PENGARUH BEKATUL MERAH TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA PASIEN DENGAN GOUT DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA
SKRIPSI “Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh: Aryn Wahyu Setyo Ningrum NIM S1.0002
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
0
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Asam urat telah dikenal sejak abad kelimasebelum masehi(SM), penyakit asam urat adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan salah satu jenis penyakit rematik artikuler, namun sampai sekarang belum juga ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit ini (Ariyanti et al 2007).Asam urat merupakan asam lemah yang didistribusikan melalui cairan ekstraseslular yang disebut sodium urat.Jumlah asam urat dalam darah dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam tubuh, dan banyaknya ekskresi asam urat (Kutzing &Firestein2008). Asam urat merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai pada laki-laki usia antara 30-40 tahun, sedangkan pada wanita umur 55-70 tahun, insiden wanita jarang kecuali setelah menopause (Tjoroprawiro 2007). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi asam urat adalah makanan yang dikonsumsi, umumnya makanan yang tidak seimbang (yaitu asupan protein yang mengandung purin terlalu tinggi) (Utami 2009).Perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan penguraian Ribonucleic acid(RNA) dan Deoxyribonucleic acid(DNA), sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial(Sacher 2004).
1
2
Prevalensi asam urat di Amerika Serikat meningkat dua kali lipat dalam populasi lebih dari 75 tahun antara 1990 dan 1999, dari 21 per 1000 menjadi 41 per 1000. Dalam studi kedua, prevalensi asam urat pada populasi orang dewasa inggris diperkirakan 1,4% dengan puncak lebih dari 7% pada pria berusia 75 tahun (Alexander 2010 dalam Diantari 2013).Di Taiwan pada tahun 20052008menunjukan peningkatan kejadian hiperurisemia pada lansia wanita sebesar 19,7% dan prevalensi asam urat pada lansia wanita sebesar 2,33% (Diantari & Aryu 2013).Di Jawa Tenggah atas kerjasama World Health Organization (WHO) terdapat 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun didapatkan bahwa prevalensi asam urat pada wanita sebesar 11,7% (Diantari & Candra2013). Purinadalahsalah satu zat yang ada didalam sel. Purin juga dihasilan dari hasil peruskan sel-sel tubuh yang terjdi secara normal atau arena penyait tertentu( Hidayat 2007). Bekatul merah adalah hasil samping proses penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarnacoklat(Sukma et al 2010). Bekatul merah memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, moisture, serat kasar, mineral, fosfor, kalsium, kalium, magnesium, natrium, besi, zinc, tembaga, selenium, vitamin B¹, vitamin B², vitamin E, asam hikotin, flavonoids (Xia et al 2003). Bekatul merah mengandung flavonoid dan anthocyanin yang mempunyai efek hipourisemik sebagai penurun kadar asam urat dalam darah(Utami 2010).
3
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan melakukan pengecekkan asam urat pada lansia di Panti Werdha Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta didapatkan data dari 7 orang lansia terdapat 2 orang lansia yang terkena asam urat. Lansia mengeluh pegal-pegal di kaki. Hal ini dikarenakan di panti tersebut tidak ada perbedaan diet pada lansia, karena tidak ada tenaga kerja gizi yang ada di panti tersebut. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang didapat dari lebih lanjut mengenai pengaruhbekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien dengan gout.
1.2 Rumusan masalah Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dari masalah yang didapatkan dilatar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruhbekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien dengan gout di Panti Werdha Bhakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta.
1.3 Tujuan 1.3.1
Tujuan umum : Untuk mengetahui adakah pengaruh bekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien dengan gout.
1.3.2
Tujuan khusus : 1. Untuk mengetahui karakteristik lansia. 2. Untuk mengetahui kadar asam urat sebelum perlakuan.
4
3. Untuk mengetahui kadar asam urat setelah perlakuan. 4. Untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah perlakuan.
1.4 Manfaat penelitian : 1.4.1
Manfaat bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya penderita gout, mengenai pengaruhbekatul merah untuk menurunkan kadar asam urat di dalam tubuh.
1.4.2
Manfaatbagi institusi pendidikan Dengan
adanya
penelitian
ini
dapatdigunakan
oleh
institusipendidikan gizi untukkesehatan pengobatan asam urat. 1.4.3
Manfaatbagi peneliti Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dari hasil yang telah dilakukan.
1.4.4
Manfaat bagi peneliti lain Untuk peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel lain misalnya: bekatul putih dan bekatul yang terbuat dari gandum.
5
1.5 Keaslian penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Nama
Judul penelitian
Metode
Evi Diantari,Ary ucandra, 2013.
Pengaruh asupan Observasional purin dan cairan terhadap kadar asam urat wanita usia 5060 tahun di Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang.
Rina Ariyanti, Nurcahyanti Wahyuningty as, Arifah Sri Wahyuni, 2007.
