PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR BENTUK SISWA KELAS IIID SDN 165 PEKANBARU Murniati1, Zariul Antosa2, Damanhuri Daud3 Abstract The background of the problem in this research is the process of learning is still dominated by the teacher so that students accept what teachers and students do not understand how the actual drawing steps, resulting in poor students draw shapes exactly or similar to its original form, for it action research needs to be done with the application of Model Contextual Teaching and Learning (CTL) to improve the ability to draw shapes IIID grade students of SDN 165 Pekanbaru. Subjects in this study were 165 grade IIID SDN Pekanbaru academic year 2011/2012 the number of students 34. The research was conducted in two cycles, the first cycle performed twice second cycle was also conducted two meetings. Data collection instrument in this study is the observation sheet student, teacher observation sheet, rubric assessment process and outcome assessment rubric. The study is in the form of classroom action research (CAR), which aims to improve the ability to draw in class IIID grade students of SDN 165 Pekanbaru. material to draw shapes. These results indicate that the application of learning models CTL can improve the ability to draw shapes IIID grade students of SDN 165 Pekanbaru. At baseline only 15 students were able to draw with the average value of 61 and a percentage of 44.11%. In the first cycle of students who are able to draw up as many as 21 people, an increase of 17.64%. Further increases in the second cycle over again that students are able to draw as many as 28 people out of 34 students increased 20.58%. This shows that the application of the model CTL can improve the ability to draw shapes IIID SDN165 Pekanbaru. Keywords: Model, Contektual Teaching and Learning (CTL), Capability PENDAHULUAN Pendidikan dapat dilakukan berbagai jalur formal maupun non formal. Kegiatan pendidikan tidak akan berdiri sendiri karena kegiatan pendidikan selalu bersangkut paut dengan berbagai hal sebagai berikut: a. pendidikan adalah interaksi sosial b. Sekolah adalah kelompok sosial c. Sekolah adalah terkait dengan lembaga pendidikan dan d. Sekolah berpungsi sebagai lembaga pendidikan bagi masyarakat, Menurut Oswald kulpe seni terdiri dari dua bagian yaitu: Pertama seni visual (visual arts) yang mewujudkan karya-karya yang terdiri dari karya seni dwi-matra seperti lukisan dan gambar serta karya seni trimatra seperti patung dan artistektur. Salah satu contoh karya seni dwi-matra yaitu penulis mengambil contoh menggambar bentuk. Pengertian menggambar bentuk adalah kegiatan untuk mewujudkan kesan dari suatu bentuk benda yang dilihat atau yang diamati. Kegiatan ini bertujuan untuk menggambar wujud benda yang menduduki suatu tempat atau ruangan. Hasilnya Footnote: 1. Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805132304, e-mail
[email protected] 2. Dosen pembimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail
[email protected] 3. Dosen pembimbing II, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail damanhuridaud rocketmail
diharapkan menampilkan kesan realistis (natural), yaitu kesan yang mirip seperti bentuk benda (model) sebenarnya, menggambar bentuk memerlukan objek nyata dari benda di sekitar anak dan dunia nyata anak. Tipologi karya gambar anak dapat dibedakan: a) Tipe Visual yaitu anak yang mempunyai ketajaman menghayati sesuatu melalui indera penglihatannya, sehingga karya gambar yang dibuatnya cendrung didasarkan pada kesamaan bentuk yang dilihat atau yang dihayatinya, b) Tipe Haptic (non visual), yaitu anak yang mempunyai kepekaan atau ketajaman perasaan atau mata hatinya, sehingga gambar yang dibuatnya cenderung didasarkan atas ekspresi atau reaksi emosionalnya dan bukan berdasarkan hasil penglihatan indera matanya. Mengingat begitu pentingnya pembelajaran seni rupa di sekolah dasar untuk mengembangkan kesanggupan berkarya maupun pengetahuan seni rupa dan mengembangkan pribadi anak. Oleh karena itu penulis mengambil masalah tentang menggambar bentuk sebab materi ini mengalami permasalahan. Sesuai dengan permasalahan dibawah ini : Berdasarkan observasi peneliti dikelas IIID SD Negeri 165 Pekanbaru pada tahun 2011/2012. Masalah yang timbul pada menggambar yaitu: Anak kurang mampu menggambar bentuk benda secara tepat/ mirip dengan bentuk yang aslinya. Hal ini terlihat pada saat peserta didik diminta untuk menggambar sebagian besar peserta didik tersebut belum mengerti bagaimana sebenarnya langkah-langkah menggambar karena mereka pada mata pelajaran SBK hanya diisi dengan menggambar bebas dan bernyanyi lagu-lagu nasional, yaitu pada data awal siswa yang mampu dalam menggambar hanya 15 orang dari 34 siswa dan nilai rata-rata kelas 61, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Data awal kemampuan siswa dalam menggambar bentuk pada siswa kelas IIID SDN 165 Pekanbaru Interval 84%-100% 64%-83% 44%-63% 24%-43% Jumlah Rata-rata nilai Kategori Ketuntasa kelasikal Keterangan
