Annisa Rachmani Tyaningsih Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Anak Usia Dini Berbasis Proses Pemerolehan Bahasa Pertama
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA ANAK USIA DINI BERBASIS PROSES PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA Annisa Rachmani Tyaningsih Universitas Islam Bandung E-mail:
[email protected]
Abstract: The awareness of the importance of English in this information era leads to the effort to learn and master the language as early as possible. Therefore, English is demanded to be introduced in formal education for young children.This condition results some chalanges since English is used as a foreign language in Indonesia. When a foreign language is introduced to young children, it requires special knowledge about how children acquire and learn language, so an appropriate learning method can be well-formulated. This article discusses the process of language acquisition in children, both first language and second language, and how that knowledge takes role in the formulation of method of learning English for early childhood. Keywords: first language acquisition, foreign language acquisition, teaching english for young learner Abstrak: Kesadaran akan pentingnya penguasaan bahasa Inggris di era informasi ini memunculkan upaya-upaya untuk mempelajari dan menguasai bahasa tersebut sedini mungkin. Oleh karena itu, bahasa Inggris diharapkan untuk diperkenalkan di lembaga pendidikan formal untuk anak usia dini. Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri karena bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia. Ketika sebuah bahasa asing diperkenalkan kepada anak usia dini, maka pengetahuan khusus mengenai bagaimana anak memperoleh dan mempelajari bahasa sangat diperlukan, sehingga sebuah metode pembelajaran yang tepat dapat dirumuskan dengan baik. Artikel ini membahas mengenai proses pemerolehan bahasa pada anak, baik pada bahasa pertamanya maupun bahasa keduanya, serta bagaimana pengetahuan mengenai proses tersebut berperan dalam perumusan metode pembelajaran bahasa Inggris untuk anak usia dini. Kata kunci: pemerolehan bahasa pertama, pemerolehan bahasa asing, pengajaran bahasa asing untuk anak usia dini.
sangat penting bagi masyarakat modern sekarang ini. Seperti yang dikatakan oleh Fromkin, “English hasbeen called ‘the lingua franca of the world” [Bahasa Inggris telah disebut sebagai bahasa pengantar dunia] (1990, p.259). Kesadaran akan pentingnya bahasa Inggris berimplikasi pada upaya untuk mempelajari dan menguasai bahasa tersebut. Masyarakat pun saling berlomba memperkenalkanbahasa Inggris sedini
PENDAHULUAN Seperti yang telah diketahui bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional pertama yang digunakan hampir disemua bidang kehidupan dunia. Bahasa Inggris juga telah menjadi bahasa yangmendominasi era informasi untuk menghubungkan dan mentransfer informasi ke seluruhdunia. Hal ini menggiring asumsi bahwa penguasaan bahasa Inggris merupakankebutuhan yang
74
BARISTA, Volume 3, Nomor 1, Juli 2016
pengetahuan tentang proses tersebut dapat menjadi kerangka dalam menyusun langkah pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini yang baik? Tujuan umum pembahasan pada artikel ini adalah untuk memberikan informasi tentang seperti apa pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini berbasis proses pemerolehan bahasa pertama. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kemudian dikaji secara empiris dalam penelitian-penelitian sehingga hasilnya dapat berimplikasi pada percepatan pembangunan anak-anak Indonesia yang memiliki kecakapan berbahasa Inggris. Adapun tujuan khusus dari pembahasan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan secara komprehensif tentang (1) proses anak dalam memperoleh bahasa dan dalam pembelajaran bahasa; dan (2) langkah-langkah pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini berbasis proses pemerolehan bahasa pertama.