Pengaruh pemberian infusa daun salam (Eugenia polyantha Wight) terhadap penurunankadar asam uratdarah mencit putih jantanyang diinduksi dengan potasium oksonat.
Bekatul merah adalah hasil samping proses penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi
Hasil Kadar asam urat sebagian besar subjek (95%) termasuk dalam katagori normal. Sebanyak 82,5% asupan purin subjek rendah, yaitu < 500 mg/hari dan juga 85% asupan cairan subjek cukup, yaitu ≥ 1500 ml/hari. Hasil uji statistik menunjukan tidak ada pengaruh antara cairan dengan kadar asam urat (p>0,05) dan ada pengaruh positif asupan purin terhadap kadar asam urat (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan infusa daun salam dosis 1,25 g/kgBB; 2,5 g/kgBB dan 5,0 g/kgBB mampu menurunkan kadar asam urat darah mencit putih jantan yang
6
berwarna coklat (Sukma et al 2010). Bekatul merah memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, moisture, serat kasar, mineral, fosfor, kalsium, kalium, magnesium, natrium, besi, zinc, tembaga, selenium, vitamin B¹, vitamin B², vitamin E, asam hikotin, flavonoids (Xia et al 2003). Bekatul merah mengandung flavonoid dan anthocyanin yang mempunyai efek hipourisemik sebagai penurun kadar asam urat dalam darah (Utami 2010).
Agus Tin Dwi Utami, 2010.
Perbandingan efek hipourisemik ekstrak bekatul beras hitam dengan allopurinol pada tikus putih yang diinduksi kafein
Eksperimental pre and post tes control groub desaign.
diinduksi potasium oksonat dosis 300 mg/KgBB berturut-turut sebesar 79,98% (P= 0,000), 112,27% (P = 0,004) dan 112,75% (P= 0,006).
Ekstrak bekatul beras hitam dosis 49 mg/200gBB secara statistik memiliki efek hipourisemik tetapi efeknya lebih rendah dibandingkan allopurinol. Penambahan dosis tidak diikuti peningkatan efek hipourisemik.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori 2.1.1 Gout 1. Definisi Gout adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA ). Gout sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna (Syukri 2007). Gout merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai pada laki-laki usia antara 30-40 tahun, sedangkan pada wanita umur 55-70 tahun, insiden wanita jarang kecuali setelah menopause (Festy et al 2010). Ada pemeriksaan untuk mengetahui kadar asam urat yaitu dengan cek darah dan urin. pada laki – laki normal adalah 3,4 – 7,0mg/dl dan Pada wanita 2,4 –6,0 mg/dl (Wilson dkk, 2006). 2. Klasifikasi Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut atau peradangan asam urat akut. Pada gejala asam urat tahap ini akanmengalami serangan atritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7 hari. Gejala atau tanda asam urat tanda kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah melewati masa interkritikal selama bertahun-tahun
8
tanpa gejala asam urat, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis atau peradangan yang khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak. Gejala penyakit asam urat tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus.Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat, tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya (Safitri 2012). 3. Tanda gejala Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan menyerang pada malam hari).Jika gout menyerang sendi-sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang hebat, dan persendian sulit digerakan. Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar. Serangan pertama gout pada umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus
9
encok kronis, dapat timbul tofus (tophus), yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang menandai pengendapan kristal asam urat ( Wijayausuma2006). 4. Penyebab Penyebab gout di bedakan menjadi 2 yaitu faktor primer dan sekunder. Faktor primer penyebab asam urat antara lain potensi genetik, ketidak seimbangan hormon, dan proses pengeluaran asam urat terganggu diginjal. Potensi genetik bersifat turunan, sehingga seseorang yang memiliki gen pembawa asam urat dapat terbebas dari asam urat jika faktor-faktor penyebab yang lain dapat dikendalikan baik faktor dari dalam seperti ketidakseimbangan hormon maupun faktor dari luar seperti asupan makanan. Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan mempengaruhi dan mengganggu
sistem kerja
dalam tubuh. Baik sistem kerja kelenjar yang lain maupun sistem metabolisme tubuh secara umum. Ketidak seimbangan hormon dapat mempengaruhi proses pmbentukan purin dalam tubuh menjadi meningkat yang pada akhirnya hasil sampingan metabolisme zat purin juga akan meningkat yaitu zat asam urat. Pada dasarnya tubuh mampu memproduksi purin sampai 85% kebutuhan tubuh.Akibat ketidak seimbangan hormon, produksi purin bisa meningkat berkali lipat.Ketidakseimbangan
hormon
sangat
dipengaruhi
oleh
ketidakseimbangan emosi dan pola hidup yang tidak teratur, penumpukan racun dalam tubuh dan radikal bebas. Produksi asam
10
urat yang terbentuk sebagai hasil samping metabolisme dalam kondisi normal akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal bersama urin. Dalam kondisi tertentu asam urat tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal.Penyebabnya adalah produksi asam urat sangat tinggi sehingga ginjal tidak bisa mengatasi untuk mengeluarkannya (Safitri 2012). Faktor
sekunder
penyebab
asam
urat
antara
lain
mengkonsumsi makanan tinggi purin, alkohol dan obat-obatan kimia, dan
faktor penyakit pemicu asam urat. Mengkonsumsi makanan
tinggi purin dapat menaikan hasil samping dari metabolisme zat dalam darah yaitu asam urat.Alkohol mengandung purin sehingga memicu enzim tertentu didalam liver yang memecah protein dan menghasilkan lebih banyak asam urat dan alkohol juga menyebabkan pembuangan asam urat lewat urin terganggu sehingga asam urat tetap bertahan dalam darah. Demikian juga obat-obatan kimia bisa membantu menyembuhkan penyakit tetapi disisi lain sangat berbahaya bagi organ-organ vital dalam tubuh seperti ginjal dan liver serta organ lainnya. Faktor penyakit pemicu asam urat antara lain kelebihan berat badan, kelaparan atau mengkonsumsi makanan yang sangat rendah energi, karena ketika protein tubuh dipecah maka kadarasam urat akan meningkat secara dratis, penyakit ginjal, leukimia, dan psoriasis (Safitri 2012).
