Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2017 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Pembelajaran Geometri Berbasis Creative Problem Solving (CPS) dengan Pendekatan Al-Qur’an Febriana Kristanti Universitas Muhammadiyah Surabaya
[email protected]
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kemapuan memecahkan masalah. Pembelajaran geometri merupakan pembelajaran yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan mudah dapat dipakai untuk memotivasi dan menarik perhatian serta merangsang imajinasi peserta didik. Namun, pada kenyataan dilapangan, ternyata banyak peserta didik yang merasa sulit untuk memahami geometri. Tujuan penulisan artikel untuk mendeskripsikan suatu model pembelajaran geometri yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan menyelesaikan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu masalah. Penulis menggunakan metode kajian pustaka untuk merancang model pembelajaran ini. Model pembelajaran ini tidak hanya menitik beratkan pada capaian kemampuan kognitif saja, melainkan juga pembelajaran yang dapat menanamkan karakter nilai islami bagi peserta didik. Model pembelajaran yang dihasilkan adalah model pembelajaran geometri berbasis Creatif Problem Solving (CPS) dengan pendeatan AlQur’an. Kata kunci: Creatif Problem Solving (CPS), pendekatan Al-Quran, Geometri I. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk ciptaan Allah dengan kesempurnaan bentuk dan akal yang tidak dimilikki oleh makhluk yang lain. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, manusia diwajibkan dan diperintahkan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Sebagaimana dalam sebuah hadis dijelaskan, referensi [1] “Tuntutlah ilmu pengetahuan, sekalipun ke negeri Cina, maka sesungguhnya mencari ilmu wajib atas tiap-tiap orang Islam. Sesungguhnya para Malaikat itu mengembangkan sayapnya menaungi orang-orang yang menuntut ilmu, karena mereka suka kepada yang ia tuntut (Ilmu).” (HR. Ibnu Abdil Bar). Ilmu memberikan kemampuan dan pertahanan hidup bagi seseorang untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dengan suatu proses pemecahan masalah kehidupan. Sehinnga Allah SWT menempatkan orang berilmu di tempat yang mulia di sisiNya. Referensi [2], dalam bukunya “Perspektif Al-Qur’an tentang manusia dan agama”, menyatakan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik insani. Fitrah manusia pada hakikatnya selalu ingin tahu gejala dan fenomena alam apa saja yang terjadi pada alam semesta, hal ini menunjukan bahwa jiwa sains yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan ada dalam diri setiap orang. Selain itu, manusia juga memiliki fitrah iman yaitu sikap yang mengarah pada kebenaran, kesucian, dan penyembahan. Sehingga, iman dan ilmu merupakan karakteristik setiap insan yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Iman tanpa ilmu akan berdampak fanatisme dalam diri seseorang, sehingga dapat mengarah pada kemunduran dan kebodohan dalam berfikir. Ilmu tanpa iman akan berdampak kemurkaan, keserakahan, kejahatan, dan kesombongan. Oleh karena itu, iman dan sains harus tumbuh pada fitrah setiap manusia secara seimbang dan saling melengkapi satu sama lain sehingga terhindar dari paradigma dikotomisasi antara agama dan ilmu penegtahuan. Sebagaimana dalam sebuah Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya: ”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam (4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui (5).“. Dalam surat Al-Alaq di atas, manusia diharapkan dapat belajar dan dapat mengetahui banyak ilmu sehingga manusia dapat menjadi manusia seutuhnya dengan dasar iman kepada Allah SWT . Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk mengatur perpaduan antara iman dan ilmu. Islam dengan kitabnya Al-Qur’an adalah agama yang menjadi dasar ilmu dalam dunia pendidikan. Ada banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan salah satunya adalah Surat Al- Baqarah ayat 31 yang artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda
776 | ISBN 978-979-3870-53-3