mungkin kepada anak-anaknya. Fenomena ini ditangkap dengan cepat oleh lembagalembaga pendidikan, khususnya yang bergerak di bidang pendidikan anak usia dini. Maka, keberadaan pembelajaran bahasa inggris di institusiPendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi sebuah nilai tambah tersendiri. Hal ini menjadi tantangan bagi para pendidiknya, khususnya pengajar bahasa Inggris, untuk mengembangkan dan mengimplementasikan suatu metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk anak usia dini. Sebagai bahasa asing, bahasa Inggris bisa jadi adalah hal baru bagi anak, terutama yang di keluarganya tidak berbahasa Inggrisatau yang jarang bersentuhan dengan bahasa Inggris. Terlebih lagi, Indonesia bukanlah negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Hal ini membuat para orang tua, khususnyapara guru, berasumsi bahwa anak-anak akan sangat kesulitan untuk mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Sebagai hasilnya, langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan cenderung bersifat “menyuapi”. Indikator kesulitan tersebut bisa jadi lahir dari titik tolak berpikir guru yang menempatkan dirinya sendiri sedang belajar bahasa Inggris. Maka dari itu, langkah pembelajaran yang dirumuskan pun cenderung merupakan refleksi dari cara belajar guru dalam belajar bahasa Inggris. Padahal, beberapa penelitian dengan jelas menunjukkan bahwa anakanak dan orang dewasa mempelajari bahasa dengan cara yang berbeda (lihat O’Grady, 2005; Valipour dan Davatgari, 2014); dan bahkan dengan cara yang lebih cepat (lihat Santrock, 2007, p.313). Artikel ini akan membahas permasalahan berdasarkan rumusan sebagai berikut: (a) Seperti apa proses anak dalam memperoleh bahasa dan dalam pembelajaran bahasa?; dan (b)bagaimana
PEMEROLEHAN BAHASA Istilah ‘pemerolehan’ dipakai untuk padanan istilah bahasa Inggris acquisition. Sedangkanbahasa yang dimaksud dalam konteks ini adalah sebuah sistem komunikasi. Goldstein (2008, p.264) menyatakan bahwa “Language is a system of communication using sounds or symbols that enables us to express our feelings, thoughts, ideas, and experiences.”[Bahasa adalah sistem komunikasi yang menggunakan bunyi dan simbol yang memungkinkan kita utnuk mengekspresikan perasaan, pikiran, ide dan pengalaman].Maka, apa yang dimaknai sebagai bahasa dalam pembahasan pemerolehan bahasa ini adalah bunyi atau simbol yang digunakan untuk berkomunikasi. Schutz (2006, p.12) mengutip Krashen yang mendefenisikan pemerolehanbahasa sebagai "... the product of a subconscious process very similar to
75
Annisa Rachmani Tyaningsih Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Anak Usia Dini Berbasis Proses Pemerolehan Bahasa Pertama
the processchildren undergo when they acquire their first language” [... hasil dari sebuah proses bawah sadar yang menyerupai proses yang dialami oleh anak-anak ketika mereka memperoleh bahasa pertamanya]. Dengan kata lain, pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang bersifat tidak disadari yang dialami oleh anak pada pemerolehan bahasa pertamanya. Menurut Sigel dan Cocking (2000, p.5) pemerolehan bahasa merupakan prosesyang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis denganucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dansederhana dari bahasa yang bersangkutan. Rangkaian hipotesis yang dirumuskan oleh anak dalam proses ini akan berkembang sesuai dengan ragam interaksi anak dalam berbagai konteks dengan lawan bicaranya dan kemudian diuji berulang-ulang untuk mendapatkan pengetahuan bagaimana bahasa itu diucapkan, digunakan dan dimainkan. Dari semua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses alamiah seorang anak dalam mengenali simbolsimbol dari lingkungannya, yaitu berupa bunyi-bunyi (ucapan) yang selanjutnya terus dikembangkan dan digunakan sebagai cara berkomunikasi dengan orang sekitarnya sesuai dengan perkembangan otak anak. Dalam proses ini, anak menangkap, mengenali, mengidentifikasi dan mengkategorikan secara alami seluruh kata, tuturan, ataupun ekspresi dari lingkungan sekitarnya. Rujukan utama yang digunakan oleh anak dalam proses pemerolehan bahasa ini antara lain adalah konteks, bahasa tubuh ataupun nada dari bunyi-bunyi yang mereka tangkap,yang kemudian mereka identifikasi dan mereka gunakan sebagai sebuah cara untuk berkomunikasi.
