PENELITIAN TENTANG PENGEMBANGAN PROFESIONALISME BERKELANJUTAN GURU MATEMATIKA SMP MELALUI PPB PTK
Wardono Universitas Negeri Semarang E-mail:
[email protected]
Abstrak: Masalah utama penelitian ini adalah model PPB (Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan) bagaimana yang dapat meningkatkan kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang.(1) Apakah model manajemen PP (Pelatihan dan Pendampingan) PTK (Penelitian Tindakan Kelas) efektif meningkatkan kinerja guru? (2) Apakah model manajemen PP PPB PTK efektif meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan PTK guru?(3)Apakah model manajemen PP PPB PTK berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP di kota Semarang? Metode penelitian ini adalah R&D dengan pendekatan kuantitatif. Riset kuantitatif yang terdahulu meneliti potret kinerja guru dan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dan faktor dominan yang paling mempengaruhi kinerja guru. Pada makalah ini hanya disajikan penelitian Development dengan eksperimen “pretest-postest with control group design” Populasi penelitian 200 guru matematika SMP di kota Semarang yang sudah tersertifikasi. Sampel diambil dengan teknik proportionate stratified random sampling meliputi sekolah SSN 80 guru, RSBI 16 guru dan RSSN 44 guru. Instrumen untuk mengambil data dari guru dan peserta didik dengan angket, tes, lembar observasi terfokus dan pedoman wawancara mendalam didukung lembar penilaian validator ahli, praktisi, supervisor, pemonitor pada FGD. Analisis data dengan analisis statistik deskriftif, anova dan uji t dengan SPSS 16.0 dan CFA SEM dengan LISREL 8.8. Hasil penelitian; (1) Model manajemen PP PPB PTK efektif meningkatkan kinerja guru; (2) Model manajemen PP PPB PTK efektif meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan PTK; (3) Model PP PPB PTK berdampak positif meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP di kota Semarang. Kata kunci: pengembangan, profesionalisme, guru matematika, PPB PTK
Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan negaranegara yang lain. Berdasarkan laporan hasil survei tingkat Human Development Index (HDI) report 2010 UNDP (United Nations Development Programme) nilai HDI Indonesia sebesar 0,600 dan hanya menempati ranking 108 dari 169 negara yang diteliti (Klugman, 2010: 154). SDM yang masih rendah ini salah satunya diakibatkan karena mutu/kualitas pendi-
dikan di Indonesia masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut. (1) Hasil survei Trends in International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) menempatkan Indonesia pada posisi ke-34 untuk bidang Matematika dan pada posisi ke-36 untuk bidang sains dari 45 negara yang disurvei (Rivai dan Murni; 2009: 49); (2) Laporan Internasional Educatio-nal Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada pada urutan 38 dari
176
177, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
39 negara yang disurvei; (3) Mutu akademik antar bangsa melalui Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38, sementara bidang Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-39; (4) Laporan World Competitiveveness Yearbook, daya saing SDM Indonesia berada pada posisi 46 dari 47 negara yang disurvei; (5) Posisi Perguruan Tinggi Indonesia yang dianggap favorit, seperti UI dan UGM hanya berada pada posisi 68 dan 77 perguruan tinggi di Asia; (6) Ketertinggalan bangsa Indonesia dalam bidang IPTEK dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand; (7) Lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadahi untuk dipergunakan mandiri, karena yang dipelajari di lembaga pendidikan sering kali hanya terpaku pada teori. Peserta didik kurang inovatif dan kreatif (Kunandar; 2007: 2). Kualitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah meliputi kualitas pembelajaran yang salah satunya dipicu oleh kualitas guru yang masih rendah, pada hal guru memegang peranan utama dan menjadi faktor yang paling berpengaruh pada hasil pendidikan yang berkualitas. Untuk itu segenap komponen bangsa Indonesia harus selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas gurunya dengan terus melakukan pembangunan di bidang pendidikan dan reformasi pendidikan khususnya dalam mengembangkan profesionalismenya dalam meningkatkan kinerja yang berbasis kompetensi sehingga guru menjadi profesional dan berkualitas.
