PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang)
SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh: MUHAMAD TAUFIK 063111033
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 5 (lima) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi An. Muhamad Taufik
Assalamu alaikum Wr. Wb. Setelah kami mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Muhamad Taufik NIM : 063111033 Jurusan: Pendidikan Agama Islam Judul : PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang).
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Semarang,
27
September
2010
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Abdul Rahman, M.Ag. NIP. 196911051994031003
Dra. Siti Mariam, M.Pd. NIP. 196507271992032002
PENGESAHAN PENGUJI Tanggal
Amin Farih, M.Ag. Ketua Sidang
Yunita Rahmawati, M.A. Sekretaris Sidang
Syamsul Ma’arif, M.Ag. Penguji I
Dra. Miswari, M.Ag. Penguji II
Tanda Tangan
MOTTO «!$# ¨r߉tã ¾ÏmÎ/ šcqç7Ïdö•è? È@ø‹yÜø9$# ÅÞ$t/Íh‘ ÆÏBur ;o§qè% `ÏiB OçF÷èsÜtGó™$# $¨B Nßgs9 (#r‘‰Ïãr&ur öNà2¨r߉tãur Dan siapkanlah untuk menghadapi meraka dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang ( yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu (Al-Anfal: 60)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: Allah swt dan Rasul-Nya yang telah memberikan rahmat, hidayah serta pertolongan-Nya kepada penulis Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan kasih dan sayangnya dengan segala pengorbanannya Kakak dan seluruh keluargaku yang telah memberikan motivasi kepada penulis Alm. KH. Zainal Asyikin dan seluruh pengasuh serta teman-teman di PP. Raudlatut Thalibin yang telah mewarnai hidup penulis Mas C. Dayat, S.Sos dan saudara-saudaraku di PSHT yang telah memberikanku banyak pengalaman serta motivasi Almamaterku tercinta IAIN Walisongo Semarang Agama, bangsa dan negaraku (semoga bermanfaat)
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah ditulis orang lain atau telah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 27 September 2010
Muhamad Taufik NIM: 063111033
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang meyakini kebenarannya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang berjudul “Pendidikan Kepribadian Melalui Ilmu Beladiri Pencak Silat (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang)” jauh dari kesempurnaan. Dengan selesainya skripsi ini perkenankanlah penyusun menyampaikan terima kasih kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada: 1.
Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A. selaku rektor IAIN Walisongo Semarang.
2.
Dr. Suja’i, M.Ag. selaku dekan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3.
Drs. Abdul Rahman, M.Ag. dan Dra. Siti Mariam, M.Pd. selaku pembimbing yang dengan telaten mencurahkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penyusun dalam menyusun skripsi ini.
4.
Prof. Dr. H. Erfan Soebahar, M.A. selaku wali studi yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5.
Segenap civitas akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah membantu penulis untuk meningkatkan keilmuan.
6.
Mas C. Dayat, S.Sos. selaku ketua lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan membantu penulis dalam proses penelitian.
7.
Pengurus, pelatih dan anggota lembaga beladiri pencak silat PSHT cabang Kota Semarang yang telah membantu dalam proses penelitian.
8.
Ayahanda Rubad dan Ibunda Khulasoh serta kakak dan keponakanku tercinta yang senantiasa memberikan do’a serta dukungannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9.
Alm. KH. Zainal Asyikin dan seluruh pengasuh PP. Raudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang yang selama ini mendidik penulis.
10. Teman-teman dan saudara-saudara seperjuangan di PPRT dan PSHT yang telah banyak membantu penulis dalam mengembangkan diri. Akhirnya dengan kehadirat Allah SWT penulis memanjatkan do’a semoga segala bantuan dan partisipasi dari siapapun yang telah membantu penulis mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah SWT. Amiiin.
Semarang, 27 September 2010
Penulis
ABSTRAKSI Muhamad Taufik (NIM: 063111033). Pendidikan Kepribadian Melalui Ilmu Beladiri Pencak Silat (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Untuk mengetahui proses pelaksanaan pendidikan kepribadian melalui latihan ilmu beladiri pencak silat. 2) Untuk mengetahui proses pembentukan kepribadian dalam proses latihan ilmu beladiri pencak silat. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. Metode pengumpulan data menggunakan metode interview (wawancara), metode observasi, metode dokumentasi dan juga angket. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat memiliki hasil yang cukup baik, karena selain berkonsentrasi pada pembinaan jasmani pencak silat juga dapat digunakan sebagai pembinaan kejiwan, keberagamaan dan sikap sosial. Dalam latihan pencak silat sendiri terdapat empat aspek pembinaan yang diberikan kepada para siswa yaitu: Olah raga, bela diri, seni dan mental spiritual atau keruhanian, dari keempat aspek tersebut dapat membentuk sikap pemberani, percaya diri, tanggung jawab, rendah hati dan pantang menyerah, sehingga terbentuk kepribadian yang tangguh dan tidak mudah putus asa serta siap untuk terjun dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan di lembaga beladiri pencak silat PSHT selain keempat aspek pencak silat tersebut di atas juga terdapat satu aspek yang dianggap sangat penting yaitu aspek persaudaraan.
Aspek persaudaraan ini diharapkan
mampu
mewujudkan rasa kebersamaan, dan kekeluargaan dalam diri para siswa, sehingga tertanam dalam diri mereka jiwa-jiwa sosial sebagai salah satu wujud kepribadian umat islam. PSHT juga mewajibkan meninggalkan enam larangan dasar yang harus dijalankan oleh seluruh anggota, yang disebut dengan pepacuh (larangan), yaitu: 1. tidak boleh berkelahi antar sesama anggota PSHT, 2. tidak menunjukkan
kebolehan (pamer), 3. tidak merusak pager ayu (rumah tangga dan kebahagiaan orang lain), 4. tidak merusak purus ijo (sesuatu yang sedang berkembang, seperti keperawanan dan keperjakaan) 5. tidak merampas hak orang lain, 6. tidak menerima segala sesuatu yang tidak sah (suap).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v HALAMAN DEKLARASI ........................................................................ vi HALAMAN PENGANTAR ...................................................................... vii ABSTRAKSI PENELITIAN ...................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................... x
BAB I :PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Penegasan Istilah ................................................................... 9 C. Rumusan Masalah ................................................................. 12 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 12 E. Kajian Pustaka ........................................................................ 13 F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian ................................................................. 14 2. Fokus Penelitian ............................................................... 14 3. Sumber Data ..................................................................... 15 4. Metode Pengumpulan Data ............................................. 15 5. Metode Analisis Data ....................................................... 17 BAB II :LANDASAN TEORI A. Pendidikan kepribadian 1. Pengertian pendidikan ....................................................... 18 2. Pengertian kepribadian ...................................................... 21 3. Pengertian pendidikan kepribadian ................................... 22 4. Aspek-aspek kepribadian serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian ................ 22
B. Ilmu beladiri pencak silat 1. Pengertian ilmu beladiri pencak silat ............................... 26 2. Sejarah dan perkembangan ilmu beladiri pencak silat di Indonesia .............................................................. 29 3. Sejarah terciptanya lambang IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) ................................................................. 33 4. Makna filosofi dalam ajaran ilmu beladiri pencak Silat .................................................................................. 34 5. Aspek dasar pendidikan pencak silat .............................. 39 C. Kajian penelitian yang relevan ............................................... 41 D. Hipotesis ................................................................................. 42 BAB III :LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang kota Semarang 1. Sejarah singkat berdiri dan perkembangan lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) pusat Madiun ........................................... 43 2. Sejarah singkat berdiri dan perkembangan lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang, asas-asas dasar dan tujuan lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang .................................................... 48 3. Struktur organisasi, kondisi para pelatih (warga) dan siswa serta sarana dan prasarana dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang ........................... 55 B. Prosedur latihan yang dilakukan dalam mendidik kepribadian para siswa ........................................................... 59
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis terhadap subyek yang dibimbing (peserta didik)......................................................................... 61 B. Analisis terhadap orang yang membimbing (pedidik)................................................................................. 63 C. Analisis terhadap pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)............................................. 66 D. Analisis terhadap interaksi pendidik dengan peserta didik (interaksi edukatif)............................................ 71 E. Analisis terhadap kearah manabimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)................................................. 83 F. Analisis terhadap cara yang digunakan dalam bimbingan (alat atau metode)................................................. 88 G. Analisis terhadap tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).................. 90 H. Analisis Terhadap Evaluasi Dalam Pendidikan Kepribadian Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang.......................................................... 91 I. Kekurangan dan Kelebihan Dalam Pendidikan Kepribadian Melalui Ilmu Beladiri Pencak Silat Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang................................ 95 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 99 B. Saran-saran ........................................................................... 100 C. Penutup ................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENELIT
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di abad milenium seperti sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Segala aktifitas manusia ditopang oleh kemajuan teknologi, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Peradaban duniapun semakin maju, hal ini ditandai peradaban manusia yang telah mengalami pergeseran yang signifikan dalam berbagai bidang (sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, agama, iptek). Dengan peradaban dunia yang semakin pesat pengaruhnya dirasakan di Indonesia yaitu dengan lahirnya globalisasi. Globalisasi adalah sebuah sistem yang mendunia, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia baik ekonomi, politik, budaya, dan tentu di dalamnya termasuk juga pendidikan. Sistem masyarakat yang tanpa mengenal batas ini meniscayakan potensi lokal dan nasional untuk unjuk kekuatan dalam mengarungi kompetisi skala global tersebut. Kenyataannya bahwa tata kehidupan lokal dan keragaman daerah-daerah lengkap dengan tradisinya, budaya, kebiasaan-kebiasaan dan ikatan-ikatan sosial dalam berbagai aspek kehidupan terus masuk dalam tatanan kehidupan nasional, kemudian masuk dalam kehidupan global atau internasional. Yang menjadi permasalahan disini adalah bagaimana orang lokal dan nasional mampu menjadi warga global tanpa tercerabut dari akarnya atau tanpa kehilangan jati dirinya, karena ketika menutup diri atau bersikap eksklusif maka akan ketinggalan zaman, dan jika membuka diri maka akan beresiko kehilangan jati diri atau kepribadiannya. Untuk itu diperlukan suatu model pendidikan yang solutif untuk menghadapi dinamika global ini, dalam upaya mencatak generasi ke depan yang tangguh, berkepribadian utuh, dan tidak gagap dalam menjalani kehidupan1 1
Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan Di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2010), hlm. 1315.
Lepas dari itu sebenarnya hasil dari revolusi industri dan revolusi ilmu pengetahuan ini memang membuahkan kemudahan hidup dan kesejahteraan materiil. Dengan bantuan alat-alat canggih orang lebih efisien menguasai tantangan alam, dan bisa menguasai lingkungan sekitar demi peningkatan kesejahteraan. Namun disamping manfaat dan keuntungan tersebut muncul juga dampak-dampak negatifnya, yaitu adanya tindak kekerasan, penjarahan, peperangan dan tinadakan-tindakan keras lainnya sebagai dampak dari penyalahgunaan hasil teknologi dan ilmu pengetahuan, dari sini kemudian muuncul disintegrasi kepribadian atau individual (banyak muncul penyakit mental pada diri individu) 2 Oleh karena kepribadian individu dan karakter bangsa itu secara primer dibentuk oleh lingkungan masyarakatnya, maka terjadilah proses pengkondidian sosial, sehingga timbulah masalah-masalah sosial yang gawat seperti perkelahian dan peperangan yang jelas menimbulkan rasa takut, stres, cemas, tidak aman, panik dan lain sebagainya.3 Hal ini kemudian mengakibatkan disintegrasi pada individu-individu yang sedang berkembang. Disisi lain masih banyak manusia yang terkukung dengan penderitaan hidup akibat ketidak mampuan mengatasi kesulitan hidup, banyak manusia yang mengalami kegoncangan jiwa, tertekan (stres) oleh suatu kondisi yang membuat jiwa goncang lalu menimbulkan berbagai macam penyakit pada fisik.4 Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini mempunyai dampak pada kehidupan masyarakat. Perubahan sosial tersebut telah mempengaruhi nilai dan tatanan kehidupan masyarakat. Tidak semua orang
2
Kartono Kartini, Hygiene Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1989), hlm. 190-191. 3 Ibid, hlm. 192-193 4 Mas Rahim Salabi, Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm.XI.
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, yang pada gilirannya menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya.5 Dari sini maka perlu dicari jalan keluar atas permasalahanpermasalahan tersebut, untuk itu Islam yang diibaratkan sebagai jalan raya yang lurus dan mendaki yang memberi peluang manusia untuk sampai ke tempat yang dituju,6 tempat yang tertinggi dan mulia harus bisa memberi jalan keluar atas permasalahan ini. Dalam Islam manusia mempunyai kemampuan dasar yang disebut ”fitrah”. Secara terminologi, Muhamad Al-Jurjani mengatakan bahwa ”fitrah” adalah tabiat yang siap menerima agama Islam. Pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengembangkang potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan pribadi seseorang.7 Dalam hadits Rasulullah SAW berkata:
:
: (
).
”Dari Abi Hurairah r.a: Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (keimanan terhadap tauhid) tetapi orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang yahudi, nasrani atau majusi”. (H.R Bukhari). Disini Islam hadir dengan pendidikan Islamnya sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab kepada dirinya, bangsa, negara serta agama.
5
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bakti Bima Yasa, 1998), hlm. 1-2. 6 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 50. 7 Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 3-8. 8 Imam Abi Abdillah Muhammad, Shaheh Al-Bukhari, Juz II, (Beirut: Darul Fikri, 1891), hlm. 97.
Pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi, pertama dari sudut pandang masyarakat, dan yang kedua dari sudut pandang individu. Dari sudut pandang masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua ke generasi muda agar hidup masyarakat berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas tersebut tetap terpelihara. Sedang bila dilihat dari kaca mata individu pendidikan berarti pengembangan potensipotensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak nampak karena masih berada di dasar laut. Ia perlu dipancing dan digali supaya menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia.9 Fokus utama pendidikan diletakkan pada tumbuhnya kesadaran, kepintaran anak yaitu kepribadian yang sadar diri, kesadaran budi sebagai pangkal dari kesadaran kreatif. Dari akar dan kepribadian yang sadar diri atau suatu kualitas budi pekerti luhur inilah manusia bisa berkembang mandiri di tengah lingkungan sosial yang berubah semakin cepat. Ironinya dunia pendidikan selama ini kurang menaruh perhatian pada pertumbuhan pribadi peserta didik yang sering dibiarkan tumbuh alamiah. Hanya dengan IQ (kognisi) tanpa EQ (psikomotor) dan SQ (afeksi), seseorang lebih berbahaya karena mudah melakukan kejahatan profesional seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dan lebih parah lagi apabila kita menyaksikan anak muda, pelajar, mahasiswa yang tidak betah di rumah dan terasing dari lingkungan sosial. Disinilah pentingnya kehadiran pendidikan agama Islam sebagai tonggak awal pembentukan moralitas banga, banyak kalangan yang menyatakan bahwa persoalan bangsa ini akibat dari merosotnya moral bangsa dengan mewabahnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, tuntutan untuk melakukan reformasi secara menyeluruh harus menyentuh pada aspek yang 9
hlm.3.
Hasan Langgulung, AsasAsas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992),
berkaitan dengan bidang akhlak, sebab akhlak yang buruk serta kualitas keimanan dan ketaqwaan masyarakat yang buruk merupakan faktor utama tumbuh suburnya praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Tidak hanya itu,
bahkan
dimungkinkan
berkembangnya
kecenderungan
sadisme,
kriminalitas serta merebaknya pornografi dan pornoaksi di tengah-tengah masyarakat.10 Untuk itu pendidikan dirasa terlalu dangkal kalau pendidikan itu hanya ditujukan untuk memperoleh ilmu (knowledge) dan keterampilan (skill) saja, lebih dari itu semua adalah penanaman sikap (attitude) yang positif pada peserta didik. Apalagi kalau objek pendidikan itu memang nilai-nilai yang tidak dapat dinilai dengan betul-salah, tetapi dengan baik atau buruk, percaya atau tidak percaya, suka atau tidak suka dan lain-lain. 11 Pendidikan diberikan kepada manusia untuk mengembangkan bakatbakat dan prestasinya untuk menstransformasi nilai-nilai positif agar ia tidak terseret oleh potensi negatifnya ataupun daya tarik kefasikan. Semua itu dalam rangka membentuk manusia yang dicita-citakan. Dalam konsep pendidikan Islam manusia yang dicita-citakan adalah insan paripurna (insan kamil). Hal ini tidak bisa terlepas dari pandangan hidup manusia yang merupakan bagian dari Kosmos atau makhluk Tuhan, dimana akhirnya Tuhanlah yang akan menentukan sikap dan nasib manusia. Sebaliknya, manusia harus aktif dan berusaha mandekatkan diri kepada Tuhan dan berikhtiar memperbaiki nasibnya sendiri. Secara psikologis hal itu merupakan proses integrasi pada diri sendiri menuju kapada kepribadian yang utuh.12 Memang bidang pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap kualitas kepribadian seseorang, sejalan dengan tugas utama Rasulullah SAW yaitu membentuk akhlakul karimah atau dengan kata lain membentuk kepribadian muslim.
10
Musthofa Rembangy, op.cit., hlm. 222-223. Hasan Langgulung, Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995), hlm. 405. 12 Abdul Azaz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 2001), hlm. 65. 11
Pembentukan atau perkembangan ini berlangsung melalui tiga fase, yaitu mulai pada fase perkembangan itu sampai sekitar usia 5 tahun, dimana fase ini merupakan fase yang banyak berkaitan dengan kewibawaan dan kekuasaan. Kedua, pada masa anak-anak dan masa remaja yang merupakan masa yang sebagian besar diarahkan pada hubungan dengan teman sebaya. Ketiga, yaitu pada fase orang mulai memasuki dunia kerja dan mulai berkeluarga, dimana persoalan-persoalan pada masa lalu berpadu dengan persoalan-persoalan identitas diri.13 Setiap konsep dan perbuatan pendidikan dilatarbelakangi oleh konsep tertentu tentang tabiat manusia. Contoh ketika berinteraksi dengan suatu alat, maka seseorang membutuhkan pemahaman tentang alat itu, seperti tentang konstruksi dan cara kerjanya. Demikian juga ketika berinteraksi dengan individu manusia pendidik selayaknya mengenali dan menyusun persepsi yang benar tentang tabiatnya. Oleh sebab itu, topik tentang tabiat manusia menempati kedudukan yang sangat penting dalam pendidikan, dan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan tingkah laku manusia dan aspek-aspek moral pada individu, serta studi tentang masyarakat dan perilaku sosial.14 Hal ini menjadi penting karena pada dasarnya setiap orang ingin memiliki nilai luhur yang dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata di dunia ini, yaitu nilai yang berlandaskan kemampuan dan kelayakan manusia atau berdasarkan fitrah kejadian manusia sebagai makhluk termulia di dunia ini. Prinsip-prinsip atau nilai-nilai luhur itu dapat dikembangkan dari kodrat manusia sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial dan makhluk rohaniah. 15 Dalam membentuk karakter, watak atau jiwa yang tangguh baik secara fisik maupun mental ada banyak hal yang bisa kita lakukan selain melalui lembaga sekolahan, salah satunya melalui pendidikan beladiri pencak silat yang merupakan warisan budaya asli Indonesia. Pencak silat sudah terbukti
13
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, Dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), 22-23. 14 Hery Noer Aly, dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hlm. 115. 15 Abdul Aziz Ahyadi, op.cit., hlm. 65.
membentuk manusia-manusia yang berkarakter, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa atas segala masalah yang dihadapi, pencak silat telah berhasil membentuk para pendekar yang kuat secara jasmani maupun rohani sehingga terbentuk pribadi-pribadi yang tangguh dan siap terjun dalam masyarakat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Pandji Oetojo bahwa pencak silat sebagai hasil krida atau karya pengolahan akal, kehendak dan rasa yang dilandasi kesadaran atau kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, terdiridari 4 aspek yang merupakan satu kesatuan yang bulat, yakni aspek mental-spiritual, beladiri, seni dan olahraga. Keempat aspek tersebut baik masing-masing maupun keseluruhan, mengandung materi pendidikan yang menyangkut sikap dan sifat ideal, yaitu sikap dan sifat yang menjadi idaman bagi hidup pribadi, hidup bermasyarakat dan bernegara. 16 Pernyataan senada juga disampaikan Sucipto bahwa pencak silat telah menunjukkan jati dirinya dan telah terbukti membentuk kepribadian yang kokoh bagi para pengikutnya, tidak hanya pada pembinaan terhadap aspek olahraga, seni dan beladirinya semata, melainkan juga dapat mengembangkan watak luhur, sikap ksatria, percaya pada diri sendiri dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sentuhan pencak silat yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan, yang dimulai dari tingkat dasar akan sangat membantu dalam pembentukan kader bangsa yang berjiwa patriotik, berkepribadian luhur, disiplin serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.17 Begitu pula dengan Johansyah Lubis, yang mengatakan gerak dasar pencak silat merupakan gerak terencana, terarah, terkordinasi dan terkendali yang memiliki aspek sebagai satu kesatuan, yaitu aspek mental, spiritual, beladiri, olah raga dan seni budaya.18 Sehingga pendidikan pencak silat tidak
16
Pandji Oetojo, Pencak Silat, (Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2000), hlm. 8. Sucipto, Materi Pokok Pencak Silat, (Jakarta: Universitas Terbuka DEPDIKNAS, 2009), hlm.1.21. 18 Johansyah Lubis, Pencak Silat Panduan Praktis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 7. 17
lagi bersifat keterampilan saja, melainkan untuk membentuk kualitas kepribadian manusia. Pada perkembangan selanjutnya, pencak silat bisa dijadikan sarana dan materi pendidikan untuk membentuk manusia-manusia yang mampu melaksanakan perbuatan dan tindakan yang bermanfaat dalam rangka menjalin keamanan dan kesejahteraan bersama. Pencak silat merupakan hasil budi daya manusia yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan bersama, pencak silat merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang diajarkan kepada warga masyarakat yang meminatinya.19 Pencak silat juga membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang dengan adanya ajaran kerohanian, dengan ini diharapkan bisa mewujudkan keselarasan dan keseimbangan antara diri individu dengan alam sekitarnya.20 Para pendekar dan guru pencak silat dengan tekun memberi ajaran keagamaan, etika moral kepada anak didiknya agar menjadi manusia ideal yang memiliki sifat taqwa, tanggap dan tangguh yang mampu mengendalikan diri dan berusaha mewujudkan sebuah masyarakat yang damai dan sejahtera, amar makruf nahi mungkar dan bertaqwa kepada Tuhan. Oleh karena itu pendidikan beladiri pencak silat sangat cocok dijadikan alternatif lain selain lembaga pendidikan sekolah dalam membentuk manusia yang berkepribadian tangguh, disiplin dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi setiap persoalan hidup yang semakin banyak. Di Indonesia sendiri ada banyak perguruan silat yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini, salah satunya adalah Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilang Bango Madiun pada tahun 1922. Dalam PSHT ada lima aspek yang diajarkan kepada para siswanya, kelima aspek tersebut dalam PSHT dikenal sebagai panca dasar ajaran PSHT, panca dasar tersebut antara lain persaudaraan, olah 19 20
Pandji Oetojo, op.cit., hlm.2. Nur Dyah Naharsari, Olahraga Pencak Silat, (Jakarta: Ganeca Exact, 2008), hlm. 10.
raga, beladiri, seni dan ke-SH-an (kerohanian). Kelima aspek tersebut yang paling ditekankan dalam PSHT adalah aspek persaudaraan sehingga ketika seorang siswa akan disahkan menjadi seorang warga PSHT mereka terlebih dahulu disumpah dengan beberapa sumpah yang salah satunya berisi tentang larangan berkelahi antara sesama warga PSHT. Panca dasar ajaran PSHT tersebut mempunyai manfaat yang sangat besar dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh dan siap menghadapi segala sesuatu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama. Aspek persaudaraan diharapkan akan membantu seseorang untuk hidup bermasyarakat, aspek olahraga dan beladiri akan membantu seseorang untuk mendapatkan kesehatan jasmani, semangat dan pemberani, aspek seni berkaitan dengan estetika, hal ini bisa membuat jiwa menjadi indah sedangkan aspek spiritual dapat meningkatkan religiusitas, jadi setiap aspek yang terkandung dalam ilmu beladiri pencak silat penting untuk membantu membentuk kepribadian dan karakter generasi muda. Karena begitu pentingnya pembentukan kepribadian dan karakter pada generasi muda, maka peneliti mengadakan penelitian tentang bagaimana pembentukan kepribadian dengan cara tersendiri yaitu melalui ilmu beladiri pencak silat. Dan judul dari penelitian ini adalah ”PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang)”.
