwa
dan
imbalan akan prestasi karyawan.
memhubungani
Semakin tinggi prestasi karyawan
untuk pekerjaan yang membutuhkan
seharusnya semakin besar pula upah
keterampilan (skill) yang dan jumlah
yang akan diterima.
hukum
permintaan
penawaran
tetap
tenaga kerjanya langka maka upah
sebenarnya
fasilitas
merupakan
5. Biaya Hidup
cenderung tinggi sedangkan untuk
Faktor
jabatan
mempunyai
dipertimbangkan adalah biaya hidup.
melimpah
Di kota-kota besar dimana biaya
yang
"penawaran"
yang
upahnya cenderung rendah.
lain
yang
perlu
hidupnya tinggi upah juga cenderung
2. Organisasi buruh
tinggi- Bagaimanapun tampaknya
Ada tidaknya organisasi buruh serta
biaya
lemah kuatnya organisasi buruh akan
penerimaan upah para karyawan.
memhubungani terbentuknya tingkat upah demikian pula sebaliknya.
hidup
batas
6. Pemerintah Pemerintah
3. Kemampuan membayar
merupakan
dengan
peraturan-
peraturannya juga mempengaruhii
Meskipun mungkin serikat buruh
tinggi rendahnya upah. Peraturan
menuntut upah yang tinggi, tetapi
tentang upah minimum merupakan
akhirnya realisasi pemberian upah
batas bawah dari upah yang dibayar.
akan
tergantung
juga
pada
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Berdasarkan
pengertian
digolongkan menjadi empat macam
kompensasi yang telah dikemukaan di
yaitu
atas, bahwa kompensasi yang diberikan
Suplemen,
kepada pegawai selain yang berupa gaji,
Tunjangan Masa Tua dan tunjangan
juga berupa tunjangan dan fasiltas. Oleh
Pelayanan Pegawai
karena itu kompensasi dapat berupa :
3.
:
Tunjangan
Bayaran
Tunjangan
Asuransi,
Fasilitas
(Heidjrachman (2001: hal 123).
Yang dimaksud dengan fasilitas ialah
1.
segala
Gaji Gaji
adalah
suatu
penerimaan
yang
digunakan,
dipakai, ditempati dan dinikmati oleh
sebagai suatu imbalan dari pemberi
pegawai
kerja kepada menerima kerja untuk
langsung dengan pekerjaan maupun
suatu pekerjaan atau jasa yang telah
untuk kelancaran pekerjaan
dan
akan
sebagai
dilakukan
jaminan
kehidupan
yang
berfungsi
baik
dalam
hubungan
Menurut Handoko (2001:157)
kelangsungan
bahwa
layak
kompensasi dapat diukur melalui :
bagi
kemanusiaan dan produksi atau nilai
2.
sesuatu
untuk
mengetahui
nilai
1. Kesesuaian kompensasi
dalam bentuk uang yang ditentukan
Menganalisis kesesuaian pemberian
menurut
antara
kompensasi dengan kondisi saat ini,
pemberi kerja/majikan/ organisasi
seperti banyaknya staf dalam setiap
dengan
jabatan,
perjanjian
kerja
penerima
besarnya
gaji
tiap-tiap
kerja/buruh/pekerja.
orang, kenaikan umum apa saja
Tunjangan
(biaya hidup), kenaikan atau prestasi
Pada umumnya setiap organisasi
apa yang diberikan dan apakah
mempunyai suatu kebijakan paket
perusahaaan
tunjangan, dengan maksud untuk
atas kenaikan gaji.
mendorong para pegawai untuk
mengalami
kesulitan
2. Ketepatan pemberian kompensasi
berprestasi. Tunjangan merupakan
Merumuskan kebijakan penggajian
penghasilan atau pendapatan yang
yaitu kebijakan ketepatan penggajian
diberikan oleh organisasi yang dapat
yang ditetapkan oleh level yang
berupa uang atau barang maupun
bertanggung jawab dalam penentuan
jaminan sosial. Tunjangan dapat
kebijakan.
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
3. Pemberian tunjangan Perhatian
hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi
terhadap
pemberian
sifat, kebiasaan dan juga pendorong
tunjangan baik material maupun non
yang
material
akan
mempengaruhi
kelompok dan tercermin dalam sikap
karyawan
dalam
menghasilkan
menjadi perilaku, cita-cita, pendapat,
kinerja yang optimal.
dibudayakan
dalam
suatu
pandangan serta tindakan yang terwujud
4. Keadilan dan kelayakan kompensasi
sebagai kerja. (Tri Guno, 2003: 8)
Mengembangkan prosedur sistem
Pendapat lainnya dikemukakan oleh
penggajian
untuk
menjamin
Paramita (Ndraha, 2003: 208) yang
kebijakan
dan
anggaran
menyatakan
dilaksanakan
dalam
anggaran,
merupakan sekelompok pikiran dasar
bahwa
atau
prestasi, struktur gaji tetap adil
dimanfaatkan
kedalam dan bersaing keluar, tingkat
efisiensi kerja dan kerjasama manusia
upah yang betul untuk tiap pekerjaan
yang dimiliki oleh suatu golongan
dan gaji tiap orang tidak melebihi
masyarakat.
pekerjaan.
