PEMBAHASAN UMUM t
Diare merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat komplek.
Angka kematian bayi dan anak b a l i t a
yang t i n g g i d i Indonesia, terutama disebabkan karena d i a re.
Heim (1984). menyatakan bahwa d i a r e a k i b a t i n f e k s i
akut dengan d e h i d r a s i , dan d i a r e kronik dengan keadaan 1
g i z i buruk adalah dua penyebab kematian bayi dan anak d i negara berkembang
.
Untuk menekan angka kematian bayi dan anak b a l i t a , perlu suatu tindakan nyata dalam usaha-usaha penanggulangan terutama ditujukan pada penyembuhan d i a r e dan perbaikan keadaan g i z i p e n d e r i t a , dan pencegahan timbulnya kasus baru. Diare pa& bayi dan anak b a l i t a menjadi suatu masal a h yang besar dan sangat komplek, terutama karena sebagian penderita jatuh ke dalam keadaan d i a r e kronik a t a u d i a r e melanjut, dan keadaan gizi penderita menjadi sangat buruk.
Kejadian t e r s e b u t terutama disebabkan karena ada-
nya kerusakan s e l - s e l e p i t e l jaringan mukosa usus. Kerusakan jaringan mukosa akan menyebabkan kenaikan a b s o r p s i p r o t e i n utuh, mengakibatkan t e r j a d i n y a s e n s i t i f i t a s terhadap p r o t e i n .
T e r j a d i juga penurunan l u a s per-
mukaan jaringan yang ada kaitannya dengan kehilangan akt i f i t a s disakaridase, mengakibatkan kegagalan a b s o r p s i
'
hidratarang.
Terjadinya kerusakan mukosa usus disebabkan
karena masuknya penyebab i n f e k s i a n t a r a l a i n v i r u s dan
*
b a k t e r i enteripatogen. Kerusakan jaringan mukosa menyebabkan penurunan produksi hormon usus termasuk pancreozymin, menyebabkan penurunan s e k r e s i amilase pankreas, sehingga pencernaan hidratarang menjadi sangat terganggu. T e r j a d i pula penurunan enzim p r o t e o l i t i k pankreas menyebabkan kegapalan pencernaan dan a b s o r p s i p r o t e i n . Enzim l i p a s e j uga berkurang , sehingga t e r j a d i gangguan pencernaan lemak (Liebenthal , 1984)
.
Dalam penanggulangan masalah d i a r e pada bayi dan anak b a l i t a penting perhatian terutama ditujukan terhadap kerusakan mukosa usus dan keterbatasan enzim pencernaan. D i samping pengobatan untuk memperbaiki kerusakan j a r i n g an, tatalaksana d i i t merupakan bagian yang penting dalam penanggulangan masalah d i a r e pada bayi dan anak b a l i t a . Tujuan t a t a l a k s a n a d i i t i a l a h untuk memberikan z a t g i z i dalam jumlah dan komposisi yang t e p a t , paling t i d a k untuk memenuhi kelangsungan metabolisme, dan akan l e b i h baik l a g i b i l a dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan penderita.
Suatu masalah yang s e l a l u dipertanya-
kan, makanan apa yang harus diberikan kepada bayi dan anak penderita d i a r e (Heim, 1984)
.
Pada p e n e l i t i a n i n i t e l a h d i p e l a j a r i suatu makanan bayi formula tempe yang dibuat d a r i campuran tempe,
t e r i g u , g u l a , minyak n a b a t i , dan tambahan makanan untuk penambah r a s a dan,pembantu pengolahan, d i o l a h dengan p r i n s i p pembuatan b i s k u i t . Makanan formula tempe t e l a h d i p e l a j a r i pengaruhnya terhadap perkembangan f i s i k , peluang kejadian d i a r e , dan r e s i k o d i a r e a k i b a t i n f e k s i b a k t e r i enteropatogen. Hasil p e n e l i t i a n menggunakan hewan percobaan menunjukkan bahwa pengaruh makanan bayi formula tempe terhadap perkembangan b e r a t badan, sanp,at baik.
