1
PEMBELAJARANMULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSI ABK RIVER KIDS DAN PUSAT TERAPIS INSAN MANDIRI 1, 2,
Mardiana Andarwati1, Fikri Amrullah2 Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Merdeka
Abstrak: UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72/1991 tentang anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya meskipun memiliki gangguan proses perkembangan khusus. Maka direktorat pembinaan sekolah menetapkannya prosedur operasional standar pendidikan inklusif untuk sekolah ABK. Kendala yang dihadapi saat ini adalah adalah kurangnya media pembelajaran komunikasi yang saat ini masih konvensional. Media konvensional adalah menggunakan kertas bergambar, balok, pensil warna padahal untuk meningkatkan integrasi sensorik serta motorik dibutuhkan aplikasi multimedia yang interaktif yang efektif untuk perkembangan ABK, selanjutnya kurangnya tenaga pengajar ABK dan shadow teacher yang berkualitas dan berkompeten. Maka diadakan pelatihan system pembelajaran multimedia interaktif untuk ABK, pembuatan perangkat lunak multimedia interaktif sebagai sarana media belajar komunikasi untuk para anak-anak ABK dengan menggunakan metode IPO (Input Proses dan Output), pelatihan implementasi perangkat lunak multimedia interaktif, dan pendampingan terhadap guru-guru ABK dan shadow teacher dengan tujuan apabila mengalami kesulitan selama proses pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif. Kata kunci: pembelajaran, multimedia interaktif, ABK Abstract: The 1945 Constitution Article 31 paragraph (1) and Government Regulation (PP) no. 72/1991 on children with special needs is entitled to receive the same education as other normal children despite having a special developmental process disorder. The directorate of school construction thus established the standard operating procedure of inclusive education for ABK schools. The obstacle faced today is the lack of communication learning media that is still conventional. Conventional media is using picture paper, beams, colored pencils, but to enhance the sensory and motor integration, an effective interactive multimedia application is required for ABK development, then the lack of qualified and competent teachers and craftsmen. The training of interactive multimedia learning system for ABK, making interactive multimedia software as a medium of communication learning for children of ABK by using IPO method (Input Process and Output), training of interactive multimedia software implementation, and mentoring to teachers ABK and shadow teacher with the goal when having difficulty during the learning process by using interactive multimedia. Keywords: learning, interactive multimedia, crew
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
2
PENDAHULUAN Berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi: “tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.” Hal ini menunjukkan bahwa semua warga Negara Indonesia termasuk anak luar biasa atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berhak untuk memperoleh pendidikan, salah satunya adalah anak hiperaktif, mengingat perkembangan anak ABK berbeda dengan anak lain pada umumnya. Selanjutnya Peraturan Pemerintah (PP) No.72/1991 tentang pendidikan luar biasaya itu pendidikan khusus yang diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan / atau mental berhak mendapatkan pendidikan khusus karena mereka berhak mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya meskipun memiliki gangguan proses perkembangan dan memerlukan pelayanan yang lebih kompleks namun juga memiliki kebutuhan dasar yang sama. Oleh karena itu dilaksanakan pendidikan untuk ABK dan Direktorat Pembinaan Sekolah menetapkan Prosedur Operasional Standar Pendidikan Inklusif untuk sekolah ABK yaitu (a) pedoman umum penyelenggaraan pendidikan inklusif, (b) pedoman khusus penyelenggaraan pendidikan inklusif ,dan (c) suplemen penyelenggaraan pendidikan inklusif. Suplemen yang dilakukan oleh pihak sekolah dan terapi adalah adanya model media pembelajaran. Saat ini masih banyak sekolah ABK media pembelajaran dilakukan konvensional pada saat pembelajaranya itu dengan menggunakan bahan-bahan kertas warna untuk dibuat suatu bentuk benda, gambar yang diambil dari internet kemudian di print yang mempunyai umur terbatas penggunaannya sehingga kurang menarik bagi ABK saat melakukan pembelajaran. Sekolah ABK atau pusat terapi pada umumnya belum mampu menyediakan program multimedia untuk lebih mempermudah ABK saat menyerap materi yang diajarkan oleh guru ABK. Sekolah inklusi ABK River Kids adalah sekolah yang memberi pelayanan pendidikan untuk anak yang berkebutuhan khusus sejak tahun 2004. Berdasarkan aspek pendidikan, ABK River Kids menggunakan kurikulum satuan pendidikan yang dikembangkan khusus untuk autisme dengan metode moving class. Model media pendidikan untuk murid ABK menitikberatkan pada kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan media yaitu gambar, huruf, angka. Namun media tersebut dilakukan secara konvensional dan apabila media tersebut rusak pihak guru membuat lagi dan biasanya berbahan yang mudah rusak, misalnya kertas lipat dan gambar yang diambil dari internet dengan dicetak atau di print. Selanjutnya kurangnya tenaga guru yang memberi pelajaran kepada anak berkebutuhan khusus. Berikut Tabel 1. tentang jumlah murid ABK dan guru di River Kids
Dan yayasan Insan Mandiri adalah pusat tempat terapi swasta untuk ABK yang murni dikelola oleh yayasan Insan mandiri dan berdiri sejak tahun 2007. Berdasarkan aspek pendidikan, terapi kemampuan berkomunikasi dilakukan
3
dengan menggunakan media untuk mempermudah komunikasi verbal secara langsung diantaranya bantuan media gambar benda, angka, huruf, warna yang selama ini dilakukan secara konvensional. Apabila media tidak menarik (sudah kucel, kotor, gambarnya pudar) maka shadow teacher membuatnya lagi. Selanjutnya kurangnya shadow teacher, seharusnya satu murid didampingi oleh satu shadow teacher yang bertugas sebagai guru pendamping. Sehingga satu tenaga guru mendampingi beberapa anak berkebutuhan khusus. Berikut Tabel 2 tentang jumlah murid ABK dan shadow teacher di Insan Mandiri
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka diperlukan model media pembelajaran interaktif untuk membantu murid ABK memperoleh pembelajaran yang lebih baik. Saat ini teknologi informasi (IT) berkontribusi dalam mewujudkan pendidikan modern terutama untuk anak sekolah ABK. Permasalahan Permasalahan yang sedang dihadapi oleh Sekolah inklusi River Kids dan Pusat terapi Insan Mandiri adalah kurangnya media pembelajaran komunikasi yang saat ini masih konvensional. Media konvensional adalah menggunakan kertas bergambar, balok, pensil warna, dan lainnya. Padahal untuk meningkatkan integrasi sensorik serta motorik dibutuhkan aplikasi multimedia yang interaktif yang efektif untuk perkembangan ABK, selanjutnya kurangnya tenaga pengajar ABK dan shadow teacher yang berkualitas dan berkompeten. Sehingga tidak bisa optimal untuk memberikan pelayanan kepada murid-murid ABK. Hal ini terjadi karena kendala biaya untuk pengadaan perangkat lunak program pembelajaran ABK METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan disesuaikan dengan kendala yang dihadapi oleh Sekolah ABK River Kids dan Pusat Terapi Insan Mandiri yaitu perlunya perangkat lunak multimedia interaktif sebagai sarana media belajar komunikasi untuk para anak-anak ABK karena dengan menggunakan multimedia interaktif maka para guru-guru ABK dan shadow teacher akan lebih optimal dalam meningkatkan kemampuan bicara atau berkomunikasi, melatih motorik halus, dan melatih logika murid ABK. Metode pelaksanaannya antara lain: 1. Pelatihan Sistem Pembelajaran Multimedia Interaktif untuk ABK Diawali dengan penentuan permasalahan dalam pembelajaran dengan cara mengelompokkan guru menjadi beberapa kelompok kecil untuk memecahkan masalah yang disepakati oleh pelatih dan guru-guru ABK serta shadow teacher. Strategi pembelajaran agar lebih memahami dan mampu menerapkan multimedia interaktif. Metode pembelajaran melalui diskusi dan praktek perangkat lunak. Teknik pembelajaran dalam mengoperasionalkan program tersebut 2. Pembuatan perangkat lunak aplikasi multimedia interaktif
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
4
Pembuatan perangkat lunak dengan pembelajaran alphabet, angka, warna,dan benda. Semuanya dipelajari dengan menggunakan perumpamaan nama benda mati dan benda hidup serta diberi suara yang menarik. Proses pembuatannya menggunakan sistem Input, Proses, dan Output (IPO). 3. Pelatihan Perangkat Lunak Multimedia Interaktif untuk ABK Memberi pelatihan tentang perangkat lunak multimedia interaktif untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Pelatihan ini bertujuan agar sekolah ABK River Kids dan pusat terapi Insan Mandiri dapat memberikan pembelajaran komunikasi melalui multimedia interaktif sehingga bisa menerapkan kepada anak-anak ABK khususnya anak autis dan downsyndrom. Selanjutnya diharapkan setelah para guru ABK dan shadow teacher sudah bisa menguasai dan dapat menerapkan multimedia interaktif maka dipraktekkan kepada anakanak ABK sesuai dengan kebutuhan masing-masing ABK. Gambar 1 adalah fitur-fitur yang akan diterapkan kepada anak-anak ABK.
Gambar1.FiturPerangkatLunakMultimediaInteraktif Langkah- langkah pelaksanaan: a. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang metode pembelajaran multimedia interaktif untuk murid ABK b. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang menu alphabet yang terdiri dari A sampai dengan Z yang berfungsi agar anakanak ABK nantinya dapat lebih lancar mengucapkan kata-kata. c. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang menu angka yang terdiri dari nol (0) sampai dengan sembilan (9) yang berfungsi agar anak-anak ABK nantinya dapat lebih lancar mengucapkan angka-angka. d. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang menu warna(hitam, putih, merah, kuning, hijau, biru, dan lainnya) yang berfungsi agar anak-anak ABK nantinya dapat lebih lancar mengucapkan angka-angka. e. Melakukan pelatihan kepada guru-guru ABK dan para shadow teacher tentang menu nama-nama benda (benda hidup dan benda mati) yang berfungsi agar anak-anak ABK nantinya dapat membedakan dan mengerti benda mati (meja, kursi, lemari, dan lainnya) dan benda hidup (buah, binatang, dan tumbuhan).
5
4. Pendampingan terhadap guru-guru ABK dan shadow teacher Pendampingan pada guru ABK dan shadow teacher yang akan melatih para orang tua murid ABK yang nantinya diwajibkan untuk diterapkan di rumah. Tujuan dilakukan pendampingan untuk mengetahui apabila ada guru atau shadow teacher mengalami kesulitan selama proses pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif. Penggunaan program dengan syarat minimal adalah a. Murid ABK dapat duduk secara mandiri di kursi b. Murid ABK melakukan kontak mata ketika dipanggil namanya c. Murid ABK mampu melakukan kontak mata ketika diberi perintah d. Murid ABK memberi tanggapan terhadap arahan terapis e. Murid ABK yang bisa belajar dengan program multimedia interaktif adalah murid dengan usia yang tepat yaitu 6– 12 tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sistem Pembelajaran Multimedia Interaktif untuk ABK a. Rencana dan Strategi Pembelajaran Komponen rencana pembelajaran adalah penentuan karakteristik dan dampak yang sesuai dengan kekhususan ABK dan strategi pelayanan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakterisitik ABK.
Membuat tabel untuk setiap murid ABK tentang masalah utama yang ditangani sesuai dengan jenis karakteristik murid ABK Komunikasi Interaksi Sensory Solusi Karakteristik Dampak Strategi yang dilakukan a. Metode Pembelajaran Media yang digunakan dalam pembelajaran adalah media pembelajaran, media audio, dan media visual untuk membantu murid autis belajar dilakukan pendekatan melalui pemberian tugas yang terstruktur dengan memodifikasi perilaku. Selanjutnya pihak yang dilibatkan membantu anak autis adalah orang tua, guru, dan warga sekolah sekitar. Bagi guru ABK menerapkan disiplin terutama perilaku siswa/i serta konsekuensinya. Kemampuan dasar yang dikembangkan bagi anak autis adalah kemampuan dasar kognitif, kemampuan dasar bahasa, kemampuan dasar bina diri, dan sosialisasi melalui program terapi dan multiple intelligence dengan menggunakan kurikulum yang digunakan.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
6
b. Teknik Pembelajaran Mengimplementasikan program multimedia interaktif 2. Pembuatan perangkat lunak aplikasi multimedia interaktif a. Tahap I adalah Input Komponen input yang digunakan antara lain adalah file audio sebagai background music. Background music dibagi menjadi dua yaitu child music yang ceria sebagai lagu penyambut pada menu utama dilanjutkan dengan file audio terapi piano pada konten media yang dapat memberikan efek relaksasi pada saat memperhatikan penjelasan dari guru maupun dari media. Sedangkan untuk komponen visual dipilihlah buah-buahan dan makanan karena dianggap sebagai benda yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga lebih familiar/dikenal dan dapat sekaligus digunakan untuk mengajarkan nama-nama buah dan makanan. b. Tahap II adalah Proses Media yang dibuat terdiri dari 6 Layer yaitu Layer Action, Button, Object, Text, BG dan BGM. Layer action digunakan untuk container dari Action script yang diletakkan pada scene/stage. Layer button digunakan untuk menampung segala tombol-tombol yang akan digunakan selama berada di dalam media. Layer Object digunakan untuk menampung komponen visual selain teks dan layer Text digunakan untuk menampung segala teks yang terdapat di dalam media. Layer BG digunakan menampung citra gambar yang diletakkan di dasar layar dan layer BGM digunakan menampung komponen audio. c. TahapIII adalahOutput Tahap selesainya pembuatan program multimedia interaktif yang siap dipergunakan untuk dipergunakan oleh para murid ABK 3. PelatihanPerangkatLunakMultimedia InteraktifuntukABK a. Tampilan Perangkat Lunak
b. Pelatihan Perangkat Lunak
Gambar 2. Pelatihan di Sekolah Inklusi ABK River Kids
7
Gambar 3. Pelatihan di Pusat Terapi Insan Mandiri 4.
Pendampingan terhadap guru-guru ABK dan shadow teacher
KESIMPULAN Kegiatan pembuatan multimedia interaktif dan pelatihan serta pendampingan bagi guru ABK dan shadow teacher adalah salah satu langkah yang dapat membantu menyelesaikan proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta akan berdampak positif terhadap pelayanan kependidikan khususnya bagi murid ABK. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis ucapkan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang telah mendanai Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) dan kami sampaikan juga terimakasih kepada sekolah inklusi ABK River Kids dan Pusat Terapis Insan Mandiri sebagai mitra yang telah mendukung hingga pelaksanaan program IbM bisa berjalan dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim Abdul Jalil. 1992. Masalah Perkembangan dan Tingkah Laku kanakkanan Suatu Panduan untuk Ibu dan Ayah . Kuala lumpur: Berita Publishing Sdn. Bhd (Cetakan kedua) Autism Spectrum Disoders: Treatment. 2012. Center for Disease Control and Prevention Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik, Penerbit Alfabeta: Bandung Handoyo. Y. 2003. Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain . Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Muti, Fitria. 2012. Artikel: Kemampuan Anak Autis Menyerap Informasi melalui Proses Belajar di Sekolah Inklusi . 26 Desember 2012 Wahyuningsih, Merry. 2015. Sekolah Umum harus Siap Tampung Anak Berkebutuhan Khusus DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
8
PYROLISIS BIOMASSA DI DESA SEMPU DAN JETIS LOR KECAMATAN NAWANGAN KABUPATEN PACITAN Taufik Iskandar1, Suhudi2 dan Ali Mokhtar3 1 Fakultas Teknik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, 2Fakultas Teknik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, 3Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang 1
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak: Desa Sempu dan Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan adalah wilayah perpadian yang produksinya terbilang tinggi dan merupakan wilayah penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Pacitan, namun, kondisi ini belum mampu meningkatkan pendapatan petani dan produktivitas pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan usaha produktif agar dapat menghasilkan pendapatan diluar usaha tani. Model yang ditawarkan adalah pendekatan terpadu melalui pemberdayaan dan revitalisasi fungsi kelompok tani dan integrasi agribisnis berbasis padi baik secara vertikal maupun horisontal dengan penggilingan padi menggunakan teknologi tanpa limbah yaitu Teknologi Pyrolisis yang mampu mengubah residu pertanian menjadi produk bernilai jual tinggi (arang= biochar, asap cair= liquid smoke, syngas). Teknologi pyrolisis,dapat dikerjakan pada temperatur rendah ( > 300 0C - < 500 0C ), laju pemanasan rendah, dan menghasilkan 30% biochar, asap cair 40%-60% dan sisanya syngas.Model kegiatan ini akan berdampak pada tersedianya lapangan pekerjaan baru dan produknya akan memberikan manfaat pada tambahan pendapat petani serta menunjang wilayah lain dapat berkontribusi terhadap bahan baku yang dibutuhkan. Akhirnya, bukan mustahil sektor ini akan dapat menjadi sektor unggulan wilayah. Dengan demikian dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di suatu wilayah. Kata kunci : pyrolisis, bio-char, liquid smoke dan syngas. Abstract: Sempu Village and Jetis Lor Village, Nawangan Sub-district of Pacitan Regency is a region of high production rice and is the largest contributor in PDRB formation of Pacitan Regency. However, this condition has not been able to increase farmer's income and agricultural productivity in broad sense. Therefore, productive business activities are required in order to generate income beyond farming. The offered model is an integrated approach through empowerment and revitalization of farmer group functions and integration of rice-based agribusiness both vertically and horizontally with rice milling using technology without waste that is Pyrolysis technology capable of converting agricultural residues into high selling products (charcoal = biochar, liquid smoke = Liquid smoke, syngas). The pyrolysis technology can be performed at low temperature (> 300 0C - < 500 0C), low heating rate, and produce 30% biochar, 40% -60% liquid smoke and residual syngas Model of this activity will affect the availability of work and product will Providing benefits to additional health benefits as well as supporting other areas may contribute to the required feedstock. Finally, this sector will not be
9
the region's flagship sector. Thus can reduce the level of poverty and improve the quality of life of people in a region. Keywords: pyrolisis, bio-char, liquid smoke and syngas.