sistem
kerja
atau
diartikan pola
kepercayaan-kepercayaan, asumsi,
untuk
yang
sikap-sikap
dan
sebagi
nilai-nilai, asumsikebiasaan-
dapat
meningkatkan
Dalam
beradaptasi
dengan
lingkungan
eksternal
dan
mempertahankan
2.2 Budaya Kerja Budaya
mental
kerja
kenaikan gaji dihubungkan dengan
batas teratas golongan gaji ditiap
program
budaya
hidupnya,
serta
kelangsungan dalam
melakukan
integrasi internal. Budaya melakukan sejumlah
fungsi
untuk
mengatasi
permasalahan anggota organisasi untuk
kebiasaan seseorang atau kelompok
beradaptasi
dengan
orang yang mempengaruhi perilaku
eksternalnya, yaitu dengan memperkuat
kerja dan cara kerja yang dipengaruhi
pemahaman
budaya masyarakat setempat dan budaya
kemampuan untuk merealisir. Budaya
kerja/perusahaan tempat mereka bekerja
kerja
(Bisma dan Nurhayati dalam Wahid,
permasalahan integrasi internal dengan
2001:101). Budaya Kerja adalah suatu
meningkatkan
falsafah dengan didasari pandangan
kemampuan anggota organisasi untuk
anggota
berfungsi
untuk
lingkungan
organisasi,
mengatasi
pemahaman
dan
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
berkomunikasi, melakukan kesepakatan,
2. Mentaati prosedur dan instruksi
hubungan anggota organisasi. Untuk dapat
melakukan
tersebut,
maka
secara tepat 3. Pentingnya peraturan dan tatanan
dibutuhkan pengukuran sehingga tidak
4. Manfaat prosedur operasional
terjadi
kesenjangan
budaya
kerja.
5. Kejelasan petunjuk operasional
dalam
6. Sikap disiplin
Menurut
Harrsion
(1972)
Tjahjadi
(2001)
mengembangkan
7. Tanggung
konsep pengukuran kesenjangan budaya kerja sebagai berikut :
jawab
dalam
menyelesaikan pekerjaan 8. Kebiasaan bekerja sama
1. Atasan yang baik
Budaya kerja merupakan persepsi
2. Bawahan yang baik
umum yang dimiliki oleh seluruh
3. Prioritas pada anggota organisasi
anggota organisasi, sehingga setiap
yang baik 4. Tingkah
pegawai laku
yang
baik
dalam
organisasi 5. Perlakuan
yang
organisasi
menjadi
akan
anggota
mempunyai
nilai,
keyakinan dan perilaku yang sesuai organisasi
terhadap
anggota 6. Pengendalian dan pengaruh 7. Ligitimasi
seseorang
dengan
organisasi.
merupakan
bagian
organisasi
yang
Budaya dari
kerja
kehidupan
mempengaruhi
dalam
perilaku, sikap dan efektivitas seluruh
mengendalikan anggota organisasi
pegawai. Budaya kerja merupakan hal
lainnya
yang penting bagi perusahaan, karena
8. Dasar penugasan
budaya tersebut menjadi batas suatu
9. Persaingan.
organisasi, sehingga dapat membentuk
Menurut seperti
yang
Mas’ud
(2004:366)
dikembangkan
identitas atau ciri khas organisasi.
oleh
Menurut Hofstede (1999) dalam
Dorfman, Peter dan Howell (1998)
Kusumastuti (2005) budaya kerja pada
menjelaskan bahwa budaya kerja dapat
penelitian ini berorientasi pada orang
diukur melalui :
atau
1. Pengungkapan petunjuk
persyaratan
dan
induvidu
dengan
karakteristik
sebagai berikut : 1. Keputusan-keputusan penting lebih sering dibuat secara kelompok.
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
2. Lebih tertarik pada orang yang mengerjakan
daripada
hal
dan juga perilaku sumber daya manusia yang ada agar dapat meningkatkan
pekerjaannya. 3. Memberikan petunjuk kerja yang
produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan
jelas pada pegawai baru. 4. Peduli terhadap masalah pribadi pegawai.
datang. Adapun manfaat nyata dari penerapan suatu budaya kerja yang baik
Melaksanakan
budaya
kerja dalam suatu lingkungan organiasasi
mempunyai arti yang sangat dalam, adalah
meningkatkan
jiwa
gotong
karena akan merubah sikap dan perilaku royong,
meningkatkan
kebersamaan,
SDM untuk mencapai produktivitas saling
terbuka
satu
sama
lain,
kerja yang lebih tingi dalam menghadapi meningkatkan
jiwa
kekeluargaan,
meningkatkan
rasa
kekeluargaan,
tantangan masa depan. Manfaat yang didapat antara lain menjamin hasil kerja membangun komunikasi yang lebih dengan
kualitas
yang
lebih
baik, baik, meningkatkan produktivitas kerja.
membuka seluruh jaringan komunikasi, Sedangkan menurut Roland dan keterbukaan,
kebersamaan,
kegotong Laurance
dalam
bukunya
Triguno
royongan, kekeluargaan, menemukan (1996:9) menyatakan bahwa : kesalahan dan cepat memperbaiki; Cepat 1. Orang yang terlatih melalui kelompok menyesuaikan diri dari perkembagan budaya dari
luar
(faktor
eksternal
kerja
akan
menyukai
pertukaran
pendapat,
seperti kebebasan,
pelanggan, teknologi, sosial, ekonomi terbuka bagi gagasan-gagasan baru dan lain-lain). dan fakta baru dalam usahanya untuk Menurut Supriyadi dan Guno mencari kebenaran, mencocokan apa (Triguno,
2003:
21)
budaya
kerja yang ada padanya dengan keinsyafan
memiliki tujuan untuk mengubah sikap
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
dan daya imajinasi seteliti mungkin
bidangnya, demikian pula dalam hal
dan seobyektif mungkin.
berproduksi
2. Orang yang terlatih dalam kelompok budaya
kerja
akan
dan
pemenuhan
kebutuhan hidupnya.
memecahkan
5. Orang yang terlatih dalam kelompok
pemasalahan secara mandiri dengan
budaya kerja akan memahami dan
bantuan
berdasarkan
menghargai lingkungannya seperti
pengetahuan,
alam, ekonomi, sosial, politik, budaya
dibangkitkan oleh pemikiran yang
dan menjaga kelestarian sumber-
kritis
menghargai
sumber alam, memelihara stabilitas
bulus
dan kontinuitas masyarakat yang
keahliannya
metode
ilmu
kreatif,
tidak
penyimpangan
akal
dan
pertentangan. 3. Orang
bebas sebagai suatu kondisi yang
yang
terdidik
melalui
harus ada.