11
5. Komplikasi Kadar asam urat dalam darah yang tinggi berisiko menimbulkan berbagai macam komplikasi antara lain tekanan gagal ginjal, darah tinggi, batu ginjal, penyakit ginjal kronis, dan gagal jantung (Safitri 2012). 2.2Bekatul merah 2.2.1Definisi Bekatul merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan gabah menjadi beras. Pada proses tersebut terjadi pemisahan endosperma beras dengan bekatul yang merupakan lapisan yang menyelimuti endosperma (Suzana 1992 dalam utami 2010). Proses pertama hanya membuang sekam, menghasilkan beras pecah kulit terdiri atas bran (dedak dan bekatul), endosperem, dan embrio (lembaga). Setelah itu beras pecah kulit ini masih harus mengalami proses penyosohan 1-2 kali lagi sehingga menghasilkan beras sosoh , dedak dan bekatul (Alkaff 2008 dalam utami 2010). 2.2.2Komponen dalam bekatul merah yang berpotensi menurunkan kadara asam urat Komponen dalam bekatul merah yang berpotensi menurunkan kadara asam urat adalah flavonoid dan anthocyanin.Flavonoid memiliki banyak kegunaan seperti sebagai anti bakteri, antivirus dan anti mutagenik.Flavonoid juga diketahui berperan sebagai anti oksidan
12
kuat. Oleh karena itu, diet flavonoid dalam makanan akan menimbulkan dampak yang sangat menguntungkan bagi tubuh. Beberapa jenis flavonoid diketaui dapat menghambat kerja xantin oksidase (Nagao et al 1999 dalam utami 2010). Anthocyanin merupakan pigmen tumbuhan turunan dari flavonoid
Anthocyanin berperan dalam pewarnaan tanaman (biru,
ungu, dan merah). Warna anthocyanin dipengaruhi oleh pH. Anthocyanin akan berwarna merah pada keadaan asam, berubah menjadi biru sampai hitam bila pH naik dan akhirnya akan rusak dalam larutan alkali kuat (Manitto 1992 dalam utami 2010). Kandungan anthocyanin pada beras merah terdiri dari cyanidin 3-0glucoside,
peonidin
3-0-glucoside,
malvidin
3-0-glucoside,
pelagonidin 3-0-glucoside dan delphinidin 3-0-glucoside (Park et al 2008 dalam utami 2010). Athocyaninjuga dapat menghambat kerja xantin oksidase yang pada akhirnya menurunkan kadar asam urat(Haidari et al 2009 dalam Utami 2010).
13
2.3 Kerangka teori
-
-
-
Gout adalah senyawa sukar larut dalam air yang merupakan hasil akhir metabolisme purin. Kadar asam urat : laki – laki normal adalah 3,4 – 7,0mg/dl dan Pada wanita 2,4 –6,0 mg/dl Faktor-faktor yang mempengaruhi a. Faktor primer : genetik, ketidak seimbangan hormon, dan proses pengeluaran terganggu diginjal. b. Faktor sekunder : alkohol, konsumsi makanan tinggi purin, obat-obatan kimia dan faktor penyakit pemicu asam urat
-
-
Gambar 2.1 :Kerangka Teori Sumber : (Syukri 2007; Safitri 2012)
Bekatul Merah adalah hasil samping dari proses penggilingan gabah menjadi beras. Komponen bekatul : Protein, Lemak, Karbohodrat, Moisture, Mineral, Fosfor, Kalsium, kalium, magnesium, natrium, vitamin B¹, vitamin B², vitamin E, asam hikotin, Anthocyanin dan Flavonoids
14
2.4Kerangka konsep Pemberian bekatul merah
Pre kadar asam urat
Post kadar asam urat
Gambar 2.2 :Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis 2.5.1
Hipotesis Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi serta dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris (Nursalam 2008).