B. Penegasan Istilah Untuk memudahkan pemahaman serta menjaga
adanya kesalahan
terhadap pemahaman dan maksud yang terkandung dalam bunyi judul, maka akan terlebih dahulu peneliti kemukakan beberapa istilah yang dipandang perlu dijelaskan. Pendidikan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata didik yang berarti memelihara, memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Sehingga pendidikan berarti proses pengubahan sikap
dan tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan, cara mendidik.21 Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia seta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.22 Kepribadian, istilah kepribadian berasal dari terjemahan kata personality yang berasal dari bahasa latin persona, pada mulanya kata persona menujuk pada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya. Dari sini lambat laun kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu kepada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya itu.23 Para ahli ilmu jiwa, banyak yang mengemukakan pendapat tentang kepribadian sesuai dengan latar belakang kehidupan dirinya, namun dari sekian banyak pendapat teori yang dipandang lengkap dan sistematis adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh G.W Allport menurutnya kepribadian atau personality adalah sebagai berikut: ”Personality is dynamic organization with in the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment” artinya: ”Kepribadian adalah suatu organisasi sistem jiwa raga yang dinamis pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.24
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. VIII, Edisi II, hlm. 232. 22 UU RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1, Pasal 1, Ayat 1. 23 Kuswara, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: PT. ERESCO, 1991), hlm.10. 24 Meitasari Tjandrasa, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. Gelora Aksara pratama, 1987), hlm. 236-237.
Dengan melihat pendapat tentang kepribadian diatas, maka dapat kita ketahui bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan fungsional antara fisik dan psikis atau jiwa raga dalam diri individu yang membentuk karakter atau ciri khas yang unik didalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya sebagai bentuk terhadap penyesuaian dengan lingkungannya.25 Pendidikan kepribadian, adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok, sebagai usaha mendewasakan manusia dan membentuk karakter atau ciri khas yang unik didalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya, sebagai bentuk terhadap penyesuaian dengan lingkungannya melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan dan cara mendidik, sehingga akan terbentuk pribadi yang integratif yaitu pribadi yang menyadari dan menaruh perhatian pada jati diri atau konsep diri atau identitas diri. Konsep diri adalah suatu pemahaman mengenai siapa dirinya dan seperti apa dirinya sehingga mereka akan berusaha memahami dan mendefinisikan nilai-nilai (kebaikan, keburukan, keindahan, kebenaran, kearifan dan lain-lain) yang diyakininya.26 Melalui, adalah menempuh.27 Pencak silat, adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan. Sebelum ada kesepakatan untuk mengkukuhkan kata pencak silat sebagai istilah nasional, bahkan mungkin sampai sekarang walaupun mungkin hanya kelompok minoritas, dikalangan pendekar masih ada yang mengartikan istilah pencak silat yang berasal dari dua kata yang berbeda masing-masing artinya, seperti pendapat Abdus Syukur yang mengatakan pencak adalah gerak langkah keindahan dengan menghindar, yang besertakan gerakan berunsur
25
M. Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1985), hlm.
240. 26
Abdul Munir Mulkhan, Cerdas Di Kelas Sekolah Kepribadian, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002), hlm. 26. 27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit, hlm. 371.
komedi. Pencak dapat dipertontonkan sebagai sarana hiburan, sedangkan silat adalah unsur teknik beladiri menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan didepan umum. R.M. Imam Koesoepangat, Guru Besar PSHT di Madiun: pencak sebagai gerakan beladiri tanpa lawan, sedangkan silat sebagai gerakan beladiri yang tidak dapat dipertontonkan. 28 Baru dengan pendirian IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) pada tahun 1948 di Surakarta, istilah pencak silat mulai dibukukan sebagai istilah nasional. Kemudian pada seminar olah raga asli Indonesia di Tugu, Cisaruah bulan November 1973, disepakati dan diresmikan kata pencak silat sebagai sebutan olah raga asli Indonesia.
C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses pendidikan kepribadian melalui latihan ilmu beladiri pencak silat di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? 2. Bagaimana proses terbentuknya kepribadian siswa dalam proses latihan di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pendidikan kepribadian melalui latihan ilmu beladiri pencak silat. 2. Untuk mengetahui proses pembentukan kepribadian dalam proses latihan ilmu beladiri pencak silat. Hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaat :
28
Sucipto, op.cit., hlm. 1.19.
1. Diketahui adanya alternatif lain dalam membentuk kepribadian seseorang selain melalui lembaga pendidikan sekolah. 2. Menunjukkan bahwa ilmu beladiri pencak silat tidak hanya untuk melatih kekuatan fisik semata tetapi juga kekuatan mental spiritual sehingga tercipta pribadi-pribadi yang tangguh. Didalam penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti berharap bisa bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya. Bagi peneliti, penelitian ini sangat penting karena berangkat dari alasan pemilihan judul tersebut, yang menjadi keingintahuan peneliti akan terjawab. Dan bagi kita semua peneliti berharap mampu memberi solusi terhadap dunia pendidikan dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh khususnya pada generasi muda.
E. Kajian Pustaka Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kekurangan dan kelebihan yang ada sebelumnya. Selain itu juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan landasan teori ilmiah. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji beberapa penelitian yang pernah diteliti oleh beberapa peneliti lain, penelitian tersebut digunakan sebagai bahan kajian pendukung dalam penelitian ini. Adapun penelitian yang dijadikan bahan kajian pendukung adalah sebagai berikut: Pendidikan Kesabaran Melalui Pendekatan Ilmu Pernafasan (Studi Kasus Di Lembaga Beladiri Sinar Putih Cabang Semarang) oleh Achmad Mujahid (3111195) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2006. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada fokus dan objek penelitiannya, pada penelitian tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah pendidikan kesabaran dan objek penelitiannya pada
lembaga beladiri Sinar Putih, sedangkan pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya adalah pendidikan kepribadian dan objek penelitiannya pada lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Seni Beladiri Pencak Silat PSHT (Studi Analisis Dokumen PSHT Kom. IAIN Walisongo) oleh Alfan Rohmatik (3101331) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2008. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada fokus penelitiannya, pada penelitian tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah nilai-nilai akhlak, sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan adalah pendidikan kepribadian. Studi Korelasi Pendidikan Kepramukaan Dengan Kepribadian Siswa Di MI Mathol’ul Falah Buko Wedung Demak Tahun 2003-2004 oleh Sumikhah (3502063) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2005. Penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan keduanya sama-sama membahas tentang kepribadian sehingga penelitian tersebut dijadikan sebagai bahan kajian pendukung pada penelitian ini.
F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.29 2. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah tentang pendidikan kepribadian yang dilaksanakan pada lembaga beladiri pencak 29
1.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. ALFABETA, 2008), hlm.
silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang, dimana fokus penelitian ini dibagi dalam beberapa subfokus penelitian yang meliputi: a. Bagaimana proses pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang yang meliputi unsur-unsur pendidikan kaitannya dengan: 1)
Prosedur latihan fisik (pemanasan).
2)
Prosedur latihan senam dasar dan jurus.
3)
Prosedur latihan mental dan kerohanian.
b. Bagaimana proses pembentukan kepribadian pada proses latihan beladiri pencak silat di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang kota Semarang yang meliputi: 1) Aspek fisik (jasmaniah). 2) Aspek psikis (mental spiritual). 3. Sumber Data a. Sumber data primer Untuk memperoleh data primer peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan, wawancara, terhadap siswa dan warga (pelatih), serta melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen pada lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. b. Sumber data sekunder Untuk memperoleh data sekunder peneliti melakukan penelitian terhadap buku-buku , majalah, skripsi yang ada kaitannya dengan judul penelitian yang peneliti lakukan. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Metode interview (wawancara), yaitu metode pengumpulan data dengan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. 30 Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri kepada semua pihak yang dapat memberikan data terkait judul penelitian yang peneliti lakukan, misalnya kepada siswa-siwi dan warga (pelatih) pada lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. b. Metode observasi, yaitu sebuah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data), yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomene-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.31 Metode ini dilakukan peneliti dengan cara melihat atau mengamati secara langsung kondisi lapangan serta bagaimana sikap atau kepribadian dari para pelatih (warga) dan siswa dalam proses latihan, serta bagaimana proses pendidikan kepribadian dilakukan dalam latihan di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. Kemudian data-data yang diperoleh digunakan untuk melengkapi data-data hasil interview. c. Metode dokumentasi, yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dari dokumen yang berupa tulisan ataupun catatan-catatan diagram dan lainnya yang ada kaitannya dengan data yang dibutuhkan, misalnya: data anggota dan catatan kegiatan dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. d. Metode angket, metode angket ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh data mengenai sikap dan tingkah laku siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis kepribadian para siswa. Dalam penelitian ini peneliti memberikan angket kepada siswa dan warga untuk kemudian dianalisis bagaimana kepribadian mereka
30
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 82. 31 Ibid, hlm. 76.
setelah mengikuti latihan pencak silat di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. 5. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis catatan hasil observasi, interview, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan.32 Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis dengan menggunakan analisis data menurut Miles dan Hubermen, yang mana analisis ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktifitas dalam analisis data ini yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk dicari tema dan polanya (data reduction), kemudian data disajikan dalam sebuah pola yang sesuai dengan kajian (data display), dan setelah itu ditarik sebuah kesimpulan yang menghasilkan sebuah hipotesis dan deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remangremang atau gelap menjadi jelas (conclusion drawing) atau (verification).33
32
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996),
hlm. 104. 33
Sugiyono, op.cit., hlm. 91-99.
BAB II PENDIDIKAN KEPRIBADIAN DAN ILMU BELADIRI PENCAK SILAT
A. Pendidikan kepribadian 1. Pendidikan a. Pengertian pendidikan Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata didik yang berarti memelihara, memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Sehingga pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan, cara mendidik. Pendidikan secara etimologi diartikan memelihara, memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran.34 Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk
mewujudkan
suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.35 Dalam
bahasa
Inggris
pendidikan
disebut
sebagai
”education”, sedangkan dalam bahasa latin ”educere” secara etimologi berarti memasukkan sesuatu, yaitu memasukkan ilmu pengetahuan kepada seseorang.36 Sedangkan dalam bahasa Arab dapat dijumpai adanya kata ta’lim dan tarbiyah, berarti pengajaran 34
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. VIII, Edisi II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 232. 35 UU RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1, Pasal 1, Ayat 1. 36 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992), hlm.4.
dan pendidikan, yang berasal dari kata dasar allama dan rabba sebagaimana digunakan dalam al-Qur’an, sekalipun konotasi kata tarbiyah
lebih
luas
sebab
mengandung
arti
memelihara,
membesarkan dan mendidik serta mengandung makna mengajar (allama). Disamping itu selain kata ta’lim dan tarbiyah terdapat pula kata ta’dib yang ada hubungannya dengan kata adab yang berarti susunan. Dimana mendidik adalah membentuk manusia menempati tempat yang tepat dalam susunan masyarakat dalam posisi yang proporsional sesuai ilmu dan teknologi yang dikuasai.37 Mengenai pengertian pendidikan para pakar pendidikan banyak yang mendefinisikan secara jelas tentang pendidikan, diantaranya adalah: 1) Menurut Zahra Idris bahwa pendidikan adalah: ”Serangkaian interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dan peserta didik secara tatap muka atau dengan menggunakam media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan peserta didik”.38 2) Menurut Umar Tirtarahardja dan Lasula pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan
yang
sistematis
dan
sistemik
terarah
kepada
terbentuknya kepribadian peserta didik. 3) Ahmad D. Marimba memberi definisi pendidikan sebagai berikut: Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 39 Dari beberapa definisi pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah serangkaian usaha sadar yang dilakukan
37
Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
38
Zahra Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992), hlm.
39
Binti Maunah, op.cit., hlm. 2-3.
hlm. 94. 4.
oleh manusia dewasa dalam rangka membentuk pola tingkah laku atau akhlak yang baik dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak-anak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat tertentu, sehingga anak didik menjadi pribadi-pribadi yang utama. Beberapa pengertian pendidikan di atas pada dasarnya sama dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan agama Islam. Berikut ini beberapa tujuan pendidikan agama Islam menurut para ahli pendidikan Islam: 1) Menurut Prof. DR. Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam, dikatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan dan penghayatan lahir. Oleh karena itu pendidikan harus menyiapkan pertumbuhan manusia dalam segi: spiritual, intelektual, imajinatif, jasmani, ilmiah, linguistik, baik individu maupun kolektif, dan semua itu didasari oleh motivasi mencapai kebaikan dan perfeksi. 40 2) Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah dalam buku Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt.41 3) Tujuan pendidikan Islam menurut M. Djunaidi Dhany adalah sebagai pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna, peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak terhadap agama dan terhadap Tuhan, serta untuk mengembangkan intelegensi anak secara efektif.42
40
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm.
33. 41
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 19. 42 Ibid, hlm. 24.
2. Kepribadian a. Pengertian kepribadian Kepribadian adalah ciri atau karakteristik, gaya ataupun sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.43 Para ahli ilmu jiwa, banyak yang mengemukakan pendapat tentang kepribadian sesuai dengan latar belakang kehidupan dirinya, namun dari sekian banyak pendapat teori yang dipandang lengkap dan sistematis adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh G.W Allport menurutnya kepribadian atau personality adalah sebagai berikut: ”Personality is dynamic organization with in the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment” artinya: ”Kepribadian adalah suatu organisasi sistem jiwa raga yang dinamis pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.44 Kata personality berasal dari bahasa latin persona, pada mulanya kata persona menujuk pada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya.
Dari
sini
lambat
laun
kata
persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu kepada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya itu.45
43
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, Dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hlm. 11. 44 Meitasari Tjandrasa, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. Gelora Aksara pratama, 1987), hlm. 236-237. 45 Kuswara, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: PT. ERESCO, 1991), hlm.10.
Dengan melihat pendapat tentang kepribadian diatas, maka dapat kita ketahui bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan fungsional antara fisik dan psikis atau jiwa raga dalam diri individu yang membentuk karakter atau ciri khas yang unik didalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya sebagai bentuk terhadap penyesuaian dengan lingkungannya.46 b. Pengertian pendidikan kepribadian Pendidikan kepribadian adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia dan membentuk karakter atau ciri khas yang unik didalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya, sebagai bentuk terhadap
penyesuaian
dengan
lingkungannya
melalui
upaya
pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan dan cara mendidik, sehingga akan terbentuk pribadi yang integratif yaitu pribadi yang menyadari dan menaruh perhatian pada jati diri atau konsep diri atau identitas diri. Konsep diri adalah suatu pemahaman mengenai siapa dirinya dan seperti apa dirinya sehingga mereka akan berusaha memahami dan mendefinisikan nilai-nilai (kebaikan, keburukan, keindahan, kebenaran, kearifan dan lain-lain) yang diyakininya.47 c. Aspek-aspek kepribadian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian 1) Aspek-aspek kepribadian Yang dimaksud aspek-aspek kepribadian disini adalah hal-hal apa saja yang termasuk kedalam kepribadian. Kepribadian disini meliputi kualitas keseluruhan dari seseorang, kualitas itu akan tampak dari cara-caranya berbicara, berpendapat, sikapnya, niatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.
46
M. Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1985), hlm.
240. 47
Abdul Munir Mulkhan, Cerdas Di Kelas Sekolah Kepribadian, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002), hlm. 26.
Secara garis besar aspek-aspek kepribadian dibagi menjadi tiga: a) Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berbuat, cara-caranya berbicara dll. b) Aspek-aspek kejiwaan, yaitu aspek-aspek yang tidak segera dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berfikir, minat dan sikap. c) Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, ini meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap kedalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan sudah mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan individu itu. Bagi orang yang beragama bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Aspek-aspek inilah yang memberikan kualitas kepribadian sacara keseluruhan.48 Sedangkan Ny. Yoesoef Noesyirwan (1978) sebagaimana dikutip oleh Abdul Aziz Ahyadi menganalisis kepribadian kedalam empat aspek, yaitu: a) Vitalitas adalah konstanta (keadaan tetap) dan semangat hidup pribadi seseorang. Aspek ini merupakan faktor pembawaan bukan jasmaniah dan merupakan unsur penting yang ikut menentukan kemampuan berprestasi, sikap hidup dan sikap terhadap sesama manusia. b) Temperamen adalah konstanta dari warna dan bentuk pengalaman pribadi serta cara bereaksi dan bergerak.
48
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al Maarit, 1989), hlm. 68.
c) Watak adalah konstanta dari hasrat, perasaan dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. d) Kecerdasan, bakat daya nalar adalah konstanta kemampuan pribadi.49 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Faktor yang besar pengaruhnya terhadap kepribadian adalah hasil hubungan kita dengan lingkungan atau pengalaman hidup kita. Para ahli membedakan dua macam faktor pengalaman yang mempengaruhi kepribadian manusia: a) Faktor pengalaman umum. Yang dimaksud pengalaman umum adalah pengalaman yang dihayati oleh hampir semua anggota masyarakat atau bahkan oleh semua manusia, misalnya: dalam hal nilai-nilai, prinsip-prinsip moral dan cara-cara hidup yang dihayati oleh semua anggota masyarakat tentunya nilai-nilai tersebut yang bersifat universal. b) Faktor pengalaman unik. Yang dimaksud faktor pengalaman unik adalah pengalaman-pengalaman yang hanya pernah dialami oleh dirinya sendiri. Setiap manusia telah memiliki ciri-ciri tertentu serta kecenderungan-kecenderungan tertentu, maka reaksi dirinya terhadap lingkungan atau reaksi lingkungan terhadap dirinya bersifat khas pula. Pengalaman unik ini menentukan bagian dirinya yang bersifat khas, unik dan tidak ada duanya.50 3) Proses pembentukan kepribadian Proses pembentukan individu sangat ditentukan oleh waktu dan kematangan pribadi. Proses ini dipengaruhi oleh faktor usia, pengetahuan manusia dengan hereditas, kematangan dan
49
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1995), hlm. 69-92. 50 Irwanto dkk, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1989), hlm. 227.
proses belajar sangat membantu untuk menjawab persoalan pribadi secara memuaskan. Pembentukan kepribadian
memerlukan waktu
tidak
sebentar, bahkan waktu yang panjang, berangsur-angsur dan kontinuitas sangat dibutuhkan. Dikatakan oleh Prof.
Patty,
M.A.
dalam
seluruh
perkembangan ini nampak bahwa setiap perkembangan maju muncul
dalam
cara-cara
yang
kompleks,
dan
setiap
perkembangan didahului oleh perkembangan sebelumnya. Ini berarti perkembangan itu tidak hanya kontinu, tetapi juga perkembangan fase yang satu diikuti dan menghasilkan (menentukan) perkembangan pada fase berikutnya.51 Dengan demikian pembentukan kepribadian itu tidak mungkin terlepas dari proses perkembangannya itu sendiri. Sedangkan proses itu selalu mengaitkan faktor indogen dan eksogen (sosial). Dalam hal ini individu memerlukan dan sangat butuh peran sosial untuk mendewasakan pribadinya, melalui proses imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati serta komunikasi individu akan mengalami penyesuaian, perubahan dan perkembangan yang kemudian akan menjadi muatan kepribadian. Dalam proses pembentukan kepribadian setidaknya ada tiga unsur di bawah ini: a) Unsur-unsur dinamik, yaitu bermacam-macam dorongan bagi perangai dan tujuannya. b) Ciri-ciri watak yang berhubungan dengan ciri-ciri yang membedakan respon-respon seseorang tanpa memperhatikan rangsangan yang menyebabkannya, seperti kecepatan bereaksi atau kekuatan dan tingkat kegiatannya. c) Kemampuan
dan
kesanggupan
mental,
yaitu
yang
menentukan kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu 51
Patty dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 179.
yang tercermin dalam kecerdasan dan kemampuan hitung serta ketrampilannya. Pembentukan kepribadian yang sempurna, terpadu akan tercapai bila dalam prosesnya tanpa mengabaikan hal kecil sekalipun. Dan tiga tahap pembentukan yang harus berjalan lancar dan bersamaan dengan aspek-aspek serta unsur-unsur penunjang yang mempengaruhi pembentukan kepribadian itu, semua itu dibutuhkan proses kerjanya secara serasi dan seimbang. 52 B. Ilmu beladiri pencak silat 1. Pengertian ilmu beladiri pencak silat a. Pengertian beladiri. . Ada dua pengertian beladiri, yaitu secara sempit dan secara luas. Bela diri dalam arti sempit adalah seni bertarung yang secara mendasar dibentuk oleh Dharma Thaisi (Tatmo Cawsu), yaitu seorang Pendeta Budha Generasi ke-28. Pada tahun 550 Masehi, ia bepergian ke India dari Cina untuk belajar agama Budha. Di samping itu, ia juga mempelajari Indo Kempo (Seni Bertarung Ala India). Hal ini memang penting dipelajari karena pendeta Budha saat itu sering bepergian dari Cina ke India atau sebaliknya untuk belajar agama Budha. Jalur Sutra saat itu tidak pernah sepi dari perampok. Kemudian seni ini dikembangkan di Kuil Shaolin, yang kemudian disebut sebagai Kung Fu Shaolin. Seiring perjalanan waktu, seni ini merambah ke berbagai negara di dunia ini. Di Jepang, adopsi seni ini melahirkan Ju Jitsu, Aikido, Hapkido, Judo, dan Karate. Di Thailand, Thai Boxing. Di Indonesia, Pencak Silat. Di Korea, Tae Kwon Do. Bahkan di zaman moderen sekarang ini, seni ini masih melahirkan beladiri baru seperti Mixed Martial Art dan Shinto Ryu. Sedangkan beladiri dalam arti luas pengertiannya lebih luas daripada dalam arti sempit. Mencakup metode apapun yang 52
Ibid., hlm.180.
digunakan manusia untuk membela dirinya. Tidak masalah bersenjata atau tidak. Gulat, Tinju, permainan pedang, menembak, dan seni beladiri yang terurai di atas termasuk bagian dalam pengertian ini. Walaupun banyak ahli beladiri Timur yang berpendapat bahwa Gulat dan Tinju tidak termasuk dalam seni bela diri, namun dua ini sekarang dikategorikan sebagai seni beladiri. Secara sistematis, keduanya memenuhi syarat untuk disebut sebagai “Seni Beladiri”.53. b. Pengertian pencak silat. Pencak silat adalah sarana dan materi pendidikan untuk membentuk manusia-manusia yang mampu melaksanakan perbuatan dan tindakan yang bermanfaat dalam rangka menjalin keamanan dan kesejahteraan bersama. Pencak silat merupakan hasil budi daya manusia
yang
bertujuan
untuk
menjamin
keamanan
dan
kesejahteraan bersama, pencak silat merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang diajarkan kepada warga masyarakat yang meminatinya.54 Sebelum ada kesepakatan untuk mengukuhkan kata pencak silat sebagai istilah nasional, bahkan mungkin sampai sekarang walaupun mungkin hanya kelompok minoritas, dikalangan pendekar masih ada yang mengartikan istilah pencak silat yang berasal dari dua kata yang berbeda masing-masing artinya. Beberapa pendekar pencak silat mengungkapkan arti pencak silat sebagai berikut: a. Abdus Syukur mengatakan pencak adalah gerak langkah keindahan dengan menghindar, yang besertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan sebagai sarana hiburan, 53
“Seminar Pencak Silat Menggali Nilai Filosofi dan Relevansi dalam Konteks Zaman “, http://silatindonesia.com/2009/05/seminar-pencak-silat-di-universitas-indonesia-kampusdepok/12042010. 54 Pandji Oetojo, Pencak Silat, (Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2000), hlm.2.
sedangkan silat adalah unsur teknik beladiri menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan didepan umum. b. Menurut Mr. Wongsonegoro mengatakan bahwa pencak adalah gerak serang bela yang berupa tari dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu yang biasanya untuk pertunjukan umum. Sedangkan silat adalah intisari dari pencak untuk berkelahi membela diri mati-matian yang tidak dapat dipertunjukan di depan umum. c. R.M. Imam Koesoepangat, Guru Besar PSHT di Madiun mengartikan pencak sebagai gerakan beladiri tanpa lawan, sedangkan silat sebagai gerakan beladiri yang tidak dapat dipertontonkan.55 d. Menurut Prof. Dr. Purbo Tjaroko dalam bukunya ”Pencak Silat Diteropong dari Sudut Kebangsaan Indonesia”, dikatakan bahwa kata pencak berasal dari kata cak (injak), lincak-lincak (berulangulang menginjak), macak (berias diri), pencak baris (mengatur baris), pencak (memasang diri). Sedangkan kata silat berasal dari kata lat (pisah), welat (bambu yang pisah dari batangnya), silat (memisahkan diri).56 Baru dengan pendirian IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) pada tahun 1948 di Surakarta, istilah pencak silat mulai dibukukan sebagai istilah nasional. Kemudian pada seminar olah raga asli Indonesia di Tugu, Cisaruah bulan November 1973, disepakati dan diresmikan kata pencak silat sebagai sebutan olah raga asli Indonesia. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB IPSI tahun 1975 adalah sebagai berikut : “Pencak silat adalah hasil 55
budaya
manusia
Indonesia
untuk
membela
Sucipto, Materi Pokok Pencak Silat, (Jakarta: Universitas Terbuka DEPDIKNAS, 2009), hlm. 1.19. 56 Sakti (ed.) , Persaudaraan Setia Hati Terate, (Ponorogo: Komisariat Walisongo Ngabar, tt), hlm. 19.
atau
mempertahankan
eksistensi
(kemandirian)
dan
integritasnya
(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. 2. Sejarah dan perkembangan ilmu beladiri pencak silat di Indonesia. Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia. Pencak silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya, kini pencak silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan unsurunsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur. Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri ini dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan dimana kini kita yang menuntut keterbukaan yang lebih luas. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda, nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembang menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok. Para ahli pembelaan diri dan pendekar
mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yang ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai ketrampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Jiwa keprajuritan
dan
kesatriaan
selalu
diberikan
untuk
mencapai
keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperlukan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu beladirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia. 57 a. Perkembangan pencak silat pada zaman penjajahan Belanda Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belanda tidak memberi kesempatan perkembangan pencak silat atau pembelaan diri nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih beladiri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok, sehingga perkembangan kehidupan pencak silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompokkelompok
57
kecil
pencak
silat
dipertahankan.