PENDAHULUAN Desa Sempu dan Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan adalah wilayah yang sebagian besar merupakan wilayah pertanian padi. Berdasarkan data Kecamatan Nawangan dalam angka tahun 2012, produksi padi di Desa Sempu tahun 2010 mencapai 1.441,89 ton (GKG) dengan rata-rata produksi 55,03 Kw/Ha, sedang Desa Jetis Lor 1443,4 ton (GKG), rata-rata produksi 57,05 Kw/Ha. Hasil produksi ini terbilang tinggi dan merupakan wilayah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun, kondisi ini belum mampu meningkatkan pendapatan petani dan produktivitas pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan usaha peningkatan perekonomian masyarakat petani dengan kegiatan produktif agar dapat menghasilkan pendapatan diluar usaha tani sebagaimana yang dirumuskan dalam RPJMD Kabupaten Pacitan. Merujuk pada Visi Kabupaten Pacitan yaitu: “terwujudnya masyarakat Pacitan yang sejahtera” dan salah satu Misi Kabupaten Pacitan “Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan” maka untuk menyelesaikan permasalahan strategis yang menyangkut meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas, berwawasan lingkungan tanpa menghilangkan kekhasan daerah diperlukan kegiatan yang mencakup 2 (dua) aspek yaitu Aspek Ketahanan Pangan dan Aspek Kemandirian Energi. Dua aspek ini dapat dikerjakan dan dapat bersinergi dengan kegiatan lainnya. Dalam konteks ketahanan pangan, faktor determinan yang menyulitkan upaya peningkatan pendapatan dan kesejahtera an petani padi antara lain adalah 1). Skala usaha tani yang relatif sempit sehingga mengakibat kan sulitnya meningkatan pendapatan petani melalui produktivitas. 2). Fluktuasi produksi musiman dan efisiensi usahatani yang masih rendah sehingga mengakibatkan lemahnya daya saing padi lokal dibandingkan produk ekspor. 3). Lemahnya permodalan dan kelembagaan. 4). Terbatasnya sarana dan prasarana. 5). Karakteristik agribisnis perpadian yang terdisintegrasi secara vertikal. Sedang pada aspek kemandirian energi, masyarakat petani umumnya masih mengutamakan produk beras dengan mutu bagus dan rendemen tinggi dan mengabaikan produk samping dan produk limbah yang sebenarnya mempunyai nilai manfaat dan ekonomi yang baik untuk menghasilkan produk pangan dan energi. Memperhatikan kondisi eksisting wilayah dan penelusuran dua aspek kegiatan masyarakat, maka Tim IbW merencanakan pendekatan terpadu melalui pemberdayaan dan revitalisasi fungsi kelompok tani dan integrasi agribisnis berbasis padi baik secara vertikal maupun horisontal dengan penggilingan padi. Kegiatan ini menitik beratkan pada kekuatan keswadayaan masyarakat dan peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat. Model pengembangannya diprioritaskan sebanyak-banyaknya untuk pengolahan dan pemanfaatan limbah perpadian dengan menggunakan teknologi tanpa limbah aplikasi dari Teknologi Pyrolisis.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
10
Model ini bertujuan untuk membantu memecahkan permasalahan yang menyangkut peningkatan produk pertanian baik di bidang produksi, penanganan dan pengolahan pasca panen. Sehingga tercipta lapangan kerja, dapat menumbuhkembangkan usaha ekonomi produktif, munculnya kepedulian memperbaiki sarana prasarana fisik lingkungan desa dan meningkatkan partisipasi dalam mengorganisasi diri dan menemu-kenali kebutuhan dalam perencanaan dan pembangunan. Sumber Inspirasi Sumber Inspirasi dari kegiatan ini adalah RPJMD Kabupaten Pacitan 20112016. Strategi dan arah kebijakan pembangunan telah dirumuskan dan disesuaikan dengan relevansi isu daya saing ekonomi dan nilai tambah produk pertanian serta ketahanan pangan dan energi dari perspektif agribisnis dan agroindustri, antara lain 1). Terwujudnya pusat ekonomi unggulan daerah; 2). Ketersediaan pangan daerah; 3). Lembaga UMKM dan koperasi sehat dan berdaya saing;dan 4). Pemasaran komoditas daerah. Salah satu Program pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan untuk mewujudkan sasaran dan tujuan yang hendak dicapai lima tahun kedepan adalah “Program pengembangan ekonomi kerakyatan”. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan holtikultura, serta mengembangkan usaha agribisnis dan agrowisata.Implementasi dan penjabarannya dilaksanakan dalam program Satuan Kerja Perangkat Daerah yang meliputi 1). Perencanaan pengembangan ekonomi unggulan daerah; 2). Pengembangan kawasan ekonomi unggulan; 3). Peningkatan produksi dan ketersediaan pangan secara berkelanjutan; 4). Pengembangan koperasi, industri kecil, dan UKM berbasis Teknologi Tepat Guna (TTG); 5). Pengembangan jaringan distribusi dan pemasaran hasil-hasil produksi. METODE PELAKSANAAN Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Konsultasi/Pendampingan dan Pelatihan. Adapun program kerja yang disepakati meliputi; 1) Program pembinaan Kelompok Tani, UMKM dan Koperasi yaitu kegiatan pembentukan dan sekaligus penguatan kelembagaan pelaksana kegiatan. 2). Program peningkatan investasi produksi untuk membuka lapangan kerja yaitu Investasi peralatan produksi (unit pyrolisis) dan melakukan pelatihan operasionalisasi proses produksi dari alat yang dihibahkan sekaligus pelatihan standarisasi proses dan mutu produk. 3). Program Pengentasan Kemiskinan melalui peningkatan pendapatan petani dan usaha ekonomi produktif lainnya yaitu pendampingan memproduksi yang sebanyak-banyaknya dengan mutu yang baik dan membantu distribusi / pemasarannya. HASIL KEGIATAN Kegiatan ini dilaksanakan dengan pengadaan dan investasi satu perangkat/unit Pyrolisis yang sengaja dirancang sesuai potensi bahan baku yang ada dilokasi. Unit Pyrolisis yang direncanakan terdiri dari Reaktor Pyrolisis, Cyclone, Condensor dan Water Scrubber lengkap dengan Base plate dan Accesoriesnya seperti ; thermometer, valve, pompa air. Kapasitas 200 kg/batch dengan dimensi dan spesifikasi peralatan sebagai berikut :
11
1. Reaktor Pyrolisis ; vertikal 80x80x180 cm – bahan carbon steel 4 mm dilapisi dengan castable C16 – tebal 4 cm- tutup model water seal – kotak abu bahan carbon steel 8 mm – lengkap dengan ash grating dan blower. Partikel Cyclone D 40 cm H 120 cm bahan carbon steel 3 mm tersambung ke reaktor dan condenser. Liquid smoke condenser model shell and tube , bahan shell carbon steel tube GIP ¾” lengkap dengan nozle nozzle. ( lihat gambar 1 )
Gb.1. Unit Pyrolisis 2. Distilator, volume 25 liter dilengkapi elemen pemanas, bahan stainless steel dengan condenser model shell and tube GIP ¾” lengkap dengan nozzle. Energi power diusaha kan dari Genset. (lihat gambar 2)
Gb.2. Distilator 3. Screw Briquetting Press, bahan carbon steel dilengkapi dengan Hopper dan pully yang digerakkan dari motor. (lihat gambar 3)
Gb.3. Screw Briquetting Press DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
12
PEMBAHASAN Teknologi Pyrolisis adalah proses dekomposisi thermal bahan organik tanpa atau sedikit oksigen, di mana bahan baku organik akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas dan meninggalkan karbon sebagai residu. (Anonim, 2010). Jenis pyrolisis yang dipilih untuk kegiatan ini adalah pyrolisis lambat (Slow Pyrolisis) dimana proses dekomposisi biomassa dilakukan pada temperatur rendah ( > 300 0C - < 500 0C )laju pemanasan kurang dari 100oC/s. Produk utama yang dihasilkan adalah 30% bioarang (biochar) dan 40%-60% asap cair (liquid smoke) dan sisanya Syngas. Keunggulan dari aplikasi teknologi, kaitannya dengan kegiatan ini adalah dapat mengolah semua limbah pertanian menjadi produk untuk berbagai kebutuhan seperti produk asap cair nya untuk pangan dan pertanian, Bioarang (Biochar) untuk pertanian dan energy alternative pengganti minyak tanah dan gas sedang Syngas yang dihasilkan dapat diproses lanjut sebagai energi. Teknologinya cukup sederhana dan dapat dioperasikan dengan mudah tanpa pengetahuan khusus dan tidak membutuhkan energi yang banyak serta ramah lingkungan. Berikut gambaran proses produksinya sampai menghasilkan produk-produk yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. (lhat gambar 4)
1
2
5
4
3
6
Biochar
Biobricket
Asap Cair
Gb. 4. Urutan Proses produksi
KESIMPULAN Sumber daya manusia dan tenaga kerja dari desa mempunyai etos kerja dan kemampuan manajemen yang relatif rendah, sehingga produktivitas tenaga kerja belum maksimal dan tingkat turn over tenaga kerja tinggi sehingga perlu pendampingan dan motivasi terus menerus. Dari faktor produk / produksi bisa dikendalikan dengan baik, dimana dari bahan baku dan bahan pembantu mudah didapatkan dengan kualitas yang sesuai kebutuhan, hanya ada beberapa kendala
13
produksi terkait dengan lokasi bahan baku agak jauh dan memerlukan biaya transportasi, hasil produksi baik dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas. Produk hasil investasi alat baik unit Pyrolisis, Distilator dan Screw Briquetting Press sudah menghasilkan produk Biochar, Briket Bioarang dan Asap Cair sesuai standard pasar juga sudah diproses rutin dan mulai dipasarkan diwilayah sekitar lokasi baik untuk kebutuhan pertanian maupun untuk pengawetan makanan sementara untuk produk Biochar dan Briket Bioarang masih digunakan untuk kepentingan anggota kelompok. Secara umum, dengan adanya pengembangan usaha agroindustri berbasis padi ini sudah mulai terlihat kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah Kecamatan Nawangan sedikit lebih baik. Sehingga keberadaan usaha ini harus dapat dipertahankan dan dikembangkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal dan menjadi unggulan wilayah. Tentunya back up Pemerintah Daerah sangat membantu kemajuan usaha ini disamping mutu dan kontinuitas dari produk sendiri. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dampak dari kegiatan ini ditinjau dari Aspek Ekonomi, adalah Lembaga Ekonomi Produktif yang dibentuk telah mampu memberdayakan setiap warga masyarakat untuk memanfaatkan limbah pertanian khususnya sekam padi diolah menjadi produk yang mempunyai nilai jual tinggi yang secara langsung dapat menambah pendapat selain usaha pertaniannya. Dari Aspek Produksi, dapat menyerap tenaga kerja dan menjadi penunjang wilayah lain berkontribusi terhadap bahan baku yang dibutuhkan. 3). Dari Aspek Lingkungan terciptanya wilayah yang bebas dari limbah padat sekam padi yang selama ini menggunung ditempat-tempat dimana Rice Milling Unit beroperasi. Akhirnya, bukan mustahil sektor ini akan dapat menjadi sektor unggulan wilayah. UCAPAN TERIMA KASIH Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih disampaikan kepada DITLITABMAS DIKTI, Kopertis 7, Pemerintah Kabupaten Pacitan c/q Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik, Kecamatan Nawangan, Tim IbW Nawangan dan segenap masyarakat Desa Sempu dan Jetis Lor yang telah membantu dengan sungguh-sungguh, sehingga semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Pirolisis. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Pirolisis. Diakses 28/5/2014. Pukul 09:48. Sukseswati, Dini D. 2010. Karakteristik Sifat Fisik Dan Kimia Minyak Hasil Pirolisis Lambat Campuran Sampah Kertas Dan Daun. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/176090702201101041.pdf Suyitno dkk, 2009, Pengolahan Sekam Padi Menjadi Bahan Bakar Alternatif Melalui Proses Pirolisis Lambat , Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS, Surakarta. Weerdhof, M.W. 2009. Modeling the Pyrolysis Process of Biomass Particles . (http://w3.wtb.tue.nl/fileadmin/wtb/ctpdfs/MasterTheses/Marcovandewee rdhof. pdf, [online].
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
14
Winarno, 1985, Teknologi Pengolahan Padi Terintergrasi Berwawasan Lingkungan, Bulog, Jakarta. Winaya, I Nyoman Suprapta, 2008. Prospek Energi dari Sekam Padi dengan Teknologi Fluidized Bed Combustion . Edisi Vol.11/XX/Juli 2008–IPTEK, Fakultas Teknik Mesin Universitas Udayana, Bali.
15
PENINGKATAN EFISIENSI DAN KUALITAS TAS DAN ALAS KAKI HANDMADE BERBAHAN KULIT DIPADU BATIK DAN TENUN PADA UKM PRODUSEN TAS DAN ALAS KAKI KULIT DI KOTA MALANG Parawiyati1, Aang Fajar Passa Putra2 1 Fakultas Ekonomi, Universitas Merdeka Malang 2 Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Malang 1
[email protected]
Abstrak: Industri produk kulit maupun non kulit saat ini berkembang dengan pesatnya, terutama di bidang produk tas dan alas kaki yang terus berkembang mengikuti keinginan pasar. Untuk menjaga agar produk UKM produsen tas dan alas kaki kulitdalamnegeribisabersaingdenganproduktas dan alas kaki dari luar, maka usulan kegiatan yang akan dilakukan pada salah satu UKM produsen tas dan alas kaki kulit di Malang adalah perbaikan teknologi dengan menambahkan mesin press kulit sehingga kualitas lebih bagus serta waktu pengerjaan lebih efisien. Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan bersifat pemecahan masalah dan solusi total, pada bantuan teknologi, bantuan permodalan serta perbaikan kualitas produk. Karenanya bentuk dan metode yang dilakukan mencakup: rancang bangun alat, penyuluhan, demplot alat serta kegiatan pendampingan. Secara riil, beberapa hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan di UKM Harapan Besar dan Fajar Kharisma dapat dikemukakan sebagai berikut: 1). Adanya peningkatan produksi yang dihasilkan oleh UKM Fajar Kharisma dengan jumlah 50 tas per minggu menjadi 100 tas per minggu 2). Adanya peningkatan produksi yang dihasilkan oleh UKM Waris Shoes dengan jumlah 30 pasang sepatu per Minggu menjadi 50 pasang per minggu 3). Telah berkembangnya produk yang lebih bermutu, berdayasaing dan dapat dipasarkan 4). Adanya penambahan mesin dan peralatan baru pada UKM mitra yang lebih implementatif, variatif sehingga meningkatkan proses produksi 5). Telah terjalinnya kerja sama dan penggalangan komitmen antara perguruan tinggi dan UKM mitra sehingga semakin mempermudah pembinaan yang berkelanjutan. Kata kunci: Batik dan tenun, Efisiensi produksi, peningkatan kualitas, UKM tas dan alas kaki kulit. Abstract: the leather products industry as well as non-current skin developed rapidly, especially in the field of product bags and footwear that continues to evolve following the wishes of the market. To keep the SME products manufacturer of bags and leather footwear in the country could compete with the product bags and footwear from the outside, then the proposed activities will be carried out on one of the SME manufacturers of bags and leather footwear in Malang is the improvement of technology by adding the machine press the skin so that the quality is better and more efficient work time. The method of implementation of the activities performed are the total solutions DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
16
and problem solving, technology assistance, assistance in the capital as well as the improvement of product quality. Therefore the form and method do include: architecture tools, guidance, and mentoring activities tool demplot. In real terms, some of the results of the activities that have been implemented in SMEs Harapan Besar and Fajar Kharisma can be expressed as follows: 1). An increase in production was generated by SMES with the amount of Fajar Kharisma 50 bags per week into 100 bags per week 2). An increase in production was generated by SMES with the number of Waris Shoes 30 pairs of shoes per week to 50 pairs per week 3). Has been the development of a more quality product, competitive power and can be marketed at 4). The presence of the addition of new machinery and equipment on a more implementatif partner SMES, markedly increasing the production process 5). Has been the establishment of cooperation a nd raising the commitment between the College and the SME partners so that increasingly facilitate the sustainable construction. Keywords: Batik and weaving, production efficiency, improved quality, SME leather bags and footwear .
