Pemrograman Terstruktur (2nd Suplement) Modular Programming Ciri – ciri Modular Programming Memecahkan algoritma ke dalam algoritma yang lebih kecil (modul) Modul yang dibentuk memiliki kesatuan tugas/fungsi maupun kesatuan proses/prosedur Setiap modul harus mempunyai single entry dan single exit secara beruntun, dari atas ke bawah atau dari awal ke akhir Memiliki main program dan sub program (modul) Biasanya digambarkan dengan stuctured chart
Atribut dasar modul Masukkan: apa yang diterima dari “pemanggil”. Keluaran: apa yang dikembalikan ke “pemanggil”. Fungsi: apa yang dilakukan terhadap masukkan untuk menghasilkan keluaran. Mekanisme: bagaimana melakukan fungsinya. Data internal: bagaimana ia mengacu kepada data miliknya sendiri. Contoh modular programming dalam structured chart:
Implementasi Modul Rancanglah algoritma untuk membaca tiga bilangan, kemudian susun bilangan tersebut dan cetak ketiga bilangan tersebut ke layar. Jawab: A. Diagram Definisi. Input bil_1 bil_2 bil_3
Proses
Output
Baca bil_1, bil_2, bil_3 bil_1 Sort bil_1, bil_2, bil_3 bil_2 Cetak bil_1, bil_2, bil_3 bil_3
B. Algoritma Pemecahan Baca tiga bilangan Baca bil_1, bil_2, bil_3 DO While NOT (bil_1 = 0 AND bil_2 = 0 AND bil_3 = 0) IF bil_1 > bil_2 THEN temp = bil_1 bil_1 = bil_2 bil_2 = temp ENDIF IF bil_2 > bil_3 THEN temp = bil_2 bil_2 = bil_3 bil_3 = temp ENDIF IF bil_1 > bil_3 THEN temp = bil_1 bil_1 = bil_3 bil_3 = temp ENDIF Cetak bil_1, bil_2, bil_3 Baca bil_1, bil_2, bil_3 ENDDO END.
C. Structured chart program mengurutkan tiga bilangan
D. Hasil Modularisasi Baca tiga bilangan Baca bil_1, bil_2, bil_3 DO While NOT (bil_1 = 0 AND bil_2 = 0 AND bil_3 = 0) sort_tiga_bilangan Cetak bil_1, bil_2, bil_3 Baca bil_1, bil_2, bil_3 ENDDO END sort_tiga_bilangan IF bil_1 > bil_2 THEN temp = bil_1 bil_1 = bil_2 bil_2 = temp ENDIF IF bil_2 > bil_3 THEN temp = bil_2 bil_2 = bil_3 bil_3 = temp ENDIF IF bil_1 > bil_3 THEN temp = bil_1 bil_1 = bil_3 bil_3 = temp ENDIF END
Keuntungan menggunakan modul z Rancangan Top-down dengan teknik sub goal, program besar dapat dibagi menjadi modul-modul yang lebih kecil. z Dapat dikerjakan oleh lebih dari satu orang dengan koordinasi yang relatif mudah. z Mencari kesalahan relatif lebih mudah karena alur logika lebih jelas, dan kesalahan dapat dilokalisir dalam suatu modul. z Modifikasi dapat dilakukan, tanpa mengganggu program secara keseluruhan. z Mempermudah dokumentasi.
Enam langkah modular programming 1. Definisi Masalah Klasifikasikan dalam input, proses dan output. 1. Kelompokkan aktivitas ke dalam modul Definisikan kegiatan dari modul-modul yang ada. 3. Buat Bagan Susun untuk menjelaskan Hierarchi dan hubungan antar modul 4. Buat logika dari Main Program dengan pseudocode. Terlebih dahulu inventarisasi apa saja yang dikerjakan dalam main program. 5. Buat logika untuk tiap-tiap modul dengan pseudocode. 6. Desk Checking-algoritma.