Kesempatan-
http://www.Ikatan-Pencak-Silat-Indonesia/26032010/wikipedia.org.id.
kesempatan yang diizinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakikat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan pencak silat untuk masa sesudahnya. b.
Perkembangan pencak silat pada pendudukan Jepang Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap pencak silat sebagai ilmu nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat. Di seluruh Jawa serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina pencak silat suatu olahraga berdasarkan pencak silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan nasional kita. Namun kita akui ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu, kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu pencak silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
c. Perkembangan pencak silat pada zaman kemerdekaan. Walaupun di masa penjajahan Belanda pencak silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para
pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru pencak silat atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta
terbentuklah
IPSI
yang
diketuai
oleh
Mr.
58
Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan pencak silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada pemerintah untuk memasukkan pelajaran pencak silat di sekolah-sekolah. Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu seminar pencak silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama "Pencak Silat" yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah pencak silat. Di beberapa daerah di Jawa lazimnya digunakan nama “Pencak” sedangkan di Sumatera orang menyebut “Silat”. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat. Pencak dapat mempunyai pengertian gerak dasar beladiri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Sedangkan silat mempunyai pengertian gerak beladiri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci
58
“Sejarah IPSI, Sejarah dan Perkembangannya”, http://fnpinky/01072010/sejarah-i-p-si/wordpress.com
murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan.59 3. Sejarah terciptanya lambang IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) Lambang IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) ditetapkan pada periode kepengurusan Bapak Tjokropanolo sebagai ketua pusat IPSI pusat (tanggal 28 Oktober 1975). Pada awalnya ide menciptakan lambang IPSI ini disayembarakan, akan tetapi hasil sayembara yang masuk tidak ada yang memenuhi persyaratan. Atas prakarsa sekjen PB IPSI waktu itu adalah saudara Januarno maka diciptakanlah lambang IPSI lengkap dengan makna dari lambang tersebut. Lambang dan makna dalam gambar IPSI dibawah ini adalah merupakan panduan yang harus diketahui, diikuti, dan dimengerti oleh semua jajaran organisasi IPSI dimana saja berada (baik di Indonesia maupun di luar negeri). Berikut ini makna lambang IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). a. Warna dasar putih: bermakna suci dalam amal perbuatan. b. Warna merah: berani dalam kebenaran. c. Warna hijau: ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu menuju kemantapan jiwa, karena selalu beriman dan bertauhid kepada Tuhan YME secara khidmat dan syahdu. d. Warna kuning: IPSI mengutamakan keluhuran budi pekerti dan kesejahteraan lahir-batin dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa. e. Perisai segi lima: IPSI berdasarkan landasan idiil Pancasila serta bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati. f. Sayap garuda berwarna kuning berotot merah: kekuatan bangsa Indonesia yang bersendikan kemurnian, keluhuran dan dinamika. Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar + 8 lembar bermakna tanggal berdirinya IPSI yaitu 18 Mei 1948. Sayap 18 lembar terdiri
59
Ibid.
dari 17 + 1 bermakna IPSI dengan semangat proklamasi kemerdekaan bersatu membangun negara Indonesia. g. Untaian lima lingkaran: IPSI melalui olahraga merupakan ikatan perikemanusiaan antara berbagai aliran dengan memegang teguh asas kekeluargaan, persaudaraan dan gotong-royong. h. Ikatan pita berwarna merah putih: IPSI merupakan suatu ikatan pemersatu dari berbagai aliran silat yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh rasa berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia. i. Gambar tangan putih didalam dasar hijau: menggambarkan bahwa IPSI membantu negara dalam bidang ketahanan nasional melalui pembinaan mental atau psikis agar kader-kader IPSI berkepribadian nasional serta berbadan sehat, kuat dan tegap. j. Senjata trisula: selalu siap siaga, IPSI didalam partisipasi pembangunan negara melalui usaha pokok: 1) Mengusahakan keluhuran budi pekerti. 2) Memelihara seni budaya bangsa Indonesia. 3) Menjalankan krida olahraga atau beladiri pencak silat.60 4. Makna filosofi dalam ajaran ilmu beladiri pencak silat. Dalam terminologi sastra Jawa dikenal kata ujug-ujug. Dalam bahasa Indonesia kata ini diartikan tiba-tiba atau spontanitas. Kesan awal yang tertangkap cenderung berkonotasi negatif, setidaknya bila acuan kita pada nilai kata, sebab kata ujag-ujug ini nyaris sepadan dengan kata grusa-grusu dalam bahasa Indonesia berarti ceroboh. Namun dalam konteks filsafat hidup, ternyata kata ini mengandung makna pasrah dan sumrawah. Bahkan kata ini dijabarkan oleh ketua umum PSHT H. Tarmadji Boedi Harsono, S.E. sebagai universalitas kemanusiaan manusia. Acuannya adalah bahwa hidup bukanlah sesuatu yang bisa direncanakan, sebab proses hidup sesungguhnya terangkai dalam kepastian-kepastian. Yang tidak boleh 60
Sakti (ed.), op.cit., hlm. 22-23.
dilupakan bahwa proses hidup juga terjalin melalui tindakan-tindakan (aktifitas) sehingga menghasilkan suatu output yang tidak ternyana tapi bernilai. Karena perencanaan adalah suatu bentuk pemikiran yang jauh kedepan sedangkan manusia adalah makhluk yang hanya mampu berkisar pada kekinian, sehingga sebaiknya seseorang tidak usah terlalu banyak berencana yang cenderung ngayawara (berbual), jadi tindakan nyata adalah jalan sekaligus pilihan terbaik. Bukanlah inspirasi selalu datang ujug-ujug (spontanitas), padahal mesti disepakati inspirasi adalah jantung perencanaan, pelatuk dari fokus bidikan. Padahal tanpa inspirasi mustahil rencana tersusun, tanpa inspirasi mustahil langkah akan terformat. Bahwa hidup bukan tertata dalam konteks matematis, adalah benar adanya. Hidup adalah tema tekstual dimana dua ditambah dua tidak lagi empat tapi bisa tambah bisa berkurang, dan jika demikian hukum yang terjadi kenapa kita mengharamkan manajemen ujug-ujug yang dijabarkan dan dilandasi dengan konsepsi Ilahiah, dilambari keyakinan, keimanan dan ketaqwaan.61 Adalagi falsafah Jawa yang disampaikan yang artinya kurang lebih adalah hati yang bersih. Para linuih dalam kultur Jawa sering menyarankan kepada siswanya untuk mengasah jati diri, sehingga mampu menemukan ”Tapake wayang galihe kangkung”. Seorang manusia tidak mungkin akan menemukan tapak kaki wayang atau pokok (galihe) kangkung. Bahwa tapak wayang dan galihe kangkung adalah sesuatu yang tidak mungkin ditemukan di dunia nyata ini. Ia merupakan fenomena dalam terma makrifat, yang tidak sembarang orang mampu menerjemahkannya, apalagi menemukannya. Pertanyaannya, dimana kita bisa menemukan ”Tapake wayang lan galihe kangkung” itu. Mencermati kalimat ini dalam sebuah 61
Andi C. Sudin, Guru Sejati Bunga Rampai Telaah Ajaran Setia Hati, (Madiun: Tabloid Lawu Pos, 2009 ), hlm. 62-64.
wawancara khusus dengan Mas Madji selaku ketua umum PSHT pusat Madiun dikatakan bahwa kalimat itu merupakan kalimat sanepan atau juga prolampitan yaitu sebuah kalimat yang menyembunyikan makna kesejatian, kecerdasan logika saja tidak akan mampu mendekati makna sesungguhnya. Secara harfiah, tapak wayang atau jejak wayang tidak akan terlihat oleh mata. Sebab wayang digerakan oleh Sang Dalang dan jejaknya hanya terpantul lewat cahaya (yang menyorot dari arah Sang Dalang) kemudian menimpa kelir atau bentangan kain putih di ruang kosong, berpigura gunungan. Dalam pagelaran wayang kulit atau di dunia pakeliran, disebelah kiri ruang kosong dipajang ratusan bahkan ribuan wayang (biasa disebut Bala Kurawa atau kelompok kiri), berjajar-jajar menunggu waktu Sang Dalang berkenan menggerakkan untuk melengkapi peran dalam sebuah fragmen atau lakon. Sedangkan disebelah kanan gunungan juga berjajar ratusan wayang (biasa disebut Bala Pandhawa atau kelompok kanan), keberadaan merekapun sama menunggu Sang Dalang memainkan dalam sebuah peran. Makna lainnya adalah jika tidak ada cahaya yang menerangi kaki wayang, maka tapak kaki itupun tidak akan tampak di bentangan kain putih yang disebut kelir. Sehingga menjadi hampa atau kosong atau juga hawa, ada tetapi tidak terlihat, bisa dirasa kehadirannya tetapi tidak bisa diraba. Sampai disini lantas banyak orang yang kemudian mencoba menerjemahkan bahwa tapake wayang itu sama dengan udara. Misteri inilah yang sesungguhnya menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi para komunitas penghayat ilmu makrifat. Sampai pada tema inipun Mas Madji selaku ketua umum PSHT pusat Madiun cenderung diam, Mas madji justru menyarankan kita mulai detik ini berlomba-lomba resikresikan ati (membersihkan hati). Beliau menegaskan bahwa hati yang bersih adalah awal terbukanya selubung ilmu ghaib.
Namun demikian usaha membersihkan hati itu tidak mungkin terjadi tanpa kita terus menerus mengasah diri, sabar dan ikhlas menerima suratan takdir baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Dan lebih penting lagi, selalu berserah diri dan berharap ridlo Allah, sebab puncak dari segala ilmu itu bersumber pada ridlo Allah. Maka muuncul keyakinan bahwa terma ini sudah menyerpih pada tataran ilmu kasunyatan dengan apa yang disebut ”Mencari Sang Mutiara Hidup Bertahta” ”Lelakuning Urip” itulah kata yang paling tepat untuk merujuk pada fenomena ini dan ”tirakat” adalah kata yang dimaksud.62 Berikut beberapa ungkapan peribahasa Jawa atau bisa disebut juga falsafah hidup orang Jawa yang biasa dijadikan falsafah hidup para insan pencak silat: a. Aluwung tan entengake patiku tinimbang aku kalah, amargo bungah susah, kendel jerih iku sing nduwe manungso, yen pati urip, rejeki lan jodo iku amung kagungane Gusti Allah Sing Murbeng Gesang, (saya lebih baik mati daripada saya kalah, karena gembira susah, berani takut itu yang memiliki manusia, tetapi hidup mati, rizki dan jodoh itu hanyalah milik Allah yang maha kuasa atas segala yang hidup). b. Cilik ora kurang akal, gede ora turah akal, waton isih kena tak pandeng aku ora bakal mundur kalah, (kecil tidak kurang alat, besar tidak lebih alat, asal masih bisa aku lihat tidak harus kalah). c. Kewan gelut kalah gede kalah, manungso gelut kalah gede durung mesti kalah, (binatang berkelahi kalah besar sudah pasti kalah, manusia berkelahi kalah besar belum pasti kalah). d. Sepiro gedening sengsoro yen tinompo amung dadi coba, (seberapa besarnya kesengsaraan apabila kita terima dengan tabah, rela dan ikhlas itu hanya akan menjadi ujian dari tuhan yang maha kuasa).63
62
Ibid, hlm. 64-67.
e. Yen mlaku aja sok ndangak mundhak kesandhung, mulah luwih becik tumungkul (bila berjalan jangan suka melihat ke atas karena dapat tersandung, maka lebih baik melihat ke bawah). Maksudnya dalam hidup itu jangan suka memandang mereka yang lebih kaya, karena dapat menimbulkan perasaan iri hati. Lebih baik memandang mereka yang tingkat ekonominya di bawah kita, sebab sikap ini dapat membawa perasaan dan kesadaran untuk bersyukur kepada Tuhan. f. Aja kedhuwuran ing pajangka (jangan ketinggian dalam cita-cita). Maksudnya cita-cita yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki sulit untuk mencapainya. g. Sing sapa rasa risi (barang siapa yang merasa, maka tidak enak perasaannya). Maksudnya bila seseorang berbuat kesalahan kepada orang lain dan belum sempat minta maaf atau berutang kepada orang lain dan belum dapat membayarnya, maka apabila bertemu dengan orang yang bersangkutan dia akan merasa tidak enak dan tidak tenang. h. Aja dumeh (jangan mentang-mentang). Maksudnya, mentangmentang sedang berkuasa atau lebih kuat kemudian ber-aji mumpung dan berbuat sewenang-wenang. Karena kekuasaan dan kekuatan hanyalah sementara. i. Tepa slira (ukur badan). Maksudnya, segala perbuatan seseorang kepada orang lain harus berdasarkan perasaan diri sendiri. Misalnya jika kita dipukul terasa sakit maka jangan memukul orang lain. j. Ngerti sakdurunge winarah (tahu sebelum peristiwa itu terjadi). Maksudnya, dikalangan orang Jawa ada orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu kejadian yang belum terjadi.
63
hlm. 13.
Tunggul Wulung Judhyasmara, Persaudaraan Setia Hati Terate, (Semarang: tt, 1994),
k. Wong ngalah kuwi luhur wekasane (orang mengalah itu mulia akhirnya). Maksudnya, orang yang mau mengalah dengan orang lain misalnya dalam suatu pertikaian maka akhirnya dialah yang akan menang. l. Urip iki mung mampir ngombe (hidup itu hanya sekedar singgah untuk minum). Hidup manusia di dunia dapat diibaratkan seperti orang pergi ke pasar, maka dia tidak akan lama di pasar dan akan kembali ke rumahnya.64 5. Aspek dasar pendidikan pencak silat Sebagaimana pendidikan secara umum yang mengandung tiga ranah pendidikan seperti kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam latihan pencak silat juga banyak manfaat yang bisa diperoleh dalam pembelajarannya,
seperti
pengembangan
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik. Kemampuan kognitif berkembang sejalan dengan diberikannya latihan-latihan konsep pencak silat, proses berpikir cepat dalam menghadapi permasalahan yang segera dipecahkan, dan pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Kemampuan afektif berkembang sejalan dengan diberikannya latihan-latihan yang mengarah pada sikap sportivitas, saling menghargai dan menghormati sesama teman latih atau tanding, disiplin dan rendah hati sesuai dengan falsafah-falsafah pencak silat, serta masih banyak lagi lainnya. Sedangkan kemampuan psikomotorik berkembang sejalan dengan diberikannya latihan-latihan yang mengarah kepada aktivitasaktivitas jasmani, seperti pembelajaran pencak silat yang dinamis, menantang dan menyenangkan.65 Dari sini jelas bahwa pencak silat berperan dalam usaha-usaha pendidikan, karena dalam pencak silat seseorang akan dibina dalam pembentukan pengetahuan (kognitif), 64
Suwarno Imam, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa, (Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada: 2005), hlm. 68-73. 65 Sucipto, op.cit., hlm. 1.19.
pembentukan sikap (afektif), pembentukan ketrampilan (psikomotor), dan peningkatan fungsi tubuh.66 Pencak silat merupakan bagian dari budaya Indonesia yang bernilai luhur. Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung dalam jati diri yang meliputi tiga hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu: a) Budaya Indonesia sebagai asal dan coraknya. b) Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya. c) Pembinaan mental spiritual atau budi pekerti, beladiri, seni dan olahraga sebagai aspek integral dari substansinya.
Nilai-nilai luhur dalam pencak silat itu pada dasarnya adalah nilai-nilai luhur dari falsafah, pandangan hidup dan cara hidup pencak silat serta kode etik pesilat maupun cita-cita dasar pendidikan pencak silat.67 Sedangkan keempat aspek pencak silat yang ada dalam ilmu beladiri pencak silat akan mendasari pengembangan pencak silat menjadi 4 tujuan, yaitu: a) Pencak silat sebagai seni, ketika berbicara tentang seni berarti merambah dunia keindahan, sedangkan untuk menghayati keindahan dibutuhkan suatu apresiasi yang cukup memadai disamping kepekaan rasa, ini dikandung maksud bahwa pencak silat
ingin membawa penghayatan terhadap
kepekaan rasa. Rasa disini ialah rasa keindahan, maka penghayat pencak silat itupun akan terbawa pada kepekaan rasa keindahan. Efeknya, jiwa orang menjadi indah, kita katakan bahwa jiwa yang indah adalah jiwa yang sehat. b) Pencak silat sebagai beladiri, pencak silat dipertunjukan guna memperkuat naluri manusia membela diri terhadap berbagai macam ancaman dan bahaya. Guna mencapai tujuan ini taktik dan teknik yang dipergunakan pesilat mengutamakan efektivitas untuk menjamin keamanan fisik. c) Pencak silat sebagai olahraga, pencak silat mengutamakan kegiatan jasmani, agar mendapat kebugaran, ketangkasan maupun prestasi olahraga. Pesilat berupaya untuk meningkatkan kelincahan anggota tubuh dan 66 67
Nur Dyah Naharsari, Olahraga Pencak Silat, (Jakarta: Ganeca Exact, 2008), hlm.11. Pandji Oetojo, op.cit., hlm. 8.
kekuatan gerak sekaligus menambah semangat agar berprestasi didalam pertandingan. d) Pencak silat sebagai pendidikan mental-spiritual, olah batin pencak silat lebih banyak menitik beratkan pada pembentukan sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur.68 Hal ini dimaksudkan untuk mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Pencak silat juga membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang, dengan adanya ajaran kerohanian ini diharapkan bisa mewujudkan keselarasan dan keseimbangan antara diri individu dengan alam sekitarnya.69 C. Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti Dalam penelitian ini ada beberapa penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang peneliti sedang teliti. Adapun penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Pendidikan Kesabaran Melalui Pendekatan Ilmu Pernafasan (Studi Kasus Di Lembaga Beladiri Sinar Putih Cabang Semarang) oleh Achmad Mujahid (3111195) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2006. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada fokus dan objek penelitiannya, pada penelitian tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah pendidikan kesabaran dan objek penelitiannya pada lembaga beladiri Sinar Putih, sedangkan pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya adalah pendidikan kepribadian dan objek penelitiannya pada lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. 2. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Seni Beladiri Pencak Silat PSHT (Studi Analisis Dokumen PSHT Kom. IAIN Walisongo) oleh Alfan Rohmatik (3101331) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 68
Tarmadji Budi Harsono, Menggapai Jiwa terate, (Madiun: Lawu pos Madiun, 2000),
69
Nur Dyah Naharsari, op.cit., hlm. 10.
hlm. 37
tahun 2008. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada fokus penelitiannya, pada penelitian tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah nilai-nilai akhlak, sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan adalah pendidikan kepribadian. 3. Studi Korelasi Pendidikan Kepramukaan Dengan Kepribadian Siswa Di MI Matholi’ul Falah Buko Wedung Demak Tahun 2003-2004 oleh Sumikhah (3502063) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2005. Penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan keduanya sama-sama membahas tentang kepribadian. 4. Pengaruh Frekuensi Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Terhadap Kepribadian Siswa Di MI Islamiyah Rowosari Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Tahun 2005 oleh Suyoto (3502052) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2005. Dalam penelitian ini terdapat persamaan dengan penelitian yang sedang peneliti teliti, yaitu sama-sama membahas tentang kepribadian. D. Hipotesis Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yang peneliti ambil, antara lain: 1. Ilmu beladiri pencak silat tidak hanya melatih kekuatan fisik semata tetapi juga kekuatan mental spiritual untuk membentuk manusiamanusia yang berkepribadian tangguh baik secara jasmani maupun rohani. 2. Ilmu beladiri pencak silat dapat menjadi salah satu alternatif dalam melaksanakan pendidikan kepribadian untuk membentuk pribadipribadi yang tidak perkembangan zaman.
mudah putus asa dan siap menghadapi
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA BELADIRI PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT)
A. Sejarah
Berdiri
dan
Perkembangan
Persaudaraan
Setia
Hati Terate (PSHT) Pusat Madiun. 1. Periode perintisan. Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah seorang Saudara Tertua Setia Hati dengan bantuan temantemannya dari Pilang Bango Madiun. Mereka dengan berani menghadang kereta api yang lewat membawa tentara Belanda dan mengangkut perbekalan militer. Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang dilakukan berulang-ulang mengakibatkan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap Belanda dan mendapat hukuman kurungan di penjara Cipinang dan kemudian dipindahkan ke Padang Sumatera Barat. Setelah dibebaskan, Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club yang kemudian mengaktifkan kembali perguruannya sampai akhirnya berkembang dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate. Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perkembangannya dibesarkan oleh RM Imam Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang (saudara) Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC) yang merupakan murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo sebelum menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC. Dalam kilas perjalanan sejarah Setia Hati (SH Terate) merupakan sebuah organisasi ”Persaudaraan” yang bertujuan membentuk manusia berbudi luhur, tahu benar dan salah serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi. Organisasi ini didirikan pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilangbangau Madiun (sekarang Kelurahan Pilangbangau
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun). Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah murid kinasih dari Ki Ageng Soeryodiwiryo pendiri aliran SH), beliau juga tercatat sebagai pejuang perintis kemerdekaan Republik Indonesia. Diawal perintisannya perguruan pencak silat yang didirikan Ki Hadjar ini diberi nama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC). Semula SH PSC lebih memerankan diri sebagai basis pelatihan dan pendadaran pemuda Madiun dalam menentang penjajahan. Untuk mensiasati kolonialisme perguruan ini sempat berganti nama dari Setia Hati Pencak Sport Club menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club, perubahan makna akronim ”P” dari pencak menjadi pemuda. Hal ini dilakukan agar pemerintah Hindia Belanda tidak menaruh curiga dan tidak membatasi kegiatan SH PSC. Kemudian pada tahun 1922 SH PSC berganti nama lagi menjadi Setia Hati Terate, nama ini merupakan inisiatif dari Soeronto Soerengpati yaitu salah satu dari siswa Ki Hadjar yang juga merupakan tokoh perintis kemerdekaan berbasis Serikat Islam (SI). 2. Periode pembaharuan. Proklamasi yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 membawa dampak perubahan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Kebebasan bertindak dan menyuarakan hak serta menjalankan kewajiban sebagai warga negara terbuka lebar dan dihargai sebagaimana mestinya. Atas restu dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo, pada tahun 1948 Soetomo Mangkoedjojo, Darsono dan sejumlah siswa Ki Hadjar memprakarsai terselenggaranya konferensi pertama Setia Hati Terate. Hasilnya sebuah langkah pembaharuan diluncurkan, Setia Hati Terate yang dari awal perintisannya berstatus sebagai perguruan pencak silat dirubah menjadi sebuah organisasi persaudaraan dengan nama Setia Hati Terate. Mengapa langkah pembaharuan ini ditempuh, alasannya adalah agar organisasi tercinta mampu mensejajarkan kiprahnya dengan perubahan zaman dan pergeseran nilai-nilai komunitas yang melingkupinya. Dengan
mengubah organisasi dari yang bersifat ”paguron” menjadi organisasi yang bertumpu pada sistem persaudaraan, berarti gaung pembaharuan telah dikumandangkan dan proses perubahan telah digelar. Yaitu perubahan daya gerak organisasi dari sistem tradisional ke sistem organisasi modern, dan organisasi modern inilah yang diharapkan mampu menjawab tantangan kehidupan yang semakin kompleks. Dalam kongres pertama yang digelar SH Terate pada tahun 1948 ada tiga butir pembaharuan yang dilontarkan. 1. Merubah sistem organisasi dari perguruan pencak silat (paguron) menjadi organisasi persaudaraan dengan nama Setia Hati Terate (SH Terate). 2. Menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang pertama. 3. Mengangkat Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua. Pada tahun 1948 atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono dan lain-lain mengadakan konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilangbangau, Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang dulunya bersifat perguruan diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dengan diketuai oleh Soetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya Darsono. Kemudian secara berturut-turut: • Tahun 1950, ketua pusat oleh Mohammad Irsyad. • Tahun 1974, ketua pusat oleh RM Imam Koesoepangat. • Tahun 1977-1984, ketua dewan pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan
ketua umum pusat oleh Badini. • Tahun 1985, ketua dewan pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan ketua
umum pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono. • Tahun 1988, ketua dewan pusat RM Imam Koesoepangat meninggal
dunia dan PSHT dipimpin oleh ketua umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.
