EFEK PEMODERASIAN DARI VARIABEL USIA, PENDAPATAN, GENDER, PENGALAMAN DAN AREA PADA PROSES PEMBENTUKAN NIAT PENGGUNA INTERNET DI JAWA-TENGAH :
Soemarjati Tjokroamidjojo dan Haryanto UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Abstrak Objective of this study is to examine the moderation influence of age, income, gender, experience and area on proces enthushias making for internet user. Sample sixze consists of 500 respondent that take from Semarang, Solo, Sukoharjo, and Semarang area. The Method of taking sample use Convinience Sampling technique. Factor and reability testing were done done to assurance validation and reliabitity. Structural Equation Models (SEM) used to data analysis. The result indicated that perceived ease of use has an effect on attitude towards using, perceived usefulness has positive effect on attitude towards using, and perceived ease to use has an effect on attitude towards using, and attidude towards using has an effect on behaviour intention. Moderation result indicated that gender and area moderated models, and other variables (age, income, and experience) can’t be analysis because high homogenity of data. Keyword : Perceived ease of use, perceived usefulness, attitude towards using, behavior intention, Gender, area. Pendahuluan Penggunaan teknologi internet mempunyai pengaruh yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks industri pendidikan, semakin tinggi institusi pendidikan, semakin tinggi upaya untuk merealisasi pengaruh potensial dari penggunaan internet di dalalam kelas sebagai bagian dari proses pembelajaran (Saade, et al., 2007), dan Cohen dan Nyez (2006) dalam studinya mengungkapkan tentang pengimpletasian internet dalam konteks sistem manajemen. Berikut ini adalah beberapa keunggulan yang diperoleh dari internet, antara lain: aksesabilitas dan fleksibilitas yang tinggi (Lee, et al., 2005), meningkatkan kinerja mahasiswa (Alawi, 1994), meningkatkan self efficacy (Piccoli, et al., 2001), menurunkan biaya dan meningkatkan penerimaan pada institusi akademik (Saade & Bahli, 2005). Studi ini memilih Indonesia sebagai setting penelitian. Pemilihan setting ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai keunikan keperilakuan yang berbeda dari negara-negara lain di dunia yang menjadi obyek amatan dalam studi-studi sebelumnya (Lihat Teo & Pok, 2003; Louho et al., 2006).
1
Hal ini dapat dijelaskan melalui studi tentang pola keperilakuan yang dilakukan oleh Rawwas (2001) yang menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai pola keperilakuan yang unik dan berbeda dari studi-studi sebelumnya. Perbedaan pola keperilakuan ini terekspresi melalui perbedaan yang signifikan antara profil dan nilai-nilai etika keperilakuan konsumen masyarakat Indonesia dengan masyarakat lain di beberapa negara di dunia, seperti: Australia, Mesir, Libanon, Irlandia, Hong Kong, Australia, Austria, USA, dan Indonesia1. Keunikan keperilakuan ini yang diharapkan memberikan kespesifikan profil background factor yang dipergunakan untuk pengujian model. Dengan demikian, melalui pemilihan setting ini diharapkan bahwa model IT yang dihasilkan mempunyai keunikan yang berbeda dari studi-studi sebelumnya, yang diharapkan dapat digunakan untuk menjelaskan perkembangan fenomena IT yang terjadi. Studi ini bertumpu pada 4 variabel amatan yang diperkirakan akan dapat mempengaruhi minat pengguna Internet, yaitu persepsian terhadap kegunaan atau perceived of usefulness (PU), Peresepsian terhadap kemudahan penggunaan atau perceived easy of use(PEU) , Sikap atau Attitude (ATT) dan Niat keperilakuan atau Behavior Intension (BI). Serta variabel Moderasi yang terdiri dari usia, pendapatan, gender dan area geografis.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Persepsian terhadap kegunaan (PU) Persepsian terhadap kegunaan didefinisi sebagai derajad keyakinan terhadap kegunaan produk IT yang diyakini dapat meningkatkan kinerja (Malhotra & Galletta, 1999). Pengguna teknologi diperkirakan mempunyai persepsi positif atau negatif terhadap teknologi yang tersedia. Pada umumnya, pengguna mempunyai pengalaman positif terhadap teknologi yang tersedia dan jarang mempunyai persepsi negatif. Pengalaman negatif muncul jika pengguna pernah mencoba
suatu
produk
teknologi
atau
mempunyai
pengalaman
tidak
menyenangkan terhadap penggunaan teknologi tersebut atau yang sejenisnya. Persepsian terhadap penggunaan teknologi dioperasionalisasi sebagai derajad keyakinan pengguna terhadap kemampuan teknologi untuk meningkatkan produktifitas, kinerja, dan efisiensi proses yang dilakukan dalam menyelesaikan
2
pekerjaan. Dalam kaitannya dengan sikap, persepsian terhadap kegunaan teknologi diproposisikan mempunyai hubungan yang positif dengan sikap terhadap penggunaan teknologi. Dengan demikian hipotesis 1 yang dirumuskan adalah: H1: semakin tinggi persepsian terhadap kegunaan teknologi internet semakin tinggi sikap terhadap penggunaan teknologi tersebut. Berkaitan dengan niat keperilakuan terhadap produk teknologi internet, persepsian terhadap kegunaan produk teknologi internet berhubungan positif niat keperilakuan terhadap produk tersebut. Dengan demikian hipotesis 2 yang dirumuskan adalah: H2: semakin tinggi persepsian terhadap kegunaan teknologi internet semakin tinggi niat keperilakuan terhadap penggunaan teknologi tersebut. 2. Persepsian terhadap kemudahan penggunaan (PEU) Persepsian terhadap kemudahan penggunaan didefinisi sebagai derajad keyakinan terhadap kemudahan penggunaan produk IT (Malhotra & Galletta, 1999).
