h
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemetaan Konflik Sosial Masyarakat Di Aceh Selatan (Studi Deskriptif Konflik Sosial Masyarakat Di Mukim Alue Paku Kecamatan Sawang)MAPPING SOCIAL CONFLICT SOCIETY IN SOUTH ACEH (Descriptive Study Society of Social Conflict in settlements Alue Paku Sawang subdistrict) Indra Darmawan1), Zainal Abidin2) 1) ProgramStudi Ilmu SosiologiFakultas FISIP, Universitas Syiah Kuala
[email protected]
ABSTRAK- Konflik dalam masyarakat terutama banyak disebabkan oleh cara menyikapi perbedaan yang muncul, baik perbedaan kepentingan, persepsi, identitas, pekerjaan dan jabatan. Faktor lain karena adanya kelompok-kelompok kepentingan, lembaga-lembaga organisasi, dan kelas-kelas sosial dalam masyarakat yang tidak selalu memiliki kepentingan yang sama dan serasi. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untukmenganalisa konflik apa saja yang terjadi di kemukiman Alue Paku. Kedua, Menganalisa Bagaimana mekanisme penyelesaian konflik sosial di kemukiman Alue Paku.Penelitian ini dilakukan di mukiman Alue Paku Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.Teori yang digunakan dalam pemetaan konflik adalah teori konflik.Penelitian merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.Data penelitian ini juga diperoleh dari informan.Sedangkan metode pengumpulan data dalam penelitian adalah observasi dan wawancara.Hasil penelitian menunjukkan bentukkonflik apa saja yang terjadi di kemukiman Alue Paku.Dari hasil wawancara dan observasi peneliti dilapangan, ada beberapa jenis konflik sosial di kemukiman Alue Paku yaitu konflik antara masyarakat dengan pemerintah gampong, konflik perebutan tanah, perbedaan padangan dalam tatacara ibadah dan konflik terjadi karena perbedaan pandangan politik yang mengakibatkan perkelahian dan percekcokan serta putusnya tali silaturrahmi.Bagaimana mekanisme penyelesaian konflik sosial di kemukiman Alue Paku.Dari hasil observasi dan hasil wawancara mekanisme penyelesaian konflik sosial di kemukiman Alue Pakudilakukan dengan caramemperkuat persatuan pemuda gampong melalui olah raga, mengadakan gotong royong, mengadakan musyawarah jika terjadi konflik antar warga. Sehingga masyarakat Alue Paku terlihat hidup harmonis dan terjaganya tali silaturrahmi antar sesama warga.Saran kepada masyarakat Alue Paku untuk menumbuhkan kesadaran diri dengan menghargai segala bentuk perbedaan suku, bangsa, dan agama.Menjalin hubungan komunikasi yang baik antar masyarakat di kemukiman Alue Paku, Mengubah pola pikir dan prilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Menjadi pribadi yang mampu mencerminkan teladan yang baik bagi semua.Dan menciptakan kehidupan masyarakat, yang aman, damai, dan sejahtera dengan menjalankan semua aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat Alue Paku. Kata Kunci :Konflik, Pemetaan, Masyarakat Pedesaan. Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
ABSTRACT -Many conflicts in the community, especially by the manner in addressing the differences that arise, whether differences in interests, perceptions, identity, employment and occupation. Another factor for their interest groups, institutions organizations, and social classes in society who do not always have the same interests and harmonious. The purpose of this study is the first to analyze the conflict what is happening in Alue Paku. Second, How to Analyze social conflict resolution mechanisms in Alue Paku. This research was conducted in settlements Alue Paku Sawang subdistrict South Aceh District. The theory used in the mapping of the conflict is a conflict theory. The study is a qualitative descriptive study. The research data was also obtained from informants. While the method of data collection in the study were observation and interviews. Results showed any form of conflict that occurred in the settlement of Alue Paku. From interviews and observations of researchers in the field, there are several types of social conflict in Alue Paku is the conflict between the public and the government village, conflicts over land, different views on the rites and conflicts occur because of differences in political views led to fights and quarrels and break the rope Hospitality, How social conflict resolution mechanism in the settlement of Alue Paku. From interviews and observations of researchers in the field, there are several types of social conflict in the settlement of Alue Paku is the conflict between the public and the government village, conflicts over land, different views on the rites and conflicts occur because of differences in political views led to fights and quarrels and break ties , So that people Alue Paku seen live in harmony and preservation of ties between fellow citizens. Nail Alue advice to the public to raise awareness of ourselves with respect to all forms of differences in ethnicity, race, and religion. Liaise good communication between communities in settlements Alue Paku, Changing patterns of thought and behavior in accordance with the norms prevailing in society. Being personally able to reflect a good example for all. And creating a community life, a safe, peaceful, and prosperous by running all the rules that apply in the community Alue Paku.
