PENERAPAN GUIDED INQUIRY DIPADU PROJECT BASED LEARNING BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X LINTAS MINAT BIOLOGI SMA NEGERI 2 MALANG Utaria Mutasam, Herawati Susilo, Eko Sri Sulasmi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5 Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran, keterlaksanaan Lesson Study (LS) dan peningkatan hasil belajar siswa kelas X lintas minat biologi SMAN 2 Malang. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas menggunakan model dari Kemmis and Mc. Taggart yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus, tiap siklus dengan 3 pertemuan dan 2 LS. Hasil penelitian adalah persentase keterlaksanaan Guided Inquiry dipadu Project Based Learning (PjBL) pada siklus I-III berturut-turut 78%, 92,5% dan 100% dengan kriteria baik dan sangat baik. Keterlaksanaan LS pada siklus I-III termasuk kriteria sangat terlaksana, rerata keterlaksanaan tahap plan, do dan see secara berturut-turut adalah 94%, 94% dan 92%. Hasil belajar kognitif siswa kategori tuntas meningkat dari siklus I-III berturut-turut sebanyak 39%, 76% dan 94% dari total 33 siswa. Peningkatan rerata nilai hasil belajar afektif pada siklus I-III berturut-turut 64, 78 dan 95 dengan kriteria cukup, baik dan sangat baik. Peningkatan rerata nilai hasil belajar psikomotor pada siklus I-III berturut-turut 78, 97 dan 95 dengan kriteria baik dan sangat baik. Kesimpulan penelitian bahwa penerapan Guided Inquiry dipadu PjBL berbasis LS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X lintas minat biologi SMAN 2 Malang. Kata Kunci: Lintas Minat, Guided Inquiry, Project Based Learning, Lesson Study, Hasil Belajar. ABSTRACT: The research is intended to describe the implementation of the learning model, Lesson Study (LS), the improvement of learning results of 10 th grade students in Biology crosscurricular class of SMAN 2 Malang. This research is Classroom Action Research employed Kemmis and Mc. Taggart’s model which consists of four steps namely, planning, acting, observing, and reflecting. This research was conducted in 3 cycles with each cycle held 3 meetings and 2 lesson studies. The result of research regarding the implementation of Guided Inquiry combined with Project Based Learning (PjBL) from 1 st cycle through 3rd cycle showed that the percentages of the implementation consecutively were 78%, 92.5%, and 100%, which were categorized into good and excellent criteria. The implementation of the LS from 1 st cycle through 3rd cycle were categorized into highly implemented category with the average of plan, do, and see steps consecutively were 94%, 94% and 92%. The students’ cognitive learning results were categorized as complete and increased consecutively from 1 st cycle through 3rd cycle namely 39%, 76% and 94%. The increase of students’ affective learning results from 1 st cycle through 3rd cycle consecutively were 64 with fair category, 78 with good category, and 95 with excellent category. The increase of psychomotor learning results in 1st cycle was 78 with good category then had an increase in 2nd cycle to 97 with a slight decrease in 3rd cycle to 95, however, it was still categorized into good category. In conclusion, it could be perceived that the implementation of Guided Inquiry combined with PjBL based on LS was able to improve learning results of 10 th grade students in biology cross-curricular class of SMAN 2 Malang. Keywords: Cross-Curricular, Guided Inquiry, Project Based Learning, Lesson Study, Learning Results.
