Etalase
SUSUNAN
REDAKSI
PTT MENGABDI UNTUK NEGERI
MEDIAKOM Penanggung Jawab: drg. Murti Utami, MPH Pemimpin Redaksi: drg.Rarit Gempari, MARS Sekretaris Redaksi: Sri Wahyuni, S.Sos,MM Redaktur/Penulis: Zahrotiah, S.Sos, M. Kes, Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM Resty Kiantini, SKM, M.Kes, Giri Inayah,S.Sos,MKM, Anjari Umarjianto,S.Kom, Awallokita Mayangsari,SKM, Waspodo Purwanto, Hambali, Eko Budiharjo, Juni Widiyastuti, SKM, Desain Grafis & FotoGrafer: drg. Anitasari, S,M, Wayang Mas Jendra,S,Sn, Sekretariat: Endang Retnowaty, Iriyadi, Zahrudin
P
ILUSTRASI: SHUTTERSTOCK.COM, DIOLAH
Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI, Ruang 109, Jl. Hr Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta, 12950 Telp: 021-5201590, 52907416-9 Fax: 021-5223002,52960661 Call Center: 021-500567 Email:
[email protected]
drg. Murti Utami, MPH
egawai Tidak Tetap atau sering disingkat PTT biasanya sebagian besar adalah bidan, dokter dan dokter gigi. Mereka mengikuti PTT untuk segera mendapat surat keterangan Selesai Masa Bakti (SMB), surat sakti sebagai persyaratan melanjutkan pendidikan spesialis. Meski begitu ternyata tidak semua PTT segera melanjutkan pendidikan spesialis karena ada beberapa dokter atau dokter gigi yang justru memilih tinggal bekerja lebih lama di tempat mereka ditempatkan bahkan menikah dan hidup bersama keluarga baru hingga memiliki anak dan cucu. Contoh ini tentunya memberi dampak yang baik untuk pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah itu karena saat ini pemerintah kesulitan menempatkan tenaga kesehatan di wilayah terpencil, perbatasan dan kepualauan di Indonesia. Namun tenaga bidan memiliki cerita lain. Mereka jumlahnya lebih banyak, penyebaranya lebih luas dan masa baktinya lebih panjang tapi tetap menjadi PTT. Diantara mereka ada yang lebih dari 15 tahun mengabdi sebagai PTT di satu tempat dan tidak kunjung berubah statusnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal mereka berharap besar menjadi PNS setelah mengabdi menjadi PTT, tak peduli pengangkatan untuk ditempatkan di daerah atau di Jakarta. Bagi mereka yang penting menjadi PNS, sebuah status yang lebih permanen. Namun sayang, harapan ini masih menjadi mimpi yang belum usai karena tidak kunjung menjadi kenyataan meskipun Kementerian Kesehatan sangat berharap pegawai PTT yang sudah puluhan tahun mengabdi bisa segara menjadi PNS. Untuk memperjuangkan harapan ini, mengangkat PTT menjadi PNS, Kemenkes sudah bersurat ke Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Taoi sayang, surat tersebut belum terjawab. Kementrian PAN dan RB masih akan mempersiapkan rapat pembahasan bersama dengan Kemenkes. Tapi entah kapan rapat itu dilaksanakan, tidak ada informasi yang jelas, semua hanya bisa berharap tanpa kepastian. PTT, meski hingga kini mereka telah mengabdi, berkarya membangun negeri puluhan tahun lamanya, dan mengorbankan jiwa dan raga bagi mereka yang membutuhkan, disayang dan diharapkan keberadaannya ditengah masyarakat, tapi nasib mereka masih terkatung-katung. Mereka masih berjuang, berjuang dan terus berjuang untuk mengabdi kepada masyarakat dan menanti hak nasib karir mereka. PTT sangat berharap pihak pengambil kebijakan bisa segera tanggap dan tanggung jawab atas nasib karir mereka. Bila tidak, bisa jadi mereka menjadi seperti peribahasa habis manis, sepah tak pernah dibuang. Padahal dibalik karyanya PTT terus mengabdi untuk kesehatan rakyat dan tak pernah ngemis untuk mendapatkan karir bagi diri mereka. Nah, seluruh cerita heroik, patriotik dan kepasrahan PTT akan akan nasib karirnya, Mediakom ketengahkan dalam rubrik Media Utama. Selain itu, mediakom juga tetap setia dengan artikel ringan dan jenaka, yang kami kemas dalam rubrik peristiwa, terobosan dan reformasi birokrasi yang mengusik revolusi mental. Kolom yang mengangkat bagaimana berkarir di Kemkes dan lentera yang membedah tree in one, berdoa, gembira dan mengasihi, serta masih banyak artikel penting lainnya yang layak pembaca ketahui, selamat menikmati. Redaksi
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 1
Daftar Isi MEDIA UTAMA 22-37
ETALASE 1
4 10
PTT DAN NUSANTARA SEHAT Banyak tenaga PTT yang mengadukan nasibnya usai menjalani PTT, terutama keinginan menjadi CPNS. Bagaimana ceritanya, berikut petikan obrolan Mediakom dengan Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, dr. Achmad Soebagio Tancarino, MARS.
l Menkes Buka Simposium Internasional Litbangkes Ke-2 l Agenda SDGs Dalam Pembangunan Nasional l Ruang ASI di Tempat Kerja Minim l Kemenkes Canangkan Gerakan Revolusi Mental l Pertemuan Tingkat Tinggi HTA Dibuka l Uji Kompetensi Profesi Dokter Diberlakukan
INFO SEHAT 4-11
l Menelusuri Informasi di Akun @ puskomdepkes l 7 Makanan Tingkatkan Kualitas ASI l Mengupas Kesehatan Tulang dan Gangguannya l Apa Perbedaan Osteoarthritis dan Osteoporosis?
PERISTIWA 12-21 l Fokus Ubah Kebiasan Merokok Masyarakat
2 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
16
12 18
14 20
38
REFORMASI BIROKRASI 38-43
l Three In One Revolusi Mental l Mengasah Mental Lewat Coaching
54
POTRET 54-56
42
l drg. Murti Utami, MPH: Sampai puskom benar benar keren….!
KOLOM 44-47
SERBA-SERBI 57-61
l Ketergantungan terhadap Media l Sistem Pengembangan Karier di Kementerian Kesehatan
l 10 Penyakit Rentan Menyerang Si Kecil l Gagal Ginjal dan Penyebabnya l Sarapan sehat untuk generasi berprestasi
44
48
57
DARI DAERAH 48-53
LENTERA 62-63
l Asa Bandung Menuju Kota Sehat l Puskesmas Talaga Bodas Rintis Layanan Prolanis
RESENSI 64-67
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 3
INFO SEHAT
FREEPIK.COM, DIOLAH
Menelusuri Informasi di Akun @puskomdepkes
4 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
M
edia sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan masyarakat modern, beberapa media sosial memiliki pengguna yang jumlahnya lebih banyak daripada populasi suatu negara. Dalam media sosial sendiri selalu tersedia suatu ruang virtual bagi penggunanya untuk saling berbagi status terbaru, foto, video dan fitur komunikasi secara virtual dengan sahabat lama maupun baru. Sebuah layanan media sosial biasanya mereprentasikan penggunanya dalam wujud profil pengguna, aktivitas, relasi sosial
dan sejumlah layanan tambahan, layanan yang tersedia dalam media sosial biasanya dibuat untuk memudahkan pengguna untuk saling berbagi pandangan, ide, aktivitasdan informasi lainnya. Banyaknya media sosial yang bermunculan dewasa ini pastilah memunculkan suatu dampak bagi penggunannya. Seperti dua sisi mata uang, media sosial dapat membantu percepatan penyebaran suatu informasi dengan mudah dan biaya yang murah. Akan tetapi media sosial juga dapat mengurangi interaksi interpersonal secara langsung, bahkan dapat membawa seseorang penggunanya berurusan dengan hukum karena pelanggaran etika, privasi dan undang-undang. Salah satu media sosial yang kita kenal oleh antara lain ialah twitter. Media sosial berlogo burung berwarna biru ini lahir pada tahun 2006 dan menjadi tambahan khasanah situs sosial bagi kaum muda, twitter sendiri memiliki keunikan yang hanya bisa meng-update status dibatasi 140 karakter saja atau nama lainnya tweet atau kicauan. Dalam Twitter digunakan sistem mengikuti dan tidak mengikuti (followunfollow). Dalam rangka ikut menyebarkan informasi secara cepat dan membangun komunikasi dua arah dengan khalayak
Kementerian Kesehatan berusaha ikut dalam platform media sosial ini, dengan akun yang beralamat di @puskomdepkes, akun yang hingga saat ini telah memiliki lebih dari 50.000 followers dan memuat lebih dari 13.000 kicauan, atau rata-rata 200 kicauan per bulannya.Informasi yang disebarkan @puskomdepkes kepada masyarakat cukup beragam, mulai dari kegiatan kementerian, kata-kata penyemangat pagi hingga “kuliah tweet” atau kultweet dengan beragam isu, termasuk perkembangan program kesehatan dan informasi kinerja Kementerian Kesehatan. Seperti informasi Isu ke-“haram”-an BPJS, @puskomdepkes segera memberikan informasi untuk membantu masyarakat mendapatkan jawaban atas isu tersebut dengan memberikan link-link terkait pernyataan dari Kementerian Kesehatan maupun rilis-rilis berita yang berhubungan dengan isu tersebut. Hal tersebut bertujuan membantu para followers mendapat berita yang lebih netral dan berimbang, sehingga dapat meredam keresahan masyarakat. Twitter kementerian kesehatan yang dikelola pusat komunikasi publik ini tidak hanya berfungsi sebagai pemberi informasi kesehatan dan kementerian kesehatan, namun menjadi sarana interaksi
dengan publik atas segala pertanyaan, saran dan pengaduan yang berkaitan dengan Kementerian Kesehatan. Masyarakat pengguna media social pun menjadi lebih terbantu dalam menyampaikan aspirasinya, dengan hanya mention ke alamat @puskomdepkes dan mengisi pertanyaan, saran atau pengaduan yang terkait dengan Kementerian Kesehatan. Dan setiap pertanyaan yang masuk ke akun @puskomdepkes akan terlebih dahulu diseleksi dan diolah untuk direspon oleh tim media social selama jam dan hari kerja. Seperti contoh dibawah ini: Walapun twitter @ puskomdepkes dapat menjadi sarana interaksi masyarakat dengan Kementerian Kesehatan untuk memperoleh informasi secara real time, namun keterbatasan 140 karakter yang ditetapkan oleh pemilik twitterini menjadikan admin hanya dapat menjawab secara singkat, padat namun tetap jelas pertanyaan masyarakat dengan tanpa mengurangi kualitas informasi yang diberikan. Kekurangan twitter ini dapat tertutupi dengan kehadiran media sosial lainnya yang dikelola oleh Pusat Komunikasi Publik sebagai penunjang pemberian informasi kepada masyarakat, yaitu facebook yang beralamat di sehat_ negeriku dan instagram dengan nama sehatnegeriku. [reza]
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 5
INFO SEHAT
7 Makanan Tingkatkan Kualitas ASI
M
enjaga kualitas ASI sama saja menjaga asupan gizi untuk si kecil karena itu ibu menyusui harus pandai menjaga asupan makanan yang dikonsumsinya. Cara menjaganya bisa dengan mengontrol pola makan dan menjaga kestabilan tubuh supaya tetap fit. Beragam makanan memiliki manfaat yang berbeda-beda untuk tubuh, tapi coba 7 jenis makanan sehat berikut yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas ASI yang dikutip dari tokopedia.com.
Daging Sapi Tanpa Lemak
Selama menyusui lebih baik mengkonsumsi daging sapi non-lemak karena faktanya daging sapi non lemak itu sangat bagus bagi kesehatan karena mengandung banyak zat besi. Zat besi ini sangat diperlukan oleh bunda untuk menambah energi yang terkuras pasca melahirkan dan selama menyusui. Tetapi, pastikan untuk mengkonsumsi daging sapi dalam kondisi matang.
Ikan Salmon
Ikan sangat baik untuk ibu menyusui, namun yang paling baik adalah ikan salmon karena mengandung omega – 3 berjenis EPA (Eicosapentaenoic acid) dan DHA (Docosahexaenoic acid). DHA diketahui sangat bagus bagi perkembangan saraf dan meningkatkan kecerdasan sang bayi, sedangkan EPA baik untuk jantung dan pembentukan sel darah. Namun pastikan makan ikan salmon yang matang karena untuk mengantisipasi adanya kuman penyakit.
Susu Rendah Lemak
Saat ini mengkonsumsi susu rendah lemak non-sapi yang biasa dikenal dengan susu soya atau susu kedelai bisa menjadi pilihan Anda selama menyusui. Susu kedelai ini bermanfaat bagi kesehatan terutama untuk mengatasi alergi pada bayi. Selain itu, susu kedelai mengandung lesithin, antioksidan, saponin, dan juga isoflavon yang merupakan kandungan zat untuk pencegahan pertumbuhan sel yang tidak normal.
6 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
Jeruk dan Sayuran Buah-buahan memang kaya akan vitamin, terutama buah jeruk. Vitamin C pada buah jeruk sangat bagus untuk Bunda yang menyusui. Dan faktanya vitamin C lebih dibutuhkan oleh bunda saat menyusui dibanding saat hamil. Sedangkan sayuran, sudah jelas bermanfaat bagi nutrisi dan pencernaan bayi.
Telur
Faktan menunjukkan mengkonsumsi telur sangat baik untuk ibu menyusui karena telur mengandung vitamin D yang sangat tinggi. Vitamin D itu berfungsi untuk menjaga tulang bunda dan juga perkembangan tulang bayi pada masa pertumbuhan.
Roti Gandum
Gandum mengandung asam folat yang sangat bagus, terutama bagi perkembangan otak bayi. Asam folat ini merupakan asupan penting bagi ASI. Untuk mendapatkan kandungan asam folat ini, Bunda bisa mengkonsumsi roti gandum untuk mensuplai kebutuhan asam folat di dalam tubuh. Selain gandum, beberapa jenis sayuran juga mengandung asam folat tinggi seperti bayam, jagung dan juga kentang.
Air putih
BL
OG
.M
YS
KIN
.CO
M
Frekuensi air yang keluar lewat ASI dan aktifitas lainnya tentunya membutuhkan air putih yang banyak. Supaya tidak kekurangan cairan minumlah setidaknya 2,4-3 liter air per hari dan pilihlah air putih yang berkualitas bagus. Kalau mengkonsumsi air kemasan, pilihlah air kemasan yang terbaik.l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 7
INFO SEHAT
D
i dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Artinya tubuh atau fisik yang kuat dan sehat sangat penting untuk menjalani hidup ini.Dan fisik yang kuat memerlukan tulang yang kuat. Untuk menjaga tulang tetap sehat, Anda perlu juga mengetahui dan mewaspadaipenyebab utama struktur tulang pada tubuh cepat rapuh, diantaranya gangguan kekebalan tubuh, masalah pencernaan, perubahan endocrinal atau hormonal, gangguan yang berkaitan darah termasuk anemia, gangguan neurologis,ketidakstabilan mental, gangguan makan, paparan radiasi, terapi kanker atau penyakit itu sendiri dan penyakit fatal dan gangguan penyakit termasuk AIDS, masalah ginjal, serta penyakit hati. Gangguangangguan penyakit tersebut merupakan masalah yang serius dan tidak bisa dianggap enteng.
Selain itu Anda juga patut mewaspadai jikamengalami sakit pada tulang dan semua otot-otot secara bersamaan, segeralah melakukan pemeriksaan ke dokter.Diantara beberapa gejala yang harus diwaspadai seperti dikutip dari www.doktersehat. com seperti patah tulang dalam waktu singkat, penurunan berat badan, nyeri, kelelahan, menstruasi yang tidak teratur sertaosteoporosis tingkat pertama atau kedua yang menyerang pada usia dini. Namun Anda bisa mencoba untuk menghindari keropos tulang dengan mengatur pola konsumsi makanan. Cobalah untuk memulai mengkonsumsi beberapa jenis makanan berikut agar tulang sehat dan kuat:
8 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
WWW.INTERACTIVE-BIOLOGY.COM
Mengupas Kesehatan Tulang dan Gangguannya
TELUR
Telur adalah sumber terbaik kalsium dan vitamin D, yang menjadi nutrisi penting untuk tulang yang kuat dan sehat.Kurangnya Vitamin D dapat memperburuk osteoporosis dan juga dapat menyebabkan rakhitis pada anakanak (pelunakan tulang), kalsium terdapat pada putih telur dan Vitamin D terletak di kuning telur, karena itu pastikan untuk mengkonsumsi keduanya.
KEDELAI
Kedelai sangat kaya akan kalsium dan protein, dan sangat bagus untuk kesehatan tulang karena rata-rata orang membutuhkan sekitar 1.000 mg kalsium setiap hari. Secangkir susukedelai mengandung seperempat asupan harian yang direkomendasikan untuk kalsium. Dan kalsium kedelai juga mengandung magnesium yang sama pentingnya bagi tubuh Anda.
LEMAK IKAN
Lemak ikan tidak diragukan lagi sebagai sumber yang paling penting kalsium dan Vitamin E, 4 porsi salmon mengandung 250 mg kalsium. Untuk itu masukkan lemak ikan ke dalam diet harian Anda jika Anda mengalami kekurangan kalsium.
KEJU
Keju,produkmakanan yang mudah didapat juga dapat meningkatkan jumlah kalsium dan vitamin D dan menjadi salah satunNutrisi penting untuk tulang Anda. Hanya mengkomsumsi 1,5 ons keju setiap hari sudah cukup dan jangan terlalu banyak mengkomsumsi keju, karena apapun yang berlebihan akan berakibat tidak baik.
KACANG DAN BIJI-BIJIAN Kacang-kacangan dan almond kaya akan lemak sehat, dan lemak ini sama pentingnya dengan kalsium dan vitamin D bagi tulang yang sehat dan kuat.
SUSU
Susu mengandung kalsium berlimpah dan sangat dibutuhkan oleh tulang. Karena itu pastikan Anda tetap mendapat asupan kalsium dari susu. Dan susu sangat diperlukan untuk pertumbuhan tulang Anda.l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 9
INFO SEHAT
WWW.ATHLETICO.COM
Apa Perbedaan Osteoarthritis dan Osteoporosis?
10 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
T
ahukah Anda apa perbedaan Osteoporosis dengan Osteoarthritis? Osteoporosis adalah suatu penyakit yang mengurangi kepadatan tulang sehingga beresiko patah tulang. Osteoporosis ini umumnya disebabkan oleh kurangnya olahraga untuk memperkuat otot & struktur sendi, kekurangan gizi, efek samping sejumlah obat serta perubahan hormon pascamenopause pada wanita. Osteoporosis ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, dimana tulang menjadi berpori, sehingga penderita osteoporosis sangat rapuh terhadap trauma, dan fraktur. Semakin bertambahnya umur seseorang, semakin besar ia berisiko mengalami osteoporosis. Osteoporosis diketahui juga sering menyerang wanita ketika sudah memasuki usia menopause. Gejala awal osteoporosis bisa dimulai dari nyeri punggung bawah yang tajam, bisa disebabkan oleh stres. Untuk mendapatkan tulang yang kuat dan sehat setidaknya anda membutuhkan 1000 mg kalsium per hari dan tidak lebih dari 1200 mg. Pastikan untuk makan diet seimbang roti, buah atau sayuran dan ikan untuk asupan magnesium yang memadai. Konsumsi juga sumber kalsium yang meliputi produk susu rendah lemak, hijau tua, sayuran dan makanan yang diperkaya kalsium. Kalsium sitrat adalah bentuk
terbaik kalsium yang akan disintetis dalam kulit melalui paparan sinar matahari. Sementara banyak orang dapat memperoleh cukup vitamin D secara alami. Ada beberapa jenis osteoporosis, yaitu pertama osteoporosis setelah menopause, ciri-cirinya adalah perubahan pada tulang belakang yang menyebabkan sakit parah dan fraktur tulang. Kedua, osteoporosis senile, jenis penyakit ini timbul pada orangtua dengan usia lebih dari 75 tahun dan biasanya sering terjadi fraktur panggul. Dan ketiga, ssteoporosis sekunder, penyakit ini disebabkan karena gangguan endokrin seperti diabetes dan hipertiroidisme dan bisa juga disebabkan oleh penyakit sistemik seperti leukemia, therapi yang berbeda, dan obat kortikosteroid.