Keywords: Conflict, Mapping, Rural Communities. PENDAHULUAN Perjalanan Indonesia sebagai bangsa dan negara tidak pernah sepi dari berbagai konflik, khususnya konflik horizontal yang melibatkan berbagai faktor baik etnis, suku, agama dan yang lainnya. Konflik adalah proses sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yang disebabkan karena perbedaan dan kesalahpahaman antara individu maupun kelompok masyarakat satu dengan individu atau kelompok masyarakat yang lainnya. Konflik sosial merupakan pertentangan antara individu maupun kelompok dalam Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
masyarakat untuk memperebutkan dan mempertentangkan berbagai hal yang dianggap benar atau bernilai. Konflik dalam masyarakat terutama banyak disebabkan oleh cara menyikapi perbedaan yang muncul, baik perbedaan kepentingan, persepsi, identitas, pekerjaan dan jabatan. Faktor lain karena adanya kelompok-kelompok kepentingan, lembaga-lembaga organisasi, dan kelas-kelas sosial dalam masyarakat yang tidak selalu memiliki kepentingan yang sama dan serasi (Surbakti, 1992:189). Beberapa faktor konflik tersebut juga berkembang di masyarakat Indonesia, salah satunya adalah masyarakat yang heterogen baik dari suku maupun agama. Potensi konflik bukan saja terjadi pada masyarakat yang heterogen, tetapi juga masyarakat yang homogen.Konflik yang terjadi pada masyarakat homogen umumnya dipicu oleh perbedaan individu dan kelompok, kepentingan pribadi maupun kelompoknya dengan motif sosial tertentu. Fenomena yang terjadi di Provinsi Aceh khususnya, keadaan masyarakatnya relatif homogen.Baik dari segi suku, strata sosial, ekonomi, pendidikan.Sekaligus masyarakatnya Aceh terbiasa hidup dalam klonflik sehing-ga perlawanan terhadap hal-hal yang dianggap asing itu sangat kuat.Terben-tuknya karakteristik seperti itu membuat masyarakatgampong mudah terjerumus kedalam konflik sosial.Namun kenyataanya di dalam sebuah gampong juga terjadi konflik. Dengan semakin tingginya tensi konflik yang terjadi saat ini, perlu adanya langkahlangkah konkrit dari semua pihak khususnya dari pemerintah untuk meminimalisir meluasnya konflik yang akan mengganngu terhadap terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan adalah kegiatan pemetaan konflik sosial (Agus Sjafari, 2014: 180). Dewasa saat ini konflik di Aceh semakin meningkat, baik di tingkat perkotaan maupun di tingkat desa/gampong, konflik tersebut terkait dengan perbedaan diantara nilai dan norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma kelompok lain di dalam masyarakat tempat kelompok yang bersangkutan berada. Salah dari sekian banyak konflik yang terjadi pada masyarakat aceh yaitu konflik sosial pada masyarakat kemukiman Alue Paku Paku Kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan. Alue Paku merupakan salah satu gampong yang terdapat di kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan yang berada di kawasan Barat Selatan Provinsi Aceh.Tepatnya berada di jalan Meulaboh-Tapaktuan.Pada umumnya masyarakat kemukiman Alue Paku Paku berprofesi sebagai petani.Konflik sering terjadi di kemukiman Alu Paku, baik itu konflik individual maupun konflik sosial. Berdasarkan keterangan masyarakat Aceh Selatan, di desa Alue Paku dari zaman dahulu sampai sering terjadi konflik, baik itu dimulai dari permasalahan kecil maupun permasalahan besar yang mana menyebabkan masyarakat tersebut sering ribut dan bertengkar. Baik itu dengan saudara, maupun tetangga, sehingga kemukiman Alue Paku Paku masuk dalam salah satu lantunan lagu kota Tapaktuan Aceh Selatan dengan sebutan sabe na krek-krok, artinya gampong selalu ada pertengkaran (konflik), sehingga kegiatan pemetaan daerah rawan konflik sosial menjadi sebuah keniscayaan yang perlu dilakukan. Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Konflik menurut Ritzer, hakikat kenyataan sosial adalah konflik.Konflik adalah satu kenyataan sosial yang bisa ditemukan dimana-mana. Bagi Ritzer, konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai. Jenis dari konflik sosial ini bisa bermacam-macam yakni konflik antar individu, konflik antar kelompok, dan bahkan konflik antar bangsa. Tetapi bentuk konflik yang paling menonjol menurut Ritzer, adalah konflik yang disebabkan oleh Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan dan perseteruan. Ritzer (2004:73). Oleh sebab itu sehubungan dengan pemaparan di atas penulis tertarik untuk meneliti dan mendalami secara rinci terkait dengan “Pemetaan Konflik Sosial Masyarakat Aceh Selatan ( Studi deskriptif konflik sosial masyarakat kemukiman Alue Paku)”. TINJAUAN PUSTAKA Pemetaan konflik dapat membantu menggambarkan konflik secara grafis yang berguna untuk melihat secara keseluruhan aktor-aktor konflik dan hubungan-hubungannya. Pada dasarnya, dalam konflik skala besar, aktor yang terlibat jika dipetakan akan sangat banyak dan masingmasing memiliki peran terhadap konflik. Aktor-aktor ini termasuk aktor di belakang layar.Namun, dalam suatu konflik yang menjadi “sorotan utama” adalah dua pihak yang bertindak sebagai aktor utama yang saling berlawanan.Secara singkat, tujuan-tujuan pokok melakukan pemetaan konflik adalah untuk memahami situasi dengan lebih baik, untuk melihat hubungan di antara berbagai pihak dengan jelas, untuk menjelaskan di mana letak kekuasaan, dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang telah dilakukan masing-masing aktor konflik (Fisher, Simon 2001: 173).