H0
: Tidak ada pengaruh bekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien dengan gout.
H1
: Ada pengaruhbekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien dengan gout.
15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan
penelitian
yang
digunakan
adalah
rancangan
quasi
eksperiment.Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok pembanding namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok perlakuan atau control (Sugiyono 2013). Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pre and post test without control (control diri sendiri). Pada desain penelitian ini, peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test. Adapun skema desain pre and post test without control sebagai berikut : R1
01
X1
X2
Gambar : 3.1 Keterangan : R1 : Responden penelitian perlakuan 1 01 : Pre test pada kelompok perlakuan X1 : Uji coba/ intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol X2 : post test setelah perlakuan Sumber : Dharma 2011
16
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah wiayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2013). Populasi adalah setiap objek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2008).Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh lansia yang tinggal di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta sejumlah 52 orang. 3.2.2 Sampel Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek peneliti melalui sampling (Nursalam 2008). Tehnik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnikSampling Purposive Sampling. Sampling Purposive Samplingadalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono 2009). Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah : Kriteria inklusi 1.
Lansia yang berusia 60 tahun keatas (laki-laki ataupun perempuan)
2.
Lansia dengan penderita gout
3.
Bersedia menjadi subjek penelitian
4.
Kooperatif
17
Kriteria eksklusi 1.
Lansia dengan IMT yang tidak ideal
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Kadipiro Banjarsari Surakarta pada bulan 30 Januari – 9 Februari 2014 3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Variabel
Definisi
(1) (2) Independen Pemberia Pemberian n bekatul makanan yang berupa kulit ari dari padisebaga i makanan yang dapat menurunka n kadar asam urat
Alat dan Hasil Ukur Cara Ukur (3) (4) Cara ukur : SOP Alat ukur : timbanga n.
Skala Ukur (5) 1.
Diberi bekatul
2.
Tidak bekatul
3.
diberi
Nominal
18
Variabel
Definisi
usia
Usia sseorang terhitung saat dilahirkan sampai meninggal.
Jenis kelamin
Perbedaan Lembar kelanin observasi antara lakilaki dan perempuan
Dependen Kadar Kadar asam urat asam urat dapat meningkat karena asupan purin yang berlebih.
Alat dan Hasil Ukur Cara Ukur Lembar 1. Rerata Responden observasi
Skala Ukur Interval
1. Laki-laki 2. Perempuan
Nominal
Mg/dl
Interval
Stik asam urat, alat cek asam urat.
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Penelitian Instrumen yang digunakan untuk intervensi penelitian adalah timbangan, sendok, panci dan gelas.Bekatul yang sudah dicairkan
19
dicampurkan dengan puding. Sedangkan instrumen pengumpulan data nilai asam urat berupa angka yang berasal dari hasil cek asam serta alat dokumentasi (buku dan bolpoin). 3.5.2 Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari studi pendahuluan pada lansia data tersebut dibagi menjadi 1 kelompok.Dilakukan pre test dan post test untuk mengetahui perubahan kadar asam urat sebelum dan setelah pemberian bekatul. Kadar asam urat diukur menggunakan uric acid meter. Pertama menyiapkan stik dan alat asam urat lalu menentukan lokasi jari yang akan dilakukan penusukan setelah itu dibersihkan dengan tupres alkohol, bendung darah dilokasi yang telah ditentukan, melakukan penusukan pada lokasi yang ditentukan lalu melakukan pengecekan dengan mendekatan alat pada darah yang keluar dari lokasi penusukan tadi agar darah masuk kestik. Ditunggu sampai mendapatkan hasilnya sambil ditekan bekas penusukan tadi sampai darah berhenti dan didokumentasikan hasilnya. Setelah didapatkan hasil kadar asam urat lansia diberikan makanan berupa puding yang dicampurkan dengan bekatul. Pemberianbekatul berupa cemilan diberikan disela siang hari dan sore hari. Setiap pemberian bekatul pada lansia diberikan 2X15gram sehari. Pemberian ini dilakukan selama 7 hari, pengecekan asam urat akan dilakukan pada awal sebelum pemberian bekatul dan setelah 7 hari diberikan bekatul. Pada hari ke 7 dilakukan pengecekan untuk mendapatkan hasilnya.
20
3. 6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1 Teknik Pengolahan Data Peneliti melakukan beberapa tahap dalam pengolahan data meliputi pengecekan data (editing), pemberian kode data (coding), pemprosesan data (entering), pengolahan data (tabulating) (Sugiyono 2013).
1.