Pemerolehan Bahasa Pertama Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa pemerolehan bahasa adalah sebuah proses alamiah yang terjadi pada saat anak memperoleh bahasa pertamanya. Dalam proses tersebut, ‘data’ yang diperoleh oleh seorang anak dalam mengembangkan sistem komunikasinya adalah bunyi dan simbol. Maka dapat dikatakan bahwa seorang anak mulai mengalami proses pemerolehan bahasa pertamanya ketika pertama kali dipaparkan terhadap bunyi bahasa, atau dengan kata lain ketika pertama kali mendengar. O’grady (2005) berpendapat bahwa anak-anak tampaknya memang dirancang secara khusus untuk mendengarkan bahasa. Bahkan seorang anak tidak menunggu sampai dilahirkan untuk memulai pemerolehan bahasa. O’grady juga menyatakan bahwa bunyibunyi tuturan sudah dapat didengar sejak di rahim, dan janin telah mampu mengidentifikasi irama dasar dan fitur tertentu dari pembicara suara. Seorang janin telah menunjukkan kecenderungan terhadap suara ibu dibandingkan dengan suara perempuan lain. Itulah mengapa bahasa pertama seorang anak adalah bahasa ibu, dan saat lahir seorang anak telah mampu mengenali bahwa kalimat dalam bahasa ibunya tidak terdengar sama dengan kalimat bahasa lain. Brown (1980, p.20) menyatakan bahwa menurut pandangan kaum mentalis atau rasionalis atau nativis, proses pengolahan data ini dapat terjadi karena sejak lahir seorang telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang sesuai dengan proses kematangan intelektualnya.Dengan kata lain, aliran ini melihat bahwa kemampuan mengembangan bahasa pada anak bersifat innateatau bawaan. Kaum mentalis beranggapan bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki apa yang disebut dengan LAD (Language Acquisition Device). Kelengkapan bahasa
76
BARISTA, Volume 3, Nomor 1, Juli 2016
ini berisi sejumlah hipotesis bawaan. Hipotesis bawaan menurut para ahli berpendapat bahasa adalah satu pola tingkah laku spesifik dan bentuk tertentu dari persepsi kecakapan mengategorikan dan mekanisme hubungan bahasa, secara biologis telah ditemukan (Chomsky, 1959). Mc Neill (dalam Brown, 1980, p.22) menyatakan bahwa LAD itu terdiri atas:
Dengan demikian, proses pemerolehan bahasa pada anak terjadi dan berkembang dengan optimal dengan adanya piranti lunak bawaan yang kemudian diaktifkan dengan adanya datadata berupa paparan terhadap bahasa yang didapatkan dari lingkungannya, dan kemudian dikembangkan secara mandiri dan alami melalui rangsangan dan respon lawan bicara sebagai upaya anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pengembangan bahasa inilah yang selanjutnya mengarah kepada pembelajaran bahasa.
a. kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain. b. kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke dalam sejumlah kelas yang akan berkembang kemudian. c. pengetahuan tentang sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak mungkin, dan kecapan menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan sistem linguistik, Dengan demikian, dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin diluar data linguistik yang ditemukan.
Pemerolehan Bahasa vs Pembelajaran Bahasa Istilah pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan istilah pembelajaran bahasa. Istilah pembelajaran bahasa digunakan berkaitan dengan proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Dengan kata lain, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003, p.167). Walaupun istilah yang digunakan adalah pemerolehan bahasa kedua, namun istilah itu meliputi segala proses pembelajaran bahasa apapun setelah bahasa pertama, baik itu bahasa kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Oleh karena itu, bahasa lain selain bahasa pertama disebut bahasa kedua atau juga disebut sebagai bahasa target untuk membedakan antara bahasa kedua dan bahasa asing, The Collins Dictionary(2013) mendefinisikan bahasa kedua sebagai bahasa yang dipelajari setelah bahasa ibu nya dan bahasa asing sebagai bahasa yang digunakan di negara selain negara asalnya. Perbedaan utama dari pemerolehan bahasa pertama dan kedua atau asing adalah pada setting proses belajarnya. Pemerolehan bahasa pertama dilakukan
LAD yang diumpamakan oleh Chomsky (1959 dalam Otto 2015, p. 34) sebagai “kotak hitam kecil” di otak ini memiliki masa kritisnya (critical periode), yaitu pada usia anak 0 – 6 tahun. Di periode ini anak dapat menerima data yang tak terbatas, sehingga memungkinkan anak untuk memperoleh bahasa dengan mudah dan cepat. Bahkan, dalam masa kritis ini seorang anak mampu memperoleh lebih dari satu bahasa secara bersamaan. Menyusul pandangan kaum mentalis atau rasionalis atau nativis, pandangan behavioris yang diusung oleh Karmiloff dan Karmiloff Smith (2001 dalam Otto 2015, p. 37) dan interaksionis oleh Panofsky dan Smith (1994 dalam Otto 2015, p. 37) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa pada anak berkembang berdasarkan rangsangan, respon dan bantuan yang terjadi di dalam lingkungan, karena anak memperoleh bahasa mereka melalu usaha mereka untuk dapat berkomunikasi dengan dunia sekitar mereka.
