PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEPUASAN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK NU BANJARMASIN Siti Paujiah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjarmasin Jl. A Yani Km 5,5 Banjarmasin, Kalimantan Selatan e-mail:
[email protected] Abstract: This research is intended to find out the influence of principal’s leadership and teacher’s job satisfaction toward teacher performance of SMK NU Banjarmasin. This research used primary Data that taken from the response to the questionnaire that is filled in by the every teachers of SMK NU Banjarmasin as research respondent. Data Sampling techniques used in this research was random sampling with 36 samples. Analyzing technique used in this research was multiple linear regression. The result shows that principals leadership and teacher’s job satisfaction each do not have a significant relationship toward SMK NU Banjarmasin teacher’s performance. Keywords: principal’s leadership, job satisfaction, teacher’s performance Abstrak: Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan kepala sekolah dan Kepuasan Kerja guru Terhadap Kinerja Guru SMK NU Banjarmasin. Penelitian ini mengggunakan Data primer yang diambil dari respon atas kuisioner yang diisi oleh responden yakni semua Guru SMK NU Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel dala penelitian ini menggunakan random sampling dengan jumlah sampel 36 orang. Teknik analisis yang diguakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru masing-masing tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMK NU Banjarmasin. Kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah, kepuasan kerja, kinerja guru
Latar Belakang Dunia pendidikan tidak terlepas dari perubahan-perubahan zaman, untuk dapat mengikuti perubahan dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pendidikan disekolah yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar , tidak statis (terpaku), akan tetapi bersifat dinamis sesuai dengan kemajuan Ilmu dan tenologi. Penataan manajemen sekolah perlu diupayakan secara bertahap melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pendidikan formal, informal dan non formal, mulai dari pendidikan Dasar sampai pendidikan tinggi. Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, baik dalam organisasi maupun luar organisasi untuk
mencapai tujuan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Proses mempengaruhi sering melibatkan kekuasaan seperti (Ancaman, penghargaan, otoritas maupun bujukan). Pemimpin memegang peranan penting dalam jalannya organisasi, sesuai dengan perannya sebagai penunjuk arah dan tujuan dimasa depan. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus memperhatikan dan memperaktekkan fungsi kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : 1. Kepala Sekolah harus bertindak arif, bijaksana dan adil 2. Sugesti atau memberi saran kepada bawahan 3. Menyediakan dukungnan yang di butuhkan bawahan
338
Paujiah, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah …. 339
4. Berperan sebagai katalisator 5. Meciptakan rasa aman 6. Menjaga integritas sebagai seorang yang menjadi pusat perhatian 7. Sebagai sumber semangat Menurut Mulyasa (2004) kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Kepribadian adalah pola prilaku proses mental yang unik, yang mencirikan seseorang 2. Pengetahuan terhadap tenaga kependidikan adalah kepala sekolah dalam hal ini harus mampu memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non guru) memahami kondisi dan karekteristik peserta didik. 3. Pengetahuan terhaap visi dan misi sekolah adalah kepala sekolah harus mampu mengembangkan visi sekolah, mengembangkan misi sekolah, dan melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi kedalam tindakan. 4. Kemampuan mengambil keputusan adalah kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan dalam menangani berbagai hal, misalnya mengambil keputusan untuk kepentingan ekternal. 5. Kemampuan berkomonikasi adalah sangat penting dalam menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin. Kepala sekolah harus mampu berkomonikasi secara lisan dengan tenaga pendidik disekolah, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, berkomonikasi secara lisan dengan peserta didik, berkomonikasi dengan orang tua murid dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah. Kepuasan kerja merupakan sikap karyawan terhadap jabatan, jadi kepuasan kerja adalah sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja. Menurut Anoraga (2005) Kepuasan kerja merupakan suatu sikab yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari
para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja. Sedangkan menurut Strauss dan Sayles (2004) “kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri pegawai yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi dan setres yang terlalu besar akan megancam kemampuan seseorang untuk meghadapi lingkungan dan sebagai hasilya akan mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Jadi kepuasan kerja dapat disimpulkan sebagai berikut, Kepuasan kerja merupakan perasaan dan penilaian seseorang atas pekerjaannya dalam hubungan apakah pekerjaannya memenuhi harapan dan keinginannya. Kinerja guru yang baik tentunya tergambar dari penampilan mereka, kemampuan akademik maupun kemampuan propesi menjadi guru artinya mampu mengajar dalam kelas dan diluar kelas dengan sebaik-baiknya. Penilaian kinerja guru menurut Siswanto (2003) adalah kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, jujur, kerja sama, prakarsa dan kepemimpinan. Kinerja guru akan menjadi optimal bilamana komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan maupun anak didik. Meurut Lower dan Porter (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah. 1. Faktor motivasi 2. Faktor kepuasan kerja 3. Faktor kondisi fisik pekerjaan 4. Faktor kemampuan kerja karyawan Pemimpin memainkan peranan sangat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pemimpin berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan semua potensi pegawai dilingkungannya agar terwujud kerja yang terarah pada tujuan serta dapat meningkatkan kepuasan kerja. Gaya kepemimpian adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun tidak tampak, oleh