SIAPA SAJA YANG BERESIKO TERKENA OSTEOPOROSIS? l orang berusia di atas 55 tahun, l wanita terutama setelah mengalamimenopause, l gaya hidup yang kurang aktif, memiliki riwayat osteoporosis, gangguan keseimbangan hormonal (menopause dini atau telah melakukan pengangkatan indung telur), l perokok, l orang yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol dan yang mengandung kafein,
l diet rendah kalsium, l konsumsi obat jangka panjang, l diet tinggi serat dan diet tinggi fosfat Sedangkan osteoarthritis adalah penyakit kronis yang mengenai sendi dan tulang di sekitar sendi. Dulu osteoarthritis dianggap penyakit degeneratif atau penyakit orangtua karena sendi menjadi aus atau usang, namun dewasa ini osteoarthritis diketahui melalui penelitian-penelitian ternyata selain akibat aus terdapat proses peradangan yang mempengaruhi kerusakan pada sendi tersebut. Selain itu juga dapat disebabkan oleh trauma atau akibat dari penyakit sendi yang lain. Pada osteoarthritis, tulang rawan yang terdapat di antara sendi yang berfungsi sebagai bantalan pada saat sendi dipakai rusak dan menipis yang menyebabkan permukaan tulang pada sendi tersebut saling beradu sehingga timbul rasa nyeri, bengkak dan kaku. Untuk mencegah terjadinya osteoarthritis ada banyak hal yang bisa Anda lakukan. Bahkan Anda bisa mengelola osteoarthritis agar hal ini tidak terlalu mengganggu aktivitas Anda, berikut caranya: l Ambil suplemen glukosamin atau kondroitin untuk mendukung kerja tulang rawan dan mengurangi rasa sakit. l Minum banyak air untuk membantu melumasi sendi.
l Hindari konsumsi tepung olahan, pasta atau beras. l Makan lebih banyak bijibijian, kacang-kacangan dan biji-bijian. l Hindari banyak lemak jenuh terutama lemak trans. l Makan banyak ikan dengan Omega-3 asam lemak esensial. l Makan banyak buah karena mereka memiliki anti-oksidan yang membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan. l Makan banyak berbagai buah-buahan dan sayuran, sebaiknya buah dan sayuran organik. l Pastikan untuk melakukan beberapa bentuk latihan aerobik ringan yang tidak akan begitu keras pada tubuh Anda seperti berenang atau bersepeda. Bahkan pergi berjalanjalan sangat penting. Jadi hanya bangun dan bergerak. Studi menunjukkan bahwa penderita osteoarthritis dapat mengurangi tingkat rasa sakit dan ketidaknyamanan dengan hanya 3 bulan berlatih aerobik secara teratur.Anda perlu lebih sadar membangun dan memelihara tulang yang kuat dan otot yang sehat. Tulang kuat dan sehat, otot dan sendi tulang belakang akan memberikan Anda dasar yang lebih baik dan mengurangi kesempatan Anda untuk sakit punggung.l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 11
PERISTIWA
FOKUS UBAH KEBIASAN MEROKOK MASYARAKAT
P
emerintah Indonesia akan fokus melakukan upaya untuk mengubah perilaku masyarakat dan sikap terhadap kebiasaan merokok. ‘’Bagaimana mengubahnya dan bagaimana membuat pemahaman terhadap masyarakat, itulah yang harus menjadi fokus kedepan dalam program pengendalian tembakau,’’ jelas Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek di sela pertemuan dengan Michael Bloomberg, Founder Bloomberg LP, Philantropist dan Three term Mayor of New York City menjelang pelaksanaan sidang umum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) ke 70 di ruang perpustakaan kantor Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) New York USA pada 22 September 2015 lalu. Dipaparkan bahwa isu politis juga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan terkait pengendalian tembakau, seperti peraturan tentang area bebas rokok (Smoke Free Area) yang diterapkan di kabupaten dan kota. ‘’Sampai saat ini memang belum semua kabupaten/kota menerapkan kawasan bebas rokok, namun upaya meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan terus menerus dilakukan dengan berbagai pendekatan dan terobosan antara lain dengan memberikan apresiasi bagi kabupaten/kota yang telah
menerapkan,’’ tegas Menkes. Sementara di sisi lain mengingat merokok sangat berbahaya terhadap kesehatan khususnya bagi anakanak generasi penerus bangsa maka upaya lain yang akan dilakukan yaitu menaikkan harga rokok. ‘’Sehingga rokok menjadi mahal dan tidak mudah diakses oleh anak-anak. Dan selain itu upaya pengaturan wilayah penjualan rokok hendaknya dijauhkan dari wilayah berkumpulnya anak-anak seperti sekolah,’’ kata Menkes. Pengendalian tembakau di Indonesia, jelas Menkes, bukan hanya tugas Kementerian Kesehatan, namun merupakan tugas bersama pemerintah baik pusat maupun daerah sehingga memerlukan dukungan dari berbagai sektor non kesehatan termasuk masyarakat dan dalam pelaksanaannya memerlukan koordinasi. Dalam pertemuan tersebut pihak Bloomberg Philantropies bersedia membantu pengendalian isu tembakau di Indonesia dalam bentuk kampanye untuk mendukung pemerintah sebagai pengambilan keputusan dan pembuatan regulasi terkait isu Saat pertemuan ini dibahas juga program pengendalian tembakau di Indonesia dan peningkatan kerja sama kualitas data kesehatan di Indonesia. Kerja sama pengendalian tembakau antara Kemenkes RI dengan
12 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
Bloomberg selama ini telah mewujud kawasan tanpa rokok di 160 kabupaten/ kota dan kampanye pengendalian tembakau melalui media massa yang dilaksanakan sejak tahun 2014 dan masih berjalan. Bentuk kerja sama lain dengan Bloomberg ialah dukungan kepada Balitbangkes dalam mengumpulkan data-data terkait pengendalian tembakau dan penggunaan tembakau dalam Global Adult Tobacco Surveillance tahun 2011 dan selanjutnya akan dilaksanakan kembali di 2016. Global Youth Tobacco Surveillance telah dilaksanakan di tahun 2007, 2010 dan 2014. Sementara itu, Menkes menyampaikan meskipun sampai saat ini Indonesia belum aksesi FCTC, namun sudah banyak hal yang telah dilakukan Indonesia terkait tembakau antara lain lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 109/2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan dan penerapan kawasan tanpa rokok (KTR). Dalam pertemuan tersebut Menkes RI didampingi Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) dr. Anung Sugihantono, M. Kes, Staf Khusus Menkes Bidang Peningkatan Kemitraan dan SDG’s, Diah Saminarsih, MSc. [P]
MENKES BUKA SIMPOSIUM INTERNASIONAL LITBANGKES KE-2
M
enteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) secara resmi membuka Simposium Internasional ke-2 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta pada pertengahan September 2015 lalu. Pertemuan yang berlangsung dua hari ini mengangkat tema “Basic Research and Innovation Breakthrough into Product”. Tujuan dari simposium ini untuk mendapatkan informasi terkini seputar penelitian dan pembangunan kesehatan yang terkait dengan deteksi, pencegahan
dan pegobatan (vaksin, obat – obatan, dan peralatan medis) serta sebagai forum komunikasi antara “produsen riset” dan “konsumen riset”. ‘’Untuk mendapatkan produk informasi dan inovasi yang valid dan terpercaya, sebelumnya harus melalui penelitian dan pengembangan kesehatan yang terjaga mutunya secara ilmiah maupun secara etik. Produk informasi dan inovasi tersebut, juga sangat berguna dalam rangka pengambilan keputusan berbasis bukti atau evidence based policy,’’ jelas Menkes. Beberapa penyakit telah diamanahkan secara global untuk dikendalikan, seperti
TB, Malaria, HIV dalam Millenium Development Goal Post 2015. Di Indonesia pada tahun 2013 telah teridentifikasi 23 penyakit yang berpotensi wabah yang di dalam daftar tersebut terdapat juga penyakit yang harus ditangani dalam MDG’s post 2015. “Sehubungan dengan itu diperlukan penelitian untuk meneliti dan mengembangkan produk untuk deteksi (diagnostik), pencegahan (vaksin), penyembuhan (obat), dan alat kesehatan untuk mengatasi penyakit tersebut” tambah Menkes. Agar hasil penelitian berdaya guna dan berhasil guna, Menkes mengatakan kolaborasi antara penghasil (dalam hal ini adalah para peneliti) dan pengguna (dalam hal ini untuk industri, pemegang program, pelaku pelayanan kesehatan) sangat krusial. Kolaborasi ini bisa dilakukan mulai tahap penetapan agenda riset dan penyusunan protokol penelitian.
“Dengan kolaborasi antara penghasil dan pengguna, kita berharap hasil-hasil penelitian akan lebih banyak dapat dimanfaatkan. Kemenkes bersama seluruh lintas sektor terkait, melibatkan akademisi, pemerintah baik, Pusat maupun Daerah, industri dan seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan kemandirian bangsa”, ujar Menkes.
Penelitian dan Pegembangan Mulai Tahun 2012
Sejak tahun 2012, Indonesia telah memulai pendekatan penelitian dan pengembangan produk dilakukan dalam bentuk Konsorsium Riset yang melibatkan akademisi, institusi penelitian milik pemerintah, dan industri untuk mempercepat mendapatkan hasil dengan efisien. Salah satu contohnya adalah pengembangan bahan baku obat malaria Artemisinin dari tanaman Artemisia annua yang didahului dengan penelitian Riset Tanaman Obat dan Jamu. Untuk sekitar 2 juta kasus Malaria di Indonesia, diperlukan obat Artemisinin sebanyak 900 kg yang dihasilkan dari 450 ton simplisia kering dan diperoleh dari 100 hektar tanaman Artemisia annua. Dewasa ini obat Artemisinin untuk pengendalian Malaria di Indonesia masih diimpor dari luar negeri. Karenanya, Kemenkes tengah lakukan terobosan untuk mewujudkan kemandirian penyediaan Artemisinin. [Pra]
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 13
PERISTIWA
AGENDA SDGS DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
M
illenium Development Goals (MDGs) telah memberi banyak pelajaran. Lebih dari 15 tahun terakhir, delapan tujuan dan 60 target MDGs telah melahirkan perbaikan yang signifikan dalam pembangunan di tingkat nasional, regional dan global. ‘’Namun demikian, disamping tonggak keberhasilan tersebut, di beberapa daerah, ketidaksetaraan dan penghambat pembangunan masih ada,’’ Menteri Kesehatan RI Prof. DR.dr. Nila F. Moeloek, Sp.M (K) dalam sambutannya pada pertemuan “Menerjemahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau
SDG’s) dalam Agenda Pembangunan Nasional” yang diselenggarakan oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiative (CISDI), International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), Ford Foundation, OSF, MAVC dan TIFA di Gedung Ford Foundation New York USA pada 23 September 2015 lalu. Menkes mengatakan MDGs telah mengajarkan kita untuk memahami dan mengakomodasi multi dimensi yang melekat pada pembangunan. MDGs membantu membangun momentum gerakan antikemiskinan, yang merupakan salah satu gerakan global sepanjang sejarah. MDGs juga sukses dalam membangun momentum
14 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
untuk peningkatan kepedulian dan gerakan kesehatan balita, anak, remaja dan perempuan, membuat lebih banyak anak perempuan dapat bersekolah, mengentaskan kemiskinan lebih dari satu milyar orang di dunia dan mencegah kematian. Untuk itu sebagai tindak lanjut MDGs maka selama 15 tahun kedepan, jelas Menkes, SDGs akan diarahkan pada kewajiban-kewajiban untuk melanjutkan dan memperluas keberhasilan MDGs. ‘’Mengamati inklusifitas dalam proses penyusunannya, SDGs diharapkan mempu membangun diatas pondasi yang sudah dibuat MDGs. Integrasi antar dimensi yang berbeda dari pembangunan
berkelanjutan, tidak hanya terkait pencapaian target,’’ tegas dia. Namun juga penting dipastikan upaya bersama di tingkat nasional untuk memasukkan SDGs dalam agenda pembangunan nasional, dari perencanaan sampai pelaksanaan. Dukungan Semua Pihak Dalam pelaksanaan SDGs, menurut Menkes, hal penting yang perlu diingat bersama adalah SDGs tidak dapat dilaksanakan sendiri, tanpa dukungan semua pihak. ‘’Diperlukan partisipasi aktif dari banyak pihak, pemerintah, LSM, sektor swasta, akademisi dan media. Implementasi SDGs harus dilaksanakan secara inklusif, sama seperti proses penyusunannya,’’ tegas Menkes. Ada tiga elemen penting dalam pengarusutamaan pelaksanaannya yaitu kerangka kebijakan, struktur institusi dan keterlibatan masyarakat. Tiga hal tersebut harus senantiasa disinkronkan satu sama lain tandas Menkes. Nantinya dokumen SDGs akan diadopsi oleh negaranegara dalam Sidang PBB ke 70 minggu ini dengan judul Transformasi Dunia Kita: Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Dokumen ini mencantumkan transformasi yang dunia harus lakukan untuk memenuhi aspirasi dan tantangan Agenda Pembangunan Pasca 2015. ‘’Salah satu hal penting adalah pembangunan tidak bisa meninggalkan siapapun. Ide ini mempengaruhi cara berfikir kita dan bagaimana kebijakan dibuat. Kebijakan harus dirancang untuk mengedepankan kelompok
berisiko, dimana lingkungan dan cara hidupnya, merupakan tantangan pembangunan,’’ ujar Menkes. Di tingkat nasional, Indonesia memiliki “Nawa Cita” atau 9 agenda prioritas. Seperti SDGs, Nawa Cita juga diprioritaskan kepada yang berisiko tinggi. Kita perlu sadari bersama, bahwa Nawa Cita bisa berfungsi sebagai kendaraan untuk membawa SDGs menjadi nyata. Perencanaan yang terintegrasi di tingkat nasional, tidak hanya melibatkan kementerian teknis, tapi juga melibatkan lembaga perencanaan tingkat nasional sebagai penghubung perencanaan pembangunan nasional. Dalam kesempatan ini Menkes menekankan kembali bahwa Indonesia sudah memasuki era 15 tahun kedepan (SDGs) karena itu harus merefleksikan apa yang sudah sukses dilaksanakan dan apa yang perlu dilakukan dengan lebih baik. ‘’SDGs memberikan kepada dunia, infrastruktur yang cukup, untuk melakukan transformasi dunia di tahun 2030. Namun demikian, sejauh mana transformasi dapat dilakukan, tergantung pada aksi yang dilakukan di tingkat nasional,’’ tutur Menkes Diingatkan kembali oleh Menkes bahwa aspirasi transformasi yang dibawa SDGs, hanya dapat berhasil apabila sudah melakukan tranformasi cara berfikir. Tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, namun mengintegrasikan kegiatan dari perencanaan sampai pelaksanaan. ‘’Saya berharap, transformasi dapat dilahirkan di dalam
ruangan ini dan dilanjutkan dengan mengajak hadirin untuk bertranformasi dalam pemikiran dan memberikan rekomendasi terbaik, untuk implementasi di tingkat nasional,’’ tutup Menkes. Hadir dalam pertemuan tersebut Dirjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono, M.Kes, Staf Ahli Menteri Bidang Peningkatan Kemitraan dan SDG’s Diah S. Saminarsih, MSc. [P]
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 15
M.DEV.TEMPO.CO
PERISTIWA
RUANG ASI DI TEMPAT KERJA MINIM
C
apaian pemberian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar 80 %. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012 pencapaian ASI eksklusif adalah 42 %. Sedangkan, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan provinsi tahun 2013, cakupan pemberian ASI 0-6 bulan hanyalah 54,3 % (Pusdatin, 2015). ‘’Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Indonesia adalah belum semua tempat kerja menyediakan ruang ASI,’’ ujar Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr.dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) dalam sambutannya
yang dibacakan oleh Direktur Bina Kesehatan Anak dr. Elizabeth Jane Soepardi, M.Epid saat membuka acara peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS) 2015 di Jakarta pertengahan September 2015 lalu. Pekan ASI Sedunia dilaksanakan setiap tahun pada awal bulan Agustus. Tema global Pekan ASI Sedunia tahun 2015 ini adalah ”Breastfeeding and Work, Let’s make it work” sedangkan tema nasional adalah ”Mari Dukung Menyusui di Tempat Kerja”. Guna mendukung pemberian ASI di tempat kerja, dr. Jane menyebutkan peraturan yang mendukungnya yaitu: UU Kesehatan No.39/2009 pasal 128, UU Ketenagakerjaan No. 13/2009 pasal 83,
16 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
Peraturan Pemerintah No 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan atau Memerah Air Susu Ibu. Data dari International Labour Organization (ILO) Jakarta tahun 2015 menyebutkan hanya sekitar 60 % perusahaan yang memiliki ruang ASI. Dari 142 perusahaan yang termasuk dalam daftar Better Work Indonesia (BWI), hanya 85 perusahaan yang memiliki ruang ASI. “Peraturan yang dibuat Pemerintah belum terlaksana secara menyeluruh dan merata, sementara itu promosi susu formula dilakukan dengan sangat gencar. Selain itu, kegiatan edukasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI dan makanan pendamping ASI (MPASI) juga belum maksimal dilakukan”, tambah Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Anung Sugihantono, M.Kes. Selain hal tersebut
di atas, dr. Jane menambahkan, faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia ialah belum semua Rumah Sakit menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM), belum semua bayi memperoleh inisiasi menyusui dini (IMD) dan jumlah konselor menyusui sedikit. ‘’Kepada seluruh tempat kerja, Menkes mengimbau agar mendukung program ASI di tempat kerja dengan memberikan kesempatan bagi ibu bekerja untuk menyusui anaknya selama waktu kerja dan atau menyediakan tempat untuk memerah ASI berupa ruang ASI di tempat kerja,’’ ujar dr.Jane. Dengan demikian, hak bayi untuk mendapat ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat diwujudkan dan produktivitas pekerja perempuan dapat meningkat. Dalam mendukung PAS 2015, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan lomba “Dengan ASI, Baduta Sehat, Ibu Bekerja Produktif” yang diikuti oleh perwakilan dari beberapa propinsi di Indonesia. Melalui lomba tersebut, diharapkan dapat memotivasi ibu bekerja untuk tetap bersemangat memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang kita cintai. ASI mengandung gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi. Badan Kesehatan Dunia, WHO, merekomendasikan bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan. Namun, tidak semua perempuan mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI
WWW.TRIBUNNEWS.COM
minimnya kesempatan untuk memerah ASI di tempat kerja juga menjadi penghalang ibu bekerja untuk menyusui. Di tempat para ibu bekerja seringkali tidak menyediakan ruang ASI. Di sisi lain, faktor yang turut menyumbang
minimnya pemberian ASI eksklusif karena kurangnya pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi. Survei BPS tahun 2013 mencatat jumlah angkatan kerja wanita terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini dari
WWW.SOLOPOS.COM
ekslkusif kepada bayi, diantaranya ibu yang bekerja. Waktu bekerja selama 8 jam di luar rumah menyebabkan ibu tidak memiliki waktu cukup untuk menyusui bayinya. Tidak hanya keterbatasan waktu,
114 juta jiwa (94%), 38% diantaranya adalah pekerja perempuan (43,3 juta jiwa) yang 25 juta diantaranya berada pada usia reproduktif (BPS, Februari 2013). Secara fisiologis kelompok pekerja perempuan mengalami siklus haid, hamil dan menyusui yang memerlukan fasilitasi agar pekerjaan tidak terganggu dan kondisi fisik lainnya tidak mengurangi kinerja. Oleh karena itu, program ASI eksklusif di tempat kerja merupakan terobosan yang dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif nasional. Peran berbagai pihak termasuk dunia industri dalam mendukung pencapaian ASI Eksklusif sangatlah penting. Selain itu, dukungan terhadap program menyusui di tempat kerja juga merupakan bentuk pencegahan terhadap diskriminasi perempuan di tempat kerja. [pra]
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 17
PERISTIWA
KEMENKES CANANGKAN GERAKAN REVOLUSI MENTAL
M
enteri Kesehatan Prof. Nila F. Moeloek memimpin upacara Gerakan Nasional Revolusi Mental di lapangan upacara Kemenkes di Jakarta pada (14/9) lalu. Upacara diikuti staf Kemenkes, UPT Rumah Sakit Kemenkes serta utusan BUMN Kesehatan. Berbeda dari upacara biasa, kali ini seluruh petugas upacara adalah Pejabat Eselon 2. Dalam upacara
dibacakan Kebulatan Tekad Gerakan Nasional Revolusi Mental yang diikuti oleh seluruh peserta upacara. Pada kesempatan ini, Menkes membacakan sambutan Menko Pembangunan Manusia Dan Kebudayaan, Puan Maharani yang menegaskan 3 nilai utama dalam Revolusi Mental yaitu Integritas, Kerja Keras dan Gotong Royong. ‘’Ketiga hal ini harus menjadi budaya kerja bangsa Indonesia. Dengan budaya kerja ini, saya berharap kita
18 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
dapat memberikan warna dan arah gerakan nasional revolusi mental,’’ ujar Menkes. Menko PMK juga meminta agar semua pihak terus meningkatkan kualitas dan kecepatan kerja agar kita bisa berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu, nilai kerja keras harus terinternalisasi dalam budaya kerja seharihari. “Selesaikan pekerjaan dengan kualitas yang tinggi dan terbaik, kerahkan segala kemampuan terbaikmu
apabila diberikan amanah ataupun tugas oleh atasan serta selesaikan dengan cepat dan tepat waktu. Hasil kerja kita ditunggu oleh generasi yang akan datang. Kita bekerja keras bukan untuk hari ini, tetapi buat hari esok bangsa ini”, tegasnya. Usai upacara, Menkes juga menegaskan bahwa revolusi mental harus dimulai sejak bayi sampai manula.”Jadi intervensi apa? Misal bayi, bayi harus diintervensi juga dengan pendidikan secara disiplin. Contohnya pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dulu barangkali memang ada pemberian makanan tambahan juga. Sekarang ibunya pun harus revolusi mental. Kalau mau punya anak, berikanlah anak makanan yang berkualitas,” tegas dia.[Pra]
S
ekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan RI, dr. Untung Suseno S, M.Kes membuka Pertemuan Tingkat Tinggi mengenai Perkembangan Penilaian Teknologi Kesehatan atau Health Technology Assesment (HTA) di Indonesia di Hotel Luwansa, Jakarta pada akhir September 2015 lalu. Kegiatan yang diselenggarakan atas kerja sama Kemenkes dan WHO Indonesia dan PATH ini bertujuan sebagai ajang berbagi pengalaman dari negara – negara yang telah berhasil mengembangkan program HTA, seperti di Inggris dan Thailand. Selain itu untuk memberikan masukan dalam pengembangan roadmap HTA di Indonesia. Pada kesempatan ini, dr.
Untung mengatakan pada bulan Januari 2014, Indonesia telah meluncurkan program JKN dengan target di tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia telah terdaftar menjadi peserta JKN. Paket manfaat yang diterima oleh peserta program JKN sangat komprehensif, tetapi pengaturan preminya masih rendah. Oleh karenanya sangat penting untuk menggunakan teknologi tepat guna dan hemat biaya demi menjaga kesinambungan JKN. “Untuk menyeimbangkan ketersediaan pembiayaan dan pengeluaran untuk biaya pelayanan kesehatan, terutama dalam penggunaan teknologi kesehatan, Kemenkes telah membentuk Komite HTA di April 2014. Komite bertugas untuk memberikan rekomendasi kebijakan kesehatan
WWW.ASSAFH.ORG
PERTEMUAN TINGKAT TINGGI HTA DIBUKA berdasarkan kajian teknologi yang komprehensif kepada Menkes yang akan berpengaruh pada paket manfaat yang diberikan dalam program JKN” tutur dr. Untung. HTA adalah kombinasi dari ilmu medis, ekonomi dan etik untuk melakukan kajian analisis kebijakan. HTA akan menggambarkan tentang teknologi kesehatan dan bagaimana pemanfaatannya, serta menilai apakah teknologi ini lebih baik secara klinis maupun biaya dibanding teknologi yang sudah ada. Hadir dalam acara tersebut pembicara dari WHO Representative Indonesia, dr. Kancit Limpakajanarat, Program Leader Health Intervention and Technology Assesment Program (HITAP) Thailand Dr. YotTeerawattananon, Chief Executive National Institute
for Health Care (NICE) University Inggris, Sir Andrew Dillon. Kegiatan yang berlangsung 1 hari tersebut dihadiri pula oleh para pemangku kepentingan seperti perwakilan RS Vertikal Kemenkes (RSCM, RS Jantung Harapan Kita, RS Kanker Dharmais), Organisasi Profesi (IkatanDokter Indonesia, Persatuan Perawat Indoensia), Organisasi RS hingga para Akademisi. Adapun dasar hukum pelaksanaan HTA di Indonesia ialah PP no. 12/2003 mengenai Jaminan Kesehatan yang menyebutkan bahwa pengembangan penggunaan teknologi dalam manfaat jaminan kesehatan harus disesuaikan dengan kebutuhan medis sesuai hasil penilaian teknologi kesehatan.l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 19
OKEZONE.COM
PERISTIWA
UJI KOMPETENSI PROFESI DOKTER DIBERLAKUKAN
U
ntuk menjamin mutu lulusan pendidikan dokter dan perlindungan terhadap masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyusun uji kompetensi dokter secara nasional yang dinamakan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter. Uji kompetensi itu masuk dalam ranah pendidikan dan menjadi salah satu syarat kelulusan mahasiswa
program profesi dokter. Menristek dan Dikti, Muhammad Nasir, mengatakan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) ini merupakan hasil dialog antara Kemristek dan Dikti bersama 31 pemimpin perguruan tinggi pemilik Fakultas Kedokteran, Kementerian Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia (KKO), Asosiasi Institut Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI),
20 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
NDINANDINA.WORDPRESS.COM
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, serta Panitia Nasional UKMPPD. Penjaminan mutu pendidikan dokter dilakukan sejak tahap pendidikan hingga pelayanan. “Kita harus mengawal pendidikan profesi dokter yang baik sesuai kebutuhan masyarakat Kebijakan ini bukan berarti pemerintah mempersulit mahasiswa kedokteran, melainkan semata-mata ingin menjaga kualitas layanan dokter Indonesia,” kata Natsir di Jakarta, akhir September 2015 lalu seperti dikutip dari www.kompas.com.