kelompok budaya kerja berusaha
Orang yang terlatih dalam kelompok
menyesuaikan diri antara kehidupan
budaya kerja akan berpastisipasi dengan loyal kepada kehidupan
pribadinya
dengan
kebiasaan
rumah
tangganya,
sekolah,
sosialnya, baik nilai-nilai spiritual
masyarakat dan bangsanya, penuh
maupun standar-standar etika yang
tanggung jawab sebagai manusia
fundamental
untuk
merdeka
menyerasikan
dengan
kemerdekaannya kepribadian dan moral karakternya. 4. Orang
yang
terdidik
kelompok
budaya
mempersiapkan
melalui
oposisi yang bereaksi dengan yang memegang
kekuasaan
sebaik
mungkin.
dengan 2.3
pengetahuan umum dan keahlian-
memberi
tempat secara berdampingan kepada
kerja
dirinya
serta
mengisi
Kinerja Karyawan Simamora
(2001:
327)
keahlian khusus dalam mengelola
mengemukakan bahwa kinerja adalah
tugas
tingkat pada tahap mana karyawan
atau
kewajibannya
dalam
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
mencapai
persyaratan-persyaratan
karyawan terhadap pekerjaannya, situasi
pekerjaan. Kinerja merupakan catatan
kerja,
outcome yang dihasilkan dari fungsi
dengan karyawan, dan antar sesama
suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu
karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa
selama periode waktu tertentu.
kinerja sebagai hasil interaksi manusia
Pengertian Mangkunegara
lain
menurut
(2001:13),
kerjasama
antara
pimpinan
dengan lingkungan kerja.
bahwa
Simamora
(2003
:
485)
kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
menyatakan bahwa maksud penetapan
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
tujuan kinerja adalah menyusun sasaran
pegawai
melaksannakan
yang berguna tidak hanya evaluasi
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
kinerja pada akhir periode, tetapi juga
yang
Sesuai
untuk mengelola proses kerja selama
tersebut,
periode tersebut. Sasaran sebagai alat
mengandung tiga aspek yang perlu
untuk mengarahkan karyawan dalam
dipahami oleh setiap pegawai dan
memfokuskan kegiatan kearah tertentu
pimpinan dalam suatu organisasi yaitu
dari
(1) kejelasan tugas atau pekerjaan yang
menyatakan bahwa dalam kinerja itu
menjadi
harus dilihat proses dan hasil, jadi tidak
dalam
diberikan
dengan
kepadanya.
pengertian
tanggung
jawabnya;
(2)
pada
lainnya.
kejelasan hasil yang diharapkan dari
hanya hasilnya saja.
suatu pekerjaan atau fungsi; (3) waktu
Soeprihanto
Simamora
(2001
:
2)
yang diperlukan untuk menyelesaikan
menyatakan bahwa penilaian kinerja
suatu
karyawan tidak hanya hasil secara fisik,
pekerjaan
agar
hasil
yang
diharapkan dapat terwujud. Handoko
(2001
tetapi juga pelaksanaan pekerjaan secara :
143)
keseluruhan yang menyangkut berbagai
mengatakan bahwa kinerja merupakan
bidang
keadaan emosional yang menyenangkan
kerajinan, disiplin kerja atau hal – hal
atau tidak menyenangkan. Hal ini akan
khusus
tampak dari sikap positif karyawan
tingkatan pekerjaan.
terhadap segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan
kerja.
seperti
sesuai
Sedangkan
kemampuan
dengan
kerja,
tugas
menurut
dan
Cascio
Kinerja
(Ruky, 2002 : 13) dinyatakan bahwa
berhubungan erat dengan sikap dari
kinerja adalah sebuah gambaran atau
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
deskripsi sistematis tentang kekuatan
hal tersebut, maka penulis mencoba
dan kelamahan yang terkait dengan
memaparkan berbagai pendapat para ahli
pekerjaan dari seseorang atau satu
tentang indikator kinerja.
kelompok). Dalam penilaian kinerja ini
Menurut Hasibuan (2003 : 68 –
Cascio menekankan bahwa yang dinilai
90) terdapat beberapa hal yang perlu
adalah
kekuatan
–
kekuatan
dan
diketahui yang dapat digunakan sebagai
kelemahan – kelemahan karyawan yang
indikator penilaian kinerja (performance
relevan dengan pekerjaannya.
appraisal) dengan seorang karyawan
Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja sebuah organisasi itu
yakni antara lain : a. Pengetahuan
seorang
karyawan
sangat perlu baik pada proses maupun
tentang pekerjaan yang menjadi
hasil, baik pada pegawai maupun bagi
tanggung jawabnya.
organisasi,
dalam
organisasi
hal
pemerintah
mengetahui
apakah
ini
adalah
daerah kinerja
guna
perencanaan
yang
pekerjaannya.
dilakukan pegawai itu sudah memenuhi harapan
atau
sebaliknya,
dengan
penilaian
sehingga
tersebut
b. Apakah karyawan mampu membuat
dapat
dan
jadwal
c. Sejauhmana tingkat produktivitas karyawan. d. Pengetahuan
teknis
karyawan
diketahui dan ditingkatkan kinerjanya.
dengan pekerjaan yang menjadi
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
tugasnya, karena berkaitan dengan
kinerja
mutu
pegawai,
maka
harus
ada
pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan
untuk
penilaian
atas
pekerjaan
dan
kecepatan
menyelesaikan. e. Seberapa jauh karyawan tergantung
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kepada
kegiatan / program / kebijaksanaan
melaksanakan pekerjaannya.
