Forum Paedagogik Vol. 07 No.02 Juli 2015
80
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF ALQURAN Oleh: Hasiah1 Abstract In this era of modernization common human behavior or morals that have deviated from the teachings of Islam. This is due to the lack of knowledge about the human moral education there who have never even know what it is about morality or moral education since his childhood. So they do not know how important moral education for everyday life. Keywords: Pemdidikan, Akhlak, Alquran
1
Penulis adalah Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan
Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Alquran...............Hasiah
81
Pendahuluan Alquran sebagai kitab suci umat Islam mengatur setiap aktifitas manusia mulai dari aqidah, syari’ah dan akhlak. Setiap kegiatan tentu diatur sesuai dengan kebutuhan ummat agar tercipta keharmonisan dan kebahagiaan. Dan untuk mengetahui semua itu tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan. Alquran di samping berfungsi sebagai kitab suci ia juga berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan yang isinya mengajari manusia tentang ilmu pendidikan, khususnya pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak menurut Alquran adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar guna memberikan pendidikan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam berupa penanaman akhlak mulia yang merupakan cermin kepribadian seseorang, sehingga menghasilkan perubahan yang direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti : tingkah laku, cara berfikir dan bersikap baik yang dapat menjadikan manusia sempurna. Akhlak mulia akan mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi. Perbuatan mulia yang ke luar dari kekuatan jiwa tanpa keterpaksaan adalah akhlak yang baik. Kebaikan yang tersembunyi dalam jiwa atau dididik dengan pendidikan yang buruk sehingga kejelekan jadi kegemarannya, kebaikan menjadi kebenciannya dan perkataan serta perbuatan tercela mengalir tanpa rasa terpaksa. Maka yang demikian disebut akhlak yang buruk. Alquran menjadi penyeru kepada pendidikan akhlak yang baik, mengajak kepada pendidikan akhlak di kalangan kaum muslimin, menumbuhkannya ke dalam jiwa seseorang dengan kemuliaan akhlaknya. Dewasa ini kehidupan manusia di seluruh dunia sedang dilanda keprihatinan yang luar biasa akibat proses modernisasi yang bersifat mengglobal. Proses modernisasi ini adalah dampak dari kemajuan tekhnologi komunikasi dan informasi yang akibatnya tidak ada masyarakat yang bisa melepaskan diri dari pengaruh peradaban global tersebut, terutama masyarakat yang berpendidikan. Pakar ilmu pengetahuan mengatakan bahwa zaman ini merupakan masa pasca-modernisme, yang ditandai dengan krisis mendalam di berbagai aspek kehidupan. Menurutnya, orang-orang, terutama di wilayah urban dan sub urban, merasakan bahwa kehidupan di sekitar mereka semakin hari semakin keras, sulit dan penuh dengan kriminalitas.2 Ini membuktikan bahwa manusia dalam kehidupannya sudah tidak memperdulikan nilai-nilai kemanusiaan, dikarenakan 2
Amin Syukur, Tasawuf dan Krisis, (Yogyakarta: t.tp, 2001), hlm. 5.