77
Annisa Rachmani Tyaningsih Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Anak Usia Dini Berbasis Proses Pemerolehan Bahasa Pertama
secara alami dan tidak sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua dilakukan secara sadar dan formal. Oleh sebab itu, proses yang terjadi dalam “kepala” anak pun diduga akan berbeda. Dari beberapa teori mengenai pemerolehan bahasa, maka dapat
dirumuskan perbedaan-perbedaan proses dalam pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa. Berikut ini adalah perbedaan-perbedaan dalam proses pemerolehan dan pembelajaran.
Tabel 1. Perbedaan Proses Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa x x x x x x
Pemerolehan Proses yang tidak disadari Mengalami Mendapatkan sumbernya dari komunikasi alami Merasakan sendiri mana yang benar dan mana yang salah Hasilnya difokuskan kepada makna Kesalahan masih diterima
x x x x x x
Proses pemerolehan bahasa yang bersifat alami dilihat sebagai sebuah proses yang memiliki efek jangka panjang dalam hal penguasaan konsep-konsep dasarberbahasa, karena berbasis pengujian hipotesis secara mandiri dari pengalaman. Namun, dalam proses pengembangannya perlu juga dilakukan rangsanganrangsangan yang dirancang secara sengaja untuk memaksimalkan tingkat perkembangannya. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai proses pemerolehan bahasapada anak dapat menjadi dasar dari perumusan metode pembelajaran bahasa Inggris untuk anak yang efektif, karena dengan mengadaptasi kepada proses alami pemerolehan bahasa, hasil pembelajaran yang didapatkan diharapkan dapat memiliki efek berkelanjutan dan berjangka panjang sebagai bekal untuk proses pengembangannya bahasa Inggris sebagai bahasa asing selanjutnya.
Pembelajaran Proses yang disadari Mengingat Mendapatkan sumbernya dari pengetahuan yang disadari Mendapatkan informasi dari orang lain mengenai apa yang benar dan apa yang salah Hasilnya difokuskan kepada bentuk Kesalahan dianggap sebagai sebuah kegagalan
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA ANAK USIA DINI Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan sedini mungkin merupakan langkah yang tepat. Stakanova dan Tolsikhina (2014) juga menambahkan mengenai tepatnya mengajarkan bahasa inggris pada anak usia dini dengan menyatakan beberapa alasan sebagai berikut: a. Pada periode ini perkembangan linguistik anak sedang dalam tahap yang sangat baik untuk digunakan sebagai dasar dalam perkembangan linguistik selanjutnya. b. Sebuah permulaan yang dilakukan lebih awal menyediakan waktu belajar yang lebih maksimal bagi pembelajaran bahasa inggris sebagai bahasa asing – semakin cepat memulai maka semakin banyak waktu untuk belajar – c. Anak yang belajar bahasa asing pertamanya di pra-sekolah atau tingkat sekolah dasar memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mempelajari bahasaasing kedua di sekolah menengah.
78
BARISTA, Volume 3, Nomor 1, Juli 2016
lalu menyimpulkan apa inti atau maksud dari kalimat tersebut. d. Anak tidak perlu diberitahu ketika melakukan sebuah kesalahan dalam berbahasa, karena anak mampu menyadarinya dan memperbaikinya sendiri. Namun, hal ini memerlukan waktu dalam prosesnya. Biarkan anak mendalami sendiri pengetahuan bahasa yang dia perlukan untuk memperbaiki kesalahannya. Apabila orang tua ingin membantu, cukup dengan memberikan contoh yang benar. e. Anak mengimitasi cara berbahasa orangorang yang paling dekat dan paling banyak berinteraksi dengannya. Dari situlah dialek diturunkan kepada anak. Dalam pembelajaran bahasa asing, anak mengimitasi pelafalan kata dengan lebih baik ketika memang sumber modelnya melafalkan kata-kata dengan baik.
d. Belajar bahasa asing di usia dini merangsang kemampuan anak untuk menggunakan bahasa ibunya dengan lebih baik.