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2017 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar.”. Dalam surat Al-Baqarah di atas, pada zaman Nabi Adam telah ditemukan sektor pertanian dan perternakan. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan (sains) sudah ada sejak zaman Nabi Adam as, bahkan Nabi Adam as mendapat julukan sebagai bapak sains yang memperkenalkan teknologi, seperti pada [3]. Ilmu pengetahuan termasuk matematika, fisika, kimia biologi dan masih banyak yang lain yang terhimpun dalam ilmu sains merupakan ilmu-ilmu yang bersumber pada Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang juga mengkaji tentang prinsip-prinsip matematika. Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan, sehingga matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting dan menjadi dasar ilmu lainnya. Terlepas dari unsur matematika, kebudayaan dan peradapan manusia tidak akan berkembang seperti saat ini. Oleh karena itu, matematika dijadikan alat untuk mengembangkan cara berfikir dalam mengadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan mengenai matematika ternyata memiliki arti penting dalam pembentukan konsepsi hidup manusia, salah satu konsep matematika tercontohkan pada surat Al-Isra’ ayat 12, artinya: “Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami), kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang-benderang, agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”. Ayat tersebut mengenalkan konsep matematika sebagai alat bantu menyelesaikan persoalan yang memerlukan perhitungan. Tanpa matematika, nampaknya pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif yang tidak membutuhkan tingkat penalaran lebih tinggi. Perspektif tersebut, menjadikan matematika sebagai ilmu pengetahuan yang wajib diajarkan di setiap jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA sampai perguruan tinggi. Namun, pada kenyataanya tidak semua peserta didik dapat memahami dengan mudah semua konsep matematika. Seringkali matematika dianggab sebagai ilmu yang abstrak dan berpola pikir deduktif, sehingga membutuhkan tingat pemahaman dan keterampilan secara mendalam. Salah satu konsep matematika yang dianggap membutuhan tingkat pemahaman yang cukup tinggi adalah geometri. Geometri adalah salah satu cabang matematika yang berhubungan dengan temapat kedudukan suatu titik. Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NTCM), referensi [4], menyatakan bahwa secara umum kemampuan geometri yang harus dimiliki peserta didik adalah: 1) Mampu menganalisis karakter dan sifat dari bentuk geometri baik 2D dan 3D; dan mampu membangun argumen-argumen matematika mengenai hubungan geometri dengan yang lainnya; 2) Mampu menentukan kedudukan suatu titik dengan lebih spesifik dan gambaran hubungan spasial dengan sistem yang lain; 3) Aplikasi transformasi dan menggunakannya secara simetris untuk menganalisis situasi matematika; 4) Menggunakan visualisasi, penalaran spasial, dan model geometri untuk memecahkan permasalahan. Referensi [5], menyatakan bahwa “tujuan pembelajaran geometri adalah agar peserta didik, (1) memperoleh rasa percaya diri pada kemampuan matematikanya, (2) menjadi pemecah masalah yang baik, (3) dapat berkomunikasi secara matematis, dan (4) dapat bernalar secara matematis”. Referensi [6], memandang, dalam pembelajaran geometri, peserta didik membutuhkan suatu konsep yang matang sehingga peserta didik mampu menerapkan keterampilan geometri yang dimiliki seperti menvisualisasikan, mengenal bermacam-macam bangun datar dan ruang, mendeskripsikan gambar, mengsketsa gambar bangun, melabel titik tertentu, dan kemampuan untuk mengenal perbendaan dan kesamaan antar bangun geometri. Selain itu, di dalam memecahkan masalah geometri dibutuhkan pola berpikir dalam menerapkan konsep dan keterampilan dalam memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan adalah model Creative Problem Solving (CPS), seperti pada [7]. Referensi [8], dalam penelitiannya mengatakan bahwa CPS merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. CPS memiliki peran untuk perbaikan kualitas proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. CPS mempunyai 3 prosedur, yaitu: (1) Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan; (2) Menemukan gagasan