340 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 338-352
bawahannya yang didasarkan pada tipe kepemimpinan. Guru bertanggung jawab sebagai mediator agar anak didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Menurut Syah (1999:229) menyatakan bahwa “Guru yang berkualitas adalah guru yang berkompotensi, yang berkemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak”. Menurut M. Hasan (2003) guru yang propesional harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : 1. Mempunyai komitmen terhadap siswa dan proses belajar mengajar 2. Menguasai secara mendalam bahan yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada siswa 3. Bertanggung jawab mematuhi hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi 4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari lingkungan propesinya. Dilihat dari tabel 1, terlihat bahwa jumlah siswa/siswi dan Guru disekolah tidak sama dari tahu 2010/2011 s.d 2011/2012 tidak terlihat perbedaan mencolok antara pendidik dan tenaga kependidikan. Pada
tabel di atas menunjukkan bahawa pendidik yang diterima disesuaikan dengan jumlah kelas yang tersedia pada tiap tahunnya begitu juga dengan tenaga kependidikan. Adapun Jumlah siswa di sekolah SMK NU Banjarmasin periode pelajaran 2010/2011 s/d 2011/2012 tergambar pada tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa SMK NU Banjarmasin Jumlah siswa berbeda tiap tahun ada yang meningkat dan ada yang berkurang jumlah Siswa. Jadi gaya kepemimpinan merupakan “performance” seorang pemimpin dalam hubungannya dengan penyelesaian tugas organisasi/yayasan oleh para bawahan sebagai anggota organisasi/yayasan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi/yayasan meliputi fungsi menyampaikan informasi (telling), membimbing (selling), berperan serta (participation) dan pendelagasian (delegating) yang dalam hal ini erat kaitantannya pencapaian tujuan organisasi diantaranya prestasi dan kinerja guru. Hersey dan Blanchard (1992:34) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah pola prilaku yang diperlihatkan seseorang pada waktu berupaya mempengaruhi aktifitas orang lain (guru) seperti dipersepsikan orang tersebut.
Tabel 1. Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK NU Banjarmasin Tahun pelajaran 2010/2011 s/d 2011/2012 No
1. 2.
Nama Jurusan
Automotif Akuntansi
Jumlah Siswa/Siswi T/A 2010/2011
T/A 2011/2012
Jumlah Guru T/A 2010/2011
128 orang 247 orang
146 orang 219 orang
30 orang 30 orang
T/A 2011/2012 36 orang 36 orang
Tabel 2. Jumlah siswa SMK NU Banjarmasin Tahun pelajaran 2010/2011 s/d 2011/2012 No
Nama jurusan
Kelas
Jumlah siawa tahun pelajaran 2010/2011
2011/2012
1
AKUNTANSI
X
59 orang
44 orang
2
AKUNTANSI
XI
50 orang
35 orang
3
AKUNTANSI
XII
13 orang
47 orang
4
OTOMOTIF
X
63 orang
63 orang
5
OTOMOTIF
XI
87 orang
72 orang
6
OTOMOTIF
XII
86 orang
84 orang
358 orang
345 orang
Jumlah
Penelitian yang dilakukan oleh Nusyirwan dan Sanusi (1999) di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) mengungkapkan bahwa beban kerja yang berat yang dialami oleh dosen Fakultas Kedokteran UGM berpegaruh terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang positip ditentukan sejau mana pemimpin memotivasi guru bekerja dengan kepemimpinan yang kondustif. Kepuasan kerja menurut Gibson (1994) merupakan bagian dari proses motivasi. Guru dapat merasa puas autau tidak, senantiasa dihubungkan dengan kinerja dan hasil kerja mereka. Oleh karena itu, tingkat kepuasan kerja didalam organisasi/yayasan biasanya dapat ditunjukkan dengan hasil-hasil seperti sikap para guru, pergantian guru, kemangkiran atau absensi, keterlambatan dan keluhan-keluhan yang biasa terjadi pada suatu organisasi/yayasan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas , masalah yang mucul dapat dirumuska sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pegaruh Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja Guru SMK NU Banjarmasin ? 2. Apakah kepuasan kerja guru berpengaruh terhadap kinerja guru SMK NU Banjarmasin ? 3. Bagaimana pengaruh dari Kepemimpinan Kepala Sekolah dan kepuasa kerja guru terhadap KInerja guru SMK NU Banjarmasin ? Kajian Literatur Banyak pendapat dikemukakan para Ahli mengenai konsep dasar atau pengertian tentang kepemimpinan salah satunya dari Soetopo dan Soemanto (2004) Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Menurut Dubrin (2005) Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komonikasi untuk mencapai tujuan, cara mempegaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan
mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukugan diantara bawahan agar tujuan organisasi dapat tercapaikan. Jadi kepemimpinan itu terdiri atas beberapa tipe pokok, yaitu: 1. Tipe kepemimpinan Otoriter Tipe ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang artiya pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal sehingga kedudukan dan tugas anak buah sematamata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. 2. Tipe kepemimpinan Kendali Bebas Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter artinya pemimpin berkedudukan sebagai simbul sehingga kepemimpian dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam megambil keputusa dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masingmasing. 3. Tipe kepemimpinan Demokratis Tipe ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi Menurut Kartono (2001) pada umumnya setiap ahli berusaha memberikan penjelasan dan interprestasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi, antara lain latar belakang, sebab munculnya pemimpin, tipe atau gaya. Oleh karena itu sama hal nya dengan “pemimpi” (leader), para ahli memiliki defenisi mengenai kepemimpinan yang berbeda-beda walaupun secara subtansi perbedaan tersebut tidak begitu nyata, diantaranya: 1. George Terry dalam Notoatmojo (1998) Kepemimpinan adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain, pemimpin mampu mempengaruhi agar orang lain bersedia bekerja bersama-sama dalam tugas-tugas yang berkaitan untuk mencapai apa yang diinginkan. 2. Robbins dalam Sulistyani dan Rosyidah (2003) Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok oarng ke arah pencapaian tujuan.