Dalam kaitannya dengan sikap, persepsian terhadap kemudahan
penggunaan teknologi diproposisikan mempunyai hubungan yang positif dengan sikap terhadap penggunaan teknologi. Dengan demikian hipotesis 3 yang dirumuskan adalah: H3: semakin tinggi persepsian terhadap kemudahan penggunaan teknologi internet semakin tinggi sikap terhadap penggunaan terhadap teknologi tersebut.
3. Sikap, niat keperilakuan, dan perilaku aktual terhadap penggunaan produk teknologi internet Secara umum, sikap didefinisi sebagai keseluruhan evaluasi subyektif individu
terhadap
suatu
produk
yang
diekspresikan
dalam
bentuk
positive/negative, like very much/dislike very much, favorable/unfavorable terhadap suatu merek atau produk (Sheppard et al., 1988; Homer, 1990; Miniard et al., 1990). Variabel ini dikonseptualisasi untuk menunjukkan sikap positif terhadap kualitas produk perluasan merek secara keseluruhan yang meliputi penilaian global tentang kesuperioran atau keistimewaan dari suatu produk (Martin dan Stewart, 2001). 3
Niat keperilakuan didefinisi sebagai keinginan individu untuk membeli atau menggunakan suatu produk atau merek (Homer, 1990). Variabel ini dioperasionaliasasi sebagai keinginan individu untuk membeli produk, yang diekspresikan
dalam
bentuk
likely/unlikely,
probable/improbable,
possible/imposible (Lihat Sheppard et al., 1988; Homer, 1990; Miniard et al., 1990; Dabholkar, 1994). Dalam konteks teknologi internet, niat penggunaan terhadap teknologi internet dikonsepkan sebagai keinginan individu untuk menggunakan produk teknologi internet. Hubungan antara sikap dan niat penggunaan terhadap produk teknologi komputer diproposisikan mempunyai hubungan yang positif. Hal ini mengacu pada regularitas fenomena pola hubungan positif seperti yang dikemukakan dalam studi-studi keperilakuan terdahulu yaitu semakin tinggi sikap positif semakin tinggi niat pembelian (Lihat Ajzen dan Fishbein, 1980; Bagozzi, 1982; 1991). Hal ini didukung studi-studi di bidang IT yang dilakukan oleh Louho, et al. (2006), dan Saade et al. (2007). Dengan demikian, hipotesis 4 yang diajukan adalah: H4: semakin tinggi sikap terhadap penggunaan teknologi internet semakin tinggi niat keperilakuan terhadap penggunaan produk tersebut.
Penggunaan aktual terhadap produk teknologi internet merupakan variabel tujuan akhir yang dipertimbangkan penting untuk diteliti sebab dapat memberikan penjelasan secara empiris terhadap keterkaitan antara niat keperilakuan terhadap penggunaan teknologi internet. Penggunaan aktual didefinisi sebagai derajad penggunaan teknologi internet yang dilakukan oleh individu sebagai konsumen pengguna. Variabel ini dioperasionalisasi sebagai frekuensi penggunaan internet dalam periode tertentu (Teo & Pok, 2003). Hubungan antara niat keperilakuan dengan penggunaan aktual terhadap produk internet diproposisikan mempunyai hubungan yang positif yaitu semakin tinggi niat keperilakuan terhadap penggunaan internet semakin tinggi penggunaan aktual terhadap teknologi internet (Louho et al., 2006). Hubungan kausalitas dua variabel ini menarik untuk diteliti sebab kajian literatur mengindikasi ada beberapa faktor ekternal yang berpotensi mempengaruhinya yang dikarenakan terdapatnya jarak
antara niat keperilakuan dengan 4
keperilakuan aktual sehingga dapat menyebabkan terjadinya ketidakkonsistenan terhadap hasil prediksian yang diperoleh. Berdasarkan proposisi yang dirumuskan, maka hipotesis 5 yang diajukan adalah H5: semakin tinggi niat keperilakuan terhadap penggunaan teknologi internet semakin tinggi keperilakuan aktual terhadap penggunaan produk tersebut.
4. Usia, pendapatan, gender, pengalaman, dan area geografis Usia, pendapatan, gender, pengalaman, dan area geografis merupakan variabel demografis dan geografis yang diperkirakan memoderasi hubungan antar-variabel
yang
dimodelkan
(Lihat
Louho
et
al.,
2006).
