Penerapan Bentler And Speckart Model dalam Keputusan Pembelian Pakaian Bekas Angga Adya Virano Alumni Fakultas Ekonomi UKSW Winarto Jangkang Research Institute-Bali Roos Kities Andadari Dosen Fakultas Ekonomi UKSW Abstract To look closely at consumer behaviour is one of the vital points in marketing world. Knowing how consumer reactions about the product, reaction when they used it until their evaluation after consume it making this information can become one of the critical judgements toward the success of a product in society. This research wants to look second hand cloth consumer behaviour with using Bentler and Speckart model. In this model which is a development model from Theory of Reasoned Action has 5 main variable to look closely at consumer behaviour that is Past Behaviour (PB), Attitude Behaviour (AB), Subjective Norms (SN), Buying Intentions (BI), and Buying (B). This variable will be measured using semantic differential scale and regression to see is there any influence of PB, AB and BI (main variable that can straight influence) to B. From this research result known to appear that Attitude Behaviour was not influence Buying (B) a second hand clothes. Keywords: consumer behaviour, bentler and speckart, semantic differential scale
Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar barang bekas (fleamarkets) di beberapa kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta dsb) menjadi menarik untuk dipelajari. Bagaimana tidak, berbagai jenis barang yang bagi kebanyakan orang sudah tidak terpakai lagi atau bahkan seringkali dianggap layaknya sampah, justru menjadi komoditi utama untuk diperdagangkan. Bila kita mengacu pada sejarah, keberadaan pasar barang bekas sebetulnya sudah ada di Indonesia sejak tahun 1960an, dibuktikan dengan keberadaan pasar Klithikan yang berada di jalan Mangkubumi, Yogyakarta. Pasar tersebut masih berdiri hingga kini, bersanding dengan mewahnya department store atau mall yang marak menghiasi kota Yogyakarta. Di Indonesia, produk garmen (pakaian) dewasa ini telah menjadi komoditi utama pasar barang bekas, justru di beberapa daerah dapat kita temui unit usaha yang khusus menjual barang bekas berupa pakaian, entah itu bekas pakai, cacat pabrik sampai sisa import. Namun, tentu saja kesinambungan usaha menjadi mustahil tanpa didukung oleh antusiasme masyarakat terhadap produk yang ditawarkan. Sebab selama ini, masih banyak juga warga 1
Indonesia yang beranggapan bahwa produk-produk bekas tidak mampu bersaing secara mutu dengan produk yang baru. Padahal membeli atau menggunakan barang bekas dapat menjadi jawaban alternatif untuk menyiasati rendahnya daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berpijak pada situasi dilematis di atas, maka perlu diadakan sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen untuk mengetahui tanggapan masyarakat yang sebenarnya terhadap produk pakaian bekas, dari faktor-faktor yang mendorong minat mereka untuk membeli/melakukan pembelian hingga bagaimana mereka mengevaluasi produk tersebut. Karena perilaku itu sendiri merupakan sebuah proses yang pasti dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Dengan melihat perilaku konsumen, diharapkan penelitian ini dapat mengetahui persepsi kosumen, sekaligus menjawab bagaimana sikap masyarakat guna memunculkan minat membeli ataupun memakai pakaian bekas. Penelitian ini mengacu pada model ”Bentler dan Speckart”, yang merupakan pengembangan dari ”Theory of Reasoned Action Model ”biasa digunakan untuk meneliti perilaku konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi suatu produk maupun merk tertentu. Model Bentler dan Speckart ini menunjukkan adanya hubungan positif antara Perilaku Lampau (PL), Sikap (S), dan Minat Berperilaku (dalam penelitian ini merupakan Minat Beli) (MB) terhadap Perilaku Sekarang. Ketiga variabel tersebut juga dapat mempengaruhi Keputusan Pembelian secara langsung. Penelitian ini merupakan penelitian pasca beli oleh karena itu dalam penelitian ini Perilaku Sekarang adalah Keputusan Pembelian (KP) produk pakaian bekas yang dilakukan konsumen.