Makna kata persaudaraaan dalam paradigma baru SH Terate ini adalah persaudaraan yang utuh. Yaitu suatu jalinan persaudaraan yang didasarkan pada rasa saling sayang menyayangi, hormat menghormati dan saling bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak membedakan siapa aku dan siapa kamu, persaudaraan yang tidak terkungkung hegemoni keduniawian (derajat, pangkat dan martabat) dan terlepas dari kefanatikan SARA (suku, agama, ras dan antar golongan). Soetomo Mangkoedjojo menyelesaikan masa baktinya sebagai ketua SH Terate pada tahun 1974. Pada periode ini perkembangan SH Terate mulai melebar keluar wilayah Madiun. Tercatat ada lima cabang diluar Madiun berhasil didirikan, antara lain di Surabaya, Jogjakarta dan Solo. 3. Periode pengembangan. Selepas Soetomo melepas jabatan ketua kepemimpinan organisasi diamanatkan kepada RM. Imam Koesoepangat hingga tahun 1977. Periode berikutnya (tahun 1977-1981) Badini terpilih sebagai Ketua Dewan Cabang, sementara Tarmadji Boedi Harsono memegang jabatan ketua I. Persaudaraan Setia Hati Terate mulai memasuki masa keemasan pasca MUBES IV di Madiun yang mengukuhkan H. Tarmadji Boedi Harsono, SE. Sebagai ketua umum dan RM. Imam Koesoepangat sebagai ketua dewan pusat. Pada era ini pola pengembangan PSHT dipilih jadi dua jalur, yaitu jalur idealisme dan jalur profesionalisme. Sepanjang PSHT dipimpin oleh dua tokoh ini perkembangan sayap organisasi ini semakin mantap, organisasi ini tidak hanya berkembang di Jawa saja tetapi merambah ke luar Jawa. Pada masa ini cabang PSHT yang semula hanya berjumlah 5 cabang bertambah menjadi 46 cabang. Sepeninggal RM. Imam Koesoepangat, tepatnya pada tanggal 16 November 1987 praktis beban dan tanggung jawab tongkat kepemimpinan PSHT beralih kepundak Mas Tarmadji, sehingga dua tanggung jawab yang semula ditanggung berdua kina diemban sendiri.
Walaupun begitu ternyata Mas Madji mampu memikul tanggung jawab itu, terbukti dengan didirikannya sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Setia Hati Terate. Dalam perkembangannya Yayasan Setia Hati Terate berhasil membangun sebuah lembaga pendidikan formal, yaitu Sekolah Menengah Indusrti Pariwisata Kusuma Terate (SMIP) dengan akreditasi diakui. Sementara itu untuk mendukung kesejahteraan anggotanya Yayasan Setia Hati Terate juga mendirikan lembaga perekonomian yang berupa Koperasi Terate Manunggal. Disamping telah memiliki aset monumental berupa Padepokan PSHT yang berdiri diatas tanah seluas 12.290
di Jl.
Merak Nambangan Kidul Kota Madiun. Data terakhir menyebutkan, Setia Hati Terate kini telah memiliki 196 cabang yang tersebar di Indonesia serta 26 komisariat Perguruan Tinggi (PT) dan 5 komisariat luar negeri yaitu komisariat PSHT Bintulu Serawak Malaysia, komisariat Holland Belanda, komisariat Timor Loro Sae, Komisariat Hongkong dan Komisariat Moskow, dengan jumlah anggota mancapai 1,5 juta lebih. 4. Go Internasional Ketika Tarmadji Boedi Harsono, S.E dan Drs. Marwoto memimpin organisasi kepak sayap organisasi SH Terate melesat pesat tidak hanya di dalam negeri tetapi sampai merambah ke luar negeri. Dengan kiat SH Terate Must Go Internasional, Mas Madji berhasil melambungkan nama SH Terate ditengah kancah percaturan kultur dan peradaban dunia. Tercatat ada lima komisariat luar negeri yang berhasil dikukuhkan, yaitu komisariat PSHT Bintulu Serawak Malaysia, komisariat Holland (Belanda), komisariat Timor Loro Sae, komisariat Hongkong dan komisariat Moskow. Dengan demikian tekad mengemban misi sekaligus amanat organisasi sebagaimana yang termaktub dalam mukaddimah Anggaran Dasar Setia Hati Terate, yakni: akan mengajak serta para warganya
menyingkap tirai atau tabir selubung hati nurani dimana “sang mutiara hidup” bertahta.70 B. Sejarah beladiri
singkat pencak
berdiri silat
dan
Persaudaraan
perkembangan Setia
lembaga
Hati
Terate
(PSHT) cabang Kota Semarang. Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang merupakan salah satu cabang yang berada dibawah Persaudaraan Setia Hati Terate pusat Madiun. PSHT cabang Kota Semarang mulai dirintis pada tahun 1971 di daerah Karangayu oleh Mas C. Dayat, S.Sos., tetapi latihan ini tidak bertahan lama dikarenakan ada salah satu pelatih yang terlalu keras dalam melatih sehingga ada sebagian siswa yang tidak bisa menerima dan akhirnya keluar. Setelah latihan di Karangayu bubar Mas Dayat mendirikan latihan lagi di jalan Pemuda yaitu di kantor kanwil P dan K sebelah hotel Merbabu. Kemudian pada kejurnas pencak silat IPSI di Semarang pada tahun 1975, sebagian dari para atlit yang ikut dalam kejuaraan tersebut banyak pesilat yang datang dari Jakarta, tidak sedikit dari mereka yang berprofesi sebagai aktor laga dalam film-film laga seperti film Pendekar Bongkok dan Si Buta. Sebagai seorang seniman mereka mempunyai saudara sesama seniman yang berada di Semarang seperti para seniman wayang orang di teater Sriwanito yang letaknya di sebelah pasar Darso, kemudian para pesilat dari Jakarta tersebut merayu para saudara sesama seniman yang ada di Semarang untuk bergabung dalam latihan pencak silat. Momentum inilah yang dimanfaatkan oleh Mas Dayat untuk menarik siswa sebanyak-banyaknya, sehingga setelah latihan kurang lebih selama dua tahun maka pada tahun 1977 untuk pertama kalinya disahkan warga PSHT dari kota Semarang sebanyak 17 siswa. Sejak disahkannya siswa dari Semarang menjadi warga PSHT, maka PSHT Kota Semarang mulai diakui oleh PSHT pusat Madiun sebagai cabang PSHT Kota Semarang karena PSHT Kota Semarang telah memenuhi syarat untuk menjadi sebuah cabang, dimana untuk 70
Andi Casiyem Sudin, Guru Sejati Bunga Rampai Telaah Ajaran Setia Hati, (Madiun: Lawu Pos, 2009), hlm. 1-10.
menjadi sebuah cabang PSHT harus mempunyai minimal 10 warga dan terdapat latihan yang aktif. Setelah itu PSHT Kota Semarang berkembang menjadi beberapa komisariat mulai dari komisariat yang pertama yaitu komisariat IKIP Negeri Semarang atau yang dikenal sekarang sebagai UNNES sampai ke komisariatkomisariat yang lainnya seperti Pedurungan, IAIN, IKIP PGRI, UNISULA, UNTAG, UNDIP, Tugu, Gunungpati dan Banyumanik. Setelah berjalan beberapa tahun PSHT Kota Semarang mengalami banyak kemajuan dan setiap tahun pasti mengesahkan siswanya menjadi warga, salah satu siswa PSHT Kota Semarang yang telah berhasil menjadi warga adalah artis pelawak Alm. Basuki yang merupakan siswanya Mas Dayat selaku ketua cabang PSHT cabang Kota Semarang sampai sekarang. Pada
awal
berdirinya
PSHT
cabang
Kota
Semarang
dalam
mengesahkan warga baru tidaklah mengesahkan sendiri di Semarang, tetapi masih menginduk pada PSHT pusat Madiun yaitu dengan mengirimkan siswa dari Semarang yang sudah memenuhi syarat untuk disahkan menjadi seorang warga PSHT.
Baru pada tahun 1983 PSHT cabang Kota Semarang
mengesahkan sendiri siswanya menjadi warga tentu dengan izin dari PSHT pusat Madiun. Dalam sejarah berdirinya PSHT cabang Kota Semarang ada tiga warga sepuh yang menjadi pelopor yaitu Mas C. Dayat, S.Sos, Mas Rohadi dan Mas Danang Suwito tetapi berdasarkan SK dari pengurus PSHT pusat Madiun, maka yang menjadi ketua adalah Mas C. Dayat, S.Sos. Mas Dayat selaku ketua cabang sering melakukan sowan ke wargawarga tua disekitar Semarang, Solo dan Jogjakarta, hal itu dilakukan untuk menambah pengetahuannya tentang ilmu PSHT. Beliau sering sowan ke Solo yaitu ke rumahnya Mas Hasan yang merupakan murid langsung dari ki Suryo selaku pendiri perguruan Setia Hati, selain itu Mas Dayat juga sering sowan ke Jogjakarta yaitu ke rumahnya Mas Saryo. PSHT cabang Kota Semarang sekarang diketuai oleh Mas C. Dayat, S.Sos berdasarkan atas parapatan luhur cabang yang diadakan pada tahun
2008 di IAIN Walisongo Semarang dan telah dilantik oleh Pusat madiun. PSHT cabang Kota Semarang terdiri dari ranting dan komisariat sebagai berikut: 1. Ranting Tugu 2. Ranting Pedurungan 3. Ranting Banyumanik 4. Ranting Gunungpati 5. Komisariat IAIN Walisongo Semarang 6. Komisariat UNNES Semarang 7. Komisariat IKIP PGRI Semarang 8. Komisariat UNDIP Semarang 9. Komisariat UNISULA Semarang 10. Komisariat UNTAG Semarang Untuk Ranting Banyumanik dan Gunungpati pengesahan dan kenaikan tingkat ikut ke cabang Ungaran karena faktor geografis yang lebih dekat dengan cabang Ungaran. Untuk SH Terate cabang Kota Semarang ranting dan komisariat hanya tersebut diatas, apabila ada yang mengaku dan menyebut sebagai ranting, komisariat maupun padepokan PSHT yang ada di wilayah Kota Semarang itu bukan bagian dari cabang Kota Semarang dan tidak ada hubungan ataupun koordinasi dengan kami keluarga besar PSHT Cabang Kota Semarang yang merupakan cabang resmi di bawah PSHT pusat Madiun. PSHT cabang Kota Semarang juga tidak mempunyai padepokan sebagai tempat latihan, perkumpulan ataupun sebagainya. PSHT cabang Kota Semarang hanya mempunyai sekretariat yang beralamat di RRI Semarang Jl. A.Yani Semarang dan di rumah Ketua Cabang M. Dayat, JL. Plamongan Permai Semarang.71
71
Wawancara dengan C. Dayat, S.Sos, selaku ketua PSHT cabang Kota Semarang.
C. Asas
dasar
ajaran
pencak
silat
Persaudaraan
Setia
Hati
Terate (PSHT). Terdapat lima dasar ajaran yang diluncurkan Setia Hati Terate dalam berkiprah ditengah-tengah masyarakat. Kelima dasar ajaran itu terangkum dalam konsep pembelajaran yang dinamakan “Panca Dasar” yaitu persaudaraan, olah raga, seni, beladiri dan kerohanian. Lewat konsep pembelajaran yang terangkum dalam panca dasar tersebut SH Terate berupaya membimbing warganya untuk memiliki lima watak dasar yaitu: 1. Berbudi luhur, tahu benar dan salah serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian tentang watak berbudi luhur, tahu benar dan salah serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ini sesungguhnya lebih merupakan suatu kausalitas yang satu dan lainnya saling terkait. Sebab dalam prakteknya, watak budi luhur ini sering dicerminkan sebagai sikap seseorang yang telah berhasil menghayati makna diri dan keberadaannya dan mampu menempatkan dirinya di tengah masyarakatnya, serta bertakwa kepada Tuhannya. Dari situ timbul kemudian suatu hakekat yang bisa mengarahkan seseorang pada pengertian jejering urip, lungguhing urip (kesadaran akan makna hayati) sekaligus Jumbuhing Pati Yakni, seorang yang dalam perilakunya mencerminkan sikap dan perbuatan bijaksana (wicaksana), adil (susila), rendah hati (anuraga), berani, teguh dan tegas (sudira). Persaudaraan Setia Hati Terate dalam konteks ini ingin mengajak dan menghendaki setiap warga atau anggotanya mempunyai jiwa dan kepribadian yang luhur. Dalam praktik keseharian orang yang telah memiliki budi pekerti luhur akan nampak dari sikapnya, rela berkorban untuk kepentingan orang banyak dan selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi maupun golongan, dan yang tidak bisa dipisahkan dari orang yang berbudi luhur
adalah selalu berusaha menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya, dalam artian selalu bertaqwa kepada Tuhannya. Dengan demikian, setiap warga atau anggota Persaudaraan Setia Hati Terate mutlak wajib mengakui adanya Tuhan dan wajib melaksanakan perintah-Nya serta wajib menjauhi segala larangan-Nya. Kaharusan mengakui adanya Tuhan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan adanya keharusan ini, maka setiap warga atau anggota Persaudaraan Setia Hati Terate harus menganut suatu agama yang diyakininya dan wajib memvisualisasikan rasa taqwanya itu sesuai agama dan keyakinan masing-masing.72 2. Pemberani dan tidak takut mati Persaudaraan Setia Hati Terate menganjurkan kepada setiap insan yang bernaung di bawahnya untuk memiliki jiwa pantang menyerah, berani dan tidak takut mati, berani dalam konteks ini adalah berani karena membela kebenaran. Hal ini senada dengan jiwa “merah putih” yang telah ditunjukkan oleh para pejuang bangsa kita ketika berperang melawan penjajah betapa dengan gigih mereka mempertahankan apa yang telah menjadi haknya agar tidak jatuh ke tangan penjajah. Disisi lain, keberanian yang dilandasi dengan kebenaran akan melahirkan sebuah kekuatan yang cukup besar, hal ini telah dibuktikan oleh para pejuang kita ketika dengan senjata seadanya, mereka harus melawan para penjajah yang bersenjatakan modern. Sementara sifat tidak takut mati harus dimiliki oleh setiap insan Peraudaraan Setia Hati Terate lebih didasarkan pada keyakinan bahwa kematian itu hukumnya wajib bagi makhluk hidup. Tidak ditakutipun kematian itu aka datang menjemput kita, apalagi ditakuti. Oleh karena itu setiap insan Persaudaraan Setia Hati Terate harus mendasari perjuangan hidupnya dengan semangat baja. 3. Berhadapan dengan masalah kecil dan sepele mengalah dan baru bertindak jika berhadapan dengan persoalan besar dan prinsip. 72
Tarmadji Boedi Harsono, Menggapai Jiwa Terate, (Madiun: Lawu Pos, 2000), hlm. 42
Dalam menghadapi setiap persoalan ada prinsip yang harus dipegang oleh orang PSHT yakni ngalah (mengalah), ngalih (menghindar), ngamuk (bertindak). Artinya rela menahan diri untuk tidak bertindak di luar batas toleransi jika berhadapan dengan masalah yang tidak prinsip (sepele). Jika perlu, menghindar dari saling pandang dan persengketaan, namun jika tetap dipepet dan dipojokkan, apalagi terus diinjak-injak dan dilecehkan, betapun kita tetap harus bertindak demi mempertahankan eksistensi. Dalam kaitan ini, insan Persaudaraan Setia Hati Terate dituntun untuk sedapat mungkin bersikap bijaksana dan dapat memilah-milah dengan cermat, mana persoalan yang prinsip dan mana persoalan yang tidak prinsip, serta harus selalu berusaha menempatkan manusia pada proporsi kemanusiaannya (nguwongake wong).73 4. Sederhana Setiap insan PSHT harus senantiasa bersahaja di kehidupannya, tidak berlebihan dan apa adanya. Orang SH Terate harus sederhana dan wajar, segala tindakannya tidak perlu pamer atau sombong. Hal ini penting terutama sebagai bekal untuk dapat melaksanakan sifat (watak) yang berikutnya yakni mamayu hayuning bawono, untuk mencapai kondisi itu, minimal harus dimulai dari diri sendiri. Disisi lain, masih berkaitan dengan watak sederhana ini, setiap insan Persaudaraan Setia Hati Terate juga harus pandai memilih sikap hidup lebih baik, dalam istilah jawa dikatakan “mikul dhawet rengeng-rengeng” (bahagia meskipun tidak kaya materi) daripada “numpak mersi mbrebes mili” (berlimpah harta tetapi menderita). Artinya tidak boleh “ngaya wara”, tidak silau dengan gebyar keduniawian, karena kita sadar apa yang ada dimuka bumi ini fana adanya dan hanya berupa titipan Tuhan. Namun demikian tentunya akan lebih baik lagi jika insan Persaudaan Setia Hati Terate sudah bisa “numpak mersi” tapi tidak dengan “mbrebes mili” melainkan dengan “rengeng-rengeng”, dalam artian tetap kecukupan materi
73
Ibid, hlm. 43-44.
tetapi tetap bertaqwa kepada tuhannya, sehingga bisa hidup sejahtera lahir batin. 5. Ikut mamayu hayuning bawono (menjaga keselamatan dan ketentraman dunia). Bahwa kehadiran
insan
PSHT harus senantiasa
membawa
kedamaian dan manfaat bagi lingkungan sekitar. Kapan pun dan dimana pun insan PSHT berada harus senantiasa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat di sekelilingnya. Hal ini selaras dengan amanat yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu “Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Maknanya, dimana pun warga PSHT berada ia harus bisa menjadi cermin laku teladan baik di lingkungan keluarga besar PSHT sendiri, masyarakat pada khususnya dan cermin teladan bagi nusa dan bangsa. Lebih-lebih bisa tampil ke depan memimpin masyarakat dan menjadi panutan serta teladan yang baik. 74 Kelima watak tersebut di atas merupakan cerminan watak dari satria atau manusia seutuhnya. Pada Persaudaraan Setia Hati Terate, jika seorang warga atau anggota telah mampu menghayati dan mempraktikkan lima watak tersebut pada kehidupannya, disebut warga anggota yang telah mencapai tataran D. Tujuan
Dasar
dalam
Pencak
Silat
Persaudaraan
Setia
Hati
Terate (PSHT). Tujuan ialah sesuatu yang ingin dicapai setelah melakukan suatu hal. Adapun tujuan pendidikan yang diberikan PSHT mengarah pada tujuan yang tertera pada AD/ART yaitu: 1. Mempertebal rasa ketuhanan YME 2. Mempertinggi seni budaya pencak silat dengan pedoman pada wasiat PSHT 3. Mempertebal rasa cinta kasih terhadap sesama 74
Ibid, hlm. 45-46.
4. Menanamkan jiwa kestria, cinta tanah air dan bangsa Indonesia 5. Mempertebal mental spritual dan fisik bangsa Indonesia pada umumnya dan PSHT pada khususnya 6. Mempertebal kepercayaan pada diri sendiri bagi setiap anggota PSHT atas dasar kebenaran 7. Ikut serta mendidik manusia agar berbudi luhur, tahu benar dan salah serta berjiwa pancasila. 75 E. Struktur
kepengurusan
lembaga
beladiri
pencak
silat
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). DAFTAR PENGURUS PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE PUSAT MADIUN Sekretariat : Padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate Jl. Merak Nambangan Kidul, Kota Madiun Telp. (0351) 451548, 451180 Ketua Umum Ketua I Ketua II Ketua III Ketua IV Ketua V
: H. TARMADJI BOEDI HARSONO, SE. : Drs. R. MOERDJOKO : Ir. RB. WIJONO : Drs. H. M. SINGGIH : Drs. MOERHANDOKO : Ir. SAKTI TAMAT
Sekretaris Umum Sekretaris I Sekretaris II
: SUDIRMAN, S.Sos. : DR. ALIYADI IKA, MM.
Bendahara Bendahara I Bendahara II
: H. WINARSO HM. : DJUNAEDI SUPRAYITNO, S.Sos.
75
BabII (Asas, sifat dan Tujuan) Pasal 5, Dalam Anggaran Dasar (AD) Persaudaraan Setia Hati Terate, MUBES VI, Madiun, 2000, hlm. 1
SUSUNAN PENGURUS PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE CABANG KOTA SEMARANG PERIODE 2009-2014 Sekretariat : Jl. Plamongan Permai I/359 Semarang Telp. 024-6716020 R/ 024-3572205 K Ketua : C. Dayat, S.Sos. Wakil Ketua I Wakil Ketua II Wakil Ketua III
: Nur Hidayat, S.Pd. : Zaki Listianto, S.Km. : Tri Nugroho, S.Pd.,S.Kom
Sekretaris : Hari Purwadi, S.H. Wakil Sekretaris : Siswoyo Haris Bendahara : Eko Susanto Wakil Bendahara : Margono Biro-Biro : Biro Organisasi dan Keanggotaan : 1. Siswo Sugiarto, S.Pd. 2. Edi Widiyatmoko, S.Ag 3. Sri Kuncoro Biro Kepelatihan dan Pencak Silat Seni : 1. Hadi Susilo, S.Pd.I 2. Abdul Latif. 3. Agus Umar Biro Pencak Silat Olah Raga dan Beladiri Praktis : 1. Addinul Kholis 2. Warsoyadi 3. Kukuh Biro Dana dan Kesejahteraan : 1. Andi Ariawan 2. Parjono 3. Sunardi Biro Pembinaan Siswa : 1. Agung 2. Sa’dullah 3. Suyadi
Selain kepengurusan organisasi juga dikukuhkan DEWAN PERTIMBANGAN PSHT CABANG KOTA SEMARANG PERIODE 2009 – 2014 dengan susunan : Ketua : Dr. Ir. Sujadmogo, M.Sc. Anggota : 1. Rohadi, SIP. 2. Tri Hono 3. Joko Maryono 4. Danang Suwito F. Kondisi
pelatih
lembaga
beladiri
dan
siswa
pencak
serta
sarana
dan
silat
Persaudaraan
prasarana Setia
di Hati
Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. 1. Kondisi pelatih Di dalam lembaga beladiri Persaudaraan Setia Hati Terate untuk menjadi seorang pelatih atau pendidik harus menjadi seorang warga terlebih dahulu.
Warga PSHT ialah siswa yang telah mencapai jurus 35 dan telah
memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan dengan melalui testing, dan diajukan ke pengurus pusat untuk disahkan.76 Oleh karena itu untuk menjadi seorang pelatih dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Kota Semarang tidaklah
berbeda dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh PSHT pusat
Madiun. Ada kriteria-kriteria atau syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi telebih dahulu untuk menjadi pelatih, karena seorang warga PSHT yang akan menjadi pelatih nantinya diharapkan bisa membina para siswanya agar terbina menjaadi pribadi-pribadi yang tangguh baik secara jasmani maupun rohani.