PENDAHULUAN Siswa merupakan subjek dalam pembelajaran yang memiliki hak untuk memilih matapelajaran sesuai dengan minatnya. Hak siswa difasilitasi oleh Kurikulum 2013 yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih matapelajaran dari kelompok peminatan lain (Lintas Minat). Berdasarkan Permendikbud No.64 Tahun 2014, lintas minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi perluasan pilihan minat, bakat dan/atau 1
kemampuan akademik siswa dengan orientasi penguasaan kelompok matapelajaran keilmuan di luar pilihan minat. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015 hasil belajar di kelas X lintas minat biologi SMA Negeri 2 Malang tergolong rendah. Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) dari 33 orang siswa, seluruhnya berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni di bawah nilai 75. Alternatif pemecahan masalah yang dianggap cocok untuk mengatasi kendala tersebut adalah menerapkan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran Guided Inquiry memiliki karakter membantu mengembangkan kemampuan proses kognitif dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Model pembelajaran Guided Inquiry menurut Slameto (1991) lebih menekankan pada proses kognitif saja, sedangkan model pembelajaran PjBL dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor melalui kegiatan pembuatan proyek yang dilakukan oleh siswa. Model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan motivasi, kemampuan pemecahan masalah, kolaborasi dan meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Model pembelajaran PjBL menurut Suryobroto (2009) membuat siswa yang memiliki kelemahan mengumpulkan data saat percobaan sering mengalami kesulitan, namun dalam pelaksanaan Guided Inquiry guru akan menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup banyak pada siswa dalam melakukan kegiatan sehingga siswa tidak akan mengalami kesulitan. Jika kedua model pembelajaran tersebut dipadukan, diharapkan dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran di kelas X lintas minat biologi SMA Negeri 2 Malang. Hasil belajar siswa kelas X lintas minat biologi diharapkan mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat terjadi seiring dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran di dalam kelas dapat ditingkatkan dengan melaksanakan kegiatan Lesson Study (LS). Prinsip utama LS adalah peningkatan kualitas pembelajaran secara bertahap dengan belajar melalui pengalaman sendiri dan orang lain dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, perlu untuk dilaksanakan sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan Guided Inquiry Dipadu Project Based Learning berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Lintas Minat Biologi SMA Negeri 2 Malang”. METODE Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif-kuantitatif. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Model penelitian adalah model Kemmis and Mc. Taggart yang terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang tergabung menjadi sebuah siklus. Penelitian dilaksanakan selama 3 siklus dengan masing-masing siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan dan 2 kali LS. Sebelum melaksanakan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan pra-penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-April 2016. Penelitian dilaksanakan di kelas X lintas minat biologi SMA Negeri 2 Malang. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X lintas minat biologi SMA Negeri 2 Malang tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 33 orang
2
siswa, terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan tes. Analisis data dilaksanakan selama dan setelah penelitian meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran, lembar monitoring LS, dan soal tes akhir siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Guided Inquiry dipadu Project Based Learning di Kelas X Lintas Minat Biologi SMA Negeri 2 Malang Keterlaksanaan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL pada siklus I hingga siklus III berturut-turut sebesar 78% dengan kriteria baik, 92,5% dengan kriteria sangat baik dan 100% dengan kriteria sangat baik. Persentase keterlaksanaan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL dapat dilihat dalam Gambar 5.1 berikut.
Persentase (%)
100
92,5100
78
50 0 Sangat Kurang
Kurang SIKLUS I
Sedang Kriteria SIKLUS II
Baik
Sangat Baik
SIKLUS III
Gambar 5.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Siklus I-III
Faktor pendukung keterlaksanaan model pembelajaran pada penelitian ini yaitu siswa antusias dalam mengikuti tahapan pembelajaran khususnya tahap mengerjakan berbagai macam proyek meliputi pembuatan proyek awetan basah, herbarium, video dan magic book. Faktor penghambat keterlaksanaan model pembelajaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Saat pertemuan awal, siswa belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL berbasis LS. 2. Berdasarkan catatan lapangan dari para observer masih ada beberapa siswa yang kurang fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Manajemen waktu yang kurang baik dari peneliti saat pertemuan awal sehingga ada beberapa sintaks model pembelajaran yang belum terlaksana. Model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Trianto (2010) yang menyatakan bahwa salah satu fungsi dari model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran, pemilihan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh materi yang akan diajarkan, tujuan pembelajaran dan tingkat kemampuan siswa. Model pembelajaran sangat penting untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran setiap harinya.