Pemerintah dan semua komponen bangsa Indonesia yang terkait dengan masalah kependidikan mengharapkan setelah guru tersertifikasi akan menjadi guru yang profesional dan mempunyai kinerja profesional yang tinggi. Tetapi bagaimana fenomena kenyataan di lapangana? Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk memotret profil kinerja guru berdasarkan kompetensinya. Untuk mewujudkan guru matematika yang profesional, kompeten dengan kinerja yang tinggi perlu dilakukan upaya sistematis, sinergis dan berkesinambungan yang dapat menjamin setiap guru tetap profesional, kompeten dan berkinerja sesuai dengan standar kompetensinya. Berangkat dari kenyataan tersebut menarik sekali untuk mencari dan menemukan strategi untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu upayanya adalah mengimplementasikan Continuous Profesionalism Development (CPD) atau Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan (PPB) untuk peningkatan kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi. PPB merupakan program pengembangan yang dilakukan secara terusmenerus melalui program pembelajaran berkelanjutan sebagai dasar penguatan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), kemampuan (ability), dan perilaku (attitude). Prinsip dasar dari PPB adalah continual improvement in action. Jadi PPB tidak akan bermakna jika program pembelajarn berkelanjutan yang dilakukan tidak koheren dengan aplikasi di lapangan (Fuad dan Ahmad; 2009: 94). PPB mengandung makna bahwa peningkatan pengetahuan profesional dan perbaikan keterampilan profesional yang secara sadar dilakukan terus menerus/berkelanjutan sepanjang hayat oleh seorang guru. Hal ini merupakan sebuah komitmen untuk menjadi guru profesional, up to date serta selalu berusaha memperbaiki dan meningkat-
Wardono, Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, 178
kan kualitas diri. Hal ini adalah kunci dalam mengoptimalkan ke-sempatan karir seseorang guru, baik pada masa kini maupun masa depan. Penanggulangan penyebab tersebut, perlu alternatif pemecahan secara akademik yaitu dengan cara seorang pendidik harus sekaligus menjadi peneliti. Kedudukan pendidik yang sekaligus sebagai peneliti, pendidik tersebut dapat melakukan refleksi tentang proses pembelajaran di kelas dan berpraktik dengan melaksanakan CAR (PTK). Pendidik dapat menguji ide-idenya sendiri dalam pengajaran di kelas melalui PTK. Dengan demikian konsep profesionalisme pendidik tidak sempit, melainkan profesionalisme tersebut memiliki arti sangat luas. Hal ini juga didukung hasil penelitian D’Oria (2004: 14) menyimpulkan penerapan PTK dalam pembelajaran dapat meningkatkan profesionalisme guru. PTK dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan perolehan belajar konseptual dan praktikal, memperbaiki pe-rilaku siswa, menumbuhkan kepedulian pemeliharaan peralatan pembelajaran. Tetapi di lain pihak, dilaporkan bahwa budaya melakukan PPB PTK bagi guru masih sangat rendah. Rendahnya budaya melakukan PTK disebabkan karena pemahaman para guru terhadap konsep dasar PTK belum memadai dan relatif rendah. Alasan guru tidak memahami konsep dasar PTK secara mendalam karena sebagian besar dari mereka belum mengenal PTK dan sebagian kecil menyatakan pernah mengikuti pelatihan PTK namun yang diperoleh hanya makalah seminar (Santyasa, 2008: 101). Dari uraian di atas menunjukkan adanya keterka-itan antara pengalaman kerja termasuk kualifikasi akademik dan tugas pokok, manajemen diri dan keterampilan dasar mengajar, pembinaan/ pengembangan kualitas pengajaran guru
oleh kepala sekolah dan pendukung serta tipe kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, budaya sekolah dan iklim sekolah, tunjangan profesi guru, kepuasan kerja guru, motivasi kerja guru, pelatihan dan pengembangan guru untuk peningkatan profesionalisme yang berkelanjutan atau PPB yang salah satu caranya adalah dengan mengimplementasikan PTK, kinerja guru berbasis kompetensi yang kesemuanya akan bermuara pada peningkatan kualitas/mutu guru matematika SMP di kota Semarang. Rumusan Masalah Masalah utama penelitian ini adalah model PBB yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang. Sedangkan pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : (1) Apakah model manajemen pelatihan dan pengembangan (PP) PPB PTK efektif dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang? (2) Apakah model manajemen PP PPB PTK efektif dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semarang? (3) Apakah model manajemen PP PPB PTK berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP di kota Semarang? KAJIAN PUSTAKA Persepsi guru mengenai pelatihan PPB Lessing dan Marike telah meneliti bahwa: In general, the teachers reported that regardless of their teaching position, qualifications, gender, or agethey had experienced the CPD workshop positively
179, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
(Lessing dan Marike, 2007: 53). Secara umum, para guru melaporkan bahwa terlepas dari posisi mengajar mereka, kualifikasi, jenis kelamin, atau usia mereka telah mengalami lokakarya PPB yang positif. PPB diyakini oleh berbagai negara yang telah menerapkannya sebagai upaya yang efektif dalam memelihara dan meningkatkan profesionalisme guru karena dilaksanakan secara berkesinambungan, sinergis dengan melibatkan pemerintah daerah, pengawas, kepala sekolah, dan institusi pendidikan. Apabila PPB dilakukan oleh guru matematika pascasertifikasi diramalkan guru tersebut akan terus memiliki komitmen dalam memelihara dan meningkatkan profesionalismenya. Contoh PPB yang dilakukan secara mandiri oleh guru , antara lain : (1) membaca buku, jurnal, dan berita pendidikan; (2) belajar sendiri/mandiri; (3) melihat tayangan program khusus; (4) membuat catatan mengajar atau diary untuk refleksi pengajaran yang diselenggarakan; dan (5) melakukan evaluasi diri terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan seperti melakukan PTK (Joubert , 2009: 1763). Pengembangan PPB sebagai upaya peningkatan kinerja guru matematika SMP yang berdasar kompetensinya sangat dapat dimungkinkan pelaksanaannya karena : (1) Di kota Semarang sudah ada MGMP, KKG, KKKS, KKPS, PGRI dan forum lainnya. (2) PBB menekankan pemberdayaan dan sinergi antar pemangku kepentingan pendidikan dan sejalan dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan (3) adanya Unit Pelaksana Teknis pemerintah LPMP, P4TK (4) pengalaman LPTK dalam penyelenggaraan sertifikasi maupun pendidikan dan pelatihan guru. Pada penelitian ini akan dilakukan PP PPB PTK. Untuk mengembangkan profesionalisme guru matematika SMP pas-
casertifikasi dalam meningkatkan kinerja berbasis kompetensi dilakukan pelatihan dan pendampingan PPB PTK. Untuk mengetahui gambaran model pelatihan dan pendampingan PBB PTK yang dapat meningkatkan kinerja guru matema-tika pascasertifikasi berbasis kompetensi maka akan disajikan panduan pelatihan dan pendampingan PPB PTK, bahan ajar dan evaluasi program pelatihan dan pendampingan PPB PTK. Peningkatan kualitas pendidikan saat ini merupakan fokus yang sangat penting dalam pembangunan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan antara lain melalui penelitian pendidikan, namun dampaknya penelitian konvensional seperti itu, bagi peningkatan kualitas pembelajaran di kelas kurang berhasil. Penyebabnya adalah (a) penelitian pendidikan umumnya dilakukan oleh para pakar dan peneliti dari perguruan tinggi serta lembaga penelitian yang mandiri, sehingga permasalahan yang diteliti kurang dihayati oleh para pendidik, (b) difusi hasil penelitian kepada kalangan pendidik memakan waktu sangat panjang (Rachman, 2009:6). Penanggulangan penyebab tersebut, perlu alternatif pemecahan secara akademik yaitu dengan cara seorang pendidik harus sekaligus menjadi peneliti. Kedudukan pendidik yang sekaligus sebagai peneliti, pendidik tersebut dapat melakukan refleksi tentang proses pembelajaran di kelas dan berpraktik dengan melaksanakan PTK. Pendidik dapat menguji ide-idenya sendiri dalam pengajaran di kelas melalui PTK. Dengan demikian konsep profesionalisme pendidik tidak sempit, melainkan profesionalisme tersebut memiliki arti sangat luas. PTK adalah suatu jenis dari banyak jenis penelitian yang disarankan untuk mengurangi kesenjangan hubungan antara peneliti dan praktisi serta meningkatkan
Wardono, Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, 180
profesionalisme pendidik yang luas dengan menempatkan guru atau pendidik sekaligus sebagai peneliti. Kegiatan penelitian oleh para guru sebagai pendidik perlu dilakukan karena guru atau pendidik seringkali berhadapan dengan permasalahan yang bersifat situasional terjadi pada kelas setiap guru tersebut. Permasalahan dalam PTK lebih berfokus pada hal-hal yang berkenaan dengan perbaikan proses pembelajaran di kelas. Seorang guru sebagai pendidik yang profesional, selain bertugas sebagai pengajar/pendidik harus memiliki sikap yang peka dan tanggap terhadap permasalahan pembelajaran yang dihadapi di kelas setiap guru tersebut. Sikap yang peka dan tanggap permasalahan di kelas yang dilanjutkan dengan melakukan tindakan untuk perbaikan kualitas pembelajaran untuk mengatasi permasalahan harus selalu dilakukan secara terencana, terkontrol serta dapat dipertanggungjawabkan. Cara itu adalah melalui PTK (Rachman, 2009 : 8).