PENDAHULUAN Analisis Situasi Dalam beberapa tahun terahir ini, ekonomi kreatif telah dipresentasikan melalui industri kreatif yang bermodalkan ide-ide kreatif, talenta dan keterampilan serta ide-ide terbarukan. Industri kreatif ini meliputi subsektor: arsitektur, desain, fashion, film, video dan fotografi, kerajinan, layanan komputer dan piranti lunak, musik,pasar barang seni, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif, riset & pengembangan, seni pertunjukan, televisidan radio. Bahkan di beberapa negara maju, industri kreatif telah menjadi penopang perekonomian suatu negara Indonesia juga merupakan salah satu negara yang merasakan kontribusi positif dari keberadaan industri kreatif terhadap posisi perekonomian nasional. Dari empat belas subsektor industri kreatif, produk fashion dan kerajinan merupakan subsektor industri kreatif yang menonjol di antara lainnya. Dari sisi ekspor, pada 2013 tercatat nilai ekspor produk kreatif mencapai Rp. 119 triliun atau sekitar 10 miliar dollar AS. Angka tersebut naik delapan persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan, secara keseluruhan kontribusi produk industri kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) berada di kisaran 6,9 persen atau di posisi ke-tujuh, senilai Rp. 573 triliun dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Selanjutnya, pada 2014 tercatat, sektor industri kreatif memberikan kontribusi sebesar 23, 57 persen terhadap PDB. Industri ini juga mampu menyerap tenaga kerja hingga 15, 39 juta jiwa (Kementerian Perdagangan, 2015). Industri produk kulit maupun non kulit saat ini juga berkembang dengan pesatnya seiring perkembangan industri fashion dan kerajinan, terutama di bidang produk tas wanita sebagai pelengkap produk fashion. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengguna tas wanita di lingkungan masyarakat, keadaan ini memicu industri produk kulit maupun non kulit untuk saling berlomba dalam memenuhi kebutuhan konsumen khususnya kaum wanita. Untuk memenuhi permintaan konsumen, maka perusahaan melakukan upaya peningkatan penciptaan produk
17
baru baik dari segi desain maupun material yang digunakan agar dapat mengimbangi persaingan pasar dalam pemenuhan kebutuhan konsumen tas wanita. Dengan perkembangan yang semakin maju ini, tas tidak hanya untuk sekedar sebagai alat membawa barang, akan tetapi tas dirancang dengan desain dan unsur-unsur yang ada di dalamnya, sehingga pada saat ini tas selain sebagai alat membawa barang juga untuk memenuhi keindahan secara estetika. Selain itu saat ini tas wanita lebih cenderung sebagai rasa pemuas diri bagi kaum wanita penikmat tas. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap saling berlomba- lomba untuk selalu mendapatkan desain serta model tas yang terbaru untuk memuaskan kebutuhannya akan perkembangan trend fashion. Hal ini dapat kita jumpai banyaknya pengguna tas wanita di lingkungan masyarakat yang semakin beragam, baik dari segi ukuran, model, desain dan material yang digunakan. Permasalahan Mitra Ketatnya persaingan dapat dipengaruhi terutama dari segi desain dan harga yang sangat kompetitif menjadi pertimbangan utama bagi para konsumen pengguna tas dan alas kaki. Hal ini membuat para produsen saling berlomba untuk memenuhi keinginan konsumen secara keseluruhan yang sedang berkembang. Sehingga diperlukan kreativitas dan inovasi baru di bidang produk kulit khususnya tas dan alas kaki yang tetap menjaga nilai estetika fungsi, desain material, kualitas produk dan finishing produk. Penentuan model dan konstruksi merupakan tahap pertama dalam pembuatan tas dan alas yang menentukan hasil akhir. Dalam hal ini produsen harus dapat memahami keseluruhan langkah yang akan dilaksanakan selanjutnya dalam pembuatan tas dan alas kaki, dan mampu bersaing serta berinovasi pada trend tas dan alas kaki untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Inovasi di bidang material banyak menjadi sasaran utama bagi para produsen, terutama pada material-material klasik yang sudah jadi budaya dahulu dan dengan sentuhan baru bisa menjadi tas yang sangat cantik dan elegan. Salah satu pemanfaatan material baru yaitu dengan penggunaan material tenun dan batik tulis yang dipadukan dengan kulit sapi atau ular. Selain itu, kualitas tas juga menjadi faktor utama yang perlu dicermati, kerapian dan kekuatan jahitan tas. Maka, Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini berupaya untuk memperbaiki kualitas produksi agar mampu berdaya saing dan mampu bertahan di pasaran. METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan bersifat problem solving dan total solution, pada bantuan teknologi, bantuan permodalan serta perbaikan kualitas produk .Karenanya bentuk dan metode yang dilakukan mencakup: rancang bangun alat, penyuluhan, demplot alat serta kegiatan pendampingan. Langkah-langkah yang akan ditempuh selama pelaksanaan program untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi mitra meliputi: 1) Mengimplementasikan Teknologi tepat Guna Mesin Seset Kulit secara mekanis pada proses pengolahan kulit untuk UKM I, mengeliminasi faktorfaktor yang menjadi penyebab tidak rapinya tas handmade yaitu dengan desain Mesin Seset Kulit secara mekanis pada proses produksi tas dengan demikian, hasil produksinya menjadi lebih rapi dan bisa meningkatkan hasil produksi.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
18
2)
Identifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab tidak rapinya hasil produksi mitra melalui wawancara dan pengamatan langsung selama produksi tas batik dan tenun Mengimplementasikan Teknologi tepat Guna Mesin seset kulit secara mekanis pada proses penyesetan kulit untuk UKM II sehingga hasil produksi alas kaki bisa lebih rapi. Pelatihan operasional proses produksi tas menggunakan mesin seset kulit Evaluasi hasil kegiatan.
3)
4) 5)
HASIL KEGIATAN Dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh usaha kecil mitra memang sangat dibutuhkan suatu kegiatan yang bersifat problem solving dan total solution, utamanya pada bantuan teknologi, bantuan permodalan serta perbaikan kualitas produk. Dengan rancang bangun mesin seset kulit maka kualitas produk akan semakin meningkat juga produktivitas juga bisa semakin meningkat. Dengan adanya difusi teknologi yang berupa mesin peralatan baru maka harga jual pun bisa meningkat, karena kualitas yang ditawarkan lebih bagus dari pada sebelumnya. Diharapkan dengan adanya mesin seset kulit maka omset penjualan akan meningkat sekitar 75%. Luaran dan Hasil Kegiatan Secara riil, beberapa hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan di UKM Fajar Kharisma dan Waris Shoes dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Adanya peningkatan produk yang dihasilkan oleh UKM Fajar Kharisma dan Waris Shoes dengan jumlah variasi yang berkembang. 2) Telah berkembangnya produk yang lebih bermutu, berdaya saing dan marketable. 3) Adanya penambahan mesin dan peralatan baru pada UKM mitra yang lebih implementatif, variatif sehingga meningkatkan proses produksi. 4) Telah terjalinnya kerja sama dan penggalangan komitmen antara perguruan tinggi dan UKM mitra sehingga semakin mempermudah pembinaan yang berkelanjutan (sustainable). Dari uraian sebelumnya didapat beberapa hasil kegiatan yang telah dicapai sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 berikut: Tabel 1.Luaran dan Realisasi/HasilKegiatan No. Luaran 1.
Rancang bangun alat dan penerapan teknologi tepat guna bagi UKM I
2.
Rancang bangun alat dan penerapan teknologi tepat
Hasil
a) Terwujudnya seperangkat mesin seset kulit b) SOP (Standart Operational Procedure) kerja mesin didasarkan atas prinsip sayatan. Dengan hasil yang cukup memuaskan dan dapat meningkatkan kualitas dengan hasil yang lebih rapi dan lebih efisien dalam waktu pengerjaan. a) Terwujudnya seperangkat mesin seset kulit b) SOP (Standart Operational Procedure) kerja mesin didasarkan atas prinsip sayatan .Dengan
19
No.
Luaran guna bagi UKM II
Hasil hasil yang cukup memuaskan dan dapat meningkatkan kualitas dengan hasil yang lebih rapi dan lebih efisien dalam waktu pengerjaan.
KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang telah dilakukan ini adalah sebagai berikut: 1. Implementasi teknologi proses dan rekayasa mesin/alat (mesin seset) menyebabkan terciptanya produk tas dan alas kaki kulit berpadu tenun dengan kualitas lebih rapi dan lebih kuat. Selain itu, dengan adanya implementasi teknologi ini menjadikan waktu produksi menjadi lebih singkat. 2. Terjaminnya mutu /kualitas tas dan alas kaki kulit berpadu tenun sehingga produk yang dihasilkan dapat lebih bersaing dengan produk lainnya yang sejenis. 3. Usaha Kecil Menengah pembuatan tas dan alas kaki handmade berbahan kulit dipadu tenun dan batik menjadi lebih tangguh, mandiri, berprospek berkelanjutan serta berbasiskan pada sumber daya lokal. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai Program IbM yang tim usulkan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan rekan-2 Tim IbM 2016, Rektor UnMer Malang Cq. Ka. LP2M dan Mitra UKM yang telah mendukung pelaksanaan Program IbM. DAFTAR PUSTAKA Handoko, H. T. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi . Yogyakarta: Penerbit BPFE UGM. Jac Stolk, C. Kros. 1993. Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin , edisi 21. Jakarta: Penerbit Erlangga. Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Sularso, Kiyokatsuga. 1994. Dasar-Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita. Sighley et al.. 1988. Perencanaan Bangunan Elemen Mesin , Jilid I, II. Jakarta: Penerbit Erlangga. Surdia, Tata & Shinroko Saito. 1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Penerbit PT. Pradnya Paramita.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
20
PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF BERBASIS BAHAN BAKU KAYU DI MALANG-JATIM M. Alfian Mizar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
[email protected]. Abstrak: Program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) ini difokuskan pada dua tempat kegiatan industri, yaitu: (1) kegiatan produksi di workshop CV. NS. MAKMUR JAYA ABADI (UKM 1) terletak di Desa Jatikero, Kec. Kromengan, Kab. Malang yang merupakan industri kreatif memproduksi gitar elektrik, gitar semi elektrik dan gitar akustik; dan (2) UD. ADI ANUGERAH (UKM 2) yang terletak di Junrejo Kota Batu-Malang dengan produksi aneka kerajinan/produk berbahan baku kayu dan turunannya (seperti MDF). Permasalahan UKM mitra dalam program IbPE ini adalah peningkatan kualitas desain produk, peningkatan kapasitas produksi dan kualitas produk sesuai dengan persyaratan produk, penajaman visi produksi (selalu berorientasi pada kebutuhan pasar), peningkatan teknikal skill dan manajemen skill, serta penataan Lay-out produksi, peningkatan keselamatan dan kenyamanan kerja. Dari hasil program IbPE ini telah dilakukan kegiatan-kegiatan dan dampak luaran berupa: (1) penerapan Ipteks melalui rekayasa, manufaktur dan pengadaan mesin planner, perangkat finishing produk, dan mesin sender, (2) implementasi Iptek melalui pengembangan produk berpotensi pasar nasional dan ekspor, (3) pendampingan kepada para pengusaha guna peningkatan kualitas desain, kualitas produk, peningkatan kapasitas produksi, dan manajemen usaha, (4) penataan Lay out mesin/peralatan produksi dan penataan manajemen, (5) perluasan pangsa pasar, (6) terjadi peningkatan jumlah karyawan dan peningkatan omzet 20%. Kata kunci: peningkatan produk ekspor, industri kreatif, bahan baku kayu, mesin UKM Abstract: Ipteks Program for Export Products (IbPE) is focused on two areas of industrial activity: (1) production activities in NS. Workshops CV. MAKMUR JAYA ABADI (SMEs 1) located in the village of Jatikero, Kec. Kromengan, Kab. Malang that the creative industries are producing electric guitar, semi electric guitar, and acoustic guitar, and (2) UD. ADI ANUGERAH (SMEs 2) located in the city of Malang-Batu Junrejo with the production of a wide range of crafts/products made of wood and its derivatives (such as MDF). Problems of SMEs in partner program IbPE this is an increase in the quality of product design, production capacity and product quality according to the requirements of the product (including do not contain toxic/poison and fungus/mushrooms), sharpening the vision of production (always oriented towards the needs of the market), improvement of technical skill and management skills, as well as the arrangement of the Lay-out of production, increased safety and comfort work. From the results of this IbPE program activities have been carried out and the impact of external in the form of: (1) Ipteks application by engineering, manufacturing
21
and procurement of planner machine, finishing products machine, and sender machine, (2) the implementation of science and technology through the development of a national market and potentially products export, (3) mentoring to entrepreneurs in order to improve the quality of design, product quality, increased production capacity, and business management (4) Lay out the machine/equipment Setup and production management, (5) stub expansion of market share, (6) an increase in the number of employees and an increase in turnover of 20%. Keywords: Improved export product, creative industries, wood raw materials, SMEs machinery.