Komunikasi Antar Modul Data Variabel, Konstanta dan Literal Elementary Data z Integer z Real z Character z Boolean Struktur Data z Rekor z File z Array z String
Jangkauan Data Global Data (Data Global) Berlaku di semua modul yang ada pada program Local Data (Data Lokal) Hanya berlaku di modul tempat data tersebut dideklarasikan
Side Effect (efek samping) Global Data (Data Global) Perubahan nilai global data berdampak terhadap nilai data tersebut di semua modul Local Data (Data Lokal) Perubahan nilai local data hanya berdampak terhadap nilai data pada modul secara lokal
Parameter Parameter Parameter Data Parameter Status
Dalam merancang modul sebaiknya lebih banyak menggunakan parameter data. Hindari menggunakan parameter status sebanyak mungkin. Passing Parameter Menyampaikan data/informasi dari modul pemanggil (super-ordinate) ke modul yang dipanggil (sub-ordinate) Menyampaikan data/informasi dari modul sub-ordinate ke modul super-ordinate Data/informasi yang dikirim atau diterima passing dua arah antara superordinate dan sub-ordinate
Kohesi Kohesi sebagai ukuran suatu modul Kohesi: hubungan elemen – elemen di dalam modul Semakin tinggi tingkat kohesi, semakin baik suatu modul Macam – macam kohesi: 1. Functional 2. Sequential 3. Communicational 4. Procedural 5. Temporal 6. Logical 7. Coincidental
Perubahan pada modul dengan tingkat kohesi tinggi tidak terlalu membawa dampak perubahan terhadap modul lain. Sehingga lebih mudah dalam pemrograman, pengujian dan perawatan Modul dengan tingkat kohesi tinggi, lebih mudah dipahami dan didokumentasi Pada modul dengan tingkat kohesi tinggi, informasi lebih mudah disembunyikan, karena komunikasi antar modul diminimalkan
Kohesi Functional Modul mempunyai satu tugas atau fungsi Modul menghasilkan satu parameter output (satu hasil) Modul memiliki satu atau lebih parameter input
Contoh kohesi functional: Menghitung_pajak_penjualan IF harga>5000 THEN pajak = harga * 0.25 ELSE IF harga>4000 THEN pajak = harga * 0.25 ELSE IF harga>3000 THEN pajak = harga * 0.25 ELSE IF harga>2000 THEN pajak = harga * 0.25 ELSE pajak = 0 ENDIF ENDIF ENDIF ENDIF END
Kohesi Sequential Mempunyai pekerjaan yang beruntun (sekuensial) Kegiatan yang dilakukan lebih dari satu Hasil dari kegiatan sebelumnya menjadi masukan bagi kegiatan selanjutnya Dapat dipecah menjadi functional
Contoh kohesi sequential: Menghitung_penjualan IF jml_beli > 300 THEN pot = jml_beli * hrg_beli * 15% ELSE IF jml_beli > 200 THEN pot = jml_beli * hrg_beli * 10% ELSE IF jml_beli > 100 THEN pot = jml_beli * hrg_beli * 5% ELSE pot = 0 ENDIF ENDIF ENDIF Pembelian = jml_beli * hrg_beli – pot Tot_pembelian = Tot_pembelian + Pembelian END
Kohesi Communicational Mempunyai lebih dari satu fungsi atau tugas Menggunakan data yang sama Dapat dijadikan functional
Contoh kohesi communicational: Proses_perhitungan C = A + B D = A – B E = A * B F = A / B G = A % B END
Kohesi Procedural Satu kegiatan dengan kegiatan lain tidak berhubungan Hubungan antara elemen yang satu dengan lainnya karena urutan statement Dapat dipecahkan menjadi Functional
Contoh kohesi procedural: Membaca_record_siswa_dan_hitung_total_usia_siswa jml_rec = 0 total_usia = 0 read record_siswa DO WHILE more record exist total_usia = total_usia + usia jml_rec = jml_rec + 1 read record_siswa ENDDO Print jml_re, total_usia END
Kohesi Temporal Elemen – elemen terlibat dalam berbagai kegiatan yang mempunyai hubungan dalam waktu Urutan tidak penting
Contoh kohesi temporal: Inisialisasi Buka File Transaksi total_transaksi = 0 total_pen = 0 Baris = 0 No = 0 Hal = 0 END
Kohesi Logical Elemen – elemen melakukan kegiatan dengan kategori yang sama (spt; kategori menghitung jumlah record) Parameter masukan menentukan kegiatan yang dilaksanakan Tidak semua kegiatan dikerjakan Contoh kohesi logical: Baca_semua_file(kode_file) CASE file_code 1: Read cust_transact_rec IF NOT EOF THEN increment cust_transact_count ENDIF 2: Read cust_master_rec IF NOT EOF THEN increment cust_master_count ENDIF 3: Read prod_master_rec IF NOT EOF THEN increment prod_master_count ENDIF END