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan
dalam
rangka
orang
lain
f. Judgement atau kebijakan yang bersifat naluriah yang dimiliki oleh
mewujudkan misi dan visi instansi
seseorang
pemerintah. Pengukuran kinerja tersebut
memhubungani kinerjanya.
mencakup
indikator
–
dalam
karyawan
untuk
indikator
pencapaian kinerja. Sehubungan dengan
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
g. Kemampuan berkomunikasi baik sesama
rekan
maupun
dengan
atasannya.
ketrampilan karyawan
h. Kemampuan bekerjasama dengan karyawan
dibutuhkan
maupun
orang
lain,
pengetahuan yang dalam
serta
dimiliki
para
usaha
untuk
meningkatkan hasil yang dicapainya. 2. Menguasai Job Description.
karena dalam hal ini sangat berperan
Faktor kesesuaian antara disiplin ilmu
dalam menentukan kinerjanya.
yang dimiliki dengan penempatan
i. Kehadiran dalam rapat yang disertai
pada bidang tugas.
dengan kemampuan menyampaikan
3. Hasil yang dicapai
gagasan kepada orang lain, karena
Kemampuan
dalam hal ini mempunyai nilai
pekerjaan yang menjadi tanggung
tersendiri dalam menilai kinerja
jawabnya termasuk membuat jadwal
seorang karyawan.
kerja,
j. Kemampuan
untuk
mengatur
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
yang
harus
dinilai
dalam
kinerja
terutama bagi karyawan yang berbakat “memimpin”
umumnya
sekaligus
memobilitasi
mengatur
mempengaruhi
kinerja seorang karyawan 4. Tingkat kemampuan kerjasama Kemampuan
Kepemimpinan menjadi faktor
untuk
bekerjasama
dengan
karyawan maupun orang lain, karena dalam hal ini sangat berperan dalam menentukan kinerjanya 5. Ketelitian
dan mebudaya kerja teman – temannya
Ketelitian yang tinggi yang dimiliki
untuk bekerja lebih baik.
karyawan
dalam
menyelesaikan
pekerjaan
dapat
meningkatkan
Menurut Riduwan (2002: 65) bahwa indikator yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan antara lain
kinerjanya 6. Tingkat kesesuaian tugas dengan
adalah sebagai berikut :
perintah
1. Inisiatif mencari langkah yang terbaik
Adanya kesesuaian antara tugas yang
Inisiatif mencari langkah yang terbaik
diberikan
merupakan
kemampuan
faktor
penting dalam
usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan. Untuk memiliki inisiatif
pimpinan
terhadap
karyawan
dapat
menentukan kinerja karyawan 7. Tingkat kualitas hasil kerja
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Pekerjaan yang dilakukan dengan
yang dikenakan kepadanya di mana telah
kualitas
dapat
disesuaikan atas tingkat kemampuan dan
memuaskan yang bersangkutan dan
tanggung jawab maupun kemampuan
perusahaan. Penyelesaian tugas yang
risiko yang dihadapi dalam melakukan
terandalkan,
pekerjaan yang telah ditentukan. Apabila
yang
tinggi
tolok
ukur
minimal
kualitas kinerja pastilah dicapai. 8. Tingkat ketepatan penyelesaian kerja
kompensasi tersebut meningkat, maka hal itu dapat meningkatkan prestasi kerja
Tingkat suatu aktivitas diselesaikan
karyawan. Hal ini sependapat dengan
pada waktu awal yang diinginkan,
yang dikemukakan Handoko (2001: 193)
dilihat dari sudut koordinasi dengan
bahwa
hasil output serta memaksimalkan
karyawan jika diterapkan dengan baik,
waktu yang tersedia untuk aktivitas
maka hal itu akan berdampak pada
lain.
kinerja
9. Tingkat kuantitas hasil kerja Pekerjaan
yang
sistem
kompensasi
karyawan.
kepada
Kompensasi
mempunyai pengaruh yang signifikan dilakukan
positif terhadap prestasi kerja, artinya
karyawan harus memiliki kuantitas
bahwa dengan tingkat kompensasi yang
kerja tinggi dapat memuaskan yang
tinggi
bersangkutan dan perusahaan. Dengan
prestasi
memiliki kuantitas kerja sesuai dengan
pertimbangan pada faktor penawaran
yang ditargetkan, maka hal itu akan
dan
dapat mengevaluasi kinerja karyawan
kemampuan dan kesediaan kantor akan
dalam usaha meningkatkan prestasi
berpengaruh terhadap
kerjanya.
pegawai.
2.4 Hubungan Antar Variabel
Pengaruh Budaya kerja terhadap
Pengaruh
Kinerja Karyawan
Kompensasi
terhadap
akan
berpengaruh
terhadap
pegawai.
Adanya
kerja
permintaan
tenaga
prestasi
kerja,
kerja
Budaya kerja adalah suatu falsafah
Kinerja Karyawan Kompensasi merupakan bentuk
yang didasari oleh pandangan hidup
balas jasa atau imbalan yang berwujud
sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat,
uang dalam bentuk tentunya yang di
kebiasaan, dan kekuatan pendorong,
dalamnya termasuk tunjangan-tunjangan
membudaya dalam kehidupan suatu
maupun atas kemungkinan pemotongan
kelompok masyarakat atau organisasi,
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
kemudian tercemin dari sikap menjadi
budaya
perilaku,
cita-cita,
kinerja seseorang dalam organisasi.