Pengecekan data Dimasukan untuk mengevaluasi kelengkapan data yang dibutuhkan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan peneliti. Didapatkan saat penelitian data yang digunakan sudah lengkap dan sesuai kriteria data yang digunakan.
2.
Pemberian kode data Merupakan suatu metode untuk mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbul yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi yang dilakukan. Penelitian ini yang dilakukan coding adalah : a. Pemberian bekatul merah, kode 1 : 1.diberi bekatul, kode 2 : 2.tidak diberi bekatul b. Jenis kelamin kode 1 : 1.laki-laki, kode 2 : 2.Perempuan
3.
Pemprosesan data Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam data komputer,
kemudian
diproses
hingga
mendapatkan
hasilnya.
21
Diperoleh data tidak normal sehingga hasilnya harus dinormalitas data terlebih dulu. 4. Pengolahan data Keluaran hasil data merupakan hasil pengolahan data yang sudah diolah oleh komputer. Hasil pengolahan data ini disajikan dalam bentuk angka 3.6.2 Analisa Data Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif dengan menggunakan analisis uivariat dan bivariat. Pada penelitian ini menggunakan sistem komputer dalam perhitungan data. Adapun analisis yang digunakan sebagai berikut : 1. Analisa Univariat Analisa Univariat adalah analisa yang untuk melapor tiap variabel dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk tabulasi, minimum, maksimum dan mean dengan cara memasukan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel
(Notoadmodjo 2005).
Analisa univariat juga digunakan untuk menggambarkan nilai mean yang digunakan untuk data yang tidak dikelompokan ataupun data yang sudah dikelompokan, nilai median yang
22
merupakan nilai yang berada ditenggah dari suatu nilai atau pengamatan yang disusun , serta nilai modus yang digunakan untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi (Hidayat 2007). Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu data pribadi responden dalam penelitian ini meliputi kadar asam urat, umur dan jenis kelamin. Kadar asam urat termasuk dalam data numerik yang disajikan dalam mean, median dan standar deviasi. Umur menggunakan standar defiasi, nilai nilai maksimum dan nilai minimum. 2. Analisa bivariat Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Sebelum dilakukan analisa bivariat dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi normal atau tidaknya data, dalam penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah responden kurang dari 50 orang. Sehingga hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan nilai 0.214 dengan pvalue >0.05 sehingga data tidak normal. Sehingga analisa dilakukan dengan normal.
uji Wilcoxonkarena data berdistribusi tidak
23
3.7 Etika Penelitian Etika penelitian dalam penelitian ini antara lain : 3. 7 1
Informed consent Merupakan
bentuk
persetujuan
antara
peneliti
dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.Informed consent tersebut diberikan senelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dll (Hidayat 2007). 3. 7 2
Anonymity (tanpa nama) Masalah
etika
keperawatan
merupakan
masalah
yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat 2007).
24
3. 7 3
Kerahasiaan (confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat 2007).
25
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Panti Wreda Darma Bhakti Kasih Surakarta selama 7 hari .Data yang diperoleh selama penelitian di Panti Werdha Bhakti Kasih Surakarta, lansia memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian adalah 14 orang responden. Responden diberi puding bekatul merah setiap harinya dua buah puding dengan takaran 15 g selama 7 hari. 4.1 Analisa Univariat Karakter responden meliputi usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh. Variabel umur, jenis kelamin dan indeks massa tubuh dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi sedangkan usia dijelaskan menggunakan ukuran mean, median, maksimum, minimum, dan standar deviasi. 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.1 Karakteristik Responden Variabel
Mean
Usia
72.9
Median Mode Std.Deviatio Minimum Maximum 73
68
7.0
61
87
Tabel 4.1.1 diatas menunjukan rerata umur responden adalah 72.9 tahun dengan standar deviasinya 7.0.tahun
26
Tabel 4.1.2 karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Karakteristik Responden jenis kelamin
Frekuensi
Persentase(%)
laki-laki
3
21.4
Perempuan
11
78.6
Total
14
100
Tabel 4.1.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan 11 orang (78.6%). Tabel 4. 1.3 Kadar Asam Urat Sebelum Diberikan Bekatul Merah Kode
Kadar asam urat sebelum(mg/dl)
1
6.20
2
6.20
3
10.10
4
5.80
5
10.60
6
5.80
7
6.00
27
8
7.70
9
8.60
10
13.20
11
5.80
12
6.90
13
5.90
14
7.50
Hasil tabel 4.1.3menunjukan hasil kadar asam urat sebelum diberikan bekatul merah. Nilai tertinggi dari kadar asam urat sebelum perlakuan 13.20 mg/dl dan nilai terrendah dari asam urat sebelum perlakuan adalah 5.80 mg/dl.