3
Setiap model pembelajaran yang diterapkan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Manfaat yang didapatkan dari memadukan model pembelajaran Guided Inquiry dan PjBL dalam penelitian ini adalah untuk meminimalisir kekurangan yang ada pada kedua model pembelajaran dan untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran di dalam kelas sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Perpaduan antara model pembelajaran Guided Inquiry dan PjBL dapat dilaksanakan dengan kriteria baik dan sangat baik di kelas X lintas minat biologi SMA Negeri 2 Malang. b. Keterlaksanaan Lesson Study di Kelas X Lintas Minat Biologi SMA Negeri 2 Malang Keterlaksanaan Lesson Study pada siklus I hingga siklus III termasuk kriteria sangat terlaksana dengan rerata keterlaksanaan tahap plan, do dan see secara berturut-turut dari ketiga siklus adalah 94%, 94% dan 92%. Hasil monitoring dari keterlaksanaan LS dapat dilihat pada Gambar 5.2. 100
Persentase (%)
98 96 94 94 94 92 92 90 88 Sangat Terlaksana
Terlaksana
Cukup Terlaksana Plan
Do
Kurang Terlaksana
Sangat Kurang Terlaksana
See
Gambar 5.2 Persentase Rerata Keterlaksanaan Lesson Study Siklus I-III
Tahap plan terlaksana dengan rerata persentase keterlaksanaan dari siklus I hingga siklus III sebesar 94% termasuk dalam kriteria sangat terlaksana. Kegiatan dalam tahap plan ini adalah tim LS merencanakan semua hal yang akan dilaksanakan dalam tahap do. Kegiatan yang dilakukan tim LS dalam tahap plan sudah sesuai dengan pernyataan dari Syamsuri & Ibrohim (2008) yang menyatakan bahwa hasil dari kegiatan perencanaan antara lain RPP yang di dalamnya memuat skenario atau langkah pembelajaran secara detail dan operasional dan perangkat pembelajaran lainnya. Tahap do terlaksana dengan rerata persentase keterlaksanaan dari siklus I hingga siklus III sebesar 94% termasuk dalam kriteria sangat terlaksana. Kegiatan dalam tahap do ini adalah tim LS melaksanakan rencana berupa RPP yang telah disusun dalam tahap plan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Anggara & Chotimah (2012:199) yang menyatakan bahwa dalam tahap pelaksanaan ini ada dua kegiatan utama yakni kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama dan kegiatan observasi yang dilakukan oleh guru lain yang bertindak sebagai observer atau pengamat.
4
Tahap see terlaksana dengan rerata persentase keterlaksanaan dari siklus I hingga siklus III sebesar 92 % termasuk dalam kriteria sangat terlaksana. Kegiatan dalam tahap see ini adalah tim LS melaksanakan kegiatan refleksi tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap see yang dilakukan oleh tim LS ini sesuai dengan pendapat dari Anggara & Chotimah (2012:199) yang menyatakan bahwa dalam tahap see dilakukan dalam bentuk diskusi, diikuti oleh seluruh peserta LS dan dipandu oleh seorang ketua. Kegiatan LS yang dilakukan pada penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran biologi khususnya pada kelas X lintas minat biologi di SMA Negeri 2 Malang. Tahap see LS pada penelitian ini memiliki persentase keterlaksanaan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tahap plan dan tahap do, hal ini disebabkan saat pelaksanaan tahap see, salah satu dari anggota tim LS sering tidak mengikuti kegiatan see LS hingga akhir dan harus meninggalkan diskusi terlebih dahulu karena urusan tertentu. Hal ini mengakibatkan aspek keterlaksanaan tahap see tidak dapat terlaksana seluruhnya. Jadi, sangat dibutuhkan komitmen yang tinggi dari semua anggota tim LS untuk melaksanakan seluruh aspek dari tahap plan, do dan see secara bersama-sama. Beberapa manfaat dari kegiatan LS yang telah dilaksanakan diantaranya sebagai berikut. 1. Kegiatan LS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. 2. Tim LS secara kolaboratif dapat menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif melalui kegiatan LS. 3. Kegiatan LS dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui masukan dan saran yang diberikan oleh tim LS pada saat pelaksanaan kegiatan LS tahap See.