Kelinci yang d i -
b e r i makanan bayi formula tempe selama empat minggu menunjukkan kenaikan b e r a t badan l e b i h baik d a r i pada kenaikan b e r a t badan k e l i n c i yang d i b e r i makanan formula susu, makanan formula daging ayam dan makanan formula kedelai. I n f e k s i dengan b a k t e r i penyebab d i a r e pada bayi dan E .-c o l i 0125K70(B)H19, t i d a k berpengaruh nyata anak, y a i t u terhadap b e r a t badan k e l i n c i yang mendapat n-akanan bayi formula tempe.
Keadaan i n i memberi i n d i k a s i bahwa infek-
si E - .-c o l i pada k e l i n c i yang nendapat makanan. formula tempe, t i d a k mengakibatkan tubuh kehilangan banyak z a t g i z i . Pada k e l i n c i yang d i b e r i makanan formula k e d e l a i , makanan formula susu, dan makanan formula daging ayam,
- .-c o l i 0125K70(B)H19, mengakibatkan penurunan beinfeksi E r a t badan yang sangat tajam. Hasil p e n e l i t i a n menunjukkan pula bahwa E.coli -0125
K70(B)H19, yang d i i n f e k s i k a n melalui mulut selama empat
hari berturut-turut, tidak mampu menimbulkan diare pada kelinci yang diberi makanan bayi formula tempe. Menurut 1 Evans, dkk. (1975), E.coli -sebanyak 105 /ml, cukup untuk menimbulkan diare pada kelinci muda.
Dalarn penelitian
ini kelinci diinfeksi dengan E.coli sebanyak 4 x 2 x 108 koloni. Pada kelompok lain infeksi bakteri tersebut cukup dapat menimbulkan diare tingkat Oerat dan berlangsung lama sampai dua minggu. Pemeriksaan histopatologi usus, menunjukkan bahwa jaringan epitel lambung dan usus halus kelinci yang mendapat makanan bayi formula tempe tetap normal, tidak kelihatan adanya kerusakan sel akibat infeksi E.coli. -adaan ini menunjukkan bahwa E. - -coli 0125K70(B)H19,
Ke-
yang
diinfeksikan tidak mampu menimbulkan gastritis dan enteritis pada kelinci tersebut. Pada kelinci kelompok lain infeksi E.coli - - mengakibatkan terjadinya kerusakan sel epitel jaringan mukosa lambung dan usus halus.
Infeksi E.coli -0125K70(B)H19,
pada
kelinci yang diberi makanan formula kedelai, makanan formula susu, ,danmakanan formula daging ayam, mengakibatkan terjadi gastritis dan enteritis. Rasil penelitian .ini menunjukkan bahwa makanan bayi formula tempe yang diberikan secara berkesinambungan pada masa sapihan, dapat meningkatkan dayatahan tubuh terhadap infeksi bakteri penyebab diare.
Data penelitian ini
lcendukung salah satu kesimpulan pengatnatan Van Veen dan
Schaefer (19501, dan Wang dkk. (1969), bahwa t a p e dapat menghindarkan. tubuh dari infeksi.