Persoalan dan Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada model Bentler dan Speckart (pengembangan Theory of Reasoned Action Model), maka persoalan penelitian yang muncul kali ini adalah sebagai berikut (1) Bagaimanakah perilaku lampau masyarakat dalam membeli pakaian bekas? (2) Bagaimanakah sikap masyarakat dalam membeli pakaian bekas? (3) Bagaimanakah minat masyarakat dalam membeli pakaian bekas? (4) Apakah faktor perilaku lampau, sikap dan minat dapat berpengaruh secara kuat terhadap keputusan pembelian (pembelian nyata) pada masyarakat dalam membeli pakaian bekas? Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perilaku lampau dari masyarakat dalam membeli pakaian bekas (2) mengetahui sikap masyarakat dalam membeli pakaian bekas (3) mengetahui minat masyarakat dalam membeli pakaian bekas dan
mengetahui pengaruh
perilaku lampau, sikap dan minat dari masyarakat dalam keputusan pembelian secara kuat. 2
Theory of Reasoned Action Teori ini juga biasa disebut reasoned action model, merupakan model perilaku konsumen yang membahas kaitan antara sikap, minat berperilaku, dan perilaku di samping faktor lain seperti norma subyektif. Gambar 1
Secara garis besar teori ini menyatakan bahwa minat berperilaku merupakan fungsi dari evaluasi keseluruhan tentang sikap terhadap perilaku, ditambah keyakinan tentang pengharapan dari orang penting (kelompok referen) lain terhadap perilaku seperti itu yang kemudian ditimbang dengan motivasinya untuk menuruti pengharapan-pengharapan tersebut (norma subyektif). Subjective norms refer to perceive social pressure to take or not to take action/behavior. Or a social factor that reflects the perceived social pressure to do or not to do the action/behavior. Subjective norms can be measured directly by evaluating consumer opinion towards what those close to them think of this action/behavior, for instance: family, peer group or friend. (Dharmmesta, 1992)
Daya prediksi dari theory of reasoned action terlihat pada sebab-akibat yang menggambarkan bahwa perilaku pembelian kosumen terprediksi dari minat membeli, yang terbentuk melalui suatu proses keputusan yang rasional dan terberitahu. Dengan kata lain, model ini memberi asumsi adanya perkiraan yang akurat tentang pilihan spesifik dari konsumen. Model Bentler dan Speckart merupakan pengembangan dari theory of reasoned action dengan menambahkan variabel perilaku lampau pada theory of reasoned action. Variabel ini menjadi penting untuk ditambahkan karena pada saat ketidakmampuan seseorang untuk mengakses Sikap, maka Perilaku Lampau (frekuensi) akan menjadi faktor yang berperan. Dengan kata lain perilaku lampau merupakan prediktor perilaku pada saat 3
determinan kognitif tidak efektif (Dharmmesta, 2000; Sihombing, 2003). Variabel perilaku lampau ini digambarkan dalam bentuk tingkat frekuensi atau seberapa sering seseorang menggunakan / mengkonsumsi suatu produk ataupun merk tertentu. Secara konseptual model ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2
Dari model di atas secara konsep dapat dijelaskan bahwa Perilaku I (Lampau), Sikap dan Norma Subyektif satu sama lain dapat saling mempengaruhi. Sikap dapat mempengaruhi Perilaku II (Sekarang) baik secara tidak langsung melalui Minat Berperilaku maupun secara langsung terhadap Perilaku II (Sekarang), sedangkan Norma Subyektif hanya dapat mempengaruhi Perilaku II (Sekarang) secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap Minat Berperilaku. Dimana, Perilaku I (Lampau) dapat mempengaruhi Perilaku II (Sekarang) baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap Minat Berperilaku. Model Bentler dan Speckart ini merupakan model penelitian perilaku pasca beli. Oleh karena itu responden yang digunakan adalah mereka yang pernah membeli. Dengan demikian, secara sederhana model ini bertujuan untuk memprediksi perilaku mereka yang pernah membeli atau memprediksi minat membeli bagi mereka yang sudah pernah membeli.
Perilaku Lampau Perlunya dimasukkan variabel Perilaku Lampau pada TRA dapat didasarkan pada saat ketidakmampuan seseorang untuk mengakses sikap, maka perilaku lampau (frekuensi) akan menjadi faktor yang berperan. Dengan kata lain, perilaku lampau merupakan prediktor perilaku pada saat determinan kognitif tidak efektif. Variabel perilaku lampau ini digunakan dengan melihat tingkat frekuensi dan keseringan pada seseorang dalam membeli / memilih suatu produk ataupun merk (Sihombing 2003). Namun dalam perkembangannya, variabel 4
purchase frequency ini tidak hanya melihat frekuensi pembelian saja tapi juga tingkat familiaritas dan sebagainya.