Tabel 4.1.4 Kadar Asam Urat Sesudah Diberikan Bekatul Merah Kode
Kadar asam urat sesudah(mg/dl)
1
5.30
2
5.90
3
8.40
4
4.00
5
8.60
6
4.80
7
4.40
28
8
5.90
9
7.50
10
8.60
11
5.10
12
5.40
13
4.60
14
6.00
Tabel 4.1.4menunjukan hasil dari kadar asam urat sesudah diberikan bekatul merah. Nilai tertinggi dari kadar asam urat sesudah perlakuan adalah 8.60 mg/dl dan nilai terrendah dari kadar asam urat sesudah perlakuan adalah 4.0 mg/dl. 4.1.5 Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Diberikan Bekatul Variabel pre post
Mean 7.59 6.04
Median Mode Std.Deviatio Minimum
Maximum
6.55
5.8
2.27
5.80
13.20
5.65
5.9
1.59
4.0
8.60
Tabel 4.1.5 Menunjukan bahwa hasil dari pengecekan kadar asam urat sebelum dilakukan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan ada penurunan kadar asam urat. Hasil rerata pre 7.59 mg/dl dengan standar deviasi 2.27 mg/dl dan post 6.04 mg/dl dengan standar deviasi 1.59 mg/dl.
29
4.2 Analisis Bivariat 4.2.1 Uji Normalitas Data Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi Shapiro-Wilk Statistic
Df
Sig.
Pre
.803
14
.005
Post
.879
14
.056
logpre
.844
14
.019
logpost
.919
14
.214
Variabel pre (kadar asam urat sebelum diberi bekatul merah )memiliki nilai p value shapiro wilk sebesar 0.005 dan variabel post (kadar asam urat sesudah diberikan bekatul merah) memiliki p value shapiro wilk sebesar 0.056. Suatu variabel dikatakan normal jika nilai probabilitas hasil pengujian lebihdari 0.05. Variabel pre tidak berdistribusi normal sedangkan variabel post berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas menghasilkan variabel yang tidak normal sehingga harus ditransformasi data terlebih dahulu untuk menormalkan distribusi data yang tidak normal. Hasil data yang sudah ditransformasi didapatkan pre p value 0.019 dan pre p value 0.214. Variabel pre masih tidak berdistribusi normal dan variabel post berdistribusi normal, sehingga perhitungan uji t berpasangan tidak dapat dilakukan. Sehingga untuk
30
mengatasi hal tersebut uji statistik yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik wilcoxon.
4.2.2 Pengujian Statistik Nonparametrik Uji Wilcoxon Tabel 4.5 Pengujian Statistik Nonparametrik Uji Berpasangan Wilcoxon N
Median
Rerata ± s.d.
Ρ
0.001
(minimum-maksumum) Kadar asam urat sebelum diberi perlakuan
14
6.55 (5.80 – 13.20)
7.59 ± 2.27
Kadar asam urat setelah diberi perlakuan
14
5.65 (4.00 – 8.60)
6.04 ± 1.60
Hasil dari pengujian statistik nonparametrik uji wilcoxon pada Tabel 4.5 menyatakan bahwa dimana nilai signifikan 0.001 (p<0.05) maka dapat disimpulkan ada pengaruh bekatul merah terhadap kadar asam urat.
31
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Usia Hasil responden berdasarkan usia, rerata terserang asam urat adalah diatas 60 tahun yaitu 72.9 tahun. Hal ini sependapat dengan teori yang dikemukakan Tjokroprawiro. Penyakit asam urat merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai pada laki-laki usia antara 30-40 tahun, sedangkan pada wanita umur 55-70 tahun, insiden wanita jarang kecuali setelah menopause (Tjokroprawiro, 2007). Asam urat banyak menyerang pria, namun setelah usia 50 tahun wanita juga beresiko tinggi terkenna asam urat ( Diantri dan Candra 2013). 5.1.2 Jenis Kelamin Pada penelitian dilapangan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa jenis kelamin perempuan yang paling banyak menderita asam urat disebabkan karena perempuan sudah mengalami menopause. Presentase kejadian asam urat pada wanita lebih rendah dari pria. Walaupun demikian, kadar asam urat pada wanita meningkat pada saat menopause. Diperkirakan asam urat akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh dan 10% dialami wanita setelah menopause karena gangguan hormon estrogen. (Diantri 2012). Menurut Wilson dkk (2006), hormon estrogen berperan dalam merangsang perkembangan
32