PENDAHULUAN Percepatan pembangunan melalui program implementasi Ipteks bagi pengrajin, industri kecil atau masyarakat usaha kecil dan menengah (UKM), dilakukan melalui penyediaan sarana prasarana, pengembangansistem kelembagaan, penguasaan teknologi, serta pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan bertanggung jawab.Dalam situasi global saat ini, hampir semua negara mengandalkan peran dominan industri kecil dan menengah (IKM)/UKM dalam pertumbuhan ekonominya. Pertimbangannya, selain IKM membutuhkan kapital rendah, memanfaatkan sumber-sumber lokal, mampu berkomunikasi dengan baik, mempunyai target spesifik, juga responsif terhadap perubahan permintaan (Lalkaka, 1997). Di negara maju dan negara berkembang, pengembangan IKM menjadi titik perhatian (the attention point), karena IKM memiliki peran ekonomi-sosial-politik berupa kesempatan kerja, pendayagunaan sumber, dan peningkatan pendapatan. Program pengembangan IKM tersebut dilakukan untuk membendung turunnya aktivitas ekonomi (untuk Negara industri), meningkatkan pembangunan ekonomi nasional (untuk Negara berkembang), dan merupakan bagian dari industrialisasi dan penyediaan kesempatan kerja (Neck dan Nelson, 1987). Sedangkan di Indonesia, sektor IKM memegang peranan sangat penting, terutama apabila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh IKM. Untuk itu, pembangunan IKM di Indonesia diharapkan menjadi sektor penggerak pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil pembangunan. Menurut Dirjen IKM (Jawa Pos, 25 Desember 2006), IKM mempunyai kedudukan penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Jumlah unit usaha IKM saat ini mencapai lebih dari 98% dari total industri nasional, beragam jenis produk dan populasi penyebarannya, dan banyak menyerap tenaga kerja (padat karya). Pada akhir tahun 2006 jumlah IKM tercatat 3,43 juta dengan menyerap tenaga kerja 8,85 juta, terjadi peningkatan pertumbuhan IKM dari 3,48% (pada 2005) menjadi 4,6% pada 2006.Hal ini menunjukkan betapa pentingnya eksistensi IKM dalam mendukung perekonomian nasional. Apabila IKM berhasil ditumbuhkembangkan, akan memberikan andil dalam mewujudkan perekonomian nasional. Untuk itu, peningkatan pertumbuhan dan peran IKM perlu terus diupayakan melalui pembinaan yang terprogram, terarah, berdaya guna dan berhasil guna. Strategi pengembangan industri nasional mengindikasikan pentingnya peran IKM sebagai industri pendukung. Pengembangan IKM yang handal sebagai DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
22
industri pendukung dan berorientasi ekspor, disyaratkan pemanfaatan teknologi secara intensif. Pemanfaatan teknologi dapat berdampak pada unsur cost, quality, delivery dan flexibility. Kontribusi utama dari IKM yang berorientasi teknologi, akan menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi, mampu meningkatkan produktivitasnya melalui perbaikan produk dan proses, dan dapat menjawab kebutuhan konsumen (JICA, 1999). Mengingat begitu besar potensi IKM baik dilihat dari jumlah maupun penyerapan tenaga kerja serta masih sarat dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, agar IKM dapat berkembang menjadi industri tangguh, diperlukan bantuan dan pembinaan berkelanjutan (Lalkaka, 1997). Program Ipteks bagi produk Ekspor (IbPE) ini mendukung pengembangan UKM produk berbasis kayu, secara umum bertujuan untuk: (1) memacu pertumbuhan ekspor produk berbasis kayu melalui pertumbuhan pasar yang kompetitif, (2) meningkatkan pengembangan UKM dalam merebut peluang ekspor melalui peningkatan kualitas produk berbasis kayu dan pemasarannya, dan (3) melakukan implementasi teknologi dan manajemen ke UKM mitra. Program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) ini difokuskan pada dua tempat kegiatan industri, yaitu: (1) kegiatan produksi di workshop CV. NS. MAKMUR JAYA ABADI (UKM 1) terletak di Desa Jatikero, Kec. Kromengan, Kab. Malang yang merupakan industri kreatif memproduksi gitar elektrik, gitar semi elektrik dan gitar akustik, dan (2) UD. ADI ANUGERAH (UKM 2) yang terletak di Junrejo Kota Batu-Malang dengan produksi aneka kerajinan/produk berbahan baku kayu dan turunannya (seperti MDF). Permasalahan utamaUKM mitra dalam program Ipteks bagi produk ekspor ini adalah: 1. Peningkatan kualitas desain produk (sesuai tuntutan perkembangan Ipteks yang berpotensi pasar antar propinsi/pulau dan ekspor), dan penganekaragaman produk. 2. Peningkatan kapasitas produksi dan kualitas produk sesuai dengan persyaratan produk 3. Penajaman visi produksi (selalu berorientasi pada kebutuhan pasar). 4. Peningkatan teknikal skill dan manajemen skill berupa pengetahuan dan keterampilan dalam hal manajemen produksi dan personalia, permodalan dan perluasan pasar ekspor. 5. Penataan Lay-out produksi, peningkatan keselamatan dan kenyamanan kerja. Untuk lebih meningkatkan kemampuan produksi dan akses pasar pada jenis usaha produk gitar elektrik dan gitar aksutik serta pada jenis usaha media pembelajaran, alat-alat permainan dan perangkat pendukung pembelajaran tersebut, maka di kedua industri tersebut, masihdiperlukanpenyelesaianmasalahdansejumlah persyaratan yang harus dipenuhi, terutama dalam hal desain produk, pengembangan dan finishing produk secara kreatif-inovatif, serta peningkatan kualitas produk menjadi lebih ramping, ergonomik, non-toxic dan anti jamur. Percepatan akses pemasaran juga masih menjadi masalah di kedua UKM ini, sehingga diperlukan katalog produk dan website produk yang lebih komunikatif dan mudah diakses.
23
Sumber Inspirasi Kebutuhan pokok usaha kecil/menengah mitra yang disepakati bersama untuk diselesaikan dan menjadi target kegiatan selama tiga tahun diuraikan sebagai berikut (Mizar, M. Alfian., 2013): (1) Bahwa permasalahan yang ada di industri CV. NS. MAKMUR JAYA ABADI (UKM 1), yaitu diperlukan penataan (lay out peralatan/mesin produksi), karena tata letak mesin-mesin produksinya belum sepenuhnya memperhatikan kenyamanan dan keselamatan kerja. Dalam produksinya diperlukan mesin yang mendesak untuk kepentingan mengatasi masalah produksi agar produk lebih presisi dan simetri, berupa: mesin router-cutter copy, mesin planer, mesin sender (mesin gosok), kompresor, mesin pengering, perangkat finishing produk, mesin/perangkat eliminasi limbah produksi, peningkatan pengetahuan desain produk agar diperoleh desain pengembangan produk yang bervariasi, teknologi finishing, katalog produk, website, serta manajemen usaha dan pembukuan yang masih belum menerapkan azas pengelolaan usaha yang benar. (2) Bahwa permasalahan yang ada di industri UD” ADI ANUGERAH” (UKM 2), diperlukan penataan (lay-out) peralatan/mesin produksi karena tata letak mesin-mesin produksinya belum sepenuhnya memperhatikan unsur-unsur kenyamanan dan keselamatan kerja. Dalam proses produksinya diperlukan peralatan/mesin kepresisian dan kesimetrian produk berupa mesin router, gergaji pembentuk jig saw lengan panjang, mesin gergaji sudut yang dapat diatur (Angle circle saw), mesin asah dan perangkat finishing produk, dan mesin/perangkat eliminasi limbah produksi. Di pihak lain peningkatan pengetahuan tentang desain produk sangatlah diperlukan agar diperoleh desain-pengembangan produk yang bervariasi (tidak monoton) dan sesuai dengan selera konsumen, teknologi finishing yang kurang menarik dan tidak lengkap (tidak ada lembar manual), serta manajemen usaha dan pembukuan masih sederhana sehingga belum menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan industri yang benar. METODE PELAKSANAAN Metode penyelesaian masalah yang menjadi target dalam kegiatan IbPE ini diselesaikan dalam waktu tiga tahun, penyelesaian pada tahun kedua ini terwujud dalam uraian pada karya utama tahun kedua, sedangkan secara utuh metodenya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penerapan Ipteks melalui rekayasa, manufaktur dan pengadaan: mesin router – cutter copy, mesin router, mesin planer, mesin sender (mesin gosok), kompresor, gergaji pembentuk (jig saw lengan panjang), mesin gergaji sudut ( angle circle saw), mesin pengering, perangkat finishing produk, dan mesin/perangkat eliminasi limbah produksi. 2. Pengembangan produk berpotensi pasar nasional dan ekspor, meliputi: penganekaragaman produk, kualitas desain produk sesuai dengan perkembangan Ipteks dan filosofi masyarakat tujuan pemasaran, teknologi finishing produk. 3. Perluasan pangsa pasar: pengembangan website dan katalog produk, pengembangan pasar dalam negeri, dan menjalin kerjasama/kemitraan yang lebih luas, terutama dengan mitra eksportir.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
24
4. Pengajuan kredit usaha: pendampingan proposal pengajuan kredit permodalan kepada perbankan dan BUMN. 5. Penataan manajemen: (a) penerapan manajemen produksi, (b) manajemen pengembangan sumber daya manusia (penguasaan desain produksi dan sekaligus bertindak sebagai quality controle , (c) manajemen keuangan dan penerapan prinsip akutansi secara benar. 6. Penataan legalisasi usaha terutama pada UKM 2, direncanakan dilakukan bersama-sama UKM pada tahun kedua. 7. Pendampingan kepada para pengusaha guna peningkatan kualitas desain, kualitas produk, peningkatan kapasitas produksi, dan manajemen usaha. HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian karya utama ini berisi hasil kegiatan pada tahun kedua IbPE, diuraikan sebagai berikut: 1. Penerapan Ipteks melalui rekayasa, manufaktur dan pengadaan mesin-mesin Planner, perangkat peralatan finishing produk, dan 2 unit mesin sender. 2. Implementasi Iptek melalui pengembangan produk berpotensi pasar nasional dan ekspor, meliputi: penganeka ragaman produk, kualitas desain produk sesuai dengan perkembangan Ipteks dan filosofi masyarakat tujuan pemasaran, serta teknologi finishing produk. Untuk keperluan itu dilakukan pengembangan desain produk unggulan secara kreatif, inovatif dan berorientasi ekspor, serta penajaman visi produksi dan kejelasan segmen pasarnya. 3. Pendampingan kepada para pengusaha guna peningkatan kualitas desain, kualitas produk, peningkatan kapasitas produksi, dan manajemen usaha. 4. Penataan Lay out mesin/ peralatan produksi yang dilakukan bersama-sama dengan pihak UKM untuk memudahkan alur penyiapan bahan dan alur proses produksi sampai dengan finishing produk. 5. Penataan manajemen: (a) penerapan manajemen produksi, (b) manajemen pengembangan sumber daya manusia (penguasaan desain produksi dan sekaligus bertindak sebagai quality control, (c) manajemen keuangan dan penerapan software akutansi dan administrasi usaha. 6. Perluasan pangsa pasar dengan pembuatan katalog dan website produk, pengembangan pasar dalam negeri, dan menjalin kerjasama/kemitraan yang lebih luas, terutama dengan mitra eksportir. 7. Terjadi peningkatan omzet 20% pada UKM 1 dan UKM 2. Untuk jumlah karyawan terjadi peningkatan pada UKM 1 dari 15 menjadi 18 sedangkan pada UKM 2 dari 14 menjadi 20 orang. Berikut dokumentasi hasil kegiatan berupa mesin dan peralatan serta produk UKM mitra.
25
UKM 1: CV. NS. MAKMUR JAYA ABADI, Jatikerto – Malang
Uji Kinerja Produksi dengan Mesin Planner
Uji Kinerja Produksi dengan Mesin Sender
Kegiatan Penataan Ruang Produksi
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
26
Proses Produksi Gitar Elektrik
Produk Gitar (Hasil Pengembangan)
Display Produk Gitar siap di Pasarkan
Web site Produk UKM 1: darieos.com UKM 2: UD. ADI ANUGERAH Batu – Malang
Uji Kinerja Produksi dengan Mesin/Peralatan Finishing Produk
27
Uji Kinerja Produksi dengan Mesin/Peralatan Finishing Produk
Proses Produksi di UKM 2
Web UKM 2: anugerahkayu.com
KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil program IbPE ini adalah: 1. Untuk mengatasi permasalahan peningkatan kuantitas dan kualitas produk, telah di implementasikan Ipteks melalui rekayasa, manufaktur dan pengadaan mesin Planner, perangkat peralatan finishing produk, dan 2 unit mesin sender. 2. Implementasi Iptek melalui pengembangan produk berpotensi pasar nasional dan ekspor, dilakukan dengan cara peningkatan technical skill dan manajemen skill dalam bentuk pelatihan dan pendampingan kepada para pengusaha guna DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
28
peningkatan kualitas desain, kualitas produk, peningkatan kapasitas produksi, dan aplikasi software manajemen usaha, serta desain web on-line untuk pemasaran produk UKM mitra. 3. Perluasan pangsa pasar nasional dan ekspor, melalui mitra pemasaran. 4. Terjadi peningkatan jumlah karyawan, dan peningkatan omzet sekitar 20% baik pada UKM 1 maupun UKM 2.
DAFTAR PUSTAKA Jawa Pos. 2006. Ekspor Industri Kecil Menengah (IKM) capai USD 8,65 M, Jawa Pos, Senin 25 Desember 2006. JICA, 1999.The follow–up study on the Development of supporting industries in the Republic of Indonesia . Draft Final Report. Japan: JRI Ltd.&YE Co. Ltd. Lalkaka, R.1997, Lesson from International experience for the Promotion of Business Incubation Systems in Emerging Economies. Austria: Small Medium Enterprises. Mizar, M. Alfian., 2013. Laporan Akhir Program IbPE Tahun Kedua . Malang: LP2M Universitas Negeri Malang. Neck, P.A., dan Nelson, R.E. 1987. Small Enterprise Development: Policies and programmes, Second (revised) edition, Geneva: International Labour Office.
29
IbM BANK SAMPAH, KOMPOSTER DAN RUMAH PANGAN LESTARI (RPL) MENUJU LINGKUNGAN SEHAT RW 3 KELURAHAN MADYOPURO KEC. KEDUNGKANDANG MALANG Nukhan Wicaksana Pribadi1, Mudji Rahayu2 1 PPkn Universitas Wisnuwardhana Malang, 2 Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang 1
[email protected] Abstrak: Masyarakat RW 3, Kelurahan Madyopuro, Kota Malang, adalah kelompok masyarakat yang berada di tepi sungai Amprong, Kota Malang. Kondisi kampung RW 3 ini masih terlihat kurang bersih, karena padat penduduknya dan kondisi lingkungan kurang bersih, karena banyak warga penduduk yang memelihara burung dan peternakan lainnya. Belum terdapat pengelolaan tempat sampah yang baik, dan bahkan sampah di buang di sungai. Akibatnya jika terjadi hujan, sering terjadi genangan dan banjir, karena tidak terdapat selokan air di pinggir jalan utama. Salah satu Wilayah adalah RW (Rukun Warga) 03, yang terdiri dari 7 RT. Jumlah penduduk sekitar 1819 orang terdiri dari 524 KK. (Data RW 03, 2012). Kondisi lingkungan di RW 3 ini masih kurang, terbukti diantara rumah penduduk masih terdapat rumah tidak sehat sebanyak 81 rumah, tanpa ventilasi dan kekurangan pertukaran udara dan penerangan. Belum terdapat satu LPS (Lahan Pembuangan Sementara) untuk menampung sampah RT. Setiap KK menghasilkan sampah + /- 1 kg/hari/KK, dan seluruh RW menghasilkan sampah 845 kg/hari. Oleh karena itu, diusulkan adanya Bank sampah di RW 3, yaitu pemilihan sampah organik dan non organik. Sampah organik di tampung di wadah komposter dan diberikan stater EM 4 untuk di olah menjadi pupuk organik. Selanjutnya, pupuk organik dapat dimanfaatkan sebagai media penanaman sayuran organik di rumah warga untuk menciptakan rumah pangan lestari (RPL) di Kota Malang.Selain itu untuk membantu menciptakan lingkungan sehat dan bersih di masing-masing rumah warga yang termasuk kategori rumah tidak sehat. Kata kunci: bank sampah, komposter, penataan, lingkungan sehat, rumah pangan lestari. Abstract: The community of RW 3, Madyopuro Urban Village, Mala ng City, is a community group in the river side Amprong, Malang. The condition of RW 3 village still looks less clean, due to the density of the population and the environmental condition is less clean, because many people are taking care of birds and other farms. Not much management of the trash is good, and even waste in the waste in the river. Because of the rain, there are frequent puddles and floods, because there are no waterways on the main road. One of the Regions is RW (Rukun Warga) 03, which consists of 7 RTs. The population of about 1819 people consists of 524 families. (Data RW 03, 2012). Environmental conditions in RW 3 is still lacking, evident between home residents there are still unhealthy homes as many as 81 houses, without
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
30
ventilation and lack of air and lighting facilities. There has not been a LPS (Temporary Disposal Land) to accommodate RT garbage. Each KK generates waste of + /- 1 kg / day / KK, and the entire RW produces 845 kg / day of waste. Therefore, there is a garbage bank in RW 3, which is organic and non-organic waste. Organic waste in the container at the composter and given EM 4 stater to be processed into organic fertilizer. Furthermore, organic fertilizers can be utilized as a medium for home food at home citizens to create sustainable food homes in the city of Malang. Beside that to help create a healthy and clean environment in each home residents belonging to the category of unhealthy homes. Keywords: bank waste, composter, arrangement, healthy environment, sustainable food home.