Sikap Sikap merupakan salah satu konsep yang penting yang digunakan pemasar dalam memahami konsumen. Sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, obyek dan ide-ide tidak berwujud tertentu (Mowen 2002). Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia adalah sifat diferensialnya, artinya suatu stimulasi yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk reaksi yang sama dari individu. Suatu reaksi yang sama juga belum tentu timbul akibat adanya stimulus yang serupa (Azwar et al 1988). Adapun sikap secara umum mempunyai 3 komponen utama, yaitu: •
Kognitif - Keyakinan seseorang mengenai suatu obyek;
•
Afektif - Perasaan seseorang terhadap obyek, seperti baik / buruk;
•
Perilaku - Kesiapan seseorang untuk berperilaku tanggap terhadap suatu obyek.
Minat Beli Minat beli atau keinginan yaitu dorongan kuat yang ditimbulkan dalam diri seseorang setelah menyaksikan, mendengar atau membaca pesan untuk mencoba atau membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan (Kasali 1992). Rhenald Kasali dalam bukunya mengungkapkan bahwa minat beli atau keinginan beli yaitu suatu dorongan kuat yang ditimbulkan dari dalam diri seseorang setelah menyaksikan, mendengar, atau membaca pesan untuk mencoba atau membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan (Kasali, 1992). Secara spesifik dikatakan bahwa minat merupakan bagian dari komponen konatif, (salah satu komponen penting pembentuk sikap). Dalam teori mengenai sikap, dikenal sebuah teori yang menjelaskan kaitan antara minat beli dengan pembelian aktual, yaitu theory of reason action. Diperoleh sebuah asumsi, jika semakin tinggi minat membeli maka dapat di duga semakin besar pula peluang konsumen tersebut untuk membeli. Dalam penelitian ini diharapkan konsumen mempunyai minat yang kuat dalam membeli produk pakaian bekas.
Keputusan Pembelian Prasetijo dan Ihalauw (2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decision unit) baik individu, kelompok, ataupun organisasi membuat keputusan-keputusan atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya. Keputusan pembelian didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana konsumen membuat keputusan dan melakukan pembelian nyata. Dengan adanya keputusan pembelian tersebut 5
maka konsumen kemudian melakukan pembelian nyata. Pembelian nyata merupakan saat dimana konsumen sudah membayar atau membuat keputusan untuk membeli suatu produk pada waktu tertentu dan jumlah tertentu. Dengan menggunakan pengembangan reasoned action model pada penelitian ini, maka keputusan pembelian merupakan variabel dependen yang nantinya akan dipengaruhi oleh variabel lain yaitu perilaku lampau, sikap dan minat beli.
METODE PENELITIAN Model Bentler dan Speckart merupakan model penelitian pasca beli oleh karena itu yang menjadi populasi dalam penelitian kali ini adalah konsumen yang pernah membeli produk pakaian bekas. Dan sebagai sampelnya adalah konsumen yang pernah membeli produk pakaian bekas di Semarang dan DKI Jakarta. Sampel ini didapat dengan mengunjungi unit-unit usaha yang menjual pakaian bekas antara minggu ke 1 s/d minggu ke 3 pada bulan Juli 2008
Sampling, Sizing dan Prosedur Pengumpulan Data Survey dilakukan pada unit usaha penjualan pakaian bekas namun karena tidak adanya daftar populasi dari para konsumen pakaian bekas, maka survey dilakukan di kota Semarang dan DKI Jakarta. Kedua tempat ini dipilih sebagai tempat penelitian karena peneliti lebih familiar
dengan
kedua
tempat
tersebut
sehingga
lebih
memudahkan
proses
pencarian/pengumpulan data teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode convenience sampling. Besaran jumlah sampel (sizing) ditentukan diambil sebanyak 100 orang. Data dalam penulisan penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner yang berisi sikap (tanggapan) responden terhadap pakaian bekas, faktor-faktor yang mendorong minat beli, frekuensi pembelian, hingga keputusan pembelian yang dilakukan responden.