FKG.UNPAD.AC.ID
Belum Lulus
Hingga Agustus 2015, sudah ada lima periode UKMPPD. Dari sekitar 15.000 peserta, 21 persen belum lulus. Namun, pada Agustus, persentase kelulusan bisa mencapai
74 persen, dengan nilai batas lulus 66 persen. Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) I, Oetama Marsis, mengatakan berdasarkan nota kesepahaman dengan Ditjen Dikti pada Juni 2014, hanya ada satu uji, yaitu UKMPDD. Ujian itu merupakan integrasi uji kompetensi dokter indonesia dan UKMPPD. Pelaksanaan uji kompetensi mulai 2015 telah berdasarkan buku panduan UKMPDD. Ketua Panitia Nasional UKMPPD, Nani Cahyani, mengatakan, panitia terdiri atas unsur pemerintah serta organisasi profesi IDI dan AIPKI. Sepanjang berstatus mahasiswa program profesi dokter, mahasiswa bisa ikut UKMPPD. Sebelum lulus program profesi dokter, mahasiswa harus ikut UKMPPD.
Mahasiswa yang lulus program profesi dokter dan UKMPPD mendapat ijazah dokter dari perguruan tinggi, melakukan sumpah dokter, dan mendapat sertifikat kompetensi. Pembiayaan UKMPPD terintegrasi pada biaya pendidikan sehingga tidak memberatkan mahasiswa. Kemristek dan Dikti memberikan subsidi untuk mendukung biaya operasional panitia UKMPPD sehingga biaya yang dibebankan kepada mahasiswa terjangkau, sekitar Rp 1 juta. Hasil UKMPPD akan dipakai Kemristek dan Dikti membina pendidikan di Fakultas Kedokteran yang bermasalah, terutama yang hasil UKMPPD di bawah 50 persen. Pengawasan dan evaluasi serta pembinaan dilakukan enam bulan sekali.l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 21
[MEDIA UTAMA]
PTT dan
Nusantara Sehat
FREEPIK.COM, DIOLAH
Banyak tenaga PTT yang mengadukan nasibnya usai menjalani PTT, terutama keinginan menjadi CPNS. Bagaimana ceritanya, berikut petikan obrolan Mediakom dengan Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, dr. Achmad Soebagio Tancarino, MARS.
22 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
M
enurut dr. Soebagio, peserta PTT yang meminta diangkat menjadi CPNS mayoritasnya adalah bidan. Kemenkes tidak berdiam diri. Sejak periode Ibu Nafsiah, Kemenkes sudah beberapa kali mengirim surat kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. Targetnya selepas PTT, para nakes ini bisa berlanjut menjadi CPNS dengan pengangkatan khusus. “Hanya saja sampai saat ini, belum ada jawaban. Menteri PAN-RB meminta diadakan pertemuan untuk membahas hal tersebut. Saat inipun sedang dalam pembahasan antar eselon II di lingkungan Menpan dan Menkes untuk mempersiapkan pertemuan tingkat menteri,” ujarnya. Berdasarkan hasil evaluasi pengadaan dan penempatan PTT yang dilakukan oleh Badan Litbangkes, ada beberapa catatan hasil evaluasi. Hal itu antara lain gaji dan insentif PTT yang terlalu kecil. Kurangnya sarana dan prasarana di tempat penempatan. “Selain itu, banyak dr/drg/bidan PTT yang tidak berada di lokasi penempatan. Kurangnya pembinaan dan pengawasan tenaga PTT oleh pusat dan pemerintah daerah. Kurangnya peningkatan kompetensi terhadap peserta PTT dan tidak ada jenjang karir yang pasti terhadap tenaga PTT,” ujarnya. Salah satu upaya meningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna. Menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya ini memerlukan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan ketersediaan tenaga kesehatan yang merata di daerah terpencil. Ketersediaan akan memudahkan masyarakat memperoleh layanan kesehatan. Guna memenuhi ketersediaan tenaga kesehatan, khususnya dokter
dan bidan, pemerintah menetapkan kebijakan pengangkatan dan penempatan dokter dan bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) sejak tahun 1992. “PTT merupakan Tenaga Kesehatan yang bukan pegawai negeri yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang sebagai PTT dan ditugaskan pada sarana pelayanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan program pemerintah. Mulai dari dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, dan bidan,” ujarnya. Selain itu, pembayaran gaji dan insentif PTT merupakan pendukung untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat, melalui tenaga kesehatan yang tersebar di 489 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi di seluruh Indonesia. Menurut Kapusrengun, Kebijakan pengangkatan dokter sudah ada sejak tahun 1992. Kebijakan tersebut mengatur bukan hanya tenaga dokter umum, tapi juga dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. Pertimbangan tetap melaksanakan pengangkatan PTT tahun ini karena banyak puskesmas yang masih kekurangan tenaga terutama untuk tenaga dokter dan dokter gigi. Berdasarkan data Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan per 1 Oktober 2014, dari 9.655 puskesmas di Indonesia ada
1.039 puskesmas tanpa dokter umum dan 4.250 puskesmas tanpa dokter gigi yang tersebar di seluruh Indonesia. “Kebijakan PTT diperuntukkan untuk memenuhi puskesmas yang masih kosong, terutama daerah luar Jawa dan Bali. Puskesmas yang akan ditempati merupakan usulan dari daerah, sedangkan pusat hanya melakukan verifikasikasi saja,” ujarnya. Menurut dr. Soebagio, salah satu daya tarik PTT adalah gaji dan insentif bagi tenaga dr/drg/bidan yang akan ditempatkan di daerah terpencil. Selain itu pengalaman sebagai tenaga PTT menjadi poin penting bagi dr/drg untuk melanjutkan pendidikan spesialis. Setiap dokter/dokter gigi setelah menyelesaian program PTT akan mendapat Surat Selesai Masa Bakti (SMB). Kebijakan pemerintah mewajibkan surat ini sebagai salah satu prasyarat untuk melanjutkan pendidikan spesialis ataupun ke jenjang karier berikutnya. “Peluang untuk menjadi PTT sangat besar, karena kuota formasi sangat banyak. Selain itu, banyaknya jumlah lulusan dari Fakultas Kedokteran, memberikan peluang untuk memberdayakan fresh graduate,” ujarnya. Namun rekrutmen tenaga PTT tidak mencapai target. Penyebabnya karena adanya
Peluang untuk menjadi PTT sangat besar, karena kuota formasi sangat banyak. Selain itu, banyaknya jumlah lulusan dari Fakultas Kedokteran, memberikan peluang untuk memberdayakan fresh graduate. dr. Achmad Soebagio Tancarino, MARS.
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 23
[MEDIA UTAMA] kebijakan bahwa PTT tidak wajib bagi tenaga medis. Selain itu masalah geografis, akses, sarana, prasarana, keamanan dan insentif dinilai kurang mampu menjadi daya dorong bagi tumuhnya minat mengikuti PTT. Sesuai UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), tidak dikenal nomenklatur PTT namun hanya ada ASN dan PPPK sehingga hal ini perlu diantisipasi. Apakah kebijakan PTT akan dilanjutkan atau tidak masih menunggu PP ASN sebagai turunan UU ASN Nomor 5 tahun 2014.
Perbedaan PTT dan Nusantara Sehat
Program PTT adalah salah satu upaya pemenuhan tenaga kesehatan (dokter/ dokter gigi/ dokter spesialis/ bidan) di fasyankes terutama di daerah terpencil dan sangat terpencil di luar Jawa dan Bali. Khusus untuk bidan difokuskan untuk daerah Timur Indonesia yang memang masih kekurangan tenaga bidan. Mereka akan ditempatkan di desa. Sedang spesifikasi SDM PTT merupakan penugasan tenaga kesehatan (dokter/ dokter gigi/ dokter spesialis/ bidan) secara individual. Sementara Nusantara Sehat, bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan
(DBK), serta menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan, menggerakan pemberdayaan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan yang terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas di DTPK. Program ini merupakan program lintas Kemenkes yang fokus, tidak hanya pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif untuk mengamankan kesehatan masyarakat (public health) dari daerah yang paling membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita. Penempatan tenaga kesehatannya berbasis tim. Terdiri dari tenaga profesional kesehatan dengan latar belakang tenaga kesehatan berbeda. Ada dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Para tenaga kesehatan yang mengikuti program PTT akan ditempatkan di puskesmas yang kosong ataupun yang masih kekurangan untuk melakukan pelayanan kesehatan baik Upaya Kesehatan Perorangan maupun Usaha Kesehatan Masyarakat. Tenaga Nusantara Sehat ditempatkan untuk melakukan penguatan pelayanan kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan upaya preventif melalui pendidikan kesehatan, konseling serta skrining (penapisan).
24 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
Penempatan tim Nusantara Sehat dimulai dari puskesmas perbatasan. Tahun 2016 penempatan nakes dari program Nusantara Sehat akan dilebarkan ke 149 kab/kota yang mendapat intervensi kemenkes utamanya DTPK. Penempatan Tim Nusantara Sehat dilakukan dengan
MOU dengan kepala daerah, sehingga diharapkan daerah memiliki komitmen terkait penempatan tim tersebut dengan memberikan jaminan keamanan, sarana dan prasarana (termasuk rumah tinggal bagi tenaga NS) dan pemberian insentif daerah. [Pra]
M
enteri Kesehatan dan MenPANRB atas dukungan Komisi IX DPR RI, akan mengangkat sebanyak 49.443 orang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Tahun 2016, Hal ini adalah bentuk apresiasi pemerintah kepada tenaga kesehatan PTT yang memberikan kontribusi cukup besar dalam pembangunan kesehatan, terutama di desa. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Komunikasi Publik drg. Murti Utami, MPH dalam siaran perssnya, 16 Oktober 2015, di Jakarta.
Menurut Kapuskom Publik Kemenkes RI ini, pemerintah dengan Nawacita nya, salah satu cita-nya menurunkan angka kematian ibu. Untuk mendukung program tersebut diperlukan tenaga kesehatan dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik, khususnya PTT. Sebab, merekah yang terlibat langsung menurunkan angka kematian ibu, bahkan sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan. Menurut drg.Murti Utami, dari sebanyak 49.443 PTT yang akan diangkat jadi PNS, terdiri dari Bidan PTT sebanyak 42.245 orang,
dokter PTT 1.984 orang dan dokter gigi PTT 904 orang, serta Tenaga Tim Nusantara Sehat sebanyak 4.310 orang. “Selain itu, MenPAN-RB berjanji, untuk membuka formasi tenaga kesehatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas sesuai standar yang ditetapkan Menteri Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Guna mengisi 8.640 puskesmas yang standar ketenagaannya belum sesuai dengan permenkes tersebut. Sedangkan Jumlah formasi yang akan disediakan
ANTARA
Seluruh PTT akan diangkat Jadi PNS
sebanyak 43.856 orang untuk tenaga kesehatan dokter, dokter gigi, bidan, tenaga farmasi, kesehatan masyarakat, sanitarian, gizi dan analis kesehatan”, ujar. drg Murti. Hal ini, diharapkan dapat memberikan kabar gembira bagi tenaga kesehatan Program PTT yang selama ini mempertanyakan statusnya dan juga memberikan harapan besar bagi rakyat diseluruh Indonesia untuk memperoleh akses pelayanan kesehatan dengan adanya jaminan kesehatan dengan tenaga kesehatan sesuai standar di Puskesmas. [Pra]
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 25
[MEDIA UTAMA]
PERKUAT SEMANGAT
KEBANGSAAN PTT
S
etiap awal tahun, Kementerian Kesehatan bersurat kepada Dinas Kesehatan Provinsi tentang peneerimaan Pegawai Tidak Tetap (PTT). Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kemudian mengusulkan tiga periode penerimaan PTT dalam aplikasi sistem informasi kepegawaian (simpeg) yakni bulan April, Juni dan September. Selanjutnya provinsi melakukan verifikasi dan mengirim data ke Pusat Perencanaan Pendayagunaan Aparatur Negara (Pusrengun) untuk dianalisis lebih lanjut. Karena ada 500 lebih Kabupaten/ Kota, maka Pusrengun memprioritaskan wilayah Timur dan Tengah, di luar Jawa dan Bali. Khusus pulau Sumatera, prioritasnya adalah wilayah dengan AKI/ AKB tinggi dan wilayah konflik. Hal ini disampaikan Kabid Perencanaan SDMK Pusrengun Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Emmilya Rosa, SKM,MM kepada Mediakom beberapa waktu lalu. “Hanya perlu diakui, masih banyak kendala yang dihadapi terutama komunikasi, seperti internet. Karena otonomi, hubungan provinsi dan kabupaten/
kota kurang lancar, bahkan ada beberapa kabupaten tidak mendapat informasi, kemudian berusaha mencari informasi sendiri dalam batas akhir waktu . Walau ada juga beberapa provinsi yang bagus, komunikasinya lancar, informasi langsung menyebar dari provinsi ke kabupaten/kota,” ujar Rosa. Menurutnya, analisa ini sudah disampaikan dalam edaran Sesjen hanya untuk puskesmas terpencil dan sangat terpencil. Aplikasi simpeg sudah mempunyai kriteria sendiri. Dokter gigi tidak untuk rumah sakit, bidan bukan untuk puskesmas, tapi untuk desa. Kemenkes menginginkan satu bidan untuk satu desa. “Berhubung program PTT ini baru pindah ke Pusrengun, sebelumnya di Biro Kepegawaian, kami sedang melakukan pemetaan dari data sebelumnya. Kami dapat melihat komposisi ketersedian tenaga dokter, dokter gigi dan bidan dengan standarnya. Kalau ada puskesmas keperawatan yang mengusulkan dokter, mereka harus mempunyai 2 tenaga dokter. Kalau mereka mengusulkan 2 dokter, sementara mereka sudah punya 3 dokter, maka tidak diterima usulan tersebut, karena sudah berlebih. Kalau mengusulkan 2 dokter,
26 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
tapi sudah tersedia satu, kami akan penuhi satu,” ujar Rosa. Menurut Rosa, karena tidak mempunyai “kepentingan apa apa” Pusrengun hanya akan mengisi puskesmas yang memang tenaganya masih kosong. Tentunya setelah membandingkan dan melihat kondisi. Kekuranganya, daerah terkadang tidak mengisi tenaga PNS yang sudah tersedia, sehingga Pusrengun hanya menggunakan data yang tersedia dari Pusdatin.
“Ada cara pandang yang kurang tepat. Daerah beranggapan tenaga yang mereka minta adalah tenaga pusat, bukan tenaga mereka. Sehingga mereka hanya meminta, selanjutnya kurang mendapat perhatian, walau tidak semua. Semestinya, mereka jujur dalam mengisi simpeg, sehingga pusat akan lebih mudah dalam memenuhi permintaan yang tepat dan akurat. Berikutnya, baru melakukan penetapan formasi dan menginput dalam simpeg,” ujar Rosa. Menurut Rosa, setelah
menetapkan formasi, mereka segera melakukan sosialisasi dan publikasi. Dalam agenda ini turut dilibatkan Biro Kepegawaian, Puskom Publik dan Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan. Mengajak semua pihak agar sosialiasi lebih merata dan menjangkau semua wilayah. “Khusus dalam pengisian simpeg, adakalanya daerah lalai, sehingga tidak mengisi semua format. Bahkan ada juga yang sengaja mengosongkan tenaga kesehatannya, setelah kami mengisi, maka tenaga yang sudah tersedia ditarik ke daerah lain. Sekali lagi, ini hanya sebagian kecil. Pak Sesjen minta melakukan monev untuk memastikan permintaan tenaga itu benar atau sekedar mengusulkan saja. Benar-benar kosong atau “nakal”, ujarnya. Saat ini, terdapat 1099 puskesmas yang kosong, tidak mempunyai tenaga dokter, sedangkan masih kurang dokter ada 2000 puskesmas. Misal,
satu puskesmas standar dokternya 2 orang, tapi baru tersedia 1 dokter, berarti puskesmas tersebut masuk golongan puskesmas kurang dokter. Sementara saat ini juga ada 70 % atau 2/3 puskesmas dari total 9741 puskemas tidak mempunyai dokter gigi. Guna menenuhi kekurangan tenaga dokter, dokter gigi dan bidan, pusrengun merencanakan 3 periode perekrutan, mulai April, Juni dan September 2015. Bulan Maret, telah menetapkan formasi tenaga kesehatan PTT sebanyak 510 dokter dan dokter gigi, terealisasi 366 dokter dan dokter gigi. Sedangkan bulan Juni, formasi 646 orang dokter dan dokter gigi, terelasisasi 239 orang dan September dengan formasi 1795, realisasi 567 orang. Berhubung, formasi dokter spesialis 282 orang, sementara realisasi hanya 2 orang. “Sepertinya, sulit untuk mengejar target rekrutmen ini. Oleh sebab
itu, guna meningkatkan jumlah rekrutmen tenaga PTT, diambil kebijakan publikasi yang lebih luas lagi. Melakukan advokasi ke fakultas, angkatan dan lulusan baru. Selama memang sudah menjadi program rutin. Tetapi memang ada indikasi penurunan peminat. Ada sisi lain manusia untuk diberi tantangan dalam pengabdian, tidak sematamata gaji, walau gaji juga penting. Nah semangat pengadian kebangsaan ini yang akan dikuatkan lagi,” ujar Rosa. Menurutnya, secara sistem PTT juga perlu perbaikan. Selama ini SK penempatan PTT hanya sampai di kabupaten, belum menjakau puskesmas. Hal ini harus diperbaiki. Ketika SK hanya sampai kabupaten, dalam pelaksanaannya bisa terjadi deviasi. Nakes ditempatkan di kabupaten lain. Sedikit sekali kabupaten yang melaporkan ke pusat. Sangat sulit untuk
mengetahui secara pasti kebutuhan dari formasi yang telah ditetapkan. Berapa realisasi di tingkat puskesmas, sangat sulit untuk menjawabnya. “Sebagai contoh, saat ini kita menyebar 2000 dokter ke tingkat puskesmas Kabupaten. Paling yang melapor hanya satu atau dua surat saja. Inikan tidak signifikan. Sampai saat ini, belum ada mekanisme penetapan PTT dengan SK yang langsung menunjuk puskesmas tertentu dalam suatu kabupaten,” ujarnya. Ada juga peserta yang hanya bersedia bertugas sebagai PTT di wilayah Sumatera Utara dan Aceh. Alasannya mereka berasal dari wilayah tersebut. Mereka enggan mengambil PTT di daerah lain dengan berbagai alasan. Ini sebagian kendala rekrutmen tenaga PTT yang harus mendapat solusi, dan tentunya perlu sosialisasi yang massif bagaimana sikap dan perilaku mecintai tanah air. [Pra]
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 27
[MEDIA UTAMA] Menjadi PTT itu “Luar Biasa..!”