Namun, seperti yang telah diutarakan dalam sub-bab sebelumnya, perlu diperhatikan bahwa anak memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang tua. Maka, sebaiknya dalam perumusan metode pembelajaran, pengetahuan mengenai keunikan dan karakteristik pembelajaran bahasa pada anak perlu diketahui terbih dahulu. Dari hasil penelitiannya, O’grady (2007) merumuskan setidaknya ada 5 karakteristik dasar dalam cara seorang anak belajar bahasa, yaitu: a. Anak-anak memulai pelajaran bahasanya dengan mendengarkan. Mendengarkan adalah kekuatan utama mereka dalam ‘meramu’ aspek-aspek dalam bahasa. Bagi anak, bahasa adalah bunyi yang memiliki fungsi dan makna. Interaksinya dengan lingkungan, membantunya memahami konteks dan makna. b. Anak mempelajari bahasa dengan sangat cepat. Hanya dengan mendengarnya satu atau dua kali mereka dapat menangkap referen sebuah bunyi untuk sebuah benda atau makna. Bahasa tubuh dan intonasi atau penekanantertentu pada kata merupakan bantuan yang sangat besar bagi anak memahami bahasa. Dengan kata lain, awalaupun kekuatan anak dalam belajara berbahasa adalah mendengarkan, seorang anak tidak dapat belajar bahasa hanya dengan mendengarkan radio. Anak memerlukan interaksi dengan lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan yang mereka perlukan. c. Anak mempelajari sebuah bahasa dari fungsinya bukan bentuknya. Anak tidak menyadari betapa membingungkannya yang disebut tata bahasa itu, walaupun secara bertahap akan dipelajarinya. Dengan kata lain, anak dapat memahami serangkaian kalimat yang kompleks yang berada diatas levelnya dengan sederhana,
Sejalan dengan O’grady, Well (1999) menyatakan “It is not only the repetition of sounds they receive, instead, theydevelop rules and prove their assumptions to figure out for themselves.” [itu bukan hanya sekedar pengulangan bunyi yang mereka terima, sebaliknya, mereka mengembangkan aturan dan membuktikan asumsi untuk memahaminya sendiri]. Donaldson (1978) dan Hughes (1986) juga menambahkan bahwa “They need to involve inhands-on experiences for effective learning.” [Anak-anak perlu untuk terlibat secara langsung dalam suatu pengalaman untik belajar secara efektif].Pendek kata, karakteristik utama dalam proses pembelajaran anak adalah mendengarkan, mengimitasi, dan mengalami. PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS ANAK USIA DINI BERBASIS PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA Penelitian pertama yang melihat adanya peran yang sangat besar dalam proses pemerolehan bahasa pertama anak pada proses pembelajaran bahasa asing adalah
79
Annisa Rachmani Tyaningsih Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Anak Usia Dini Berbasis Proses Pemerolehan Bahasa Pertama
Gouin (1880). Gouin (dalam Brown, 2008) percaya bahwa hal yang penting dalam pembelajaran bahasa adalah persoalan mengubah persepsi menjadi konsepsi. Maka, Gouin mulai merancang sebuah metode mengajar secara langsung (tanpa penerjemahan) dan secara konseptual (tanpa kaidah dan penjelasan gramatikal). Satu generasi kemudian, pemikiran awal Gouin ini kemudian ditindaklanjuti oleh Berlitz (dalam Brown 2007, p.25) yang memantapkan suatu metode yang dikenal sebagai Metode Langsung (Direct Method).Premis dasar metode Berlitz menyatakan bahwa pembelajaran bahasa kedua, khususnya pada anak, sebaiknya mengadaptasi proses pembelajaran bahasa pertama, yaitu dengan meperbanyak interaksi lisan aktif, penggunaan spontan bahasa, tanpa penerjemahan antara bahasa pertama dan kedua, dan sedikit sekali atau sama sekali tanpa analisis kaidah gramatikal. Berangkat dari berbagai teori dan hasil kajian mengenai proses pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa pada anak, maka perumusan metode pembelajaran bahasa inggris pada anak sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek yang telah dibahas dalam kajian tersebut.Sesuai dengan pandangan kaum mentalis, rasionalis, dan nativis yang menyatakan bahwa LAD akan teraktivasi setelah mendapatkan paparan berupa input data bahasa, yaitu ketika anak mendengarkan bunyi bahasa, maka sebaiknya instruksi pembelajaran bahasa Inggris di kelas diberikan hanya dalam bahasa target. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa prinsip dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis proses pemerolehan bahasa pertama sebagai berikut: a. Mulailah dengan kalimat-kalimat perintah sederhana yang digunakan sehari-hari, seperti: Listen!, Watch!, Sit down!, Be nice!Gunakan nada,