Model Penelitian Untuk menganalisa perilaku lampau, sikap dan minat konsumen terhadap keputusan pembelian produk pakaian bekas, menggunakan model Bentler dan Speckart, maka model penelitian kali ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3
6
Untuk menggambarkan hubungan beberapa variabel yang menggambarkan pengaruh faktor Perilaku Lampau, Sikap dan Minat terhadap Keputusan Pembelian dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai berikut:
Dengan,
KP
: Keputusan Pembelian
S
: Sikap
PL
: Perilaku Lampau
MB
: Minat Beli
βo
: Konstanta
β1-3
: Koefisien Regresi
ε
: error
Oleh karena itu berdasarkan model di atas, terdapat 4 variabel yang akan diukur dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah Perilaku Lampau, Sikap, Minat Beli, dan Keputusan Pembelian. Varibel Perilaku Lampau, Sikap, Minat Beli. Keempat variabel tersebut berpijakan pada indikator operasionalitas konsep, seperti terlihat pada tabel 1. Keseluruhan variabel diatas akan diukur menggunakan skala perbedaan semantik (semantic differential scale). Skala ini menggunakan label bipolar berinterval 1 untuk jawaban terendah / terburuk dan 7 untuk jawaban tertinggi / terbaik. Sementara pengukuran interval menggunakan kriteria: Dimana:
I
= interval
Max
= Nilai jawaban tertinggi, yaitu 7
Min
= Nilai jawaban terendah, yaitu 1
K
= Klasifikasi yang hendak dibuat, yaitu 5
Hasil Penelitian dan Analisis Bagian ini akan menjawab persoalan penelitian yang telah dikemukakan kemudian akan dianalisa berdasarkan data dan teknik analisis yang digunakan.
Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian ini menggunakan uji validitas korelasi bivariate dengan melihat skor masingmasing indikator dalam sebuah kategori dengan rata-rata total skor untuk tiap kategori. Berdasarkan nilai Pearson correlation disamping dapat disimpulkan bahwa semua data dikatakan valid dan dapat digunakan untuk diuji pada tahap selanjutnya.
7
Tabel 1
Kemudian, suatu pengukuran dikatakan reliabel bila koefisien Cronbach’s Alpha, lebih dari batas minimal 0,70 (Hair et al. dalam Latuheru, 2004). Dengan pengolahan 100 data responden menggunakan software SPSS 12.0 for Windows. Menghasilkan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,900 (diatas 0,70) sehingga alat ukur ini tidak diragukan lagi keandalannya.
Perilaku Lampau Jika dilihat pada tabel 3, masyarakat mempunyai tingkat frekuensi pembelian yang cukup (terletak antara 3.4 s.d 4.6). Ini berarti bahwa dalam membeli produk pakaian bekas rata-rata responden telah membeli lebih dari satu kali. Namun dengan frekuensi pembelian yang tidak berlebihan. Demikian pula dengan tingkat familiaritas, jika dilihat pada tabel di atas, tingkat familiaritas mempunyai skor 3.64, yang juga berarti cukup (terletak antara 3.4 s.d 4.6). Hal ini menandakan bahwa masyarakat membeli pakaian bekas ini sudah berlangsung cukup lama, sehingga membeli / mengkonsumsi pakaian bekas ini ternyata bukanlah merupakan suatu hal yang asing / baru bagi mereka. Tabel 2
Sikap Jika dilihat pada tabel 4, secara keseluruhan variabel Sikap mempunyai total skor 20.43, dengan menggunakan 1-7 semantic scale, maka akan didapat total skor maksimum adalah 28 dan total skor minimum adalah 4. Jika dibagi ke dalam5 kategori maka akan didapat range sebagai berikut: sangat kuat (skor 28 s.d 23.2), kuat (23.2 s.d 18.4), cukup (18.4 s.d 13.6), lemah (13.6 s.d 8.8) dan sangat lemah (8.8 s.d 4). Dengan demikian secara keseluruhan responden mempunyai sikap yang positif terhadap pakaian bekas. Dari hasil itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa rata-rata responden mempunyai sikap yang positif selama membeli pakaian bekas (semua skor terletak pada range 4.6 s.d 5.8 yang berarti kuat). Secara 8
keseluruhan membeli barang bekas merupakan hal yang berguna untuk mereka (skor 5.46), berguna disini dapat disimpulkan bahwa mereka membeli barang bekas bukan merupakan suatu hal yang sia-sia, walaupun tingkat kepuasannya tidak terlalu tinggi (4.84), namun mereka beranggapan membeli barang bekas merupakan kegiatan yang menyenangkan (5.06) dan merupakan suatu hal yang baik (5.07). Tabel 3