Usia
dikonseptualisasi sebagai tahun kelahiran individu, sehingga variabel ini dioperasionalisasi sebagai jumlah tahun, namun beberapa studi keperilakuan menggolongkan usia berdasarkan skala interval yaitu usia balita untuk menunjuk individu yang berusia dibawah lima tahun, usia anak-anak untuk menunjuk individu yang berusia 6 tahun hingga 12 tahun, usia remaja untuk individu yang berusia berkisar antara 13 tahun hingga 18 tahun, usia dewasa untuk individu yang berusia berkisar 19 tahun hingga 27 tahun, dan usia tua untuk individu yang berusia antara 28 tahun hingga 45 tahun, usia tua yang berkisar antara 46 tahun hingga 60 tahun, dan manula untuk menunjuk individu yang berusia 60 tahun keatas. Hal ini dapat dijelaskan melalui studi yang dilakukan oleh Anic & Radas (2006). Dalam model, usia diproposisikan sebagai variabel yang memoderasi hubungan antar-variabel yang dikonstruksi dalam model. Dalam hal ini, usia remaja dan dewasa pengguna internet mengisyaratkan mempunyai pertimbangan yang berbeda dalam memutuskan penggunaan internet sehingga dimungkinkan perbedaan usia berdampak pada perbedaan keperilakuan. Dengan demikian, hipotesis 6 yang dirumuskan adalah: H6: usia memoderasi hubungan kausalitas antar-variabel yang dimodelkan. Pendapatan dikonseptualisasi sebagai besarnya penghasilan yang diterima individu dalam kurun waktu tertentu yang berdampak pada cara mengkonsumsi suatu produk dan volume pembelian yang diputuskan. Fenomena yang terjadi adalah semakin tinggi pendapatan semakin tinggi kecenderungan untuk membelanjakan uangnya. Studi literatur mengindikasi terdapatnya 5
hubungan antara pendapatan dan keputusan pembelian (Lihat Homburg & Gering, 2001, Anic & Radas, 2006). Dalam studi ini, pendapatan diproposisikan sebagai variabel yang memoderasi hubungan antar-variabel yang dikonstruksi dalam model. Dengan demikian, hipotesis 7 yang dirumuskan adalah: H7: Pendapatan memoderasi hubungan kausalitas antar-variabel yang dimodelkan. Gender dikonseptualisasi sebagai cara pandang individu terhadap suatu obyek yang didasarkan pada dua aspek yaitu feminin dan maskulin. Pendapat ini lebih
berkecenderungan
pada
pengkategorian
individu
berdasarkan
perspektifnya daripada sekedar perbedaan jenis kelamin pria atau wanita (Anic & Radas, 2006).. Dalam studi ini, gender yang dimaksud adalah menunjukkan perbedaan fisik berdasarkan jenis kelamin yaitu pria dan wanita. Diproposisikan bahwa gender sebagai variabel yang memoderasi hubungan antar-variabel yang dikonstruksi dalam model. Fenomena yang dijelaskan adalah dibandingkan wanita, pria mempunyai sikap positif, niat keperilakuan aktual, dan keperilakuan aktual yang lebih tinggi (Anic & Radas, 2006). Dengan demikian, hipotesis 8 yang dirumuskan adalah: H8: gender memoderasi hubungan kausalitas antar-variabel yang dimodelkan. Pengalaman dikonseptualisasi sebagai intensitas partisipan dalam menggunakan teknologi internet. Studi keperilakuan konsumen mengindikasi bahwa pengalaman yang tinggi berdampak pada sikap positif yang lebih tinggi terhadap suatu produk dibandingkan individu yang pengalamannya rendah (Anic & Radas, 2006).. Dengan demikian, pengalaman diproposisikan sebagai variabel yang memoderasi hubungan antar-variabel yang dikonstruksi dalam model, sehingga hipotesis 9 yang dirumuskan adalah: H9: Pengalaman memoderasi hubungan kausalitas antar-variabel yang dimodelkan. Area geografis dikonseptualisasi sebagai wilayah tempat tinggal partisipan. Studi literatur mengindikasi bahwa perbedaan area geografis mengindikasi berbedaan perilaku pembelian (Anic & Radas, 2006). Dalam konteks penggunaan internet, individu yang berdomisili di desa mempunyai sikap positif terhadap internet, niat penggunaan internet, dan penggunaan aktual internet yang lebih rendah dibandingkan individu yang berdomisili di kota. 6
Dengan demikian, area geografis diproposisikan sebagai variabel yang memoderasi hubungan antar-variabel yang dikonstruksi dalam model. Dengan demikian, hipotesis 10 yang dirumuskan adalah: H10: Area geografis memoderasi hubungan kausalitas antar-variabel yang dimodelkan.