Kategori Sangat mampu Mampu Kurang mampu Tidak mampu
Jumlah siswa 0 15 17 2 34 61 Kurang mampu 15 Siswa (44,11%) Tidak Mampu
Persentase 0% 44,11% 50% 5,89%
Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam menggambar bentuk masih dalam kategori kurang mampu. Sebab pada data awal ini proses pembelajaran peneliti hanya menjelaskan cara menggambar lalu lansung merintahkan siswa untuk menggambar bentuk tanpa memberikan contoh terlebih dahulu yaitu bagaimana cara menggambar yang benar dan tidak membimbing siswa dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk melihat kemampuan siswa dalam menggambar pada data awal.
Page 2
Penulis berharap dengan Penerapan model pembelajaran CTL bisa meningkatkan kemampuan menggambar bentuk siswa kelas IIID SDN 165 Pekanbaru, karena pembelajaran CTL. Adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan stuasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu penulis ingin melakukan suatu penelitian tindakan kelas sebagai upaya dalam perbaikan terhadap kemampuan mengambar pada mata pelajaran SBK dengan judul “ Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan kemampuan menggambar bentuk siswa kelas IIID SDN 165 Pekanbaru” Apakah Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat Meningkatkan Kemampuan Menggambar Bentuk Siswa Kelas IIID SDN 165 Pekanbaru ? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menggambar bentuk siswa kelas IIID SDN 165 Pekanbaru. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalahnya, maka peneliti ini bertujuan menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kemampuan Menggambar Bentuk Siswa Kelas IIID SDN 165 Pekanbaru. 1. Bagi Siswa : Untuk meningkatkan kemampuan menggabar bentuk dikelas IIID SDN 165 Pekanabaru 2. Bagi Guru
: Meningkatkan kemampuan guru untuk menciptakan proses pembelajaran efektif dan efisien
3. Bagi Sekolah
: Meningkatkan prestasi sekolah yang dapat dilihat dari kemampuan menggabar bentuk
4. Bagi Peneliti
: Hasil penelitian ini nantinya akan menjadi landasan berpijak dalam rangka penelitian dengan rangkap lebih luasa
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 165 Pekanbaru, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2012. Subjek penelitian siswa kelas IIID sebanyak 34 siswa terdiri dari 19 laki-laki dan 15 siswi perempuan. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran 2. Teknik tes menggambar untuk mengetahui kemampuan menggambar 3. Penilaian proses dan hasil menggambar untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menggambar bentuk dari data awal, siklus I dan siklus II
Page 3
Untuk teknik analisis data teknik yang digunakan sebagai berikut: Teknik analisis data tentang aktivitas guru dan siswa Data yang diperoleh dapat diukur dari lembar observasi guru dan siswa dan data diolah dengan rumus : P= Arikunto (dalam Julia 2011:23) P = Persentase keterlaksanaan pembelajaran F = Jumlah nilai aspek tahapan pembelajaran yang diamati N = Jumlah skor aspek tahapan pembelajaran maksimal(aktivitas yang diamati dikali skala penilaian) Tabel 3.2
Interval dan Kategori Aktivitas Guru Interval
Kategori
81,25 - 100 62,5 - 81,25 43,75 - 62,5 25 – 43,75
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Tabel 3.3 Interval dan Kategori Aktivitas Siswa Interval Kategori 81,25 % - 100 % Sangat baik 62,5 % - 81,25% Baik 43,75% - 62,5% Cukup 25 % - 43,75% Kurang
Penilaian Kemampuan Siswa Penilaian kemampuan siswa pada menggambar bentuk. Digunakan rumus sebagai berikut: 1. Penilaian Proses Nilai= x 60 (KTSP, 2007: 369) 2. Penilain Hasil Nilai= x 40 (KTSP, 2007: 369) Keterangan : SP = Skor prolehan SM = Skor maksimal
Page 4
Tabel 3.4 Interval dan katagori kemampuan siswa Interval Katagori 84% – 100% Sangat mampu 64 %– 83% Mampu 44 %– 63% Kurang mampu 24% -43% Tidak mampu
3. Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai apabila 85% dari seluruh siswa yang menguasai materi pembelajaran dengan maksimal skor 65. Untuk mengetahui persentase ketuntasan klasikal siswa dapat digunakan rumus: KK=
KTSP 2007(dalamWiji 2011:36)
Keterangan : KK :Persentase ketuntasan belajar secara klasikal JT: Jumlah siswa yang mampu JS : Jumlah seluruh siswa HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tindakan yang dilakukan pada peneltian ini adalah penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran SBK. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu: Tahap Persiapan. Instrumen penelitian yang telah dipersiapkan terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari analis standar isi, silabus, RPP Untuk 4 kali pertemuan, Instrumen pengumpulan data terdiri dari lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, lembar penilaian proses dan hasil. Disini peneliti mengimformasikan model pembelajaran yang digunakan adalah Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan materi pokok menggambar bentuk. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 28 April 2012 selama 2 jam pelajaran (2x30 menit) pada jam pelajaran ke 3 dan 4, dengan materi menggambar bentuk 34 orang siswa Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu 05 Mei 2012 selama dua jam pelajaran (2x30 menit) jam pelajaran ke 3 dan ke 4, dengan materi menggambar bentuk. Pada pertemuan kedua ini menggambar itik dengan menampakkan objek alam sekitar Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberikan appersepsi yaitu berupa pertanyaan mengenai materi dan guru mengawali menggambar itik dengan membuat pola, dilanjutkan kebentuk sketsa dan dari sketsa guru mengembangkan menjadi seekor itik yang sedang berenang, selanjutnya siswa membuat gambar
Page 5
sesuai dngan dengan contoh guru dipapan tulis. Guru membimbing dan mengarahkan siswa selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlansung, kemudian guru melakukan tindak lanjut dengan merancang perbaikan tindakan pada pertemuan selanjutnya dan menutup pelajaran Refleksi Siklus I Dari hasil pengamatan observer selama pelaksanaan siklus I dengan 2 kali pertemuan terlihat sebagian siswa masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Ada siswa yang tidak mau mengikuti aktivitas sesuai dengan yang dianjurkan guru. Selanjutnya dari hasil diskusi peneliti dengan observer, untuk siklus I dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa peneliti sudah melakukannya dengan baik. Namun pada saat mendemonstrasikan pengetahuan, langkah-langkah yang dilakukan kurang dimengerti oleh siswa. Untuk selanjutnya peneliti diharapkan dapat memotivasi siswa sehingga siswa mau melakukan langkah-langkah yang dilakukan guru dengan benar. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2012 selama 2 jam pelajaran (2x30 menit) jam pelajaran ke 3 dan ke 4, dengan materi menggambar bentuk yaitu menggambar ayam dengan menampakkan objek alam sekitar Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberikan appersepsi yaitu berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi ajar setelah itu guru mendemonstrasikan cara menggambar ayam, guru mengawali dengan membuat pola dilanjutkan dengan merubah bentuk pola ke sketsa dari sketsa guru mengembangkan menjadi gambar seekor ayam yang berada direrumputan kecil. Selanjutnya siswa meniru gambar yang dibuat guru dipapan tulis. Kemudian guru melakukan tindak lanjut dengan merancang perbaikan tindakan pada pertemuan selanjutnya dan menutup pelajran. Pertemuan Keempat Pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 30 menit) jam pelajaran ke 3 dan ke 4 dengan materi menggambar bentuk, melanjutkan pembelajaran pertemuan ketiga yang belum selesai yaitu siswa sulit dalam mebuat pola ayam dan guru mendemontrasikan lagi cara menggambar ayam. Kemudian guru melakukan tindak lanjut dengan merancang perbaikan pada pertemuanselanjutnya dan menutup pelajaran. Refleksi siklus II Untuk siklus kedua sudah lebih baik dari siklus pertama kelas sudah terkendali yaitu dalam proses pembelajaran kelas sudah aman dan tenang dan sudah lebih aktif dalam proses pembelajaran Pengamatan aktivitas guru Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru berpedoman pada RPP yang telah dibuat. Diawal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, merapikan tempat duduk siswa dan mengabsen kehadiran siswa setelah itu dilanjutkan dengan memberikan appersepsi berupa pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran,