folikel yang mampu meningkatkan kecepatan proliferasi sel dan menghambat keaktifan sistem pembawa pesan kedua siklus adenosinmonofosfat (cAMP). cAMPsendiri diduga dapat mengaktifkan enzim protein kinase yang mempunyai fungsi mempercepat aktivitas metabolik, diantaranya metabolism purin. Jika penyakit ini menyerang wanita, maka pada umunya wanita yang menderita adalah wanita yang sudah menopause. Pada wanita yang belum menopause, memiliki kadar hormon estrogen yang cukup tinggi. Pada wanita kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen membantu meningkatkan ekresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause kadar asam urat meningkat seperti pada pria (Wilson dkk, 2006). 5.2 Kadar Asam Urat Sebelum Perlakuan Pada hasil yang didapatkan dari pasien yang menderita asam urat pada penelitian didapatkan rerata kadar asam urat sebelum perlakuan adalah 7.5 mg/dl. Sehingga kondisi tersebut dapat dikatakan terkena asam urat. pada kondisi kadar asam urat tinggi dimana kadar asam urat pada padalaki – lakinormal adalah 3,4 –7,0mg/dl dan Padawanita 2,4 –6,0 mg/dl (Wilson dkk, 2006).Jadi dapat dilihat bahwa responden memiliki kadar asam urat melebihi batas normalnya. Kadar asam uratjuga tegantung pada beberapa faktor antara lain konsumsi makanan yang tinggipurin, berat badan, jumlah alkohol yang diminum,obat diuretik atau analgetik, faalginjal dan volume urin perhari (Krisnatuti,2008).Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi asam urat adalah
33
makanan yang dikonsumsi, umumnya makanan yang tidak seimbang (asupan protein yang mengandung purin terlalu tinggi) (Utami, 2009). 5.3 Kadar Asam Urat Sesudah Perlakuan Pada hasil yang didapatkan dari pasien yang menderita asam urat pada penelitian didapatkan rerata kadar asam urat sesudah perlakuan adalah 6.0 mg/dl. Sehingga kondisi tersebut dapat dikatakan pada kondisi kadar asam urat normal. dimana kadar asam urat pada padalaki –lakinormal adalah 3,4 –7,0mg/dl dan Padawanita 2,4 –6,0 mg/dl (Wilson dkk, 2006).Jadi dapat dilihat bahwa responden memiliki kadar asam urat dalam batas normal. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi asam urat turun adalah dengan diet rendah purin, rendah lemak, rendah protein, tinggi karohidrat, pantang alcohol, dan banyak minum (Syukri, 2007) hasil penelitian lain menunjukan pemberian bekatul merah yang mengandung flavonoid dan anthocyanin yang mempunyai efek hipourisemik sebagai penurun kadar asam urat dalam darah(Utami 2010).
5.4 Pengaruh Bekatul Merah Terhadap Kadar Asam Urat Hasil yang didapatkan dari statistik nonparametrik uji wilcoxon adalah p value 0.001 yang artinya ada pengaruh bekatul merah dapat menurunkan kadar asam urat. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Utami(2010) diperoleh kesimpulan bahwa bekatul merah berkhasiat menurunkan kadar asam urat pada mencit. Bekatul beras merah mengandung senyawa flavonoid dan anthocyanin yang dikenal dapat menurunkan kadar asam urat
34
darah. Flavonoid memiliki banyak kegunaan seperti antibakteri, antivirus, dan anti mutagenetik, serta berperan serta sebagai antioksidan kuat. Antochyanin merupakan pigmen tumbuhan turunan dari flavonoid. Kandungan antochyanin pada beras hitam terdiri dari cyanidin 3-0-glucoside, peonidin 3-0-glucoside, malvidin 3-0-glucoside, pelagonidin 3-0-glucoside, dan delphinidin 3-0glucoside (Park et al 2008 dalam Borkie 2010).) Berdasarkan penelitian antochyanin dapat menghambat kerja xantin oksidase yang akhirnya menurunkan kadar asam urat (Haidari et al dalam Utami 2010). Antochyanin merupakan pigmen alami pada tanaman yang larut dalam air dan mewakili senyawa
flavonoid.
Banyak
penelitian
telah
membuktikan
bahwa
antochyaninbersifat antioksidan alami, menyumbang sebuah elektron negatif pada peroxyl radical yang yang terbentuk sepanjang rentetan peroksidasi lipid (Kowalczyk et al, 2003 dalam Borkie 2010).
5.5 Keterbatasan Penelitian 1. Pada penelitian ini responden merasa bosan bila diberikan bekatul merah dalam bentuk puding saja. 2. Bekatul memiliki bau yang tidak enak jadi harus di berikan rasa yang bisa menghilangkan sedikit bau tidak enak tersebut 3. Bekatul bila dicampurkan dengan puding coklat akan memberikan rasa kental sehingga membuat responden tidak enak untuk memakannya sehingga harus di beri rasa buah untuk menghilangkan rasa tidak enak itu.
35
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 6.1.1 Rerata usia responden yang mengalami asam urat berusia 72.9 tahun dan responden paling banyak adalah perempuan. 6.1.2 Hasil kadar asam urat sebelum perlakuan diperoleh nilai rerata 7.59 mg/dl. 6.1.3 Hasil kadar asam urat sesudah perlakuan diperoleh nilai rerata 6.04 mg/dl. 6.1.4 Hasil penelitian diperoleh data p value 0.001 dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian bekatul merah terhadap kadar asam urat pada pasien gout. Dengan rerata kadar urat sebelum perlakuan adalah 7.5 mg/dl dan rerata kadar asam urat sesudah perlakuan adalah 6.0 mg/dl.