METODE PENELITIAN Target populasi dari studi ini adalah pengguna produk teknologi internet yang pada saat penelitian sedang menggunakan produk tersebut. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pengguna yang terpilih dapat mewakili keperilakuan konsumen riil dalam memutuskan penggunaan produk teknologi internet. Dengan demikian, hasil-hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena riil penggunaan produk teknologi internet (Assael, 1998). Obyektivitas studi diupayakan dengan melalui kebebasan pengguna internet untuk menerima atau menolak survei yang dilakukan, sehingga dalam pelaksanaan survei tidak ada unsur intimidasi, pemanfaatan ikatan formal antara pewawancara dengan pengguna internet, atau hal-hal lain yang bersifat pemaksaan yang berpotensi menurunkan derajad keyakinan terhadap kualitas data penelitian. Sampel penelitian diambil sebanyak 500 orang pengguna internet yang pemilihannya dilakukan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Teknik ini memberikan keleluasaan peneliti untuk memilih partisipan yang sedang menggunakan internet (the right man in the right place). Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan aspek kemudahan, sedangkan penentuan jumlah sampel lebih didasarkan pada pertimbangan kualitas sampel daripada kuantitasnya, dan selebihnya adalah didasarkan pada pertimbangan aspek kriteria minimal kelayakan dalam penganalisisan data berdasarkan pada metode statistik yang dipilih. Persepsian terhadap kegunaan (PU), variabel ini didefinisi sebagai persepsian pengguna internet terhadap kegunaan teknologi internet. Pengguna menilai kegunaan produk teknologi internet didasarkan pada peningkatan kinerja, kecepatan penyelesaian pekerjaan, peningkatan produktivitas, peningkatan
7
efektivitas pekerjaan, kemudahan melakukan pekerjaan (Lihat Malhotra & Galletta, 1999). Persepsian terhadap kemudahan penggunaan (PEU). Variabel ini didefinisi sebagai persepsian pengguna internet terhadap kemudahan penggunaan teknologi internet. Pengguna menilai kemudahan pengunaan
produk
teknologi
internet
berdasarkan
kemudahan
pengoperasionalisasinya, kefleksibelan, kemudahan untuk melakukan sesuatu pekerjaan,
memudahkan
untuk
mendapatkan
ketrampilan,
kemudahan
penggunaan, interaksi dengan internet adalah jelas dan mudah dipahami. Sikap terhadap penggunaan produk teknologi internet. Sikap didefinisi sebagai evaluasi subyektif individu terhadap suatu produk yang meliputi perasaan positive / negative, like very much / dislike very much, favorable / unfavorable terhadap atribut-atibut produk (Sheppard et al., 1988; Homer, 1990; Miniard et al., 1990; Dabholkar, 1994). Variabel ini dikonseptualisasi untuk menunjukkan sikap positif terhadap kualitas produk secara keseluruhan yang meliputi penilaian global tentang kesuperioran atau keistimewaan dari suatu produk (Martin dan Stewart, 2001). Niat keperilakuan terhadap penggunaan produk internet. Secara umum, niat keperilakuan didefinisi sebagai kecenderungan individu untuk membeli produk dimasa mendatang, yang meliputi: likely / unlikely, probable / improbable, possible / imposible (Lihat Sheppard et al., 1988; Homer, 1990; Miniard et al., 1990; Dabholkar, 1994). Usia didefinisi sebagai jumlah tahun yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran sampai dengan pada saat pengambilan data, sehingga variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio yaitu jumlah tahun. Variabel ini diperkirakan mempengaruhi keperilakuan konsumen dalam menggunakan produk teknologi internet. Dengan demikian, variabel ini relevan untuk menentukan proses keperilakuan konsumen dalam menggunakan produk tersebut.
Pendapatan, variabel ini didefinisi sebagai besarnya penghasilan yang diterima oleh individu perbulan yang diukur dengan menggunakan skala rasio yaitu jumlah rupian yang diterima perbulan.
8
Gender., Variabel ini dikonseptualisasi sebagai pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara pria dan wanita sebagai hasil konstruksi sosial yang muncul dan disepakati bersama dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan jaman. Gender bukan kodrat melainkan sebagai proses keyakinan tentang perbedaan peran antara pria dan wanita sesuai dengan tata nilai, ketentuan sosial dan budaya
masyarakat. Gender
diproposisikan memoderasi pengaruh perceived usefullness (PU), perceived easy of use (PEU), dan perceived enjoyment (PE) pada intention to use (IU) (Ramayah & Lin, 2004; Louho et al., 2003). Dalam studi ini, gender dikonseptualisasi sebagai perbedaan kodrat antara pria dan wanita yang tidak dapat diganti. Dengan demikian, gender diukur dengan menggunakan skala nominal yaitu pria dan wanita. Pengalaman, Variabel ini didefinisi sebagai pengalaman partisipan dalam menggunakan teknologi internet yang diukur dengan menggunakan skala interval yaitu sangat berpengalaman (> 5 tahun) dan kurang berpengalaman (s/d 5 tahun). Dalam model, variabel ini diproposisikan memoderasi semua hubungan antar-variabel yang dikonstruksi dalam model. Hal ini mengacu pada studi yang dilakukan oleh Ramayah & Lin (2004) dan Louho et al. (2003). Area geografis, Variabel ini dikonseptualisasi sebagai wilayah tempat tinggal partisipan yang diukur dengan skala nominal yaitu di dalam kota dan luar kota. Pembedaan area geografis ini didasarkan pada perbedaan peran dalam mempengaruhi proses keperilakuan konsumen dalam menggunakan produk teknologi internet. Hal ini mengacu pada studi yang dilakukan oleh Ramayah & Lin (2004). Analisis structural equation model atau analysis moment of structures atau latent variable analysis bertujuan untuk mengestimasi beberapa persamaan regresi terpisah akan tetapi masing-masing mempunyai hubungan simultan atau bersamaan. Dengan dalam analisis ini dimungkinkan terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel ini dimungkinkan menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lainnya. Untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang tergolong sebagai variabel independen dan dependen didasarkan pada pengalaman atau teori sehingga analisis ini disebut juga dengan metode konfirmasi atau confirmatory method yang dilakukan berdasarkan teori bukan bukti empiris. Pada prinsipnya, model struktural bertujuan untuk menguji 9
hubungan sebab akibat antar-variabel sehingga jika salah satu variabel diubah maka terjadi perubahan pada variabel yang lain. Hasil Analisis dan Pembahasan Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA), hasil dari pengujian nilai Kaiser Meyer of Sampling Adequacy (MSA) sebesar 0.90 sehingga model merupakan model yang baik. TABEL 1. KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
0,900
Approx. Chi-Square
Bartlett's Test of
4404,566
Sphericity df
190
Sig.