341
342 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 338-352
3. Kartono (2001) Kepemimpinan adalah suatu penggeneralisiran suatu seri fakta mengenai sifat-sifat dasar dan prilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinan dengan menekankan latar belakang historis, dan sifat-sifat yang diperlukan, tugas-tugas pokok dan fungsinya,serta etika propesi yang perlu digunakan oleh pemimpin. Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah: 1. Perwujudan kemampuan dan keterampilan teknis pemimpin yang tercipta karena adanya kondisi kelompok dalam sebuah organisasi tertentu yang melingkupi konsep-konsep pemikirannya, perilaku sehari-hari serta peralatan yang digunakan. 2. Hubungan kekuatan dimana ada satu pihak yang mempunyai hak untuk menentukan perilaku orang lain sebagai upaya saling mempengaruhi antara pemimpin dengan bawahan. Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini, menurut Thoha (2001) usahausaha menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Kemampuan ini paling sedikit terdiri dari empat unsur utama wewenang atau kuasa pemimpin. Kemampuan memahami bahwa manusia memiliki kepuasan kerja yang berbeda-beda didalam situasi yang tidak sama, kemampuan untuk bertindak dalam cara yang dapat menciptakan suasana yang tanggap, terhadap keadaan dan menimbulkan kepuasan kerja, serta gaya kepemimpinan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai aspek, antara lain: 1. Berkaitan dengan kekuasaan 2. Berkenaan dengan pemahaman mendasar tentang kepuasan kerja, dan
3. Kemampuan mendorong pengikutnya guna mencurahkan segenap kemampuan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi prilaku orang lain, atau seni mempengaruhi prilaku orang lain, atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan maupun kelompok. (Miftah Thoha, 2004). Gary A. Yuki (2001) Mengungkapkan “There are almost as many definitions of leadership as there ar persons who have attempted to define the concept”. Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah, sifat-sifat, prilaku, pribadi, pengaruh terhadap orang lain. SementaraTannembaun (2001) mengemukakan “Leadership is interpersonal influence exercised in a situation, and directed, trought the communication process, toward the attainment of a specified goal or goals”. Kepemimpinan melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang disengaja di guakan oleh pemimpin terhadap bawahannya. Henry Pratt Fairachild dalam kartono (2001) Pemimpin dalam arti luas didefinisikan sebagai serang yang memimpin , dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha oranng lain, atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Kartono (2001) Kepemimpinan adalah suatu penggeneralisiran suatu seri fakta mengenai sifat-sifat dasar dan prilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinan dengan menekankan latar belakang historis, dan sifat-sifat yang diperlukan, tugas-tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi yang perlu igunakan oleh pemimpin. Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempegaruhi prilaku orang lain seperti yang ia lihat. Adapun gaya kepemimpinan pada hikikatnya mengandung arti bagaimana pemimpin itu berhubungan dengan bawahan. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan tersebut gaya dan sifatnya ada dua yaitu: 1. Berorientasi kepada tugas, ditunjukkan dengan perilaku pimpinan yang selalu memberikan petunjuk-petunjuk kepada
Paujiah, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah …. 343
bawahan, melakukan pengawasan secara ketat terhadap bawahan, menyakinkan kepada bawahan, bahwa tugas-tugas harus dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan pemimpin, dan lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan. 2. Berorientasi kepada bawahan, ditunjukka ndengan perilaku pimpinan seperti lebih banyak memberikan motivasi dari pada memberikan pengawasan terhadap bawahan, melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, lebih bersikap kekeluargaan, dan kepercayaan hubungan kerja sama yang saling hormat menghormati di antara sesama anggota kelompok. Kepala sekolah menurut Lazaruth (2001) adalah pemimpin pendidik yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembang-kan mutu pendidikan di sekolah. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu kelompok dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang member pelajaran dan murid yang menerima pelajaran wahjosumidjo (2002). Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah itu sendiri terdiri dari : 1. Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal sehingga kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah dan kehendak pimpinan. 2. Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas adalah pemimpin berkedudukan sebagai simbul sehingga kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan atau kelompok. 3. Gaya Kepemimpinan Demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah didalam setiap pengambilan keputusan sangat mementingkan musyawarah yang diwujudkan dalam
setiap jenjang dan di dalam unit masingmasing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, dan mengatur suatu kelompok dimana diselenggarakan proses belajar mengajar dan berperan dalam pengembangan mutu pendidikan. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpi harus memperhatikan dan memperaktekkan fungsi kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari, fungsi-funngsi tersebut menurut Wahjosumidjo (2002) yaitu ; 1. Kepala sekolah harus bertindak arif, bijaksana, adil. 2. Sugesti atau saran kepada bawahan 3. Memenuhi atau menyediakan dukungan yang dibutuhkan 4. Berperan sebagai katalisator 5. Menciptakan rasa aman 6. Menjaga Integritas sebagai orang yang menjadi pusat perhatian 7. Sebagai sumber semangat Dalam gaya dan tipe kepemimpinan yang tidak sama, bahkan juga bervariasi dapat dianalisa pula fungsi-fungsi dari kepemimpinan. Kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi fungsinya, meskipun dalam kenyataannya tidak semua tife kepemimpinan memberikan peluang yang sama untuk mewujukannya. Dalam hubungan itu sulit untuk dibantah hahwa untuk setiap proses kepemimpinan juga akan menghasilkan situasi sosial yang berlangsung di dalam kelompok atau organisasi masing-masing. Untuk itu setiap pemimpin harus mampu menganalisa situasi sosial kelompok atau organisasinya yang dapat dimamfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dan bantuan orang-orang yang dipimpinnya. Fungsi kepemimpinan itu sendiri pada dasarnya meyangkut dua hal pokok yang terdiri dari, yaitu: 1. Fungsi yang berkaitan dengan tugas-tugas atau disebut pula fungsi pemecahan masalah