*
Penelitian dengan hewan percobaan ini menunjukkan pula bahwa makanan bayi formula tempe dapat mencegah diare akibat infeksi bakteri. Pemberian makanan bayi formula tempe juga dapat mengurangi resiko terhadap diare akibat infeksi bakteri enteropatogen. Data penelitian ini menunjukkan pula bahwa di dalam lambung dan usus halus kelinci yang mendapat makanan bayi formula tempe, tidak dapat ditemukan kembali E.coli - - yang diinfeksikan, tetapi dalam lambung dan usus halus kelinci yang diberi makanan formula lain, selalu ditemukan. Ketidakmampuan E.coli -0125K70(B)K19, untuk berkembang dan menimbulkan kerusakan pada jaringan usus, menunjukkan bahwa bakteri tersebut mengalami penurunan daya virulensinya atau bahkan mungkin bakteri mengalami lisis. Penelitian Wang dkk. (1969), dan Affandi dan Mahmud (1985), menunjukkan bahwa ekstrak tempe tidak mampu menghambat pertumbuhan E.coli -*
secara -in-vitro. Data terse-
but menunjukkan bahwa E.coli - tidak mengalami lisis karena per lakuan dengan ekstrak tempe yang mengandung senyawa antibakterial. Maka kemungkinan besar bakteri tersebut mengalami penurunan daya virulensi. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa infeksi dengan cara menyuntikkan E.coli langsung kedalam usus tidak
I
159 -kehilangan sifat virulensinya. Pemengakibatkan E.coli
nurunan virulensi, kemungkinan terjadi dalam lambung. Sifat virulensi E-coli -sangat ditentukan oleh kemampuan bakteri tersebut untuk beradesi pada sel-sel jaringan mukosa usus. Menurut Satterwhite, Du Pant, dan Evans E.coli untuk beradesi ditentukan oleh (1978). kemampuan antigen faktor kolonisasi (CFA), yang berupa protein yang terdapat pada permukaan bakteri. Protein permukaan tersebut mempunyai tiga macam DNA dengan berat molekul yang berbeda . Kemampuan E.coli -untuk beradesi akan hilang apabila salah satu DNA pada CFA tersebut hilang. Evans dkk. (1975), dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan
- - hilang bersamaan dengan hilangnya satu DNA adesi E.coli pada protein permukaan dengan berat molekul 60x106 Dalton. Ofek, Beachey dan Sharon (1978), mendapatkan data bahwa kemampuan , -E.coli - untuk beradesi hilang apabila bakteri tersebut diperlakukan dengan gugus D-manosa atau metil- d. -D-manosida. E.coli yang diinfeksikan kepada manusia dan telah kehilangan CFA-nya, tidak akan ditemukan kembali pada tinja penderita dalam jangka waktu sa,tu sampai tiga hari.
- - tersebut masih Namun apabila CFA masih ada maka E.coli akan terus ditemukan sampai selama tujuh hari sejak infeksi.
Data pada p e n e l i t i a n i n i menunjukkan bahwa E . c o l i yang diinfeksikan ke dalam saluran pencernaan k e l i n c i b
yang mendapat makanan bayi formula tempe, sampai a k h i r masa p e n e l i t i a n hanya ditemukan dalarn usus besar pada 3 d a r i 14 ekor k e l i n c i yang d i i n f e k s i , dan t i d a k pernah d i temukan dalam lambung dan usus halusnya. Data yang diperoleh pada p e n e l i t i a n i n i cenderung
--
menunjukkan bahwa E . c o l i 0125K7O(B)H19 yang diinfeksilian pads k e l i n c i yang menda~atmakanan bayi formula tempe ke-
hilangan kemanpuan beradesi karena terganggunya CFA pada permukaan b a k t e r i t e r s e b u t , sehir~ggak e j adian e n t e r i t i s dan d i a r e dapat dicegah. Pengaruh makanan bayi formula t a p e yang t e r j a d i pada k e l i n c i diharapkan akan t e r j a d i juga pada bayi manusia j i k a makanan t a y i formula tempe digunakan sebagai makanan pendamping A E I .
Makanan bayi formula tempe t i d a k mengan-
dung laktosa yang diperlukan untuk pembentukan s e l - s e l o t a k , maka daiam pengaturan makanan untuk bayi sehat hendaknya disertakan susu. ~enggunaanmakanan bayi formula tempe dalam t a t a l a k sana d i i t anak penderita d i a r e k r o n i s , menunjukkan bahua mabanan bayi formula tempe dapat diterima dan dikonsumsi anak sama s e p e r t i makanan t a y i formula susu. Makanan bayi formula tempe mudah d i d i s t r i b u s i k a n mel a l u i Puskesmas, sama mudahnya dengan mendistribusikan garam o r a l i t .
Penyediaan makanan bayi formula tempe d i
'
Fuskesmas, untuk penanggulangan d i a r e , t i d a k akan nerupakan beban bagi petugas. #
.
Hasil p e n e l i t i a n i n i t e l a h memterikan petunjuh adanya e f e k t i f i t a s penggunaan nak.anan t a y i formula tempe dalam tatalaksana d i i t anak b a l i t a penderita d i a r e kronik yang d i s e r t a i keadaan g i z i kurang dan burulc.