0,000
Sumber : data diolah
. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 2., mengindikasi indikan-indikan yang berkemampuan untuk menjelaskan konstruk yang diukur.
Indikator
TABEL 2. Hasil Pengujian Validitas Komponen 1
pu1 pu2 pu3 pu4 pu5 pu6 peu1 peu2 peu3 peu4 peu5 peu6 att1 att2 att3 att4 bi1
bi2 bi3 bi4 Sumber :data diolah
2
3
4
,721 ,783 ,742 ,589 ,758 ,769 ,091 ,644 ,628 ,699 ,798 ,751 ,749 ,815 ,653 ,794 ,549
,706 ,632 ,732
10
Setelah dilakukan uji validitas dilakukan pula uji reliabilitas yang bertujuan mengukur konsistensi instrumen pengukuran. Hasil pengujian Cronbach Alpha (lihat Tabel .3) Tabel. 3 HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL
CRONBACH’S ALPHA
KETERANGAN
Perceived usefullness (PU)
0,866
Baik
Perceived easy of use (PEU)
0,851
Baik
Attitude(ATT)
.0.846
Baik
Behavioral intention (BI)
.0,682
Diterima
Sumber : data diolah
Dari hasil pengujian semua variabel dinyatakan reliabel, karena nilai alpha cronbach > dari 0,6. Evaluasi terhadap nilai goodness of fit dari model awal dijelaskan table IV.8 Tabel 4 Indikator Goodness of Fit Model (1) Keteranga No
Indeks
Nilai Kritis
Hasil
n
549,33 1 χ²
Diharapkan kecil
1
2 Probability Level
≥ 0.05
0.00
3 Df
Positif
165
4 CMIN/DF
≤ 2.0/≤ 3.0
3,329
5 GFI
≥ 0.90
0.898
6 AGFI
≥0.90
0.870
7 CFI
≥ 0.95
0.910
8 RMSEA
≤ 0.08
0.068
9 TLI
≥0.95
0.897
Baik
Baik
Sumber : data diolah
Berdasarkan hasil analisis AMOS (SEM) bahwa hanya terdapat dua indikator yang memenuhi kategori baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi model untuk memperoleh nilai goodness of fit model yang
11
baik. Modifikasi model dilakukan berdasarkan pada output AMOS pada modification indices. Hasil modifikasi model adalah sebagai berikut: Tabel . 4 Indikator Goodness of Fit Model (2) No Indeks Nilai Kritis Hasil Keterangan 1 χ² Diharapkan kecil 111,743 2 Probability Level ≥ 0.05 0.199 Baik 3 Df Positif 100 Baik ≤ 2.0/≤ 3.0 4 CMIN/DF 1.117 Baik 5 GFI ≥ 0.90 0.978 Baik 6 AGFI ≥0.90 0.954 Baik 7 CFI ≥ 0.95 0.997 Baik 8 RMSEA ≤ 0.08 0.015 Baik 9 TLI ≥0.95 0.995 Baik Sumber : data diolah
Berdasarkan modifikasi model, maka seluruh indikator untuk goodness of fit model masuk dalam kategori baik. Hal ini mengindikasi bahwa model dalam penelitian ini fit dan bisa diterima. Uji hipotesis didasarkan pada nilai CR (z-hitung) yang lebih besar dari atau sama dengan nilai z-tabel (z-hitung ≥ z-tabel). Nilai z-tabel untuk masingmasing tingkat signifikansi adalah sebagai berikut: Tabel 5. Nilai Kritis Z-Tabel No Signifikansi 1 1% 2 5% 3 10 % Sumber : Z-tabel
Skor Z-Tabel ≥ 2,56 ≥ 1,96 ≥ 1,64
Hasil regression weights ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 6 Regression Weights (Sebelum Moderasi) Keterangan Attitude Towards Using <---Perceived Usefullness Attitude Towards Using <---Perceived Ease to Use Behavioral Intention <---Attitude Towards Using Behavioral Intention <---Perceived Usefullness Sumber : data diolah