berkaitan dengan memunculkan dan memodifikasi gagasan tentang strategi CPS; (3) Menemukan solusi, yaitu proses evaluatif sebagai puncak CPS. Sasaran dari referensi [9], adalah sebagai berikut: (1) peserta didik akan mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam CPS; (2) peserta didik mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi CPS; (3) peserta didik mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinankemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada; (4) peserta didik mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal; (5) peserta didik mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi CPS; (6) peserta didik mampu mengartikulasikan bagaimana CPS dapat digunakan dalam berbagai bidang atau situasi. CPS dan nilai-nilai karakter disarankan sebagai tujuan utama pendidikan Matematika dan merupakan dua hal yang bersifat sangat berkaitan satu sama lain. CPS sebagai model pembelajaran dan karakter sebagai nilai-nilai individu untuk membangun pemahaman sesuatu konsep, memberikan penekanan pada pentingnya keterlibatan pengalaman langsung dalam peoses pembelajaran. Nilai-nilai kareakter individu tumbuh jika dalam suatu proses pembelajaran terbangun kebermaknaan dalam diri peserta didik, yakni peserta didik lebih termnotivasi belajar dengan suasana belajar yang bermakna atau penuh arti merujuk pada prinsip belajar kebermaknaan, seperti pada [10]. Pada proses pembelajaran yang
777 | ISBN 978-979-3870-53-3
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2017 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya bermakna, diharapkkan pembelajaran tersebut dapat membuat peserta didik mengetahui dan menyadari bahwa matematika mempunyai arti dan kegunaan yang penting bagi dirinnya. Berdasaran permasalahan diatas, penulis akan merancang pembelajaran geometri berbasis Creatif Problem Solving (CPS) dengan pendekatan Al-Qur’an. Rancangan pembelajaran dengan pendekatan Al-Qur’an ini adalah desain pembelajaran yang mengkoneksikan matematika dan Al-Qur’an, khususnya pada materi geometri. Pengkoneksian antara konsep geometri dan Al-Qur’an yang tengah dikembangkan oleh para matematikawan mengajak peserta didik menyadari bahwa matematika adalah hal yang sangat penting dan bermakna dalam segala aspek kehidupan, termasuk keagamaan karena selain Al-Qur’an membicarakan prinsip-prinsip dalam matematika, matematika juga dapat membantu kita dalam memahami Al-Qur’an, seperti pada [11]. II. PEMBAHASAN 1. Pembelajaran Geometri berbasis Creatif Problem Solving (CPS) Geometri merupakan suatu konsep yang dapat dipakai untuk memotivasi dan menarik perhatian dan imajinasi peserta didik. Aktivitas-aktivitas dalam geometri dapat digunakan untuk mengenalkan ide-ide baru dimulai dengan sesuatu yang kongkrit, pengalaman memanipulasi yang menghasilkan suatu wawasan baru. Refrensi [12], menyatakan bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah untuk mengembangan kemampuan pemecahan masalah dengan memanfaatkan pemikiran logis dan matematis. Pembelajaran geometri memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan intuisi ruang pikiran dengan memasuki dunia geometri yang pada dasarnya sudah dikenal semenjak mereka lahir. Dunia geometri yang sudah mereka kenal itulah yang menjadi tolak ukur dalam proses pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah dan imajinasi kreatif yang dikembangkan selama pembelajaran geometri membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep matematikaa lainnya. Menurut Edward L. Pinzzini, melalui proses CPS, peserta didik akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu menjadi seorang eksplorer mencari penemuan baru, inventor mengembangkan kriteria gagasan dan pengujian baru yang inovatif, designer mengkreasi rencana dan model terbaru, pengambil keputusan berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana, dan sebagai komunikatormengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi. Hal yang senada juga dinyatakan Referensi [13], CPS merupakan suatu program training yang didisain untuk meningkatkan perilaku kreatif dengan suatu cara sistematik dalam mengorganisasi dan memproses informasi dan