pendapat dan tindakan yang terwujud
Budaya yang adaptif akan meningkatkan
sebagai “kerja” atau “bekerja”. Brown
kinerja dalam jangka panjang. Hasil
dan Dennis (1980) dalam Syafar (1999)
tersebut juga didukung oleh penelitian
menyatakan
kerja
yang dilakukan Pearce and Robinson
organisasi
dalam
dalam Thoyib (2005) bahwa kinerja
artinya
dengan
organisasi dipengaruhi oleh budaya
peningkatan terhadap budaya kerja,
kerja. Wallach (1983) menyatakan pula
maka akan berpengaruh terhadap kinerja
bahwa kinerja seorang dan hasilnya
pegawai. Pada organisasi yang memiliki
yang baik, termasuk kepuasan kerja dan
budaya yang kuat, pegawai cenderung
kreativitas tergantung pada kesesuaian
mengikuti arah yang telah ditentukan.
antara
Budaya kerja yang lemah cenderung
dengan budaya kerja.
mengakibatkan pegawai tidak memiliki
Dengan
kepercayaan,
bahwa
mempengaruhi berbagai
cara,
budaya
kiblat yang jelas sehingga pegawai memilih
berjalan
optimal.
akan
karakteristik
kerangka
mempengaruhi
orang
tersebut
demikian
maka
pemikiran
teoritis
dapat
sendiri-sendiri.
Akibatnya kinerja organisasi menjadi tidak
kerja
Pernyataan
tersebut
digambarkan dengan skema sebagai berikut :
didukung oleh Kotter dan Hesket (1999) dalam Suharto dan Cahyono (2005) bahwa
budaya
memberikan
perusahaan
dampak
dapat
yang
berarti jangka
terhadap
kinerja
ekonomi
panjang.
Budaya
perusahaan
akan
menjadi faktor yang bahkan lebih penting
lagi
dalam
Kompensasi (X1)
H 1
Kinerja Karyawan H Budaya kerja Hipotesis (X2)
(Y)
2
menentukan
keberhasilan kinerja organisasi. Hal ini sesuai
dengan
yang
dikemukakan
Heskett dalam Hendriastuti dan Aryani
GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
(2002) bahwa kuat atau lemahnya
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka rumusan masalah
yang
sebelumnya,
telah
maka
diuraikan
hipotesis
ini
adalah
Proporsonal
Random
Sampling 3.2 Definisi Operasional Variabel
yang 2.1 Definisi Operasional Variabel
diajukan dalam penelitian ini adalah Operasional variabel merupakan
sebagai berikut : H1 :
Terdapat
pengaruh
positif
kompensasi terhadap kinerja karyawan
pada
PT.
Terdapat pengaruh positif
budaya
kerja
terhadap
kriteria yang dapat diuji secara khusus.
Pura
Barutama Unit Offset Kudus 1. H2 :
suatu definisi dan dinyatakan dalam
kinerja
karyawan pada PT. Pura Barutama Unit Offset Kudus
Operasional variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Variabel
Bebas
(Independent
Variabel) (X) a. Kompensasi (X1) Kompensasi
III. METODOLOGI PENELITIAN
imbalan
jasa
adalah yang
telah
3.1 Populasi dan Sampling Dalam penelitian ini yang menjadi
diserahkan kepada karyawan PT.
populasinya adalah seluruh karyawan
Pura
bagian produksi PT Pura Barutama Unit
Kudus, dimana kompensasi dapat
Offset Kudus sebanyak 1.169 karyawan,
diukur melalui : (Indikator yang
dengan jumlah sampel sebesar 92
dikembangkan
responden. Agar data tersebut bisa
(2003:150))
mewakili pada masing-masing bagian,
1) Kesesuaian
maka penyebaran dalam penelitian ini
(upah)
Barutama
Unit
Offset
Nitisemito
kompensasi
dilakukan dengan menggunakan cara
2) Ketepatan pemberian upah
undian. Hal ini sesuai dengan yang
3) Pemberian tunjangan
dikemukakan
4) Keadilan dan kelayakan upah
Kuncoro
(2003:112)
bahwa prosedur
pemilihan random
sederhana
dilakukan
b. Budaya kerja (X2)
dengan
Budaya kerja merupakan
menggunakan sistem undian. Teknik
persepsi bersama yang dianut
pengambilan sampel dalam penelitian
oleh anggota-anggota organisasi
dapat
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
itu, suatu sistem dengan makna
Indikator variabel kinerja karyawan
bersama, dimana budaya kerja
diukur
dapat
dikembangkan oleh Prawirosentono,
diukur
melalui
:
melalui
(Instrumen
(dikembangkan Harrsion, 1972
1999 dan Riduwan, 2002) :
dalam Mas’ud, 2004) :
a. Hasil yang dicapai
1)
b. Tingkat kemampuan kerjasama
Pengungkapan
persyaratan
dan petunjuk 2)
Mentaati
3)
c. Ketelitian
prosedur
dan
menyelesaikan
Pentingnya peraturan dan
pekerjaannya
prosedur
operasional petunjuk
operasional Sikap disiplin
7)
Tanggung
jawab
dalam
Kebiasaan bekerja sama terikat
(Dependent
Variabel
terikat
yaitu
sejumlah gejala dengan berbagai unsur / faktor di dalamnya yang ada dipengaruhi oleh adanya variabel lain. Dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan. Kinerja pegawai merupakan hasil yang telah dicapai dari
yang
dilakukan/dikerjakan melaksanakan
g. Tingkat ketepatan penyelesaian
3.3 Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif yaitu analisis yang
ditunjukkan
pada
perkembangan dan pertumbuhan dari
Variable) (Y)
pegawai
perintah
h. Tingkat kuantitas hasil kerja
menyelesaikan pekerjaan
oleh
dan
kerja
6)
2. Variabel
tugas
f. Tingkat kualitas hasil kerja
Kejelasan
8)
dalam
e. Tingkat kesesuaian tugas dengan
Manfaat
5)
kemampuan
instruksi secara tepat
tatanan 4)
d. Tingkat
kerja
atau
telah
suatu
keadaan
memberikan keadaan
dan
hanya
gambaran
tentang
tertentu
dengan
cara
menguraikan tentang sifat-sifat dari obyek penelitian tersebut (Umar, 2001:36) 2. Analisis Kuantitatif Analisis data kuantitatif yaitu suatu analisis
data
yang
diperlukan
dalam
terhadap data yang diperoleh dari
tugas.