CR 5.299 4.642 5.630 2.823
12
Tabel 7 Regression Weights ( Moderasi Gender Grup 1) CR Keterangan Attitude Towards Using <---Perceived Usefullness 0.679 Attitude Towards Using <---Perceived Ease 3.924 to Use Behavioral Intention <---Attitude Towards Using 5.057 Behavioral Intention <---Perceived Usefullness 1.355 Sumber : data diolah Tabel 8 Regression Weights (Moderasi Gender 2) Keterangan Attitude Towards Using <---Perceived Usefullness Attitude Towards Using <---Perceived Ease to Use Behavioral Intention <---Attitude Towards Using Behavioral Intention <---Perceived Usefullness Sumber : data diolah
CR 5.630 4.368 4.942 3.807
Tabel 9 Regression Weights ( Moderasi Area Grup 1) Keterangan Attitude Towards Using <---Perceived Usefullness Attitude Towards Using <---Perceived Ease to Use Behavioral Intention <---Attitude Towards Using Behavioral Intention <---Perceived Usefullness Sumber : data diolah
CR 4.421 3.460 5.801 1.338
13
Tabel 10 : Regression Weights (Moderasi Area Grup 2) CR
Keterangan Attitude Towards Using <---Perceived Usefullness Attitude Towards Using <---Perceived Ease to Use Behavioral Intention <---Attitude Towards Using Behavioral Intention <---Perceived Usefullness Sumber : data diolah
1.427 3.824 3.769 2.971
Hubungan antara perceived usefullness terhadap attitude towards using dan behavior intention,nilai CR,
sebesar 5,299 > dari pada 2.56 maka
disimpulkan bahwa perceived ease of use
berpengaruh
terhadap attitude
towards using. Hipotesis 1 tidak ditolak pada tingkat signifikansi 1%. Pengguna menilai bahwa peningkatan
kegunaan produk teknologi internet akan mengakibatkan
kinerja,
kecepatan
penyelesaian
pekerjaan,
peningkatan
produktivitas, peningkatan efektivitas pekerjaan, dan akan memudahan dalam melakukan pekerjaan. Smakin tinggi persepsian terhadap kegunaan teknologi internet semakin tinggi niat keperilakuan terhadap penggunaan teknologi tersebut. Berdasarkan tabel 6 nilai CR, yakni sebesar 2,823 maka disimpulkan bahwa perceived usefulness berpengaruh positif terhadap attitude towards using. Hipotesis 2 tidak ditolak pada tingkat signifikansi 1%. Pengguna akan berusaha mencari kemudahan pengunaan produk teknologi internet berdasarkan kemudahan
pengoperasionalisasinya,
kefleksibelan,
kemudahan
untuk
melakukan sesuatu pekerjaan, memudahkan untuk mendapatkan ketrampilan, kemudahan penggunaan, interaksi dengan internet adalah jelas dan mudah dipahami. Sehingga penggunaan internet hendaknya semakin dipermudah Hubungan antara perceived ease to use terhadap attitude towards using Berdasarkan tabel 6 nilai CR, yakni sebesar 4.642 maka disimpulkan bahwa perceived ease to use berpengaruh terhadap attitude towards using. Hipotesis 3 tidak ditolak, pada tingkat signifikansi 1%. Kemudahan yang dirasakan pengguna internet akan meningkatka sikap sikap terhadap penggunaan internet iti sendiri, sehingga penggunaan produk ini akan semakin meningkat pula.