Gambar 1 PTK Menjadikan Guru Profesional (Rachman, 2009: 8)
Hasil penelitian Ellis dan Castle “Schools and school administrators searching for techniques to improve the learning that takes place in their school should strongly consider and support teacher research as
an effective means of quality improvement “ (Ellis dan Castle, 2010: 271). Sekolah dan administrator sekolah dalam mencari cara meningkatkan kualitas pembelajaran harus sangat kuat mempertimbangkan hasil riset (penelitian) guru seperti PTK sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan pembelajaran di sekolah. Hasil survei pendahuluan dan analisis data survei pendahuluan sudah diketahui faktor yang sangat dominan mempengaruhi kinerja guru matematika pascasertifikasi adalah faktor pelatihan dan pengembangan profesionalime guru dan berdasarkan identifikasi kebutuhan (need assessment) guru yang ditemukan adalah kebutuhan untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan PPB PTK. Hasil penelitian Jones & Song, Kirkey, Mclntosh dan Santyasa, secara teoritis, PTK dapat digunakan sebagai dasar pembinaan profesi dan peningkatan kompetensi guru (Jones dan Song, 2005: 3; Kirkey , 2005: 4 dan Mclntosh, 2005: 2) yang juga disetujui Santyasa ( 2008: 110). PTK dapat membantu (1) pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan perolehan hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemampuan pembelajaran yang berdampak pada peningka-tan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional guru (Prendegast, 2002: 14; dan Santyasa, 2008 : 102). Penjelasan Prendergast tersebut mengin-dikasikan, bahwa PTK tidak hanya memfasilitasi guru untuk meningkatkan profesionalismenya, tetapi juga berdampak positif dalam peningkatan kualitas proses dan perolehan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Joubert (2009: 3) mengenai efektivitas PPB dengan kesimpulan PPB terbukti efektif karena
181, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
memberikan banyak penjelasan yang praktis dan berguna, dan apabila penyajian materi PBB disusun menurut topiknya, serta disampaikan dengan cara yang informatif maka beberapa pendapat menyebutkan bahwa PPB menyenangkan, menarik, menggugah , menantang, dst. Berangkat dari penelitian tersebut maka PPB sangat cocok diimplementasikan di Indonesia bagi guru profesional yang telah memiliki sertifikat pendidik. Hasil penelitian Santyasa (2008: 101), budaya melakukan PTK bagi para guru masih sangat rendah. Rendahnya budaya melakukan PTK tersebut disebabkan karena pemahaman para guru terhadap konsep-konsep PTK belum memadahi. Pemahaman guru terhadap konsep dasar PTK relatif rendah. Alasanalasan guru tidak memahami PTK secara mendalam adalah karena sebagian besar dari mereka belum mengerti tentang PTK dan sebagian kecil menyatakan pernah mengikuti in-service training (pelatihan ), namun yang diperoleh hanya makalah seminar. Pada kegiatan pelatihan bagi sebagian kecil guru-guru tersebut, konsepkonsep PTK memang telah diberikan kepada para guru dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Tetapi persoalannya apakah pelaksanaan pelatihan-pelatihan PTK pada sebagian kecil guru-guru tersebut telah menggunakan model pelatihan yang operasional praktis? Pertanyaan ini memberikan inspirasi dan sekaligus menjadikannya sebagai sebuah tema kajian yang sangat menarik. Hal ini penting dilakukan, karena secara teoritis, PTK dapat digunakan sebagai dasar pembinaan profesi dan peningkatan kompetensi guru (Jones dan Song, 2005: 3; Kirkey , 2005: 4; Mclntosh, 2005: 2 dan Santyasa, 2008: 110). Pengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerjanya
menggunakan PP PPB PTK karena dua alasan praktis dan alasan akademis. Alasan praktis karena pengembangan karir guru ada hambatan dalam melaksanakan riset/penelitian yang merupakan bagian kompetensi profesional yang harus dikembangkan. Jika guru mengikuti PP PBB PTK maka pengetahuan, pemahaman, keterampilan PTK meningkat. Pelaksanaan PTK oleh guru yang mendapat pendampingan baik oleh teman guru inti pada MGMP atau oleh Dosen LPTK akan menambah semangat guru dalam melaksanakan PTK sampai membuat laporan PTK. Alasan akademisnya karena dengan melaksanakan PTK dapat membantu (1) pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan perolehan hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional guru (Prendegast, 2002: 14; dan Santyasa, 2008 : 102). Penjelasan Prendergast tersebut mengindikasikan, bahwa PTK tidak hanya memfasilitasi guru untuk meningkatkan profesionalismenya, tetapi juga berdampak positif dalam peningkatan kualitas proses dan perolehan hasil belajar siswa. Berdasarkan kerangka pemikiran yang sudah dijelaskan di atas selanjutnya akan dilakukan implementasi model pelatihan dan pendampingan PPB PTK kepada guru-guru matematika pascasertifiksi pada SMP di kota Semarang dengan harapan setelah guru-guru mengikuti pelatihan dan pendampingan PPB PTK profesionalismenya terpelihara dan meningkat dalam arti ada peningkatan kinerjanya, ada peningkatan pemahaman, pengetahuan, keterampilan PTK yang mendukung profesioanlismenya dan bahkan dapat memberi dampak positif
Wardono, Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, 182
terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa SMP di kota Semarang. Metode penelitian untuk mejawab permasalahan pada makalah ini adalah R&D dengan pendekatan kuantitatif. Riset kuantitatif yang terdahulu meneliti potret kinerja guru dan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dan faktor dominan yang paling mempengaruhi kinerja guru. Pada makalah ini hanya disajikan penelitian Development dengan eksperimen “pretest-postest with control group design” Populasi adalah 200 guru matematika SMP di kota Semarang yang sudah tersertifikasi. Sampel diambil dengan teknik proportionate stratified random sampling meliputi sekolah SSN 80 guru, RSBI 16 guru dan RSSN 44 guru. Data dari guru dan peserta didik diambil dengan angket, tes, lembar observasi terfokus dan pedoman wawancara mendalam didukung lembar penilaian validator ahli, praktisi, supervisor, pemonitor pada FGD. Analisis data baik pada penelitian pendahuluan maupun penelitian yang utama dengan menggunakan analisis statistik deskriftif, anova dan uji t dengan SPSS 16.0 dan CFA SEM dengan LISREL 8.8. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian pendahuluan sudah didapatkan hasil bahwa potret tingkat kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang berlevel tinggi. Nilai komponen kinerja kepribadian guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang lebih tinggi dibandingkan nilai komponen kinerja pedagogik, nilai komponen profesional dan nilai komponen sosial. Tidak ada perbedaan kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang antara guru yang kelulusan sergurnya melalui portofolio
dengan guru yang kelulusan sergurnya melalui PLPG. Sementara kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang yang sekolahnya berstatus RSBI dan yang berstatus SSN lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja guru yang sekolahnya berstatus RSSN. Kemudian manajemen diri guru, pembinaan kualitas pembelajaran guru, pelatihan dan pengembangan profesionaisme guru, budaya sekolah serta motivasi kerja guru secara simultan mempengaruhi kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang. Diantara faktorfaktor manajemen diri guru, pembinaan kualitas pembelajaran guru, pelatihan dan pengembangan profe-sionalisme guru, budaya sekolah serta motivasi kerja guru yang paling dominan mempengaruhi kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang adalah faktor pelatihan dan pengembangan profesio-nalisme guru. Adapun hasil penelitian yang utama sebagai berikut; 1. Hasil Pengembangan Model PP PPB PTK yang dapat Meningkatkan Kinerja Guru Matematika Pascasertifikasi Berbasis Kompetensi Pada SMP di Kota Semarang. Model manajemen PP PPB PTK yang dihasilkan dari penelitian ini adalah model dengan Prosedur Operasional Standar (POS) Akademik seperti disajikan pada Gambar 2, sedangkan POS Organisasionalnya dapat dilihat pada Gambar 3. Adapaun langkah-langkah pengelolaan (manajemennya) dalam fungsi perencanaan pelatihan, fungsi pelaksanaan pelatihan dan fungsi penilaian program pelatihan dengan langkah-langkah sebagai berikut; (1) Melakukan koordinasi dengan pengurus MGMP Matematika SMP di kota Semarang; (2) Melakukan identifikasi kebutuhan (needs assessment ) guru; (3)
183, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Mencari sumber-sumber dan hambatan PP PPB PTK dari hasil survei awal kepada guru-guru matematika SMP pada MGMP; (4) Berusaha berfokus pada tujuan pelatihan dan pendam-pingan PBB PTK; (5) Berusaha berfokus pada penyusunan program PP PPB PTK dengan bekerjasama dengan MGMP; (6) Berusaha berfokus pada penyusunan alat tes awal peserta PP PPB PTK; (7) Berusaha berfokus pada penyusunan alat tes akhir peserta PP PPB PTK; (8) Berusaha berfokus pada penyusunan lembar pengamatan penilaian kinerja guru berdasarkan kompetensi sebelum dan sesudah PP PPB PTK; (9) Berusaha berfokus pada pelatihan pelatih PTK untuk menjamin sustanbility pada waktu yang akan datang; (10) Berusaha berfokus pada tes awal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan PTK serta penilaian awal kinerja guru berdasarkan kompetensi sebelum PP PPB PTK; (11) Melaksanaan PP PPB PTK dengan berusaha berfokus pada teori dan contoh-contoh praktis dengan penyediaan Panduan Manajemen Pelatihan Pembelajaran Inovatif Khusus Guru Matematika SMP dan Panduan Manajemen PP PPB PTK; (12) Berusaha berfokus pada adanya supervisi, monitoring, evaluasi serta umpan balik PP PPB PTK; (13) Berusaha berfokus pada pendampingan penyusunan proposal PTK; (14) Berusaha berfokus pada pendampingan pelaksanaan PTK di kelas; (15) Berusaha berfokus pada pendampingan penyusunan laporan PTK; (16) Berusaha berfokus pada tes akhir pengetahuan, pemahaman dan keterampilan PTK serta penilaian akhir kinerja berbasis kompetensi setelah PP PPB PTK dan; (17) Berusaha berfokus pada refleksi seluruh kegiatan PP PPB PTK terhadap pengembangan profesionalisme guru dalam meningkatan kinerja guru berbasis kompetensi serta; (18) Berusaha berfokus pada refleksi seluruh kegiatan PP PPB PTK terhadap dampak positifnya
yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP di kota Semarang. Dengan langkah-langkah tersebut PP PPB PTK akan terus dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang.