hasil responden yang diberikan,
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
kemudian
dilakukan
analisa
variabel atau konstruk (Ghozali,
berdasarkan metode statistik dan
2007). Suatu kuesioner dikatakan
data tersebut diklasifikasikan ke
reliabel atau handal jika jawaban
dalam
seseorang
kategori
tertentu
menggunakan
dengan
tabel
untuk
mempermudah dalam menganalisa.
terhadap
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Peneliti melakukan pengujian
a. Uji Kualitas Data
pernyataan
reliabilitas
untuk
Menurut Ghozali (2001) uji
mengetahui
validitas (uji kesahihan) adalah suatu
pengukuran
alat yang digunakan untuk mengukur
yang
sah / valid tidaknya suatu kuesioner.
instrumen sudah dipercaya, sehingga
Kuesioner
jika
akan menghasilkan data yang dapat
pertanyaan pada kuesioner mampu
dipercaya pula. Cara menghitung
mengungkapkan sesuatu yang akan
tingkat reliabilitas suatu data yaitu
diukur
dengan menggunakan uji statistik
dikatakan
oleh
valid
kuesioner.
Untuk
konsistensi variabel.
reliabel
Pengukuran menunjukkan
(α).
(Ghozali,
menguji validitas alat ukur, terlebih
Cronbach
dahulu dicari harga korelasi antara
2007). Suatu konstruk atau variabel
bagian-bagian dari alat ukur secara
dikatakan reliabel apabila nilai r
keseluruhan
Cronbach alpha > 0,60 (Nunnally,
dengan
cara
Alpha
hasil
mengkorelasikan setiap butir alat
1967 dalam Ghozali, 2007).
ukur
b. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk
dengan
skor
total
yang
merupakan jumlah tiap skor butir. Dalan penelitian ini dibantu dengan menggunakan
pengujian
SPSS.
Pengambilan keputusannya bahwa setiap indikator valid apabila nilai r hitung lebih besar atau sama dengan
terikat keduanya
dengan
variabel
mempunyai
bebas
hubungan
distribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal
r tabel. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
menguji apakah dalam data, variabel
merupakan
indikator
dari
(Ghozali,
2001:
28).
Skewness
merupakan ukuran untuk melihat apakah data tersebut terdistribusi
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
normal
atau
tidak.
Skewness
mengukur kemencengan dari data
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi
data.
Data
terdistribusi
secara
mempunyai
nilai
yang normal
d. Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier
skewness
berganda adalah suatu alat analisis
mendekati nol (Ghozali, 2001: 17).
peramalan
nilai
pengaruh
dua
variabel bebas atau lebih terhadap
c. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolonieritas Apabila terdapat
variabel terikat untuk membuktikan variabel
ada atau tidaknya hubungan fungsi
bebas yang memiliki nilai tolerance
atau
lebih dari 0,10 nilai VIF kurang dari
variabel bebas atau lebih dengan satu
10, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel
terikat.
tidak
2004:152).
Untuk
ada
multikolinieritas
antar
hubungan kausal antara dua
(Riduwan, mempermudah
variabel bebas dalam model regresi
dan menghemat waktu maka dalam
(Imam
2001).
penelitian
ini
bertujuan
untuk
program
SPSS
model
regresi
Ghozali,
Multikolinieritas menguji
apakah
dibantu
dengan
dalam
proses
penghitungannya. Rumus :
ditemukan adanya korelasi antar Ŷ = a + b1X1+ b2X2 + e
variabel bebas (independen).
Dimana :
2) Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas
a
= Konstanta
bertujuan menguji apakah dalam
b
= Koefisien
model regresi terjadi ketidaksamaan
berganda
variance
Ŷ
= Kinerja pegawai
pengamatan ke pengamatan yang
X1
= Kompensasi
lain. (Ghozali, 2001: 77). Dasar
X2
= Budaya kerja
analisisnya adalah jika tidak ada pula
e
= Error of term (variabel
dari
residual
satu
yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka O pada
regresi
pengganggu) 1. Pengujian Hipotesis
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Pada pengujian hipotesa ini, agar
b) Jika t hitung < t tabel, dan -t hitung > -t
hasil penelitian signifikan maka perlu
tabel
maka Ho diterima
dan Ha ditolak, artinya tidak dilakukan uji hipotesis sebagai berikut : a.
ada pengaruh antara variabel
Uji t (Uji Parsial)
bebas secara parsial terhadap
Uji t atau uji parsial yaitu suatu
uji
untuk
variabel
mengetahui
terikat
secara
parsial,
dengan menggunakan 5 langkah sebagai berikut :
tidak terbukti. b. Uji Kebaikan Model 1. Uji F (Uji Simultan) Adapun langkah-langkah pengujian
1) Menentukan hipotesis Ho: = 0
adalah sebagai berikut :
Tidak
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara
variabel
bebas
terhadap
variabel
1) Menentukan hipotesis Ho:
1, 2, 3 =0
>0
signifikan antara variabel
pengaruh
bebas terhadap
yang signifikan antara
variabel terikat.
Terdapat
variabel
bebas
terhadap
variabel
Ha:
1, 2, 3 >0
signifikan
2) Kesimpulan
antara variabel
a) Jika t hitung
Ha
tabel
Terdapat pengaruh yang
terikat.
-t
Tidak terdapat pengaruh yang
terikat. Ha:
Dengan
demikian hipotesis ditolak /
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
t tabel, dan -t hitung
bebas terhadap
maka Ho ditolak dan
variabel terikat.
diterima,
pengaruh
artinya
antara
ada
variabel
2) Kesimpulan
a) Jika Ftest > F
tabel,
maka Ha
bebas secara parsial terhadap
diterima dan Ho ditolak,
variabel
artinya ada pengaruh secara
demikian
terikat. hipotesis
diterima / terbukti.