Pohon konflik merupakan suatu alat bantu untuk mengungkap isu-isu pokok konflik. Alat bantu ini pada umumnya digunakan dalam diskusi kelompok mengenai konflik. Tujuan menggambarkan pohon konflik adalah untuk menghubungkan berbagai sebab dan efek satu sama lain. Jika digunakan dalam diskusi kelompok, alat ini bertujuan untuk merangsang diskusi tentang berbagai sebab dan efek dalam situasi konflik, membantu kelompok menyepakati masalah inti, serta membantu suatu kelompok dalam mengambil keputusan tentang prioritas untuk mengatasi berbagai isu konflik. Pemetaan konflik bertujuan untuk memahami situasi dengan lebih baik, untuk melihat hubungan diantara berbagai pihak secara lebih jelas, untuk menjelaskan letak kekuasaan, untuk melihat keseimbangan antar pihak, untuk melihat para sekutu ataupun mencari sekutu yang potensial, untuk mengidentifikasi awal intervensi dan untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan.Secara harfiah konflik bearti percekcokan, perselisihan, atau per tentangan.konflik sebagai perselisihan terjadi akibat adanya perbedaan, persinggungan, dan pergerakan. Menurut Simon fisher pengertian konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau yang merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan (Simon Fisher, 2011: 23). Penelitian ini menggunakan Teori konflik, Teori ini bertujuan untuk menganalisis asal usulnya suatu kejadian terjadinya sebuah pelanggaran peraturan atau latar belakang seseorang yang berperilaku menyimpang. Konflik disini menekankan sifat pluralistik dari Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompok, karena kekuasaan yang dimiliki kelompok-kelompok elit maka kelompokkelompok itu juga memiliki kekuasaan untuk menciptakan peraturan, khususnya hukum yang bisa melayani kepentingan-kepentingan mereka. Konflik berasal dari kata kerja latin “Configere” yang berarti ”saling memukul”. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih yang mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Dengan adanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, maka konflik merupakan situasi yang wajar terjadi dalam setiap bermasyarakat dan tidak ada satu pun masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat yang lain, konflik ini hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya sebuah masyarakat itu sendiri (Dany Haryanto, 2011: 113). Max Weber berpendapat konflik timbul dari stratifikasi sosial dalam masyarakat. Setiap stratifikasi adalah posisi yang pantas diperjuangkan oleh manusia dan kelompoknya ( Novri Susan 2009:42).Weber berpendapat bahwa relasi-relasi yang timbul adalah usahausaha untuk memperoleh posisi tinggi dalam masyarakat. Weber menekankan arti penting power (kekuasaan) dalam setiap tipe hubungan sosial. Power (kekuasaan) merupakan generator dinamika sosial yang mana individu dan kelompok dimobilisasi atau memobilisasi. Pada saat bersamaan power (kekuasaan) menjadi sumber dari konflik, dan dalam kebanyakan kasus terjadi kombinasi kepentingan dari setiap struktur sosial sehingga menciptakan dinamika konflik. Begitu juga dengan Simmel beragumen ketika konflik menjadi bagian dari interaksi sosial, maka konflik menciptakan batas-batas antara kelompok dengan memperkuat kesadaran internal ( Novri Susan 2009:48). Permusuhan timbal balik tersebut mengakibatkan terbentuk stratifikasi dan divisi-divisi sosial, yang pada akhirnya akan menyelamatkan dan memelihara sistem sosial. Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung.Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial. Di dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan dan sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa diantaranya yang dapat diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang terkecil hingga peperangan. METODE PENELITIAN Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Lokasi penelitian ini dilakukan di kemukiman Alue Paku Paku kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.Alasan memilih lokasi ini untuk melakukan penelitian tentang konflik sosial yang ada pada masyarakat kemukiman Alue Paku Paku karena lokasi ini sering terjadi konflik sosial dalam masyarakat itu sendiri.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang diteliti dengan memberikan informasi dan data yang valid terkait dengan data dan fenomena yang ada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukandengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket),dokumentasi, atau gabungan keempatnya (Sugiyono, 2009: 225). Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.Wawancara, Observasi dan Dokumentasi. Dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Model ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh (Sugiyono, 2009: 246). Aktivitas dalam analisis data model Miles dan Huberman adalah sebagai berikut. 1. Reduksi Data (Data Reduction). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2009: 247). 2. Penyajian Data (Data Display). Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antara kategori, flowchart, dan sejenisnya. Namun yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2009: 249). Adapun penyajian data dalam penelitian ini cendrung berupa teks yang bersifat naratif. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/verification) Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung. Tetapi jika didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2009: 252). Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini disusun secara deskriptif dan menjawab pertanyaan penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kecamatan Sawang merupakan kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Kecamatan Sawang memiliki luas wilayah 18.267 dengan jumlah desa sebanyak 15 desa yang terdiri dari Desa Ba’u, Ujung Karang, Ujung Padang, Kuta Baro, Simpang Tiga, Trieng Meuduro Tunong, Trieng Meuduro Baroh, Blang Geulinggang, Meuligo, Sawang I, Sawang II, Mutiara, Sikulat, Panton Luas, Lhok Pawoh. Dilihat dari segi geografis Kecamatan Sawang berbatasan dengan: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Meukek, b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kluet, Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Samadua, d. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Konflik yang terjadi tidak terlepas dari isu perebutan tanah, politik dan masalah khilafiyah dalam pemahaman agama. Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan penulis, di kemukiman Alue Paku terlihat ada beberapa konflik dalam masyarakat yang menjadikan kemukiman ini dilabelkan Sabe Na Krek- Krok(Selalu ada konflik). Konflik ini diantaranya : Konflik antara masyarakat dengan dengan pemerintah gampong sering terjadi karena kecurigaan masyarakat terhadap pimpinan gampong dalam pengelolaan dana gampong oleh keuchik. Hal ini dimulai dari gossip di warung kopi hingga terbawa dalam rapat gampong.Masyarakat selalu tidak bisa menerima laporan keuchik mengenai keuangan dan juga tidak bisa menerima keuchik yang memimpin terus memimpin gampong tersebut bahkan ingin dilenserkan dari jabatannya. Sawang adalah salah satu kecamatan yang ada di kabupaten aceh selatan, dari 18 kecamatan yang terdapat di Aceh Selatan Kecamatan Sawang yang memiliki jumlah penduduk yang sedikit.Masyarakat Sawang berdominan bermata pencaharian petani, namun seiring waktu dengan adanya perubahan kondisi yang dialami para petani semakin hari semakin berkurang, oleh sebab itu mereka lebih memilih mencari nafkah kelaut (nelayan).Oleh sebab itu, masyarakat Kecamatan Sawang lebih banyak yang menjadi nelayan. Profil Demografis Kecamatan Sawang Tabel. 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Desa No
Desa
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
1
Sawang Ba’u
1.165
575
590
2
Ujung padang
1.060
542
518
3
Kuta baro
624
301
323
4
Simpang lll
1.028
513
515
5
Blang gelinggang
882
429
453
6
Meuligo
870
441
429
7
Sawang 1
923
476
447
8
Sawang ll
566
283
283
9
Ujung karang
1.049
556
493
10
Lhok pawoh
1.607
769
838
Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
11
Panton luas
926
470
456
12
Tring meuduro
1.053
534
519
13
Tring meudoro baro
1.086
521
565
14
Sikulat
356
170
186
15
Mutiara
1.104
534
570
Jumlah 2012
14.088
7.008
7.080
Jumlah 2013
14. 155
7.010
7.145
Jumlah 2014
14.299
7.114
7.185
Sumber: Kecamatan Sawang 2014 Perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Sawang dapat dilihat pada tabel di atas, baik itu pertumbuhan jumlah penduduk dari jenis kelamin laki-laki maupun pertumbuhan jumlah penduduk dari jenis kelamin perempuan dari Tahun 2012, 2013 dan 2014. Pada Tahun 2012 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 7.008 jiwa. Tahun berikutnya yaitu tahun 2013 jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki mengalami peningkatan jumlah yaitu 7.010 jiwa sedangkan Tahun 2014 jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki juga mengalami peningkatan7.114 jiwa. Jumlah penduduk jenis kelamin perempuan juga mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 jumlah penduduk jenis perempuan sebanyak 7.080 jiwa, pada tahun 2013 jumlah penduduk jenis perempuan mengalami peningkatan yang signifikan yaitu menjadi 7.145 jiwa dan pada tahun 2014 peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk jenis kelamin perempuan juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 7.185 jiwa, jadi Kecamatan Sawang lebih banyak penduduk jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan Penduduk jenis kelamin laki-laki. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan, maka jumlah penduduk Kecamatan Sawang dari tahun 2012-2014 mengalami peningkatan juga yaitu tahun 2012 jumlah penduduk sebanyak 14.088 jiwa, tahun berikutnya yaitu tahun 2013 menjadi 14.155 jiwa dan tahun 2014 meningkat menjadi 14.299. Jumlah penduduk Kecamatan Sawang dari tahun ke tahun selalu terjadi peningkatan. Masalah penduduk antara lain meliputi jumlah distribusi penduduk merupakan satu masalah yang harus diperhatikan secara seksama dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, tetapi juga dapat menjadi beban dalam proses pembangunan jika kualitasnya rendah. Oleh sebab itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan, dalam menangani permasalahan penduduk, pemerintah tidak hanya mengendalikan dalam bentuk jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya.Karenanya, program perencanaan pembangunan manusia harus mendapat prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk. Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jenis Konflik Sosial Masyarakat di Kemukiman Alue Paku. . Konflik yang terjadi tidak terlepas dari isu perebutan tanah, politik dan masalah khilafiyah dalam pemahaman agama. Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan penulis, di kemukiman Alue Paku terlihat ada beberapa konflik dalam masyarakat yang menjadikan kemukiman ini dilabelkan Sabe Na Krek- Krok(Selalu ada konflik). Konflik ini diantaranya : 1. Konflik Antara Masyarakat dengan Pemerintah Gampong Konflik antara masyarakat dengan dengan pemerintah gampong sering terjadi karena kecurigaan masyarakat terhadap pimpinan gampong dalam pengelolaan dana gampong oleh keuchik. Hal ini dimulai dari gossip di warung kopi hingga terbawa dalam rapat gampong.Masyarakat selalu tidak bisa menerima laporan keuchik mengenai keuangan dan juga tidak bisa menerima keuchik yang memimpin terus memimpin gampong tersebut bahkan ingin dilenserkan dari jabatannya. 2. Konflik Karena Perbedaan Paham dalam Ibadah Konflik karena perbedaan paham dalam ibadah sudah sering terjadi di kemukiman Alue Paku.Konflik perbedaan paham dalam agama ini sudah umumnya terjadi di Aceh.Namun di kemukiman Alue Paku ini terdapat dua paham yang selalu bentrok dalam ibadah. Yaitu antara Muhammdiyah dengan NU, seperti perbedaan jumlah shalat terawih, antara baca atau tidaknya qunut, dan ada tidaknya tahlilan orang meninggal, ada tidaknya perayaan maulid nabi.Masalah khilafiah ini terjadi setiapa saat, karena hal ini tetap dilakukan setiap orang yang menganut paham tertentu dalam beribadah. Konflik ini sering terbawa-bawa dalam kehudupan masyarakat kemukiman Alue Paku sehingga terjadi pertengkaran mulut dan pertengkaran pisik antara msayarakat. 3. Konflik Perebutan Tanah Konflik perebutan tanah dikarenakan adanya penimbunan sungai oleh masyarakat untuk dijadikan tempat tinggal bahkan untuk membuka usaha. Ketika ada salah satu masyarakat yang menimbun lembah sungai, dating salah satu masyarakat yang lain mengklaim bahwa tanah yang ditimbun itu miliknya. Sehingga terjadi percekcokan antara keduanya bahkan terjadi perkelahian sampai terbawa ke ranah hukum.Konflik perebutan tanah dari sungai yang ditibun ini sering terjadi di kemukiman alue paku ini. Percekcokan karena perebutan tanah ini bahkan menjadi penyebab perkelahian antara pemilik tanah dan yang menimbun sungai. 4. Konflik Akibat Perbedaan Pandangan Politik Konflik akibat perbedaan pandangan politik terjadi pada saat pilkada baik pemilihan Presiden/Wakil Presiden, Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan DPR. Antara pendukung salah satu calon dengan pendukung calon yang lain sering bersitegang sampai terjadi percekcokan, perkelahian, penghancuran atribut pilkada bahkan pembunuhan. Konflik ini selalu muncul saat perlatan Pemilihan Umum ini. Perkelahian antara tim sukses salah satu pasangan Bupati dan Wakil Bupati pernah terjadi. Hal ini karena salah paham ketika berbicara dan kampanye.Karena tidak terima diperlakukan tidak baik maka terjadilah perkelahian antara timsukses itu. Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Mekanisme Penyelesain Konflik Sosial Masyarakat di Kemukiman Alue Paku. Sering nya terjadi konflik di daerah kemukiman alue paku berbagai cara penyelesain di lakukan dari berbagai pemerintah gampong dan warga di kemukiman alu paku salah satu nya. Upaya masyarakat kemukiman Alue paku dalam menyelasaikan konflik internal dalam masyarakat dengan melakukan beberapa cara seperti : 1. Mengadakan Musyawarah Jika Terjadi Konflik Mengadakan musyawarah jika terjadi konflik adalah salah satu jalan untuk menghindari konflik berkepanjangan.Dalam masyarakat Alue Paku sering terjadi konflik antara keuchik dengan masyarakat yang disebabkan kecurigaan dalam pengelolaan keuangan gampong.Hal ini diselesaikan dengan musyawarah agar mendapat duduk persoalannya sehingga tidak terjadi fitnah dan konflik berkepanjangan. Jika terjadi konflik perebutan tanah timbun sungai diselesaikan juga melalui musyawarah agar yang bertikai segera berdamai.Persoalan tanah diselesaikan dalam musyawarah gampong dengan menghadirkan saksi-saksi dan ureung tuha gampong.Diharapkan di Akue Paku tidak lagi terjadi konflik seperti yang sudah terjadi selama ini. 2. Mengadakan Gotong Royong Gotong Royong menunjukkan persatuan warga Alue Paku.Dengan mengadakan kotong royong jumat bersih, gotong royong ketika masuknya bulan ramadhan atau gotong royong jika ada khanduri maulid dilakukan semata-mata untuk kepentingan bersama.Sehingga dapat menghilangkan gesekan konflik dalam masyarakat. 3. Memperkuat Persatuan Pemuda Persatuan perlu dimulai dari kalangan pemuda, karena mereka masih berdarah muda sehingga mudah terjadi konflik. Maka oleh sebab itu masyarakat Alue Paku mencoba menghindari dengan memperkuat persatuan pemuda. Pemuda penerus bangsa perlu adanya kesadaran untuk hidup rukun dalam masyarakat. Kalau masih terus berlebel sabee na krek Krok kan malu dengan masyarakat luar.
Konflik yang terjadi tidak terlepas dari isu perebutan tanah, politik dan masalah khilafiyah dalam pemahaman agama.Konflik antara masyarakat dengan dengan pemerintah gampong sering terjadi karena kecurigaan masyarakat terhadap pimpinan gampong dalam pengelolaan dana gampong oleh keuchik. Hal ini dimulai dari gossip di warung kopi hingga terbawa dalam rapat gampong.Masyarakat selalu tidak bisa menerima laporan keuchik mengenai keuangan dan juga tidak bisa menerima keuchik yang memimpin terus memimpin gampong tersebut bahkan ingin dilenserkan dari jabatannya. Menurut Minnery, mendefinisikan konflik sosial sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap tindakan tersebut (Minnery 1986, 35). Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Masyarakat juga berkonflik dengan pemerintah gampong akibat keputusankeputusan dari pemerintah gampong dianggap tidak adil jika ada sengketa-sengketa tanah antara masyarakat yang dianggap memihak sebelah.Walaupun sudah disepakati dalam musyawarah nanti diluar itu masih adanya gesekan antara masyarakat dengan pemerintah gampong yang tidak sepakat dengan keputusan itu. Konflik terjadi antara masyarakat dengan pemerintah gampong karena kecurigaan masyarakat terhadap pengelolaan dana gampong dan ketidak puasan masyarakat terhadap keputusan-keputusan pemerintah gampong dalam memutus perkara gampong. Sehingga selalu terjadi konflik antara pemerintah gampong dengan masyarakat. Konflik karena perbedaan paham dalam ibadah sudah sering terjadi di kemukiman Alue Paku.Konflik perbedaan paham dalam agama ini sudah umumnya terjadi di Aceh.Namun di kemukiman Alue Paku ini terdapat dua paham yang selalu bentrok dalam ibadah.Yaitu antara Muhammdiyah dengan NU, seperti perbedaan jumlah shalat terawih, antara baca atau tidaknya qunut, dan ada tidaknya tahlilan orang meninggal, ada tidaknya perayaan maulid nabi.Masalah khilafiah ini terjadi setiapa saat, karena hal ini tetap dilakukan setiap orang yang menganut paham tertentu dalam beribadah.Konflik ini sering terbawa-bawa dalam kehudupan masyarakat kemukiman Alue Paku sehingga terjadi pertengkaran mulut dan pertengkaran pisik antara msayarakat. Dari kedua informan di atas menjelaskan konflik yang terjadi karena perbedaan paham antara masyarakat dalam beribadah. Masalah khilafiyah sering menjadi konflik bahkan terjadi percekcokan dan perkelahian bahkan terjadi fitnah antara satu sama lain. Konflik perebutan tanah dikarenakan adanya penimbunan sungai oleh masyarakat untuk dijadikan tempat tinggal bahkan untuk membuka usaha. Ketika ada salah satu masyarakat yang menimbun lembah sungai, dating salah satu masyarakat yang lain mengklaim bahwa tanah yang ditimbun itu miliknya. Sehingga terjadi percekcokan antara keduanya bahkan terjadi perkelahian sampai terbawa ke ranah hukum. Konflik perebutan tanah dari sungai yang ditibun ini sering terjadi di kemukiman alue paku ini. Percekcokan karena perebutan tanah ini bahkan menjadi penyebab perkelahian antara pemilik tanah dan yang menimbun sungai.Perebutan tanah membuat warga kemukiman Alue Paku sering terjadi konflik antara