Nakanan t a y i f o r -
mula tempe dapat membantu penyembuhan penderita dalam jangka vaktu yane r e l a t i f s i n g k a t . Makanan bayi formula t e r p e dapat memperbaihi keadaan dan kenampuan saluran pencernaan penderita.
Zat-zat g i z i
dalam mabanan bayi formula tempe dapat diabeorpsi dan d i manfaatkan penderita dengan sangat e f i s i e n . Ternyata pula penderita yang nenekonsumsi makanan bayi formula tenpe dapat sembuti d a r i d i a r e kronik dalam waktu yang l e b i h singkat b i l a dibandingkan dengan pender i t a yanp mengkonsumsi rakanan bayi formula susu. Dalam penyembuhan anak penderita d i a r e kronik dengan
YXP, makanan bayi formula tempe l e b i h e f e k t i f d a r i pada makanan bayi formula susu.
Hal i n i t e r j a d i karena prote-
i n dalam tekpe sebagian besar sudah t e r h i d r o l i s a selama proses fermentasi k e d e l a i , menjadi asam-asam amino bebas. Meskipun penderita m-engalami kerusakan jaringan nukosa usus, p r o t e i n tempe t i d a k akan t e r a b s o r p s i dalam bentuk p r o t e i n utuh, sehingga t i d a k akan menyebabkan sens i t i f i t a s terhadap p r o t e i n .
Karena p r o t e i n t e l a h t e r u r a i
menjadi asam amino, maka meskipun penderita kekurangan
I '
162
enzim p r o t e o l i t i k , p r o t e i n tidak akan h i l a n g , karena asan
.amino dapat langsung diabsorpsi dan dimanfaatkan tubuh t
untuk pertumbuhan. Pada proses fermentasi kedelai menjadi tempe, lemak t e ' r h i d r o l i s a rrenjadi asac; lemak t e b a s yang s i a p diabsorpsi.
Meskipun penderita kekurangan enzim l i p a s e , lemak
dalam makanan bayi formula tempe akan dapat d i a b s o r p s i . Selama fermentasi, kapang Rhizopus rcemproduhsi l i p a s e yang a k t i f i t a s n y a sangat t i n g g i (Vagenknecht, dkk., 1961). Penggunaan makanan bayi formula tempe dalarn t a t a l a k sana d i i t anak penderita d i a r e kronik xxemberi ~ e l u a n guntuk rrempercepat penyemtuhan, menghindarkan kehilangan z a t g i z i , mencegah t e r j a d i n y a s e n s i t i f i t a s terhadap p r o t e i n dan e n t e r o p a t i , mencegat kegagalan pencernaan dan absorps i lemak,
rotei in, dan hidratarang, sehingga dapat meng-
t~icdarkant e r j a d i n y a kegagalan pertmLuhan, keadaan g i z i kurang , dan kema t i a n . Penggunaan makanan bayi formula tempe dalam t a t a l a k sana d i i t anak b a l i t a penderita d i a r e kronjk yang r!isert a i keadaai g i z i kurang a t a u buruk, d i samping rnernbantu penyembuhan d i a r e , juga memberi petunjuk untuk dapat memperbaiki keadaan g i z i penderita dalam jangka waktu yang r e l a t i f singkat. Penggunaan makanan bayi formula tempe sebagai makanan pendamping AS1 untuk bayi s e h a t , memberi peluang untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik, mempertinggi dayatahan
'tubuh terhadap infeksi enteral oleh bakteri seperti E.coli, dan mencegah terjadinya diare . Namun demikian penelitian #
lebih lanjut perlu dilakukan. Mengingat manfaat yang dapat diperoleh, maka intervensi dengan makanan bayi formula tempe dalam program penanggulangan diare, KKP, dan perbaikan makanan pendamping AS1 untuk bayi, merupakan suatu tindakan yang tepat untuk
menekan angka kematian bayi dan anak balita, sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan bangsa. Makanan bayi formula tempe seperti yang digunakan dalam penelitian ini dapat diproduksi dengan mudah dalam skala rumah tangga, industri kecil tingkat kecamatan, industri menengah tingkat kabupaten atau propinsi, dan bahkan industri tingkat nasional, tergantung pada kebutuhan dan permintaan masyarakat.