Kohesi Coincidental Elemen – elemen tidak mempunyai hubungan Contoh kohesi coincidental: File Processing Open employee updates file Read employee record Print page_heading Open employee master file jml_hal = 1 error_flag = false END
Kopling Kopling adalah ukuran bagi keeratan hubungan antar modul Kopling menyatakan tingkat saling ketergantungan diantara dua modul Tujuan: z Merancang modul yang baik dengan ukuran kopling Faktor yang mempengaruhi kopling: z Jumlah data yang disalurkan z Jumlah kontrol data yang disalurkan z Jumlah elemen data global yang digunakan bersama – sama oleh beberapa modul Macam – macam kopling z Data z Stamp z Kontrol z Eksternal z Common
Kopling Data Komunikasi antara modul menggunakan data Diharapkan jumlah data yang disalurkan seminimal mungkin Parameter data yang disalurkan semakin sedikit semakin baik
Gambar Structured chart dengan kopling data:
Keterangan: Parameternya terdiri dari data Jumlah parameter minimal
Contoh algoritma kopling data: Proses_record_pelanggan ….. Hitung_pajak_penjualan(harga_total,Pajak) ….. ….. END Hitung_pajak_penjualan(harga_total,Pajak) IF harga_total>5000 THEN pajak = harga * 0.25 ELSE IF harga_total>4000 THEN pajak = harga * 0.25 ELSE IF harga_total>3000 THEN pajak = harga * 0.25 ELSE IF harga_total>2000 THEN pajak = harga * 0.25 ELSE pajak = 0 ENDIF ENDIF ENDIF ENDIF END Keterangan: • harga_total Æ parameter masukan • pajak Æ parameter keluaran
Kopling Stamp Dua modul melakukan pass struktur data non global yang sama. Struktur Data: record, array Timbul bahaya jika modul memeriksa struktur data tetapi hanya menggunakan sebagian
Gambar Structured chart dengan kopling stamp:
Keterangan: Parameternya struktur data (Record atau Array)
Contoh algoritma kopling stamp: Proses_record_transaksi ….. Proses_siswa_pria(current_record) ….. END Proses_siswa_pria(current_record) jml_siswa_pria = jml_siswa_pria + 1 IF usia_siswa >21 THEN jml_siswa_dewasa = jml_siswa_dewasa + 1 ENDIF ….. ….. END Keterangan: •
current_record hanya berupa penunjuk nomor record sekarang
Kopling Control Komunikasi antara modul menggunakan parameter status / data kontrol Dua Modul Melakukan pass menggunakan parameter status (data kontrol / flag / switch)
Gambar Structured chart dengan kopling control:
Keterangan: Parameternya kontrol (flag / switch)
Contoh algoritma kopling control: Proses_input_code Read input_code Lakukan_aksi(input_code) ….. ….. END Lakukan_aksi(input_code) CASE of Input_code 1: Read record_karyawan 2: Cetak_header_halaman 3: Open master_file_Karyawan 4: jml_halaman = 0 5: error_message ENDCASE END Keterangan: • input_code berfungsi sebagai switch (berupa switch)
Kopling External Dua modul atau lebih menggunakan data global yang sama Tidak ada parameter yang digunakan dari modul pemanggil ke sub-ordinate dan sebaliknya
Gambar Structured chart dengan kopling external:
Keterangan: Tidak ada parameter
Contoh algoritma kopling external: Hitung_pajak_Penjualan IF produk = “sampel” THEN pajak_pen = 0 ELSE IF harga_produk<50000 THEN pajak_pen = hrg_jual * 0.25 ….. ….. ENDIF ENDIF END Hitung_nilai_total() ….. ….. total = nilai_total + pajak_pen ….. ….. END Keterangan: • pajak_pen adalah variabel data global
Kopling Common Dua modul atau lebih menggunakan struktur data global yang sama Tidak ada parameter yang digunakan dari modul pemanggil ke sub-ordinate dan sebaliknya Gambar Structured chart dengan kopling common:
Keterangan: Tidak ada parameter
Contoh algoritma kopling common: Baca_record_pelanggan Read record_pelanggan IF EOF THEN EOF_flag = true ENDIF END Validasi_record_pelanggan() IF noPelanggan NOT numeris THEN error_msg = “invalid nomor pelanggan Print_laporan_error ENDIF ….. ….. END Keterangan: • Record_pelanggan adalah struktur data global
OBJECT ORIENTED PROGRAMMING OOPÆObject Oriented Programming OOPÆMerupakan suatu teknik pemrograman yang berorientasi objek OOPÆpemrograman yang berorientasi bahwa setiap modul program di anggap sebagai suatu objek yang memiliki fungsi dan data sendiri.