Forum Paedagogik Vol. 07 No.02 Juli 2015
82
sudah jauh dari akhlak mulia sehingga manusia cenderung memikirkan kepentingan pribadinya. Jadi, tidak heran apabila kesulitan dan kekerasan kerap meneghampiri aktifitasnya. Awalnya, mayoritas orang terpukau dengan modernisme, mereka menyangka modernisme akan membawa kebahagiaan atau kesejahteraan. Mereka lupa di balik modernisasi yang serba gelarmorp ada gejala yang di namakan the agony modernization, yaitu azab sengsara karena modernisasi. Gejalanya dapat disaksikan seperti semakin meningkatnya angka-angka kriminalitas, seperti kekerasan, perkosaan, judi, penyalahgunaan obat terlarang/ narkotika, kenakalan remaja, prostitusi, bunuh diri, dan gangguan jiwa.3 Merambahnya paham modernisme pada setiap segi kehidupan membawa persoalan tersendiri bagi dunia pendidikan. Pengaruh terbesar adalah pada nila akhlak. Kemerosotan akhlak yang tergambar dari perilaku keseharian siswa dapat dilihat dari banyaknya pemberitaan di media yang menyebutkan jumlah kenakalan remaja, terutama anak sekolah, semakin meningkat seiring kemajuan teknologi yang tidak terbendung lagi. Sekolah sebagai benteng untuk membendung arus tersebut harus menghadapi tantangan berat. Parahnya, justru lembaga ini telah berubah menjadi basis kenakalan remaja dengan bersembunyi di balik istilah mode, gaul, gaya atau trend masa kini. Pendidikan akhlak pada akhirnya menjadi hal yang mesti dibina dan dikembangkan pada setiap sekolah dalam rangka menyelamatkan siswa-siswi dari pengaruh di atas. Pembahasan 1. Pengertian Pendidikan Akhlak Sekilas kata “pendidikan akhlak” dipahami sebagai usaha yang dilakaukan pendidik dalam membentuk insan berpengetahuan yang memiliki kebaikan atau kemulian Perilaku, sehingga setiap gerak geriknya dapat dijadikan sebagai acuan untuk orang lain ketika melakukan sesuatu. Pendidikan berasal dari kata didik yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan akhlak terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian pendidikan dan akhlak, yaitu:
3
Ibid
Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Alquran...............Hasiah
83
a. Zuhairini mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar pandang hidup kepada generasi muda agar menjadi manusia sadar dan bertanggung jawab sesuai dengan sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusiaan.4 b. Sebahagian pakar pendidikan lainnya, mengatakan bahwa, pendidikan serangkaian aktivitas yang bersifat menuntun, melayani, mengeluarkan potensi, mengembangkan dan memberdayakan kemampuan peserta didik baik jasmani maupun rohani menuju cita-cita sebagaimana yang diharapkan oleh orang dewasa atau generasi tua yang menjadi pendidiknya.5 c. An-Nahlawi mengatakan bahwa kata “pendidikan” dalam bahasa Arab diambil dari kata raba yarbu artinya “bertambah” dan “berkembang”, atau rabia yarba artinya “tambahan dan berkembang” atau raba yarubbu artinya “memperbaiki”, “mengurusi kepentingan”, “mengatur”, “menjaga” dan “memperhatikan”.6 d. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.7 Sedangkan kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab yang bentuk jama’ adalah khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. 8 Akhlak juga diartikan sama dengan kesusilaan dan sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin dan lahir manusia, seperti rauj wajah atau gerak gerik tubuh. Dalam bahasa Yunani khuluq disamakan dengan ethicos atau ethos yang artinya adab kebiasaan, perasaan batin dan kecendrungan hati untuk melakukan perbuatan. Kemudian kata ethicos berubah menjadi kata etika. 9 a. Abdul Hamid mengatakan akhlak adalah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwa terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwa kosong (bersih) dari segala keburukan.10 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 11. Dja’far Siddik, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2006), hlm. 14. 6 An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat Terj: Sihabuddin, (Jakarta: Gema Insan Press, 1996), hlm. 20. 7 Ahmad D. Marimba, Pengantar Ilmu Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT al-Ma’arif, 1986), hlm. 19. 8 Luis Ma’luf, Kamus al-Munjid, al-Maktabah al-Katulikiyah, (Beirut: t.tp, t.th), hlm. 194. 9 Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: al-Ikhlas, 1991), hlm. 14. 10 Abd Hamid Yunus, Da’irab al-Ma’arif asy-Sya’ib, (Kairo: t.tp, t.th), hlm. 936. 4 5