76
BabVIII (Keanggotaan) Pasal 26, Dalam Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate, MUBES VI, Madiun, 2000, hlm. 24
2. Kondisi siswa Para siswa yang termasuk siswa PSHT cabang Kota Semarang adalah para siswa yang aktif latihan di komisariat-komisariat yang berada dalam naungan PSHT cabang Kota Semarang. Sebagaimana ketentuan dari PSHT pusat Madiun, siswa dibagi menjadi beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna sabuknya. Warna sabuk siswa terdapat empat tingkatan mulai dari sabuk hitam (polos), sabuk jambon, sabuk hijau dan sabuk putih kecil. Dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Kota Semarang, siswa selama masih latihan ditingkat sabuk hitam (polos) sampai sabuk hijau mereka dididik dan dilatih di komisariatkomisariat yang berada dalam naungan PSHT cabang Kota Semarang. Kemudian setelah para siswa mencapai pada tingkatan sabuk putih kecil, siswa dari beberapa komisariat PSHT di wilayah Kota Semarang dikumpulan dalam satu tempat latihan yang disebut latihan pemusatan. Para siswa dikumpulkan untuk dididik dan dilatih bersama untuk persamaan materi baik senam dasar, jurus ataupun ke-SH-an (kerohanian). 3. Sarana dan prasarana Lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate tidaklah mempunyai padepokan sebagai kantor (sekretariat) jadi sekretariat PSHT cabang Kota Semarang dialamatkan pada alamatnya Mas C. Dayat, S.Sos, selaku ketua PSHT cabang Kota Semarang dan di RRI Semarang. Adapun rapat-rapat pengurus diadakan di rumah para sesepuh PSHT yang ada di wilayah kota Semarang setiap malam jum’at kliwon sekaligus sebagai sarasehan para warga PSHT di wilayah kota Semarang. Rapat-rapat pengurus juga biasa diadakan di komisariat atau di ranting PSHT yang berada dalam naungan PSHT cabang Kota Semarang.77
77
Semarang.
Wawancara dengan Mas Nur Hidayat selaku wakil ketua I PSHT cabang Kota
G. Prosedur
latihan
yang
dilakukan
dalam
mendidik
kepribadian para siswa. Agar lebih jelas Sistematika dan materi latihan pencak silat PSHT dapat di lihat seperti dalam tabel berikut: No Sistematika latihan 1. Pra Latihan
Materi Latihan a. Salaman (jabat tangan)
b.
c.
a. 2.
Latihan Inti
b.
c.
d.
Sasaran Pembinaan
Pembinaan sikap sosial agar para siswa belajar untuk bersikap ramah dan mudah Penghormatan kepada bersosialisasi. kakak Warga atau Pembinaan sikap menghargai pelatih kepada yang lebih tua. Berdoa. Pembinaan keberagaman agar para siswa terbiasa berdoa sebelum melakukan aktifitas Latihan fisik apapun. - Pemeriksaan kondisi Pembinaan jasmani, yakni fisik supaya badan terasa segar, sehat - Pemanasan dan ringan. Daya tahan tubuh - Ausdower atau baik, gerakan badan ringan, dan ketahanan lincah. - Stamina - Kecepatan dan ketepatan - Dasar ketrampilan Latihan teknik - Senam dasar Pembinaan kejiwaann agar para - Jurus siswa menguasai ketrampilan - Pasangan membela diri sehingga - Langkah menumbuhkan sikap pemberani - Senam toya dan percaya diri. - Jurus toya - Jurus belati - Kuncian dan lepasan Latihan taktik Pembinaan kejiwaan, supaya - Padanan dapat menerapkan jurus-jurus - Analisa jurus dan pasangan dalam sambung - Pola langkah sehingga melatih keberanian - Jurus reflek mengambil keputusan, optimis, - Bela diri praktis bertanggung jawab, Stabil - Sambung emosinya, sportif dan tegas. Pembinaan sikap sosial dan Ke SH an keberagaman yakni berusaha - Pengenalan menjadi manusia berbudi luhur organisasi - Pengenalan lambang yang tahu benar dan salah serta
-
-
-
PSHT bertaqwa kepada Tuhan Yang Pemahaman makna Maha Esa. falsafah Pemahaman unsurunsur dalam pencak silat Penanaman sikap loyal dan rasa persaudaraan pada diri para siswa. Penanaman sikap untuk selalu ingat kepada Tuhan dan tahu tugasnya sebagai manusia.
a. Doa penutup 3.
Penutup b. Salaman
Penanaman keberagamaan agar para siswa tidak lupa untuk selalu berddo’a setelah melakukan setiap kegiatan. Pembinaan sikap sosial agar para siswa belajar untuk bersikap ramah dan belajar mudah bersosialisasi.
BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT A. Analisis terhadap subyek yang dibimbing (peserta didik) Dalam perspektif pendidikan islam peserta didik merupakan subjek juga objek, oleh karena itu aktifitas latihan tidak akan terlaksana tanpa adanya peserta didik di dalamnya. Pengertian yang utuh tentang konsep peserta didik merupakan salah satu faktor yang harus diketahui dan dipahami oleh seluruh pihak, terutama pendidik yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Tanpa pemahaman yang utuh dan komprehensif terhadap peserta didik, sulit rasanya bagi pendidik untuk mengantarkan peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang ingin dicapai. 78 Sebagaimana diungkapkan di atas akan pentingnya peserta didik dalam proses pendidikan, maka dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), seorang siswa yang akan mendapat pembinaan dan pelatihan mereka harus dapat mengkondisikan dirinya dengan baik agar dalam proses pembinaan terjadi hubungan yang harmonis antara pelatih dan siswa, hubungan harmonis ini harus selalu dijaga agar proses pembinaan dapat berjalan dengan baik. Dalam pengertian umum, peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang, atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit peserta didik adalah pribadi yang belum dewasa yang tanggung jawabnya diserahkan kepada pendidik. Hal senada dikatakan oleh Amir Dain bahwa anak didik adalah pihak yang dididik, pihak yang diberi anjuran-anjuran, norma-norma dan berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan, pihak yang dibentuk dan pihak yang dihumanisasikan Karena itulah peserta didik memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 78
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 47.
a. Belum memiliki pribadi dewasa susila, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. c. Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, perbedaan individual dan sebagainya. 79 Sesuai dengan pengertian dan karakteristik peserta didik di atas, dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) siswa akan dididik atau dilatih untuk mengembangkan dirinya, mereka akan dibimbing untuk menghayati norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku didalam masyarakat, selain itu mereka juga akan dilatih ketrampilan beladiri untuk membela dan melindungi dirinya dan orang lain dari gangguangangguan orang yang akan berbuat jahat. Dengan ini maka para siswa akan terbentuk menjadi pribadi-pribadi yang ideal yang dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat serta tidak mudah putus asa. Sebagiamana karakteristik peserta didik di atas, untuk menjadi seorang siswa di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) ada kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria untuk menjadi siswa di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) adalah sebagai berikut: a. Warga negara Indonesia ataupun warga negara asing, laki-laki atau perempuan yang sehat jasmani dan rohaninya. b. Permintaan menjadi siswa yang diajukan secara tertulis atau mendaftarkan diri kepada pengurus dengan disertai surat keterangan izin dari orang tua atau wali. c. Calon siswa melakukan janji siswa yang disaksikan oleh para pelatih, Adapun isi janji siswa tersebut adalah: 79
Binti Maunah, op.cit, hlm. 82
1) Sebagai anggota Setia Hati Teratai kami senantiasa berbakti kepada Tuhan YME, Orang Tua dan Guru. 2) SETIA Hati Terate bagiku adalah sarana untuk mendewasakan Jasmani maupun Rohani, oleh karena itu di jaga dan di selamatkan keharuman namanya. 3) Sebagai anggota Setia Hati Terate kami akan senantiasa Berdisiplin, Patuh & Setia pada peraturan-peraturan tata tertib dan kewajibankewajiban yang di instruksikan oleh pemimpin. 4) Sebagai anggota PSHT kami akan saling kasih mengasihi antar anggota dengan penuh rasa persaudaraan. 5) Sebagai anggota PSHT kami akan berdisiplin dalam berlatih. 6) Sebagai anggota PSHT kami akan kami akan memupuk rasa rendah dan penuh rasa cinta kasih kepada sesama manusia umumnya dan kepada anggota setia hati terate khuhsusnya. 7) Kami tidak akan sombong dan menggunakan pengetahuan setia hati terate di sembarang tempat. Demikianlah janji kami, biarlah saudara-saudara tua kami menjadi saksi dan semoga Tuhan YME memberi berkah dan memberi tuntunan. B. Analisis terhadap orang yang membimbing (pedidik) Seorang pelatih atau pendidik haruslah seseorang yang berkarakter, karakter disini adalah kualitas atau kekuatan mental (moral), akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan orang lain. Dengan demikian dapat dikemukakan pula bahwa karakter pendidik adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti pendidik yang merupakan kepribadian khusus yang harus melekat pada setiap pendidik. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki oleh masyarakat, serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Demikian juga, seorang pendidik
dikatakan berkarakter jika dia memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan, serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dengan demikian pendidik yang berkarakter, berarti dia memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, keteladanan dan sifat-sifat lain yang harus melekat pada jiwa seorang pendidik. Pendidik yang berkarakter kuat tidak hanya memiliki kemampuan mengajar dalam arti sempit yaitu hanya mentransfer pengetahuan atau ilmu saja tetapi juga memiliki kemampuan mendidik dalam arti luas.80 Di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) untuk menjadi seorang pendidik atau pelatih harus menjadi warga terlebih dahulu. Warga PSHT ialah siswa yang telah mencapai jurus 35 dan telah memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan dengan melalui testing, dan diajukan ke pengurus pusat untuk disahkan.81 Pelatih adalah salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan dan pembinaan, karena pelatih adalah yang memegang peranan dalam aktifitas latihan. Oleh karena itu untuk menentukan seseorang layak menjadi pelatih tidaklah mudah, karena untuk menentukan seseorang layak atau tidak menjadi seorang pelatih terdapat kriteria-kriteria atau syarat-syarat tertentu. Sehingga para pelatih yang menjalankan aktifitas pembinaan baik pembinaan fisik maupun non fisik (rohani) adalah mereka-mereka yang benarbenar layak menjadi seorang pelatih. Begitu juga dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang, para pelatih yang melakukan pembinaan adalah orang-orang yang mampu bertanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan. Menurut Wens Tanlain seorang pendidik harus memiliki karakteristikkarakteristik sebagai berikut dalam melaksanakan tugasnya, antara lain: 80
M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan Cerdas, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009), hlm. 9-10. 81 BabVIII (Keanggotaan) Pasal 26, Dalam Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate, MUBES VI, Madiun, 2000, hlm. 24
a. Kematangan diri yang stabil, memahami diri sendiri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab sendiri terhadap hidupnya, tidak menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain. b. Kematangan sosial yang stabil, dalam hal ini seorang pendidik dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, dan mempunyai kecakapan membina kerja sama dengan orang lain. c. Kematangan profesional (kemampuan mendidik), yakni menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap peserta didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang dan perkembangan peserta didik, mempunyai kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik.82 Sebagaimana dijelaskan di atas, maka untuk menjadi pendidik atau pelatih di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) terdapat kriteria-kriteria yang harus dipenuhi. Adapun kriteria-kriteria pelatih dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati terate (PSHT) adalah: a. Akhlaknya baik Sifat dan watak para siswa sedikit banyaknya dipengaruhi oleh watak dan sifat para pelatihnya, karena para siswa akan memperhatikan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh pelatihnya dan sedikit banyak mereka akan menirunya. Oleh karena itu orang-orang yang menjadi pelatih haruslah merekamereka yang mempunyai akhlak yang baik, yang selalu menjaga sikap, perbuatan serta perkataannya. b. Memahami dan menguasai materi yang akan diajarkan Pelatih adalah orang yang akan memberikan pelatihan kepada para sisiwanya, untuk itu pelatih haruslah menguasai materi-materi yang akan diajarkan kepada para siswanya. Hal ini dikarenakan pelatih bertanggung 82
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 79.
jawab dalam melaksanakan pembinaan baik pembinaan fisik maupun non fisik kepada para siswanya, sehingga pelatih haruslah menguasai materi dan mengetahui tata cara dalam melakukan pembinaan. c. Dewasa Yang dimaksud dewasa disini adalah dewasa secara jasmani dan juga rohani. Dewasa jasmani maksudnya dia telah mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara maksimal, dan dewasa rohani maksudnya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang salah serta sudah bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. d. Ke-SH-annya baik Persaudaraan Setia Hati Terate adalah suatu lembaga atau organisasi sehingga orang-orang yang melaksanakan aktifitasnya haruslah mereka yang tahu tentang maksud dan tujuan dari lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate. Dalam lembaga PSHT yang dimaksud ke-SH-an bisa juga berarti materi kerohanian, oleh karena itu seorang pelatih haruslah mampu membimbing para siswanya agar mereka mampu menjadi manusia-manusia yang bisa diterima oleh masyarakat. e. Lulus ujian pendadaran atau ujian menjadi warga PSHT Dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) orang yang menjadi pelatih haruslah sudah menjadi warga PSHT, dan untuk menjadi warga PSHT haruslah sudah menempuh latihan dari sabuk polos (hitam) sampai lulus ujian pendadaran setelah menempuh latihan pemusatan di cabang masing-masing. f. Telah disahkan menjadi seorang warga PSHT oleh warga tingkat II Dalam lembaga beladiri pencak silat PSHT setelah para siswa lulus ujian pendadaran maka siswa akan disahkan untuk menjadi warga tingkat I PSHT pada bulan Suro oleh warga tingkat II. Dalam pengesahan ini para siswa yang disahkan akan melakukan sumpah bersama, adapun isi sumpahnya sebagai berikut:
1) Sanggup memelihara persaudaraan baik lahir maupun batin dengan saling menjaga satu sama lain. 2) Dengan jujur akan mentaati semua pepacuh dan disiplin Setia Hati Terate Yang dimaksud pepacuh diantaranya adalah: a) Tidak boleh berkelahi sesama warga PSHT b) Tidak boleh menunjukan kepandaianya (pamer) didepan umum, yang tidak berguna dan menyakitkan orang lain c) Dilarang merusak pager ayu; kebahagiaan orang lain. d) Dilarang merusak purus ijo; merusak sesuatu yang sedang berkembang diantaranya keperawanan gadis dan jejaka e) Merampas dan memiliki hak orang lain f) Dilarang menerima segala sesuatu apa saja, uang ataupun barang yang tidak sah.83 C. Analisis terhadap pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan) Para ahli psikiatri mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan dapat juga berupa kebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang dihadapinya. Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai seseorang yang tidak mampu menahan keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan dirinya. Dalam kondisi seperti ini, maka akan terjadi pertentangan (konflik) dalam batin. Pertentangan ini akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan rohani.84 Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa manusia mempunyai kebutuhan jasmani, rohani dan sosial, maka dalam materi pencak silat Persaudaraan Setia
83
Bab II (Ajaran dan Wasiat), dalam Anggaran Rumah Tangga Persaudaraan Setia Hati Terate, MUBES VI, Madiun, 2000, hlm. 12. 84 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 145.
Hati Terate dibagi menjadi dua, yaitu materi latihan (olah raga) dan materi kerohanian (olah rasa). a. Materi latihan (Olah raga) Materi ini terdiri 1) Latihan fisik Pendidikan jasmani adalah salah satu segi pendidikan yang sangat penting, yang tidak dapat terlepas dari segi-segi pendidikan yang lain. Bahkan dapat dikatakan, bahwa pendidikan jasmani itu merupakan salah satu alat yang utama bagi pendidikan rohani. Bermacam-macam segi pendidikan seperti pendidikan kecakapan, pendidikan ketuhanan, pendidikan kesusilaan, pendidikan keindahan dan pendidikan keindahan, dapat mudah tercapai jika pendidikan jasmani dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pendidikan jasmani yang diutarakan di sini bukanlah mata pelajaran gerak badan, melainkan pendidikan yang erat berangkut paut dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pendidikan jasmani tidak bisa terlepas dan saling mempengaruhi dengan keadaan rohani manusia, selain itu telah dijelaskan pula bahwa pendidikan itu sebenarnya merupakan pendidikan keseluruhan atau pendidikan kepribadian, maka tidak mengherankan jika pendidikan jasmani juga besar sekali gunanya bagi pembentukan kerohanian seseorang.85 Untuk itu dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) materi fisik menjadi menu wajib dalam setiap latihan, karena selain PSHT merupakan sebuah lembaga beladiri, PSHT juga menerapkan latihan fisik atau olah raga sebelum sampai ke materi kerohanian atau olah jiwa dan olah rasa. Materi latihan fisik ini lebih menekankan pada aspek olah raga yang meliputi pemanasan, kecepatan, ketepatan, dasar keterampilan dan pernafasan. Semua itu bermanfaat 85
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1995), hlm. 151.
melatih dan memperbaiki fungsi organ-organ tubuh manusia sehingga dapat mencapai kondisi fisik yang sehat, segar, bersemangat dan mempunyai daya tahan tubuh yang baik. 2) Latihan teknik dan taktik. Materi latihan teknik dan taktik menekankan pada aspek beladiri dan seni. Materi ini meliputi senam, jurus dan teknik sambung. Latihan teknik ini membekali anggota dengan keterampilan dan teknik-teknik beladiri. Sambung merupakan praktek dan aplikasi materi teknik dan taktik. sambung membiasakan anggota menghadapi lawan pada situasi yang membutuhkan keberanian, percaya diri, konsentrasi, kecepatan dan ketepatan saat mengambil keputusan. Ketika sambung pesilat harus menjunjung tinggi sportifitas, yaitu sikap adil dan jujur terhadap lawan, tidak boleh menyerang daerah (anggota badan) yang rawan seperti kepala dan kemaluan, serta mengakui keunggulan lawan dan kelemahan sendiri. Materi teknik dan taktik ini selain melatih IQ (Intelligence Quotient) para siswa juga melatih mereka untuk mengontrol emosinya terutama pada materi sambung, sehingga para siswa kedepan bisa menjadi orang yang berhasil dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yangmenyebutkan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam menentukan keberhasilan hidup, sedangkan 80% lainnya ditentukan oleh faktor-faktor lain. Diantaranya adalah kecerdasan emosi (Emotional Quotient). Dalam kehidupan banyak sekali masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan kemampuan intelektual semata. Kematangan emosi ternyata sangat menentukan keberhasilan seseorang, dengan kata lain kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam mencapai keberhasilan hidup.86 Untuk itulah
86
153.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008), hlm. 152-
materi teknik dan taktik ini diberikan kepada para siswa di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). b. Materi kerohanian (olah rasa) Menurut Komaruddin Hidayat dalam buku psikologi beragama, dikatakan bahwa jati diri manusia yang paling asasi adalah manusia sebagai makhluk spiritual atau makhluk rohani (man is spiritual being). Tanpa adanya rohani manusia tidak berbeda dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan, oleh karena itu kehadiran rohani menjadi sesuatu yang sangat vital terhadap diri setiap manusia, karena rohani yang pada dasarnya mempunyai misi memimpin seluruh organ tubuh dan jiwa untuk berbuat kebaikan dan menyebar kasih Tuhan kepada seluruh alam. Selain itu dalam buku yang sama Komaruddin Hidayat juga mengatakan bahwa tanpa kesadaran dan komitmen spiritualitas, maka prestasi lain akan menuai jalan buntu.87 Oleh karena itu dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) terdapat materi olah rasa atau kerohanian yang dalam PSHT sering disebut sebagi materi ke-SH-an. Materi kerohanian (ke-SH-an) menekankan pada aspek spiritual dan sikap sosial, materi ini sebagai pengendali dan merupakan citra diri pesilat. Sebagai pengendali, materi ini ditanamkan agar anggota (warga atau siswa) dapat mengendalikan diri sehingga ilmu beladiri tidak disalahgunakan. Sedangkan sebagai citra diri pesilat, materi ini ditanamkan agar anggota dapat menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, tahu benar dan salah. Materi kerohanian atau ke-SH-an ini dimaksudkan untuk membina para siswa agar mempunyai kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient), sehingga para siswa ketika sudah menjadi warga dapat menyikapi hidupnya dengan baik. Hal ini sebagaimana pendapat Zohar dan Marshall yang mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan 87
hlm.130.
Komaruddin Hidayat, Psikologi Beragama, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006),
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan rohaniah, kecerdasan hati dan kecerdasan jiwa. SQ akan mengembalikan manusia kepada makhluk spiritual yang merupakan fitrah kejadiannya.88 Dengan ini PSHT melalui materi kerohanian atau ke-SH-an melatih seseorang agar tidak hanya pintar pada keahlian melawan musuh, tetapi juga seseorang yang memiliki budi pekerti luhur dan kemampuan aktualisasi kerukunan dan tata krama yang diatur menurut nilai-nilai yang diberikan oleh leluhurnya. Apabila
materi kerohanian ini dihubungkan dengan tujuan
pendidikan Islam, maka akan memperoleh titik temu pada dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam, serta yang lebih penting lagi adalah pada dimensi pengamalannya, dalam artian bagaimana materi kerohanian itu bisa memotivasi para siswa dalam menghayati atau menginternalisasikan ajaran Islam dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, serta mengaktualisasikan atau merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.89 Adanya materi olah rasa ini diharapkan bisa meningkatkan sensitivitas sosial dan apresiasi akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Jadi tidaklahlah berlebihan kalau pencak silat sebagai seni beladiri dengan multi aspek dan ajaran falsafahnya mampu dijadikan sarana untuk membina moral dan tingkah laku manusia. Selain materi-materi di atas dalam lembaga beladiri Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) juga selalu ditanamkan rasa persaudaraan yang kuat antar 88
M. Furqon Hidayatullah, op.cit, hlm. 206-208. Muhaimin, paradigma pendidikan islam upaya mengefektifkan pendidikan agama islam di sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 78. 89
sesama anggota. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial, jadi dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) selain materi olah raga dan olah rasa sebagai pemenuh kebutuhan jasmani dan rohani manusia, juga ditanamkan rasa persaudaraan antar sesama anggota untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang ketiga yaitu kebutuhan sosial. Kaitannya dalam kehidupan beragama, agama dalam masyarakat yang serba majemuk seperti Indonesia bisa berperan menjadi faktor pemersatu (integratif), tetapi juga bisa menjadi faktor pemecah (disintegratif). Fenomena semacam ini akan banyak ditentukan setidak-tidaknya oleh: teologi agama dan ajaran-ajarannya, sikap dan perilaku pemeluknya dalam memahami dan menghayati agama tersebut, sosio-kultural yang mengelilinginya serta peranan dan pengaruh para pemuka agama.90 Maka dari situ aspek persaudaraan disini dimaksudkan untuk memberi salah satu solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut, karena yang dimaksud persaudaraan disini adalah persaudaraan yang tidak dilatarbelakangi oleh unsur SARA (suku, agama, ras dan antar golongan). Jadi aspek persaudaraan dalam lembaga beladiri pencak silat PSHT ini bisa menjadi solusi agar tidak terjadi perpecahan antar umat beragama. D. Analisis terhadap interaksi pendidik dengan peserta didik (interaksi edukatif) Dalam prosedur latihan di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) pun tidak bisa lepas dari tujuan pembelajaran di atas, adapun prosedur latihannya sebagai berikut: 1. Pra latihan a. Salaman Salaman (berjabat tangan) dibiasakan setiap memulai dan mengakhiri latihan, serta ketika saat bertemu para anggota (baik siswa maupun warga) dimanapun berada. Lebih-lebih seorang siswa kepada
90
Ibid, hlm. 77.
warga (pelatih) sebagai rasa hormat kepada saudara yang lebih tua baik dalam latihan maupun di luar latihan. Budaya salaman dalam PSHT memang tidak diwajibkan, dan tidak hanya sekedar pertautan antara dua tangan yang berasal dari arah berlawanan saja tetapi ada yang lebih daripada itu yakni nilai sebuah rasa persaudaraan. Salaman merupakan manifestasi dari rasa persaudaraan itu sendiri karena bila kita terbiasa salaman otomatis melakukan komunikasi, maka bila terjadi interaksi yang baik antara satu dengan yang lain akan membuat suatu hubungan persaudaraan semakin harmonis. Dalam Islam sangat dianjurkan salaman, karena salaman dapat melenyapkan dendam kesumat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: :
: 91
“Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: Saling berjabat tanganlah kalian, karena sirnalah dendam kesumat dari hati kalian”. Dengan demikian kebiasaan salaman ini mendidik anggota PSHT agar menjadi pemaaf dan tidak pendendam. Jadi hikmah dari kebiasaan berdo’a dan salaman dalam sistematika latihan pencak silat PSHT, adalah mendidik agar anggota membiasakan diri untuk berdo’a kepada Allah, yakni meyakini kekuatan do’a serta memiliki sifat pemaaf dan tidak pendendam. b. Penghormatan Penghormatan disini diberikan oleh seorang yang lebih muda kepada yang lebih tua, yakni dari siswa kepada warganya. Penghormatan ini dilakukan sebagai ungkapan rasa hormat, hal ini dimaksudkan untuk memberikan
pembinaan
kepada
para
siswa
agar
mereka
bisa
menghormati orang lain yang lebih tua dari diri mereka, sehingga
91
Imam Jalalludin As Suyuuti, Al- Jami’u Ash Shagiir, Juz 1, (Beirut Libanon, Daar alKutub Al-Ilmiyah tt.), hlm. 198
terbentuk dalam diri para siswa sikap rendah hati dan tidak sombong terhadap keahlian yang dimilikinya. Allah berfirman dalam QS. Luqman: 18
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Luqman: 18)92 2. Pendahuluan latihan a. Pengarahan Ini dilakukan oleh pelatih sebelum latihan dimulai untuk mengetahui keadaan kesehatan siswa. Hal ini dimaksudkan jika ada siswa yang kurang sehat, maka akan mendapatkan pengawasan yang khusus dan dispensasi. Pengarahan ini juga dilakukan untuk menanyakan tentang keberadaan para siswa yang tidak berangkat latihan, hal ini dimaksudkan untuk mendidik kepedulian para siswa terhadap saudaranya. Dengan adanya hal semacam ini maka para siswa akan lebih sering berkomunikasi dengan saudara-saudaranya untuk mengetahui kabar mereka. b. Do’a pembuka Do’a dibiasakan sebelum dan sesudah latihan serta kegiatan yang lain seperti rapat, sarasehan, pertemuan anggota dan lain sebagainya. Do’a sebelum dan sesudah kegiatan merupakan pengakuan adanya Allah SWT dan pengakuan atas kelemahan manusia, sehingga menghindarkan manusia dari sifat sombong dan takabur karena dia merasa lemah dan sadar akan dirinya.