ekspresi wajah, dan bahasa tubuh yang dapat membantu siswa untuk membuat asumsi awal mengenai makna dan arti ucapan tersebut. b. Perkenalkan kosa kata dengan menggunakannya dalamkalimatbahasa target untuk membangun konteks. Gunakan bahasa tubuh (gestur/ekspresi wajah)dan modifikasi penekanan atau intonasi untuk membantu anak memahami makna kosa kata yang menjadi fokus. Untuk mengawali, kenalkan anak pada lima kata kerja yang dekat dengan mereka seperti: eat, drink, want, watch, like. Lalu fokus menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu sampai anak dinilai telah menguasainya. Lalu, baru tambahkan lagi lima kata selanjutnya. c. Ingat bahwa dalam pemerolehan bahasa, tahap awal pengenalan bahasa adalah proses imitasi, maka tata bahasa cukup diberikan dengan cara pemodelan dan pengucapan kata yang tepat merupakan keharusan, karena itu akan menjadi data penting bagi anak untuk tahap produksi bahasanya. d. Hindari proses penerjemahan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia secara terus menerus. Sebaliknya, gunakan bahasa tubuh atau petunjuk lain di sekitar untuk membantu siswa memahami makna ucapan kita. Selanjutnya, pandangan behaviorisme mengenai pemerolehan bahasa pada anak yang menyatakan bahwa pengembangan pengetahuan bahasa anak diperoleh dari rangsangan, respon, interaksi dan bantuan yang terjadi di dalam lingkungan, maka metode selanjutya yang dapat diadaptasi dari pandangan ini adalah sebagai berikut: a. Perkenalkan ekspresi-eksperesi kalimat yang dibangun bertahap melalui interaksi dan tanpa menerjemahkannya. Sebagai contoh, ekspresi-ekspresi seperti: how are
80
BARISTA, Volume 3, Nomor 1, Juli 2016
anak.Pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini tidak boleh menghambat kreativitas dan imajinasi bahasa anak. Karakteristik utama dalam proses pembelajaran bahasa pada anak adalah mendengarkan, mengimitasi, dan mengalami. Maka dari itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk mengakomodir karakteristik tersebut. Metode pengajaran langsung (Direct Method) dipercaya masih relevan dan tepat untuk diterapkan dalam pengajaran bahasa Inggris untuk anak usia dini. Yakni metode mengajarsecara langsung (tanpa penerjemahan) dan secara konseptual (tanpa kaidah dan penjelasan gramatikal). Pada tataran teknisnya, guru harus memperbanyak interaksi lisan aktif, penggunaan spontan bahasa, tanpa penerjemahan antara bahasa pertama dan kedua, dan sedikit sekali atau sama sekali tanpa analisis kaidah gramatikal. Berdasarkan pemaparan sebelumnya maka dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Guru bahasa Inggris untuk usia dini agar lebih memahami dan mendalami karakter anak dan karakteristik pembelajaran bahasa pada anak. Dengan pemahaman dan pendalaman yang baik diharapkan guru dapat menggunakan kreativitasnya dalam mengajar sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan tepat. 2. Implementasi metode langsung perlu dikembangkan lebih jauh dan rinci untuk mendapatkan ide-ide baru yang segar dan kreatif sehingga memperkaya khasanah pengajaran bahasa Inggris pada anak usia dini. 3. Efektivitas dari implementasi metode langsung yang dikembangkan juga perlu untuk dikaji lebih jauh secara empiris sehingga diharapkan akan memberikan manfaat pada dunia pengajaran bahasa Inggris untuk anak usia dini yang secara tidak langsung akan memberikan