Minat Beli Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 orang responden, mereka memberikan skor 5.19 untuk menggambarkan derajat minat mereka dalam membeli pakaian bekas (lihat tabel 5). Menurut kategori yang telah ditentukan skor ini tergolong dalam kategori kuat (terletak pada range 4.6 s.d 5.8). Dengan demikian rata-rata responden dalam penelitian ini mempunyai minat yang besar dalam membeli pakaian-pakaian bekas. Selain itu, variabel ini juga melihat kemungkinan responden untuk melakukan pembelian ulang dan pembelian dalam waktu dekat. Dengan memilih alternatif jawaban mulai dari setuju -tidak setuju responden diberikan pertanyaan apakah dengan evaluasi dan minat yang ada mereka kemudian akan membeli pakaian bekas. Dan skor yang didapat untuk sub -variabel ini sebesar 4,95 yang berarti kuat. Hal ini menandakan bahwa responden akan membeli pakaian bekas lagi di waktu yang akan datang. Sementara untuk melakukan pembelian dalam waktu dekat rata-rata total skor yang didapat adalah 3,50 (cukup) yang menandakan bahwa responden mungkin akan melakukan pembelian dalam waktu dekat dengan pertimbangan -pertimbangan tertentu. Tabel 4
Pengaruh Perilaku Lampau, Sikap dan Minat Beli terhadap Keputusan Pembelian. Model Bentler and Speckart menggambarkan adanya pengaruh signifikan pada variabel Perilaku Lampau, Sikap dan Minat Beli terhadap Perilaku Sekarang (Buying). Untuk melihat 9
ada pengaruh antara variabel Perilaku Lampau, Sikap dan Minat Beli terhadap Keputusan Pembelian diperlukan analisa hubungan antara berbagai variabel yang ada. Sebagai variabel dependen adalah variabel Keputusan Pembelian (KP) dan sebagai variabel-variabel independennya adalah Perilaku Lampau (PL), Sikap (S) dan Minat Beli (MB). Secara matematis persamaan ini ditulis dalam formula sebagai berikut:
Sementara, hasil perhitungan dengan SPSS 12.0 menghasilkan perhitungan seperti terlihat dalam tabel Hasil Uji Regresi. Tabel 5
Besarnya adjusted R2 pada tabel tersebut adalah 0,222, ini berarti bahwa sebesar 22,2% variance dalam Keputusan Pembelian responden terhadap pakaian bekas dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel Perilaku Lampau, Sikap dan Minat Beli sedangkan sisanya (100% 22,2% = 77,8%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Berdasarkan tabel Hasil Uji Regresi didapat persamaan regresi sebagai berikut: KP = 0.399 + 0.084PL - 0.046S + 0.095MB+e Dari tabel juga dapat diketahui kalau nilai signifikansi variabel Perilaku Lampau lebih kecil dari α 0,05 (0,045), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Perilaku Lampau berpengaruh positif signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Dengan demikian frekuensi pembelian dan tingkat familiaritas dari responden dapat mempengaruhi responden untuk membuat keputusan pembelian dan bahkan melakukan pembelian ulang. Sedangkan, untuk variabel Minat Beli nilai signifikansinya lebih kecil dari α 0,05 (0,006), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Minat Beli berpengaruh positif signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Hal ini mengandung kesimpulan bahwa Minat responden terhadap pakaian bekas akan menimbulkan suatu Keputusan Pembelian (membuat responden untuk melakukan pembelian). Namun jika dilihat dalam tabel, variabel Sikap (S) ternyata tidak signifikan (dilihat dari tingkat signifikansi < 0.5 yaitu 0,398), hal ini menandakan bahwa Sikap masyarakat dalam membeli pakaian bekas ternyata tidak mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian (keputusan dalam membeli). Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa model Bentler dan Speckart yang mengatakan bahwa Sikap berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian tidaklah 10