Serta dengan membiasakan berdo’a
akan
menumbuhkan keyakinan kepada kekuatan do’a itu sendiri. Seperti firman Allah dalam Surat Al- Mu’min ayat : 60
92
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 329.
( : ) “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’min: 60)93 Dengan adanya do’a juga dimaksudkan untuk mendidik para siswa agar senantiasa membiasakan untuk selalui mengiringi setiap kegiatan yang dilakukan dengan do’a, sehingga hal ini mendidik para siswa untuk selalu ingat terhadap Tuhan yang memiliki segala yang ada di dunia dan akhirat. 3. Latihan inti a. Latihan Fisik Latihan fisik ini terdiri dari: 1) Pemeriksaan kondisi fisik 2) Pemanasan 3) Ausdower atau ketahanan 4) Stamina 5) Kecepatan dan ketepatan 6) Dasar ketrampilan Materi latihan fisik lebih menekankan pada aspek olah raga yang meliputi pemanasan, ausdower, kecepatan, ketepatan, dasar ketrampilan dan pernafasan. Semua itu bermanfaat melatih dan memperbaiki fungsi organ-organ tubuh manusia sehingga dapat mencapai kondisi fisik yang sehat, segar, bersemangat dan memiliki daya tahan tubuh yang baik. Jadi dengan berlatih pencak silat diharapkan akan menimbulkan kesadaran dan membiasakan untuk melakukan olah raga, sehingga trampil dengan gerak efektif untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani yang dilandasi dengan hasrat hidup sehat. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang diungkapkan Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir diantara tujuan pendidikan Islam
93
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 378.
adalah
membentuk
jasmani
(al-ahdaf
al-jasmaniah)
yaitu
mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas sebagai khalifah di bumi yaitu ketrampilan dan ketahanan fisik. Adapun hubungannya dengan pembentukan kepribadian adalah pada tujuan pendidikan jasmani atau latihan fisik, antara lain: Ø Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencernaan makanan, melatih otot-otot dan urat-urat saraf, melatih kecekatan dan ketangkasan. Ø Membentuk budi pekerti seperti melatih kesabaran, keberanian, kejujuran, sportivitas, taat kepada aturan-aturan, kesukaan dan kerajinan bekerja. Ø Memupuk perasaan kesosialan, seperti tolong menolong, bekerja sama, setia kawan (solidaritas)dan bekerja kelompok. Ø Memupuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa, seperti kecerdasan, ingatan, perasaan dan kemauan.94 Dari sini jelas bahwa latihan fisik sangat diperlukan oleh kita sebagai proses pembentukan manusia-manusia yang siap mengemban tugas sebagai khalifah di bumi ini, dalam teori kepribadianpun faktor tubuh yang sehat dan kuat sangatlah penting untuk membentuk pribadipribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah terhadap persoalanpersoalan yang ada. b. Latihan Teknik Latihan teknik ini terdiri dari: 1) Senam dasar 2) Jurus 3) Pasangan 4) Langkah 5) Senam toya 94
M. Ngalim Purwanto, op.cit, hlm. 152.
6) Jurus toya 7) Jurus belati 8) Kuncian dan lepasan Siswa dibekali ketrampilan beladiri sehingga akhirnya nanti dapat memberi manfaat bagi siswa. Teknik disini difokuskan pada gerak dan strategi, yang lebih mengoptimalkan kinerja dari otak itu sendiri. Bila dikaitkan dengan nilai pendidikan Islam sendiri, Islam menganjurkan umatnya untuk berfikir lebih tentang apa saja yang ada di bumi baik mengenai keberadaan dan manfaatnya. Latihan
ini
dimaksudkan
untuk
mendidik
siswa
dalam
mempertahankan diri, sehingga terbentuk pribadi-pribadi yang mampu mempertahankan diri terhadap lingkungannya, lebih dari itu diharapkan juga akan terbentuk pribadi-pribadi yang mampu melindungi orang lain dari segala tindak kejahatan. Latihan ini dimaksudkan untuk pembentukan fungsional pada seseorang, yang dimaksud pembentukan fungsional atau pembentukan formal adalah pembentukan fungsi-fungsi jiwa, seperti pengamatan, ingatan, fantasi, berpikir, perasaan dan kemauan. Dalam pendidikan intelek dikatakan pengetahuan formal jika yang diutamakan adalah fungsi-fungsi
jiwa,
fungsi-fungsi
jiwa anak
dapat
dilatih dan
dikembangkan dengan membiasakan anak-anak memusatkan perhatian kepada suatu pelajaran, belajar mengamati dengan baik dan teliti, melatih ingatan dan fantasinya, dan yang penting adalah melatih fungsi berpikirnya. 95 c. Latihan taktik Latihan taktik ini terdiri dari: 1) Padanan 2) Analisa jurus 3) Pola langkah 95
Ibid, hlm. 153-154.
4) Jurus reflek 5) Bela diri praktis 6) Sambung Latihan taktik ini dimaksudkan untuk pembinaan kejiwaan para siswa agar mereka dapat menerapkan jurus-jurus dan pasangan dalam sambung sehingga melatih keberanian untuk mengambil keputusan, optimis, bertanggung jawab, stabil emosinya, sportif dan tegas. Dengan latihan ini maka siswa dididik untuk memiliki kecerdasan emosional, dimana kecerdasan emosional itu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan ini maka unsur-unsur kecerdasan emosi seperti kesadaran diri (self- awareness), pengaturan diri (self-regulation), motivasi (motivation), empati (empathy) dan ketrampilan sosial (social skill) dapat dikuasai dengan baik.96 d. Ke SH an Materi kerohanian (ke SH an) menekankan aspek spiritual dan aspek sosial. Materi ini sebagai pengendali dan citra diri pesilat. Sebagai pengendali karena materi ini ditanamkan agar anggota baik warga ataupun siswa dapat mengendalikan diri sehingga ilmu beladiri tidak disalahgunakan. Sedangkan sebagai citra diri pesilat karena materi ini ditanamkan agar anggota dapat menjadi manusia yang berbudi luhur, tahu benar dan salah. Aspek spiritual dan sikap sosial pencak silat PSHT dijelaskan lebih mendalam mengenai moral, etika, ataupun ajaran PSHT yang dituangkan pada sumpah bersama di malam pengesahan atau pepacuh,
96
Mustaqim, op.cit, hlm. 154.
kata-kata falsafah PSHT, lambang organisasi, makna pembukaan, doa, dan salaman. Dengan adanya ke-SH-an atau kerohanian ini akan mendidik para siswa agar mereka terbentuk menjadi pribadi-pribadi yang mampu menyelami jiwanya, sehingga mereka dapat menghayati dan meresapi makna hidupnya, dan juga dapat mengerti akan tujuan hidupnya. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa materi ke-SH-an dimaksudkan untuk melatih kecerdasan spiritual siswa, karena seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual cenderung bisa menjadi pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seseorang yang bertanggung jawab untuk membawa visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain dan memberikan petunjuk penggunaannya. Toto Tasmara mengemukakan kecerdasan spiritual dengan istilah kecerdasan rohaniah. Kecerdasan rohaniah bertumpu pada ajaran cinta (mahabbah), cinta yang dimaksudkan disini adalah keinginan untuk memberi dan tidak memiliki pamrih untuk memperoleh imbalan. Maka mereka yang cerdas secara rohaniah itu adalah tipikal jiwa yang tenang, karena mereka sadar hidup adalah kedipan mata, bergerak kemudian diam, gemuruh lantas senyap, hidup untuk mengabdi untuk kemudian mati abadi. Dengan demikian, mereka senantiasa menampilkan sosok dirinya yang penuh moral cinta dan kasih sayang, mencintai dan ingin dicintai Allah, sehingga dimanapun mereka berada mereka merasa selalu dimonitor oleh kamera Allah.97 Seperti inilah ajaran di PSHT yaitu membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik sebagai bekal hidupnya didalam masyarakat. 4. Penutup a. Penenangan Menurut Merta Ada seorang praktisi meditasi kesehatan Bali Husada, lewat meditasi anda dapat memperoleh energi kehidupan,
97
M. Furqon Hidayatullah, op.cit, hlm. 208-209.
kekuatan, dan terlebih lagi tuntunan dalam melewati hari-hari kehidupan anda. Esensi meditasi sendiri adalah berakhirnya pikiran sadar, kemudian memasuki dimensi lain yang berada dalam alam bawah sadar dan supra kesadaran. Meditasi berarti hening, diam, sendiri. Keheningan muncul bila pikiran sadar berhenti sepenuhnya, diam berarti berhentinya aktivitas fisik atau irama fisiologis melambat, sedangkan sendiri berarti anda melakukannya tanpa bantuan, tuntunan atau kehadiran orang lain. 98 Banyak cara yang dilakukan untuk melaksanakan meditasi tapi pada dasarnya adalah mengarah pada usaha mencapai ketenangan hati, yakni mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Dalam Islam juga diajarkan ketika mengalami kegalauan dan kegundaan diharapkan kita ingat dan berdzikir kepada Allah. Sesuai firmanya surat Al-Ra’du ayat 28 yang berbunyi: (
:
)
...
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”. (QS. Ar-Ra’du: 28) 99 b. Doa penutup Doa disini dilakukan setiap melakukan dan mengakhiri semua kegiatan di PSHT. Ini menandakan bahwa orang PSHT adalah manusia yang beragama dan percaya akan keberadaan Tuhan dan kekuatan doa. c. Salaman Sebenarnya salaman diawal dan diakhir latihan adalah sama yaitu sebagai pembinaan sikap sosial kepada para siswa agar mereka mudah bersosialisasi di dalam masyarakat dan tidak menjadi orang yang acuh terhadap orang lain. Jika dilihat dari bagaimana prosedur pelaksanaan latihan ilmu beladiri pencak silat, yang mana dalam hal ini penelitian dilakukan di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang. 98
Abdul Khafi Syatra, Misteri Alam Bawah Sadar Manusia, (Jogjakarta: DIVA Press2010), hlm. 80. 99 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 201.
Maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa latihan ilmu beladiri pencak silat dapat dijadikan alternatif dalam mendidik dan membentuk manusiamanusia yang berkepribadian tangguh yang dalam pendidikan Islam disebut sebagai insan kamil. Adanya latihan ilmu beladiri pencak silat juga bisa menjadi salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi manusia, kepribadian manusia yang dimaksud disini adalah satu totalitas dari disposisi-disposisi fisis dan psikis yang terorganisir
dengan rapi, dan sifatnya dinamis. Kesatuan
psikofisik ini (unsur jasmani dan rohani) sering menimbulkan dimensi ketegangan, hal ini disebabkan oleh usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisis dan psikis yang sering tidak imbang dan bertentangan.100 Dengan latihan ilmu beladiri pencak silat maka seseorang akan berusaha menyeimbangkan antara kebutuhan-kebutuhan fisis dan psikis, karena setiap tingkah laku manusia merupakan manifestasi dari beberapa kebutuhan, dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan kata lain, setiap tingkah laku manusia itu selalu terarah pada satu objek atau suatu tujuan pemuasan kebutuhan yang memberi arah pada gerak aktivitasnya.101 Dari sini, maka dengan latihan ilmu beladiri pencak silat seseorang bisa mengarahkan objek tingkah lakunya sebagai manifestasi dari usaha dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani, sehingga akan muncul suatu aktivitas yang terarah dan tidak bertentangan dengan kebutuhan fisis maupun psikis. Dalam buku psikologi hidup rohani karangan Mardi Prasetya, dikatakan bahwa setiap diri pribadi disertai dengan tiga taraf hidup kejiwaan, antara lain: 1. Taraf psikofisik, yaitu kemampuan yang berasal dari unsur-unsur sensor motorik dan instink dalam susunan organisme tubuh manusia, maka dengan ini individu tersebut dapat merasakan lapar, haus, lelah atau ngantuk dan lain sebagainya.
100
Kartini Kartono, Jenny Andari, Hygiene Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 38. 101 Ibid, hlm. 36.
2. Taraf psikososial, yaitu kemampuan yang lahir dari kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, seperti kebutuhan untuk menjaling hubungan kepada sesama, persahabatan, persaudaraan dan lain-lain yang mendorong untuk membangun hidup sosial atau komunitas. 3. Taraf spiritual-rasional, yaitu kemampuan khas manusiawi seperti membuat refleksi dan kemampuan untuk mengerti, melihat dan mewujudkan apa yang bernilai. Jadi bisa disimpulkan sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab atas perilaku yang dibuatnya.102 Sesuai dengan teori di atas, maka dapat dianalisis bahwa ilmu beladiri pencak silat dalam hal ini di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), pembinaan yang diberikan sudah sesuai dengan tiga taraf hidup kejiwaan yang dimiliki setiap individu, yaitu taraf psikofisik, psikososial dan spiritual-rasional. Hal ini bisa dilihat dari materi latihan yang diberikan kepada para siswa dalam proses pembinaan, dalam latihan jelas diberikan materi fisik yang berkaitan dengan taraf psikofisik manusia. Selaian materi fisik juga diberikan materi kerohanian sebagai proses pembinaan spiritualitas pada diri pribadi masing-masing siswa, materi ini sesuai dengan taraf hidup kejiwaan yang ketiga yaitu taraf spiritual-rasional. Adapun untuk taraf psikososial ini sesuai dengan salah satu dari panca dasar ajaran PSHT yaitu persaudaraan, dimana aspek persaudaraan ini selalu dan sangat ditekankan kepada setiap anggota PSHT dalam menjalin hubungan terhadap orang lain lebih-lebih terhadap sesama anggota PSHT, sehingga dari sini kehidupan sosial para anggota PSHT dapat tercapai dengan baik. Selain itu pencak silat juga dapat dijadikan sarana pengenalan diri, Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul peranan agama dalam kesehatan mental, mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang mampu mengenal dirinya secara objektif, bahkan ada orang yang menyangka bahwa mengenal diri sendiri secara objektif tidaklah mungkin, karena terpengaruh oleh rasa 102
108.
Mardi Prasetya, Psikologi Hidup Rohani I, (Yogyakarta: KANISIUS, 1993), hlm. 107-
subjektivitasnya dan rasa harga diri. Tetapi pada dasarnya dengan usaha yang sungguh-sungguh dan latihan yang berulang-ulang, maka sedikit demi sedikit orang dapat mengenal dan menerima dirinya.103 Oleh karena itu dengan adanya latihan beladiri pencak silat secara rutin maka sedikit demi sedikit seseorang dapat mengenali dirinya sendiri. Jika di analisis dari materi kerohanian yang diajarkan dalam latihan di lembaga beladiri PSHT, maka disitu dapat ditemukan pembinaan yang mengajarkan para siswa untuk mengenal siapa dirinya baik secara makhluk sosial maupun secara manusia sebagai hamba Tuhan. Dari sini maka para siswa secara perlahan dapat memahami siapa sebenarnya mereka dan secara bertahap mereka bisa menggali makna kehidupannya. Latihan pencak silat juga bisa dijadikan penyeimbang antara unsurunsur dinamika kepribadian seseorang, dalam buku psikologi agama Jalaluddin mengatakan bahwa unsur-unsur dinamika kepribadian yang mempengaruhi aktifitas seseorang terdiri dari empat unsur, antara lain: 1. Energi rohaniah (psychis energy) yang berfungsi sebagai pengatur aktivitas rohaniah seperti berfikir, mengingat, mengamati dan sebagainya. 2. Naluri yang berfungsi sebagi pengatur kebutuhan primer, seperti makan, minum dan seks. Sumber naluri adalah kebutuhan jasmaniah dan gerak hati. Berbeda dengan energi rohaniah, maka naluri mempunyai sumber (pendorong), maksud dan tujuan. 3. Ego (aku sadar) yang berfungsi untuk meredakan ketegangan dalam diri dengan cara melakukan aktivitas penyesuaian dorongan-dorongan yang ada dengan kenyataan objektif (realitas). Ego memiliki kesadaran untuk menyelaraskan dorongan yang baik dan buruk, sehingga tidak terjadi kegelisahan atau ketegangan batin. 4. Super ego yang berfungsi sebagai pemberi ganjaran batin, baik berupa penghargaan (rasa puas, senang, berhasil) maupun berupa hukuman (rasa 103
Zakiah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1993), hlm. 88.
bersalah, berdosa, menyesal). Penghargaan batin diperankan oleh ego-ideal, sedangkan hukuman batin dilakukan oleh hati nurani.104 Selain itu dalam buku yang sama Sukamto M.M. mengatakan bahwa kepribadian terdiri dari empak sistem atau aspek, yaitu: 1. Qalb (angan-angan kehatian). 2. Fuad (perasaan atau hati nurani). 3. Ego (aku sebagi pelaksana dari kepribadian). 4. Tingkah laku (wujud gerakan). Meskipun keempat aspek itu masing-masing memepunyai sifat, fungsi, komponen, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri namun keempatnya berhubungan erat dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.105 Pada dasarnya pernyataan Jalaluddin dan Sukamto tentang aspek-aspek atau unsur-unsur kepribadian tidaklah berbeda, karena pada dasarnya manusia mempunyai dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Dari sini pencak silat hadir sebagai salah satu pilihan alternatif bagi manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Jika dilahat dari materi-materi ataupun bagaimana proses latihan dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang, maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa latihan pencak silat bisa dijadikan salah satu alternatif dalam penyeimbangan unsur-unsur dinamik kepribadian. Dengan latihan pencak silat maka energi rohaniah dan naluri seseorang akan terus diasah, pengasahan energi rohaniah dan naluri ini biasa dilakukan oleh para pendekar pencak silat malalui olah nafas (pernafasan) dan meditasi dalam rangka menyatukan diri dengan alam sekitar. Dengan adanya ini maka ego seseorang akan terkontrol sehingga mereka dapat menyelaraskan antara
104 105
Jalaluddin, op.cit., hlm. 166. Ibid, hlm. 162.
dorongan-dorongan yang baik dengan dorongan-dorongan yang buruk, sehingga kepekaan perasaan yang kaitannya dengan super ego seseorangpun akan mengarah kepada hal-hal yang baik, maka dengan sendirinya mereka akan terhindar dari kegelisahan-kegelisahan dalam menjalani hidup mereka. Jalaluddin Rahmat telah menjelaskan sebagaimana telah dikutip oleh Syamsul Ma’arif dalam buku The Beauty of Islam Dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, bahwa pendidikan harus memperhatikan perpaduan antara tubuh dan jiwa, harus disadari bahwa hal-hal yang bersifat fisikal berpengaruh besar pada proses psikologis, seperti persepsi, kognisi, konsep diri dan sebagainya. Pada saat yang sama pikiran yang mewakili jiwa mempengaruhi proses fisiologis dan psikologis sekaligus. Selain itu dimensi mistikal dalam kehidupan manusia juga harus dikembangkan, karena sepanjang sejarah agama memberikan jalan sistematis untuk memperoleh pangalaman mistikal, maka kita merujuk pada ajaran-ajaran agama yang bersifat mistikal yaitu agama yang mensucikan, agama yang mengantarkan peserta didik pada proses kembali kepada Tuhan.106 Dari pertanyataan ini tentu kita akan mengetahui bahwa Islam sangat menekankan terhadap hal-hal mistik, ini tercermin dari perintah untuk mempercayai sesuatu yang bersifat ghaib, karena Tuhan sendiri adalah dzat yang ghaib yang tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Adapun peran pencak silat dalam hal ini adalah sebagai perantara manusia dalam merasakan sesuatu yang mistik atau ghaib itu, karena kebanyakan dari para insan pencak silat suka menyendiri di tempat-tempat yang sunyi (tapa) sebagai jalan menuju terbukanya tabir atau tutup dari sesuatu yang ghaib atau yang mistik itu. Dalam latihan pencak silat sebenarnya bukanlah ketrampilan beladiri semata yang dicari, lebih dari itu adalah penghayatan terhadap Tuhan atau spiritualitas dari masing-masing insan pencak silat menjadi tujuan utama dari latihan pencak silat yang dilakukan, karena pada dasarnya latihan pencak silat adalah latihan untuk mengenal dan menghayati hakikat hidup yang sebenarnya. 106
Syamsul Ma’arif , The Beauty of Islam Dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, (Semarang: NEE’S PRESS, 2008), hlm. 154.
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian ditiupkan roh sebagai wujud kesempurnaan kejadiannya, dengan penciptaan yang seperti ini maka manusia berbeda dengan makhluk lainnya dan karena inilah manusia layak menjadi khalifah Allah di bumi. Ringkasnya dapat dikatakan bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah percikan roh dari Allah, roh itulah yang membuatnya siap untuk mengenal Allah, beriman kepada-Nya dan menyembah-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan mendayagunakannya untuk memakmurkan bumi, dan berpegang teguh pada nilai-nilai dan tatanan yang luhur dalam tingkah laku individual dan sosialnya.107 Disini maka pencak silat hadir sebagai sarana bagi manusia dalam menghayati hidupnya, sehingga manusia akan mengenal siapa dirinya, seperti apa dirinya dan untuk apa dirinya hidup. Maka dengan mengenal siapa dan untuk apa dirinya hidup, manusia akan berusaha mencari sebab dari keberadaannya lewat penghayatan-penghayatan alam sekitarnya, yang mana alam sekitar ini adalah makhluk ciptaan Allah swt. Dari sini maka manusia akan mengenal Tuhannya dengan kesadarannya sendiri, sehingga kesadaran ini akan melekat kuat di hati sanubarinya karena muncul dari kesadaran yang berasal dari penghayatan-penghayatan hidup dan alam ciptaan Allah swt. Maka dari itu tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pencak silat sangat bagus
dijadikan sarana pembentukan kepribadian Islami yang
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam dalam setiap segi kehidupannya, sebagaimana tujuan pendidikan Islam yang telah dijelaskan di atas. E. Analisis terhadap kearah manabimbingan ditujukan (tujuan pendidikan) M. Furqon Hidayatullah dalam bukunya Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan Cerdas, mengungkapkan beberapa tujuan pembelajaran dan pendidikan, antara lain:
107
243-244.
M. Utsman Najati, Al-Qur’an Dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1982), hlm.
Ø Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan. Ø Menumbuhkan atau menanamkan kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) yang mewarnai aktivitas hidupnya. Ø Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran. Ø Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur
dalam
aktivitas
hidupnya
dan
memahami
manfaat
dari
keterlibatannya. Ø Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas belajar. Ø Menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani. 108 Selain tujuan pembelajaran secara umum, kita juga harus melihat tujuan pendidikan agama Islam. Menurut Prof. DR. Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam, dikatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan dan penghayatan lahir. Oleh karena itu pendidikan harus menyiapkan pertumbuhan manusia dalam segi: spiritual, intelektual, imajinatif, jasmani, ilmiah, linguistik, baik individu maupun kolektif, dan semua itu didasari oleh motivasi mencapai kebaikan dan perfeksi. 109 Dalam lembaga beladiri Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) terdapat lima dasar ajaran yang diluncurkan Setia Hati Terate dalam berkiprah ditengah-tengah masyarakat. Kelima dasar ajaran itu terangkum dalam konsep pembelajaran yang dinamakan “Panca Dasar” yaitu persaudaraan, olah raga, seni, beladiri dan kerohanian. Lewat konsep pembelajaran yang terangkum dalam panca dasar tersebut SH Terate berupaya membimbing warganya untuk memiliki lima watak dasar yaitu: 108 109
33.