Encapsulated, Inheritance & Polymorphisme 3 hal yang harus dipahami pada OOP: ¾ Encapsulated Æ menyembunyikan kerja kode ¾ Inheritance Æ kemampuan untuk meminjam sebagian kode untuk digunakan kembali ¾ Polymorphisme Æ kemampuan untuk meminta objek yang berbeda untuk melaksanakan tugas yang sama.
class Class merupakan blue print dari suatu objek dalam OOP Dengan membuat class berarti kita membuat kerangka dasar atau cetakan yang nantinya dapat digunakan untuk membuat sejumlah objek. Class umumnya memiliki: z Member Function Fungsi yang merupakan bagian dari class. Sebutan lain member function: ¾ Method (apabila sudah dibuat objeknya) ¾ Fungsi anggota z Data Member Variable berada di dalam class. Sebutan lain member function: ¾ Properties ¾ Anggota data
Deklarasi class pada C++ : Syntax
class namaclass { public: void memberFunction1(); void memberFunction1(); char dataMember1; int dataMember2; namaclass(); ~namaclass(); };
Membuat Member Function pada C++ : Syntax TypeFunction namaClass::MemberFunction1() { }
Contoh void contact::tambahKontak() { cout << "Nama : "; cin.getline(name,40); cout << "Telp : "; cin.getline(phoneNo,7); cout << "Usia : "; cin >> age; cin >> age; }
Deklarasi Object : Syntax: namaclass namaobjek;
Syntax menggunakan memberfunction melalui object : Namaobjek.namamethod;
Contoh: void main() { contact kontak; // deklarasi objek kontak kontak.tambahKontak(); //memanggil method pada objek kontak kontak.lihatKontak(); //memanggil method pada objek kontak }
Contoh OOP: #include class contact { public: //menyatakan anggota berikut bersifat public void lihatKontak(); //deklarasi member function lihatKontak() void tambahKontak(); //deklarasi member function tambahKontak() char phoneNo[7]; //deklarasi data member phoneNo type char int age; //deklarasi data member age type int char name[50]; //deklarasi data member name type char contact(); //deklarasi constructor virtual ~contact(); //deklarasi destructor }; contact::contact() { cout<<”Welcome to contact class”<<endl<<endl; } contact::~contact() { cout<<”Thanks for using contact class”<<endl; } void contact::tambahKontak() //member function tambahKontak() { cout << "Nama : "; cin.getline(name,40); cout << "Telp : "; cin.getline(phoneNo,7); cout << "Usia : "; cin >> age; cin >> age; } void contact::lihatKontak() // member function lihatKontak() { cout << endl; cout << "Nama : " << name << endl; cout << "Usia : " << age << endl; cout << "Telp : " << phoneNo << endl; cout << endl; } void main() //main program { contact kontak; //deklarasi objek kontak berdasarkan class contact kontak.tambahKontak(); //memanggil method pada objek kontak kontak.lihatKontak(); //memanggil method pada objek kontak }