Dengan dapat
simultan bebas
antara
variabel
terhadap
variabel
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
terikat.
Dengan
pengujian
demikian
model
tersebut
dikatakan baik b) Jika Ftest < F
Untuk
mengetahui
variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat dapat diketahui melalui
tabel,
maka Ha
nilai koefisien determinasi ditunjukkan
ditolak dan Ho diterima,
oleh nilai Adjusted R Square (R2). Nilai
artinya tidak ada pengaruh
Adjusted R Square dapat naik atau turun
secara
apabila
simultan
antara
variabel
bebas
terhadap
variabel
terikat.
Dengan
demikian pengujian model tersebut dikatakan tidak baik. 2. Koefisien Determinasi
satu
variabel
mengukur
seberapa
IV.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tabel 4.15 Persamaan Regresi Linier Berganda Coefficientsa
jauh
kemampuan dalam menerangkan variasi variabe
dependen.
Nilai
koefisien
determinasi adalah di antara nol dan satu.
Nilai
2
R
yang
kemampuan
kecil
independen
ditambahkan ke dalam model.
Koefisien determinasi (R2) pada intinya
besarnya
Model 1 (Constant) Kompensasi Budaya kerja
Unstandardized Coefficients B Std. Error 5.476 1.438 1.262 .164 .209 .070
Standardized Coefficients Beta .660 .258
t 3.807 7.701 3.011
Sig. .000 .000 .003
a. Dependent Variable: Kinerja karyawan
Sumber : Data olahan SPSS, 2011
berarti
variabel-variabel
Berdasarkan
data
persamaan
independen dalam menjelaskan variasi
regresi tersebut di atas ditunjukkan
variabel dependen amat terbatas. Nilai
dengan nilai Standardized Coeefisient,
yang mendekati satu berarti dibutuhkan
dengan pertimbangan bahwa penelitian
untuk
variabel
ini bersifat data kualitatif sehingga dapat
koefisien
dinyatakan dengan persamaan Regresi
memprediksi
dependen.
Secara
variasi umum
determinasi
untuk
data
silang
(crossection)
relatif
rendah
karena
adanya variasi yang besar antara masingmasing pengamatan, sedangkan untuk data
runtut
(time
series)
biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2001: 45).
Linier Berganda berikut ini : Y = 0,660 X1 + 0,258 X2 + e Dari persamaan regresi linier berganda tersebut di atas menunjukkan bahwa : 1. b1 (nilai koefisien regresi untuk kompensasi)
sebesar
0,660
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
mempunyai
arti
jika
Barutama Unit Offset Kudus mampu
kompensasi (X1) yang diberikan
dijelaskan oleh kedua variabel yaitu
perusahaan
ditingkatkan,
kompensasi (X1), budaya kerja (X2),
dengan asumsi bahwa variabel lain
sedangkan sisanya sebesar 22,6 %
adalah tetap (konstan) maka kinerja
dipengaruhi oleh faktor lain seperti iklim
karyawan
kerja, seleksi, gaji, disiplin kerja dan
lebih
bahwa
akan
mengalami
peningkatan.
lain-lain
2. b2 (nilai koefisien regresi budaya
yang
tidak
diteliti
dalam
penelitian ini.
kerja) sebesar 0,258 mempunyai arti
lebih
V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang
ditingkatkan, dengan asumsi bahwa
telah dilakukan maka dapat diperoleh
variabel lain adalah tetap (konstan)
kesimpulan sebagai berikut :
maka kinerja karyawan juga akan
1.
bahwa jika budaya kerja (X1) di perusahaan
tersebut
meningkat sebesar 0,258.
Kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, artinya
3. Berdasarkan nilai koefisien regresi
bahwa apabila kompensasi pada
tersebut di atas, maka factor yang
perusahaan tersebut ditingkatkan
paling besar pengaruhnya (dominan)
maka kinerja karyawan juga akan
terhadap kinerja karyawan adalah
mengalami peningkatan.
kompensasi, terbukti dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,660. Tabel 4.16 Koefisien Determinasi
2.
Budaya kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dapat diartikan
bahwa
semakin
kuat
budaya kerja yang diterapkan pada
Model Summary Model 1
R R Square .883 a .779
Adjusted R Square .774
Std. Error of the Estimate 2.448
a. Predictors: (Constant), Budaya kerja, Kompensasi
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai adjusted R square yaitu sebesar 0,774, hal ini berarti bahwa 77,4 % kinerja karyawan pada PT. Pura
perusahaan tersebut maka akan semakin
mempengaruhi
meningkatnya kinerja karyawan. 5.2 Saran Untuk pengembangan terhadap penelitian berikutnya sebaiknya perlu dilakukan penambahan dan perubahan, yaitu :
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
1. Hendaknya
pimpinan
memperhatikan
lebih
kompensasi
terhadap
para
bawahannya,
seperti
kesesuaian
antara
kemampuan karyawan dengan kompensasi Dengan
yang
diberikan.