sepenuhnya benar Dalam pembelian pakaian bekas, Sikap saja ternyata tidak dapat membuat seseorang untuk melakukan pembelian ulang. Hal ini bisa saja terjadi, adanya faktor situasional dapat membuat masyarakat yang sudah melakukan proses evaluasi atau sudah menentukan sikap yang baik (mempunyai pandangan positif terhadap pakaian bekas) sekalipun belum tentu akan membeli pakaian bekas karena mereka tidak mempunyai minat / ketertarikan untuk membeli atau karena adanya pertimbangan – pertimbangan lain yang membuat keputusan pembelian tidak dapat dilakukan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penelitian pada bagian sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu: Responden mempunyai Perilaku Lampau yang cukup, dan rata-rata responden sudah cukup familiar. Ini menandakan mereka membeli pakaian bekas tidak hanya sekali dan telah membeli pakaian bekas dalam waktu yang cukup lama. Rata-rata responden dalam penelitian ini mempunyai Sikap yang postitif dalam membeli pakaian bekas. Ini berarti bahwa ketika membeli pakaian bekas, responden merasa kejadian tersebut sebagai suatu hal yang menyenangkan, baik, berguna dan memuaskan (walaupun rata-rata skor kepuasan lebih rendah dari ketiga variabel Sikap). Minat responden dalam penelitian ini juga mempunyai rata-rata skor yang positif (cukup). Hal ini menandakan bahwa responden mempunyai Minat yang tinggi dalam membeli pakaian bekas. Keputusan Pembelian oleh responden secara signifikan dipengaruhi oleh variabel Perilaku Lampau dan Minat Beli, hal-hal ini bahkan mendorong responden untuk melakukan pembelian ulang. Namun variabel Sikap ternyata tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian. Hal ini dapat disebabkan masyarakat yang mempunyai Sikap positif belum tentu mempunyai keinginan/melakukan pembelian lagi tanpa didasari suatu minat.
Implikasi Dari hasil penelitian ini diketahui hal terbesar yang mendorong masyarakat melakukan keputusan pembelian adalah karena Minat yang terdapat dalam diri mereka. Bahkan faktor evaluasi perasaan dan keyakinan terhadap produk tidak memberikan pengaruh terhadap Keputusan Pembelian. Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan mereka terhadap keberadaan pakaian bekas di Indonesia sebagai suatu alternatif dalam memenuhi kebutuhan akan pakaian.
11
Keterbatasan dan Saran Penelitian Mendatang Penelitian ini masih memiliki keterbatasan pada lokasi survei yang hanya di 2 kota yaitu Semarang dan Jakarta. Selain itu, responden yang diambil hanyalah 100 orang responden. Oleh sebab itu, untuk penelitian mendatang dapat diupayakan untuk melakukan penelitian ini di kota lain atau melakukan perbandingan antar kota. Dengan begitu dapat diklasifikasikan kecenderungan masing-masing daerah dalam tanggapannya terhadap keputusan pembelian pakaian bekas Demikian pula untuk jumlah responden dalam ditingkatkan, sehingga kesimpulan yang diambil akan semakin baik.
Referensi Azwar et al., 1988, Sikap manusia: Teori dan Pengukurannya, LIBERTY, Yogyakarta. Dharmmesta. B.S., 1998, Theory Of Planned Behavior Dalam Penelitian Sikap, Niat Dan Perilaku Konsumen, KELOLA Gadjah Mada Universit Business Review VIII (18), pp 85-108. Dharmmesta. B.S., 1992, Riset Tentang Minat Dan Perilaku Konsumen: Sebuah Catatan Dan Tantangan Bagi Peneliti Yang Mengacu Pada “Theory Of Reasoned Action”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia (JEBI) No. 1 Tahun VII. Pp. 39 – 53. Kasali, R., 1992, Manajemen Periklanan: Konsep Dan Aplikasinya di Indonesia, Grafiti Jakarta. Kristianto. P.L., 2003, Analisa Sikap Dan Minat Masyarakat Dalam Membeli Produk Kerajinan Orang-Orang Cacad Fisik Di DIY “Model Bentler Dan Speckart-1979”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi) No. 2 Vol. IX Pp. 169-181. Latuheru, Belianus Patria., 2006, Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Kawasan Industri Maluku), Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEB) Volume XII. Mowen, John C., 2002, Perilaku Konsumen, Erlangga, Jakarta. Prasetijo et al., 2003, Perilaku Konsumen, Fakultas ekonomiUKSW, Salatiga. Sihombing, S.O., (2003). Perluasan Theory Of Planned Behaviour: Aplikasi Pada Niat Dan Perilaku Memilih Satu Merek, EMPIRIKA No. 6 Vol. 2. Pp. 187-213.
12