masyarakat. Hal ini disebabkan kesalah pahaman bahkan ada kesenagajaan untuk menguasai tanah milik orang lain. Karena sungai dianggap tidak ada pemiliknya jadi ditimbun.Sehingga pemilik tanah diperbatasan sungan mengklaim sungai yang ditimbun itu tanah miliknya. Konflik akibat perbedaan pandangan politik terjadi pada saat pilkada baik pemilihan Presiden/Wakil Presiden, Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan DPR. Antara pendukung salah satu calon dengan pendukung calon yang lain sering bersitegang sampai terjadi percekcokan, perkelahian, penghancuran atribut pilkada bahkan pembunuhan. Konflik ini selalu muncul saat perlatan Pemilihan Umum ini. Perkelahian antara tim sukses salah satu pasangan Bupati dan Wakil Bupati pernah terjadi. Hal ini karena salah paham ketika berbicara dan kampanye.Karena tidak terima diperlakukan tidak baik maka terjadilah perkelahian antara timsukses itu. Konflik terjadi karena perbedaan dukungan terhadap salah satu calon dalam Pilkada. Antara tim sukses sering berkelahi antara satu sama lain dan sampai saat ini saling mendiamkan satu sama Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
lain. maka upaya masyarakat adalah mengatasi konflik untuk menghilangkan lebel tersebut. Upaya yang dilakukan seperti mengadakan Pertandingan Persahabatan Bola Kaki antar pemuda Gampong dalam kemukiman Alue Paku.Mengadakan musyawarah bila terjadi konflik antar masyarakat, tokoh agama memberikan arahan dalam tatakrama bermasyarakat, mengadakan gotong royong, mengedepankan persatuan dan mengesampingkan perbedaan. Hal ini sebagaimana yang didapatkan penulis dari hasil observasi dan dan wawancara yang dikaukan dengan informan di lapangan. Upaya yang dikukan oleh masyarakat kemukiman Alue Paku untuk menghilangkan lebel sabe na krek krok salah satunya adalah menguatkan persatuan pemuda gampong dengan cara mengadakan Pertandingan bola persahabatan antara pemuda gampong dalam kemukiman Alue Paku. Dengan adanya pertandingan bola ini diharapkan dapat menyatukan pemuda gampong sehingga terhindar dari konflik yang sudah melikat yang biasa disebut sabe na krek krok. Persatuan perlu dimulai dari kalangan pemuda, karena mereka masih berdarah muda sehingga mudah terjadi konflik. Maka oleh sebab itu masyarakat Alue Paku mencoba menghilangkan label Sabe Na Krek Krok ini dengan memperkuat persatuan pemuda. Pemuda penerus bangsa perlu adanya kesadaran untuk hidup rukun dalam masyarakat. Kalau masih terus berlebel sabee na krek Krok kan malu dengan masyarakat luar. Berdasarkan hasil wawancara di atas sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan bahwa untuk menghilangkan label sabe na krek krok para pemuda memperkuat persatuan melalui pertandingan bola persahabatan dan turnamen oleh raga antar pemuda gampong dalam kemukiman Alue Paku. Hal ini untuk memperkuat persatuan dan untuk menunjukkan bahwa masyarakat Alue Paku tetap akur dan kompak sehingga diharapkan dapat menghilangkan label Sabe na Krek Krok. Mengadakan musyawarah jika terjadi konflik adalah salah satu jalan untuk menghindari konflik berkepanjangan.Dalam masyarakat Alue Paku sering terjadi konflik antara keuchik dengan masyarakat yang disebabkan kecurigaan dalam pengelolaan keuangan gampong.Hal ini diselesaikan dengan musyawarah agar mendapat duduk persoalannya sehingga tidak terjadi fitnah dan konflik berkepanjangan. Jika terjadi konflik perebutan tanah timbun sungai diselesaikan juga melalui musyawarah agar yang bertikai segera berdamai.Persoalan tanah diselesaikan dalam musyawarah gampong dengan menghadirkan saksi-saksi dan ureung tuha gampong.Diharapkan di Akue Paku tidak lagi terjadi konflik seperti yang sudah terjadi selama ini.Mengadakan musyawarah bila terjadi konflik sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan.Warga Alue Paku menyelesaikan konflik antar warga dengan musyawarah sehingga konflik bisa teratasi. Gotong Royong menunjukkan persatuan warga Alue Paku.Dengan mengadakan kotong royong jumat bersih, gotong royong ketika masuknya bulan ramadhan atau gotong royong jika ada khanduri maulid dilakukan semata-mata untuk kepentingan bersama.Sehingga dapat menghilangkan gesekan konflik dalam masyarakat. Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Persatuan warga dapat dilihat dari partisipasi nya dalam kegiatan umum.Gotong royong jika datanganya bulan ramadhan sering dilakukan warga.Ini dilakukan karena datangnya bulan suci perlu terlihat bersih lingkungan kita. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghilangkan lebel sabe na krek-krok memperkuat persatuan pemuda gampong melalui olah raga, mengadakan gotong royong, mengadakan musyawarah jika terjadi konflik antar warga. Sehingga masyarakat Alue Paku terlihat hidup harmonis dan terjaganya tali silaturrahmi antar sesama warga. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai warga negara yang baik, kita harus mampu mengendalikan dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.Menumbuhkan kesadaran diri dengan menghargai segala bentuk perbedaan suku, bangsa, dan agama.Menjalin hubungan komunikasi yang baik antar masyarakat di kemukiman Alue Paku, Mengubah pola pikir dan prilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Menjadi pribadi yang mampu mencerminkan teladan yang baik bagi semua.Dan menciptakan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, damai, dan sejahtera dengan menjalankan semua aturanaturan yang berlaku dalam masyarakat Alue Paku.Melakukan mediasi diantara pihak – pihak yang berkonflik untuk mencari solusi dan jalan keluar dari konflik sosial yang telah terjadi.Memberikan sanksi yang tegas kepada pihak – pihak yang berkonflik khususnya yang melanggar aturan Negara dan aturan daerah yang telahdikeluarkan.Melakukan evaluasi dan kajian kembali terhadap segala bentuk kebijakan dan aturan yang berhubungan dengan masalah kepemilikan lahan, pembebasan lahan untuk kegiatan usaha dan beberapa kegiatan keagamaan di Kemukiman Alue Paku. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bernard, Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Danrendorf. 1986.Konflik dalam Masyarakat Industri. Jakarta: CV Rajawali Press. Dany Haryanto dan G. Edwi Nugroho. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: PT.Prestasi Pustakarya. Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011.Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya Jakarta: Kencana Prenada Media Group Fisher, Simon, dkk. 2001. Mengelola Konflik: Ketrampilan & Strategi UntukBertindak, Jakarta: The British Council. George Ritzer dan Douglas J. Gooman. 2004.Teori Sosiologi Modern, Jakarta: PrenadaMedia. Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hartono. 2009.Statistik untuk Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Irving M. Zeitlin, 2005. Memahami Kembali Sosiologi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998. J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2005.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Minnery, John R. 1985. Conflict Management in Urban Planning. Hampshire:Gower Publishing Company Limited. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Novri Susan. 2009.Sosiologi Konflik, Isu-Isu Konflik Kontemporer, Kencana,. Jakarta. Parsudi.2006.Konflik Sosial dan Alternatif Pemecahannya. Jakarta: Universitas Indonesia. Robert Lawang, Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi, Jakarta: Universitas Terbuka. Soedjono. 2002.Sosio Kriminologi Amalan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Studi Kejahatan. Bandung: Sinar Baru. Soekanto, Soerjono. 2002. Pemerintah :Tugas Pokok Dan fungsi.Jakarta : Bumi Aksara. Soerjono Soekanto. 1989.Sosiologi Suara Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Simon Fisher. 2001.Mengelola Konflik Keterampilan dan Untuk Strategi bertindak .Jakarta: SMK Grafika Desa Putra.
Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta. Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. Susan, Novri.2009. pengantar sosiologi konflik dan isu-isu kontemporer. Jakarta: Kencana. Tohirin.2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Pendidikan
dan
Bimbingan
Sumber Skripsi : Rahmat, Andi Witanto. 2015. Konflik Penambangan Pasir Besi Di Desa Garongan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Diakses pada tanggal 30 November 2015.
Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Siswanto, Ayyub. 2014. Peranan Pemerintah Dalam Mengatasi Konflik Antar Kelompok Di Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara, Makasar. Diakses pada tanggal 30 nopember 2015
Sumber Jurnal Muhammad Ismail, Pemetaan dan Revolusi Konflik (Studi tentang korban lumpur lapindo Sidoarjo).Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 1, No. 1, ISSN: 2089-0192, Fakultas Dakwah IAIN Ampel, Surabaya: 2011. Diakses pada tanggal 30 nopember 2015 Agus Sjafari, Pemetaan Konflik Sosial Kota Celegon Profinsi Banten. Jurnal Elektronik, Vol. 5, No. 2, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten: 2014. Diakses pada tanggal 30 Nopember 2015
Dokumen Pedoman Penulisan Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ( FISIP ) Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh.
Correspoanding Author :
[email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, vol. 1. Januari 2017: 1-16