M. Furqon Hidayatullah, op.cit., hlm. 235. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm.
6. Berbudi luhur, tahu benar dan salah serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian tentang watak berbudi luhur, tahu benar dan salah serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ini sesungguhnya lebih merupakan suatu kausalitas yang satu dan lainnya saling terkait. Sebab dalam prakteknya, watak budi luhur ini sering dicerminkan sebagai sikap seseorang yang telah berhasil menghayati makna diri dan keberadaannya dan mampu menempatkan dirinya di tengah masyarakatnya, serta bertakwa kepada Tuhannya. Dari situ timbul kemudian suatu hakekat yang bisa mengarahkan seseorang pada pengertian jejering urip, lungguhing urip (kesadaran akan makna hayati) sekaligus Jumbuhing Pati Yakni, seorang yang dalam perilakunya mencerminkan sikap dan perbuatan bijaksana (wicaksana), adil (susila), rendah hati (anuraga), berani, teguh dan tegas (sudira). Persaudaraan Setia Hati Terate dalam konteks ini ingin mengajak dan menghendaki setiap warga atau anggotanya mempunyai jiwa dan kepribadian yang luhur. Dalam praktik keseharian orang yang telah memiliki budi pekerti luhur akan nampak dari sikapnya, rela berkorban untuk kepentingan orang banyak dan selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi maupun golongan, dan yang tidak bisa dipisahkan dari orang yang berbudi luhur adalah selalu berusaha menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya, dalam artian selalu bertaqwa kepada Tuhannya. Dengan demikian, setiap warga atau anggota Persaudaraan Setia Hati Terate mutlak wajib mengakui adanya Tuhan dan wajib melaksanakan perintah-Nya serta wajib menjauhi segala larangan-Nya. Kaharusan mengakui adanya Tuhan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan adanya keharusan ini, maka setiap warga atau anggota Persaudaraan Setia Hati Terate harus
menganut suatu agama yang diyakininya dan wajib memvisualisasikan rasa taqwanya itu sesuai agama dan keyakinan masing-masing.110 7. Pemberani dan tidak takut mati Persaudaraan Setia Hati Terate menganjurkan kepada setiap insan yang bernaung di bawahnya untuk memiliki jiwa pantang menyerah, berani dan tidak takut mati, berani dalam konteks ini adalah berani karena membela kebenaran. Hal ini senada dengan jiwa “merah putih” yang telah ditunjukkan oleh para pejuang bangsa kita ketika berperang melawan penjajah betapa dengan gigih mereka mempertahankan apa yang telah menjadi haknya agar tidak jatuh ke tangan penjajah. Disisi lain, keberanian yang dilandasi dengan kebenaran akan melahirkan sebuah kekuatan yang cukup besar, hal ini telah dibuktikan oleh para pejuang kita ketika dengan senjata seadanya, mereka harus melawan para penjajah yang bersenjatakan modern. Sementara sifat tidak takut mati harus dimiliki oleh setiap insan Peraudaraan Setia Hati Terate lebih didasarkan pada keyakinan bahwa kematian itu hukumnya wajib bagi makhluk hidup. Tidak ditakutipun kematian itu aka datang menjemput kita, apalagi ditakuti. Oleh karena itu setiap insan Persaudaraan Setia Hati Terate harus mendasari perjuangan hidupnya dengan semangat baja. 8. Berhadapan dengan masalah kecil dan sepele mengalah dan baru bertindak jika berhadapan dengan persoalan besar dan prinsip. Dalam menghadapi setiap persoalan ada prinsip yang harus dipegang oleh orang PSHT yakni ngalah (mengalah), ngalih (menghindar), ngamuk (bertindak). Artinya rela menahan diri untuk tidak bertindak di luar batas toleransi jika berhadapan dengan masalah yang tidak prinsip (sepele). Jika perlu, menghindar dari saling pandang dan persengketaan, namun jika tetap dipepet dan dipojokkan, apalagi terus diinjak-injak dan dilecehkan, betapun kita tetap harus bertindak demi mempertahankan eksistensi.
110
Tarmadji Boedi Harsono, Menggapai Jiwa Terate, (Madiun: Lawu Pos, 2000), hlm. 42
Dalam kaitan ini, insan Persaudaraan Setia Hati Terate dituntun untuk sedapat mungkin bersikap bijaksana dan dapat memilah-milah dengan cermat, mana persoalan yang prinsip dan mana persoalan yang tidak prinsip, serta harus selalu berusaha menempatkan manusia pada proporsi kemanusiaannya (nguwongake wong).111 9. Sederhana Setiap insan PSHT harus senantiasa bersahaja di kehidupannya, tidak berlebihan dan apa adanya. Orang SH Terate harus sederhana dan wajar, segala tindakannya tidak perlu pamer atau sombong. Hal ini penting terutama sebagai bekal untuk dapat melaksanakan sifat (watak) yang berikutnya yakni mamayu hayuning bawono, untuk mencapai kondisi itu, minimal harus dimulai dari diri sendiri. Disisi lain, masih berkaitan dengan watak sederhana ini, setiap insan Persaudaraan Setia Hati Terate juga harus pandai memilih sikap hidup lebih baik, dalam istilah jawa dikatakan “mikul dhawet rengeng-rengeng” (bahagia meskipun tidak kaya materi) daripada “numpak mersi mbrebes mili” (berlimpah harta tetapi menderita). Artinya tidak boleh “ngaya wara”, tidak silau dengan gebyar keduniawian, karena kita sadar apa yang ada dimuka bumi ini fana adanya dan hanya berupa titipan Tuhan. Namun demikian tentunya akan lebih baik lagi jika insan Persaudaan Setia Hati Terate sudah bisa “numpak mersi” tapi tidak dengan “mbrebes mili” melainkan dengan “rengeng-rengeng”, dalam artian tetap kecukupan materi tetapi tetap bertaqwa kepada tuhannya, sehingga bisa hidup sejahtera lahir batin. 10. Ikut mamayu hayuning bawono (menjaga keselamatan dan ketentraman dunia). Bahwa kehadiran
insan
PSHT harus senantiasa
membawa
kedamaian dan manfaat bagi lingkungan sekitar. Kapan pun dan dimana pun insan PSHT berada harus senantiasa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat di sekelilingnya. Hal ini selaras dengan amanat yang tertuang 111
Ibid, hlm. 43-44.
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu “Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Maknanya, dimana pun warga PSHT berada ia harus bisa menjadi cermin laku teladan baik di lingkungan keluarga besar PSHT sendiri, masyarakat pada khususnya dan cermin teladan bagi nusa dan bangsa. Lebih-lebih bisa tampil ke depan memimpin masyarakat dan menjadi panutan serta teladan yang baik. 112 Kelima watak tersebut di atas merupakan cerminan watak dari satria atau manusia seutuhnya. Pada Persaudaraan Setia Hati Terate, jika seorang warga atau anggota telah mampu menghayati dan mempraktikkan lima watak tersebut pada kehidupannya, disebut warga anggota yang telah mencapai tataran. Pada dasarnya apa yang menjadi tujuan dari pendidikan agama Islam dan ilmu beladiri pencak silat di Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) khususnya mengandung maksud yang sama, yaitu sama-sama berusaha membentuk pribadi-pribadi yang dapat bersikap sesuai dengan nilai-nilai dan tata moral yang berlaku di masyarakat. Adapun tujuan pendidikan yang diberikan PSHT mengarah pada tujuan yang tertera pada AD/ART yaitu: 8. Mempertebal rasa ketuhanan YME 9. Mempertinggi seni budaya pencak silat dengan pedoman pada wasiat PSHT 10. Mempertebal rasa cinta kasih terhadap sesama 11. Menanamkan jiwa kestria, cinta tanah air dan bangsa Indonesia 12. Mempertebal mental spritual dan fisik bangsa Indonesia pada umumnya dan PSHT pada khususnya 13. Mempertebal kepercayaan pada diri sendiri bagi setiap anggota PSHT atas dasar kebenaran
112
Ibid, hlm. 45-46.
14. Ikut serta mendidik manusia agar berbudi luhur, tahu benar dan salah serta berjiwa pancasila.113 F. Analisis terhadap cara yang digunakan dalam bimbingan (alat atau metode) Penyampaian materi dalam setiap latihan menggunakan berbagai metode, adapun metode-metode yang dipakai dalam latihan adalah sebagai berikut: 1. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik114 Metode demonstrasi lebih sesuai diterapkan untuk materi berupa ketrampilan (bukan uraian), seperti gerakan teknik dan taktik beladiri. Di lembaga beladiri pencak silat PSHT metode ini dipakai dalam latihan yang berupa materi teknik dan taktik. Dalam hal ini pelatih memperagakan teknik menghindar dan menyerang beberapa kali, kemudian peserta latihan (siswa) mencoba melakukan apa yang didemonstrasikan pelatih. 2. Metode Latihan Metode latihan ini dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.115 Dalam lembaga beladiri PSHT metode ini juga digunakan dalam latihan yang berupa teknik dan taktik seperti senam dasar, jurus dan sambung, karena latihan teknik dan taktik perlu dilakukan secara terusmenerus dan bersungguh-sungguh untuk mencapai kemampuan yang diharapkan.
113
BabII (Asas, sifat dan Tujuan) Pasal 5, Dalam Anggaran Dasar (AD) Persaudaraan Setia Hati Terate, MUBES VI, Madiun, 2000, hlm. 1 114 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2009), hlm.20. 115 Ibid., hlm. 21.
3. Metode Ceramah Metode ceramah ialah penuturan bahan pelajaran secara lisan.116 Tujuan metode ini adalah menjelaskan bahan pelajaran dengan uraian secara lisan. Metode ini lebih tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang berupa uraian (bukan ketrampilan), seperti nasihat atau wejangan. Metode ini sangat cocok digunakan dalam menyampaikan materi ke-SH-an karena materi ke-SH-an bisa diberikan ketika waktu istirahat setelah para siswa latihan pemanasan. Metode ceramah ini sangat efektif digunakan dalam memberikan pengertian dan pemahaman kepada para siswa tentang pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri sehingga para siswa lebih semangat dalam latihan. Seorang pelatih harus menjelaskan secara jelas tentang bagaimana para siswa harus bersikap, berbuat dan berkata sehingga terbentuk pribadipribadi yang baik dan pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat akan berjalan dengan baik. 4. Metode Diskusi Metode diskusi ialah cara penyajian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat simpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.117 Metode ini sangat mendukung metode ceramah, setelah penjelasan materi secara lisan oleh pelatih, dilanjutkan dengan diskusi. Pelatih memberikan kesempatan kepada siswa mengemukakan pendapatnya, sehingga terjadi perbincangan guna mencapai simpulan bersama. Dalam latihan di PSHT biasanya metode ini digunakan juga pada pemberian materi kerohanian atau ke-SH-an. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan 116
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 77 117 Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 20
bertanya kepada para siswa yang belum atau kurang paham terhadap materi yang telah diajarkan, selain itu juga untuk melatih siswa berani berbicara ketika merasa ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Jadi metode latihan dan demonstrasi lebih tepat diterapkan untuk materi latihan yang meliputi latihan fisik, teknik dan taktik. Sedangkan metode ceramah dan diskusi lebih tepat diterapkan untuk menyampaikan materi kerohanian atau ke-SH-an. 5. Metode keteladanan Manusia pada umumnya senang meniru dan mencontoh orang lain terhadap sesuatu yang dianggap baik oleh dirinya, maka dengan adanya kecenderungan semacam ini akan sangat baik jika seorang pendidik atau seorang pelatih memberikan contoh atau tauladan yang baik kepada para siswanya. Tauladan atau contoh yang baik merupakan metode atau cara pembinaan secara tidak langsung baik dalam perkataan, perbuatan ataupun sikap. Firman Allah dalam QS. Al-Ahzab: 21
t•x.sŒur t•ÅzFy$# tPöqu‹ø9$#ur ©!$# (#qã_ö•tƒ tb%x. `yJÏj9 ×puZ|¡ym îouqó™é& «!$# ÉAqß™u‘ ’Îû öNä3s9 tb%x. ô‰s)©9 #ZŽ•ÏVx. ©!$# “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)118 G. Analisis terhadap tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan) Menurut Hery Noer Aly dalam buku ilmu pendidikan Islam, lingkungan pendidikan dibagi menjadi dua:
118
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000), hlm. 336.
1. Lingkungan sekitar (milieu), yaitu segala keadaan, benda, orang serta kejadian atau peristiwa disekitar peserta didik. 2. Pusat-pusat pendidikan, yaitu tempat organisasi dan kumpulan manusia yang dirancang sebagai sarana pendidikan.119 Dalam latihan ilmu beladiri pencak silat faktor lingkungan jelas sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian para siswa (peserta didik), karena dalam latihan ilmu beladiri pencak silat para siswa akan dibimbing untuk mengenal alam sekitar sebagai sarana untuk mengenal dirinya dan Tuhannya. Hal ini bisa dilihat dari alasan kenapa latihan ilmu beladiri pencak silat kebanyakan dilakukan pada malam hari, hal ini dikarenakan pada malam hari dunia atau sekitar lebih sunyi sehingga para siswa akan lebih bisa berkonsentrasi dalam meditasi atau penghayati hidup terhadap alam sekitar. Selain itu lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) sebagai pusat pendidikan atau latihan ilmu beladiri pencak silat, bukanlah sebuah perguruan melainkan sebuah organisasi persaudaraan yang sangat menekankan hubungan persaudaraan antar sesama anggota. Sehingga dari sini dalam lembaga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) para siswa dididik agar mereka memiliki rasa persaudaraan yang kuat terhadap sesama anggota PSHT khususnya dan kepada orang lain pada umumnya, disini para siswa dididik agar bisa menghormati yang lebih tua (sedulur tua) dan bisa menyayangi saudara-saudaranya yang lebih muda, maka dengan sendirinya jiwa sosial akan terbentuk pada diri siswa. H. Analisis Terhadap Evaluasi Dalam Pendidikan Kepribadian Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown: “Evaluation refer to the act or process to determining the value of something” . Menurut definisi 119
209.
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.
ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian bahwa evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Jika ditarik kesimpulan dari pengertian evaluasi di atas, maka dapat memberikan definisi tentang evaluasi pendidikan sebagai berikut, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.120 Dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang evaluasi pendidikan dilakukan dua kali dalam satu tahun bersamaan dengan ujian kenaikan tingkat. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan metode latihan yang digunakan, yaitu dengan melihat seberapa besar penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan, selain itu juga untuk memotivasi para siswa agar lebih semangat dalam latihan. Harus senantiasa diingat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak boleh dilakukan secara terpisah-pisah atau sepotong demi sepotong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Dengan kata lain, evaluasi hasil belajar
harus
mencakup
semua
aspek
yang
dapat
menggambarkan
perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik sebagi makhluk hidup bukan benda mati. Dalam hubungan ini evaluasi hasil belajar disamping dapat mengungkap aspek proses berfikir (cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai dan sikap (affective domain) dan aspek ketrampilan (psychomotor domain) yang melekat pada masing-masing individu peserta didik.121 Sesuai dengan pernyataan di atas, maka dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang dilakukan beberapa teknik evaluasi, antara lain:
120
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 1-2. 121 Ibid, hlm. 31-32.
1. Teknik tes Teknik tes ini meliputi: a. Tes prestasi Dalam lembaga beladiri pencak silat PSHT cabang Kota Semarang tes prestasi dilakukan dengan dua cara yaitu tes tertulis dan tes praktek. 1) Tes tertulis Tes tertulis diberikan kepada para siswa setelah mereka melakukan pemanasan dibawah arahan para pelatih. Tes tertulis ini berisi lima sampai sepuluh soal uraian yang harus dikerjakan dalam waktu 30 menit, soal-soal yang diberikan berisi tentang sejarah PSHT, arti lambang PSHT, falsafah-falsafah PSHT beserta maknanya, motto PSHT serta soal-soal yang berkaitan dengan ajaran-ajaran dan kelembagaan PSHT baik pusat Madiun, cabang ataupun komisariat masing-masing. Tes tertulis ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi-materi yang telah diajarkan kepada mereka sesuai dengan tingkatannya selama mereka mengikuti latihan, tes tertulis ini diberikan kepada siswa untuk menguji kemampuan mereka terhadap pemahaman materi-materi yang bersifat pemahaman. Hubungannya dengan pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri, tes ini melatih para siswa untuk bertanggung jawab terhadap materi yang telah diberikan, selain itu juga tes ini melatih para siswa untuk bersikap jujur dalam mengerjakan soalnya, karena jika ada yang ketahuan mencontek maka mereka akan mendapat hukuman yang tidak ringan. 2) Tes praktek Tes praktek ini terdiri dari: Ø Tes senam dasar
Ø Tes jurus Ø Tes senam toya Ø Tes jurus toya Ø Tes kuncian dan lepasan (krippen) Ø Tes jurus belati Ø Tes pasangan Ø Tes sambung Ujian ini dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan para siswa terhadap materi-materi yang bersifat gerakan sesuai dengan materi yang telah diterima oleh masing-masing siswa. Tes ini sangat efektif digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan para siwa terhadap penguasaan materi selama mengikuti latihan, sehingga dapat menentukan apakah siswa tersebut berhak untuk mengikuti latihan selanjutnya dan mendapat materi ke tingkat selanjutnya. Tes ini juga sangat efektif digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan metode yang dipakai dalam latihan. Hubungannya dengan pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat, tes ini menguji rasa tanggung jawab para siswa terhadap hafalan-hafalan materi senam dasar, jurus dan lain-lainnya. Selain itu tes ini juga digunakan untuk menguji keberanian dan kesabaran siswa, karena dalam tes ini siswa dipukul dan ditendang tetapi tentunya dengan ilmu pernafasan yang sudah diajarkan. Siswa juga dibentak-bentak oleh dewan penguji hal ini untuk melatih siswa untuk tetap berkonsentrasi walaupun dalam keadaan takut dan tertekan, sehingga mereka bisa menggerakan materi-materi jurus ataupun yang lainnya walaupun dalan keadaan tertekan. Hal ini juga melatih mereka untuk mengambil keputusan, optimis, stabil emosinya, sportif dan tegas.
b. Tes kepribadian (attitude test) Tes ini digunakan untuk mengetahui loyalitas para siswa terhadap lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Tes kepribadian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kepribadian para siswa sehingga para pelatih dapat mengarahkan para siswa dalam pembentukan kepribadian yang diinginkan, sehingga hal ini akan mempermudah para pelatih dalam mengadakan pembinaan. Dalam pendidikan kepribadian tes ini sangat berperan terhadap keberhasilan pendidikan, karena tes ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kepribadian para siswa dalam mengendalikan dirinya sehingga para pelatih dapat menentukan langkah apa yang harus dilakukan untuk membentuk pribadi-pribadi yang diinginkan. Dalam buku tes kepribadian karangan Peter Lauster disebutkan bahwa
sifat
kepribadian
tidak
mempengaruhi satu sama lain.
berdiri
sendiri,
mereka
saling
Kepercayaan pada diri sendiri
mempengaruhi sikap hati-hati, ketergantungan, ketidak serakahan, toleransi dan cita-cita. Demikianlah seseorang yang percaya pada diri sendiri
tidaklah
hati-hati
secara
berlebihan,
dia
yakin
akan
ketergantungan dirinya, karena percaya pada diri sendiri tidak menjadi terlalu egois, dia lebih toleran karena dia tidak langsung melihat dirinya sedang dipersoalkan, dan cita-citanya normal karena tidak ada perlunya bagi dia untuk menutupi kekurang percayaan pada diri sendiri dengan cita-cita yang berlebihan. 122 Dari sini sudah jelas bahwa tes kepribadian sangatlah diperlukan untuk mengetahui bagaimana kepribadian dan kepercayaan diri para siswa, sehingga dengan adanya tes ini bisa diambil langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membentuk kepribadian yang diinginkan. Untuk itu adanya tes kepribadian dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang telah sesuai dengan teori-teori kepribadian yang diungkapkan di atas. 122
Peter Lauster, Tes Kepribadian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 3-4.
2. Teknik non tes Dalam mengevaluasi hasil belajar teknik tes bukanlah satu-satunya teknik yang bisa digunakan, karena masih ada teknik lain yang masih bisa dipergunakan, yaitu teknik non-tes. Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation),
melakukan wawancara
(interview), menyebar angket (questionnaire), dan memeriksa atau meniliti dokumen-dokumen (documentary analysis). Teknik no-tes ini pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive domain).123 Selain teknik tes dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) juga diterapkan teknik non-tes untuk mengevaluasi hasil latihan dari para siswanya. Para pelatih melakukan pengamatan terhadap para siswa baik ketika mereka latihan maupun ketika mereka sedang melaksanakan ujian kenaikan tingkat, para pelatih melakukan pengamatan baik dari tutur kata ataupun tingkah laku para siswa. Hal ini dimaksudkan agar para pelatih mengetahui kepribadian para siswa, sehingga para pelatih dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk proses pembinaan selanjutnya. Adanya tes ini juga untuk menjadi pertimbangan para pelatih dalam meluluskan para siswa yang akan menempuh latihan lebih lanjut dan menerima materi selanjutnya, karena dalam latihan pencak silat semakin tinggi tingkatan sabuk para siswa maka materi-materi yang diterima baik materi jurus, belati ataupun toya akan semakin banyak. Oleh karena itu para pelatih tidak bisa seenaknya memberikan materi kepada siswa yang secara psikologinya belum siap, dari sini jelas bahwa teknik evaluasi non-tes yang dilakukan dalam lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati 123
Anas Sudijono, op.cit., hlm. 75-76.