84
Forum Paedagogik Vol. 07 No.02 Juli 2015
b. Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah ilmu yang objeknya membahas nilainilai yang berkaiatan dengan perbuatan manusia (baik buruk).11 Jadi, Pendidikan akhlak adalah suatu usaha atau proses dalam membimbing, memelihara, membentuk dan melatih akhlak dan kecerdasan pikiran kepada manusia baik jasmani maupun rohani. 2. Tujuan Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak merupakan upaya manusia mempertahankan hidupnya. Akhlaklah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan tanpa diimbangi dengan akhlak tidak akan mampu mempertahankan manusia dari kepunahan. Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula peralatan dan tekhnik untuk menghancurkan sesama manusia. Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan para pelaku kriminalitas dan kejahatan ekonomi kelas kakap dilakukan bukanlah dari kalangan orang-orang bodoh atau miskin, melainkan orang-orang pintar yang berpengetahuan dan berpangkat tinggi. Bahkan tidak sedikit orang kaya, terpelajar dan berpangkat tidak mampu meringankan beban kesengsaaraan rakyat. Padahal ilmu yang dipahaminya menganjurkannya untuk menolong rakyat dari kesengsaraan dan penderitaan. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang tidak berilmu memiliki akhlak mulia. Dengan segala kemampuan yang dimilikinya, mereka memberikan pertolongan kepada orang lain yang hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Ini menggambarkan bahwa tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah: a. Mendapatkan Ridha Allah swt. (Q. S. al-Baqarah/2: 265). b. Terbentuknya pribadi muslim yang luhur dan mulia (Q. S. al-Imran [3] : 159). c. Terhindar dari perbuatan hina dan tercela. 3. Dasar Pendidikan Akhlak Masalah akhlak menjadi barometer tinggi rendahnya derajat seseorang. Sekalipun orang tersebut memiliki kepandaian setinggi langit, akan tetapi jika suka melanggar norma agama atau melanggar peraturan pemerintah, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai seorang yang berakhlak mulia. Akhlak tidak hanya menentukan tinggi rendahnya derajat seseorang, akhlak juga menentukan tinggi rendahnya peradabat suatu masyarakat atau 11
Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972), hlm. 202.
Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Alquran...............Hasiah
85
bangsa. Masyarakat yang terhormat adalah masyarakat yang terdiri atas orangorang yang berbudi pekerti mulia. Sebaliknya, masyarakat yang beranggotakan orang yang gemar melakukan kejahatan, seperti perampokan, penodongan, dan berbagai macam kemaksiatan, tidak dapat dikatakan sebagai masyarakat yang baik. Bahkan masyarakat yang demikian dapat menghambat kemajuan pembangunan dan menyusahkan pemerintah dan bangsa. Pendidikan akhlak sangat diperlukan dan seharusnya dilaksanakan sedini mungkin dengan berdasarkan atas ajaran Islam yang bersumberkan kepada Alquran, di antaranya: a. QS. al-Ahzab/33: 21
b. QS. al-Qalam/68: 14