Gambar 2. POS Akademik PP PTK
Wardono, Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, 184
Gambar 3 POS Organisasional PP PTK
2. Keefektifan Model PP PPB PTK dalam Meningkatkan Kinerja Guru Berbasis Kompetensi dan PPK PTK Guru Pada SMP di Kota Semarang a. Kinerja Guru Sebelum PP PPB PTK. Hipotesis 1 yang akan diuji adalah H1: Ada perbedaan mean nilai kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen sebelum PP PPB PTK. Dari data dan hasil perhitungan uji hipoteis 1 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 1 diperoleh hasil sebagai berikut; Tabel 1: Hasil Uji Hipotesis 1 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Kinerja Guru Kelompok Eksperimen Mean Kinerja Guru Kelompok Kontrol
Nilai 0,05 1,00 85,56 85,56
Karena dari Tabel 1. nilai sig (2-tailed) = 1,00 > 0,05 maka disimpulkan H1 ditolak. Hal ini berarti mean nilai kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen adalah sama. Jadi sebelum PP PPB PTK mean nilai kinerja antara guru pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan, atau kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari keadaan awal yang sama. b. Kinerja Guru Sesudah PP PPB PTK yang Menunjukkan Keefektifan PP PPB PTK dapat Meningkatkan Kinerja Guru Hipotesis 2 yang akan diuji adalah Ha: ada perbedaan mean nilai kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen setelah eksperimen PP PPB PTK. Dari data dan hasil perhitungan uji hipo-teis 2 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 2. diperoleh hasil sebagai berikut; Tabel 2: Hasil Uji Hipotesis 2 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Kinerja Guru Kelompok Eksperimen Mean Kinerja Guru Kelompok Kontrol
Nilai 0,05 0,00 91,97 85,83
Karena dari Tabel 2. nilai sig (2-tailed) = 0,00 < 0,05 maka disimpulkan Ha diterima. Hal ini berarti mean nilai kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen adalah berbeda. Jadi setelah PP PPB PTK mean nilai kinerja antara guru pada kelompok kontrol dengan kelompok
185, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
eksperimen berbeda secara signifikan. Karena mean nilai kinerja guru antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebelum pelatihan berangkat dari keadaan awal yang sama, setelah pelatihan mean nilai kinerja guru kelompok eksperimen = 91,972 > mean nilai kinerja guru keompok kontrol = 85,833 maka mean nilai kinerja kelompok eksperimen lebih tinggi daripada mean nilai kinerja kelompok kontrol. Ini berarti pelatihan dan pendampingan PPB PTK dapat meningkatkan kinerja guru matematika pascaserti-fikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang. 3. Keefektifan Model PP PPB PTK Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Pemahaman, dan Keterampilan (PPK) PTK Guru Pada SMP di Kota Semarang a. PPK PTK Guru Sebelum PP PPB PTK Hipotesis 3 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean nilai pengetahuan, pemahaman, keterampilan PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen sebelum eksperimen PP PPB PTK. Dari data dan hasil perhitungan uji hipoteis 3 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 3. diperoleh hasil sebagai berikut; Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis 3 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean PPK PTK Guru Kelompok Eksperimen Mean PPK PTK Guru Kelompok Kontrol
Nilai 0,05 0,829 47,72 47,08
Karena dari Tabel 3. nilai sig (2tailed) = 0,829 > 0,05 maka Ha ditolak. Hal ini berarti mean nilai pengetahuan, pemahaman, keterampilan PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di
kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen adalah sama sebelum pelaksanaan PP PPB PTK. Jadi sebelum pelatihan dan pendampingan PPB PTK mean nilai pengetahuan, pemahaman, keterampilan PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan, atau kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari keadaan awal yang sama. b. PPK PTK Guru Sesudah PP PPB PTK yang Menunjukkan Keefektifan PP PPB PTK dapat Meningkatkan PPK PTK Guru. Hipotesis 4 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean nilai pengetahuan, pemahaman, keterampilan PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen setelah PP PPB PTK. Dari data pada Lampiran 15 dan hasil perhitungan uji hipoteis 4 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 4. diperoleh hasil sebagai berikut; Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis 4 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean PPK PTK Guru Kelompok Eksperimen Mean PPK PTK Guru Kelompok Kontrol
Nilai 0,05 0,00 88,64 47,08
Karena dari Tabel 4. nilai sig (2tailed) = 0,00 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti mean nilai pengetahuan, pemahaman, keterampilan PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen adalah tidak sama. Jadi setelah PP PPB PTK mean nilai pengetahuan,
Wardono, Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, 186
pemahaman, keterampilan PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semarang antara guru pada kelompok kontrol dengan guru pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan. Karena mean nilai PPK PTK guru antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebelum pelatihan berangkat dari keadaan awal yang sama, setelah pelatihan mean nilai PPK PTK guru kelompok eksperimen = 88,64 > mean nilai PPK PTK guru kelompok kontrol = 47,08 maka mean nilai PPK PTK kelompok eksperimen lebih tinggi daripada mean nilai PPK PTK kelompok kontrol. Ini berarti pelatihan dan pendampingan PPB PTK dapat meningkatkan PPK PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semarang. Karena PP PPB PTK dapat meningkatkan kinerja guru dan dapat meningkatkan PPK PTK guru maka berarti PP PPB PTK efektif dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru berbasis kompetensi dan meningkatkan PPK PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semranag. 4. Dampak PP PPB PTK Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Pada SMP di Kota Semarang a. Dampak PP PPB PTK Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik SMP Berstatus RSSN 1 Hipotesis 5 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSSN 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK. Dari data dan hasil perhitungan uji hipoteis 5 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 5. diperoleh hasil sebagai berikut;