Persentase (%)
c. Peningkatan Hasil Belajar melalui Penerapan Model Pembelajaran Guided Inquiry dan Project Based Learning Berbasis Lesson Study Hasil belajar siswa kelas X lintas minat biologi SMA Negeri 2 Malang melalui penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL berbasis LS mengalami peningkatan. Hasil belajar kognitif siswa termasuk dalam kategori tuntas meningkat dari siklus I hingga siklus III berturut-turut sebanyak 39%, 76% dan 94% dari total 33 siswa. Peningkatan hasil belajar kognitif selama siklus I-III terangkum dalam Gambar 5.3. 100
76
61
39
94 24
6
0 SIKLUS I
SIKLUS II Tuntas
SIKLUS III
Tidak Tuntas
Gambar 5.3 Persentase Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus I-III
Peningkatan hasil belajar kognitif pada penelitian ini dapat terjadi melalui penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL. Hal ini didukung
5
Retata Nilai
oleh pernyataan dari Karyatin (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran Guided Inquiry berbasis kegiatan laboratorium dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan hasil belajar kognitif ini merupakan salah satu tolak ukur suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Hal senada juga diungkapkan oleh Jagantara, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa penerapan model PjBL dapat meningkatkan hasil belajar ini disebabkan PjBL menuntut aktivitas siswa dalam melakukan beragam keterampilan yaitu mengelola proyek, mengelola waktu, mengorganisasi, bekerja dalam kelompok, melakukan penelitian, dan memecahkan masalah dalam dunia nyata. Panca indera siswa sangat dilibatkan dalam kegiatan tersebut sehingga sangat mendukung dikuasainya konsep dengan lebih mudah dan bertahan lama dalam ingatan siswa sehingga hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan rerata nilai hasil belajar afektif pada siklus I-III berturut-turut yakni 64 dengan kriteria cukup, 78 dengan kriteria baik dan 95 dengan kriteria sangat baik. Berikut merupakan grafik persentase peningkatan hasil belajar ranah afektif siswa pada siklus I-III tertera dalam Gambar 5.4. 100 50
95
78
64
0 Siklus I
Siklus II Kurang
Cukup
Baik
Siklus III Sangat Baik
Gambar 5.4 Peningkatan Rerata Nilai Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa pada Siklus I-III
Peningkatan hasil belajar ranah afektif pada penelitian ini dapat terjadi dengan penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL. Ranah afektif siswa diukur dengan menggunakan lembar pengamatan sikap spiritual dan sosial pada setiap pertemuan. Adapun aspek sikap sosial yang diamati meliputi sikap jujur, disiplin dan bertanggungjawab. Secara umum siswa sudah menunjukkan sikap jujur dalam melaksanakan praktikum maupun dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, siswa telah menunjukkan sikap disiplin dan bertanggungjawab yang sudah dilakukan dengan sangat baik dalam proses pembelajaran untuk mencapai pemahaman konsep. Peningkatan rerata nilai hasil belajar psikomotor pada siklus I sebesar 78 dengan kriteria baik menjadi 97 dengan kriteria sangat baik pada siklus II namun mengalami penurunan pada siklus III menjadi 95 dengan kriteria sangat baik. Berikut merupakan grafik persentase peningkatan hasil belajar ranah psikomotor siswa pada siklus I-III tertera dalam Gambar 5.5.