4. Pendidikan Akhlak dalam Alquran Alquran merupakan kalam Allah swt. yang berfungsi sebagai hidayah dan pedoman hidup bagi setiap mukmin. Untuk itu manusia harus berpegang teguh kepada ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Ini disebabkan karena Alquran menjelaskan tentang nilai-nilai akhlak mulia yang harus dimiliki setiap manusia. Setiap perintah yang tersurat dan tersirat di dalam Alquran baik perintah beriman kepada Allah swt. Rasul, berbuat adil dan kebaikan, hingga perintah yang berkaitan dengan makan dan minum tanpa berlebihan, mengandung nilai-nilai akhlak mulia yang manfaatnya kembali kepada manusia baik kapasitasnya sebagai individu, keluarga, masyarakat, negara maupun umat Islam. Dan setiap larangan yang terdapat di dalam Alquran mulai dari larangan untuk tidak menyekutukan Allah swt. membangkang rasul-Nya, zalim, melakukan perbuatan keji hingga larangan-larangan lainnya yang berkaitan dengan kehidupan. Setiap hukum yang terkandung dalam Alquran disyariatkan kepada umat mukmin, semuanya mengandung nilai-nilai akhlak yang luhur. Apabila hukum-
86
Forum Paedagogik Vol. 07 No.02 Juli 2015
hukum tersebut diaplikasikan dalam kehidupan maka manfaatnya akan dirasakan manusia itu sendiri, seperti terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram. Berita-berita atau kisah yang tersurat di dalam Alquran baik itu berita gembira maupun pertakut merupakan i’tibar atau peringatan yang bertujuan agar manusia memiliki akhlak mulia dan menjauhi perilaku tercela. Seumpamanya kisah nabi Muhammad saw. atau umat nabi nuh as. atau umat nabi luth as. dan lain sebagainya. Semuanya dapat dijadikan sebagai pembelajaran atau peringatan. Setiap pembicaraan mengenai surga beserta kenikmatan isinyanya, neraka dan siksanya bagi setiap orang kafir dan zalim bertujuan untuk mengajak mereka berakhlak mulia karena dengan akhlak mulia mereka dapat memperoleh surga dan terhindar dari siksa neraka. Ajakan untuk berjihad fi sabilillah, rela berkorban dengan harta dan jiwa hakikatnya adalah ajakan untuk berakhlak mulia. Karena bertujuan agar agama Allah swt. tetap jaya dan umat manusia tidak menyembah selain-Nya, tetap mengikuti ajaran-Nya serta berjalan di jalan yang lurus. Itu semua adalah nilai-nilai akhlak mulia yang apabila diaplikasikan dalam kehidupan maka keberuntungan akan diperoleh. Berbicara mengenai syaithan dan sifatnya yang suka menggoda, merayu dan menyesatkan serta menjalin permusuhan dengan manusia merupakan ancaman siksa yang pedih bagi manusia yang mengikutinya (Q. S. az-Zukhruf/43: 36-39). Akan tetapi sebaliknya apabila manusia menjadikan syaithan sebagai musuh yang patut dihancurkan maka dalam hal ini manusia tersebut telah memiliki akhlak mulia. 5. Motivasi Alquran untuk Berakhlak Mulia Alquran menuntun umatnya untuk senantiyasa melakukan kebaikan karena Allah swt. semata. Melalui isinya Alquran menganjurkan kepada umat muslim untuk berakhlak mulia. Ini terlihat dari beberapa motivasi yang digambarkannya, seperti : Beramal dengan ikhlas (Q. S. al-Furqan [25] : 63-76), Berjalan menuju jalan Allah swt. (Q. S. al-Israa [17] : 22 – 59), Menunaikan sepuluh wasiat (Q. S. al-An’am [6] : 151-153), Tawakkal kepada Allah SWT. (Q. S. asy-Syura [42] : 36-43), Amanah (Q. S. an-Nahl [16] : 91-97), Melaksanakan shalat (Q. S. al-Ma’arif [70] : 19-35), Senantiasa berbuat kebaikan (Q. S. alBaqarah [2] : 177), Mengingat Allah SWT (Q. S. ar-Ra’ad [13] : 19-20), Memiliki derjat tinggi (Q. S. al-Ahzab [33] : 35), Mengorbankan diri karena Allah swt. (Q. S. at-Taubah [9] : 112).
Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Alquran...............Hasiah
87
6. Peringatan dan Ancaman Alquran terhadap Orang yang Berbuat Cela Banyak sekali ayat-ayat Alquran yang memberikan ancaman, kecaman, dan perinagatan kepada mereka yang berperilaku tercela. Mereka diancam dan dikecam, dikarenakan perilaku buruk yang mereka miliki dapat mengakibatkan kehancuran bagi umat manusia. Dengan demikian sangat wajar apabila Allah swt. mengharamkan perilaku buruk tersebut. Kaidah dasar yang berasal dari Alquran tentang perilaku-perilaku tercela adalah: a. Setiap perbuatan dan perkataan yang dilarang Alquran adalah termasuk perilaku tercela dan hina, karena Allah swt. hanya melarang semua yang merugikan manusia baik di dunia maupun di akhirat. b. Setiap