PENDAHULUAN Kelurahan Madyopuro, khususnya Rukun Warga (RW) 3merupakan salah satu lokasi kampung yang padat penduduknya, terletak di kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Malang, Kondisi lingkungan di RW 3 ini cukup padat, namun kurang memenuhi standart untuk penataan lingkungan yang bersih. Permasalahannya antara lain karena padat penduduknya, tata letak rumah juga padat sehingga tidak terjaga kondisi lingkungan, terutama pengelolaan sampahnya. Jika hujan terjadi genangan air dan selalu banjir, hal ini diakibatkan kurangnya pengelolaan sampah, belum adanya penataan lingkungan dan kurangnya selokan air di pinggir jalan kampung.Sehingga kondisi kampung masih kurang tertata dan bersih lingkungannya. Salah satu Wilayah adalah RW (Rukun Warga) 03, yang terdiri dari 7 RT. Jumlah penduduk sekitar 1819 orang terdiri dari 524 KK. (Data RW 03, 2012). Kondisi lingkungan di RW 3 ini masih kurang, terbukti diantara rumah penduduk masih terdapat rumah tidak sehat sebanyak 81 rumah, tanpa ventilasi dan kekurangan pertukaran udara dan penerangan. Belum terdapat satu LPS (Lahan Pembuangan Sementara) untuk menampung sampah RT. Pengelolaan sampah di RW 3 ini dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut, yaitu pengambilan dari rumah tangga, pengumpulan di LPS, pengangkutan sampah dari LPS ke LPA (Lahan Pembuangan Akhir) di Supit Urang. Pengambilan sampah dari rumah tangga dilakukan seminggu dua kali. Karena, dikampung ini belum terdapat lingkungan dan pengelolaan sampahnya yang teratur, maka rumah- rumah di sekitar RW 3 ini masih juga memprihatinkan. Apalagi tropografi kampung ini di tepi Sungai Amprong, di pinggir Kota Malang. Tahun 2013, terdapat rumah-rumah penduduk yang dibawah standart rumah sehat. Akibatnya terdapat 15 orang penduduk yang terkena TBC dan beberapa orang termasuk anak-anak terkena demam berdarah (DB). Kondisi ini sangat memprihatinkan. Perilaku penduduk juga beragam, banyak memelihara peternakan burung dan ayam, tetapi limbah kotorannya tidak diperhatikan. Perilaku seperti ini menambah buruknya lingkungan di sekitar RW 3. Pengelolaan lingkungan yang tidak bersih dan teratur ini, mengakibatkan beberapa penyakit, baik psikis maupun non psikis, diperlukan penataan sampah yang bersih dan perubahan perilaku penduduk.
31
Sampai saat ini sampah masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan di Malang, Walaupun sudah ada bank sampah, namun tidak semua kelurahan, RW dan RT dapat melakukan bank sampah, karena terkait pelaksanaan di lapang. Bank sampah dalam operasionalnya bertugas untuk mengumpulkan dan menerima sampah baik sampah non organik dan organik. Sampah non organik, di pilah-pilah lagi menjadi suatu kerajinan dari bahan plastik, botol, dos, aqua dll. Sementara kumpulan sampah organik dapat dioleh menjadi pupuk organic dan dapat di manfaatkan menjadi pupuk untuk penanaman sayuran organik dalam rangka mensukseskan rumah pangan lestari di Malang. Bahkan dikembangkan pengumpulan sampah melalui Bank Sampah. Dengan bank sampah, sampah sudah terpilah menjadi sampah organic dan sampah non organic, sehingga lebih mudah pengelolaannya. Sampah non organic, disetorkan kepada bank sampah untuk dilakukan pemilahan dan pengelolaan limbahnya, sedangkan sampah organic selanjutnya berpotensi untuk dikelola menjadi pupuk organic. Setiap KK menghasilkan sampah +/- 1 kg/hari/KK, dan seluruh RW menghasilkan sampah 845 kg/hari. Berkaitan dengan hal itu di Malang memang telah dilakukan beberapa kegiatan pengomposan skala komunal di bank sampah Malang (BSM). Selain itu kegiatan pengomposan secara individu juga sudah dilakukan oleh sebagian warga yang berada di kelurahan Madyopuro, Sukun, Celaket. Namun di wilayah RW 3 belum dilakukan upaya pengelolaan sampah oleh warga, walaupun sosialisasi tentang hal itu sudah berkali-kali dilakukan, bahkan sudah pernah dilakukan pengelolaan sampah metode Takakura oleh beberapa KK, tetapi saat ini sudah tidak lagi, mengingat metode ini memerlukan waktu penanganan olehibu rumah tangga padahal mereka tidak mempunyai banyak waktu. Sumber Inspirasi Berdasarkan pengamatan selama ini dapat di identifikasi beberapa masalah yang terjadi di lingkungan RW 3 yaitu masyarakat di RW 3 Kelurahan Madyopuro Kecamatan Kedungkandang Malang belum mengolah sampahnya, yang berjumlah sekitar 845 kg/hari. Untuk pengolahan sampah rumah tangga tersebut dapat digunakan dengan metode Bank Sampah, dengan mengolah sampah organik yang dapat di kelola menjadi pupuk organik, dengan metode tong tomposer, sehingga nantinya diharapkan kegiatan IbM ini bisa mengurangi volume sampah khususnya diwilayah RW 3 Kelurahan Madyopuro dan secara tidak langsung mengatasi masalah sampah di Malang yang sampai saat ini belum teratasi juga. Dengan bisa diolahnya sampah rumah tangga menjadi kompos, dan bisa terbentuknya Bank Sampah dengan Sistem Menabung Sampah (SMS), dihaapkan mampu mengurangi sampah, terutama sampah rumah tangga yang jumlahnya setiap hari cukup banyak. Dengan adanya kompos dari pemanfaatan sampah tersebut bisa digunakan sebagai pupuk untuk sayuran organik yang bisa ditanam dan dimanfaatkan di masing-masing rumah. Sehingga secara perekonomian bisa mengurangi beban belanja terutama sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. METODE PELAKSANAAN Secara garis besar, sampah perkotaan mengandung 10% (berat) bahan yang langsung dapat di daur-ulang (kertas, besi, kaleng,dsb), 50% bahan organik dan 40% residu. Dengan demikian maka 60% (berat) sampah dapat di daur ulang yaitu
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
32
10%melalui penggunaan kembali, dan 50% melalui pengomposan (Anonim, 1992). Berdasarkan kenyataan di atas dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan sampah, yaitu dengan melakukan upaya daur ulang sampah organik dengan penekanan pada proses pengomposan. Dimana proses pengomposan ini merupakan salah satu kegiatan reduksi sampah yang dapat dilakukan di sumber sampah. Pengomposan yang dilakukan pada kegiatan IbM ini tidak dilakukan skala rumah tangga, melainkan skala RT sehingga kegiatan ini akan dapat berjalan terus meskipun Program IbM telah selesai. Pengelolaan ditingkat RT lebih mudah dibanding kalau kegiatan diadakan ditingkat RW dengan satu rumah kompos yang besar, karena tidak adanya lahan kosong yang luas. Komposter berkapasitas 100 kg akan ditempatkan di masing-masing RT dengan satu orang tenaga kerja (didanai oleh kas RT). Kegiatan proses pengomposan, mulai pengumpulan sampah dari rumah tangga, pemilahan sampah organik dan non organik, proses pengomposan, proses pengemasan produk berupa pupuk organik. Hasil produksi akan ditampung untuk kemudian dipasarkan oleh kelompok Karang Taruna yang bekerjasama dengan penjual bunga. Diharapkan kedepan akan menjadi unit usaha yang menguntungkan bagi masing- masing RT sehingga dapat menambah Kas RT. Kegiatan IbM ini akan dilakukan dengan metode pendampingan kepada warga masyarakat mulai dari pelatihan pembuatan starter (EM4) dan pelatihan proses pengomposan, selanjutnya warga akan menjalankannya sehingga terdapat 14 tempat pengomposan yang berhasil guna. Hasil pengomposan yang berupa pupuk organik dapat di manfaatkan untuk mewujudkan rumah pangan lestari di lingkungan RT dan RW, dan jika memungkinkan 1 kelurahan Madyopuro ada Rumah Pangan Lestarinya. Penanaman berbagai jenis sayuran organik di polibag, dapat dilakukan di setiap rumah penduduk, baik di teras maupun di pinggir jalan, sehingga setiap rumah terdapat sayuran organik, untuk di konsumsi sendiri-sendiri di masing-masing rumah. Hasil sayuran organik seluruh RT atau RW dapat memperkuat ketahanan pangan sehingga mengurangi biaya belanja warga. HASIL KEGIATAN Bank Sampah Memilah sampah di rumah tangga biasanya sering dilakukan oleh ibu-ibu, sampah basah/organik ditempatkan pada kresek tersendiri, sedangkan sampah kering ditempatkan pada glangsi/sejenisnya. Jenis sampah basah/organik seperti: kulit buah- buahan, sisa potongan sayuran, sisa makanan, sisa minuman. Sampah kering yang ditempatkan kedalam glangsi/sejenis. Contoh sampah anorganik: berbagai macam plastik, berbagai jenis kertas, berbagai jenis kardus/karton, berbagai macam logam dan pakaian bekas yang layak pakai, kusus pakaian bekas layak pakai ditempatkan tersendiri dalam kresek. Untuk sampah dari berbagai macam pecahan gelas/kaca, dan plastik yang dilapisi timah/aluminum diangkut ke TPS, oleh petugas sampah dengan kendaraan pengangkut sampah. Memilah sampah ini membutuhkan waktu agak lama, karena berhubungan dengan perubahan kebiasaan ibu-ibu rumah tangga yang biasa membuang sampah tanpa dipilah. Menabung sampah yang dimaksud bahwa sampah basah/organik, dari hasil pemilahan sampah yang dilakukan oleh Ibu-ibu masing-masing rumah tangga, yang
33
ditempatkan kedalam kresek, ditabung kedalam tong sampah tertutup. Cara menabung sampah dengan menutup kedua kran pada leher tong sampah, kemudian membuka kunci tutup tong sampah, baru sampah yang ditempatkan dalam kresek dimasukan kedalam tong sampah dan ditutup seperti semula. Kemudian setelah tong sampah benar-benar tertutup rapat, baru kedua kran dileher tong sampah dibuka kembali. Teknis seperti ini dilakukan oleh Ibu-ibu rumahtangga secara berulangkali, bila melakukan kegiatan menabung sampah, hal yang perlu perhatikan, agar Ibu-ibu rumah tangga yang melakukan kegiatan menabung sampah lebih menguasai, memahami teknis menabung sampah dengan baik. Menabung sampah kering, dimulai dari pemilahan sampah keluarga ditempatkan pada glangsi besar yang diletakan dalam pagar rumah, agar tidak diambil oleh pemulung. Selanjutnya sampah kering diambil oleh petugas satu minggu sekali, dibawa ke bank sampah yang selanjutnya diproses/dipilah-pilah dalam pengolahan sampah. Daur ulang sampah rumah tangga menjadi kompos Mengolah sampah yang dimaksud adalah mengolah jenis sampah kering hasil pemilahan yang dilakukan oleh Ibu-ibu rumah tangga, seperti: Berbagai macam jenis kertas, berbagai macam jenis karton/kardus, berbagai macam jenis plastik, kecuali plastik yang dilapisi timah/aluminium ini sementara masih belum laku jual, dan berbagai macam pakaian bekas layak pakai, yang di masukan kedalam glangsi kemudian setiap minggu oleh petugas sampah diambil dibawa ke Bank sampah. Di bank sampah jenis sampah kering tadi, dipilah-pilah oleh petugas misalnya: jenis sampah plastik disendirikan, kemudian dipak dengan glangsi, jenis sampah kertas disendirikan kemudian dipak dengan glangsi, jenis sampah karton/kardus disendirikan kemudian dipak dengan glangsi. Setiap bulan sekali sampah kering yang sudah dipilah-pilah dijual, saat ini sampah jenis plastik gelas, plastik botol besar kecil laku per Kg Rp. 2000 (dua ribu rupiah) Jenis sampah kertas berbagai macam kertas setiap Kg Rp. 1000 (seribu) Jenis berbagai macam karton/kardus setiap Kg laku Rp. 1.400 (seribu empat ratus rupiah) Harga ini dapat berubah sewaktu- waktu. Hasil penjualan oleh petugas sampah dibagi sebagai berikut: 50% untuk petugas sampah, 25% untuk kas RT dan 25% untuk kas RW 04. Uang hasil jual sampah kering diberikan setiap tahun sekali kepada pengurus RT/PKK RT, juga RW sama. Pengolahan sampah basah yang dimasukan kedalam tong sampah tertutup setia 40 hari dapat dipanen, hasilnya berupa kompos organik, yang digunakan untuk memupuk berbagai jenis tanaman sayuran, bunga-bungaan dan tanaman sejeninnya. Rumah Pangan Lestari Hasil pengomposan yang berupa pupuk organik dapat di manfaatkan untuk mewujudkan rumah pangan lestari di lingkungan RT dan RW, dan jika memungkinkan 1 kelurahan Madyopuro ada Rumah Pangan Lestarinya. Penanaman berbagai jenis sayuran organik di polibag, dapat dilakukan di setiap rumah penduduk, baik di teras maupun di pinggir jalan, sehingga setiap rumah terdapat sayuran organik, untuk di konsumsi sendiri-sendiri di masing-masing rumah. Hasil sayuran organik seluruh RT atau RW dapat memperkuat ketahanan pangan sehingga mengurangi biaya belanja warga.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
34
Kelanjutan pelatihan sudah diberikannya bibit sayuran organik sejumlah 200 buah, dan sudah beberapa di bagikan ke warga, dengan sistem setiap RT diberikan sekitar 30 buah bibit untuk dikelola kader PKK dan nantinya akan dikembangkan, sampai pada akhirnya setiap rumah diwajibkan merawat paling tidak 5 buah bibit sayuran dalam polybag untuk kepentingan keluarga masingmasing sehingga terwujud rumah pangan lestari. Akhir dari program ini adalah kegiatan pendampingan yang masih terus berjalan karena kesiapan masing-masing warga RW berbeda-beda. PEMBAHASAN Pelaksanaan Program IbM diawali dengan dilakukan Sosialisasi Program IbM secara personal atau rapat kecil di rumah ketua RW dengan mengundang beberapa warga sebelum di lakukan sosialisasi secara skala besar Balai RW 3 Madyopuro yang diadakan bulan Juni 2014 dengan mengundang para ketua RT dan warga. Sosialisasi ini bertujuan untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang pengertian Program IbM Hibah Dikti dan agar masyarakat bisa bekerjasama dan memanfaatkan adanya program ini dengan sebaik-baiknya. Kegiatan selanjutnya diadakan Penyuluhan dan Pelatihan tentang Bank Sampah dan pembuatan kompos dan EM4 sekaligus penyerahan peralatan program IbM oleh Ketua Program di Balai RW 3 Madyopuro Kecamatan Kedung kandang Kota Malang yang diadakan pada tanggal 20 Agustus 2014. Dalam pelaksanaan Pelatihan Bank Sampah, pengolahan sampah dengan sistim menabung sampah meliputi langkah - langkah sebagai berikut: (1) Sosialisasi berkelanjutan (2) Memilah sampah (3) Menabung sampah (4) Mengolah sampah (5) Sarana yang dibutuhkan (6) Keuntungan menabung sampah (7) Peran serta masyarakat (8) Administrasi Bank Sampah
Suasana Pelatihan Bank Sampah Selain pelatihan Bank Sampah juga diadakan pelatihan pengolahan sampah dan pembuatan Kompos yang pelaksanaannya dilakukan dua tahap pelatihan yaitu pertama pelatihan pengolahan sampah yang didalam pelatihan tersebut di jelskan tentang memiliah sampah yang dapat digunakan untuk diolah menjadi kompos ataupun pupuk organik yang berasal dari sampah rumah tangga atau sampah dapur, sisa makanan, sisa sayuran dan lain sebagainya, dan sampah yang bersifat kering dan bisa diolah misalnya botol plastik, kardus, dan lainya dimasukkan ke dalam administrasi Bank Sampah yang hasilnya nanti kembali lagi untuk kepentingan
35
warga. Kedua pelatihan hari kedua atau lanjutan yaitu praktek mengolah sampah yang berasal dari sampah rumah tangga atau sampah dapur, sisa makanan, sisa sayuran dan lain sebagainya tersebut menjadi kompos atau pupuk organik yang dilakukan dengan plastik sampah besar untuk ukuran atau skala kecil atau volume sampah yang sedikit atau jika dalam skala besar menggunakan alat komposter.