S
etiap orang punya perjalanan hidup. Setiap perjalanan hidup punya kesan dan nilai. dr. Maria Siska Mudina pernah 1 tahun menjadi dr. PTT di daerah pegunungan Kabupaten Sikka, Flores NTT. Episode menjadi PTT itu luar biasa. Menjadi sosok baru yang berbeda dengan sebelumnya, lebih bermakna, bahagia dan ingin rasanya kembali ke Sikka. Bagaimana kisahnya? Berikut mediakom sampaikan petikannya. Ketika masih kuliah, tak pernah terpikir menjadi PTT. Selesai kuliah praktek satu tahun. Iseng-iseng daftar PTT. Informasinya dari facebook. Kebetulan juga ada teman yang menginformasikan sudah menjadi PTT di Kabupaten Sikka, NTT selama 1,5 tahun. Wah hebat juga. Dia berkata sudah ambil PTT saja Sis katanya. Akhirnya saya
mendaftar PTT di Sikka, NTT. Pikir saya, waktu itu jalanjalan saja. Ketika menuju NTT, sampai di Kupang, saya kaget. Banyak teman-teman keturunan Tionghoa. Wah hebat banget ya. Apasih yang akan mereka cari menjadi PTT? Saya bertanya dalam hati. Orang-orang ini mau menjadi PTT. Walau mereka membawa koper segede ”gambreng”. Mungkin seisi rumah dibawa semua. Alasannya ternyata Surat Selesai Masa Bakti (SMB). SMB ini menjadi surat sakti kalau ingin meneruskan pendidikan menjadi dokter spesialis. Sampai di Sikka, jujur saya kaget, karena tidak ada yang menjemput. Waktu itu berlima. Satu teman asli Sikka, satu suami orang Sikka, dan satu lagi kakaknya orang Sikka. Hanya dua orang yang tidak punya hubungan dengan Sikka,
28 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
termasuk saya. Bener-bener orang baru yang pertama kali menginjakkan kaki di Sikka. “Terus akan tinggal dimana? Kebetulan ada kakak kelas yang sudah tinggal di Sikka. Saya hubungi dan merekapun mencarikan tempat tinggal untuk kami berdua. Sebuah rumah dinas kosong. Sesampainya di rumah itu, teman Tionghoa saya benarbenar kaget. Rumah itu benar-benar kosong. Tiak ada apa-apa. Tidak ada tempat tidur, kasur, bahkan tidak ada air. Bagaimana akan tidur?” kenang Siska. Tetapi mereka bertahan di rumah tersebut dua minggu. Saat melapor ke dinas kesehatan, mereka hanya bertanya, tinggal dimana? Begitu saja. Tidak ada tindak lanjut. “Waktu itu, saya merasa kok begini amat ya. Pemerintah daerah hanya butuh tenaga kita saja. Tetapi tidak memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan tenaga PTT,” ujarnya sedih. Selanjutnya ada pembekalan 2 minggu, lalu penempatan. Karena SK tidak sampai di Puskesmas, hanya sampai di Kabupaten, maaf saja orang daerah suka mempermainkan penempatan. Kebetulan 2 laki-laki, dan saya ditempatkan di wilayah lereng gunung yang sangat jauh. Sementara mereka yang memiliki koneksi mendapat wilayah kota. Mereka mengatakan diperbantukan, padahal sama-sama PTT. “Saya ditempatkan di Puskesmas Habibola, Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, Flores NTT. Tidak ada air, listrik dan sinyal. Sewaktu Bapak masih hidup, beliau pernah bilang, apa bener kamu mau PTT. Disana tidak ada siapa-siapa. Tidak tahu tempatnya dimana. Pokoknya saya berangkat dulu. Setelah disana nggak kerasan, ya nanti pulang lagi,” kenang dr. Siska. Namun setelah melihat masyarakat yang memerlukan bantuan dan pelayanan kesehatan, lama-lama hatinya tergerak juga. Siapa yang akan membantu kesehatannya, kalau mereka sakit? Siapa lagi yang akan peduli? Saya betul-betul tersentuh. Saat itu saya menyadari dan betulbetul merasakan betapa pentingnya kepedulian untuk sesama. Selain itu saya juga baru memahami pentingnya pengalaman baru, bertemu orang baru, bahasa baru, dan budaya baru. Ada kalanya saya bahkan sama sekali tidak mengerti apa yang mereka katakan. Masyarakat tidak dapat berbicara bahasa
Indonesia. Sayapun minta perawat untuk menjadi penerjemah. “Tempat saya bekerja, ada hari pasar, yakni hari Kamis. Hari itu mereka datang dari segala penjuru. Mereka ada yang jalan kaki selama 4 jam khusus untuk datang ke puskesmas. Ingin ketemu dokter padahal tidak sakit. Bagi mereka dokter itu “sesuatu banget”. Padahal dokter juga manusia biasa. Pernah, ada masyarakat berobat, dengan keluhan anaknya nakal. Saya bilang, mamah anak nakal tidak bisa dikasih obat. Ibu itu tetap memaksa. Terserah dokter mau diapakan yang penting nakalnya hilang,” kata Siska sambil terkekeh. Menurut dr. Siska, masyarakat terkadang lucu. Mereka belum mau mendaftar, kalau belum ada dokter. Setelah ada dokter, baru mereka berbondong-bondong daftar. Rupanya mereka sangat mendambakan tenaga kesehatan, khususnya dokter. Kalau perawat atau bidan sepertinya biasa saja. “Khusus berkaitan dengan pelayanan, tenaga kesehatan di sana cukup kompak, pelayanan berjalan lancar. Sebulan sekali puskesmas keliling. Ada satu desa namanya Hepang yang harus dijangkau dengan jalan kaki 3-4 jam. Membawa obat-obatan, peralatan dan bahan makanan. Karena sudah mendapat infromasi sebelumnya, begitu kita sampai, masyarakat sudah berkumpul banyak sekali,” ujarnya. Begitu sampai, kami langsung mengadakan penyuluhan dan skrining UKS. Tetapi ada masyarakat
yang hanya pegel-pegel saja, minta diperiksa. Sebenarnya, pegel-pegel itu biasa, sebab mereka adalah para pekerjaa keras dan terbiasa bekerja mengandalkan fisik. Karenanya tidak heran jika makanan mereka serba karbohidrat. Ada pisang, singkong, dan umbi-umbi lainnya direbus jadi satu. “Mereka memang tergolong miskin, makannya hanya karbohidrat. Makan protein, seperti telur termasuk barang berharga dan langka. Sebenarnya ketika memberi penyuluhan makanan bergizi, menyinggung juga masalah protein, tapi bagaimana kalau masyarakatnya miskin, tak mampu membeli atau menyediakan. Apalagi makan daging, mungkin setahun sekali saja sudah bagus,” ujarnya. Menurut Siska, dengan PTT dia menjadi tahu, bahwa Indonesia itu tidak hanya Jakarta, Jawa, atau Solo yang semua serba ada. Sementara di wilayah PTT, semua serba terbatas. Untuk mengakses pelayanan kesehatan, mereka harus berjalan berjam-jam, padahal dalam keadaan sakit. Terkadang ada yang menggunakan tandu untuk membawa pasien sampai puskesmas. Pemandangan yang sangat mengenaskan. Di Jawa kalau butuh dokter, dimana-mana ada. Sementara di Sikka, mereka sangat membutuhkan, tapi tak ada dokter. “Itulah yang membuat saya bersyukur. Di sana tidak ada super market, mall, bioskop, TV. Apa yang mau ditonton, listrik saja tidak ada? Tapi mereka tetap senang, bahagia. Sementara saya sudah lebih dari
mereka kok masih merasa kekurangan. Jadi pelajaran terpenting bagi saya adalah bagaimana bersyukur,” ujar dr. Siska. Selanjutnya, saya dapat mengenal banyak karakter orang, suku dan budaya. Setiap orang itu, egoisme pasti. Tapi hidup itu tidak hanya dengan suku sendiri, juga harus hidup dengan berbagai suku. Memahami Indonesia itu bukan hanya Jawa dan Solo, karena asal saya Solo. Ada suku lain. Kita bisa salah menilai kalau hanya melihatnya secara fisik. Kesan pertama kali memang tidak enak, tapi sebenarnya mereka baik. Sebelumnya baru mengenal luarnya saja. Ketika mengenal mereka dan mereka mengenal kita, jujur harus saya katakan bahwa mereka sangat baik. “Kalau di Jawa, dokter itu hal biasa, dimana-mana ada dokter. Tapi kalau di daerah, dokter itu langka. Karenanya lebih terasa bernilai. Dokter sangat dibutuhkan oleh masyarakat seperti di Sikka ini. Kita dapat memberi manfaat kepada masyarakat, ilmu kita bisa bermanfaat untuk orang banyak,” ujarnya. Menurut Siska, tementemen yang belum PTT, sebagai generasi muda harus galau. Galau dengan kenyataan di negeri ini. Semua yang terdengar dan terlihat hanya jeleknya saja. Padahal banyak potensi yang belum tergali. Menjadi dokter itu potensi. Banyak orang ingin menjadi dokter tidak mendapat kesempatan. Sementara sebagian yang menjadi dokter, sebaiknya meluangkan waktu untuk mengenal lebih dalam tentang Indonesia. Demi
kemajuan Indonesia. Sekali lagi, Indonesia itu Sabang sampai Merauke, bukan Jakarta saja! “Sekalipun hanya 1 tahun menjadi PTT, saya merasa belum banyak memberi mereka. Pdahal saya sudah banyak sekali menerima dari mereka. Masyarakat Sikka. Saya banyak belajar dari mereka tentang hidup, bersahabat, pengabdian, kepedulian dan Indonesia yang sebenarnya. Jadi jangan banyak berfikir untuk menjadi PTT. Berangkat saja, buktinya, saya pulang baik-baik saja, menjadi orang baru. Tidak menjadi orang yang hanya bisa konsumtif, gaul, seperti sebagian anak perkotaan,” ujarnya bangga. Menurutnya, banyak nilai hidup yang tidak ditemukan dalam bangku kuliah, tapi dapat ditemui saat terjun langsung ke masyarakat. Banyak yang akhirnya betah bersama masyarakat hingga sekarang, bahkan beranak cucu di sana. Karena mereka menemukan, ketenangan, kedamaian dan makna hidup sebenarnya. Pasti bagi mereka yang pernah PTT, kemudian spesialis, akan ada kerinduan untuk kembali ketempat PTT lagi. Melihat senyum anak-anak di sana dan menolong mereka. “Ada teman yang orang tuanya di Solo, tapi tetap ingin berada di Sikka. Mereka berfikir, kalau tidak di sana, siapa yang akan periksa mereka? Begitu cara mereka berfikir. Karena langsung terjun, bukan hanya melalui bacaan, yang lahir bukan sekedar simpati, tapi sudah empati,” ujarnya. Menurut saya menjadi dokter PTT itu “Luar biasa”. [Pra]
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 29
[MEDIA UTAMA]
PTT IS UNFORGETTABLE MOMMENT
J
ohanes Tanzil adalah dokter umum alumi FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Dia mendapatkan kesan mendalam ketika menjalankan tugasnya sebagai dokter PTT. Sebuah momen yang tak terlupakan. Dokter alumni 2002 ini ditempatkan di Kabupaten Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2010. Dia bertugas di Puskesmas rawat inap Kecamatan Mapitara. Sebuah puskesmas baru dan merupakan puskesmas terbesar di Kabupaten Sikka pada saat itu. “Bolehlah saya sedikit berbangga karena sayalah dokter pertama di puskesmas Mapitara,”
tuturnya. Awal bertugas sebagai dokter di Mapitara, Tanzil mengakui sangat berat. Hal itu dikarenakan belum adanya listrik dan jaringan sinyal telepon di kecamatan tempatnya bertugas. Kebiasaan Tanzil hidup di perkotaan jelas membutuhkan dua hal tersebut. Namun lambat laun,dia mulai bisa mengatasi masalah tersebut. Tetapi setelah beberapa waktu dia mulai terbiasa hidup tanpa sinyal dan listrik. Listrik dari genset baru menyala setiap hari pada pukul 6 sore sampai 10 malam. Itupun saat pasokan bensin atau solar untuk genset masih mencukupi. “Saya manfaatkan waktu tersebut untuk menonton
30 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
TV atau membaca dari e-Book di laptop. Sementara sinyal baru bisa tersambung saat saya “turun gunung” dari Mapitara ke Maumere seminggu sekali (kadang 2 minggu sekali). Senang betul rasanya saat itu. Saat bisa mendapatkan sinyal HP. Saya bisa memberi kabar pada orang tua dan temanteman saya”. Menjadi dokter pertama di puskesmas baru pada awalnya tidak mudah. Kepala bidang untuk program-program yang ada di sana baru terbentuk. Karenanya belum bisa memberikan pelayanan untuk program-program tersebut secara langsung kepada masyarakat di Kecamatan Mapitara. Baru setelah 1 bulan,
program-program yang ada di puskemas mulai bisa berjalan. Tanzil mengaku lebih senang jika berkeliling ke desa-desa untuk mengadakan Pusling, Posyandu Lansia, Posyandu Balita, dan penyuluhan di sekolah-sekolah. Menurutnya fungsi utama puskesmasharus lebih mengedepankan pada upaya promotif dan preventif kesehatan. “Dan lagi, melihat warga yang antusias datang saat kami mengadakan kegiatan tersebut membuat kami lebih bersemangat lagi dalam melayani”. Menurut tanzil, ada 2 daerah yang sulit dijangkau di tempatnya bertugas. Dusun Glak dan Egon
Gahar. Untuk mencapai dusun Glak mereka harus berjalan kaki kurang lebih 2-2,5 jam, melewati 1 air terjun dan 5 sungai kecil. Mereka harus melalui jalan setapak yang terkadang licin saat musim hujan. “Warga di sana sangat antusias untuk datang ke kegiatan Pusling yang kami lakukan, mengingat sangat jauhnya daerah mereka dengan fasilitas kesehatan yang ada. Sehingga tidak jarang persediaan obat yang kami bawa pun habis. Seusai kegiatan biasanya kami menikmati makanan dan minum kelapa muda yang sudah disediakan warga. Lumayan menambah tenaga untuk kembali ke puskesmas. Waktu pulang lebih singkat yakni 1,5-2 jam karena jalanan yang menurun. Untuk menghilangkan capek dan keringat yang menempel di badan, kami biasanya mandi di air terjun yang dilewati”.
Keindahan Flores
Pulau Flores adalah pulau yang memiliki keindahan alam yang luar biasa. Tanzil dan dan teman-teman PTT seringkali menyempatkan waktu untuk melakukan Trans Flores saat libur panjang. “Kami mengunjungi Danau Kelimutu yang terkenal dengan danau tiga warnanya. Mengunjungi Kampung Bena yang merupakan peninggalan zaman megalitikum. Snorkling di Riung yang airnya sangat jernih sehingga kita bisa melihat ikan-ikan beraneka warna dan mawar lautnya. Dan tak lupa kami mengunjungi
Labuan Bajo dan melihat komodo di Pulau Rinca. Sungguh suatu pengalaman travelling yang tak terlupakan”. Tanzil menjalani satu tahun menjadi dokter PTT di Puskesmas Mapitara. Saat perpisahan dengan temanteman puskesmas, romo
paroki, dan warga sekitar, dia mengaku banyak diberi kenang-kenangan berupa kain tenun khas Flores dan selendang yang ditenun bertuliskan namanya. “Dengan PTT saya mendapatkan banyak teman dan saudara baru. Sampai saat ini saya masih menjalin
kontak dengan mereka”. Menurut Tanzil menjadi dokter PTT lebih banyak suka daripada dukanya. Meski banyak kendala, kurangnya sarana dan prasarana, menjadi PTT adalah sebuah pengalaman hidup yang sangat berharga. [Pra]
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 31
[MEDIA UTAMA]
Melahirkan Bermodal Doa Adat dan Kano
K
ampung Bengguin Progo, merupakan salah satu desa dari duabelas desa di Distrik Kemtuk, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Kampung Bengguin Progo berdiri sejak tahun 90-an dan merupakan daerah terpencil yang sulit dijangkau. Kondisi geografis yang sulit dan minimnya sarana infrastruktur & jembatan
mengakibatkan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kemtuk kesulitan memberikan pelayanan kesehatan dasar di desa ini. Untuk mengatasinya, desa ini kemudian dipilih dalam Program Flying Health Care (FHC) dan Detasering. Hal ini disampaikan dr. Maria Murniati Panjaitan, kepada mediakom. “Upayanya, menugaskan Tim Tenaga Kesehatan
32 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
yang terdiri dari dokter umum, bidan dan perawat, yang memberikan layanan kesehatan, sekaligus melakukan pemberdayaan kader dan dukun kampung. Harapannya, kader/dukun kampung akan menjadi agen perubahan dengan membawa pesan kesehatan (promotif dan preventif) serta jika dibutuhkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar (pengobatan
sederhana dan pertolongan persalinan normal) yang bersifat sementara, hingga tersedia petugas kesehatan definitif di desa ini,” ujar dr. Maria. Program dilaksanakan tanggal 5-8 November 2012, dengan tim tenaga kesehatan yang terdiri dari dr. Maria Murniati Panjaitan (dokter Umum), Juhanna (Bidan), Nahason Warimilena (perawat) dan Nikanor (Supir) berangkat ke Kampung Bengguin Progo. Dari Ibukota Kabupaten Jayapura di Sentani, tim berangkat pagi hari menuju Kampung Yoka di Kota Jayapura, kemudian menelusuri tepi danau Sentani menuju kampung Puay. Dari Kampung Puay, melewati hutan dengan kondisi jalan yang berlubanglubang dan berkubang lumpur. Beberapa kali mobil tertanam di lumpur. Tim harus turun dari mobil dan mencari kayu untuk di jadikan landasan mobil serta bersama-sama mendorong mobil. Tanah yang berlumpur dan licin juga menyebabkan dokter beberapa kali tergelincir dan hampir terjatuh dari jembatan kayu. Sebelum memasuki kampung, tim melewati sungai kecil. Saat keadaan kering, sungai ini dapat dilalui mobil, tetapi saat tim datang, mobil tidak dapat melewatinya, akibat hujan beberapa hari sebelumnya. Mobil terpaksa diberhentikan di sisi sungai. Atas bantuan warga, muatan mobil diturunkan. Muatan yang terdiri dari obat-obatan, alat kesehatan, PHBS kit yang akan dibagikan ke warga serta keperluan pangan tim
ajarkan kepada kader/dukun kampung Bengguin,” ujarnya. Meningkatnya pengetahuan para kader dan dukun kampung akan terlihat dengan adanya perubahan gaya hidup yang bersih dan sehat dari penduduk kampung. Selain itu, dukun desa yang sebelumnya membantu ibu melahirkan dengan bermodalkan doadoa adat dan sepenggal kano-kano (sebangsa rumput) yang batangnya dibelah dan digunakan untuk memotong ari-ari bayi, saat ini sudah menggunakan
selama 3 hari di desa. Selama 3 hari, tim memberikan pelayanan kesehatan dasar pada warga dan pelatihan kader/ dukun kampung (Regina Kedubrung, Yosepina Done dan 6 kader lainnya). Selama 3 bulan, bidan dan perawat (detasering) melibatkan kader/dukun kampung dan melakukan bimbingan langsung di kampung (on the job training). Ruang lingkup dari program ini adalah Managemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat,
silet dan benang sekali pakai yang sebelumnya di sterilkan dengan cara direbus. Pemantauan dan evaluasi program dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan. “Februari 2013, dilakukan pemantauan serta bintek Dinas kesehatan Kabupaten Jayapura, yang terdiri dari Kepala Dinas Kabupaten Jayapura, Khairul Lie, SKM, M.Kes, beserta tim dinkes kabupaten dan tim program FHC,” ujarnya bangga. [Pra]
pemeriksaan kehamilan dan deteksi kehamilan resiko tinggi, persalinan normal, perawatan selama masa hamil, persalinan, serta perawatan pada ibu dan bayi pada masa nifas. “Selain itu juga ada pelatihan pencegahan penularan malaria, pencegahan penularan infeksi menular seksual dan HIV/AIDS, perbaikan gizi masyarakat, upaya promosi kesehatan masyarakat, dan peningkatan cakupan imunisasi. Semua materi ini di
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 33
[MEDIA UTAMA]
SEGORES TINTA UNTUK FLORES
Y
ennie Shintawati adalah seorang dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret tahun 2007. Dia tertarik menjadi dokter PTT karena ingin mencari nuansa dan pengalaman di daerah terpencil. Khususnya di luar Pulau Jawa dan Bali. “Selepas pengambilan sumpah dokter, saya ingin mengikuti program dokter PTT dari Kementerian Kesehatan. Bulan Maret 2009, saya mencoba mendaftar secara online untuk periode April 2009,” tuturnya. Gayung pun bersambut, 1 April 2009 Yennie berangkat ke Nusa Tenggara Timur. Selesai
masa orientasi di Kupang selama tiga hari, dia dan empat teman dokter yang lain diterbangkan ke Pulau Flores. Daerah peminatan mereka kebetulansama yaitu di Kabupaten Sikka. Salah satu kabupaten yang terletak di Pulau Flores. Setibanya di Maumere, ibukota Kabupaten Sikka, mereka disambut hangat Kepala Dinas Kesehatan. Sehangat mentari Maumere. Setelah beberapa hari orientasi di Dinas Kesehatan, merekapun ditempatkan ke beberapa kecamatan. Yennie ditempatkan di Puskesmas Bola. Sebuah lokasi yang merupakan bagian dari Kabupaten Sikka. Letaknya di Kecamatan Bola. Puskesmas Bola mempunyai enam desa sebagai wilayah
34 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
kerja. Desa Hokor, desa Wolonwalu, desa Wolokoli, desa Bola, desa Umauta, dan desa Ipir.
Mulai bertugas
Beradaptasi dengan kultur, bahasa dan kebiasaan hidup masyarakat Bola tidak sesulit yang dibayangkan. Mereka adalah penduduk sederhana yang sangat memahami bahwa dokter yang bertugas di tanah mereka adalah pribadi dari kultur yang berbeda. Tetapi perbedaan ini justru mendekatkan mereka untuk saling membantu. Yennie mengakui kehidupan di kompleks puskesmas bersama teman perawat dan bidan sangatlah menyenangkan. Mereka bersama-sama
melayani masyarakat yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Menghadapi tugas seperti itu, membuat mereka tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. “Saya harus menerima jika tiba-tiba ditengah malam, sedang tidur pulas, ada ketukan di pintu. Ada yang datang berobat. Mereka datang berjalan kaki dari tempat yang jauh. Gelap dan sakit!” Sesekali mereka juga harus melayani pasien yang tidak bisa berkunjung ke puskesmas karena kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk datang. Mereka harus berkunjung dari desa ke desa untuk memberikan penyuluhan dan pengobatan. Hal ini jelas membuat fisik terkuras. Pekerjaan berat yang melelahkan. “Namun bentangan samudera raya dan deburan ombak yang menawarkan pesona indahnya membuat tubuh yang terkadang lelah menjadi segar kembali. Sapaan hangat masyarakat seakan membuat hati ini tidaklah tega membiarkan mereka tanpa mendapat pelayanan kesehatan yang layak,” tuturnya haru. “Mereka manusia juga. Sesama manusia yang membutuhkan “jemari” kita untuk menyentuh mereka”. Yenni menjalani tiga tahun pengabdian di daerah sangat terpencil. Tiga tahun bukan waktu yang singkat bagi sebagian orang. “Tetapi tiga tahun bukanlah waktu yang lama ketika kita bisa menikmatinya dan bisa memberi jawab atas pertanyaan apa yang sudah kamu berikan untuk sesamamu?” [Pra]
Menteri Yuddy dalam pertemuan dengan perwakilan Forum Bidan Desa PTT Indonesia yang dipimpin Ketua Umum Lilik Dian Ekasari berjanji akan mengangkat 16.354 bidan desa pada 2016. Jadwal pengangkatannya pun sudah ditetapkan mulai Januari sampai April. Dalam pengangkatan itu tidak ada tes yang diberlakukan kecuali verifikasi validasi. Lantaran secara administrasi, bidan desa PTT mengantongi SK Kemenkes dan digaji lewat APBN. Mengenai ini, Bima Haria menyatakan, bila bidan desa PTT memenuhi kriteria yang akan ditetapkan Menteri
Kesehatan dan MenPANRB, berpeluang diangkat semuanya. “Ini harus ada aturannya dulu. Yang memenuhi persyaratan bisa diangkat
CPNS. BKN pada dasarnya siap kapan saja memproses berkas NIP CPNS, setelah ada penetapan formasi dari MenPAN-RB,” tandasnya. [Pra]
KENDARIPOS.CO.ID
K
epala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana mengaku belum mendapat petunjuk apa-apa dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi terkait pengangkatan bidan desa PTT menjadi PNS. Saat ini, pihaknya tengah fokus pada penyelesaian masalah honorer kategori dua (K2). “Kalau bidan desa PTT belum didiskusikan jenis formasinya, apa umum atau khusus. Ini masih fokus ke K2,” kata Bima Haria kepada JPNN, Sabtu (10/10).