perbuatan yang diharamkan oleh Allah swt., apabila dianalisis dan diteliti pasti dapat diketahui bahwa perbuatan tersebut adalah perbautan keji, buruk, batil dan sesat serta merupakan perbuatan maksiat. Perbuatanperbuatan tersebut dapat menyebabkan kerugian pada diri setiap manusia, baik kapasitasnya sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Perbuatanperbuatan itu juga dapat menyebabkan terjadinya permusuhan, perseteruan dan bahkan dapat menyebabkan pertumpahan darah. c. Setiap cerita dan berita dalam Alquran tentang orang-orang yang berbuat maksiat dan ingkar kepada Allah. Rasulnya dan ajarannya, bertujuan untuk memotivasi orang-orang Islam untuk tidak melakukan perilaku bejat seperti yang pernah mereka lakukan. Terlebih lagi karena perilaku tersebut menyebabkan mereka mendapatkan murka dari Allah swt. d. Perilaku buruk dapat dilihat melalui ucapan, seperti: (1) Menyakiti hati orang lain (Q. S. al-An’am [6] : 68; az-Zukhruf [39] : 83; Q. S. al-Mukminun [23] : 3), (2) Mengejek atau memberi julukan yang jelek kepada orang lain sementara orang tersebut tidak menyukainya (Q. S. al-Hujurat [49] : 12), (3) Berburuk sangka (Q. S. al-Hujurat [49] : 12), (4) Berembohong baik kepada Allah swt. atau kepada sesama manusia. (Q. S. al-An’am [6] : 21; Q. S. al-Kahfi [18] : 45; Q. S. an-Nahl [16] 105; Q. S. Yunus [10] : 60), (5), (6) Suka beranganangan (Q. S. an-Nisa’: 32; Q. S. al-Qashash [28] : 82; Q. S. an-Nisa [4] : 32; Q. S. al-Qashash [28] : 82), (7) Melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat (Q. S. al-Maidah [5] : 101-102), (8) Munafik dan riya (Q. S. al-Ahzab [33] : 73; Q. S. an-Nisa’ [4] : 140, Q. S. al-Anfal [16] : 47), (9) Berpendapat tanpa berpikir terlebih dahulu (Q. S. al-Israa’ [17] : 36; Q. S. al-Hujuraat [49] : 6),
88
e.
Forum Paedagogik Vol. 07 No.02 Juli 2015
(10) Menyampaikan berita dusta dan tuduhan keji kepada orang-orang shaleh (Q. S. an-Nur [24] : 4; Q. S. an-Nur [24] : 23. Perilaku buruk yang berkaitan dengan perbuatan Banyak sekali perbuatan yang diharamkan Allah swt. di antaranya menyekutukan Allah SWT., murtad, membunuh tanpa alasan, bunuh diri, lari dari perang, durhaka kepada orang tua, menelantarkan anak dan orang-orang yang menjadi tanggungan, memutus hubungan silaturahmi, membuat kerusakan di muka bumi, berbuat dzalim, bersifat pengecut, bersifat kikir, mencuri, merampok, berzina, melakukan homo seks, minum-minuman keras dan semua yang memabukkan, berjudi, berbuat curang, memakan harta riba, monopoli barang yang dibutuhkan khalayak ramai, menawar barang yang sedang ditawar orang lain, melamar pinangan orang lain, boros, sombong, tidak menepati janji, menggunakan milik orang lain tanpa seizinnya, dengki, pustus asa, mengikuti hawa nafsu, pesimis, berbuat jahat dan berbuat maksiat. Inilah di antara Perilaku buruk yang berkaitan dengan perbuatan : (1) Kikir (Q. S. al-Isra [17] : 29; Q. S. al-Imran [3] : 180), (2) Pengecut (Q. S. at-Taubah [9] : 56-57; Q. S. al-Anfal [8] : 15-16), (3) Dengki (Q. S. al-Falaq [113] : 1-5; Q. S. al-Baqarah [2] : 109; Q. S. an-Nisa [4] : 54). (4) Boros adalah berlebihanlebihan dalam membelanjakan harta yang tidak pada tempatnya (Q. S. al-A’raf [7] : 31; Q. S. al-Isra’ [17] : 26-27), (5) Zalim (Q. S. Yunus [10] : 54; Q. S. asySyura [42] : 227; Q. S. al-An’am [6] : 82), (6) Melampaui batas (Q. S. asySyura [42] : 42; Q. S. Yunus [10] : 23; Q. S. al-A’raf [7] : 33, (7) Berbuat kerusakan (Q. S. al-Baqarah [2] : 27; Q. S. al-Maidah [5] : 33; Q. S. al-A’raf [7] : 56), (8) Mengutamakan syahwat dan Hawa Nafsu (Q. S.al-Jatsiyah [45] : 23, Q. S. al-Qashshash [28] : 50, Q. S. al-Imran [3] : 14), (9) Khianat dan munafik (Q. S. an-Nisa [4] : 105-109), (10) Ghurur, Congkak, dan Ujub, Berbangga diri adalah orang yang silau dengan harta, pangkat, dan wanita disebabkan godaan syaitan atau lingkungan (Q. S. al-Hadid [57] : 20, Q. S. Fathir [35] : 5, Q. S. an-Nisa [4] : 36).