6
Rerata Nilai
100 50
97
78
95
0 Siklus I
Siklus II Kurang
Cukup
Baik
Siklus III Sangat Baik
Gambar 5.5 Peningkatan Rerata Nilai Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siswa pada Siklus IIII
Peningkatan hasil belajar ranah afektif dan psikomotor pada penelitian ini dapat terjadi dengan penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL. Siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry akan terlibat aktif dalam kegiatan perolehan konsep sehingga peran guru sebagai fasilitator tidak memberitahu siswa secara langsung mengenai konsep tersebut. Rasa keingintahuan siswa menjadi sangat tinggi dan aktif dalam bertanya maupun menyampaikan pendapat. Siswa juga ditekankan untuk bersikap jujur, disiplin dan bertanggungjawab dalam pembelajaran di dalam kelas. Kemampuan psikomotor siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini disebabkan siswa pada setiap siklusnya semakin terbiasa dengan kegiatan praktikum yang dilaksanakan. Hal ini didukung oleh penelitian dari Zahara (2011) dan penelitian dari Eka, dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif dan psikomotor siswa dengan kriteria baik. Kelas X lintas minat biologi SMA Negeri 2 Malang tergolong kelas yang memiliki hasil belajar yang rendah. Rendahnya hasil belajar di kelas tersebut dapat diperbaiki dengan penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL berbasis LS. Perbaikan hasil belajar terlihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor dari siklus I-III. Berbagai kendala dalam pembelajaran biologi khususnya pada kelas X lintas minat sangat perlu untuk dilakukan perbaikan sehingga masih sangat diperlukan untuk melakukan penelitian tindakan kelas lainnya terutama penelitian untuk kelas lintas minat. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut. 1 Keterlaksanaan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL pada siklus I hingga siklus III berturut-turut sebesar 78% dengan kriteria baik, 92,5% dengan kriteria sangat baik dan 100% dengan kriteria sangat baik. 2 Keterlaksanaan Lesson Study pada siklus I hingga siklus III termasuk kriteria sangat terlaksana dengan rerata keterlaksanaan tahap plan, do dan see secara berturut-turut dari ketiga siklus adalah 94%, 94% dan 92%. 3 Hasil belajar siswa kelas X lintas minat biologi SMA Negeri 2 Malang melalui penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dipadu PjBL berbasis LS mengalami peningkatan. Hasil belajar kognitif siswa termasuk dalam kategori tuntas meningkat dari siklus I hingga siklus III berturut-turut
7
sebanyak 39%, 76% dan 94% dari total 33 siswa. Peningkatan rerata nilai hasil belajar afektif pada siklus I-III berturut-turut yakni 64 dengan kriteria cukup, 78 dengan kriteria baik dan 95 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan rerata nilai hasil belajar psikomotor pada siklus I sebesar 78 dengan kriteria baik menjadi 97 dengan kriteria sangat baik pada siklus II namun mengalami penurunan pada siklus III menjadi 95 dengan kriteria sangat baik. Saran Berikut ini adalah beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya perbaikan kegiatan belajar mengajar terutama dalam pembelajaran biologi. 1. Guru biologi hendaknya lebih sering memadukan model pembelajaran yang dianggap cocok. 2. Guru biologi hendaknya memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan seluruh kegiatan LS. 3. Sangat perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas lainnya terutama penelitian untuk kelas lintas minat. DAFTAR RUJUKAN Anggara, R. & Chotimah, U. 2012. Penerapan Lesson Study Berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru PKn SMP Se-Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Forum Sosial. 5 (02). Eka, R.P., Yuanita L. & Suyono. 2014. Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Sifat Koligatif Larutan. Jurnal Pena Sains. 1 (02). Jagantara, I. M. W., Adnyana, P.B. & Widiyanti, N. P. M. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.Program Studi IPA. Vol.4. Karyatin. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII-4 di SMPN 1 Probolinggo. Jurnal Pendidikan Sains. 1 (2). Slameto. 1991. Belajar dan Fakor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Bina Karya. Suryobroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Syamsuri, I. & Ibrohim. 2008. Lesson Study:Studi Pembelajaran. Malang: FMIPA UM. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Zahara, L. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Modern Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Educatio. 6 (02).
8