JAWAPOS.COM
Angin Segar Bidan Desa PTT
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 35
[MEDIA UTAMA]
Mengapa Harus Ada Internsip...? Aji Muhawarman
S
emua orang tahu bahwa dokter pastilah sebuah profesi idaman nan mentereng dan berjasa. Berbekal pendidikan yang lebih lama ketimbang sarjana atau profesi lainnya, tentunya mudah untuk meyakini bahwa setiap dokter tentunya memiliki kemampuan mumpuni untuk memberi pelayanan kepada masyarakat. Tetapi tahukah anda, seorang dokter selain harus menempuh pendidikan yang lebih lama, mereka juga harus magang setelah menyandang gelar dokter? Banyak dokter yang baru lulus pendidikan akademik dan profesi mempertanyakan hal ini. Untuk apa lagi praktek magang? Apakah dokter yang sudah lulus dianggap belum kompeten melakukan praktik? Apakah Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) tidak cukup membuktikan kemampuan seorang dokter? Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sejak tahun 2010 memang mengeluarkan sebuah program magang bagi dokter. Istilah kerennya Internsip. Tepatnya Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI). Program ini dilandasi oleh Permenkes Nomor 299/Menkes/ Per/II/2010 tentang Penyelenggaraan Program Internsip dan Penempatan Dokter Pasca Internsip. Ketentuan soal Intersip juga tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Program ini bersifat wajib bagi dokter umum yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dan lulus uji
kompetensi yang akan melakukan praktik dan/atau mengikuti pendidikan spesialis. Berbeda dengan program PTT dan penugasan khusus yang diikuti oleh beberapa jenis tenaga kesehatan, PIDI ini hanya diikuti oleh dokter umum. Untuk memahami PIDI, kita perlu mencermati perkembangan situasi kesehatan di Indonesia terutama dalam hal tenaga kesehatan. Permasalahan tenaga kesehatan dewasa ini semakin kompleks. Dahulu problematika ketenagaan masih berkutat pada kemampuan pengadaan jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang memadai dan rendahnya kualitas tenaga kesehatan. Saat ini masalah tersebut sudah sedikit teratasi. Jumlah dan variasi jenis tenaga kesehatan juga sudah cukup banyak. Hal ini karena dari sisi supply, produksi calon tenaga kesehatan sangat banyak. Keberadaan fakultas kedokteran, akademi dan politeknik kesehatan serta lembaga pendidikan kesehatan lainnya makin menjamur di berbagai daerah. Data Kementerian Kesehatan tahun 2015 menyebutkan bahwa saat ini terdapat 576.634 tenaga kesehatan dari beragam jenis tenaga kesehatan mulai dokter, perawat, bidan hingga kesehatan masyarakat. Khusus dokter umum, yang sudah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), jumlahnya 102.180. Jika mengacu jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 ini sebanyak 255 juta, rasio dokter umum saat ini sudah sekitar 40,1 orang dokter per 100.000 penduduk. Menurut rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), idealnya jumlah dokter 40
36 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
orang dokter per 100.000 penduduk. Artinya Indonesia sudah memenuhi kondisi ideal tersebut. Meski bukan berarti dengan jumlah ideal bisa menyelesaikan masalah ketenagaan, tapi setidaknya ada kemajuan. Dilihat dari aspek kualitaspun sudah lebih baik. Adanya program-program uji kompetensi, akreditasi institusi pendidikan dan persyaratan registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan mulai mendongkrak kualitas tenaga kesehatan secara umum. Walaupun masih terdapat sejumlah keluhan pelayanan dari pasien. Sedangkan jika ditilik dari sisi distribusi, ini yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Ambil contoh dokter dan bidan misalnya. Jakarta memiliki rasio 155,5 dokter per 100.000 penduduk, Sulawesi Utara 83,3 per 100.000 penduduk. Sementara di Sulawesi Barat hanya tersedia 8,8 dokter untuk setiap 100.000 penduduk, di NTT 10,5 dokter per 100.000 penduduk. Artinya dokter banyak terkonsentrasi di kota besar. Berbeda dengan rasio bidan. Aceh menjadi propinsi dengan rasio bidan dan penduduk tertinggi yakni 204,3 bidan per 100.000 penduduk. Diikuti Bengkulu dengan rasio 141,7 dan Papua Barat 105,7. Sebaliknya, daerah dengan rasio bidan terendah justru ada di wilayah jawa yakni DKI Jakarta dengan rasio 28,8 bidan per 100.00 penduduk, lalu Jawa Barat dengan rasio 29,2 dan Banten dengan 30,5. Rasio dokter dan bidan di atas menunjukkan tidak meratanya penyebaran tenaga
kesehatan, baik di wilayah urban, terlebih lagi di area rural. Kembali mengenai internsip. Esensinya program ini bertujuan untuk memantapkan mutu profesi dokter yang baru lulus program studi pendidikan kedokteran berbasis kompetensi sehingga terjadi keselarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan. Tidak hanya itu, sejatinya program ini digulirkan tidak hanya untuk meningkatkan kemahiran seorang dokter, akan tetapi juga untuk mengisi kekosongan dokter-dokter di Puskesmas dan Rumah Sakit di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Internsip terdiri dari program internsip ikatan dinas dan mandiri. Untuk ikatan dinas akan dibiayai pemerintah atau pemerintah daerah dengan kewajiban mengikuti progran penempatan sesuai program Kemenkes. Sementara yang bersifat mandiri menggunakan biaya sendiri sehingga peserta tidak punya kewajiban mengikuti program penempatan Kemenkes, tetapi melalui fakultas kedokterannya masing-masing. Untuk membekali praktik yang dilakukan, mereka dibekali dengan STR dan SIP khusus internsip. Penanggung jawab program ini adalah Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) yang beranggotakan 9 orang dari unsur Kemenkes, KKI, kolegium dan asosiasi profesi/institusi. Bagi dokter yang akan mengikuti program internsip dapat melakukan pendaftaran ke sekretariat KIDI pusat atau propinsi. Karena banyaknya peminat internsip ini, maka diperlukan waktu bagi KIDI untuk menentukan dan menempatkan wahana (fasilitas pelayanan kesehatan) yang siap menampung para dokter peserta internsip. Penempatan internsip akan dilakukan selama 1 (satu) tahun, di mana selama 8 bulan akan ditempatkan di rumah sakit dan 4 bulan di puskesmas terpilih. Akan tetapi bila
selama 1 tahun tersebut belum mampu mencapai target kompetensi maka dapat diperpanjang sesuai waktu yang dibutuhkan. Selama melaksanakan internsip, para dokter akan menerima bantuan biaya hidup sebesar Rp.2,5 juta setiap bulannya. Memang tidak sebesar seperti gaji dokter PTT, akan tetapi besaran dana tersebut sudah memperhitungkan pemenuhan kebutuhan pokok selama bertugas. Setiap tahunnya diberangkatkan 4 angkatan. Sejak dimulai tahun 2010 hingga akhir 2014, jumlah dokter yang mengikuti program ini sebanyak 14.630 orang. Dengan jumlah lulusan 7.000 dokter baru setiap tahun, sementara fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa menampung juga tidak selalu siap sedia, maka dibutuhkan perencanaan yang tepat. Wahana harus memenuhi standar yang ditentukan KIDI dan telah terakreditasi. Wahana juga harus memiliki sarana yang memadai, keberadaan dokter pendamping, jumlah kunjungan pasien/kasus perhari, dsb. Untuk memenuhi kriteria-kriteria tersebut, wahana yang ada memang cukup terbatas. Pada awal berjalannya program ini memang terjadi penolakan. Penolakan lebih kepada pertanyaan-pertanyaan yang ada pada bagian awal tulisan ini. Sedangkan gelombang protes yang sempat diajukan belum lama ini dikarenakan waktu penempatan yang cukup lama (backlog), bahkan ada yang sampai harus menunggu setahun lamanya untuk diberangkatkan ke wahana tertentu. Sekian lama waktu pendidikan akademik, pendidikan profesi, harus melalui uji kompetensi, ditambah lagi dengan adanya internsip yang ternyata juga tidak bisa langsung ditempatkan, rasanya wajar bila banyak kalangan yang mengkritisi program ini. Belum lagi ditambah kesulitan-kesulitan yang mungkin saja dihadapi para peserta selama berada di wilayah penempatan, seperti ketersediaan infrastruktur, sarana transportasi, kendala komunikasi, adaptasi lingkungan, dsb.
Esensinya program ini bertujuan untuk memantapkan mutu profesi dokter yang baru lulus program studi pendidikan kedokteran berbasis kompetensi sehingga terjadi keselarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan.
Akan tetapi keberatan atau kritikan yang disampaikan masih dalam batas kewajaran. Melewati tahun kelima pelaksanaan program internsip ini, Kementerian Kesehatan, KIDI dan pihak-pihak yang terlibat dan berkepentingan telah melakukan evaluasi menyeluruh dan mengupayakan perbaikan/ penyempurnaan agar pelaksanaan internsip bisa lebih baik dan bisa memberi andil terhadap permasalahan kesehatan di daerah. Utamanya dalam hal keberadaan SDM Kesehatan dan peningkatan mutu layanan kesehatan. Tak hanya itu, menurut penulis, program ini niscaya mampu memberikan pengalaman berharga tentang kondisi kesehatan di daerah yang mungkin saja tidak dijumpai saat mereka nanti mengabdikan dirinya di daerah perkotaan yang serba ada dan serba mudah. Dengan merasakan pengalaman bergaul bersama masyarakat di daerah pelosok mungkin dapat menggugah rasa empati dan kemanusiaan para dokter muda kepada sesama. Maka dengan adanya internsip ini, diharapkan karakter dan mutu dokter-dokter Indonesia ke depannya bisa semakin sip!l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 37
REFORMASI BIROKRASI
Three In One Revolusi Mental Oleh: Prawito
B
anyak peserta upacara bertanyatanya. Hanya saja belum memperoleh jawaban yang memuaskan. Semua masih meraba-raba. Entah karena belum paham, tidak paham atau memang terlalu abstrak untuk dipahami dalam waktu singkat. Padahal peserta upacara rata-rata berpendidikan, minimal SLTA. Tapi itulah
fakta. Mereka betul-betul belum paham arahan revolusi mental itu apa setelah mengikuti upacara gerakan revolusi mental Kementerian Kesehatan RI, 14 Sepetember 2015 lalu di Jakarta. “Menurut saya, revolusi itu perubahan mendasar pada seseorang atau komunitas. Perubahan itu sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya. Jadi revolusi mental yang
38 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
kita rasakan hari ini adalah perubahan total petugas upacara. Semuanya pejabat eselon 2. Tidak seperti biasanya hanya pada level staf atau paling tinggi eselon 4 atau 3,” ujar Anjari, salah satu peserta upacara. Kegamangan itu wajar. Revolusi mental merupakan bentuk perubahan nilai. Semua nilai berasal dari dalam jiwa seseorang, bukan sesuatu yang tampak oleh indera penglihatan
saja. Sekalipun, perubahan mental nantinya juga akan terlihat secara fisik pada fase berikutnya. Namun, perubahan itu tidak akan tampak dalam waktu singkat. Sesingkat waktu yang yang digunakan untuk prosesi upacara, kurang lebih 1 jam saja. Memang, telah terpasang backdrop besar bertuliskan nilai revolusi mental. Sekurangnya ada 3 nilai revolusi mental. Mulai dari integritas, etos kerja dan gotong royong. Menurut penulis, ketiga nilai itu dapat juga disebut “three in one revolusi mental”. Hal ini untuk memudahkan mengingat 3 pesan nilai revolusi mental. Pada suatu hari pasca upacara, melintas tiga orang tamu, tepatnya dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Mereka berhenti di depan backdrop revolusi mental. Setelah
membaca, mereka bertanya apa sebetulnya gerakan revolusi mental yang sudah dilakukan kemarin saat upacara? Saya cukup kelabakan untuk menjawab. Tapi karena ikut upacara dan mendengarkan arahan Menkes, walau sayup-sayup terdengar karena pengeras suara kurang jelas, saya jelaskan. “Gerakan revolusi mental yang pertama adalah upacara revolusi mental sebagai pembuka gerakan. Gerakan berikutnya akan menyusul dengan agenda aksi yang lebih konkrit. Saat ini sedang dimatangkan tim khusus Kementerian Kesehatan,” jawabku mantap….#soktahu. Paling tidak dari penjelasan 3 nilai revolusi mental, peserta mendapat gambaran umum sosok seperti apa yang dikehendaki. Nilai pertama integritas. Yaitu sosok
yang memiliki sifat jujur, terpercaya, berkarakter dan bertanggung jawab. Jujur menjadi sifat utama dan pertama pada pribadi yang berintegritas. Tanpa sifat jujur, maka seluruh makna revolusi mental akan cacat, rusak dan tercemar.
Pertama; Integritas
Jujur dalam arti luas mencakup tutur kata, sikap dan perilaku. Bertutur kata kepada pimpinan, bawahan atau teman sejajar. Ia tetap jujur, sekalipun harus berbeda pendapat dengan pimpinan, bahkan mungkin harus rela mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan. Ia bukan tipologi asal bapak senang “ABS”. Dia selalu menegakkan kejujuran dalam dirinya dalam segala situasi dan kondisi. Saat senang atau susah, lapang atau sempit, termasuk
bertutur kata kepada bawahan atau teman sejajar. Kejujuran tidak cukup dalam tutur kata, tapi juga harus menyatu dalam sikap dan perilaku. Satunya kata dan perbuatan. Sehingga tutur kata, sikap dan perilaku menyatu dalam “three in one kejujuran”. Jujur pintu pembuka kebaikan. Bila sudah tak jujur, maka semua pintu kebaikan menjadi tertutup oleh dusta. Apa yang akan diperoleh dari seorang pendusta? Menyajikan data tidak valid. Menyusun laporan palsu. Menyampaikan berita bohong, bila berjanji ingkar, ketika salah tidak mau ngaku. Sekalipun sudah terbukti dengan ribuan fakta saja masih sanggup ngeles…#hebat…! Sebab jujur, maka orang percaya. Terpercaya tidak terjadi secara mendadak, instan, seperti nyeplus cabe langsung pedas. Ada proses
dan waktu yang panjang untuk mengantarkan menjadi terpercaya. Terpercaya ada gradasinya, tingkat kepercayaan. Ini sangat bergantung dari tingkat kejujuran. Semakin jujur akan semakin terpercaya. Sekalipun orang jujur dan terpercaya belum tentu cocok untuk lingkungan tertentu yang punya sifat sebaliknya. Orang jujur dan terpercaya, cocok dengan orang yang jujur dan terpercaya juga. Mereka akan selalu mencari celah untuk bertemu, sekalipun tak sengaja. Persis seperti sekawanan burung. Mereka akan mencari teman yang sejenis. Sebab secara alamiah akan merasa lebih nyaman. Burung Manyar akan berkumpul dengan burung Manyar. Burung Dara berkumpul dengan burung Dara dan begitulah seterusnya.
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 39
REFORMASI BIROKRASI Jujur dan terpercaya akan melahirkan pribadi berkarakter dan bertanggung jawab. Ia siap dengan segala risiko sebagai bukti dari tanggung jawab. Ia tak akan lari dan lempar batu sembunyi tangan. Ia datang tampak muka dan pergi tampak punggung. Bila bekerja, Ia akan menyelesaikan sampai tuntas, tak tanggungtanggung. Tak peduli dengan puja puji atau caci maki, karena Ia tidak mencari puja puji. Atau lantas berhenti bila panen caci maki….#bukan itu.
Kedua; Etos Kerja
Ukuran etos kerja itu sederhana. Dana dan sarana pendukung sangat terbatas, tapi hasil kerjanya luar biasa. Seperti kerja para kader kesehatan, sebut saja ibu Yati Kusyati Permana. Sudah 15 tahun menjadi kader Posyandu Pancawati, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, tanpa gaji dan insentif. Ia bekerja untuk kemaslahatan masyarakat siang atau malam, hujan atau panas, susah dan senang tetap kerja sosial untuk masyarakat. “Saya mah, kalau menolong orang nggak mau setengah-setengah, harus total dan tuntas. Pernah ada pasien miskin tanpa jaminan kesehatan, melahirkan di RS Intan Barokah (swasta). Bayi lahir prematur dan harus mendapat perawatan yang panjang, hampir 2 bulan, sehingga habis kurang lebih Rp 25 juta rupiah. Saya kesana-kemari mencari sumbangan. Anggota DPR, Pejabat Pemda, Asosiasi Pekerja dan perorangan sudah banyak saya temui
untuk minta sumbangan. Alhamdulillah, cukup untuk membayar hutang rumah sakit,” ujar Yati. Ibu dua anak ini, karena tidak punya motor, kemana-mana naik ojek, bayar sendiri. Sangat terharu ketika mendapat sumbangan dari karyawan 5 perusahaan, terkumpul kurang lebih Rp 14 juta. Mungkin karena mereka ragu, akhirnya hampir 50 orang wakil karyawan dengan mengendarai 6 mobil mereka mengantarkan uang tersebut ke RS Intan Barokah. “Suasana ramai, seperti orang demontrasi waktu itu,” kenang Yati. Ketika wanita yang bersuamikan seorang petugas keamanan ini ditanya, apa yang membuatnya gigih bekerja sosial padahal tidak ada materi yang didapat? Yati menjawab, menyenangi kerja sosial. Sekalipun tidak mendapat materi, bahkan sering keluar materi dari kantong sendiri. “Materi saya juga sangat terbatas, saya tidak bekerja, suami seorang satpam perusahaan, berapa sih penghasilannya, tapi karena suami mendukung dan saya senang, jadi tetap saya jalani kerja sosial ini,” ujarnya bahagia. Belajar dari Yati yang tak bergaji, apalagi dapat tukin dan insentif, tak pernah terlintas dalam bayangan, tapi pengabdianya kepada masyarakat luar biasa. Rasanya sebagai PNS malu, bila bekerja masih hitung-hitungan dapat apa? Kemudian bekerja asal kerja, asal hadir, asal rapat, semua asal-asalan. Seharusnya bekerja lebih hebat dari Yati,
40 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
karena sudah dapat gaji, tukin dan insentif lainya. Kenyataanya?....#jangan sok idealislah..!
Ketiga; Gotongroyong
Gotong-royong, sebagai bentuk kerja sama, solidaritas, saling menolong dan berorientasi pada kemaslahatan bersama. Nilai warisan budaya bangsa yang telah mengakar ratusan tahun. Kini, nilai tersebut disegarkan kembali untuk menggairahkan semangat kebersamaan, saling menolong dalam kebaikan untuk meraih kemajuan bersama. Dalam bidang kesehatan semangat gotongroyong tersebut dapat tercermin dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN, sebagai program yang melibatkan seluruh warga negara wajib menjadi peserta, tak terkecuali, yang mendasarkan kepada sifat gotong-royong. Mereka yang sehat membantu yang sakit, sedangkan yang kaya membantu yang miskin. Semua peserta JKN wajib memembayar iuran, terutama bagi yang mampu, sedangkan yang miskin, pemerintah yang membayarnya. Mereka sebagai warga penerima bantuan iuran (PBI). Mekanisme gotongroyong ini akan mendorong seluruh warga negara membayar iuran. Selain itu juga mendorong setiap warga negara berusaha tetap sehat, tidak jatuh sakit dengan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jadi, sekalipun tetap membayar iuran sepanjang hidup, tak berharap sakit
atau mendapatkan kembali sejumlah uang yang telah mereka bayarkan. Singkat cerita, rela tetap membayar, tapi tak mau menggunakannya, kecuali terpaksa, karena sakit. Hanya saja, mekanisme gotong royong ini belum terimplementasi secara apik, mulai dari kepesertaan sampai pada layanan kesehatan dan kelengkapan sarana kesehatannya. Masih terdapat kendala dan kesenjangan, antara harapan dan kenyataan. Masyarakat berharap, kalau sudah menjadi peserta JKN, tak perlu keluar uang lagi sedikitpun untuk mendapat layanan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit rujukan yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Demikian juga para petugas kesehatannya, dari tenaga medik sampai para medik harus mendapat peningkatan kesejahteraan dari mekanisme kapitasi di puskesmas atau INA CBG’s di rumah sakit. Sekarang bagaimana memastikan setiap insan kesehatan dapat bekerja dengan 3 nilai terintegrasi sekaligus? Untuk itu, harus ada program coaching berkelanjutan secara perorangan maupun kelompok kepada seluruh karyawan Kementerian Kesehatan. Tak kalah penting, melakukan monitoring, assesment dan evaluasi secara periodik program coaching yang telah dilakukan. Bila ini secara konsisten dilakukan, pasti akan ada perubahan mental yang lebih baik dari karyawan Kementerian Kesehatan.l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 41
REFORMASI BIROKRASI
Mengasah Mental Lewat Coaching
P
erubahan mental bisa dilakukan melalui berbagai cara dan dengan beragam metode, diantaranya training, conseling, consulting, mentoring dan coaching. Mungkin cara terakhir masih jarang dipakai atau masih asing bagi Anda. Coaching ternyata bisa berperan dalam mengubah mental. Al Falaq Arsendatama, Executive Coach dan Public Speaker dari Coach Indonesia mengatakan bahwa metode coaching bila disinegikan dengan metode yang lain dapat mempercepat terwujudnya gerakan revolusi mental yang sedang digalakkan Presiden RI, Joko Widodo. Menurut Al, panggilan akrab Al Falaq, ada perbedaan prinsip antara training, conseling, consulting, mentoring dan coaching. Training itu jangka pendek, satu sampai dua hari dan sifatnya satu arah. Sementara coaching sifatnya jangka panjang, bisa sampai 6 bulan dan
dua arah, karena melibatkan coach (pemberi coaching) dan coachee (peserta coaching), tujuannya untuk memaksimalkan potensi coachee-nya. Berbeda juga dengan conseling yang membahas masa lalu sampai masa kini, sedangkan coaching membahas masa kini ke masa depan. Berbeda lagi dengan consulting yang harus mempunyai kemampuan expert teknis tertentu, sementara seorang coach tidak selalu seorang expert bidang tertentu, tapi harus mempunyai kemampuan dalam coaching dengan berpikir strategis menggali potensi coachee dan tidak bekerja berdasarkan model tertentu, karena setiap coachee mempunyai model yang berbeda-beda. Sementara untuk mentoring, lebih mengarah kepada meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Kelebihan coaching dibanding yang lain, secara spesifik yakni antara coach dan coachee bekerjasama untuk memaksimalkan
42 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
potensi coachee secara kreatif dan dinamis, tanpa memberi tahu, mengajari dan tidak harus ada masalah tapi lebih ke arah membangun ide, pemetaan untuk mengoptimalkan potensi sehingga ada tujuan yang akan dicapai ke masa depan. Membantu coachee menata pikiran dan mengatasi tantangan yang akan dihadapi, yang bersifat mental maupun teknis. Setiap orang mungkin mampu, tapi tidak semuanya mereka ketahui, ada orang lain yang hanya bisa melihat sisi gelap. Bisa digambarkan ketika naik mobil, kita lebih banyak melihat ke depan, tapi kita juga harus melihat ke arah kaca spion untuk melihat kebelakang, apakah ada kendaraan yang akan menyusul dan sebagainya. Coach membantu melihat potensi, mengangkat ke permukaan yang sudah diketahui coachee, tapi dia belum tahu kalau potensi tersebut dapat dikembangkan lebih maju. “Nah, menurut saya setiap orang butuh coach
dalam hidupnya, terutama dalam karir, membangun jaringan, kerjasama, kesehatan dan apalagi yang dapat dikembangkan lebih maju”, ujarnya. Manusia dari sisi penciptaan, mempunyai kemampuan mendengar dan melihat. Manusia mendengar lebih dahulu, sebelum melihat. Manusia mendengar dari balik apa yang mereka dengar. Hanya saja, manusia sering mendengar, apa yang ingin dengar yang dipengaruhi oleh asumsi. Misalnya ada kata stres, banyanganya berasosiasi dengan satu kondisi tertentu. Tapi, masing-masing orang mempunyai definsi tersendiri terhadap stres, ada yang hanya karena khawatir, tapi ada yang menyesal. Kemampuan mendengar dari kata dibalik stres adalah inti dari coach, yakni mendengar dan memahami cerita dibalik cerita, kemudian membantu si coachee apa yang harus dilakukan ke depan setelah menyadari pola perilakunya.