Page 6
kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menyampaikan materi pembelajran secara umum. Dan guru bertanya kepada siswa bagian manakah yang sulit pada materi menggambar dan guru membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran berlansung. Pengamatan aktivitas siswa Pada awal kegiatan pembelajran, siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajran. Siswa memulai pembelajaran dengan mengingat dan menyebutkan ciri-ciri hewan peliharaan berkaki dua dan selanjutnya menggambar hewan secara tepat/mirip dengan wujud aslinya dan guru membimbing dan mengarahkan siswa selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlansung. Analisis Deskripsi tentang Hasil Penelitian yaitu: Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Data hasil observasi siklus I dan siklus II tentang aktivitas guru pada materi menggambar bentuk dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4.9 Perbandingan Aktivitas guru Selama Proses Pembelajaran Pada Penerapan Model Cotektual Teaching and Learning (CTL) Siklus I dan II No
1
2
3 4
Aspek Guru yang diamati
Tahap invitasi Meminta siswa mengingat hewan peliharaan berkaki dua serta menyebutkan ciri-cirinya Tahap eksplorasi Membentuk pola hewan peliharaan berkaki dua yang akan digambar Tahappenjelasan dan solusi Mengembangkan sketsa hewan peiharaan berkaki dua secara bertahap Tahappengambilantindakn Membuat contoh gambar hewan peliharaan berkaki dua Jumlah skor Skor Maksimum Persentase Kategoti
Siklus I 1
Siklus II Pertemuan ke 2 3 4
3
2
3
4
2
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
12 16 75% Baik
13 16 81,25% Baik
14 16 87,5% SB
15 16 93,75 SB
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa secara umum aktivitas guru selama empat kali pertemuan mengalami peningkatan. Pada aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dengan jumlah skor 12 dan persentase75% meningkat pada pertemuan kedua dengan jumlah skor 13 dan persentase 81,25% Kemudian Aktivitas guru pada siklus II juga mengalami peningkatan dari pertemuan pertama
Page 7
dengan jumlah skor 14 dan persentase 87,5% meningkat pada pertemuan kedua dengan jumlah skor 15 dan persentase 93,75%, dengan kategori sangat baik Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajran Data hasil observasi tentang siswa pada siklus I dan II dengan materi menggambar Bentuk dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 4,11 Perbandingan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Pada Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL). Siklus I dan II Siklus I
No
Aspek Siswa yang Diamati 1
1 2 3 4
Siklus II
Tahap invitasi Mengingat hewan peliharaan berkaki dua serta menyebutkan cirri-cirinya yang dipinta oleh guru Tahap eksplorasi Memperhatikan bentuk pola hewan peliharaan berkaki dua yang telah digambar oleh gutu Tahap penjelasan dan solusi Memperhatikan dan mengembangkan sketsa hewan peliharaan berkaki dua Tahap pengambilan tindakan Memperhatikan dan membuat gambar hewan peliharaan berkaki dua Jumlah skor Skor Maksimum
Pertemuan ke 2 3
4
2
2
2
3
1
3
2
3
2
2
4
4
4
4
4
4
9 16
11 16
14 16
Persentase
56,25%
68,75%
Kategori
C
B
12 16 75 % B
87,5% SB
Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa disetiap pertemuan pertama hingga pertemuan keempat. Pada pertemuan pertama aktivitas siswa kategori cukup, ini terlihat dari jumlah skor 9 dengan persentase yang diperolaeh sebanyak 56,25%. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa meningkat dengan jumlah skor 11 dan persentase 68,75% pada pertemuan ketiga aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dengan jumlah skor 12 dan persentase 75 dan pada pertemuan keempat aktivitas siswa sudah sangat baik dan sesuai dengan perencanaan, terlihat dari jumlah skor yang didapat yaitu 14 dan persenatse 87,5%,dengan kategori sangat baik Hasil Kemampuan Siswa Peningkatan aktivitas siswa dan guru sangat berpengaruh pada peningkatan kemampuan siswa pada menggambar bentuk dengan objek alam. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa aktivitas guru dan aktivitas siswa mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat mengalami peningkatan. Sehingga kemampaua siswa pada menggambar bentuk juga semakin meningkat.