gagasan agar dapat memahami dan memecahkan masalah secara kreatif – sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Dengan tujuan umum yaitu meningkatkan perilaku kreatif dan kemampuan memecahkan masalah belajar berfikir “diluar batas-batas yang sudah dikenal”. Pembelajaran CPS, memberikan kebebasan yang luas dalam memecahkan masalah dengan strategi individu masing-masing, melatih kemampuan analisis ketika dihadapkan pada pertanyaan, dan peserta didik dapat melakukan keterampilan mencari solusi untuk mengembangkan tanggapannya, seperti pada [14]. Keterampilan dan kemampuan berpikir yang diperoleh ketika seseorang memecahkan masalah diyakini dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter dalam menghadapi masalah di kehidupan sehari-hari. Referensi [15], keunggulan dari model CPS adalah: (1) Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan; (2) Berpikir dan bertindak kreatif; (3) Memecahkan masalah secara realistis; (4) Melatih peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran; (5) Melatih peserta didik menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah; (6) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan gagasan; (7) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Referensi [16], dalam penelitiannya, kemampuan dasar yang perlu dimiliki peserta didik dalam pembelajaran CPS, adalah: (1) menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah dengan teliti; (2) menemukan kemungkinan strategi pemecahan masalah dengan bekerjasama; (3) mengevaluasi dan menyaksikan kemungkinan yang berkaitan dengan kriteria-kriteria yang ada dengan kritis; (4) memilih suatu pilihan solusi yang optimal dengan jujur; (5) mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah dengan kreatif dan tanggung jawab. Lebih lanjut, Referensi [17], langkah-langkah CPS dalam pembelajaran matematika sebagai hasil gabungan prosedur Von Oech dan Osborn, yaitu: (1) klarifikasi masalah; (2) pengungkapan gagasan; (3) evaluasi dan seleksi; (4) implementasi. Hal yang senada dijelaskan referensi [18], bahwa tahap CPS adalah: (1) temukan fakta-fakta/fact-finding; (2) tentukan masalahnya/problem finding; (3) pikirkan macam-macam kriteria ideafinding; (4) mengambil keputusan/solution-finding; (5) menentukan tindakan/acceptand-finding. Referensi [19], seting kelas dalam pembelajaran CPS terdapat diskusi kelompok (small discussion) dengan anggota kelompok heterogen berdasarkan tingkat kemampuan awalnya. Pembagian kelompok yang heterogen ini sesuai penjabaran Piaget terhadap implikasi teori kognitif dalam pendidikan, yang antara lain memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangannya, kemudian dalam pembelajaran pendidik harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil peserta didik. Dari referensi-referensi diatas, maka penulis akan merancang suatu model pembelajaran geometri berbasis CPS. Sajian indikator dalam pembelajaran geometri berbasis CPS tertuang dalam sintak pembelajaran yang
778 | ISBN 978-979-3870-53-3
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2017 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dirancang berdasarkan level berfikir Van Hiele, seperti pada [20]. Sintak pemebelajaran geometri berbasis CPS dirancang dalam tabel 1.
Tahap Tahap-1 Orientasi peserta didik pada masalah;
Tahap-2 Mengorganisa sikan peserta didik untuk belajar;
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok;
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Geometri Berbasis CPS Level Berifikir Kegiatan pendidik Indikator Van Hiele Pendidik menjelaskan Menyatakan urutan Level 0: tujuan pembelajaran, langkah-langkah (Level visualisasi dikenal dengan level dasar, mengajukan pemecahan masalah; level rekognisi, level holistic, dan level visual) fenomena atau fakta berupa demonstrasi Level ini muncul pada saat pendidik atau cerita untuk mengajukan fenomena atau fakta berupa memunculkan demontrasi atau cerita yang nantinya mengarah masalah serta pada munculnya masalah. memotifasi peserta didik untuk terlibat Pada level ini, peserta didik mengenal bentukdalam penyelesaian bentuk geometri hanya pada karakteristik masalah yang dipilih; visualnya saja.