14
Hubungan antara attitude towards using terhadap behavior intention. Berdasarkan tabel 6 nilai CR, yakni sebesar 5.630 maka disimpulkan bahwa attitude towards using berpengaruh terhadap behavior intention. Hipotesis 4 tidak ditolak, pada tingkat signifikansi 1%. Pengguna yang memiliki sikap positip terhadap produk IT ini akan akan meningkatkan niat keperilakuannya terhadap produk IT ini serta berusaha untuk menggunakan produk ini dalam melakukan pekerjaannya dan merasa kurang yakin bila tidak dibantu oleh produk IT ini. Hubungan Kausalitas Efek Moderasi Gender. Berdasarkan nilai CR yang dibandingkan dengan nilai z-tabel, maka efek moderasi gender pada setiap hubungan kausalitas dalam model penelitian ini terjadi pada hubungan antara perceived usefulness terhadap attitude towards using dan terhadap behavior intention. Nilai CR (tabel 7) dalam hubungan perceived usefulness terhadap attitude towards using adalah 0.679 (kategori gender 1/pria), tidak berpengaruh, dan tabel 8.nilai CR 5.630 (kategori gender 2/wanita), berpengaruh pada tingkat signifikansi 1%,
sedangkan tabel 7 nilai CR
dalam hubungan perceived
usefulness terhadap behavior intention adalah 1.355 (kategori gender 1/pria), tidak berpengaruh, dan tabel 8 nilai CRsebesar 3.807 (kategori gender 2/wanita) berpengaruh pada tingkat signifikansi 1%. Hasil
ini mengindikasi bahwa
variabel gender terbukti memoderasi hubungan antara perceived usefulness terhadap attitude towards using dan terhadap behavior intention. Hubungan Kausalitas Efek Moderasi Area. Berdasarkan nilai CR yang dibandingkan dengan nilai z-tabel, maka efek moderasi area pada setiap hubungan kausalitas dalam model penelitian ini terjadi pada hubungan antara perceived usefulness terhadap attitude towards using dan terhadap behavior intention. Pada tabel 9 nilai CR dalam hubungan perceived usefulness terhadap attitude towards using adalah 4.421 (kategori area 1/kota), berpengaruh pada tingkat signifikansi 1%,, dan pada tabel 9 nilai CR 1.427 (kategori area 2/desa), tidak berpengaruh, sedangkan nilai CR dalam hubungan perceived usefulness terhadap behavior intention adalah 1.338 (kategori area 1/kota), tidak berpengaruh, dan 2.971 (kategori area 2/desa) berpengaruh pada tingkat signifikansi 1%. Hasil
ini
mengindikasi bahwa variabel area terbukti memoderasi hubungan antara perceived usefulness terhadap attitude towards using dan terhadap behavior intention. 15
Beberapa hipotesis tidak dapat dibuktikan karena, kurangnya data pendukung sehingga tidak dapat dianalisis. Yang tidak dapat dibuktikan adalah hipotesis 5, hipotesis 5, hipotesis 6, hipotesis 7 dan hipotesis 9. Pada hipotesis ini terjadi ketida tepatan data yang diperoleh karena indikator dari keperilakuan aktual yang telah ditentukan, yaitu usia, pendapatan dan pengalaman, menunjukan data yang homogen. Bila dianalisis hasilnya tidak dapat diartikan. Sehingga hipotesis tidak dapat dibuktikan. Sampel diambil dari pengguna produk teknologi internet yang pada saat penelitian sedang menggunakan produk tersebut. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pengguna yang terpilih dapat mewakili keperilakuan konsumen riil dalam memutuskan penggunaan produk teknologi internet. Dengan demikian, hasil-hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena riil penggunaan produk teknologi internet (Assael, 1998). Obyektivitas studi diupayakan dengan melalui kebebasan pengguna internet untuk menerima atau menolak survei yang dilakukan, sehingga dalam pelaksanaan survei tidak ada unsur intimidasi, pemanfaatan ikatan formal antara pewawancara dengan pengguna internet, atau hal-hal lain yang bersifat pemaksaan yang berpotensi menurunkan derajad keyakinan terhadap kualitas data penelitian. Sampel penelitian diambil sebanyak 500 orang pengguna internet yang pemilihannya dilakukan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Teknik ini memberikan keleluasaan peneliti untuk memilih partisipan yang sedang menggunakan internet (the right man in the right place). Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan aspek kemudahan, sedangkan penentuan jumlah sampel lebih didasarkan pada pertimbangan kualitas sampel daripada kuantitasnya, dan selebihnya adalah didasarkan pada pertimbangan aspek kriteria minimal kelayakan dalam penganalisisan data berdasarkan pada metode statistik yang dipilih. Simpulan dan implikasi studi Penelitian in merupakan penelitian dasar maka metode dan prosedur yang didesain lebih berorientasi pada suatu pengujian yang difokuskan pada penerimaan dan penolakan suatu teori daripada sekedar memberikan
16
pertimbangan yang bersifat teknis dan praktis sebagaimana dalam riset terapan (applied research). Dalam penelitian ini Perceived ease of use berpengaruh terhadap attitude towards using, selain itu perceived usefulness berpengaruh positif terhadap attitude towards using. Sehingga theory of reasoned action berkembang menjadi theory of panned behavior yang dikonstruksi untuk mengakomodasi aspek kontrol keperilakuan yang muncul yang berpotensi mempengaruhi proses pembentukan niat keperilakuan. dapat diterima, dalam penelitian ini. Perceived ease to use berpengaruh terhadap attitude towards using dan attitude towards using berpengaruh terhadap behavior intention. Sesuai dengan teori model of planned bevioral yang berkembang menjadi theory of acceptance model (TAM) untuk menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan proses pembentukan sikap dan niat keperilakuan terhadap produk-produk IT, dapat diterima dalam penelitian ini. Penelitian
ini
memiliki
beberapa
implikasi
studi
yang
dapat
dipertimbangkan untuk penelitian mendatang. Area geografi yang sangat luas (Semarang, Solo, Sukoharjo dan Karanganyar) dan waktu yang pendek mengakibatkan data yang diperoleh menjadi homogen. Pengambilan data yang berfokus pada Warnet mengakibatkan data usia, pendapatan dan pengalaman menjadi homogen. Pengambilan data tidak hanya di warnet, karena mereka yang usia diatas 27 tahun dan berpendapatan tinggi tidak akan mengkonsumsi produk IT di warnet, bahkan akan lebih sering di rumah, atau tempat-tempat lain yang nyaman.