6.2 Saran 6.2.1 Manfaat bagi masyarakat
36
Hasil penelitian ini memberikan informasi dan masukan khususnya pada masyarakat mengenai penanganan pada lansia yang mengalami asam urat dengan bekatul merah untuk menurunkan kadar asam urat.
6.2.2 Manfaat bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya menggembangkan program dalam rangka meningkatkan kesehatan gizi dengan bekatul merah sebagai salah satu cara yang dapat menurunkan kadar asam urat. 6.2.3 Manfaat bagi profesi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi dalam menangani lansia yang mengalami asam urat dengan bekatul merah dapat menurunkan kadar asam urat. 6.2.4 Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam penelitian selanjutnya seperti memberikan bekatul merah dalam variabel lain seperti roti dan minuman dan bisa menghilangkan sedikit bau tidak enak pada bekatul merah serta bisa memberikan rasa yang enak saat dimakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkaff M.20008,tips sehat dengan bekatul,http://rabitah.net/in/posting.php?id=41 (24 desember 2013) Ariyanti R, Nurcahyani Wahyuningtyas dan Arifah sri wahyuni 2007, “Pengaruh pemberian infusa daun salam (Eugenia polyantha Wight) terhadap penurunankadar asam uratdarah mencit putih jantanyang diinduksi dengan potasium oksonat”, Volume 8, No. 2. Burkie V.K,2010, “Efek Hepatoprotektif Seduhan Bekatul Beras Hitam (Oryza sativa L. Japonica) pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol Dosis Toksik”,S1 kedokteran, Universitas sebelas maret, Surakarta Dharma, KK 2011, Metodelogi Penelitian Keperawatan, Trans Info Media, Jakarta Diantari,E, Candra, A 2013,’Pengaruh asupan purin dan cairan terhadap kadar asam urat pada wanita usia 50-60 tahun di kecamatan gajah mugkur semarang”, Journal of Nutrition College, vol. 2, no. 1, hal. 44-49. Festy, P, Anis, R, Aris, A 2010, ‘Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Daerah Pada Wanita PostmenopauseDi PosyanduLansiaWilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya’, diakses 27 Desember 2013. Haidari F, Mohammad S.M, keshavarz S.A, Rashidi M.R 2009.Inhibitor effects of tart cherry (prumus cerasus) juice on xanthine oxsidoreduktase activiti and its hypouricemic and antioxsidant efects on rats. Mal J Nurt.15(1): 53-64. Hidayat, A 2007, Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta Krisnatuti, Diah, dkk, (2008),Perencanaan Menu Untuk Penderita Asam Urat, Penebar Swadaya, Jakarta. Kutzing, M.K & Firestein, B.L., 2008, Altered Uric Acid Levels and Disease States, The Journal Of Manitto P. 1992 Biosintesis Produk Alam,. Semarang : IKLP Semarang Press, pp : 448-9. Nagao A, Seki M, Kobayashi 1999,Inhibition of Xanthine Oxidase by Flavonoids, Blosci Blotechnol Biochem 63(10:1787-90)
2
Notoadmodjo, S 2005,Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan , Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta. Sacher, Ronald, dkk, (2004),Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, ECG, Jakarta. Safitri,A 2012, deteksi dini gejala pencegahan dan pengobatan asam urat, 1, pinang merah, Yogyakarta Sugiyono 2013, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Sukma, LN, Zackiyah, Gumilar, GG 2010, ‘Pengkayaan Asam Lemak Tak Jenuh pada Bekatul Dengan Cara Fermentasi Padat Menggunakan Aspergillus Terreus Suzana L. 1992,Mempelajari Substitusi Parsial Dedak Padib(Bekatul) terhadap Tepung Terigu (Tritinum Vulgare), sebagai Sumber Dietary Fiber dan Nlasin dalam Pembuatan Roti manis dan Biskuit Sylvia, Anderson, dkk, (2006),Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ECG, Jakarta Syukri M, 2007, “Asam Urat dan Hiperuresemia”, Volume 40 Tjokroprawiro, Askandar, dkk, (2007),Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Airlangga University press, Surabaya Utami, Prapti, dkk, (2009),Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik, Agromedia Pustaka, Jakarta Utami, D 2010, “Perbandingan efek hipourisemik ekstrak bekatul beras hitam dengan allopurinol pada tikus putih yang diinduksi kafein”, Universitas sebelas maret, Surakarta Xia M, Ling W.H, Ma J, Kitts D.D, Zawistowski, 2003, Supplementation of diets with the black rice pigment Fraction Attenuates atheroselerotic Plaque Formation in Apolipoprotein I Deficient Mice, The American Society for Nutritional Seiences J, Nutr. 133:744-51