Terate (PSHT) sudah sesuai jika dikaitkan dengan proses pendidikan kepribadian. I. Kekurangan dan Kelebihan Dalam Pendidikan Kepribadian Melalui Ilmu Beladiri Pencak Silat Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang. Dalam praktek pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang peneliti menemukan beberapa kelebihan dan kekurangan yang ada didalamnya. Adapun kekurangan dan kelebihannya antara lain: 1. Kelebihan a. Dalam pembentukan kepribadian terhadap para siswa tidak hanya terbatas para ranah teori saja tetapi lebih kepada praktek pembinaan di lapangan yang dilakukan pada saat latihan ataupun ujian kenaikan tingkat. Hal ini dilakukan agar pembentukan kepribadian lebih mengena terhadap para siswa agar terbentuk pribadi-pribadi yang diinginkan dan sesuai dengan jalur yang semestinya, sehingga mereka akan menjadi anggota masyarakat yang baik dan bisa memberikan manfaat terhadap orang lain. b. Dalam pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat yang dilatih adalah keseluruhan
dari fungsi tubuh manusia baik jasmani
maupun rohani, sehingga unsur jasmani dan rohani tidak berat sebelah dan dapat seimbang antara keduanya. Hal ini dilakukan karena jasmani dan rohani manusia mempunyai pengaruh terhadap kepribadian mereka, oleh karena itu baik jasmani maupun rohani harus dilatih dan diolah sedemikian rupa agar kedua-duanya menjadi sehat dan kuat. Karena dengan jasmani dan rohani yang sehat dan kuat maka akan terbentuk pribadi-pribadi yang baik yang dapat diterima oleh masyarakat. c. Para pelatih yang melakukan pelatihan bukanlah sembarangan orang, karena untuk menjadi pelatih di lembaga beladiri pencak silat harus
memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan terlebih dahulu, sehingga tidak semua orang bisa ikut melatih di lembaga ini. 1. Para
pelatih
adalah
mereka-mereka
yang
telah
mengalami
penggemblengan secara tegas selama mereka menjadi seorang siswa, sehingga mereka sudah mengetahui bagaimana cara membina (ngemong) siswa-siswanya,
karena
mereka
berbekal
dari
pengalaman-
pengalamannya selama mereka menjadi siswa dan masukan-masukan dari warga atau pelatih yang lebih senior, sehingga para pelatih sudah mempunyai modal yang cukup untuk melatih dan membina kepribadian para siswa. d. Para siswa yang dilatih adalah mereka-mereka yang benar-benar mempunyai kemauan serta tekad yang kuat untuk mengikuti latihan, sehingga mereka yang hanya ikut-ikutan tidak akan bertahan lama dalam mengikuti latihan. Dengan semangat dan tekad yang kuat dari para siswa serta dengan ketelatenan para pelatih maka pembentukan kepribadian dapat berjalan dengan optimal, sehingga para siswa yang berhasil mengikuti latihan sampai mereka disahkan menjadi warga sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang mempunyai kepribadian yang telah teruji. 2. Kelemahan a. Pendidikan kepribadian yang dilakukan baik di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang maupun di cabang-cabang lain diberikan secara keras baik pada latihan rutin maupun pada tes kenaikan tingkat, sehingga tidak sedikit siswa yang tidak kuat kemudian keluar ditengah jalan dan tidak melanjutkan latihannya. b. Hal ini juga yang menyebabkan tidak banyak dari para siswa yang menyelesaikan latihan pencak silat sebagai upaya pembentukan kepribadian yang diinginkan, sehingga setiap tahunnya hanya beberapa
siswa yang mampu menyelesaikan latihannya hingga disahkan menjadi warga Setia Hati Terate. c. Selain itu dengan adanya latihan yang cukup keras ini juga menyebabkan sebagian masyarakat merasa takut untuk mengizinkan anak-anak mereka mengikuti latihan pencak silat sebagai upaya atau jalan lain pembentukan kepribadian anak-anak mereka selain melalui lembaga sekolahan. d. Ada sebagian masyarakat yang memandang negatif terhadap ilmu beladiri pencak silat, ada yang menganggap bahwa latihan pencak silat hanya melatih kekerasan saja sehingga mendidik untuk melakukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Disisi lain juga ada sebagian masyarakat yang masih merasa takut dengan latihan pencak silat karena menganggap latihan pencak silat adalah kegiatan yang penuh dengan kekerasan. e. Banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui manfaat lain dari latihan beladiri pencak silat selain untuk membeladiri, sehingga banyak dari masyarakat yang kurang tertarik bahkan ada yang tidak tertarik sama sekali terhadap latihan pencak silat karena menganggap pencak silat tidak banyak manfaatnya. f.Dalam latihan pencak silat unsur demokratis antara pelatih dan siswa tidak ada sehingga siswa tidak boleh membantah apa yang disuruh pelatihnya, siswa harus mau menuruti apa yang diperintahkan pelatihnya. Karena hal ini tidak sedikit siswa yang kurang sabar dan akhirnya berhenti latihan. g. Disisi lain, untuk memasyarakatkan pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat ditengah-tengah masyarakat cukup sulit. Hal ini disebabkan karena pandangan negatif masyarakat terhadap latihan pencak silat yang cenderung keras, kurang tahunya masyarakat luas tentang berbagai macam manfaat yang didapat dengan latihan pencak silat, selain itu anggapan masyarakat yang menganggap pencak silat hanya sebagai sebuah tradisi masyarakat Indonesia bahkan sudah
dianggap hanya sebagai pertunjukan, sehingga keinginan mereka untukmendalaminya kurang bahkan tidak ada sama sekali. i. Dari sini perlu kiranya kegiatan latihan pencak silat dilestarikan di Indonesia kerena pencak silat merupakan hasil dari budaya masyarakat Indonesia sendiri, bahkan kalau perlu kegiatan latihan pencak silat dijadikan kegiatan ekstra sekolah yang wajib diikuti sebagaimana kegiatan pramuka. Demikian kelebihan dan kekurangan dari pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat. Dari sisi kelebihan peneliti yakin semakin hari masyarakat Indonesia semakin cerdas untuk melihat berbagai macam manfaat yang akan didapat dari latihan beladiri pencak silat, sehingga pada gilirannya kegiatan latihan pencak silat akan menjadi kegiatan yang dilestarikan baik di lembaga-lembaga sekolahan maupun ditengah-tengah masyarakat. Karena pendidikan pencak silat menjadi salah satu cara dalam membentuk jasmani dan rohani yang sehat dan kuat, maka akan terbentuk masyarakat Indonesia yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani
serta
memiliki pengendalian diri dan kepribadian yang kuat, sehingga akan mampu membawa bangsa dan negara ini menjadi bangsa dan negara yang memiliki citra, kewibawaan, disegani, dan ditiru oleh negara-negara lain di dunia.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses pendidikan kepribadian melalui ilmu beladiri pencak silat pada lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang di bagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut: a.Pra Latihan dengan bersalaman, penghormatan kepada kakak-kakak warga dan kemudian berdoa. b. Latihan Inti
Latihan inti ini terdiri dari latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan ke-SH-an atau kerohanian. c.Akhir latihan (penutup)
Untuk mengakhiri latihan dilakukan penenangan dan peregangan kemudian berdo’a, penghormatan kepada kakak warga dan ditutup dengan bersalaman. 2. Proses pembentukan kepribadian dalam latihan ilmu beladiri pencak silat di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang dilakukan dengan cara sebagai berikut: a.Pembinaan sikap sosial agar para siswa belajar untuk bersikap ramah dan mudah bersosialisasi, yaitu dengan mengajarkan para siswa untuk berjabat tangan kepada sesama anggota PSHT khususnya dan masyarakat pada umumnya. b. Pembinaan sikap menghargai kepada yang lebih tua, yaitu dengan mengajarkan penghormatan kepada kakak warga sebelum dan setelah latihan. c.Pembinaan keberagaman agar para siswa terbiasa berdoa sebelum dan sesudah melakukan aktifitas apapun, yaitu dengan membiasakan para siswa untuk berdo’a baik sebelum maupun setelah latihan. d. Pembinaan jasmani, yakni supaya badan terasa segar, sehat dan ringan, daya tahan tubuh baik, gerakan badan ringan, dan lincah. Pembinaan ini dilakukan dengan latihan fisik seperti lari, loncat dan lain-lain.
e.Pembinaan kejiwaan agar para siswa menguasai ketrampilan membela diri sehingga menumbuhkan sikap pemberani dan percaya diri. Yaitu dengan pemberian materi teknik pencak silat kepada para siswa. f. Pembinaan kejiwaan, supaya dapat menerapkan jurus-jurus dan pasangan dalam sambung sehingga melatih keberanian mengambil keputusan, optimis, bertanggung jawab, stabil emosinya, sportif dan tegas. Yaitu dengan pemberian materi taktik pencak silat kepada para siswa. g. Pembinaan sikap sosial dan keberagaman yakni berusaha menjadi manusia berbudi luhur yang tahu benar dan salah serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan ini dilakukan dengan jalan pemberian materi ke-SH-an atau kerohanian kepada para siswa.
B. Saran-saran Ada beberapa hal yang peneliti sarankan kaitannya dengan penulisan skripsi ini, antara lain sebagai berikut: 1. Kepada para pelatih, warga serta para pengurus a.Hendaknya para pelatih lebih memperhatikan lagi tingkat kemampuan serta kekuatan fisik para siswa, agar dalam latihan tidak terasa sangat berat, sehingga dapat mengurangi jumlah siswa yang keluar dan berhenti latihan. b. Hendaknya para pelatih lebih memperhatikan warga luar yang datang ke tempat latihan dan ikut melatih, agar tidak terjadi tingkat latihan yang terlalu keras terhadap siswanya, sehingga menimbulkan sebagian siswa yang merasa enggan untuk berangkat latihan lagi. c.Hendaknya para pelatih tidak menyama ratakan psikologi para siswa dan memberikan pembinaan yang sama, karena psikologi dari masing-masing siswa berbeda jadi ada perbedaan juga dalam pembinaannya. d. Hendaknya untuk para warga yang datang ke tempat latihan tidak seenaknya ikut melatih tanpa seizin pelatih yang memegang siswa. e.Hendaknya para warga luar yang ikut melatih harus mengikuti tradisi latihan ditempat latihan tersebut. f. Hasil pendidikan kepribadian yang telah dicapai dengan baik hendaknya dipertahankan, dan hasil pendidikan kepribadian yang masih kurang hendaknya ditingkatkan.
g. Untuk segenap pengurus hendaknya lebih mensosialisasikan lagi tentang manfaat-manfaat dari latihan pencak silat kepada masyarakat luas, agar masyarakat luas dapat mengetahui berbagai macam manfaat yang bisa didapat dari latihan pencak silat, sehingga mendorong masyarakat luas untuk melestarikan pencak silat yang merupakan asli hasil dari budaya masyarakat Indonesia, selain itu untuk menghilangkan kesan negatif masyarakat terhadap latihan pencak silat yang menganggap sebagai latihan kekerasan. 2. Kepada para siswa di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). a.Hendaknya lebih aktif lagi dalam mengikuti latihan, tingkatkan semangatnya dan terus motivasi diri sendiri agar tetap semangat dalam mengikuti latihan. b. Jangan terburu-buru menyerah ditengah jalan karena merasa tidak mampu dan tidak kuat meneruskan latihan, karena siapapun bisa mengikuti latihan asalkan mempunyai niat dan tekad yang kuat untuk terus belajar ilmu beladiri pencak silat. c.Tetaplah berfikir positif terhadap apa yang diberikan oleh para pelatih karena semua itu diberikan untuk mendidik para siswa agar terbentuk pribadi-pribadi yang diinginkan. d. Hormatilah dan patuhilah para pelatih, karena itu akan melatih kesabaran dalam menerima apa yang diberikan oleh para pelatih. e.Jangan pernah menyombongkan diri terhadap apa yang telah dimiliki kaitannya dengan ilmu beladiri yang telah dikuasai, karena itu hanyalah sebuah bekal dalam menata diri bukan untuk menyombongkan diri. f. Belajarlah untuk mengontrol emosi sehingga jauh dari sikap sembrono dan jangan mudah terpancing oleh omongan orang yang ingin mengadu domba. g. Patuhilah tata tertib serta peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pengurus PSHT didalam AD/ART lembaga beladiri pencak silat PSHT pusat Madiun. 3. Kepada warga masyarakat a.Hendaknya jangan berfikir negatif terhadap kegiatan latihan beladiri pencak silat sebelum mengetahui detail tentang ilmu beladiri pencak silat. b. Cobalah mencari tahu tentang seluk-beluk pencak silat untuk mengetahui berbagai macam manfaat yang bisa didapat dari latihan pencak silat.
c.Jangan melihat latihan pencak silat dari satu sisi saja yang memang dalam latihannya menggunakan kekerasan, tetapi lihatlah sisi positifnya juga agar kesan negatif tidak melekat pada latihan pencak silat, sehingga latihan pencak silat bisa diterima ditengah-tengah masyarakat. d. Hendaknya bersama-sama melestarikan latihan pencak silat sebagai warisan budaya dari masyarakat Indonesia sendiri. 4. Kepada lembaga sekolah dan pemerintah a.Hendaknya menjadikan latihan pencak silat sebagai kegiatan ekstra di sekolahan sebagaimana kegiatan-kegiatan ekstra lainnya seperti pramuka dan PMR. b. Hendaknya
pihak
sekolah
mendukung
murid-muridnya
yang
ingin
mengembangkan bakatnya dalam ilmu beladiri pencak silat. c.Untuk pemerintah hendaknya membantu dalam mensosialisasikan manfaatmanfaat latihan pencak silat kepada masyarakat, karena pencak silat juga berperan dalam membantu pemerintah untuk membina masyarakat dan para generasi muda yang akan menjadi penerus dan pemegang nasib bangsa ini.
C. Penutup Almadulillah, senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan manusia jalan yang benar, sehingga sampai kepada penulis cahaya Islam yang diridhoi Allah SWT. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung serta memotivasi penulis untuk menyelesaikan tugas akademik ini. Khususnya kepada para pembimbing, bapak Drs. Abdul Rahman, M.Ag dan ibu Dra. Siti Mariam, M.Pd yang telah dengan telaten membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan serta pengetahuan yang penulis miliki, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih banyak sekali kesalahan dan kekurangannya, untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini dan karya tuliskarya tulis lain yang penulis buat.
Akhirnya penulis berdo’a semoga skripsi yang penulis susun ini bisa bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya untuk semua yang membaca skripsi ini, dan semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesalahankesalahan yang menjerumuskan kita ke jalan yang dimurkai Allah, serta semoga Allah senantisa memberikan petunjuk kepada kita agar kita tetap di jalan yang lurus yang diridhoi-Nya, Amiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Anggaran Dasar (AD) Dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Persaudaraan Setia Hati Terate, MUBES VI, Madiun, 2000 Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama, Bandung: Sinar Baru Algensido, 1995. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi, Bandung: C.V Angkasa, 1995. Armai, Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Daradjat, Zakiah, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1993. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. VIII, Edisi II, Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Faisal, Yusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1995. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1980. Harsono, Tarmadji Budi, Menggapai Jiwa terate, Madiun: Lawu pos Madiun, 2000. Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Hawari, Dadang, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana Bakti Bima Yasa, 1998. Hidayat, Komaruddin, Psikologi Beragama, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006. Hidayatullah, M. Furqon, Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan Cerdas, Surakarta: Yuma Pustaka, 2009.
Idris, Zahra, Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, Jakarta: Grasindo, 1992. Imam Abi Abdillah Muhammad, Shaheh Al-Bukhari, Juz II, Beirut: Darul Fikri, 189. Imam Jalalludin As Suyuuti, Al- Jami’u Ash Shagiir, Juz 1, Beirut Libanon, Daar al-Kutub Al-Ilmiyah tt. Imam, Suwarno, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa, Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada: 2005. Irwanto dkk, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1989. Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL Media Group, 2009. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Tunggul Wulung Judhyasmara, Persaudaraan Setia Hati Terate, Semarang: tt, 1994. Kartono, Kartini, Jenny Andari, Hygiene Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam, Bandung: Mandar Maju, 1989. Kuswara, Teori-Teori Kepribadian, Bandung: PT. ERESCO, 1991. Langgulung, Hasan, AsasAsas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992. , Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Dan Pendidikan, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995. Lauster, Peter, Tes Kepribadian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Lubis, Johansyah, Pencak Silat Panduan Praktis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Ma’arif, Syamsul, The Beauty of Islam Dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, Semarang: NEED’S PRESS, 2008. Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al Maarit, 1989. Maunah, Binti, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009.
Muhaimin, paradigma pendidikan islam upaya mengefektifkan pendidikan agama islam di sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rakesarasin, 1996. Mulkhan, Abdul Munir, Cerdas Di Kelas Sekolah Kepribadian, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002. Munir, Abdul Mulkhan, Cerdas Di Kelas Sekolah Kepribadian, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008. Naharsari, Nur Dyah, Olahraga Pencak Silat, Jakarta: Ganeca Exact, 2008. Najati, M. Usman, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Bandung: Penerbit Pustaka, 1985. Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002 Noer, Hery Aly, dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2003. Oetojo, Pandji, Pencak Silat, Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2000. Patty dkk, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Prasetya, Mardi, Psikologi Hidup Rohani I, Yogyakarta: KANISIUS, 1993. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1995. Rahim, Mas Salabi, Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Rembangy, Musthofa, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan Di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2010. Sakti (ed.) , Persaudaraan Setia Hati Terate, Ponorogo: Komisariat Walisongo Ngabar, tt.
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, Dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Sucipto, Materi Pokok Pencak Silat, Jakarta: Universitas Terbuka DEPDIKNAS, 2009. Sudin, Andi C, Guru Sejati Bunga Rampai Telaah Ajaran Setia Hati, Madiun: Tabloid Lawu Pos, 2009 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. ALFABETA, 2008. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995. Syatra, Abdul Khafi, Misteri Alam Bawah Sadar Manusia, Jogjakarta: DIVA Press2010. Tjandrasa, Meitasari, Perkembangan Anak, Jakarta: PT. Gelora Aksara pratama, 1987. UU RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1, Pasal 1, Ayat 1. Seminar Pencak Silat Menggali Nilai Filosofi dan Relevansi dalam Konteks Zaman “, http://silatindonesia.com/2009/05/seminar-pencak-silat-diuniversitas-indonesia-kampus-depok/12042010. http://www.Ikatan-Pencak-Silat-Indonesia/26032010/wikipedia.org.id. Sejarah IPSI, Sejarah dan Perkembangannya”, http://fnpinky/01072010/sejarah-ip-s-i/wordpress.com
INSTRUMEN PENELITIAN (KUESIONER) Petunjuk pengisian: 1. Berdo’alah sebelum mengisi angket ini 2. Isilah sesuai dengan kata hati anda 3. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih
Aspek Jasmani 1. Mematuhi norma-norma agama dan norma-norma masyarakat yang berlaku. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat sesuai b. Sesuai c. Tidak sesuai d. Sangat tidak sesuai 2. Aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Selalu menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan di sekitar rumah anda. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Selalu membantu orang-orang di sekitar anda yang membutuhkan bantuan anda. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Selalu menjalin hubungan yang baik dengan para kerabat dan para tetangga. Apakah sesuai kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Ikut aktif dalam membangun lingkungan di sekitar tempat tinggal anda. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
7. Jika teman anda mendapatkan masalah yang berat, anda selalu membantunya. Apakah sesuai dengan kepribadian? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 8. Berbicara dengan sopan ketika berbicara dengan yang lebih tua. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju. 9. Berbicaara seenaknya dan tidak perduli dengan lawan bicaranya. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju. 10. Apabila bertemu orang lain selalu menyapa atau tersenyum kepadanya. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju Aspek kejiwaan 11. Lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 12. Mudah marah ketika terjadi perselisihan dengan orang lain. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 13. Apabila mempunyai kesalahan kepada orang lain mudah untuk meminta maaf. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
14.Apabila ada yang meminta maaf pada anda, maka anda akan dengan mudah mamaafkannya. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 15.Apabila anda mempunyai masalah yang sulit, maka anda akan berusaha untuk menyelesaikannya. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 16.Ketika keluarga anda terkena musibah, anda selalu tabah dalam menghadapinya. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju b. Sangat tidak setuju 17.Anda selalu sedih dan perihatin jika ada saudara anda yang terkena musibah. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 18.Suka memamerkan kelebihan yang anda punya. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 19.Senang dengan hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 20.Senang dengan kehidupan luar dan suka terhadap keramaian. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
Aspek kerohanian 21.Percaya akan adanya hukum karma dalam kehidupan ini. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 22.Percaya akan adanya pembalasan dari semua yang dilakukan manusia. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 23.Walaupun saya sering berdo’a tetapi saya tidak pernah merasa tenang. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 24. Islam mengajarkan manusia untuk selalu bersabar, tetapi anda tidak pernah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 25.Shalat adalah kewajiban untuk setiap muslim tetapi anda tidak pernah melaksanakannya. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 26.Anda sering berdzikir setiap malam karena dengan berdzikir anda mendapat ketenangan dalam hati. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 27.Jika anda melakukan kesalahan besar, anda tidak pernah bertaubat dan meminta ampun. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
28.Anda selalu merasakan kehadiran Tuhan dalam hati. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 29.Anda tidak pernah merasa malu kepada Allah jika melakukan dosa besar. Apakah sesuai dengan kepribadian anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 30.Anda merasa kecil dan tidak berdaya dihadapan Allah. Apakah sesuai dengan kepribadian anda a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
Terimakasih atas bantuannya semoga anda mendapat kebaikan yang lebih dari ini
INSTRUMEN PENELITIAN (WAWANCARA)
Pedoman wawancara 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Bagaimana sejarah berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? Bagaimana perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang dari awal berdirinya sampai sekarang? Apa yang menjadi asas dan tujuan dasar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? Bagaimana struktur organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? Bagaimana kriteria warga dan siswa Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? Bagaimana prosedur latihan yang dilaksanakan dalam mencetak warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? Metode apa yang dilakukan dalam latihan pencak silat pada lembaga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? Materi-materi apa saja yang diajarkan dalam latihan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? Bagaimana prosedur tes untuk kenaikan sabuk pada lembaga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang? Apa kelemahan dan kelebihan dalam latihan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang?
INSTRUMEN PENELITIAN (OBSERVASI) Pedoman observasi Aspek Pengamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pelatih mengusai materi yang diajarkan Pelatih mencapai usia dewasa Pelatih telah menempuh latihan menjadi warga PSHT Pelatih mempunyai akhlak yang baik Pelatih ke-SH-annya baik Siswa telah mengikuti pengukuhan sebagai siswa PSHT Siswa telah mengucapkan ikrar sebagai siswa PSHT Siswa telah siap mengikuti latihan pencak silat PSHT Materi yang diajarkan sesuai dengan aspek-aspek kepribadian Latihan fisik atau jasmani dilakukan dengan keras Latihan mental atau kejiwaan dilakukan dengan baik Latihan spiritual atau kerohanian diberikan secara efektif Penanaman tata kehidupan diberikan secara konsisten Pemahaman tentang falsafah-falsafah kehidupan dijelaskan secara jelas Dalam latihan metode yang digunakan telah sesuai dengan mateti yang diajarkan Tes kenaikan sabuk dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa Dalam tes kenaikan sabuk materi yang diteskan sesuai dengan aspek-aspek kepribadian Baik dalam latihan maupun tes kenaikan sabuk dilakukan secara demokratis Prosedur latihan sudah memperhatikan tingkat perkembangan siswa Prosedur pengesahan warga atau pelatih dilakukan secara jelas
Keterangan: 1 = Sangat sesuai 2 = Sesuai 3 = Tidak sesuai
Pelaksanaan 1 2 3 4
4 = Sangat tidak sesuai
Tiga warga sepuh PSHT cabang Kota Semarang
Persiapan ujian kenaikan tingkat
Latihan sambung
Lari-lari sebelum latihan dan ujian kenaikan tingkat
Kegiatan latihan
Malam pengesahan warga baru
LEMBAGA BELADIRI PENCAK SILAT
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT) CABANG KOTA SEMARANG Jl. Plamongan Permai I/359 Semarang Telp. 024-6716020 R/ 024-3572205 K SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN Nomor : 02/SK-P/PSHT-SMG/VIII/2010 Bismillaahirrahmaanirrahiem Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : C. Dayat, S.Sos. Jabatan : Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang Alamat : Jl. Plamongan Permai I/359 Semarang. Menerangkan Bahwa : Nama NIM Fakultas Jurusan
: Muhamad Taufik : 063111033 : Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang : Pendidikan Agama Islam
Pada tanggal 1-30 Agustus 2010 telah melaksanakan penelitian di lembaga beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Kota Semarang untuk keperluan penulisan skripsi yang berjudul: “PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang). Bersama ini kami sampaikan pula bahwa mahasiswa tersebut telah melaksanakan penelitian dengan sangat baik dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Pihak Fakultas dan Pihak Lembaga. Demikian surat keterangan dari kami, untuk mendapatkan perhatian dari semua pihak dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Wallaahul Muwaffiq ilaa aqwaamit tharieq Semarang, 30 Agustus 2010 Ketua PSHT Cabang Kota Semarang
C. Dayat, S.Sos.
KEMENTRIAN AGAMA INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp./Fax (024) 7601295-7615387 Semarang 50185
SURAT KETERANGAN Bahawa mahasiswa yang tercantum di bawah ini:
1. Nama
: Muhamad Taufik
2. NIM
: 063111033
3. Fakultas
: Tarbiyah
4. Jurusan/Prodi
: Pendidikan Agama Islam
5. Wali Studi
: Prof. Dr. HM. Erfan Soebahar, M.A.
Benar-benar dinyatakan:
BEBAS KULIAH Demikian surat keterangan ini dibuat untuk mendaftarkan ujian komprehensif .
Semarang, 14 Oktober 2010 Petugas,
Ahmad Zuhrudin, M.S.I. NIP: 19730701 200604 1 013
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp./Fax (024) 7601295-7615387 Semarang 50185
SURAT KETERANGAN Nomor : In.06.3/D3/PP.00.9/
/
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo menerangkan dengan sesungguhnya, bahwa : 1. Nama
: Muhamad Taufik
2. Tempat & tanggal lahir
: Brebes, 28 Agustus 1987
3. NIM
: 063111033
4. Program/semester/tahun : S1/IX/2010-2011 5. Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
6. Alamat
: RT 05/08 Temukerep Larangan Brebes
Adalah benar-benar telah melaksanakan Kegiatan Ko Kurikuler dan nilai kegiatan dari masing-masing aspek sebagaimana terlampir. Demikian Surat Keterangan ini dibuat, dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan diharap maklum. Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Semarang, 7 Oktober 2010 An. Dekan, Pembantu Dekan III
Dra. Siti Mariam. M.Pd. NIP. 19650727 199203 2 002
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp./Fax (024) 7601295-7615387 Semarang 50185
TRANSKIP KO KURIKULER Nama
: Muhamad Taufik
Nomor Induk Mahasiswa
: 063111033
Nama Kegiatan
Jumlah
Nilai Kum.
Prosentse
Kegiatan 1.
Aspek Keagamaan dan Kebangsaan
2.
Aspek Penalaran dan Idealisme
3.
Aspek Kepemimpinan dan Loyalitas Terhadap Almamater
4.
5.
20
60
7
14
5
20
4
8
5
12
41
114
Aspek Pemenuhan bakat dan Minat Mahasiswa
Aspek Pengabdian Kepada Masyarakat
Jumlah
Semarang, 7 Oktober 2010 An. Dekan, Pembantu Dekan III
Dra. Siti Mariam. M.Pd NIP. 19650727 199203 2 002