344 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 338-352
2. Fungsu pemeliharaan kelompok disebut pula fungasi sosial
atau
Fungsi kepemimpinan Yang dikemukakan oleh Hill dan Carol (1997) memiliki 2 (dua) dimensi sebagai berukut : 1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction), dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya. 2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (Support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan melalui keputusankeputusan, dan kebijaksanaankenijaksanaan pimpinan. Sedangkan Nawawi (1994), berpendapat bahwa fungsi utama dari seorang pemimpin dari 4 (empat) aspek yang perlu untuk dijadikan penekanan, yaitu : 1. Menentukan dan memberikan motivasi bagi pengikutnya 2. Menciptakan iklim komunikasi yang baik antara diri pengikutnya dan juga sesama pengikutnya. 3. Memberikan petunjuk cara mencapai tujuan 4. Melakukan pengawasan secara efesien. Dalam pedoman pengelolaan sekolah disekolah Menengah Atas, dalam rangka meningkatkan kualitas terdapat banyak faktor penentu keberhasilannya. Namun kunci utama keberhasilannya adalah pengelolaan sekolah, sedangkan efesiensi pengelolaan Sekolah Menengah Atas tersebut sangat ditentukan oleh kepemimpian Kepala Sekolah. Dalam Keputusan bersama Direktur Jendral Pendiikan Dasar dan Menengah Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Direktur Jendral Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah Dapertemen Dalam Negeri RI Nomor 15a/C/Kep/TU/97 dan nomor 422208 tentang pedoman administrasi Sekolah menengah Atas disebutkan ruang lingkup kegiatan disekolah menengah atas terdiri dari : Administrasi program pengajar, kesiswaan,
kepegawaian, keuangan dan administrasi perlengkapan barang (Depdikbud, 1997). Pedoman umum administrasi sekolah menengah atas tahun 1997 merumuskan ruang lingkup tugas sekolah berdasarkan subtansi sekolah menengah atas. Semua Administratif dan manajemen sekolah tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah. Abror (1985) melihat sisi yang lebih luas dari tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pendidik meliputi : 1. Membantu warga sekolah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan 2. Memperlancar proses belajar mengajar dengan mengembangkan pengajaran yang efektif 3. Menyusun suatu unit organisasiyang produktif 4. Menciptakan suatu iklim yang memungkikan tumbuhya kepemimpinan 5. Menyediakan sumber-sumber yang memadai untuk menunjang pengajaran yang efektif. Apa yang dikemukakan oleh Abrar sebenarnya lebih mengarah kepada substansi admistratif tugas kepemimpinan di sekolah. Semua kegiatan dimaksud tentu memerlukan proses administratif dimulai dari perencanaan sampai pada pengontrolan sebagai contoh, kegiatan memperlancar proses pembelajaran, tentu harus direncanakan lebih dahulu, diorganisir, diarahkan dan akhirnya diawasi pelaksanaannya. Dalam kegiatan ini Indrafachrudi dkk (1996) menyatakan tugas kepala sekolah sangat luas, termasuk tugas pengelolaan : 1) Pengajar, 2) Kepegawaian, 3) kemuritan, 4) gedung dan halaman, 5) keuangan dan, 6) hubungan sekolah dan masyarakat. Kepuasan kerja merupakan sifat individu seseorang sehingga seseoarang mempunyai tingkat kepuasan yang berbeabeda. Kepuasan kerja merupakan sikap karyawa terhadap jabatan (pekerjaan). Menurut Blum dalam Anoraga (2005) “Kepuasan kerja adalah sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja”. Menurut Tiffin dalam
Paujiah, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah …. 345
Anoraga (2005) Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dan sesama karyawan. Menurut Strauss dan sayles dalam hasibuan (2004), Kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri pegawai yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi prustasi dan stress. Sedangkan menurut Mathis dan Jakson (2001) Kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidak puasan muncul saat harapan-harapan ini tidak terpenuhi. Wexly & Yukl (2003) Kepuasan kerja adalah cara pekerja merasakan pekerjaanya. Kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaan yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya bermacammacam. Dari teore beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan kepuasan kerja merupakan perasaan dan penilaian seseorang atas pekerjaannya dalam hubungan apakah pekerjaannya memenuhi harapan dan keinginannya. Sheriden (1992) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu respon efektif atau emosional yang mengarah kepada berbagai tampilan diri suatu pekerjaan. Definisi ini memandang kepuasan kerja bukanlah suatu konsep yang satu (unitary concept), tetapi lebih dari suatu pengertian bahwa seseong dapat secara relatif terpuaskan dengan satu atau lebih aspek pekerjaan lainnya. Kompensasi bukan merupakan satu-satunya faktor yang berpegaruh terhadap kepuasa karyawa, tetapi diyakini bahwa kompensasi merupakan salah satu faktor penentu dalam menimbulkan kepuasan karyawan yang tentu saja akan memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya. Kompensasi dapat berperan dalam meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan karyawan apabila kompensasi dirasakan : 1. Layak dengan kemampuan dan produktivitas 2. Berkaitan dengan prestasi kerja 3. Menyesuaikan dengan kebutuhan hidup