7. Pengaruh Pendidikan Akhlak terhadap Tipologi Anak Pendidikan akhlak merupakan salah satu yang mempengaruhi tipologi anak. Semestinya setiap orangtua mengerti dan memahami beberapa karakter anak yang akan dihadapinya. Di dalam Al Qur’an dapat ditemukan paling tidak empat tipologi anak. Namun tipologi yang disebutkan bukanlah harga mati yang melekat selamanya pada diri anak, karena setiap anak manusia memiliki
Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Alquran...............Hasiah
89
kemampuan beradaptasi dan memilih sesuai pilihannya. Perubahan karakter itu terkadang disebabkan karena mengikuti lingkungan dan siapa tokoh yang menjadi idola serta pembimbingnya. Adapun empat tipologi anak yang termaktub dalam Alquran, adalah: a. Anak sebagai perhiasan hidup Anak adalah hasil buah cinta seseorang, ia merupakan anugrah terindah yang tidak terkira nilainya dari sang Pencipta. Kehadirannya dapat merubah segalanya karena dengan kedatangannya ia dapat menghangatkan suasana, mempererat tali kasih orangtuanya dan ia juga diharapkan sebagai penerus keturunan sekaligus kebanggan. Namun terkadang tanpa sengaja kebanyakan orangtua memperlakukannya di luar dari batas yang ditentukan Syar’i atau memperlakukannya sangat berlebihan, seperti layaknya perhiasan. Tidak heran apabila sebahagian orang berpendapat bahwa anak juga termasuk perhiasan dunia (Q. S. al-Kahfi/18: 46). b. Anak sebagai ujian/ cobaan Nikmat yang tidak terkira nilainya adalah ketika dikarunia si buah hati, yaitu anak. Anak merupakan tunpuan harapan bagi orangtua. Namun, selain sebagai rahmat Allah swt. juga menjadikan anak sebagai ujian bagi orang tua (Q. S. al-Anfal /16: 28). Anak memang ujian bagi orangtuanya untuk itu semestinya ia dibina, dibimbing dan disayang dan jangan lupa mendidik dan mengingatkannya kepada sang Pencipta yaitu Allah swt. seperti melaksanakan shalat dan puasa (Q. S. Munafiqun/63: 9). Selain sebagai ujian, anak juga dianggap sebagai amanah yang mesti dijaga, dirawat dan dibimbing oleh orangtuanya. Keberadaannya di muka bumi harus diarahkan kepada kehidupan yang positif, bermanfaat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agamis. Oleh karena itu orang tua memiliki tanggung jawab yang amat besar kepada anak-anaknya, seperti pembinaan agama dan pendidikan akhlaknya. c. Anak sebagai musuh Sebuah keluarga terasa lengkap dengan kehadiran anak karena keberadaannya akan mempererat tali kasih anatar mereka. Islam berharap anak menjadi penyenang dan penawar hati bagi orangtuanya. Namun apabila orangtunya melupakan pendidikan agama untuk anaknya, tidak menutup
90
Forum Paedagogik Vol. 07 No.02 Juli 2015
kemungkinan jika anak ini kelak menjadi musuh bagi orangtuanya (Q. S. atTaghabun/64: 14. d. Anak sebagai permata hati (qurratu a’yun) Keberadaan anak selain sebagai perhiasan juga diharapkan menjadi cahaya mata dan penerang hati bagi orang tuanya. Mereka akan menjadi penawar hati apabila dididik sesuai dengan tuntunan syari’at Islam [melaksanakan ibadah shalat, bertutur kata lemah lembut], sehingga menjadi pribadi shaleh yang dapat membahagiakan orangtuanya dunia dan akhirat (Q. S. al-Furqan/25: 74. Adanya pendidikan akhlak yang diterima setiap orang semenjak dini tentu akan mengajak manusia untuk melakukan kebaikan, di antaranya: amar ma’ruf nahi mungkar (Q. S. al- Imran [3]: 110), Tunduk dan patuh kepada orang tua kecuali apabila mereka meminta untuk menghianati Allah