Pendidik membimbing peserta didik melakukan identifikasi masalah dan merumuskan sebuah masalah autentik sesuai dengan materi yang diajarkan;
Pendidik memotivasi peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen sehingga muncul gagasan orisinil untuk menemukan solusi (penyelesaian
Menemukan kemungkinan strategi pemecahan masalah;
Mengevalausi dan menyaksikan kemungkinan yang berkaitan dengan kriteria-kriteria yang ada
779 | ISBN 978-979-3870-53-3
Peserta didik secara eksplisit tidak terfokus pada sifat-sifat objek yang diamati, tetapi memandang objek secara keseluruhan. Oleh karena itu, pada level ini peserta didik tidak dapat memahami dan menentukan sifat kriteria dan karakteristik bangun yang ditunjukan. Sehingga peserta didik hanya diminta untuk menyebutkan urutan langkah-langkah pemecahan masalah Level 1: (Level analisis dikenal dengan level deskriptif) Pada level ini sudah terlihat adanya analisi peserta didik terhadap konsep dan sifat-sifat bangun geometri. Peserta didik dapat menentuan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan, pengukuran, eksperimen, menggambar dan membuat model. Hal ini terlihat dari kegiatan pendidik yang mengajak peserta didik melakukan identiviasi dan merumuskkan maslah, sehingga peserta didik diharapan dapat menemukan beberapa kemungkinan strategi dalam pemecahan masalah.
Pada level ini, peserta didik belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara beberapa bangun geometri dan peserta didik belum mampu memahami definisi. Hal ini terlihat masih diperlukannya pembimbingan pendidik pada tahap mengorganisasikkan peserta didik. Level 2: (Level deduksi informal dikenal dengan level abstraksi, level relasional, level teoritik, dan level keterkaitan) Pada level ini, peserta didik sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan menggunakan deduksi informal, dan dapat mengklarifikasikan bangun-bangun secara
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2017 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya masalah);
Tahap-4 Mengembang an dan menyajikan hasil karya;
Tahap-5 Menganalisi dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah
Pendidik membantu dan mengarahan peserta didik dalam menyiapkan laporan presentasi atau menyelesaikan soalsoal yang relevan;
Pendidik membimbing peserta didik dalam menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah
hierarki. Hal ini terlihat dari kegiatan pendidik mengajak peserta didik untuk melaksanakan eksperimen sehingga muncul gagasan orisinil untuk menemukan solusi (penyelesaian masalah). Sehingga peserta didik dapat mengevalausi dan menyaksikan kemungkinan yang berkaitan dengan kriteria-kriteria yang ada.
Memilih suatu pilihan solusi yang optimal;
Meskipun demikian, peserta didik belum mengeti bahwa deduksi logis adalah metode untu membangun geometri. Hal ini terlihat dari kegiatan pendidik yang meminta peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang terait dengan masalah yang telah diberikan. Level 3: (Level deduksi formal) Pada level deduksi formal peserta didik tidak hanya sekedar menerima bukti tetapi sudah mampu menyusun bukti. Hal ini terlihat dari kegiatan pendidik yang mengarahkan peserta didik dalam menyiapkan laporan.
Mengembangan suatu rencana dalam mengimplementasik an strategi pemecahan masalah.
Peserta didik dapat menysun teorema dalam aksiomatik dan mereka berpeluang untuk mengembangkan bukti lebih dari satu cara. Perbedaan antara pernyataan dan konversinya dapat dibuat dan peserta didik menyadari perlunya pembuktian melalui serangkaian penalaran deduktif. Hal ini terlihat dari pendidik meminta peserta didik untuk menyelesaian soalsoal yang relevan sehingga peserta didik menentukan pilihan solusi yang optimal. Level 4: (Level Rigor atau level matematika) Pada level ini, matematikkawan bernalar secara formal dalam sistem matematika serta dapat menganalisis konsekuensi dari manipulasi aksioma dan definisi. Saling berkaitan antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma definisi, teorema, dan pembuktian formal sudah dapat dipahami. Hal ini terlihat dari kegiatan pendidik membimbing sisiwa dalam menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Sehingga peserta didik diharapkan dapat mengembangan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah.