Untuk menjadi coach yang baik harus mampu menghilangkan asumsi dan betul-betul fokus mendengarkan, menggali dan memetakan isu, membangun ide-ide bagi coachee untuk maju ke depan. Dalam coaching hal ini sering disebut coaching present, sang coach hadir secara total, baik fisik maupun mental membantu coachee, dengan niat yang tulus, melihat ciptaan Tuhan yang masih dapat berkembang, tidak terjebak pada solusi. Sebab, solusi dapat diperoleh secara bersama-sama, terkadang solusi berasal dari coachee sendiri. Agar perubahan perilaku hasil coaching menjadi permanen perlu dilakukan pembiasaan tidakan yang sudah dilakukan, merayakan perubahan yang sudah dilakukan. Fungsi coach memantau perubahan perilaku dengan berbagai instrumen, sehingga perubahan perilaku benar-benar pernamen. Mendorong terus coachee bereksperimen sehingga mendapat pengalaman dari tindakan yang mereka jalankan. Meng-coach diri sendiri lebih sulit dari orang lain, karena butuh komitmen. Terkadang diri sendiri yang berkomitmen dan sekaligus yang melanggar. Sementara tidak ada yang memantau
dan mengawasi perubahan perilaku yang terjadi. Jadi jelas lebih sulit, sekaligus menantang. Memang, sebaiknya meminta seorang coach untuk membantu menggali potensi dan sekaligus mengawasinya. “Banyak orang yang sulit merubah watak, karena belum menyadari bahwa wataknya tersebut dapat menyinggung dan manyakiti orang lain. Kalau sudah menyadari pengaruh wataknya pada orang lain, secara pelahan saya yakin akan segera berubah”, ujar Al. Khusus gerakkan revolusi mental Kementerian Kesehatan yang telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada upacara gerakkan revolusi mental, 14 september 2015, perlu
mendapat apresiasi dari semua pihak, khususnya para satuan kerja Kementerian Kesehatan untuk menindaklanjuti menjadi program nyata perubahan mental setiap karyawannya. Revolusi mental yang mempunyai komponen integritas, etos kerja dan gotong royong, awalnya harus berasal dari kesadaran bersama, tentang siapa diri kita, apa yang menjadi hambatan dan tujuan, serta karakter bangsa kita. Revolusi mental bermula dari kesadaran bersama sebagai Anggota DPR, Anggota BPK, PNS atau pejabat lainnya. Kemudian mereka mempunyai tujuan bersama, yakni tujuan Negara. Integritas akan muncul kalau sudah ada
kesadaran, apa peran dalam mewujudkan tujuan bersama. Apa yang kita lakukan sama dengan apa yang kita percaya, begitu juga sebaliknya. Sedang terkait dengan etos kerja, peran coaching membantu dan memperjelas penetapan tujuan. Setelah menjalin hubungan dan mempunyai tujuan, maka etos kerja dapat dibangun secara bersama. Secara singkat peran coaching melakukan pendampingan dan pembinaan secara terus menerus terhadap para pemimpin, agar mereka menyadari dan tahu peran masing-masing, mau menuju kemana, apa yang menjadi tujuan, dan mereka mau bekerjasama mencapai tujuan bersama. [Pra]
FREEPIK.COM
Hilangkan Asumsi dan Fokus Pada Tujuan
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 43
KOLOM
Ketergantungan terhadap Media
S
aat ini, perkembangan teknologi yang sangat pesat menghasilkan pemakai mobile phone dari usia remaja dan kanak-kanak. Menurut Ruddock, selain banyaknya kemudahan yang ditawarkan sebagai sisi positif, ada juga sisi negatif kepemilikan teknologi komunikasi
WELL.BLOGS.NYTIMES.COM
Oleh: Seta Bachrun Wahyudi
tersebut. Remaja dan kanak-kanak lebih sering mengurung dirinya di kamar. Lebih senang menghabiskan waktu luangnya di kamar daripada beraktifitas secara sosial. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan hp-nya. Mereka sudah cukup puas melakukan aktivitas sosial melalui media-media sosial. Penggunaan piranti
44 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
modernitas yang terkoneksi juga membuat remaja dan kanak-kanak kebanjiran informasi. Karena ketergantungannya, remaja dan kanak-kanak menjadi lebih mudah percaya hampir semua informasi dari media sosial dan internet yang mereka akses melalui piranti modernitas tersebut. Melvin deFleur dan Sandra Ball-Rokeach (dalam
Baran & Davis, 2010) menyatakan ketergantungan terhadap media adalah cara paling fundamental untuk mengetahui bagaimana kemampuan media untuk mengubah pendapat, keyakinan, bahkan perilaku khalayak. Media menunjukkan apa yang harus dipikirkan oleh masyarakat. Media mendefinisikan realitas
apa yang harus dipahami masyarakat (Agenda Setting). Informasi yang berkembang di internet dan media-media sosial begitu dipercaya sebagai sumber rujukan dan referensi oleh remaja dan kanak-kanak. Bahkan pada tingkat tertentu, informasi dari media sosial memiliki nilai yang sangat dipercaya, lebih dari orang tua. Untuk remaja dan kanakkanak, ketika bangunan kognitifnya belumlah sempurna, ketergantungan terhadap media akan sangat berpengaruh terhadap cara pandang terhadap dunia. Jika seluruh tafsir realitas yang membekas adalah bentukan media, bisa dipastikan tafsiran media akan menggantikan tafsir realitas tradisional. Media menjadi pedoman baru untuk memahami realitas. Meninggalkan agama-agama sebagai penafsir realitas yang tradisional. Secara tragis media merampas kemampuan berfikir anak untuk mengalami pengalaman bermakna. Pengalaman sebagai bahan baku utama konsepsi mental manusia yang di atasnya akan didirikan bangunan paradigma manusia. Paradigma kehidupan. Sebuah cara memandang realitas dan kehidupan. Inilah yang menurut saya sebagai sebuah bentuk perampasan terhadap pemikiran manusia. Pengambilalihan persepsi sebagai pijakan dasar pembentukan konsepsi mental yang nantinya akan menjadi paradigma manusia untuk memahami kehidupan.
Banyak kejadian yang kemudian muncul sebagai akibat. Sudah berulangkali ditulis di surat kabar, ditayangkan televisi, ataupun radio remaja putri dilarikan (lari bersama) oleh orang yang baru dikenalnya di facebook. Banyak remaja yang kemudia mengalami pelecehan bahkan kejahatan karena begitu mudah mempercayai informasi dari media. Informasi yang diakses melalui hape-nya.
Homogenisasi
Globalisasi di sisi lainnya juga menambah kerumitan permasalahan ini. Salah satu dampak dari dunia yang terhubung adalah homogenisasi. Sebuah acuan memusat terhadap pemaknaan hidup yang berkiblat pada pusat-pusat budaya Internasional. Selera, gaya, dan cara hidup yang pribadi maupun umum semuanya ditiupkan dari tempat yang sama. Satu contoh penyeragaman ini bisa dilihat dari penelitian Aquarini Prabasmoro. Penelitian yang kemudian dibukukan dalam Becoming White ini menjelaskan bagaimana citra iklan sabun yang menghasilkan konstruksi cantik pada perempuan, feminitas, globalitas, ras, dan kelas. Pemilihan selebriti Indo atau keturunan campuran etnik Indonesia dan Eropa sebagai bintang iklan, menurut Aquarini, berkaitan dengan gagasan putih atau ke-putih-an yang ditawarkan. Putih atau ke-putih-an direpresentasi sebagai yang cantik, yang disukai, diinginkan, dan menjadi citra ideal perempuan.
Konstruksi cantik itu putih menaturalisasi feminitas putih sebagai global dan universal. Konstruksi cantik inilah yang kemudian di produksi secara massal. Pabrikasi budaya secara masif dan seragam inilah yang menjadi kekhawatiran dari para pemikir kritis akan hilangnya nilainilai adiluhung dalam
Simpulan
Piranti modernitas yang terkoneksi memosisikan dirinya sebagai teman yang sangat setia. Hal ini menciptakan kebutuhan dan akhirnya ketergantungan mereka terhadap alat komunikasi ini. Banyak remaja dan kanakkanak yang kemudian menghabiskan waktu
Secara tragis media merampas kemampuan berfikir anak untuk mengalami pengalaman bermakna. Pengalaman sebagai bahan baku utama konsepsi mental manusia yang di atasnya akan didirikan bangunan paradigma manusia. masyarakat. Sekaligus pendangkalan makna yang hanya akan menghantarkan masyarakat bergelimang tanda-tanda kemewahan namun kehilangan eksistensi kemanusiaan mereka. Pabrikasi budaya telah menjadi komponen yang terintegrasi dengan ekonomi kapitalis secara keseluruhan. Kebudayaan tidak lagi menjadi tindakan reflektif masa kini demi keberlangsungan manusia di masa depan. Pada titik ini kita bisa melihat paradok yang dibangun Postmodernisme. Pemikiran ini di satu sisi menggusur keberadaan penafsir tunggal terhadap kebenaran dan realitas, tetapi di sisi lainnya menawarkan penafsiran tunggal tentang realitas. Sebuah paradok yang menggelisahkan dan menginjak-injak kemampuan berfikir manusia.
luangnya dengan hape-nya. Remaja dan kanakkanak, yang kemampuan kognitifnya baru pada tahap mula-mula, akan membuat ketergantungan memudahkan masuknya pengaruh media. Mereka akan menemukan pengalaman-pengalaman yang merumuskan dan mendefinisikan arti kehidupan dari media. Sayangnya, informasi yang berkembang pesat di media selain seragam juga dangkal. Sehingga ketika pengalaman ini menjadi konsepsi mental, akan lahir sikap-sikap tumpul terhadap kebermaknaan hidup, tumpul secara intelektual, moral, dan kehalusan budi pekerti. Sebuah kondisi paradok yang digembar-gemborkan aliran postmodernisme. Mereka mencoba menggusur penafsir tunggal kebenaran, tetapi di sisi lainnya justru menawarkan keseragaman. Ironis.l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 45
KOLOM
SISTEM PENGEMBANGAN KARIER DI KEMENTERIAN KESEHATAN Oleh: Bambang Hartono
K
arier (career) berasal dari Bahasa Perancis “carriere” yang bermakna jalan, berakar dari kata “cararia” dalam Bahasa Latin yang bermakna lintasan untuk kendaraan beroda. Laman www. education.qld.gov. au (2013), mendefinisikan karier sebagai “urutan atau rangkaian dan keragaman jabatan/pekerjaan yang dijalani seseorang selama masa hidupnya”. Wikipedia, the free encyclopedia (2013), mencantumkan salah satu definisi dari karier sebagai “urutan atau rangkaian jabatan-jabatan/pekerjaanpekerjaan yang berkaitan, yang biasanya dikejar untuk diraih dalam suatu industri atau sektor”. Dari pengertian atau definisi tersebut jelas bahwa istilah karier sebenarnya tidak berkonotasi sukses atau gagal, bagus atau buruk. Label sukses atau gagal, bagus atau buruk itu adalah penilaian (judgement) seseorang. Selain itu juga dapat dikatakan bahwa karier bersangkut-paut dengan sikap dan perilaku, serta merupakan rangkaian kegiatan-kegiatan yang
berlanjut (ongoing) berkaitan dengan jabatan/pekerjaan. Dapat dikatakan semua karyawan masuk ke Kementerian Kesehatan setelah mereka memiliki bekal berupa pendidikan – misalnya tamat pendidikan politeknik kesehatan, atau tamat perguruan tinggi (fakultas kedokteran, fakultas kedokteran gigi, fakultas farmasi, fakultas kesehatan masyarakat, dan lain-lain). Dengan bekal tersebut seseorang akan diberi kesempatan untuk memangku jabatan/ pekerjaan pertama. Setelah berlangsung cukup lama, boleh jadi ia akan berpindah, baik masih di dalam unit kerja semula atau pun unit kerja lain, untuk memangku jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi tingkatannya. Demikian seterusnya yang akan terjadi sepanjang kurun waktu bekerjanya, walaupun ada juga orang-orang yang kemudian bertahan (atau tertahan) di suatu jabatan/ pekerjaan tingkat tertentu sampai ia berhenti atau pensiun dari Kementerian Kesehatan.
FREEPIK.COM
46 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
SISTEM PENGEMBANGAN KARIER Laman www.careeradvice-online.com (2013) memberikan definisi yang cukup jelas tentang pengembangan karier, yaitu “Pengembangan karier adalah perencanaan proaktif dan pelaksanaan langkah-langkah tindakan ke arah tujuan karier Anda”.
Dari definisi itu tergambar bahwa pengembangan karier mempunyai dua elemen (dimensi) besar, yaitu perencanaan karier dan manajemen karier (pelaksanaan). Banyak orang beranggapan bahwa karier karyawan Kementerian Kesehatan merupakan hak prerogatif dari pimpinan/
organisasi Kementerian Kesehatan. Karyawan cukup bekerja baik saja sesuai dengan aturan-aturan Kementerian Kesehatan, maka karyawan tersebut akan diatur kariernya oleh Kementerian Kesehatan. Andrew J. Dublin (1982) memang menyatakan bahwa “pengembangan karier, dari sisi organisasi, adalah kegiatan kepegawaian yang membantu individu-individu karyawannya merencanakan masa depan kariernya di organisasi tersebut……”. Tetapi ternyata anggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena sepanjang pengamatan penulis, pada praktiknya Kementerian Kesehatan belum memiliki komitmen yang jelas terhadap pengembangan karier karyawannya. Selain itu, karier pada hakikatnya memang bukan melulu urusan Kementerian Kesehatan, melainkan juga urusan karyawan. Apalagi saat ini semakin banyak organisasi
RANCANGAN JALUR2 KARIER
yang memiliki komitmen terhadap pengembangan karier menyadari perlunya melibatkan karyawan dalam pengembangan karier mereka sendiri. Hal ini disebabkan adanya kenyataan bahwa karier dapat berperan sebagai motivasi kerja – karyawan yang kariernya bagus cenderung meningkat kinerjanya. Sementara itu, Kementerian Kesehatan, jika mau melaksanakan pengembangan karier dengan baik, juga akan memperoleh manfaat, yaitu antara lain: Sebagai indikator bahwa Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab sosial dan menaruh perhatian pada kesejahteraan karyawan. Dapat mengidentifikasi profesionalisme para karyawannya, termasuk kelebihan dan kekurangannya, untuk kepentingan pengembangan, promosi jabatan dan suksesi KEMENKES
kepemimpinan. Membantu upaya kaderisasi dan menyemai karyawan-karyawan yang baik dan visioner bagi masa depan Kementerian Kesehatan. Mencegah terjadinya ketidakpuasan akibat stagnasi (menumpuknya karyawan di tingkat tertentu), yang dapat menimbulkan kejenuhan dan ketidakpuasan kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan karier merupakan upaya yang harus dilakukan bersamasama antara karyawan dan Kementerian Kesehatan. Antara hal-hal yang dilakukan para karyawan dan hal-hal yang dilakukan Kementerian Kesehatan haruslah bertaut dan sinkron membentuk suatu sistem pengembangan karier. Jika disajikan dalam bentuk skema, maka sistem pengembangan karier di Kementerian Kesehatan dapat digambarkan sebagai
KARYAWAN
SISTEM INFOMASI KARIER
INFORMASI KARIER
KONSELING KARIER
EVALUASI DIRI
RANCANGAN KADERISASI PERENCANAAN KARIER MANAJEMEN KARIER
SISTEM PERMENTORAN PENGEMBANGAN SDM
KINERJA
PENUGASAN
PENILAIAN KINERJA PROMOSI JABATAN
RENCANA KARIER: - JALUR UTAMA - JALUR CADANGAN - STRATEGI
berikut. Keberhasilan Kementerian Kesehatan ditentukan oleh keberhasilan manajemennya. Sebagaimana diketahui, manajemen adalah “proses mengupayakan agar segala sesuatu dapat diselesaikan melalui kerjasama orangorang dalam kelompok yang terorganisasi”. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika sejumlah penelitian membuktikan bahwa manajer-manajer yang berhasil adalah mereka yang menggunakan hampir separuh waktu kerjanya untuk membina anak buah. Manajer memang bertanggung jawab untuk mengembangkan profesionalisme anak buahnya sesuai jabatan/ pekerjaan masing-masing anak buah (Martin M. Broadwell, 1972; Lester R. Bittel & John W. Newstrom, 1990; Peter F. Drucker, 2006). DR. Bambang Hartono, SKM, MSc Pensiun dari Kementerian Kesehatan tahun 2009. Saat ini bertugas sebagai Health Policy Adviser pada Health Policy Unit Kementerian Kesehatan.
• PRESTASI • PROFESIONALISME • JEJARING • LOYALITAS • PEGEMBANGAN PRIBADI & KOMP. • MENTORING • ANAK BUAH • DOA
UMPAN BALIK PERJALANAN KARIER
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 47
DARI DAERAH
Asa Bandung Menuju Kota Sehat
48 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
U
ntuk mendukung Program Emas yang dicanangkan oleh Kementrian Kesehatan terutama dalam menekan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) dan mencapai predikat ‘Kota Sehat’, Dinas Kesehatan Kota Bandung melakukan terobosan dengan menyediakan Mobil Puskesmas yang kini sudah tersedia di Puskesmas Talaga Bodas hasil kerja sama dengan Bank Mandiri. Kepala Puskesmas Talaga Bodas sekaligus Ketua Harian Forum Kota Sehat Bandung, dr. Siska Gefrianti, MH.Kes menjelaskan bahwa mobil ini baru datang sekitar 3 minggu dan baru akan diuji coba. ‘’Mobil ini nantinya bisa juga bisa berperan sekaligus membantu pelaksanaan posyandu dan posbindu,’’ kata dia. Dinas Kesehatan Kota Bandung menginginkan agar nantinya mobil puskesmas ini bisa beroperasi di pasar-pasar.’’Kita akan menjaring balita-balita yang datang ke pasar bersama ibunya, kita lakukan dengan bekerja sama dengan pihak PT Pasar,’’ tambah dr.Sisca. Untuk penyelenggaraan dan pengoperasian puskesmas mobil ini, Puskesmas Talaga Bodas akan bekerja sama dengan PKK dan juga Forum Peduli Bandung Sehat. Pada awalnya, mobil puskesmas ini akan mengunjungi puskesmaspuskesmas lain di sekitar Puskesmas Talaga Bodas yang
kurang representatif yang berada di pemukiman kelas menengah ke bawah. Sedangkan untuk di pemukiman kelas menengah ke atas, mobil puskemas juga akan mempromosikan kesehatan melalui penyebaran brosur dan juga menyebar angket untuk memantau tingkat capaian imunisasi.’’Ibu hanya perlu menjawab pertanyaan di dalam angket yang kemudian dikembalikan pada kami. Jadi beda market, beda strategi,’’ kata dr. Siska. Siska menjelaskan Kota Bandung sedang berusaha meraih swasti tata wiwerda atau kota sehat di 4 tatanan mencakup masyarakat sehat mandiri, pemukiman sarana dan prasarana sehat, ketahanan pangan dan gizi serta pariwisata sehat. ‘’Tahun ini sedang verifikasi nasional untuk indikator kota sehat,’’ tutur dia. Kota Bandung sudah mulai menjalankan indikator kota sehat sejak tahun 2006 dan pada tahun 2013 sudah mendapat swasti saba, yaitu keberhasilan pencapaian 2 tatanankota sehat. Untuk tatanan kesehatan sendiri seluruhnya mencakup 9 tatanan, selain empat tatanan tersebut ada tatanan kehidupan sosial sehat, transportasi sehat, pertambangan sehat, hutan sehat dan perkantoran sehat. Menuju Kota Sehat, Bandung menghimpun seluruh pihak terkait atau stakehoulder yang peduli kesehatan. ‘’Iya kami kumpulkan berbagai kalangan dan berbagai latar belakang untuk mewujudkannya,’’ kata dr.Sisca.l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 49
DARI DAERAH
Sebaran Cinta Atalia Ridwan Kamil KETUA Forum Peduli Bandung Sehat, Atalia Ridwan Kamil menjelaskan bahwa forum ini adalah tim yang bergerak di masyarakat.’’Mereka adalah kumpulan aktifis di masyarakat yang sangat peduli dengan kesehatan, menyentuh sekali dengan dunia sosial,’’ kata dia kepada Mediakom beberapa waktu lalu di Bandung. Atalia mengatakan untuk mewujudukan Kota Sehat, Forum Peduli Bandung Sehat menghadirkan pihak yang terkait di bidangnya sesuai indikator Kota Sehat, salah satu contohnya transportasi sehat menggandeng Organisasi Angkutan Darat (Organda) Bandung. Sementara program lain yang juga sudah digulirkan oleh Forum Peduli Bandung Sehat fokus pada kesehatan ibu karena ibu yang paling terlibat di kesehatan keluarga. ‘’Sosialisasi bagaimana menyusui yang baik untuk ibu muda dan sosialisasi kesehatan ibu sudah berjalan. Semua proses kesehatan sudah bergerak di masyarakat,’’ tutur dia. Termasuk mensosialisasikan terkait kesehatan cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang dilaksanakan dengan merapatkan diri pada program corporate social responsibility (CSR). Dalam program CTPS ini, Forum Peduli Kota Bandung berusaha menyentuh keluarga, tidak hanya pada anaknya tapi juga ibu dan bapak. Atalia juga cukup berbangga dan senang karena masyarakat Bandung senang berkumpul dan sudah memiliki komunitas yang sejalan dengan upaya mewujudkan Kota Sehat. Ia menjelaskan saat ini sudah ada komunitas yang sangat peduli lingkungan seperti jaga sengkek atau
jaga mata air yang aktif menjaga 8 mata air dari 40 mata air di Kota Bandung yang ada. Jaga lembur atau peduli dan cinta pada kampung atau lingkungan kelurahan mencakup kebersihan dan keamanan dan jaga sungai yang mensosialisasikan bagaimana jamban yang bersih dan menjaga sungai yang bersih. Ada juga komunitas ibu-ibu bernama binakit yang menjaga kota dari orang-orang jahil, mereka sangat peduli pada lingkungan dan kesehatan anggotanya dari lintas agama, budaya dan berbagai latar belakang.’’Sekarang kita ajak semua, komunitas Binakit terbuka. Kekuatan Bandung adalah kekompakan partisipasi warga yang mencintai kota ini,’’ tutur dia. Atalia juga menaruh harapan besar pada generasi muda yang harus menjadi agen perubahan, menyebarkan informasi yang bermanfaat.’’Dan saya bangga mereka mau menjadi relawan kota untuk membuat kota menjadi lebih baik,’’ tutur dia. Meskipun belum bisa mengukur sejauh mana perubahan perilaku hidup sehat selama 3 tahun terakhir, Atalia tetap optimis dengan kondisi saat ini. ‘’Program masuk ke sekolahsekolah memberi contoh pembiasaan pada anak SD, SMP dan SMA terus dilakukan. Anak-anak jadi contoh, orangtua yang buang sampah sembarangan akan diingatkan anaknya. Saya tahu ini karena memantau lewat tweeter. Artinya pondasi sudah dibuat meski belum 100 % sempurna,’’ jelas dia. Atalia mengatakan, sebetulnya
50 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
kolaborasi yang menjadi kunci utama suksesnya perubahan perilaku dan mencapai cita-cita Kota Sehat. ‘’Pemerintah kota punya program yang baik kemudian bisa diadaptasi oleh organisasi atau komunitas dan kini benihbenih sudah muncul’’ kata dia. Mencintai Bandung bisa diwujudkan dengan aksi dan solusi dan jangan pernah merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Kesibukannya memimpin belasan organisasi dan tidak bisa luput dari perannya sebagai istri walikota Bandung ini tentunya memiliki suka duka. ‘’Lebih kepada waktu kesibukan yang luar biasa, saya kadang-kadang terlalu banyak fokusnya, waktu jadi sangat berharga,’’ kata Atalia. Dan menurut Atalia, sebuah kota atau organisasi itu akan baik tergantung bagaimana mengelolanya, pemimpin harus menunjukkan contoh. ‘’Seperti yang dilakukan Kang Ridwan Kamil dengan naik sepeda adalah memberi contoh. Pemimpin harus bisa memimpin di depan, merangkul di tengah dan mendorong dari belakang,’’ kata dia. Dengan sering Kukurusakan atau blusukan, feel yang dirasakan Atalia dan suami sangat beda. Sentuhan membuat siapapun merasa diperlukan dan dicintai sehingga mereka akan mencintai kota ini dan menjaganya dengan baik . Yang dibangun di Bandung adalah cinta...l
Puskesmas Talaga Bodas Rintis Layanan Prolanis
M
embiasakan diri dengan pola hidup sehat menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan dan juga meningkatkan angka harapan hidup. Apalagi saat ini kebutuhan hidup sehat itu mendesak di tengah semakin meningkatnya jumlah penderita penyakit
tidak menular (PTM) yang menekan angka harapan hidup. Penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes, akhir-akhir ini juga ikut menyumbang angka kematian pada penderitanya. Dan semakin kesini, PTM yang biasanya diderita oleh usia di atas 40 tahun cenderung diderita oleh usia muda di bawah 40 tahun.