Kepuasan Kerja adalah perasaan dan penilaian seseorang atas pekerjaannya dalam hubungan apakah pekerjaannya memenuhi harapan dan keiginannya, kepuasan kerja yaitu terdiri dari : 1. Skill Variety (variabel tugas) adalah masing-masing pekerjaan memerlukan suatu aktivitas yang berbeda-bada atau bervariasi. 2. Teknik Identitiy (identitas tugas) adalah pekerjaan memerlukan kelengkapan bagian-bagian dari keseluruhannya yang dapat diidenfikasi, sehingga dapat dikerjakan dari awal sampai akhir dengan hasil yang nyata. 3. Task Significace (sigifikansi tugas) adalah suatu pekerjaan subtansi pada kehiupan atau pekerjaan orang lain, baik dalam organisasi maupun dalam lingkungan ekternal. 4. Autonomy (otonomi) adalah suatu pekerjaan memberikan bagian-bagian untuk kebebasan ketergantungan dan pertimbangan bagi pekerja dalam menentukan kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan. 5. Umpan balik dari hasil pekerjaan adalah untuk menyelesaikan suatu aktivitas dalam pekerjaan diperlukan umpan balik dari hasil pekerjaan yang dicapai langsung oleh pekerja dan informasi yang sejelasjelasnya mengenai keefektifan hasil kerja. Gaji atau upah itu bukan merupakan satu-satunya faktor yang menimbulkan kepuasan kerja. Menurut As’a (2004) kepuasan kerja terbagi menjadi beberapa faktor yaitu : 1. Faktor psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi : Minat yaitu sikap yang membuat seseorang senang akan ide-ide tertentu. Ketentraman dalam kerja. Sikap terhadap kerja merupakan sikap atau prilaku dalam melakukan pekerjaan. Bakat adalah kemampuan dasar yang menentukan sejauh mana kesuksesan individu. Keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang
346 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 338-352
dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat. 2. Faktor sosial merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik sesama karyawan, dengan atasannya, maupun dengan karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. 3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan. 4. Faktor financial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahtraan karyawan. Menurut Munanar (2004) ada beberapa faktor kepuasan kerja yaitu: 1. Ciri-ciri intrinsik pekerjaan, terdiri atas ; Keragaman keterampilan Jati diri tugas Tugas yang penting Otonomi Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan kepuasan kerja. 2. Gaji peghasilan, imbalan yang dirasakan adil 3. Penyeliaan, yaitu hubungan fungsional dan hubungan keseluruhan. 4. Kondisi kerja yang menunjang. Merupakan situasi atau keadaan yang menunjang jalannya pekerjaan yang dibutuhkan baik dari segi tata ruang tempat maupun pengadaan kebutuhan pekarjaan. Menurut Blum (dalam Susanti, 1997) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikkut : 1. Faktor individual; meliputi umur, kesehatan, watak dan harapan 2. Faktor sosial; meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerjaan, kebebasan berpolitik dan hubungan kemasyarakatan. 3. Faktor utama dalam pekerjaan; meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi bungan sosial dalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan konflik antara manusia, perasaan diperlakukan
baik yang menyangkut pribadi maupun tugas. Berbeda dengan pendapat Blum, ada pendapat lain dari Gilmer (dalam Susanto, 1997) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, sebagai berikut : 1. Kesempatan untuk maju; dalam hal ini ada tindakannya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama bekerja. 2. Keamanan kerja; faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selaman bekerja. 3. Gaji, gaji lebih banyak menyebabkan ketidak puasan dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerja dengan sejumlah uang yang diperolehnya. 4. Perusahaan dan manajemen; perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan. 5. Pengawasan (supervisi); bagi karyawan, supervisor dianggap senagai figur ayah dan sekaligus atasanya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan trun over 6. Faktor intrinsik dari pekerjaan; atribut yang ada pada pekerjaan masyarakat keterampila tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan. 7. Kondisi kerja; termasuk disini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parker. 8. Aspek sosial dalam pekerjaan; merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja. 9. Komunikasi; komunikasi yang lancer antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mendengar, memahami dan mengakui
Paujiah, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah …. 347
pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja. 10. Fasilitas; fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun atau perumahan merupaka standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas. Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh pegawai atau guru yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap guru atau organisasi. Kinerja yang baik merupakan suatu langkah untuk menuju tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu, kinerja merupakan sarana penentu dalam mencapai tujuan organisasi sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan kinerja guru, tetapi hal ini tidak mudah sebab banyak faktor yang mempenggaruhi tinggi rendahnya kinerja seseorang. Dalam tulisan ini faktor yang mempengaruhi kinerja guru dikaitkan dengan kepuasan kerja guru. Oleh sebab itu perlu dipahami terlebih dahulu pengertian dari kinerja itu sendiri secara lebih mendalam. Mangkunegara (2004) memberikan pengertian tentang kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja menurut As’ad (2001) keberhasilan seseorang terkait dengan keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya. Prawiro Sentono (2001) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Bernandin dan Rusell (2003) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang di bebenkan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Sedangkan penilaian kinerja adalah menilai resio hasil kerja nyata secara standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.