2. Pembelajaran dengan pendekatal Al-Qur’an Penulis akan merancang pembelajaran geometri berbasis Creatif Problem Solving (CPS) dengan pendekatan Al-Qur’an. Rancangan pembelajaran dengan pendekatan Al-Qur’an ini adalah desain pembelajaran yang mengkoneksikan matematika dan Al-Qur’an, khususnya pada materi geometri. Pengkoneksian antara konsep geometri dan Al-Qur’an yang tengah dikembangkan oleh para matematikawan mengajak peserta didik menyadari bahwa matematika adalah hal yang sangat penting dan bermakna dalam segala aspek kehidupan, termasuk keagamaan karena selain Al-Qur’an membicarakan prinsip-prinsip dalam matematika, matematika juga dapat membantu kita dalam memahami Al-Qur’an. Pengkoneksian tersebut dituangkan ke dalam buku ajar yang berisi tentang konsep-konsep dasar geometri yang dikaitkan dengan ayat Al-Qur’an. Buku ajar ini akan digunakan
780 | ISBN 978-979-3870-53-3
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2017 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya sebagai buku pendamping peserta didik pada suatu proses belajar geometri berbasis CPS. Setiap bab pada buku ajar ini akan ditarik intisari atau garis besar permasalahan untuk dikaitkan dengan nilai-nilai keIslaman. Buku ajar ini diharapan dapat membangun kebermaknaan dalam proses pembelajaran. Sehinnga pada proses pembelajaran yang bermakna, diharapkkan pembelajaran tersebut dapat membuat peserta didik mengetahui dan menyadari bahwa matematika mempunyai arti dan kegunaan yang penting bagi dirinnya. Al-Qur’an mengajaran kepada umat manusia bahwa “Tuhan menciptakan sesuatu dengan hitungan teliti” (QS.Al-Jin ayat 28). Tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Semua terjadi dengan ”Hitungan” dan kecermatan angka-angkanya, baik dengan hukum-hukum alam yang dienal manusia maupun yang belum. Namun, bagi muslim yang beriman, tidak ada bedanya apakah Al-Quran diciptakan dengan “Hitungan” atau tidak, mereka tetap percaya bahwa kitab yang mulia ini berasal dari Allah SWT. Namun bagi sebagian ilmuwan, terutama yang muslim, percaya bahwa adanya tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala adalah suatu yang menarik dan menakjubkan jika kita dapat menemukan hubungan-hubungan tersebut, seperti pada [21]. III. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasaran hasil kajian pustaka yang telah dilakukan, dapat dibuat kesimpulan bahwa model pembelajaran geometri yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan menyelesaikan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu masalah dapat dirancang dalam bentuk suatu model pembelajaran geometri berbasis Creatif Problem Solving (CPS). Model pembelajaran ini tidak hanya menitik beratkan pada capaian kemampuan kognitif saja, melainkan juga merupakan pembelajaran bermakna dalam segala aspek kehidupan, termasuk keagamaan yang dapat menanamkan karakter nilai islami bagi peserta didik. Model pembelajaran yang dihasilakan adalah model pembelajaran geometri berbasis Creatif Problem Solving (CPS) dengan pendeatan Al-Qur’an. IV. UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillahi rabbil’alamin. Segala puji syukur dan terima kasih yang tak terhingga kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan artikel ini. Shalawat dan salam kami limpahkan bagi junjungan kita, penghulu para nabi, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta segenap keluarga, para sahabat serta para pengikutnya hingga yaumil akhir. Terima kasih juga kami ucapkan kepada tim, ibu Chusnal ‘Ainy, M.Pd, bapak Shoffa Shoffa, M.Pd, yang telah memberi bimbingan, motivasi, dan semangat, sehingga terselesaikannya artikel ini. Terima kasih juga kepada Kemenristekdikti yang telah memberi kesempatan berkarya dalam bidang penelitian pendidikan yang InsyaAllah akan memberikan kemanfaatan bagi generasi penerus bangsa. V. DAFTAR PUSTAKA [1] As Sayyid Ahmad Al Hasyimiy,“Tarjamah Muktarul Hadits