you?, what’s your name?, thank you, i’m sorry diperkenalkan dalam satu kesatuan dengan ekspresi yang digunakan untuk responnya. b. Gunakan media seperti gambar dan alat peraga lainnya hanya untuk pengenalan kosa kata konkrit. Penggunaan lingkungan sekitar sebagai media akan lebih baik dalam membangun konteks. Sehingga akan lebih memudahkan anak dalam menangkap konsepnya. Lalu gunakan dalam interaksi berupa percakapan ringan. PENUTUP Mengajarkan bahasa Inggris pada anak usia dini merupakan sebuah langkah yang tepat (lihat Stakanova dan Tolsikhina, 2014). Namun, anak-anak perlu dilihat sebagai individu yang berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak dan orang dewasa mempelajari bahasa dengan cara yang berbeda (lihat O’Grady, 2007; Valipour dan Davatgari, 2014); dan bahkan dengan cara yang lebih cepat (lihat Santrock,2007:313). Maka dari itu pembelajaran bahasa Inggris untuk anakanak usia dini memerlukan perlakuan yang berbeda dibandingkan untuk orang dewasa. Seorang pengajar bahasa Inggris untuk anak usia dini perlu memahami bahwa seorang anak sejak lahir telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang sesuai dengan proses kematangan intelektualnya (lihat Brown, 1980). Seorang anak memiliki apa yang disebut dengan LAD (Language Acquisition Device)yang tidak dimiliki oleh orang dewasayang menjadi bekal bagi dirinya untuk memperoleh dan mengolah bahasa. Dengan LAD anak-anak akan mengembangkan aturan dan memahami bahasa dengan caranya (lihat Well, 1999). Oleh karena itu, tidak perlu untuk mengkotak-kotakan, mendikte apa yang seharusnya dipelajari oleh
81
Annisa Rachmani Tyaningsih Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Anak Usia Dini Berbasis Proses Pemerolehan Bahasa Pertama
kontribusi pada percepatan pembangunan anak-anak Indonesia yang memiliki kecakapan berbahasa Inggris.
Santrock, J. (2007). Adolesence”Fifth Edition. New York, NY: McGrawHill Company Inc. Schutz, R. (2006). Stephen Krashni's Theory of Second language Acquisition. Diakses dari: http://www.sk.com.br/skkrash.html. Sigel, I., & Cocking, R. (2000). Cognitive Development from Childhood to Adolescence: A Constructivist Perspective’ p. 5. Diakses dari: http://fccl.ksu.ru/papers/gp002.htm Stakanova E., & Tolstikhina, E. (2014). Different Approaches to Teaching English As A Foreign Language to Young Learner.Procedia Social and Behaviour Science Vo. 146. pp. 456-460. Diakses dari: www.sciencedirect.com Valipour, V., & Davatgari, H. (2014). Differences between Children and Adults in Foreign Languange Pronunciation and Gramatical Rules Learning.Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences Vol. 4 (S3), pp. 195-198. Diakses dari: www.cibtech.org/sp.ed/jls/2014/03/ jls.htm.
DAFTAR PUSTAKA Brown, H. D. (2007). Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. (Cholis, N. dan Pareanom, Y.A., Trans.) Jakarta, JKT: Kedutaan Besar Amerika Serikat. Chaer, A. (2003). Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta, JKT: Rineka Cipta Fromkin, V., Rodman, R., & Hyams, N.(1990). An Intoduction to Language. New York, NY: Avon Books. Godstein, E. B. (2008). Cognitive Psychology: Connecting Mind, Research and Everyday Experience. Second Edition. United States of America, USA: Thomson Wadsworth. Ingram, D. (1989). First Language Acquisition: Method, Description, and Explanation.Great Britain: Cambridge University Press. Linse, C.T. (2005). Practical English Language Teaching: Young Learners. New York, NY: McGraw-Hill Company Inc. Lust, B.C. (2006). Child Language: Acquisition and Growth.United Kingdom, UK: Cambridge University Press. O’grady, W. (2005). How Children Learn Language.United Kingdom, UK: Cambridge University Press.
UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pula kepada dewan redaksi Jurnal Barista atas pemuatan artikel hasil penelitian ini.
82