swt. dalam hal ini seorang anak hanya dituntut berbuat baik saja kepada mereka (Q. S. alIsra’ [17] : 23-24), Bersikap lemah lembut (Q. S. an-Nahl [16] : 125), Sabar (Q. S. Luqman [31] : 17), Tidak saling berselisih (Q. S. al-Baqarah [2] : 213), Saling menasehati antar sesam muslim (Q. S. adz-Zariyat [51] : 55), Bersegera dan khusuk dalam melaksanakan shalat (Q. S. al-Mukminun [23] : 1-2), Tekun ibadah malam (qiyamul lail) (Q. S. al-Isra’ [17] : 79), Tegar menghadapi ujian (Q. S. az-Zumar [39] : 10), Yakin atas pertolongan Allah swt. (Q. S. asy-Syura [42] : 30), Tidak kufur nikmat (Q. S. al-Baqarah [2] : 152), Menghiasi diri dengan akhlak karimah (Q. S. [3] : 159). Penutup Seseorang akan terbentuk sikap dan kepribadiannya dengan baik dan sempurna apabila dididik sesuai dengan tuntunan syari’at Islam yang berlandaskan kepada Alquran. Alquran, di dalamnya banyak mengandung ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari, termasuk ilmu pengetahuan mengenai pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah usaha pendidikan yang dapat membentuk kepribadiaan shaleh dan berakhlak mulia pada diri seseorang, sehingga terwujud pribadi muslim sejati. Dalam hal ini Rasulullah saw. sangat layak dijadikan sebagai uswatun hasanah bagi setiap orang. Karena disepanjang hidupnya Rasulullah saw. selalu berakhlak karimah. Kemuliaan sifat dan karakternya tercermin di dalam QS. al-Imran [3] : 159. Ayat ini menceritakan bahwa setiap Perilaku dan tindak tanduk
Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Alquran...............Hasiah
91
Rasul saw. sudah terdidik dari Allah swt. sehingga tidak heran apabila kepribadian yang dimilikinya tidak memiliki kekurangan ataupun cacat. Oleh sebab itu, pendidikan akhlak adalah suatu proses atau usaha dalam mendidik, memelihara, membentuk dan melatih seseorang mengenai akhlak (sikap, Perilaku) dan kecerdasan berfikir yang didasarkan kepada Alquran. Sehingga tercipta manusia berilmu dan berakhlak karimah. Adapun akhlak karimah yang dimaksud adalah jujur, berbuat baik, memelihara kesucian diri, berkasih sayang, hemat, ikhlas, berbuat kebenaran, pemaaf, adil, malu berbuat kesalahan ataupun dosa, sabar, syukur dan sopan.12 Pendidikan akhlak yang dituntun Alquran melalui ayat-ayatnya memberikan banyak motivasi kepada manusia baik untuk mewujudkan akhlak mulia maupun menghentikan atau memperingati perbuatan tercela. Jadi, pendidikan akhlak yang tersirat dan tersurat di dalam Alquran merupakan salah satu faktor yang menentukan baik atau buruknya Perilaku suatu bangsa atau maju atau tidaknya suatu peradaban di sebuah bangsa. Referensi Abd Hamid Yunus, Da’irab al-Ma’arif asy-Sya’ib, Kairo: t.tp, t.th Ahmad D. Marimba, Pengantar Ilmu Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT alMa’arif, 1986. Amin Syukur, Tasawuf dan Krisis, Yogyakarta: t.tp, 2001. An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat [Terj : Sihabuddin], Jakarta: Gema Insan Press, 1996. Dja’far Siddik, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Cita Pustaka Media, 2006. Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972. Luis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beirut: t.tp, t.th. Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, Surabaya: al-Ikhlas, 1991 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran, Jakarta: Amzahh, 2007. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Amzahh, 2007), hlm. 192-193. 12