Daftar Referensi
Ajzen, I., & M. Fishbein (1980). Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Englewood Cliff, New York: Prentice-Hall. Alawi, M. (1994). Computer-mediated collaborative learning: An empirical evaluation. Management Information System (Quaterly). Vol 18 (2), pp. 159174).
Bagozzi, R.P. (1982). A field investigation of causal relation among cognitions, affect, intentions, and behavior. Journal of Marketing Research. Vol.19, 562584.
17
Bagozzi, R.P., & Youjae Yi (1991). Multitrait-multimethod matrices in consumer research. Journal of Consumer Research. Vol. 17, 426-439. Chohen, E.B. & Nyez (2005). Learning objects and e-learning: An informing science perspective. Interdiciplinary Journalof Knoledge and Learning Objects, Vol 2, pp. 23-34. Dabholkar, P. A. (1994). Incorporating choice into an attitudinal framework: Analyzing models of mental comparison processes. Journal of Consumer Research, Vol. 21, pp. 100-118. Dharmmesta, B.S. (1992), Riset tentang minat dan perilaku konsumen: sebuah catatan dan tantangan bagi peneliti yang mengacu pada “Theory of Reason Action”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1, 39-53.
Dharmmesta, B.S. (1998), Theory of planned behavior, dalam penelitian sikap, niat dan perilaku konsumen, Kelola, No, 18/7, 85-103. Dorman, S.M. (1998). Technology belief: Using e-mail to enhance instruction. The Journal of School Health. Vol. 68 (6), pp. 260-261. Ghozali, I. (2004). Model Persamaan Struktural: Konsep dan aplikasi dengan program AMOS ver. 5.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hair, J. F. Jr., R.E. Anderson, R.L. Tatham, W.C. Black, (1998). Multivariate Data Analysis: With Readings. Fourth Edition, Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Homer, P. M. (1990). The mediating role of attitude toward the ad: Some additional evidence. Journal of Marketing Research, Vol. 27, pp. 78-86. Lee, M.K.O., C.K.M. Cheung, & Z. Chen (2005). Acceptance of internet-based learning medium: The role of extrinsic and intrinsic motivation. Information & Management Vol. 42 (8), pp. 191-204. Louho, R., M. Kallioja, P. Oittinen (2006). Factors affecting the use of hybrid media applications. Graphic art in Finland. Vol. 35, pp. 11-21. Martin, I.M. & D.W. Stewart (2001). The differential impact of goal congruency on attitudes, intentions, and the transfer of brand equity. Journal of Marketing Research, Vol. 38, pp. 471-484. Miniard, P. W., S. Bhatla, & R.L. Rose (1990). On the formation and relationship of ad and brand attitudes: An experimental and causal analysis. Journal of Marketing Research, Vol. 32, pp. 290-303. Piccoli, G., R. Ahmad, & B. Ives ((2001), Web-based virtual learning environment: A research framework and a preliminary assesment of effectiveness in basic IT skills training. Management Information System (Quaterly). Vol 25 (4), pp. 401-561. 18
Purwanto, B.M. (2003). Does gender moderate the effect of role stress on sales person’s internal state and performance? An aplication of multigroup structural equation modeling (MSEM). Buletin Ekonomi: Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Pembangunan . Vol.6. Rawwas, Y.A.M. (2001), Culture, Personality and Morality, A Typology of International Consumers’ Ethical Beliefs, International Marketing Review, Vol. 18, Number 2, 188-211. Richardson, P.S., A.S. Dick, & A.K. Jain (1994). Extrinsic and Intrinsic Cue Effect on Perceptions of Store Brand Quality. Journal of Marketing, Vol. 58, pp. 2836. Saade, R., & B. Bahli (2005). The impact of cognitive absorbtion on perceive usefulness and perceive easy of use in on-line learning: An extension of the accentance model. Information and Management, Vol. 42 (2), pp. 261-386. Saade, R., F.Nebebe., & W.W. Tan (2007). Viability of the “technology acceptance model” in multimedia learning environments: A comparative study. Interdiciplinary Journalof Knoledge and Learning Objects. Vol 3. pp. 175184. Santosa P.I. ( 2004). Mediating effect of student involvement on student attitude toward webcast. Information System Research. Vol 2, no. 3, pp, 173-191. Sheppard, B. H., J. Hartwick, & P.R. Warshaw (1988). The theory of reasoned action: A meta-analysis of past research with recommendations for modifications and future research. Journal of Consumer Research, Vol. 15, pp. 325-343. Teo, T.S.H, V.K.G. Lim, & R.Y.C. Laia (1999). Intrinsic and extrinsic motivation in internet usage. Omega. Vol. 27 (1), pp. 25-37. Teo T.S.H., & S.H. Pok (2003). Adoption of WAP-enabled mobile phones among internet users. International Journal of Management Science. Vol. 31, pp. 483498. Yi, M.Y. & Y. Hwang (2003). Predicting the use of web-based information systems: self efficacy, enjoyment, learning goal orientation, and the technology acceptance model. International Journal of Human-Computer Studies. Vol.59, pp. 431-449.
19
20