Hikamil Muhammadiyah,” Bandung, Alma’arif, 1977, hal. 160 [2] Hanna Djumhana Bastaman,”Perspektif Al-Qur’an tentang manusia dan agama,” Yoggyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hal. 19 [3] Maksudin,”Desain Pengembangan Berpikir Integratif Interkonektif Pendidikan Dialektik,” Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015, hal. 77 [4] Siregih Sehatta, “Profil Miskonsepsi Siswa SMP tentang Bangun Datar,” Forum Pendidikan, 2002, hal. 19 – 47. [5] Bobango, J.C, “Geometry for All Student: Phase-Based Instruction. Dalam Cuevas (Eds),Reaching All Students WithMathematics,” Virginia, The National Council of Teachers of Mathematics,Inc, 1993. [6] Nur’aini, “Analisis Keterampilan Geometri Siswa Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat Berpikir Van Hiele,”Artikel dimuat pada Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 7, Nomor 1,2014, hal. 54-66. [7] Pepkin. K.L,”Creative Problem Solving in Math,”Diakses dari http//www. uh.edu/hti/cu/v02/04.htm,5 April 2017. [8] Rahayu, Kardina.I,”Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika antara Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dan Creative Problem Solving (CPS) dalam Materi Pokok Segi Empat pada Peserta Didik Kelas VII SMP N 2 Tengaran,”Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang,2010. [9] Amrulloh,” Implementasi Model Pembelajaran Creatif Problem Soving (CPS) dengan Media CD Pembelajaran dan Analisis Kesalahan dalam Mengerjakan Soal pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Manidiraja Kabupaten Banjarnegara Materi Pokok Kubus dan Balok,”Skripsi, Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang,2010. [10] Hamzah B. Uno, “Teori Motivasi dan Pengukurannya,” Jakarta, Bumi Kasara, 2007, hal. 23. [11] Abdussyakir, “Ketika Kyai Mengajar Matematika,”Malang,UIN Malang Press, 2007.
781 | ISBN 978-979-3870-53-3
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2017 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya [12] Bobango, J.C.,” Geometry for All Student:Phase-Based Instruction. Dalam Cuevas(Eds). Reaching All Students With Mathematics,”Virginia, TheNational Council of Teachers of Mathematics,Inc, 1993. [13] Utami Munandar. S.C.,”Dasar-dasar pengembangan Kretivitas Anak Berbakkat,” Jakarta,Depdikbud, 1995. [14] Siska,”Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa Pada Mata Kuliah Metode Numerik Dengan Pendekatan Creative Problem Solving,” Makalah Dipresentasikan Dalam Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika Dengan Tema ” Penguatan Peran Matematika Dan Pendidikan Matematika Untuk Indonesia Yang Lebih Baik", Pendidikan Matematika FMIPA UNY,2013. [15] Nirmala, Nur Walidah,”Keefektifan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan Teams Games Tournament (TGT) Dikombinasikan Tahap Van Hielle Terhadap Hasil Belajar materi Segiempat Kelas VII SMP N 2 JakenKabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010,” Skripsi. Semarang, FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2010. [16] Suyitno, Amir,” Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika,” Semarang:Pendidikan Matematika FMIPA UNNES, hal.34, 2000. [17] Cahyono, A. N.,” Pengembangan Model pembelajaran Creative Problem Solving berbasis Teknologi dalam Pembelajaran Matematika SMA,” Artikel dimuat pada Jurnal Seminar Nasional V, UNNES,2009. [18] Utami Munandar S.C., “Dasar-dasarpenegmbangan kretivitas anak berbakat,” Jakarta, Depdikbud, 1995 [19] Asikin, Pujiadi,” Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving (CPS) Berbantuan CD Interaktif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMA Kelas X,” Lembaran Ilmu Kependidikan, hal37-45,2008. [20] Crowley, M.L,” The van Hiele Model of Development of Geometric Though,” Reston, VA: National Council Of Teachers of Mathematics,1987. [21] Gus AA.,” Matematika Al-Qur’an,” Rahma Media Pustaka, 2009.
782 | ISBN 978-979-3870-53-3