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis 5 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Hasil Belajar Sebelum PPB PTK Mean Hasil Belajar Setelah PPB PTK
Nilai 0,05 0,00 54,00 62,74
Karena dari Tabel 5. nilai sig (2tailed) = 0,00 < 0,05 maka disimpulkan Ha diterima. Hal ini berarti mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSSN 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK adalah berbeda. Jadi mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSSN 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK berbeda secara signifikan. Karena mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK = 62,74 > mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK = 54,00 maka mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK lebih tinggi daripada mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK. Ini berarti pelatihan dan pendampingan PPB PTK berdampak positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP berstatus RSSN 1. b. Dampak Pelatihan dan Pendampingan PPB PTK Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik SMP Berstatus RSSN 2 Hipotesis 6 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSSN 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK. Dari data dan hasil perhitungan uji hipoteis 6 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 6. diperoleh hasil sebagai berikut;
187, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis 6 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Hasil Belajar Sebelum PPB PTK Mean Hasil Belajar Setelah PPB PTK
Nilai 0,05 0,025 58,75 73,21
Karena dari Tabel 6. nilai sig (2tailed) = 0,025 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSSN 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK adalah berbeda. Jadi mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSSN 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK berbeda secara signifikan. Karena mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK = 73,21 > mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK = 58,75 maka mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK lebih tinggi daripada mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK. Ini berarti PP PPB PTK berdampak positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP berstatus RSSN 2. c. Dampak PP PPB PTK Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada SMP Berstatus SSN 1 Hipotesis 7 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus SSN 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK. Dari data dan hasil perhitungan uji hipoteis 7 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 7 diperoleh hasil sebagai berikut;
Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis 7 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Hasil Belajar Sebelum PPB PTK Mean Hasil Belajar Setelah PPB PTK
Nilai 0,05 0,00 55,15 85,94
Karena dari Tabel 7. nilai sig (2tailed) = 0,0 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus SSN 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK adalah berbeda. Jadi mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus SSN 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK berbeda secara signifikan. Karena mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK = 85,94 > mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PBB PTK = 55,15 maka mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK lebih tinggi daripada mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK. Ini berarti PP PPB PTK berdampak positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP berstatus SSN 1. d. Dampak PP PPB PTK Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada SMP Berstatus SSN 2 Hipotesis 8 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus SSN 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK. Dari data dan hasil perhitungan uji hipoteis 8 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 8. diperoleh hasil sebagai berikut;
Wardono, Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, 188
Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis 8 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Hasil Belajar Sebelum PPB PTK Mean Hasil Belajar Setelah PPB PTK
Nilai 0,05 0,00 38,41 59,91
Karena dari Tabel 4.14 nilai sig (2-tailed) = 0,00 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus SSN 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK adalah berbeda. Jadi mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus SSN 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK berbeda secara signifikan. Karena mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK = 59,91 > mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK = 38,41 maka mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK lebih tinggi daripada mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK. Ini berarti PP PPB PTK berdampak positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP berstatus SSN 2. e. Dampak PP PPB PTK Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada SMP Berstatus SSN 3 Hipotesis 9 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus SSN 3 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK. Dari data pada Lampiran 16 dan hasil perhitungan uji hipoteis 9 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 4.34 diperoleh hasil sebagai berikut;
Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis 9 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Hasil Belajar Sebelum PPB PTK Mean Hasil Belajar Setelah PPB PTK
Nilai 0,05 0,00 69,70 91,97
Karena dari Tabel 4.15 nilai sig (2-tailed) = 0,00 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus SSN 3 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK adalah berbeda. Jadi mean hasil belajar matematika peserta didik SMP yang berstatus SSN 3 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK berbeda secara signifikan. Karena mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK = 91,97 > mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK = 69,70 maka mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK lebih tinggi daripada mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK. Ini berarti PP PPB PTK berdampak positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP berstatus SSN 3. f. Dampak Pelatihan dan Pendampingan PPB PTK Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada SMP Berstatus RSBI 1 Hipotesis 9 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSBI 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK. Dari data pada Lampiran 16 dan hasil perhitungan uji hipoteis 9 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 9. diperoleh hasil sebagai berikut;
189, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis 9 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Hasil Belajar Sebelum PPB PTK Mean Hasil Belajar Setelah PPB PTK
Nilai 0,05 0,001 67,96 76,30
Karena dari Tabel 9. nilai sig (2tailed) = 0,001 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSBI 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK adalah berbeda. Jadi mean hasil belajar matematika peserta didik SMP yang berstatus RSBI 1 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK berbeda secara signifikan. Karena mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK = 76,30 > mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK = 67,96 maka mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK lebih tinggi daripada mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK. Ini berarti PP PPB PTK berdampak positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP berstatus RSBI 1. g. Dampak Pelatihan dan Pendampingan PPB PTK Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada SMP Berstatus RSBI 2 Hipotesis 10 yang akan diuji adalah Ha: Ada perbedaan mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSBI 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK. Dari data dan hasil perhitungan uji hipoteis 10 dengan uji t pada out put SPSS pada Tabel 10 diperoleh hasil sebagai berikut;
Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis 10 Keterangan α Nilai sig (2-tailed) Mean Hasil Belajar Sebelum PPB PTK Mean Hasil Belajar Setelah PPB PTK
Nilai 0,05 0,00 72,40 84,60
Karena dari Tabel 10 nilai sig (2tailed) = 0,00 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini berarti mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSBI 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK adalah berbeda. Jadi mean hasil belajar matematika peserta didik SMP berstatus RSBI 2 sebelum dan sesudah guru melaksanakan PPB PTK berbeda secara signifikan. Karena mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PBB PTK = 84,60 > mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK = 72,40 maka mean hasil belajar matematika peserta didik setelah guru melaksanakan PPB PTK lebih tinggi daripada mean hasil belajar matematika peserta didik sebelum guru melaksanakan PPB PTK. Ini berarti PP PPB PTK berdampak positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP berstatus RSBI 2. Dari hasil penelitian pada semua status sekolah baik RSSN, SSN maupun RSBI Pelatihan dan Pendampinagn PBB PTK berdampak positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP di kota Semarang. PENUTUP Kesimpulan a. Model manajemen PP PPB PTK dengan pengelolaan/ manajemen dalam fungsi perencanaan pelatihan, fungsi pelaksanaan pelatihan dan fungsi penilaian program pelatihan dengan POS Akademik seperti pada
Wardono, Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan, 190
gambar 2 dan POS Organisasional seperti pada gambar 3 akan terus dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru matematika pasca-sertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang. b. Model manajemen PP PPB PTK dengan langkah-langkah pengelolaan/ manajemen dalam fungsi perencanaan pelatihan, fungsi pelaksanaan pelatihan dan fungsi penilaian program pelatihan efektif dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kinerja guru matematika pascasertifikasi berbasis kompetensi pada SMP di kota Semarang. c. Model manajemen PP PPB PTK dengan langkah-langkah pengelolaan/ manajemen dalam fungsi perencanaan
pelatihan, fungsi pelaksanaan pelatihan dan fungsi penilaian program pelatihan efektif dapat mengembangkan profesionalisme dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan PTK guru matematika pascasertifikasi pada SMP di kota Semarang. d. Model manajemen PP PPB PTK dengan langkah-langkah pengelolaan/ manajemen dalam fungsi perencanaan pelatihan, fungsi pelaksanaan pelatihan dan fungsi penilaian program pelatihan berdampak positif yaitu dapat mening-katkan hasil belajar matematika peserta didik pada SMP di kota Semarang.
DAFTAR RUJUKAN Ellis, C. dan K. Castle. 2010. Teacher research as continuous process improvement. International Journal of Quality Assurance in Education, Vol. 18 Iss: 4, pp.271 – 285. Oklahoma : Emerald Group Publishing Limited. Fuad dan Ahmad. 2009. Integrated Human Resources Development. Jakarta: Grasindo. Jones, P. Dan L. Song. 2005. Action Research. Fellows at Tousan University. http://www. nipissingu.ca/oar/PDFS/V832F.pdf Joubert, M. et al. 2009. Professional Development For Teachers of Mathematics: Opportunities and Change.Proceedings of CERME 6. January 28th- February 1st 2009. Lyon France © INRP 2010. http://www.inrp.fr/editions/cerme6 p 1761-1770.
Kirkey, T.L. 2005. Differentiated Instruction and Enrichment Opportuni ties: An Action Research Report.http://www.nipissingu.ca/oar/ PDFS/V833E.pdf. Klugman, J. 2010. Human Development Report 2010. The Real Wealth of Nations: Pathways to Human Development. Newyork: United Nations Development Programme, hal 154. Kunandar. 2007. Guru Profesional. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Lessing, A. dan D.W. Marike. 2007. The Value of Continuous Professional Development : Tteachers' Perceptions. South African Journal of
191, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Education. Copyright © 2007 EASA Vol 27(1)53–67. McIntosh, J.E. 2005. Valuing The Collaborative Nature of Professional Learning Communities. Tersedia pada http://www. Nippissingu.ca/oar/PDFS/V82E.pdf.Diakses pada 1 Maret 2010. Prendergast, M. 2002. Action Research: The Improvement of Student and Teacher Learning.-http://educ.queensu.ca/~ar/reports/MP2002.htm. Rachman, M. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: UNNES PRESS
Rivai, V. dan S. Murni. 2009. Education Management. Jakarta : Rajawali Pers. Santyasa, I. W. 2008. Keberadaan dan Kepentingan Pengembangan Model Pelatihan Untuk Pembinaan Profesi Guru. Laporan Penelitian. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. _________. 2008. Dimensi-Dimensi Teoretis Peningkatan Profesionalis-me Guru. Artikel. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudjana, S. 2007. Sistem & Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi . Bandung : Falah Production.