memperhatikan
kesesuaian kompensasi tersebut, maka hal itu akan memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik
yang
berdampak
pada
peningkatan kinerja karyawan. 2. Dalam usaha pencapaian hasil yang optimal, maka sebaiknya pihak pimpinan perlu meminta pertimbangan kepada bawahan dalam pengambilan keputusan dalam keselarasan
rangka
menjaga
hubungan
antara
atasan dan bawahan
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, Gunawan dan Asri, Marwan, 2002, Anggaran Perusahaan, BPFE, Yogyakarta Anthony, R. N. dan V. Govindarajan. 1998. Management Control Systems. Ninth Edition. Boston: McGraw-Hill Co Arikunto, Suharsimi, 2001, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta Belkaoui, A.R., 2000, Accounting Theory Fourth Edition, Business Press, Thompson Learning Brownell, Peter & McInnes, M. 1986. "Budgetary Participation, Motivation, and Managerial Performance". The Accounting Review. Vol. LXI. No. 4. October. pp. 587–600. Coryanata. 2006 Pengaruh Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja, Dan Keperilakuan Etis Terhadap Keinginan Berpindah Profesional Sistem Informasi. Jurnal Bisnis Strategi Vol.14 No.2 Desember : 181-196. Darlis, Edfan, 2002, Analisis pengaruh Komitmen Organisasional dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1 Diana, 2001, Pengaruh Faktor Ketidakpastian Lingkungan, Komitmen Organisasi, Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Bukit Perak Semarang. Skripsi tidak dipublikasikan. Fitri, Yulia, 2004, Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi Penganggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Timbulnya Senjangan Anggaran (Studi
Empiris pada Universitas Swasta di Kota Bandung) Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UNDIP, Semarang. Handayani, Diyah Kartika, 2002, Pengaruh Moderasi Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan Partisipasi dan Slack Anggaran, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang Handoko, T. Hani, 1996, Organisasi Perusahaan, Teori, Struktur dan Perilaku, BPFE, Yogyakarta Hansen dan Mowen, 2000, Akuntansi Manajemen, Jakarta, Erlangga. Hariyanti, 2002, Pengaruh Komitmen Organisasi, Motivasi dan Perencanaan Strategi terhadap Kinerja Perusahaan, Tidak dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang Indriantoro, Nur, 2001, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 2001, Metodologi Penelitian Bisnis (Untuk Akuntansi dan Manajemen), Yogyakarta, Edisi Pertama, BPFE – UGM Ivan Budi Y, 1999, “Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Senjangan Anggaran”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol.1 no 1 April. Jacomina H., Salomi, 2001, Pengaruh Locus of Control Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kepuasan Kerja dan Kinerja
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Manajerial, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang Latuheru, 2005, Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Kawasan Industri Maluku), Jurnal Standart Nasional Akuntan. Lestari, Utami, 2000, Analisis Pengaruh Komitmen Organisasi dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary Slack), Skripsi UNDIP, Semarang. Meiyanto, Sito dan Fauzan Heru Santhoso, 1999, Nilai-Nilai dan Komitmen Organisasi : Sebuah Studi dalam Konteks Pekerja Indonesia, Jurnal Psikologi, No. 1 Minarni, 2002, “Analisis Pengaruh Anggaran Partisipatif Terhadap Kemampuan Kinerja Manajerial (Studi Kasus pada PT. Madura Guano Industri)”, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi II, STIE YKPN, Yogyakarta. M. Munandar, 2000. Budgeting.. BPFE, Yogyakarta. Nafarin, M., 2000, Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat, Jakarta Nouri, H. 1994. “Using Organizational Commitment and Job Involvement to Predict Budgetery Slack: A Research Note". Accounting, Organizatuon and Society. No. 3. pp. 289-295.
Novana, Ferta W., 2002, Analisis pengaruh Partisipasi Anggaran dan Penekanan Anggaran (Budget Emphasis) Terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary Slack), Skripsi, Universitas Diponegoro, SEmarang Onsi, M. 1973. “Factor Analysis of Behavioral Variables Affecting Budgetary Slack”. The Accounting Review. Juli. pp. 535-548. Poerwati, Tjahjaning, 2001, Pengaruh penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial : Budaya Organisasi dan Motivasi Sebagai Variabel Moderating, Tesis, ,Universitas Diponegoro, Semarang Robbins, Stephen P., 2000, Perilaku Organisasi : Konsep – Kontroversi – Aplikasi, Jilid 2, PT. Prehallindo, Jakarta Robinson Secokusumo, (2001), Akuntansi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Simamora, Henry, 2001, Akuntansi, PT. Salemba Empat, Jakarta. Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian, 1995, Metode Penelitian Research Sosial, Penerbit Alumni, Bandung. Sugiyono, 2001, Metodologi Penelitian, Alfa Beta, Jakarta Sukardi, 2002, Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Manajerial : Peran Motivasi Kerja dan Kultur Organisasional Sebagai Variabel Moderating, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang Umar, Husein, 1999, Metodologi Penelitian : Aplikasi dalam Pemasaran, PT.
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Veronica dan Krisnadewi, 2007, Pengaruh Partisipasi Penggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Slack Anggaran Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Badung, Jurnal Standart Nasional Akuntan.
Cetakan Kelima, Penerbit Andi, Yogyakarta Umar, Husein, 2002, Metodologi Penelitian, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Umar, Husien, 2001, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yudyastuti, Agustina, 2002, Analisis Pengaruh Komitmen, Strategi Perusahaan, dan Konflik Kepentingan Terhadap Slack Anggaran, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, Jurnal Ekonomi Perusahaan Volume 12 No. 2, Jakarta Sugiyono, 2001, Metodologi Penelitian, Alfa Beta, Jakarta ..............., 2005, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketujuh, Alfa Beta, Jakarta Sutisna, 2001, Strategi Pemasaran : Peran pentingnya Merek, Alfabeta. Bandung Swastha, Basu, 2005, Azas-azas Marketing, Liberty, Yogyakarta. Swastha, Basu dan Handoko, Hani, 2003, Manajemen Pemasaran Analisa Modern Perilaku Konsumen, BPFE, Yogyakarta Sumarwan, Ujang, 2003, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Stanton, William J., 2003, Prinsip Pemasaran, Jilid 2, Edisi 7, Erlangga, Jakarta Tjiptono, Fandy, 2000, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua,
Jurnal Agung Adityo Nugroho, Universitas Diponegoro Semarang, 2011