SkaLa apapun yang akan ditem-
puh, tenaga pelaksananya harus terdidik dan terlatih. dapat diidentifikasi secara Pada penelitian ini,.belum tepat faktor
spa yang terdapat dalam tempe yang berperanan
- - atau yang menghambat dalam menurunkan virulensi E.coli adesi mikroorganisme tersebut pada sel epitel usus.
Namun
demikian hasil penelitian ini memungkinkan penentuan kesimpulan mengenai mekanisme penghambatan infeksi oleh makanan bayi formula tempe sebagai berikut. Dalam inokulum tradisional di samping kapang Rhizopus s p ~ . ,selalu ditemukan ragi, seperti Saccharomyces dan Candida
a
(Arbianto, 1986).
Terdapatnya ragi
'dalam inokulum mengakibatkan dapat ditemukannya ragi dalam tempe. t
Hasil analisis kandungan mikroorganisme dalam makanan bayi formula tempe, menunjukkan adanya ragi. Menurut penelitian Ofek dkk. (1978), preinkubasi E.coli -dengan ragi mengakibatkan E.coli -kehilangan kemampuannya untuk beradesi pada jaringan usus. Hal ini terjadi karena pada permukaan sel ragi terdapat mannan, suatu polimer dari D-mannosa. Berdasarkan ha1 tersebut di atas, ragi yang terdapat dalam inokulum tradisional kemungkinan berperanan dalam penghambatan infeksi. Hal ini nasih perlu diteliti. Apakah dalam tempe yang dibuat dengan inokulum yang tidak mengandung ragi akan terbentuk D-mannosa, masih memerlukan penelitian. Kemungkinan kedua, senyawa antibakteri atau faktor lain yaitu hasil penguraian glikosida isoflavonoid oleh kapang, yang terkandung dalam tempe berperanan mengganggu CFA pada E.coli sehingga menurunkan virulensi bakteri ter-
sebut .
~ a l inipun ' memberikan peluang untuk dilakukan
penelitian. Berdasarkan rumusan mekanisme hambatan infeksi E-coli oleh tempe, seperti disebutkan di atas, maka pada saat ini dapat dinyatakan bahwa penggunaan inokulum tradisional cenderung lebih bermanfaat, dibandingkan dengan penggunaan kultur murni Rhizopus
-.
Namun demikian penelitian
I
165
kearah pembuatan inokulum dengan komposisi mikroorganisme (Rhizopus
m . , Ragi
dan Klebsiella
w ) sedemikian rupa.
t
sehingga senyawa antibakteri, D-mannosa, vitamin B12 dan komponen lainnya dapat terproduksi dalam perbandingan yang optimum. Pada penelitian ini jumlah anak penderita diare kronik yang dapat diamati hanya 79 anak yang mendapat makanan bayi formula tempe dan 32 anak yang mendapat makanan bayi formula susu. Perbedaan jumlah anak dalam kedua perlakuan itu merupakan kelemahan dalam penarikan kesillrpulan mengenai efektifitas kedua makanan formula tersebut. Mengingat kelemahan tersebut di atas, disarankan un-
,
tuk dilakukan penelitian mengenai efektifitas makanan bayi formula tempe dalam penanggulangan masalah diare pada anak di masyarakat yang lebih luas cakupannya. Penelitian yang diusulkan hendaknya dirancang sehingga dapat menjelaskan ada tidaknya pengaruh gluten yang terdapat dalam makanan bayi formula tempe dan pengaruh protein susu yang terdapat dalam makanan bayi formula susu. Pengaruh makanan bayi formula tempe dalam mengurangi resik.0 terhadap diare akibat infeksi bakteri yang dalam penelitian ini dipelajari menggunakan hewan percobaan, disarankan untuk diteliti lebih lanjut pada bayi sehat berumur di atas 6 bulan tanpa melakukan infeksi