Suasana Pelatihan Pengolahan Sampah Rumah Tangga Dengan telah dilakukannya beberapa pelatihan yaitu manajemen bank sampah, pelatihan pembuatan kompos dan pelatihan pemanfaatan sampah, yang dilakukan setelah penyerahan komposter yang sebelum dilakukan penyerahan ini juga akan dilakukan pelatihan penanaman bibit sayuran organik serta pelatihan (demo) penggunaan alat tsb. Tahap terakhir atau kelanjutannya dari kegiatan ini adalah dilakukannya pendampingan yang masih terus berjalan karena kesiapan masing- masing warga RW berbeda-beda. Selain itu juga akan menindak lanjuti pelatihan Bank Sampah yang sebelumnya sudah dilakukan dengan menfasilitasi dan menyediakan konsultasi untuk mewujudkan Bank Sampah, yang sudah ada kelompok yang dimotori oleh tokoh masyarakat RW 3 dalam mengelola Bank Sampah.
Penjelasan tentang tong komposter
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
36
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dari tahap sosialisasi sampai pelaksanaan pelatihan, sebagian besar warga RW 3 Madyopuro merespon baik program ini, apalagi setelah dilakukan Pelatihan Bank Sampah, bahkan ada salah satu tokoh masyarkat di RW memotori dan ingin mengembangkan dengan membentuk Bank sampah yang menampung sampah kering dan memanfaatkan sampah rumah tangga untuk diolah menjadi pupuk. Dengan awal personel yang sudah di bentuk sekitar 7 orang warga dari berbagai RT dalam RW 3.Pada bulan September akhirnya dapat dilaksanakan Pembentukan Bank Sampah dan pelatihan pembuatan kompos, yang dikuti oleh warga dan warga sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Kelanjutan pelatihan sudah diberikannya bibit sayuran organik sejumlah 200 buah, dan sudah beberapa di bagikan ke warga, dengan sistem setiap RT diberikan sekitar 30 buah bibit untuk dikelola kader PKK dan nantinya akan dikembangkan, sampai pada akhirnya setiap rumah diwajibkan merawat paling tidak 5 buah bibit sayuran dalam polybag untuk kepentingan keluarga masingmasing sehingga terwujud rumah pangan lestari. Akhir dari program ini adalah kegiatan pendampingan yang masih terus berjalan karena kesiapan masing-masing warga RW berbeda-beda. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dari tahap sosialisasi sampai pelaksanaan pelatihan, sebagian besar warga RW 3 Madyopuro merespon baik program ini, apalagi setelah dilakukan Pelatihan Bank Sampah, bahkan ada salah satu tokoh masyarkat di RW memotori dan ingin mengembangkan dengan membentuk Bank sampah yang menampung sampah kering dan memanfaatkan sampah rumah tangga untuk diolah menjadi pupuk. Dengan awal personel yang sudah di bentuk sekitar 7 orang warga dari berbagai RT dalam RW 3.Pada bulan September akhirnya dapat dilaksanakan Pembentukan Bank Sampah dan pelatihan pembuatan kompos, yang dikuti oleh warga dan warga sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Kelanjutan pelatihan sudah diberikannya bibit sayuran organik sejumlah 200 buah, dan sudah beberapa di bagikan ke warga, dengan sistem setiap RT diberikan sekitar 30 buah bibit untuk dikelola kader PKK dan nantinya akan dikembangkan, sampai pada akhirnya setiap rumah diwajibkan merawat paling tidak 5 buah bibit sayuran dalam polybag untuk kepentingan keluarga masingmasing sehingga terwujud rumah pangan lestari. Akhir dari program ini adalah kegiatan pendampingan yang masih terus berjalan karena kesiapan masing-masing warga RW berbeda-beda. Untuk selanjutnya diharapkan setelah program ini selesai warga tetap melaksanakan kegiatan seperti pengolahan sampah menjadi kompos, pemanfaatan bank sampah, menanam sayuran organik untuk kepentingan masing-masing warga. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Dit. Litabmas), Ditjen Dikti, Kemendikbud di Jakarta; 2. Kepala Desa Kelurahan Madyopuro beserta segenap jajarannya yang telah ikut membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan;
37
3. Universitas Wisnuwardhana Malang yang membantu terlaksananya kegiatan; 4. LPPM Universitas Wisnuwardhana Malang yang telah membantu kelancaran administrasi pelaksanaan PPM skim IbM; 5. Warga RW 3 Kelurahan Madyopuro yang sudah aktif dan turut serta menyukseskan pelaksanaan kegiatan IbM ini.
DAFTAR PUSTAKA Adianto, Sukirno, 2014. Materi Pelatihan Bank Sampah., di RW 3 Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Malang Anonim, 2012, Statistik data RW 3 Anonim, 2012, Statistik data RW 3 Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Malang Anonim, 2012, Statistik Data RT 2 Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Malang Anonim, 2012, Data Proposal kerjasama program pengabdian masyarakat , LPMK Kecamatan kedungkandang, Malang Bank
Sampah Malang, 2011, Organisasi bank sampah http://banksampah.org/index.php7pa ge=pages&p aram=jenissampah&titl e =Jenis%20Sampah Kasdi Subagyono, 2011. Petunjuk Rumah Pangan Lestari. Litbang Pertanian. www.litbang.deptan.go.id/krpl/Trans late this page
Kasdi Subagyono, 2011. Petunjuk Rumah Pangan Lestari. Litbang Pertanian. www.litbang.deptan.go.id/krpl/ Siswati, ND, 2011. Komposter Sampah. http://green.kompasiana.com/penghij auan/2012/01/27/yuk-buat- komposter sampah. .html
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
38
PEMBERDAYAAN NELAYAN DAN PETANI TAMBAK MELALUI PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN SEBAGAI PENCIPTAAN PRODUK DEFERENSIASI DI DESA TAMBAK CEMANDI KECAMATAN SEDATI 1
Subakir1, Martha Suhardiyah2, Diana Evawati3 Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 2, 3, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas PGRI Adi Buana Surabaya www.unipasby.ac.id.
Abstrak: Universitas PGRI Adi Buana Surabaya pada kurikulumnya mewajibkan Mahasiswa untuk mengikuti Program KKN-PPM, sebagai ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk hidup bermasyarakat dan bersosialisasi dengan lingkungan. Pada kegiatan KKN-PPM ini mengangkat tema “Pemberdayaan Masyarakat Nelayan dan Petani Tambak melalui pengolahan produk pasca panen sebagai Penciptaan Produk Deferensiasi”, Lokasi kegiatan ini di Kelurahan Tambak Cemandi, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa sebanyak 65 orang Pelakasanaan kegiatan KKN PPM tanggal 1 s/d 31 Agustus 2016. Adapun program-program yang akan dilakukan terdiri dari program utama yaitu: pembuatan tepung ikan, pembuatan kerajinan kulit kerang dan penghijauan lingkungan desa dan dipinggir jalan tambak. Pada program penghijauan ditanam pohon mangga, Jambu, mahoni dan mangrove. Program Tambahan terdiri dari program kebersihan lingkungan berupa kerja bakti, program pendidikan berupa bimbingan belajar, mengajar di MI Al Hidayah desa Tambak Cemandi, danTaman pendidikan Alquran (TPA). Kata kunci: Tepung Ikan, Asesoris, penghijauan Abstract: Universitas PGRI Adi Buana Surabaya on its curriculum requires students to join KKN-PPM Program, as a learning ground for students to live in social and social with the environment. In this KKN-PPM activity, the theme of "Empowerment of Fishermen and Farmers Community through post-harvest product processing as Deferentiation Product Creation", Location of this activity in Tambak Cemandi Village, Sedati District, Sidoarjo Regency. This activity involves 65 students from KKN PPM activities on 1st 31st August 2016. The programs that will be conducted consist of main program that is: making of fish meal, making shell craft and greening of village environment and edge of pond road. In the greening program is planted mango trees, guava, mahogany and magrove. The Supplementary Program consists of environmental hygiene programs such as work services, education programs in the form of tutoring, teaching at MI Al Hidayah, Tambak Cemandi village, and educational park of the Qur'an (TPA). Keywords: Fish Meal, Accessories, Reforestation
39
PENDAHULUAN Analisis Situasi Desa Tambak Cemandi merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Sedati, dengan luas wilayah 616 Ha, jumlah penduduk: 3.206 jiwa terdiri 1.630 jiwa laki-laki dan 1.576 perempuan. Desa ini terdiri dari 2 dusun yaitu Gisik Kidul dengan Kepala dusun Bp Agus Rudiyono, dan Dusun Candisari dengan Kepala dusun Bp. Kasful Anwar. Di desa ini lingkungannya terdapat banyak tambak yang terhubung dengan laut, sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani tambak. Di desa ini terdapat banyak potensi laut yang dihasilkan seperti ikan, udang, bandeng, kerang, kepiting, dan sebagainya. Hasil dari pekerjaan melaut dijual pada pasar pelelangan ikan (TPI)) yang terletak tidak jauh dari desa (± 2000 m) terutama untuk ikan dan udang. Secara khusus kondisi masyarakat di Tambak Cemandi adalah sebagai berikut: 1. Tingkat sosial ekonomi kelompok masyarakat nelayan dan petani tambak. dan petani tambak masih rendah. 2. Hasil tangkapan nelayan mayoritas adalah ikan, udang dan rajungan. 3. Hasil panen petani tambak berupa bandeng dan udang 4. Usaha pengolahan pasca panen produk perikanan laut yang ada adalah pembuatan terasi dan ikan asin secara tradisional 5. Usaha pengolahan pasca panen petani tambak belum dilakukan, hasil panen langsung dijual di pasar pelelangan ikan. 6. Pemanfaatan waktu bagi anggota keluarga nelayan dan petani tambak. kurang produktif masih banyak waktu tidak produktif. 7. Belum ada produk olahan hasil laut unggulan didaerah ini. 8. Batas Pinggiran tambak dengan jalan tandus tidak ada pepohonan sehingga jika air la ut pasang jalan bisa tergerus. Potensi Unggulan Desa Tambak cemandi sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan program KKN-PPM adalah: 1. Desa Tambak Cemandi memiliki potensi perikanan khususnya ikan, udang, kerang, kepiting dan rajungan tersedia sepanjang tahun 2. Penduduk mayoritas memiliki mata pencaharian utama nelayan dan petani tambak (±45 %,) 3. Telah memiliki jaringan pemasaran hasil laut dan mempunyai pasar pelelangan ikan (TPI), sehingga berpotensi sebagai komoditi ekspor 4. Potensi dan animo masyarakat sangat tinggi terhadap perkembangan ilmu untuk kehidupan yang lebih baik. 5. Pengolahan pasca panen hasil tangkapan nelayan dan petani tambak dapat menguntungkan bagi nelayan dan petani tambak khususnya dan masyarakat sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat. 6. Terdapat kolam pemancingan yang banyak dikunjungi warga diluar desa Tambak Cemandi. (Terutama di hari libur) 7. Pengelolaan lingkungan sekitar tambak yang baik akan berpotensi sebagai ecowisata yang dapat menaikan perekonomian masyarakat setempat
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
40
Permasalahan Mitra Permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah 1. Sepanjang tahun hasil tangkapan nelayan dan hasil panen petani tambak berupa ikan, udang, kepiting dan rajungan langsung dijual dipasar pelelangan ikan dengan harga lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar. 2. Pendapatan nelayan didaerah ini tidak menentu tergantung kapan waktu melautnya, untuk petani tambak pendapatan diterima pada waktu panen tambak. 3. Belum adanya pengolahan produk pasca panen hasil ikan yang dapat meningkatkan nilai jual produksi nelayan dan petani tambak 4. Banyak kulit kerang yang terbuang sebingga mengotori lingkungan 5. Jalan disekitar tambak dibiarkan gersang begitu saja sehingga pada saat air laut pasar akan terjadi kelongsoran jalan.
Gambar 1. Hasil tangkapan berupa Ikan Gambar 2. Hasil tangkapan ikan mujaer
Gambar 3.
Pengupasan kerang
Gambar 5. kulit kerang dibuang di Jalan desa
Gambar 4 Kulit kerang yang dibuang
Gambar 6. Jalan desa yang panas
41
Solusi yang ditawarkan Mengacu pada permasalahan diatas justifikasi prioritas penanganan bersama mitra, maka solusi yang akan diterapkan adalah: 1. Ditentukan teknologi yang tepat untuk penanganan produk pasca panen hasil perikanan serta menentukan kwalitas bahan baku yang layak dijadikan produk pengolahan hasil pasca panen. 2. Pemberdayaan masyarakat nelayan dan petani tambak dengan deferensiasi produk pasca panen olahan ikan menjadi tepung ikan sehingga dapat meningkatkan nilai jual produk pasca panen. Tepung Ikan adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tepung Ikan mengandung energi sebesar 316 kilokalori, protein 60,1 gram, karbohidrat 22,4 gram, lemak 6,5 gram, kalsium 3196 miligram, fosfor 1976 miligram, dan zat besi 16,6 miligram. Selain itu di dalam Tepung Ikan juga terkandung vitamin A sebanyak 1083 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Tepung Ikan, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %. (http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-tepung-ikankomposisi-nutrisi-bahan-makanan.html). 3. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui kegiatan produktif dengan memanfaatkan limbah kulit kerang untuk produk handy craft yang bernilai seni tinggi. 4. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui kegiatan penanaman pohon penghijauan dijalan desa yang masih gersang untuk menciptakan pelestarian lingkungan. 5. Membangun kerja sama dengan mitra usaha untuk pemasaran produk yang dihasilkan dengan usaha ini di harapkan dapat menyerap tenaga kerja terutama mereka yang berusia produktif.
METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan kegiatan KKN-PPM ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan (1– 31 Agustus 2016) di desa Tambak Cemandi Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo melalui tahapan sebagai berikut: 1. Kegiatan pra KKN-PPM Mekanisme pelaksanaan kegiatan Persiapan KKN-PPM, dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a) Survey lapangan, Negosiasi mitra, Penyusunan proposal, Pengurusan perijinan, Pembekalan. Pelatihan mahasiswa, Sosialisasi dan pembentukan organisasi lokal, Pemetaan masalah, Pendekatan dan pelatihan kepada kelompok sasaran, Perumusan program pemetaan, pemasaran produk. b) Persiapan administrasi, merupakan kegiatan dengan tujuan untuk memperlancar pelaksanaan KKN-PPM, kegiatan ini meliputi pembentukan kepanitiaan, pengurusan periinan pada instajnsi terkait dan rekruitmen peserta KKN PPM. c) Pembekalan KKN – PPM diberikan kepada mahasiswa peserta KKN-PPM dengan materi : Metode Advokasi sebagai sarana survei untuk mendapatkan pemetaan masalah teritorial, Pemahaman tentang Pemerintahan Daerah, Penggalian Potensi daerah yang sudah ada (Sumber Daya Manusia, Sumber
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
42
Daya Alam). Karakter (budaya) warga, Ekonomi warga, Politik Warga, Spritual Warga, Infrastruktur, Tata Ruang, Pendidikan, Melakukan Eksperimen Kreatif dan inovativ (Workshop) tentang proses Produksi tepung ikan, kerajinan kulit kerang, Penataan lingkungan dan penghijauan. 2.
Pelaksanaan KKN-PPM Untuk mencapai hasil yang diharapkan dari tema KKN-PPM yang diajukan adalah sangat vital peran mahasiswa peserta KKN-PPM. Oleh karena itu mahasiswa harus bisa sebagai advokator yang memiliki kemampuan untuk mampu membaca kondisi kelompok sasaran. Dalam pelaksanaan kegiatan KKN-PPM ini diikuti 65 orang mahasiswa dari beberapa program studi , Manajemen 5 orang, Akuntansi 2 orang, Tehnik Indutri 20 orang, Tehnik Eketro 4 orang, Tehnik Lingkungan 2 orang, Biologi 17 orang , Statistik 6 orang, Pendidikan Bahasa Inggris 1 orang, Pendidikan Matematika 1 orang, PKK 5 orang. Adapun Metode Pendekatan yang digunakan dalam KKN - PPM adalah sebagai berikut: a. Kegiatan partisi pasif dari kelompok sasaran pra program adalah keikut sertaan kelompok sasaran dalam program KKN PPM. Dalam hal ini masyarakat / kelompok sasaran dapat berparisipasi mengikuti sosialisasi program dan memberikan data (jawaban) yang dipergunakan untuk kepentingan analisis lapangan pada kegiatan survey awal. b. Partisipasi pada kegiatan pelaksanaan KKN PPM, masyarakat / kelompok sasaran diharapkan berperan aktif pada kegiatan pembuatan tepung ikan. c. Partisipasi pada kegiatan pelaksanaan KKN PPM, masyarakat / kelompok sasaran diharapkan berperan aktif pada kegiatan kerajinan kulit kerang dan penanaman pohon penghijauan/ mangrove, pemeliharaan mangrove. d. Partisipasi kelompok sasaran untuk membuat laporan dan membantu pelaksanaan monitoring dari tim penyelenggara program KKN PPM. e. Pemberdayaan Institusi, Komunitas, dan Mahasiswa adapun kapasitas/keterlibatan masing-masing kelompok warga desa.