Kecenderungan saat usia 28 tahun sudah ada yang terkena diabetes. Berangkat dari fakta ini, sebuah puskesmas di Bumi Parahyangan yaitu Puskemas Talaga Bodas yang terletak di Kecamatan Lengkong Kota Bandung memberanikan diri untuk mulai membuka pelayanan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis),
sebuah program yang sejalan dengan program Kementrian Kesehatan untuk penanggulangan PTM. Berawal dari ajakan kerja sama dari PT Askes di tahun 2012, Puskesmas Telaga Bodas menyambutnya dengan tangan terbuka.’’Saat itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr Ahyani menyetujui program ini,’’ tutur Kepala Puskesmas
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 51
DARI DAERAH
Talaga Bodas, dr.Siska Gefrianti, MH,Kes saat diwawancara Mediakom di Bandung beberapa waktu lalu. Program Prolanis ini akhirnya dimulai pada April 2012. Puskesmas yang awalnya mengkhususkan pada pelayanan pada lanjut usia mulai melayani penderita penyakit kronis.’’Sebelumnya Puskesmas Talaga bodas ini memang Puskesmas untuk lansia, ruang pemeriksaan lansia dipisah. Dan seminggu sekali kita melalukan pemeriksaan pasien kronis,’’ tutur dr. Siska. Di awal program, Puskesmas Talaga Bodas fokus menangani penyakit diabetes karena pasiennya
lebih banyak dibandingkan pasien penyakit lainnya serta komplikasinya juga lebih banyak dan diabetes menjadi 10 besar penyakit penyebab kematian. Sebagai program baru dari PT Askes, jelas dr.Siska, program Prolanis belum memiliki standard operation procedure (SOP).’’Kami mengerjakannya dengan mengacu pada tujuh pilar Prolanis mencakup edukasi, senam, diet, kontrol, pengobatan, short message service (sms) pengingat dan kunjungan rumah,’’ jelas dia.
Tetap Semangat Menjalankan Prolanis
Ketika pertama kali Puskesmas Telaga Bodas
52 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
Penghargaan yang diterima oleh Puskesmas Talaga bodas Bandung Jawa Barat 1. Sebagai PKK Tingkat I (pertama) Pemberi Penyuluhan Terbaik Kepada Peserta PT. Askes Persero. 2. Sumbangsih dalam pelaksanaan dan pengembangan program pengelolaan penyakit kronis PT. Askes (persero). 3. Prolanis one stop service Pengelolaan Hipertemsi dan Diabetes Melitus di Puskesmas Talaga Bodas. 4. Puskesmas Terbaik dalam penanganan penyakit kronis lansia pada tahun 2013 dari Departemen Kesehatan melalui PT.ASKES.
Seperti Apa Program Prolanis? KHUSUS pasien Prolanis lansia, layanannya terpisah dari pasien umum. Beberapa kegiatan yang dilakukan rutin termasuk 7 pilar Pilar Prolanis mencakup: Edukasi dan penuluhan tentang penyakit kronis yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Senam atau olahraga.Para lansia ini memiliki group masing-masing setiap jumat senam dan setelah senam ada pemeriksaan atau penyuluhan. Pemeriksaan gula darah dan tekanan darah.Saat akan dilakukan pemeriksaan gula darah, pasien akan diberitahu sebelumnya untuk berpuasa dari malam sebelumnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada hari Rabu minggu keempat setiap bulannya. ‘’Pemeriksaan itu sifatnya gratis. Laboratorium Pramita akan datang ke Puskesmas karena Laboratorium Pramita bekerjasama dengan BPJS.Ppemeriksaan yang gratis yaitu gula darah dan posprondia,’’ tambah dr.Siska. Enam bulan sekali pasien di kirim ke rumah sakit (RS). Di RS dilakukan pemeriksaan prolipid dan lain-lain. Tetapi jika pasien tidak mau di rujuk ke RS rumah sakit, pasien tetap bisa menerima pelayanan di Puskesmas Talaga bodas. SMS reminder sebagai salah satu dari tujuh pilar Prolanis. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengumuman saat akan ada penyuluhan atau saat akan ada pemeriksaaan pasien prolanis. Serta pesan yang mengingatkan untuk minum obat secara teratur dan rutin. Sharing atau berbagi cerita dan pengalaman.Program Prolanis sangat memperhatikan kebutuhan para anggota lansia yaitu sharing. Untuk mengakomodasi kebutuhan ini dibentuk grup yang memiliki ketua dan pelatih. Kunjungan ke rumah. Hal ini dilakukan jika pasien tidak datang untuk kontrol ke puskesmas. menyebar seratus lima puluh undangan ke pasien yang berada di daerah kerja untuk hadir di sosialisasi Prolanis ternyata tak banyak yang menghiraukan. Pasien yang datang cuma lima undangan. Tetapi Puskesmas Telaga kita tidak patah semangat dalam menjalankan program ini. ‘’Walaupun yang datang pertama kali hanya lima orang tidak apa karena orang juga belum tahu
tentang program ini,’’ jelas dr.Siska. Data pasien yang diundang diambil dari data puskesmas dan data pasien Askes ,yang lebih banyak datang ke rumah sakit khususnya pasien hipertensi.’’Jadi pasien rumah sakit kita undang ke Puskesmas Talaga Bodas ini,’’ tutur dia. Dan pada bulan-bulan berikutnya Puskesmas
Talaga Bodas mengadakan pertemuan lagi dan pasien yang datang bertambah. Yang semula sepuluh pasien menjadi dua puluh pasien dan seterusnya. Tujuh bulan kemudian, tepatnya bulan September 2015, Puskesmas Talaga Bodas pun memberanikan lagi untuk memulai program baru, hipertensi.
Cek Diabetes dan Obat
Saat diundang ke puskesmas, pasien juga mendapatkan pemeriksaan diabetes sebanyak sebulan sekali. Untuk menjalankan pemeriksaan ini, Puskesmas Talaga bodas bekerjasama dengan Pramita laboratorium. Sedangkan untuk pengadaan obat-obatan penyakit kronis yang biasanya untuk kurun waktu satu bulan, Puskesmas Talaga bodas berjejaring kerjasama dengan Apotek Nusa Indah. Kerjasama pengadaan obat ini dilakukan dengan pihak luar karena Puskemas tidak bisa menyediakan obat untuk sebulan. Dan dalam perkembangannya, kerjasama pengadaan obat ini dilakukan juga dengan pihak lain dan kini bekerjasama dengan Apotek 7 menit
Terus Berkembang Di tahun 2015 ini, pasien Prolanis sudah mencapai 300 pasien, diantaranya pasien diabetes, kecing manis dan hipertensi yang tidak bisa sembuh karena gangguan metabolik tetapi tetap terkontrol, stabil. ‘’Kita mengurangi komplikasi yang mungkin
Sebelumnya Puskesmas Talaga bodas ini memang Puskesmas untuk lansia, ruang pemeriksaan lansia dipisah. Dan seminggu sekali kita melalukan pemeriksaan pasien kroni. dr.Siska Gefrianti, MH,Kes
terjadi pada pasien hipertensi yang biasanya berupa gagal ginjal, jantung atau stroke. Tapi yang di sini sehat,’’ kata dr.Siska. Dan penderita diabetes yang saat terluka susah sembuh, di Puskesmas Talaga Bodas ini pasien Prolanis tidak ada yang menderita komplikasi seperti itu. Setelah program Prolanis sukses di Puskesmas Talaga bodas, untuk meningkatkan angka harapan hidup, beberapa Puskesmas di Bandung juga mengikuti program yang sama. Di dalam perkumpulan, group, komunitas, Puskesmas Talaga bodas juga mendidik yang pintar dalam program Training on Trainer (TOT).l
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 53
POTRET
54 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
drg. Murti Utami, MPH:
SAMPAI PUSKOM
BENAR BENAR KEREN….!
S
ebagai manusia biasa, tentu banyak khilaf dan salah. Terkadang marah dan juga terkena marah. Bagi saya, kalau kena marah atau teguran, saya harus introspeksi dan memperbaiki diri. Untuk apa sakit hati. Tapi, tidak semua orang seperti saya. Banyak perbedaan. Sebenarnya, saya menyesal setelah marah. “Hanya buang energi yang saya tidak suka,” demikian sekelumit kisah Kepala Pusat Komunikasi Publik ke tiga drg. Murti Utami, MPH. Nah, bagaimana selanjutnya? berikut petikannya. “Saya sudah terbiasa bergaul dengan temanteman Puskom Publik waktu menjadi TU pimpinan. Jadi setelah mendapat informasi akan menjadi Kapuskom publik, saya merasa senang, karena akan bekerja dengan keluarga sendiri. Kaget sih nggak, tapi kok cocok banget, karena saya ingin bekerja dalam suasana kekeluargaan dan tentunya dengan dinamika kerja yang sangat tinggi,” tutur drg.Murti Utami.
Menurut Kapuskom yang sering dipanggil Bu Ami ini, bayangan awal bekerja di Puskom Publik hanya bertemu wartawan, media, lalu tersenyum. Padahal itu bukan kebiasaan saya. Tersenyum kalau ada yang lucu. Sebenarnya kurang suka terseyum di depan kamera, tapi karena sudah menjadi tugas, ya..jalani saja. “Kamera itu barang yang digunakan untuk menilai seseorang dari sisi fisik. Ini yang membuat saya tidak suka. Orang mengambil gambar dari sisi kiri, sisi kanan, kemudian dinilai cantik atau tidak. Terus terang, saya tidak terlalu happy. Buat saya begini, buat orang lain begitu. Itu anugerah. Mau berhadapan dengan kamera, harus dandan, rapih-rapih dulu, mempercantik dulu itu buat saya wasting time, membuat stress,” ujarnya. Apalagi wartawan, seseorang yang tidak mau berhenti kalau bertanya, walaupun saya juga seperti itu, kalau bertanya juga tidak mau berhenti, nyebelin. Jadi mengahadapi wartawan
seperti menghadapi diri sendiri. Karena saya masuk puskom publik, harus melakukan instrospeksi diri. “Sebenarnya, pertanyaan kritis dan tajam, tidak masalah, tapi kalau wartawan datang dan hanya bertanya dengan imej negatif, mencecar dengan jawaban yang mereka inginkan, ini tidak baik. Wartawan memang seseorang yang banyak bertanya, karena ingin tahu, walau terkadang bikin sebel juga,” akunya. Terkait dengan opini publik, bagi Bu Ami, khususnya opini sebagai kapus, tidak peduli, mau positif atau negatif. Tapi, lebih care, kalau opini yang bagus untuk puskom. Apalagi opini yang positif untuk Kementerian Kesehatan. Berbicara tentang keunikan, paling unik berkaitan dengan pekerjaan puskom. Saya senang bekerja dalam tim. Tidak suka melihat bagian tertentu asikasik sendiri, tidak memikirkan bagian lain, atau tergantung dengan bagian lain. Keberhasilan tugas itu, tak lepas dari semua unsur yang
tergabung. Untuk itu seluruh tim kerja yang tergabung harus memperbaiki diri. “Keunikan Puskom lainnya adalah sdmnya masih muda, hanya saja yang tua tidak dapat mengikuti yang muda, inginnya pasrah, slowdown saja, tapi yang muda selalu bergairah. Sebagai kepala puskom, saya harus menyambungkan yang tua dengan yang muda, agar tetap berinovasi. Maklum, rentangnya sangat jauh, umur kurang 35 tahun dan lebih 45 tahun. Tapi, bila dilihat dari SDM, pinter-pinter, banyak mereka yang S2. Artinya, saya tidak punya staf yang hanya lulusan SLA,” begitu akunya. Sementara, uniknya puskom dari sisi tantangan, tidak begitu mengkhawatirkan. Tapi justru, yang mengkhawatirkan untuk tingkat Kementerian. Sebab, banyak eselon 2 lain yang mengandalkan puskom untuk mengangkat citra kementerian. Ini tantangan berat. Karena harus mengindentifikasi program mana yang harus dijual. Informasi mana yang
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 55
POTRET masyarakat butuhkan, ingin segera publikasi, sementara masyarakat tak mau peduli. “Tantangan ini harus saya sampaikan ke dalam dan keluar. Saya termasuk orang dengan tipe yes or no. Tidak mau setengah-setengah. Saya mendapat amanat pimpinan harus menjaga citra kementerian dalam posisi yang baik. Sekalipun tidak harus super, tapi harus tetap menjaganya dengan baik,” ujarnya. Bagi Kapuskom Publik, menjadi pimpinan itu berat, karena anamah. Terkadang stress, penuh tekanan, marah dan terkena marah. Bagaimana menyikapinya? Menurut drg. Murti, setiap bangun tidur, semua manusia memiliki niat. Kesempatan menjalankan hari ini, berbuat baik, sekalipun definisi kebaikan setiap orang berbeda. “Bagaimana untuk mencapai baik itu? Perlu ikhlas dan menjiwai pekerjaan. Saya yakin, Allah tidak diam, sehingga pujian dan rezeki itu pasti mengikuti. Kalau kita menjiwai, tanpa kita sadari hati kita akan menuntun apa yang harus kita lakukan. Ini yang menjadi pedoman saya,” ujarnya. Misal, hari ini saya mau masak nasi goreng. Lakukan! Jangan marah-marah. Memotong sayuran sambil berdzikir, berdialog dengan Allah. Setiap pekerjaan harus dipertanggung jawabkan. Supaya hari ini lebih baik dari kemarin. Tapi saya hanya manusia biasa, banyak kekurangan, walau demikian saya akan selalu berusaha memperbaiki diri. “Karena ikhlas dan menjiwai, walau kena marah setingkat menteri
sekalipun, untuk apa sakit hati, karena saya sudah ikhlas dan menjiwai. Saya harus instropeksi, mengapa mereka marah. Justru saya berterima kasih, karena saya masih diberi tahu dimana letak kekurangan dan kesalahan. Karena yang marah itu pimpinan atau orang tua, saya instrospeksi dan melakukan perbaikan,” ujar Murti. Sebaliknya, kalau saya marah kepada staf, saya berpikir mereka seperti saya. Kalau terkena marah, instropeksi lalu melakukan perbaikan. Tapi, setiap orang berbeda ya. Meskipun setelah marah-marah, saya menyesal, kemudian masuk ruang kecil, menangis sebentar. “Mengapa saya harus marah-marah?” sesalnya. “Sebenarnya marah itu energi yang tidak saya sukai. Untuk itu, kalau saya marah, jangan diambil hati. Sebab, hari ini marah, besuk sudah hilang, nggak marah lagi. Saya marah atau menegur, karena masih sayang kepada mereka,” tuturnya. Khusus untuk bersih, memang suatu keharusan dalam bekerja. Niat jelek dari bangun tidur, jelas menunjukkan awal tidak baik. Bersih banyak macamnya. Tapi di Puskom, harus bersih dari korupsi. Kalau pekerjaan orang lain, jangan dianggap pekerjaannya. Saya punya pengalaman menghadiri panggilan KPK dan Tipikor kasus teman-teman saya. “Saya seorang ibu, dengan dua anak. Saya membayangkan anak-anak dan cucunya. Mengapa nenek atau ibu menjadi tersangka. Walau belum terbukti, tapi sudah tersebar
56 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
Sebenarnya, pertanyaan kritis dan tajam, tidak masalah, tapi kalau wartawan datang dan hanya bertanya dengan imej negatif, mencecar dengan jawaban yang mereka inginkan, ini tidak baik.