Page 8
Peningkatan kemampuan siswa pada siklus pertama hingga siklus kedua dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.13 Hasil Kemampuan Siswa Dalam Menggambar Bentuk Pada Data Awal , Siklus I dan Siklus II URAIAN Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata Kelas Persentase
DATA AWAL 2071
SIKLUS I 2273
SIKLUS II 2544
61
67
74,82
44,11%
61,76%
82,35%
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa kemampuan siswa pada menggambar bentuk dari data awal, siklus pertama hingga kesiklus kedua. Pada data awal nilai rata-tara kelas 61 kemudian pada siklus I nilai rata-rata kelas 67 meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas 74,82. Peningkatan kemampuan siswa pada menggambar bentuk dari data awal 44,11% hingga siklus I meningkat sebesar 61,76%, Siklus I hingga siklus II meningkat sebesar 82,35%. Berdasarkan hasil analisis data siklus I dan siklus II maka penerapan model pembelajaran CTL dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan beberapa hal seperti: Peningkatan Aktivitas Guru Pada lembar pengamatan aktivitas guru, pada siklus I rata-rata peningkatan aktivitas guru adalah 78,12% (baik) mengalami kenaikan pada siklus II dengan rata-rata 90,62% ( sangatbaik). Peningkatan Aktivitas Siswa Pada lembar pengamatan aktivitas siswa, dari siklus 1 rata rata peningkatan siswa adalah 62,50% (cukup) mengalami kenaikan pada siklus ke II menjadi 81,25% (baik). Peningkatan Kemampuan Siswa Dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran CTL. Cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar bentuk. Hal ini terlihat dari data awal hanya 15 orang yang mampu menggambar dari 34 orang. Kemudian setelah diterapkan model pembelajaran CTL. pada materi menggambar bentuk, kemampuan siswa meningkat. Dilihat dari data awal siswa yang mampu menggambar hanya 15 orang dengan persentase 44,11%. Siklus pertama dengan jumlah siswa yang mampu 21 orang mengalami peningkatan 17,64 (6176%) dari siklus I ke siklus II jumlah siswa yang mampu 28 orang dan jumlah siswa yang belum mampu 6 orang dan mengalami peningkatan sebesar 20,58 (82,35%). Jadi kemampuan siswa dalam penelitian ini dari siklus pertama dan siklus kedua meningkat dari data awal.
Page 9
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan dan saran sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan menggambar bentuk siswa kelas IIID SDN 165 Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan data awal, siklus I dan siklus II. Kemampuan siswa yang semakin meningkat. Pada data awal siswa yang mampu dalam menggambar hanya 15 orang dari 34 siswa dengan persentase 44,11%, pada siklus I jumlah siswa yang mampu menggambar meningkat menjadi 21 orang, mengalami peningkatan sebesar 17,64% dan pada siklus II siswa yang mampu menggambar menjadi 28 orang dari 34 siswa terjadi peningkatan 20,58%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) efektif dalam meningkatkan kemampuan menggambar bentuk kelas IIID SDN 165 Pekanbaru Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Guru model Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pelaksanaan pembelajaran 2. Kepada Siswa kelas IIID hendaknya membiasakan mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya terutama dalam menggambar sedini mungkin sebagai pengembangan bakat anak sekolah dasar. 3. Kepada peneliti yang berminat menindaklanjuti penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan hasil penelitiannya dalam ruang lingkup yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. (2003) . Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Reneka Cipta. Arikunto, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarata : Bumi Aksara. Djamrah.dkk. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Humardani, Haryana. Dkk. (2010).Seni Budaya dan Keterampilan.Surakarta : Grahadi. Indahan, Zely. (2012) Teknik Menggambar Menggunakan Pencil. Jakarta : Shira Media. Komalasari, kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung : Refik Aditama. Tumurang , Hetty. (2006). Pembelajaran Kreativitas Seni Anak Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas. Trianto. (2007) Pembelajaran Inovatif. Surabaya : Prestasi Pustaka.
Page 10
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Bandono, MM. (2008). . (Forum Diskusi http: //bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextualteaching-and-learning-ctl.php). (13 Maret 2012) Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar.Jakarta : Depdiknas
Page 11