HASIL KEGIATAN Pelaksanaan KKN-PPM di Desa Tambak Cemandi, Kecamatan dapat dikelompokan dalam. 1. Progam utama meliputi: a. Pembuatan tepung ikan, kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 04 Agustus 2016 dan 07 Agustus 2016 di balai desa Tambak Cemandi dan tanggal 8 Agustus di Dusun Gisik Kidul tujuan program ini adalah memberi alternatif lain kepada warga nelayan dalam mengolah hasil tangkapan nelayan (terutama untuk ikan yang secara ekonomis murah harganya) menjadi produk yang bergizi, bernilai jual tinggi dan tidak mudah busuk sehinngga mengurangi ikan terbuang. Proses pembuatan tepung ikan adalah yang bergizi, bernilai jual tinggi dan tidak mudah busuk sehinngga mengurangi ikan terbuang. Proses pembuatan tepung ikan adalah.
43
Gambar 7. Pilih ikan sebagai bahan
Gambar 8. Ikan dibersihkan (dipisahkan daging&duri)
Gambar 9. Ikan digiling
Gambar 10. Hasil gilingan dikukus dan dikeringkan
Gambar 11. Pembuatan tepung ikan
b.
Pembuatan Asesoris dari kulit kerang Di desa Tambak Cemandi hasil tangkapan nelayan disamping ikan juga kerang, kerang diambil ikannya menyisakan kulit, diokasi ini banyak terdapat kulit kerang yang tidak dimanfaatkan sehingga dibuang saja sebagai sampah. Oleh tim KKN-PPM dimanfaatkan untuk bahan pembuatan asesoris seperti bros, kalung, mahar dan asesoris lainnya sehingga dapat lebih bermanfaat dan dapat menciptakan peluang usaha baru bagi warga. DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
44
Gambar 12. Pensortiran kulit kerang Gambar
Gambar 14. Pembuatan asesoris
13. Pencucian kulit kerang
Gambar 15. Hasil karya pembuatan asesoris kulit kerang
c. Penghijauan Desa Tambak Cemandi merupakan desa pesisir didekat pantai sehingga cuaca menjadi panas apalagi daerah minim pepohonan sehingga menambah panas. Program KKN – PPM salah satunya adalah penghijauan dengan menanam pohon mangga, mahoni dan jambu untuk ditanam dilingkungan desa, sedangkan di pesisir ditanam pohon mangrove, penanaman pohon mangrove ini digunakan untuk penghijauan dan untuk membantu kelestarian lingkungan tambak agar tidak tergerus oleh abrasi air laut dan sebagai tempat berkembang biaknya hewan laut.
45
Gambar 16. Pelaksanaan program Penghijauan, penanaman manggrove 2. Program Tambahan meliputi kegiatan bimbingan beljar bagi anaka SD, SMP, membantu mengajar di MI Al-Hidayah, mengajar TPQ, Bimbingan belajar (bimbel) pada anak SD & SMP, Mengajar tari tradisional, Kerja bakti mengecat jalan di Rt 14 desa Tambak Cemandi dan membantu Pelaksanaan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 71,
Gambar 17. Program tambahan KKN-PPM
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
46
KESIMPULAN 1. Pelaksanan KKN-PPM ini ditujukan untuk memberdayakan masyarakat petanitambak dan nelayan untuk dapat memanfaatkan hasil tangkapan menjadi produk tahan lama, mempunyai nilai gizi tinggi dan dengan nilai jual yang tinggi, untuk pemberdayaan masyarakat ini diperlukan pelatihan dan memerlukan waktu yang cukup panjang guna merubah pola pikir masyarakat setempat. 2. Dalam pelaksanaan ini perlu adanya peran serta dan kerja sama antar mahasiswa sebagai pelaku KKN-PPM, aparat desa sebagai mediator dan warga desa agar gagasan dan program dapat terlaksana 3. Pelaksanaan kegiatan KKN-PPM ini merupakan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia yang memerlukan optimalisasi yang total dalam pelaksanaan pengembangan SDM nya karena memerlukan kesabaran dalam pengembangan wawasan dan intelektual masyarakat kampung yang cenderung berpendidikan rendah. 4. Diperlukan pembekalan kemampuan yang beragam bagi mahasiswa sebagai observator dalam pemetaan lingkungan kampung yang memiliki spesifikasi yang beragam dan komplek dalam pengembangan lingkungan sekitar agar dalam pelaksanaan kegiatan KKN-PPM lebih efektif.
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kegiatan KKN-PPM ini dapat terlaksana dengan lancar atas bantuan dari berbagai pihak oleh oleh karena itu pada kesemptan ini kami mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang telah berkenan mendanai kegiatan KKN_PPM ini, Jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo,Camat Sedati Kabupaten Sidoarjo, Kepala Desa dan Warga Kalurahan Tambak Cemadi, Civitas Akademika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya sebagai perguruan tinggi mitra yang telah mendukung pelaksanaan Program KKN-PPM ini dan Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini semoga kebaikan dan amal baktinya diterima olehNya, semoga kegiatan ini mendatangkan manfaat bagi masyarakat lokasi KKN-PPM dan masyarakat lainnya. Amin
DAFTAR PUSTAKA Abdul A Rahman, 2012, Mangroves http://wasterecycleinfo.com/rd.html. diunduh tanggal.23 Maret 2015 Anggikurniasih. 2013. Cara Menanam Mangrove Yang Benar . Anicentus B. Sinaga (dkk). 2004. Etos, Moralitas, dan Politik. Seni Pengabdian untuk Kesejahteraan Umum. Penerbit Kanisius. Bambang Yulistiyanto, 2009; Mangrove dengan Alat Pemecah Ombak (APO) sebagai Perlindungan Garis Pantai,Proseding pada Seminar Nasional Manajemen Sumberdaya Air Partisipatif Guna Mengantisipasi Dampak
47
Perubahan Iklim Global , 8 Agustus 2009 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT –UGM Yogyakarta Marhaeni Ria Semodo; 2010; Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, Gramedia
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
48
IbM USAHA PRODUKTIF JAJANAN WAJIB UPACARA RITUAL JAWA Endang Legowati1, Klotok Budi Hastono2 Universitas Dr. Soetomo
[email protected] Abstrak: Dalam setiap upacara ritual di masyarakat Jawa selalu melibatkan beragam jajanan pasar. Mitra 1 Ibu Siti Maisaroh salah satu anggota masyarakat yang mengkhususkan membuat jajanan keperluan upacara ritual Jawa, begitu juga Mitra 2 Ibu Sumiatun yang keduanya bertempat tinggal di Desa Baureno Kec Jatirejo Kab Mojokerto. Secara umum permasalahan mitra adalah dari aspek manajemen, teknologi dan produktifitas. Kedua mitra tetap merasa usahanya akan menjadi besar dan bisa mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Tujuan pelaksanaan IbM ini adalah peningkatan ketrampilan dibidang 1) manajemen meliputi aspek permodalan, pembukuan keuangan dan perluasan pemasaran, 2) teknologi meliputi ketrampilan penggunaan peralatan yang lebih baik ydan bidang produksi. Sedangkan target yaitu kompor gas, blender/mixer, alat cetak dan alat open. 3) Produksi meliputi penyediaan bahan baku, peningkatan efisiensi usaha, kualitas produksi, kecepatan produksi. Target khusus nya adalah peningkatan dari sisi akademis yaitu dukungan dalam proses belajar mengajar dan penyediaan materi untuk publikasi nasional. Metode yang digunakan: 1. penyampaian informasi dan pelatihan, 2. penyiapan peralatan yang dimaksud dan pelatihan operasional perlatan, 3 pendampingan dan simulasi agar didapatkan hasil produksi yang terbaik dan 4. Publikasi nasional terakreditasi. Hasil yang dicapai: lebih cepat, lebih baik tampilannya, lebih enak, lebih higienis dan sehat, lebih bervariatif, lebih mudah dilaksanakan, lebih menguntungkan, lebih menyenangkan dan semoga lebih terkabul doanya. Keywords: Jajanan Wajib Upacara Ritual Jawa Abstract: In every ritual ceremony in Java society always involves various market snacks. Mitra 1 Ibu Siti Maisaroh, a member of the community who specializes in making Javanese rituals, as well as Mitra 2 Ibu Sumiatun, both of whom live in Baureno Village, Jatirejo Sub district, Mojokerto Regency. In general, partner issues are from aspects of management, technology and productivity. Both partners still feel the business will be big and can meet the economic needs of the family. The purpose of the implementation of IbM is the improvement of skill in the field of 1) management covering capital aspect, financial accounting and marketing expansion, 2) technology covering skill of using better equipment and production area. While the target is a gas stove, blender / mixer, print tools and open tools. 3) Production includes the provision of raw materials, improving business efficiency, production quality, and production speed. His special targets are academic improvements in support of teaching and learning and the provision of materials for national publications. Methods used: 1. Information and
49
training delivery, 2. preparation of the intended equipment and training of operational equipment, 3 mentoring and simulation in order to obtain the best production and 4. Accredited national publications. The results achieved: faster, better look, better, more hygienic and healthier, more varied, easier to implement, more profitable, more fun and hopefully more prayers. Keywords: Snacks Mandatory Java Ritual Ceremony
PENDAHULUAN Analisis Situasi Analisis Situasi Mitra 1. Usaha Produktif Ibu Siti Maisaroh Dalam setiap upacara ritual di masyarakat Jawa selalu melibatkan beragam jajanan pasar. Ibu Siti adalah salah satu anggota masyarakat yang mengkhususkan membuat jajanan untuk keperluan upacara ritual Jawa. Usaha mandiri dan bersifat produktif seperti usaha jajanan seperti ini sangat membantu kehidupan masyarakat luas, diantaranya membuka peluang kerja mandiri buat tenaga kerja di pedesaan. Dari aspek budaya, social bahkan dari sisi keagamaan, usaha produktif dan mandiri mempunyai nilai yang positif. Analisis Situasi Mitra 2 Ibu Sumiatun terhitung bersaudara jauh dengan ibu Siti, ibu Sumiatun memperkuat setiap upacara ritual di desanya. Sama dengan ibu Siti, Ibu Sumiatun juga mengusahakan jajanan untuk upacara ritual di masyarakat Jawa, keberadaan jajanan merupakan keharusan, sehingga mau tidak mau akan selalu diperlukan. Sehingga untuk calon pengusaha peluang selalu terbuka.
Permasalahan Mitra 1 dan Mitra 2 1. Peningkatan Manajemen: a. Pelatihan perluasan pemasaran hasil produksi b. Peningkatan keterampilan dan operasional dari sumberdaya tenaga kerjanya 2. Peningkatan Teknologi 3. Peningkatan Produksi a. Penyediaan bahan baku guna kepastian produksi b. Peningkatan efisiensi usaha menggunakan peralatan yang memadai c. Peningkatan kecepatan proses produksi d. Peningkatan kualitas, rasa dan bentuk produksi menjadi lebih baik Solusi yang ditawarkan Sisi Managemen: 1. Diberikan informasi dana kredit usaha produktif dari lembaga keuangan mikro atau pun dari lembaga perbankan. 2. Pelatihan ketrampilan manajemen usaha produksi dan pengelolaan keuangan Sisi Operasional: Diberikan informasi dan materi pengembangan usaha mandiri Sisi SDM: Memberikan ketrampilan penggunaan peralatan yang disediakan
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
50
METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan pengabdian berorientasi kepada solusi dari prioritas permasalahan yang disepakati bersama paling tidak meliputi 4 hal yaitu: 1. Peningkatan Manajemen Mitra I dan Mitra II 2. Peningkatan Teknologi Mitra I dan Mitra II 3. Peningkatan Produksi Mitra I dan Mitra II 4. Pengembangan Akademis pengusul kegiatan pengabdian masyarakat Solusi merupakan jawaban permasalahan mitra I dan II, Selanjutnya solusi di jabarkan dalam bentuk rencana kerja operasional dilapangan. HASIL KEGIATAN Masyarakat Jawa selalu identik dengan upacara, hampir semua tahapan kehidupan harus dilalui dengan berbagai upacara. Baik upacara yang dilakukan secara mandiri atau berdoa secara langsung kepada Tuhan Yang Maha Esa ataupun yang menggunakan jasa orang lain dalam melaksanakan doanya. Ki Oblong adalah salah satu sesepuh masyarakat Desa Baureno yang berprofesi sebagai pelantun doa bagi masyarakat luas yang memerlukannya dengan berbagi maksud dan tujuan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan. Ki Oblong dalam setiap upacara ritual berdoanya selalu mempergunakan berbagai media sebagai sesembahan dalam bentuk persembahan jajanan pasar atau berbentuk nasi tupeng. Nasi tumpeng hanya digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang berskala besar dan rumit, sedangkan untuk berbagai permasalahan kehidupan biasa, Ki Oblong lebih banyak mempergunakan jajanan pasar. Foto 1. Sosok Ki oblong di salah satu sudut Padepokan
51
Foto 2. Pengenalan manajemen produksi kepada mitra
Foto 3. Pengenalan manajemen produksi kepada mitra Foto 4. Penyerahan bantuan peralatan kepada mitra Foto 5. Pelaksanaan Pelatihan Penggunaan Teknologi
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
52
Foto 6. Produksi jajanan sebelum dan sesudah pelaksanaan IbM KESIMPULAN Setelah pelaksanaan program iptek bagi masyarakat (IbM) maka mitra 1 dan mitra 2 dalam menyiapkan jajanan wajib ritual Jawa merasakan: 1. Lebih cepat proses produksinya 2. Lebih baik tampilan produksinya 3. Lebih terasa enak 4. Lebih bersih (higienis) dan sehat 5. Lebih bervariatif produk yang dihasilkan 6. Lebih mudah dilaksanakan karena dibantu dengan penggunaan peralatan yang menunjang 7. Lebih menguntungkan, karena banyak yang bisa terlayani maka dirasa lebih menguntungkan. 8. Lebih menyenangkan, proses produksi dapat dilakukan kapanpun sehingga proses pembuatannya dirasa lebih menyenangkan. 9. Dengan persyaratan pemenuhan jajanan wajib yang harus disiapkan, maka diharapkan doanya lebih terkabul.