Berdasarkan pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. Salah satu definisi tentang kinerja yang disampaikan oleh John dan Hekket (1997), bahwa kinerja merupakan catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Dharma (1995) Kinerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan sekelompok orang. Pengertian tersebut melihat kierja dari 2 (dua) sisi yaitu dari sisi idividu maupun dari segi organisasi. Menurut pendapat John dan Hekket (1997) memberikan pengertian kinerja sebagai hasil yang dicapai oleh sesorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Senada dengan pengertia kinerja tersebut di atas, Mc Mahon (1996) mendifinisikan kinerja adalah sebagai hasil kerja seseorang pada kesatun waktu atau ukuran tertentu. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan, keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui proses belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kinerjanya. Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja, atau pengertian lainnya adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh manusia.Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi hasil pembelajaran. Berkaitan dengan kinerja guru terdapat tugas Kepropisionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 adalah tentang guru dan Dosen yaitu merencanakan
348 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 338-352
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Jadi Kinerja guru meliputi : 1. Kualitas kerja adalah menyesuaikan beberapa cara yang ideal dari penampilan aktivitas kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan. 2. Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan, dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktifitas yang diselesaikan karyawan. 3. Ketepatan waktu adalah tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang diinginkan dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil autput serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. 4. Evektivitas merupakan tingkat penggunaan Sumber Daya Organisasi dimaksimalkan dengan maksud menaikkan keuntugan dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya, efektifitas kerja, persepsi karyawan dalam menjalankan tugas. 5. Kemandirian adalah tingkat dimana sesorang karywan apt melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan , bimbingan dari pengawas, atau keterlibatan pengawas mencampuri kerja karyawan untuk menghindari hasil yang merugikan. 6. Komitmen kerja merupakan tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan tanggung jawab karyawan terhadap perusahaan atau Sekolah. Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses kinerja guru Menurut Siswanto (2003) adalah sebagai berikut : 1. Kesetiaan adalah tekat dan kesanggupan untuk mentaati. 2. Prestasi kerja adalah Kinerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas 3. Tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. 4. Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk mentaati segala ketetapan
5. Kejujuran adalah Ketulusan hati seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang telah di berikan 6. Kerja sama adalah kemampuan untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan 7. Prakarsa adalah Kemampuan untuk mengambil keputusan 8. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Kinerja guru akan menjadi optimal, bila mana di integrasikan dengan komponen sekolah baik Kepala Sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Pidarta dalam Searozi (2005) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu : 1. Kepemimpinan kepala sekolah 2. Fasilitas kerja 3. Harapan-harapan, dan 4. Kepercayaan personalia kepala sekolah Ada beberapa syarat kriteria ukuran kinerja guru yang baik ialah apabila lebih reliable, realitas, representative (Petri, 2001). Sedangkan menurut Petri (2001) dalam studinya mengukur kinerja guru secara umum, yaitu: 1. Kuantitas kerja 2. Kualitas kerja 3. Pengetahuan tentang pekerjaan 4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan 5. Keputusan yang diambil 6. Perencanaan kerja 7. Daerah organisasi kerja Hasibuan (1994:21) mengemukakan bahwa apabila prestasi kerja atau produktivitas kerja guru setelah mengikuti pengembangan baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat, maka metode pengembangan yang ditetapkan sudah cukup baik. Setiap kepala Sekolah mempunyai cara dan kemampuan yang berbeda-beda dalam menjalankan tugasnya. Salah satu ciri
Paujiah, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah …. 349
keberhasilan suatu sekolah yang dinilai masyarakat adalah prestasi yang dicapai siswa setiap tahun. Sekolah yang dinilai baik dan dianggap berkualitas bila siswa mempunyai prestasi yang tinggi. Kualitas pendidik dan lulusan tergantung pada keberhasilan dan pengelolaan manajemen disekolah yaitu peran dari pendidik maupun kependidikan dalam proses belajar mengajar. Guru bertanggung jawab sabagai mediator agar anak didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Kepemimpinan adalah Kemampuan seseorang dalam menggerakkan bawahan agar mereka mau bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Saerozi (2005) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru meliputi kepemimpinan kepala sekolah, fasilitas kerja, harapan-harapan, dan kepercayaan dari personalia sekolah. Berdasarkan uraian diatas, memperlihatkan keterkaitan antara Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru. Kerangka konseptual yang digambarkan adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kinerja Guru
Kepuasan Kerja Guru Gambar 1. Kerangka Konseptual
Atas dasar jalur pada gambar 1, maka hipotesis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai barikut : 1. Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru SMK NU Banjarmasin 2. Kepuasan Kerja Guru berpengaruh terhadap kinerja Guru SMK NU Banjarmasin 3. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan kepuasan Kerja Guru berpengaruh langsung terhadapa kinerja Guru SMK NU Banjarmasin.
Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Guru SMK NU Banjarmasin yang berjumlah 36 guru. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Guru SMK NU Banjarmasin, yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Komposisi Populasi Penelitian No Jenis Jumlah (%) Kelamin (Orang) 1. Laki-laki 22 61,11 2. Perempuan 14 38,89 Jumlah 36 100
Indikator untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan terdiri atas : 1. Gaya kepemimpinan mendukung (suportive leader) (X1.1) adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin selalu bersedia menjelaskan, mudah didekati dan menunjukkan diri sebagai orang yang sejati bagi bawahan. Ukurannya adalah seberapa besar dukungan moral yang diberikan pimpinan terhadap pe;aksanaan tugas, tanggapan pimpinan terhadap persoalan yang sedang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugas dan besar kesempatan yang diperoleh dalam pengembangan diri. 2. Gaya kepemimpinan berperan serta (participative leader) (X1,2) adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin selalu meminta dan selalu menggunakan saransaran bawahan, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan pertisipasi pada bawahan. Ukurannya adalah rasa tanggung jawab terhadap perkembangan sekolahan untuk masa depan yang akan dating, seberapa besar tingkat kebersamaan yang guru rasakan dipimpin dalam hal-hal tertentu bersediakah pimpinan untuk menerima pendapat dari guru dan perlukah pengaraha terlebih dahulu dahulu terhadap tugas yang diberikan pimpinan. 3. Gaya kepemimpinan Pendelagasian (delegative leader) (X1,3) adalah gaya kepemimpinan dimana pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pada bawahan, dalam arti pemimpin menginginkan agar para bawahan dapat mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan
350 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 338-352
pekerjaannya. Ukurannya adalah seberapa besar kewenangan tugas yang diberikan oleh pimpinan dalam pelaksanaan tugas. Seberapa besar tanggug jawab yang guru rasakan terhadap tugas yang diberikan, tanggung jawab yang harus dilakukan guru apakah cukup terperinci dan ketika ada perubahan didalam sekolahan apakah pimpinan memberitahukan terlebih dahulu mengenai hal tersebut. 4. Gaya Kepemimpinan mengarahkan (X1,4) adalah gaya kepemimpinan yang menyediakan arahan dan superpisi sepihak, dengan prilaku tinggi dan rendah hubungan. Ukurannya adalag bagaimana pimpinan menentukan tugas yan akan dilaksanakan dan bagai mana tugas itu harus dilaksanakan oleh para guru. 5. Gaya kepemimpinan Membimbing (X1,5) adalah gaya kepemimpinan yang menyediakan arahan dan supervise hamper secara keseluruhan (konsultasi) dengan prilaku tinggi tugas dan tinggi hubungan. Ukurannya adalah sejauh mana pimpinan mampu mendengarkan keluhan dan kesulitan guru dari setiap pekerjaan yang dihadapi Kepuasan kerja guru adalah perasaan dan penilaian seseorang atas pekerjaannya dalam hubungan apakah pekerjaannya memenuhi harapan dan keiginannya, indikator kepuasan kerja yaitu : 1. Faktor Individual, Meliputi umur, kesehatan, watak dan harapan (X2,1) 2. Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kebebasan berpolitik dan hubungan kemasyarakatan (X2,2) 3. Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja dan kesempata untuk maju (X2,3) Kinerja merupakan catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu priode waktu tertentu. Berdasarkan Darma (1995) indicator untuk mengukur kinerja guru adalah :
1. Kuantitas pekerjaan (Y1). Kuantitas pekerjaan adalah menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu yang seharusnya dilakukan oleh guru. 2. Kualitas pekerjaan (Y2). Menyelesaikan pekerjaan melebihi target yang ditentukan adalah salah satu hal yang diinginkan oleh guru. 3. Ketepatan waktu (Y3). Tidak berbuat kesalahan tehadap pekerjaan adalah hal yang harus dilakukan oleh guru. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi: 1. Sumber internal yaitu Guru SMK NU Banjarmasin yang menjadi responden, yang meliputi data-data tentang karakteristik responden penelitian, persepsi respode tetang hubungan variabel kepemimpinan dan kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Sumber eksternal yaitu berasal dari pihakpihak lain (di luar responden penelitian) meliputi data dokumentasi tentang karekteristik obyek penelitian (jumlah keseluruhan guru, struktur pendidikan, lama bekerja dan lain-lain). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada seluruh responden penelitian. Data diolah dengan alat analisis regresi linear berganda untuk menemukan pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Urutan analisis yang dilakukan adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda. Hasil Penelitian dan Pembahasan Setelah dinyatakan valid dan reliabel, data di uji kualitasnya dengan uji asumsi klasik. Setelah lolos permasalahan asumsi klasik, data kemudian diolah dengan analisis regresi, yaitu mencari kekuatan dan signifikansi pengaruh antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 4.
Paujiah, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah …. 351 Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji Hipotesis Variabel B Beta tHitung Sig Cons 0,477 2,136 0,040 X1 0,323 0,239 2,422 0,164 X2 0,057 0,092 1,999 0,587 R2 R. Adj t-tabel Sign 0,066 0,010 1,168 0,232
Uji ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi kinerja guru. t tabel diperoleh dari tabel statistik (lampiran) pada signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 362-1 = 33 dan hasil yang diperoleh untuk t Tabel adalah sebesar 1,168. Adapun hasil uji Signifikansi (lihat tabel), parameter individual (Uji statistik t) ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik variabel gaya kepemimpinan maupun kepuasan kerja para guru tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di SMK NU Banjarmasin. Makna dari hasil penelitian ini adalah kinerja guru tidak dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan maupun perasaan puas bekerja di sekolah tersebut. Seperti apapun gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah, para guru tidak akan menyikapinya dengan merubah kinerjanya. Mengingat seringnya terjadi pergantian kepala sekolah, para guru sudah terbiasa untuk bekerja dengan berbagai jenis gaya kepemimpinan kepala sekolah, sehingga faktor tersebut tidak lagi dirasakan dapat mempengaruhi kinerja para guru. Perasaan puas dalam bekerja juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di SMK NU Banjarmasin. Hal ini diperkuat dengan nilai koefisien determinasi yang hanya 6,6%, yang artinya sebesar 93,4% alasan perubahan kinerja guru disebabkan oleh faktor selain gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru masing-masing tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja para guru di SMK NU Banjarmasin. Secara
simultan juga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan keja guru terhadap kinerja guru SMK NU Banjarmasin. Nilai koefisien determinasi yang sangat rendah dapat menjadi celah bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti di obyek yang sama, untuk mencari faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja para guru disana. DAFTAR PUSTAKA Abror. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit: Rhineka Cipta. Jakarta. Anoraga. 2005. Manajemen Penelitian. Penerbit: PT. Rhineka Cipta. Jakarta. As’ad. 2001. Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Penerbit: Liberty. Yogyakarta. Bernandian dan Russel. 2003. Pemimpin dan Kepemimpinan. Penerbit: Rajawali. Jakarta. Dubrin. 2005. Teori-Teori Belajar. Penerbit: Rajawali. Jakarta. Gery A. Yuki. 2001. Organisasi Prilaku Struktur, Proses. Jilid 2. Penerbit: Bina Rupa Aksara. Jakarta. Ghozali, Imam, 2006. Uji Asumsi KLasik Dengan Program SPSS, PT. Elexmetindo, Undip, Semarang. Gibson J. L. J. M. Invancevich dan J. H. Donelly, Jr. (terjemahan). 2004. Orgaisasi Dan Manajemen, Perilaku, Struktur, Proses. Edisi ke-4. Airlangga. Jakarta. Hasibuan. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit: Bumi Aksara. Jakarta. Kartono. 2001. Pemimpin Dan Kepemimpian. Rajawali. Jakarta. Laily Damayanti. 2010. Perilaku Organisasi. Penerbit: Amus. Yogyakarta. Lazaruth. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit: Rhineka Cipta. Jakarta. Mathis dan Jackson. 2001. Manajemen Personalia Indomakmur Jaya. Jakarta Mangkunegara, Anwar Prabu , 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
352 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 338-352
Mangunhardjana, A. M. 2006. Mengembangkan kreativitas. Pustaka Kaum Muda. Kanisius. Yogyakarta. Martoyo, S. 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia. Edisi 4, BPFE. Yogyakarta. ------------. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Diklat Kuliah Pasca Sarjana, Universita Jember. Jember. Munanar. 2004. Latihan dan Pengembangan Pribadi. Penerbit: Mondar Maju. Bandung. Mustafa, Zainal, EQ. 2002. MicroStat untuk mengolah data statistik, Edisi III, Andi Offset. Yogyakarta. Nugroho, Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metoe Statistik Peelitian dengan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta. Nursiah. 2004. Metode Penelitian Bidang Sosial. Penerbit: Gajah Mada Press. Jakarta. Petri. 2001. Motivation Theory and Research. California Wadsworth Publishing Company. Belmont. Robbins, Stephen. P, 2008. Perilaku Organisasi, Konsep Kntroversi Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Prenhalindo. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT. Alex Media Komputindo, Kelompok GramediaJakarta. Searozi. 2005. Perilaku Organisasi. Edisi Revisi. Penerbit: Gramedia. Jakarta Sentono Prawiro. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit: Bumi Aksara. Jakarta. Soetopo dan Soemanto. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit: Komputindo. Jakarta.
Sheriden. 2005. Organizational Culture and Employee Retentation. Academy of Management Journal. December. P 1036 – 1056. Singarimbun, Masri. 2009. Metode Penelitian Surve. LP3ES. Jakarta. Suharyadi dan Purwanto, 2004. Statistik Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern, Edisi Pertama, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta. Susanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori, dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Penerbit: Graha Ilmu. Yogyakarta. Susanto, A. B. 2009. Budaya Perusahaan (Seri Manajemen dan Persaingan Sulistiyani A. T. dan Rosidah, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia : Konsep, Teore dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Thoha, Miftah, 2001. Kepemimpinan Dalam Manajemen , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wexly dan Yuki. 2003. Pengembangan Kepuasan Kerja: Studi Tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja. Penerbit: Pustaka Tangga. Jakarta. Wahjosumidjo. 2002. Teori Organisasi: Konsep Dasar. Penerbit: PT. Graha Medika. Jakarta. Yakub, 2000. Tesis Unibraw. Malang. “Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan dan Karakteristik Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan.”