53
UCAPAN TERIMA KASIH 1. Direktur Jendral DP2M Dikti 2. Bapak Kordinator Kopertis 7 3. Bapak Ketua Flipmas Jatim 4. Bapak Rektor Unitomo 5. Bapak Dekan FP Unitomo 6. Bapak Mitra 1 dan 2
DAFTAR PUSTAKA Anonim.a.2014.http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpmipa/Jur._Pend._Biologi/Diana_ o chintaniawati/Biology_Terapan/Pembuatan_Ragi_Tempe_%26_ Tempe .pdf Diakses pada 1 april 2015) Anonim.b.2014.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dewi-yuanitalestari-ssi-msc/kandungan-gizi-tempe-beserta-manfaatnya-versiringkas.pdf (Diakses pada 1 april 2015) Anonim.c.2014.http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ipb/T empe%20kedelai.pdf (Diakses pada 1 april 2015) Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor. Poejdiadi, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia . Jakarta: Universitas Indonesia. Santoso, Hieronymus Budi. 1993. Pembuatan Tempe & Tahu Kedelai. Yogyakarta: Kanisius Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan . Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD, Bandung. Winarno, F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta. Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
54
IbM USAHA PRODUKTIF MAKANAN POKOK HARIAN BERBAHAN DASAR KEDELAI Fadjar Kurnia Hartati1, Bambang Sujatmiko2 Universitas Dr. Soetomo 1
[email protected]. Abstrak: Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus. Tahu adalah makanan terbuat dari endapan perasan biji kedelai yang terkoagulasi. Tempe dan tahu banyak dikonsumsi masyarakat di Indonesia. Mitra 1: usaha produktif “tempe Afandi” sedangkan Mitra 2: usaha produktif “Tahu Pak Man” yang keduanya berlokasi di Kab Mojokerto. Secara umum permasalahan mitra: aspek manajemen, teknologi dan produktifitas. Tujuan: peningkatan ketrampilan 1) Bidang manajemen, 2) Bidang teknologi 3) Bidang produksi. Target khususnya a dalah peningkatan sisi akademis: dukungan proses belajar mengajar dan penyediaan materi publikasi nasional. Metode yang digunakan : 1) penyampaian informasi dan pelatihan, 2) penyiapan dan pelatihan operasional perlatan, 3) pendampingan dan simulasi Hasil kegiatan : Mitra 1 terjadi peningkatan produksi dari 20 kg menjadi 32 kg dengan tingkat kenaikan keuntungan Rp. 65.500. Mitra 2: terjadi peningkatan produksi dari 100 kg kedelai menjadi 142 kg dengan tingkat kenaikan keuntungan Rp. 98.000. Kata Kunci: Makanan Pokok Harian, Berbahan Dasar Kedelai. Abstract: Tempe is a food made from fermentation to soybean seeds using several species of Rhizopus. Tofu is a food made from precipitated soybean seeds. Tempe and know much consumed by society in Indonesia. Partner 1: productive business "tempe Afandi" while Partner 2: productive business "Know Pak Man" both located in Kabupaten Mojokerto. In general partner issues: aspects of management, technology and productivity. Objectives: improvement of skill 1) Field of management, 2) Technology field 3) Field of production. Specific targets are academic upgrading: support of teaching and learning processes and provision of national publication materials. The method used: 1) information and training delivery, 2) preparation and training of operational equipment, 3) mentoring and simulation Results of activities: Partner 1 there is an increase of production from 20 kg to 32 kg with the rate of profit increase Rp. 65,500. Partner 2: an increase in production from 100 kg of soybeans to 142 kg with the rate of profit increase of Rp. 98,000. Keywords: Daily Staple Food, Made from Soybeans.
55
PENDAHULUAN Analisis Situasi Analisis Situasi Mitra 1 Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus. Tempe banyak dikonsumsi masyarakat di Indonesia yang sekarang telah mendunia. Bapak Hari Utomo membuat usaha produktif tempe dengan nama “tempe Afandi” yang telah dilakukan hampir tujuh (7) tahun yang lalu, setelah bapak Hari kena PHK dari kerja pabrik, bapak Hari bertekad membuat usaha produktif yang bisa menjamin kehidupan keluarganya dan tidak bergantung kepada pihak lain. Setiap hari bapak Hari membuat tempe sebanyak 20 kg menghasilkan 160 potong tempe ukuran kecil dan 80 potong tempe ukuran besar. Tempe ukuran kecil di jual ke penjual Mlijo Rp. 900 per potong dan dijual ke konsumen Rp. 1.000. Tempe ukuran besar di jual ke penjual mlijo Rp. 1.500 per potong dan di jual ke konsumen Rp.2.000. Setiap pagi setelah sholat subuh keliling memasarkan tempenya tidak hanya didesanya sendiri yaitu Desa Pohjejer Kecamatan Gondang, tapi sudah dipasarkan jauh di luar kecamatannya di Kabupaten Mojokerto. Pembawaan pak Hari yang supel dan ramah membuat banyak ibu- ibu hafal dengan pak Hari. Disamping rasa nya yang enak dan pelayanan yang ramah membuat usaha tempenya laris manis. Cita-cita pak Hari adalah mengembangkan usaha produktifnya menjadi dua (2) kali lipat dari yang diproduksi sekarang. Proses produksinya dikerjakan secara sederhana dan dilakukan bersama istri. Teknologinya sangat sederhana. Keinginan memproduksi lebih besar sangat berlasan karena jumlah permintaannya selalu meningkat. Analisis Situasi Mitra 2 Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi. Tahu telah mengalami indigenisasi di Indonesia sehingga muncul berbagai varian tahu serta panganan berbahan tahu. Karena populernya, tahu menjadi bagian tak terpisahkan tempat makan berbagai tingkat sosial di Indonesia, bersama-sama dengan tempe. Begitu banyak manfaat tahu membuat bapak Sulaiman di Dusun Dungus Desa Ketemas Dungus Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto melihat peluang usaha yang sangat potensial. Tahun 2002 selepas dari usaha penjual buah keliling antar kampung yang kurang berhasil, bapak Sulaiman mencoba usaha produktif tahu. Usaha tahu bapak Sulaiman lebih dikenal dengan nama “Tahu Pak Man” dipasarkan mencapai desa-desa di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Usaha tahu bapak Sulaiman saat ini mampu mengolah 100 kilogram kedelai untuk setiap harinya yang dibantu oleh 3 orang pekerja. Setiap hari bapak Sulaiman mampu mengolah 100 kilogram kedelai dengan 12 kali pemasakan. Pemasaran tidak menjadi permasalahan untuk dilakukan karena permintaan dari masyarakat sekitar sangat banyak. Bapak Sulaiman bercita- cita usaha nya memiliki kemampuan produksi yang lebih besar agar bisa melayani lebih banyak permintaan para pelanggannya. Usaha tahu menurut bapak Sulaiman sangat menguntungkan dan menjadi usaha andalan keluarganya.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
56
Permasalahan Mitra 1. Peningkatan Manajemen: a. Akses dan informasi pengajuan kredit dan pinjaman b. Pelatihan perluasan pemasaran hasil produksi c. Peningkatan ketrampilan dan operasional dari sumberdaya tenaga kerjanya 2. Peningkatan Teknologi Penggunaan pompa air mencuci dan membilas, alat saring tahu kurang memadai 3. Peningkatan Produksi a. Penyediaan bahan baku guna kepastian produksi b. Peningkatan efisiensi usaha dengan menggunakan peralatan yang memadai c. Peningkatan kecepatan proses produksi d. Peningkatan kualitas, rasa dan bentuk produksi menjadi lebih baik Solusi yang ditawarkan Sisi Managemen: 1. Diberikan informasi yang benar dalam mengakses dana pinjaman di lembaga keuangan ditingkat desa (PNPM) ataupun dana kredit usaha produktif dari lembaga keuangan mikro atau pun dari lembaga perbankan. 2. Pelatihan ketrampilan manajemen pembukuan usaha produksi dan pengelolaan keuangan Sisi Pemasaran: 1. Dibuatkan merk dagang usaha, Diberikan informasi dan ketrampilan kemasan produk 2. Ketrampilan membuat skala usaha lebih besar Sisi Operasional: Diberikan informasi dan materi pengembangan usaha mandiri Sisi SDM: Memberikan ketrampilan penggunaan peralatan yang disediakan METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan pengabdian berorientasi kepada solusi dari prioritas permasalahan yang disepakati bersama paling tidak meliputi 4 hal yaitu: 1. Peningkatan Manajemen Mitra I dan Mitra II 2. Peningkatan Teknologi Mitra I dan Mitra II 3. Peningkatan Produksi Mitra I dan Mitra II 4. Pengembangan Akademis pengusul kegiatan pengabdian masyarakat Solusi yang diberikan merupakan jawaban dari permasalahan mitra I dan mitra II, dimana permasalahan yang di prioritaskan dalam diskusi antara tim pengajuan pengabdian dengan mitra I dan Mitra II. Selanjutnya solusi di jabarkan dalam bentuk rencana kerja operasional dilapangan. HASIL KEGIATAN Hasil yang dicapai oleh Mitra 1 Tabel 11 menunjukkan besarnya produksi tempe yang bisa dihasilkan oleh mitra 1 yaitu bapak Hari sebelum dan setelah dilaksanakan program IbM. Pada saat
57
sebelum adanya program IbM produksi nya sebesar 240 potong yang terdiri dari 160 potong tempe kemasan kecil dan 80 potong tempe kemasan kecil. Dengan masing-masing harga jual Rp. 900 dan Rp. 1500. Dengan bahan baku sebanyak 20 kg kedelai menghasilkan tingkat keuntungan sebesar Rp 264.000 setiap harinya Tabel 11. Jumlah Produksi Tempe Sebelum dan Sesudah Program IbM No
Nama Produk
Produksi (potong)
Haroleh bapak hariga (Rp/potong)
Total Penerimaan (Rp)
Sebelum IbM
1. 2.
Kemasan kecil Kemasan besar
160 80
900 1.500 Total Penerimaan
144.000 120.000 264.000
260 130
900 1.500 Total Penerimaan
234.000 195.000 429.000
Setelah IbM
1. 2.
Kemasan kecil Kemasan besar
Setelah ada program iptek bagi masyarakat (IbM) tidak kurang dari 8 bulan pelaksanaannya serta hampir 4 bulan proses pendekatan sebelum program Ibm, pak Hari sebagai mitra 1 mendapatkan banyak masukan terutama yang menyangkut: 1.
Tata kelola usaha yang baik dan benar
2.
Praktek produksi yang lebih baik, bersih dan sehat
3.
Praktek penggunaan peralatan produksi yang lebih cepat
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
58
4. 1. 2. 3.
Penataan dapur produksi sehat dan lebih bersih Meratakan lantai penyimpanan tempe Perbaikan Dinding dapur Perbaikan atap dapur
4. 5.
Penataan listrik untuk penerangan dan pengeringan tempe Perbaikan meja penyimpanan tempe
59
6.
Pelatihan ketrampilan perluasan pemasaran hasil produksi
Sampai akhirnya mitra 1 mampu meningkatkan produksi memproduksi sampai dengan 32 kg yang berarti terjadi peningkatan produksi sebesar 60 Persen. Disadari bahwa pola pembinaan serta pendampingan membutuhkan kesabaran dan ketekunan dari semua pihak yang terlibat, dimulai dari pengabdi sendiri, mitra kerja usaha, konsumen serta banyak pihak yang telah dimintai informasi dan saran serta masukan untuk pembenahan produksi usaha menjadi lebih maju. Selanjutnya disampaikan perhitungan penerimaan, total biaya serta besarnya keuntungan disajikan pada tabel 12. Tabel 12. Perhitungan Penerimaan, Biaya dan keuntungan Sebelum dan Sesudah Program IbM No
Situasi
Total Penerimaan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Total Keuntungan (Rp)
1.
Sebelum IbM
264.000
154.500
109.500
2.
Setelah IbM
429.000
254.000
175.000
Peningkatan Keuntungan Usaha
65.500
Dari tabel 12 terlihat bahwa sebelum pelaksanaan program IbM, total penerimaan uang dari hasil produksi tempe adalah sebesar Rp 264.000, sedangkan setelah dilaksanakan program IbM, total penerimaan uang dari hasil produksi tempe adalah sebesar Rp 429.000, sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 165. 000. Untuk total biaya yang dikeluarkan pada saat sebelum pelaksanaan program IbM adalah sebesar Rp. 154.500 untuk mengelola 20 kg kedelai, sedangkan pada saat pelaksanaan program IbM mitra 1 mampu mengelola sampai 32 kg dengan besar biaya Rp. 254.000. Sehingga ada peningkatan biaya sebesar Rp. 99.500. Total keuntungan pada saat sebelum pelaksanaan program hanya mampu mencapai Rp. 109.500 sedangkan pada saat setelah pelaksanaan program IbM total keuntungan yang terbentuk adalah sebesar Rp. 175.000. Sehingga ada kenaikan keuntungan sebesar Rp. 65.500 setiap harinya. Hasil yang dicapai oleh Mitra 2. Tabel 13 menunjukkan besarnya produksi tahu yang bisa dihasilkan oleh mitra 2 yaitu Bapak Sulaiman atau Pak Man orang-orang memanggil, sebelum dan setelah dilaksanakan program IbM. Pada saat sebelum adanya program IbM produksi nya DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
60
sebesar 1.728 potong tahu. Dengan bahan baku sebanyak 100 kg kedelai setiap harinya. Tabel 13. Jumlah Produksi Tahu Sebelum dan Sesudah Program IbM No
Produksi (potong)
Harga (Rp/potong)
Total Penerimaan (Rp)
1.728
800
1. 382.400
2.454
800
1.963.200
Sebelum IbM
1. Setelah IbM
1.
Dari tabel 13 juga dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan program IbM, terjadi peningkatan produksi sebanyak 726 potong tahu siap jual. Peningkatan produksi ini tidak lepas dari berbagai upaya dan pelatihan yang telah dilakukan pengabdi selama proses pelaksanaan IbM dilapangan. Diantaranya adalah kegiatan sebagai berikut: 1.
Tata kelola usaha yang baik dan benar
2.
Praktek usaha yang sehat, bersih dan higienis
61
3.
4.
Praktek diversifikasi usaha sampingan yang sehat, bersih dan higienis
Penataan dapur produksi sehat dan lebih bersih
Mitra 2 mampu meningkatkan produksi memproduksi sampai dengan 142 kg berarti terjadi peningkatan produksi sebesar 42 Persen. Disadari juga sepertri halnya mitra 1, pola pembinaan serta pendampingan mitra 2 juga membutuhkan kesabaran dan ketekunan dari semua pihak yang terlibat, dimulai dari pengabdi sendiri, mitra kerja usaha, konsumen serta banyak pihak yang telah dimintai informasi dan saran serta masukan untuk pembenahan produksi usaha menjadi lebih maju.
Tabel 14. Perhitungan Penerimaan, Biaya dan keuntungan Sebelum dan Sesudah Program IbM No
Situasi
Total Penerimaan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Total Keuntungan (Rp)
1.
Sebelum IbM
1.382.400
1.130.000
252.400
2.
Setelah IbM
1.963.200
1.612.800
350.400
Peningkatan Keuntungan Usaha
98.000
Dari tabel 14 terlihat sebelum pelaksanaan program Ibm, total penerimaan uang dari hasil produksi tahu adalah Rp 1.382.400, setelah dilaksanakan program DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016
62
IbM, total penerimaan uang dari hasil produksi tahu adalah Rp 1.963.200, sehingga terdapat selisih Rp. 581. 000. Total biaya yang dikeluarkan sebelum pelaksanaan program Ibm adalah Rp. 1.130.000 untuk mengelola 100 kg kedelai, sedangkan pada saat pelaksanaan program IbM mitra 2 mampu mengelola sampai 142 kg dengan besar biaya Rp. 1.612.800. Ada peningkatan biaya Rp. 482.800. Total keuntungan sebelum pelaksanaan program hanya mampu mencapai Rp. 252.400 setelah total keuntungan yang terbentuk adalah Rp. 350.400. KESIMPULAN Mitra 1 sebelum program IbM, penerimaan Rp 264.000, setelah, Rp 429.000, total biaya sebelum Rp.154.500 (20 kg kedelai), setelah Rp. (32 kg). Keuntungan sebelum Rp. 109.500 setelah Rp. 175.000, kenaikan keuntungan Rp. 65.500 setiap harinya. Pada Mitra 2: sebelum penerimaan Rp 1.382.400, setelah Rp 1.963.200. Biaya sebelum Rp. 1.130.000 (100 kg kedelai), setelah 142 kg biaya Rp. 1.612.800. Keuntungan sebelum Rp. 252.400 setelah Rp. 350.400. UCAPAN TERIMAKASIH 1. Direktur Jendral DP2M Dikti 2. Bapak Kordinator Kopertis 7 3. Bapak Ketua Flipmas Jatim 4. Bapak Rektor Unitomo 5. Bapak Dekan FP Unitomo 6. Bapak Mitra 1 dan 2 DAFTAR PUSTAKA Anonim.a.2014.http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpmipa/Jur._Pend._Biologi/Di ana_ochintaniawati/Biology_Terapan/Pembuatan_Ragi_Tempe_%26_Te mpe.pdf Diakses pada 1 April 2015) Anonim.b.2014.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dewi- yuanitalestari-ssi-msc/kandungan-gizi-tempe-beserta-manfaatnya-versi ringkas. Pdf (Diakses pada 1 April 2015) Anonim.c.2014.http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ ipb/Tempe%20kedelai.pdf (Diakses pada 1 April 2015) Muchtadi, T. R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan . PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor. Poejdiadi, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia . Jakarta: Universitas Indonesia. Santoso, Hieronymus Budi. Yogyakarta: Kanisius
1993.
Pembuatan Tempe & Tahu Kedelai.
Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan . Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD, Bandung.
63
Winarno, F. G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan . PT Gramedia, Jakarta. Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
DIFUSI IPTEK, Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 2 No. 1, Maret 2016