kemana-mana. Hal itu tidak mau terjadi pada diri saya. Sehingga kebahagian hilang gara-gara itu. Untuk itu, saya beberapa kali tidak segansegan terus menyerukan untuk hidup bersih,” tegasnya. Terus terang suatu hari, saya diingatkan pak Indriono, Bu Ami sudah ngak usah ngajak teman-teman puskom untuk bersih-bersih, yang pada akhirnya, ibu dibenci orang. Mungkin pak Indriono sudah dengar dari banyak orang dari kalangan bawah Puskom. “Baiklah saya akan kurangi frekuensi ngajak bersih. Niat saya hanya ingin mengajak teman-teman dapat tidur nyenyak,” jawabnya. “Saya tidak mau menyeret kawan-kawan tidak benar. Ada panggilan-panggilan
sana sini karena ulah saya. Saya tidak ingin membebani mereka. Saya harus memberi contoh kepada seluruh staf saya. Sebab itu, sekecil apapun saya akan berusaha untuk tidak menerima,” ujarnya. Dalam melakukan pengawasan, saya bukan malaikat yang dapat mencatat dan mengikuti gerak gerik semua staf. Saya juga tidak meletakkan cctv dimana-mana. “Tapi, saya yakin suatu hari Allah akan memberi peringatan atas perbuatan yang menjadi tanggung jawabnya. Saya yakin Allah, Yang Maha Kuasa selalu mengikuti dan akan menyadarkan yang bersangkutan di kemudian hari, entah dalam bentuk apa, saya tidak tahu”, kata Bu Ami. Menurutnya, yang paling penting, bagi orang yang bekerja di Puskom harus punya leadership. Memberi contoh bagaimana bekerja dengan baik secara visual kepada staf. Leadership akan menjadi refleksi sebuah organisasi. Ini sangat tergantung dari leadershipnya pimpinan seperti apa. Pemimpin harus punya impian kemana organisasi akan dibawa, dengan cara memberi contoh dan membantu apa yang tidak bisa mereka selesaikan. Puskom harus lebih kritis dan lebih tajam. Saat inipun sebenarnya sudah kritis dan tajam, tapi harus lebih. Semakin banyak pujian dan penghargaan, akan semakin sulit mempertahankan, apalagi meningkatkan. Untuk itu, jangan cepat puas. Harus terus digali, berkreasi dan berinovasi hingga akhir, sampai Puskom benar-benar keren….! [Pra]
SERBA SERBI
10 Penyakit Rentan Menyerang Si Kecil
B
ermain dan belajar merupakan waktu terpenting bagi tumbuh kembang anak-anak kita. Namun, terkadang waktu tersebut dapat terenggut dengan munculnya penyakit. Penyakit dengan mudah berkembang dalam tubuh anak-anak kita dikarenakan belum sempurnanya anti bodi dalam tubuh ataupun karena kebersihan lingkungannya. Maka dari itu, sebagai orang tua kita perlu mengenali penyakit apa saja yang sangat mudah menyerang tubuh si kecil. Berikut 10 penyakit yang mudah menyerang pada anak-anak seperti yang dikutip dari laman detik health. Yang pertama ialah diare, penyakit yang bernama
ilmiah gastroenteritis merupakan suatu penyakit saat tinja atau feses berubah menjadi lembek. Pada keadaan tersebut si kecil dapat buang air besar paling sedikit tiga kali dalam waktu 24 jam. Kasus diare banyak terjadi di negaranegara berkembang dengan standar kesehatan yang masih rendah. Akibat diare bagi si kecil antara lain dehidrasi yang juga dapat menyebabkan kematian bagi anak-anak. Selesma (common cold) merupakan penyakit yang paling sering dan mudah menyerang anak kecil maupun orang dewasa, selesma ini memiliki gejala berupa sedikit demam, pilek, batuk dan sakit kepala. Selesma sendiri memiliki sekitar 200 jenis virus penyebab, antara lain
WWW.WASHINGTONPOST.COM
Reiza Muhammad Iqbal
adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain. Urutan selanjutnya ialah Poliomielitis atau yang lebih dikenal dengan polio. Penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus bernama poliovirus. Indonesia seharusnya sudah bebas penyakit ini. Namun belakangan ini ada anakanak terutama di negaranegara berkembang yang terkena polio. Gejala polio mirip dengan selesma tetapi virusnya menyerang otot kaki dan badan sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan
serta kematian. Upaya pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan vaksin di fasilitas kesehatan terdekat. Saat anak-anak bermain tanpa pengawasan orang tua, seringkali mereka bermain di tempat-tempat kotor seperti bermain lumpur, dsb. Kemungkinan tangan yang terkontaminasi kotoran menempel telur cacing dan kemudian tertelan oleh si kecil. Kealpaan orang tua mengingatkan pentingnya cuci tangan pakai sabun. Anak cacingan dapat terkena anemia dikarenakan setiap
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 57
SERBA SERBI pernapasan menjadi sangat terganggu perawatan di rumah sakit dapat dilakukan. Penyakit ini bisa jadi hampir sebagian anak Indonesia pernah mengalaminya. Gigi berlubang merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada anak. Berlubangnya gigi dapat terjadi dari hal yang sangat sepele misalnya kesalahan dalam pemberian makanan seperti anak tidur sambal terus mengisap botol susu. Alhasil, mulut anak menjadi terlalu asam dan menjadi tempat yang sangat ideal untuk bakteri berkembang dan merusak gigi. Kanker darah atau leukemia mulai banyak berkembang dewasa ini. Tahun 2000, terdapat sekitar 256.000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita leukemia dan 209.000 orang
CLIPARTS.CO
cacing yang berhasil masuk ke dalam tubuh si kecil mampu menghisap darah manusia hingga 0,05 cc/hari. Upaya pencegahan dapat dilakukan orang tua dengan mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada anak dan meminum obat cacing sesuai dosis yang dianjurkan. Pernahkah mendengar otitis media supuratif kronik (OMSK)? OMSK atau yang lebih kita kenal dengan nama “congekan” ini merupakan infeksi yang menyebabkan gendang telinga tak bisa menutup lantaran munculnya jaringan yang menghambat penutupan gendang telinga. Akibatnya keluar cairan atau nanah. Masyarakat menyebutnya “congek”. Pada beberapa kasus cairan ini dapat mengeras dan mengering di dalam telinga. Anak dapat mengalami gangguan pendengaran yang tentu saja berpengaruh pada daya tangkap si kecil di rumah maupun sekolah. Melihat buah hati bermain dengan riang gembira merupakan dambaan bagi para orang tua, namun, seringkali keceriaan buah hati kita terganggu oleh batuk. Apalagi di musim yang sering berubah-ubah seperti sekarang ini. Batuk kering merupakan penyakit yang tumbuh subur. Ciri batuk kering yang perlu orang tua ketahui ialah suara batuknya terdengar seperti suara menggonggong dan dahak sulit dikeluarkan. Penyebab batuk adalah peradangan pada saluran bagian atas yang biasanya disebabkan oleh virus. Kebanyakan batuk akan sembuh setelah satu minggu, namun apabila
58 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
diantaranya meninggal dunia (https://id.wikipedia.org/ wiki/Leukemia). Gejala yang patut diwaspadai dan sering ditemukan pada leukemia antara lain pucat, demam atau pendarahan yang tidak jelas penyebabnya, nyeri tulang dan pembengkakan perut. Pengobatan yang tepat dan benar memperbesar harapan penderita leukemia untuk sembuh. Urutan selanjutnya adalah disentri, mirip seperti diare yang volume BAB-nya meningkat. Disentri juga menyebabkan BAB dengan kondisi feses yang berlendir dan berdarah. Penyakit ini
umumnya dialami pada anak usia balita yang disebabkan infeksi kuman Shigella (Disentri Basiler) dan parasit Entamoeba Histolitiyca. Penyakit terakhir yang paling rentan dengan anakanak ialah Pneumonia. Penyakit radang paru-paru yang disebabkan oleh infeksi dengan tiga faktor penyebab utama: bakteri, fungi dan virus. Penularan tertingginya anak usia di bawah 2 tahun dan manula. Gejala pneumonia bervariasi, mulai dari pernapasan yang cepat hingga kegagalan pernapasan dan tekanan darah yang sangat rendah. Dikenal juga dengan shock septik. Apabila pneumonia terjadi kepada bayi yang baru lahir gejalanya akan timbul secara bertahap terkadang bayi tiba-tiba menjadi sakit yang disertai naik turunnya suhu tubuh. (sumber: detik.com)
GAGAL GINJAL DAN PENYEBABNYA
WWW.HEALTHTAP.COM
G
injal merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi vital bagi manusia. Ginjal merupakan organ ekskresi yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin (kencing). Pada manusia normal, terdapat sepasang ginjal yang terletak di belakang perut, atau abdomen. Ginjal tersebut terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran 11 cm dan ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc fitrat glomerular per menitnya. Laju glomerular inilah yang sering dipakai untuk melakukan tes terhdap fungsi ginjal. Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan
elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Penyebab Gagal Ginjal
Terjadinya gagal ginjal
disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita oleh tubuh yang mana secara perlahanlahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya: Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension) Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus). Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/ striktur). Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik Menderita penyakit
kanker (cancer). Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease). Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis. Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah: Kehilangan cairan banyak yang mendadak (muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan ke arah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal dua macam jenis serangan gagal ginjal, akut dan kronik.
Tanda dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 59
SERBA SERBI dialami penderita secara akut antara lain: Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah/darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah/Eritrosit, Sel Darah Putih/Lekosit, Bakteri. Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal kronik antara lain: Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan kurang, mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Batu ginjal merupakan masalah kesehatan serius yang seyogyanya dapat mengancam jiwa. Penyakit yang dalam istilah medis disebut nephrolithiasis atau urolithiasis ini umumnya diderita oleh sekitar 12 persen laki-laki dan 5 persen perempuan pada usia 70-an tahun. Direktur Endourology dan batu ginjal dari University of Maryland Baltimore Washington Medical Center, Dr. Julio Davalos memberikan 4 cara mudah untuk mengatasi penyakit ini, seperti: 1. Tetap terhidrasi Menurut Davalos, penyebab terbesar dari batu ginjal adalah dehidrasi. Mineral makanan yang kita konsumsi seperti kalsium, oxylate, fosfat atau asam urat, akan mengkristal ketika tidak ada cukup cairan dalam tubuh untuk mencairkannya. Perhatikan warna urin yang gelap karena itu merupakan tanda dehidrasi, kata Davalos, seperti dikutip Foxnews, Jumat (20/3/2015). 2. Mengurangi garam Coba hitung konsumsi harian garam Anda. Apakah telah sesuai dengan
yang direkomendasi kan? Faktanya, kebanyakan orang rata-rata mengonsumsi garam hingga 5.000 mg per hari. Padahal batas konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemkes) per orang per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula, 2000 miligram natrium/sodium atau 5 gram garam (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya 67 gram (5 sendok makan minyak). 3. Kalsium Davalos mengatakan salah satu mitos terbesar tentang batu ginjal adalah bahwa terlalu banyak susu, seperti susu, keju dan es krim. Padahal meskipun sebagian besar batu ginjal diakibatkan karena kalsium, tapi menurut rekomendasi dari National Institutes of Health, orang dewasa yang sehat juga perlu mengonsumsi kalsium. Kalsium yang direkomendasikan, 1.000 sampai 1.300 mg kalsium per hari. Namun, jika Anda memiliki riwayat batu ginjal, dokter mungkin merekomendasikan asupan kalsium yang lebih rendah dari sekitar 800 mg. 4. Protein Mengonsumsi protein hewani seperti daging merah, unggas dan telur juga dapat meningkatkan asam urat dalam tubuh, yang telah terbukti dapat menyebabkan batu ginjal. Makanan ini juga mengurangi tingkat sitrat, zat kimia dalam urin yang dapat meningkatkan pembentukan batu ginjal. Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-
60 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh. rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg – 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Kadar kreatinin pada pria max 1,6 kalau sudah melebihi 1,7 harus hatihati. Jangan-jangan nanti memerlukan cuci darah Kreatinin: hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah jumlah mg kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/
kg BB. Nilai normal pada laki-laki adl 20-26 mg/kg BB. Sedang pada wanita adl 14-22 mg/kg BB. Ekskresi kreatinin meningkat pada penyakit otot. Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,6 – 1,2 mg/ dl. Di atas rentang itu salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal. Tetapi kami rasa angka 1,3 mg/dl masih tergolong normal, walaupun Anda sebaiknya mulai waspada. Untuk batas normal ureum : 20 – 40 mg/ dl Batas normal kreatinin : 0,5 – 1,5 mg/dl
Untuk prenventif lakukan pemeriksaan dini.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dapat menjadi acuan untuk mengetahui adanya Gagal ginjal akut (GGA) yaitu suatu sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) kecepatan penyaringan ginjal, disertai dengan penumpukan sisa metabolisme ginjal (ureum dan kreatinin). Segera priksakan diri apabila menemui gejalagejala yang mengarah pada kelainan fungsi ginjal. Penanganan yang cepat dan tepat akan memperkecil resiko terkena penyakit ginjal tersebut. (Disadur dari catatan pribadi dan juga berbagai sumber informasi seperti media cetak, media on line dan sumber informasiHambali)
Sarapan sehat untuk generasi berprestasi Ibu Nila Djuwanita Anfasa Moeloek, Menteri Kesehatan RI menghimbau, sarapan adalah waktu makan terpenting dalam satu hari yang dapat menunjang kemampuan berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal guna mencegah kekurangan atau kelebihan gizi. “Saya menghimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk menyadari
pentingnya sarapan dengan makanan dan minuman yang sehat dan membiasakannya dengan keluarga setiap hari. Ayo para orang tua Indonesia mari kita
budayakan sarapan pagi sebelum anak beraktifitas atau mau bersekolah. Biasakan sarapan pagi! Kita sambut dengan baik Pergizi Pangan Indonesia yang telah menyelenggarankan pendidikan sarapan sehat kepada anak siswa dan siswi di Indonesia. [Hambali]
FREEPIK.COM
P
ara ahli gizi sepakat bahwa sarapan sehat adalah makan dan minum yang memenuhi seperempat kebutuhan gizi harian dan dikonsumsi sebelum jam 9 pagi. Kebiasaan sarapan sehat setiap pagi pada anak telah terbukti membantu anak fokus belajar dan meningkatkan prestasi. Itulah sebabnya, sarapan sehat perlu dilakukan sebelum jam 9 pagi. Sarapan sehat sebelum jam 9 pagi dengan jenis sarapan sumber sumber Karbohidrat, Protein, Lemak dan Vitamin-Mineral antara lain Susu, Telur, Sereal dan Sigmavit (vitamin dan mineral) seperti yang terdapat di kandungan Energen. Sarapan sehat bergizi salah satu bagian penting untuk mewujudkan generasi yang sehat berprestasi. Di samping itu melalui Permenkes No 41/2015 tentang pedoman gizi Seimbang, ditetapkan bahwa salah satu dari pesan dari 10 pesan Gizi Seimbang adalah “Biasakan Sarapan”.
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 61
LENTERA
Three in One (berdoa, gembira dan mengasihi) Oleh : Prawito
T
aklim di siang yang terik itu dihadiri beberapa orang beda generasi. Ganjar yang masih bujang. Asep dari pasangan muda dengan anak masih kecil. Hery sudah menikah lama, dan Mbah Kirman. Nama terakhir sudah memiliki belasan cucu. Mereka bertemu setiap pekan. Taklim rutin. Tema diskusi hari itu adalah ujian dan problema hidup. Setiap anggota bercerita kondisi masing-masing. Ganjar yang masih “single”, mengatakan penghasilan minim, bingung mau menikah. Dia khawatir uang yang didapatnya tidak cukup untuk mengontrak rumah, makan dan transport. Apalagi hidup di kota. Semuanya serba uang. Asep yang baru beberapa tahun membina keluarga mengatakan punya anak yang masih kecil itu repot. Apalagi kalau sakit, bergantian pula. Butuh biaya besar untuk berobat, beli susu dan bayar pembantu. Sedangkan Hery, yang anaknya sudah besar mengatakan saat ini beban yang ditanggung sedang dalam kondisi paling berat. Butuh biaya besar untuk
membayar kuliah dan kost anak. Mbah Kirman yang sudah bercucu belasan menyatakan bahwa kondisi fisiknya sudah lemah. Ia mengeluh sakit-sakitan. Penghasilan tidak ada, padahal masih butuh biaya sehari-hari, bayar listrik, air dan berobat. Tidak semua putra-putrinya memahami kondisinya sebagai orang tua, “Bukannya memberikan bantuan kepada orang tua, terkadang masih saja minta. Pusing!” katanya. Lain lagi cerita Yamin yang bekerja sebagai konsultan lepas di sebuah lembaga swasta asing di Jakarta. Ia bercerita sedang berat-beratnya mendapat ujian hidup. Saat ini dia dihadapkan pada pemutusan hubungan kerja (PHK) karena habis masa kerjanya. Mereka sudah tidak tertarik untuk menggunakan jasanya lagi. “Saat yang sama, anak saya juga membutuhkan bantuan ahli. Sejak lulus SLA, dia mengalami gangguan psikologis berat. Sudah berobat kemanamana setahun ini, tetapi masih belum sembuh. Bahkan ada kecenderungan semakin berat. Kalau
62 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
suasana hatinya sedang buruk, depresi, dia sering mengancam akan bunuh diri. Sebagai orang tua, saya sangat berharap segara sembuh, kuliah dan bekerja. Sehingga ketika saya tua nanti atau tidak bekerja, anak dapat menjadi tempat berlabuh. Kalau terus begini bagaimana?” ujarnya sedih. Gambaran di atas menunjukkan bahwa hidup tak akan pernah sepi dari masalah. Semua orang mempunyai masalah, besar atau kecil, serius atau tidak, tunggal atau rombongan. Bukankah Allah pernah mengatakan dalam Kitabullah bahwa “…kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (Qs Al Baqarah, 2: 155). Gelombang masalah adalah ujian yang hanya bisa dihadapi dengan kesabaran. Kesabaran yang proaktif untuk selalu memantaskan diri menghadapi setiap masalah dan kesuksesan. Menyikapi setiap badai dengan berdoa, gembira dan terus memberi. Berdoa membuat hidup
menjadi lebih kuat. Bergembira membuat hidup lebih sehat. Berbagi akan membuat kita memahami arti kehidupan.
Berdoa membuatmu kuat
Mengapa berdoa memberi kekuatan? Karena setiap orang yang berdoa untuk meminta sesuatu kepada Yang Maha Kuasa akan menumbuhkan harapan. The power of hope. Sekecil apapun setiap harapan akan memberi kekuatan. Semakin besar harapan kepada Yang Maha Kuasa akan menambah besar kekuatan mental atau jiwa seseorang. Kekuatan mental akan memberi kekuatan kepada seluruh fisik anggota tubuh manusia. Orang yang berdoa, merasa dirinya lemah, tidak punya kekuatan dan kemampuan. Berdoa dengan khusu’ akan memunculkan kekuatan. Mereka yang berdoa sedang bersandar kepada kekuatan yang Maha Besar, tiada tanding dan tiada banding. Mereka tak pernah kecewa dan putus asa untuk tetap berdoa. Langkah pengiring setiap usaha dan ujian yang mendera. Pun saat
berkali-kali gagal. Hal itu tak membuat jera. Mereka tetap bangkit, berusaha dan berdoa. Sampai akhirnya Allah memantaskannya atas keberhasilan sesuai tahapan. Mereka yang selalu berdoa, tak pernah merasa gagal, bangkrut, kiamat dan menjadi akhir dari segalanya. Orang yang benar dalam berdoa yakin dikabulkan dengan tiga kemungkinan. Pertama, doa dikabulkan sesuai permohonan. Kedua, doa dikabulkan dengan memberi pengganti yang lebih baik. Dan ketiga, permohonan ditunda sesuai dengan kebutuhan manusia. Penundaan bukan berarti buruk, sebab hanya Allah Yang Maha Tahu apa yang akan terjadi. Berprasangka baik kepada Allah terhadap apa yang diberikan adalah bukti penyerahan diri secara total kepada-Nya. Penyerahan total akan membuat manusia senantiasa optimis menghadapi segala situasi. Tak ada kecemasan yang berlebihan. Apalagi ketakutan menghadapi masa depan. Ia percaya masih ada Allah, masih ada harapan. Harapan adalah sumber kekuatan. Orang yang tidak mempunyai harapan sama dengan putus asa, berarti punah.
Gembira membuatmu sehat Penyebab gembira paling mudah, murah dan
meriah adalah rasa syukur. Mensyukuri nikmat Allah yang begitu banyak diterima, bahkan begitu banyaknya, sampai tak sanggup menghitungnya, laatuhsuha. Memahami nikmat jangan hanya sebatas materi. Lebih banyak nikmat berbentuk non-materi, seperti kesehatan, persaudaraan, kesempatan, kemudahan dan banyak lainnya. Ada orang gembira hanya karena bertemu teman lama, makan singkong rebus, memandang istri atau anak, baca quran, shalat dzuha, beribadah dan kegiatan ringan, seperti jalan pagi bersama keluarga, olah raga, kerja bakti, ngobrol saat rehat. Bahkan, ada yang tak membutuhkan biaya sepeserpun sudah bisa membuat orang gembira. Jadi setiap saat, nuansa gembira dapat dihadirkan, bila mau, karena gembira itu menyehatkan. Saat sedih, susah dan menderita, kegembiraan tetap dapat hadir di dalamnya. Sunatullahnya, manusia tidak ingin susah, sedih dan menderita berkepanjangan. Ada orang yang tetap tersenyum, gembira sekalipun banyak masalah, seperti sakit kronis. Seperti seorang guru yang hanya dapat berbaring. Kemanapun dia pergi, harus selalu bersama tempat tidur
dorongnya. Tetapi dia tetap mengajar murid-muridnya. Ia tersenyun, tertawa dan tetap berbagi ilmu dengan berbagai cara. Inilah yang membuat ibu guru tetap sehat, sekalipun secara fisik lemah.
Mengasihi membuatmu mengerti arti hidup
Orang yang hanya tahu menerima, hanya akan belajar meminta. Tapi, mengasihi dan memberi akan mengajari seseorang untuk mandiri. Karena orang yang memberi dan mengasihi harus ‘berpunya’. Bagi para pengasih, punya adalah keniscayaan. Bagaimana mau mengasihi dan memberi kalau tidak punya apa apa. Punya disini tak selalu berwujud materi. Disinilah bermula makna dan pemahaman tentang arti hidup.
Hidup dikatakan punya arti, bila hidupnya dapat memberi manfaat, berguna untuk diri, keluarga dan orang lain. Semakin bermanfaat, semakin berarti hidupnya. Sebab, banyak orang yang bergantung, bersandar kepada keberadaannya. Kehadirannya dinanti dan kepergianya ditangisi. Karena mereka sangat berarti. Nah, bagaimana dengan kita. Apakah sudah menjadi arti bagi orang lain atau sebaliknya? Mari bertanya pada diri sendiri. Seiring kesulitan, terselip kemudahan. Karena kesulitan, kesedihan dan masalah akan tetap ada dan sudah menjadi pakaian harian. Mari kita sikapi dengan bijak. Tetap berdoa, ikhtiar, gembira dan mengasihi. Karena hanya dengan cara ini, kita menjadi kuat, sehat dan mengerti arti hidup yang sesungguhnya.l
ILUSTRASI: FREEPIK, DIOLAH
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 63
RESENSI BUKU
Kurikulum Pelatihan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2014 viii, 26 hal ; 23 cm ISBN : 978-602-235-728-1 Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan 1. DENTAL HEALTH SERVICES 2. COMMUNITY HEALTH SERVICE 617.6
DALAM rangka pemberian pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang profesional dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia, tenaga kesehatan gigi perlu memiliki pengetahuan manajemen dan keterampilan klinis sesuai dengan standard dan kompetensi. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian intergral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota. Puskesmas sesuai dengan fungsinya harus dapat memberikan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat dalam program kesehatan gigi dan mulut. Upaya-upaya tersebut dapat berjalan dengan baik jika manajemen perencanaan program dapat dibuat dengan sebaikbaiknya. Oleh kerena itu , tenaga kesehatan gigi di Puskesmas perlu memahami manajemen Puskesmas dan manajemen penatalaksanaaan program kesehatan gigi dan mulut serta mempunyai keterampilan teknis medis yang baik sesuai kompetensi.
64 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
Kurikulum ini berisi penatalaksanaan program kesehatan gigi dan mulut dengan keterampilan teknis medis sesuai dengan kompetensi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Buku ini sebagai acuan bagi dinas kesehatan kabupaten/kota dalam melaksanakan pelatihan bagi tenaga kesehatan gigi sesuai dengan tuntutan masyarakat yang mengharuskan adanya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas.
Modul Pelatihan Indentifikasi Lesi Rongga Mulut Dan Penatalaksanaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada ODHA Bagi Tenaga Kesehatan Gigi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2014 xi, 70 hlm, 22 cm Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan 1. ORAL HEALTH 2. DENTISTRY 3. ACQUIRED DEFICIENCY SYNDROME 4. HEALTH CARE 612.3
PEMBANGUNAN kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 H pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM). Ditahun mendatang tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS semakin besar dan rumit sehingga diperlukan strategi baru untuk menghadapinya. Strategi ini akan terus mengembangkan kemajuan yang telah dicapai oleh strategistrategi sebelumnya. Akselerasi upaya perawatan pengobatan dan dukungan pada oranmg yang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA) dijalankan bersamaan dengan akselerasi upaya pencegahan baik dilingkungan sub populasi berprilaku resiko tinggi maupun lingkungan sub populasi berprilaku resiko tinggi maupun lingkungan sub populasi berprilaku resiko rendah dan masyarakat umum.
Seiring dengan meningkatnya epidemi HIV di Indonesia maka pelayanan kesehatan gigi dan mulut terhadap ODHA perlu mendapat perhatiaan khusus terkait upaya pengendalian infeksi HIV. Pemberian pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang tepat untuk ODHA sekaligus harus dapat memberikan perlindungan kepada pasien lain di Fasilitas kesehatan terhadap bahaya infeksi HIV serta melindungi petugas kesehatan, sehingga tidak perlu khawatir dalam memberikan pelayanan kepada semua pasien termasuk pasien yang diketahui menderita HIV- AIDS. Modul pelatihan ini berisi format khusus untuk penanganan kesehatan gigi dan mulut bagi ODHA, sehingga pemahaman dan kemampuan petugas Kesehatan khususnya dalam penanganan kesehatan gigi dan mulut belum memadai dan tidak merata. Modul ini sebagai acuan penatalaksanaan kesehatan gigi dan mulut pada ODHA bagi tenaga kesehatan gigi di fasilitas pelayanan kesehatan.
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 65
RESENSI BUKU
Kurikulum dan Modul Pelatihan Wirausaha STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Indonesia Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2014 viii, 266 hal ; 21 cm ISBN : 978-602-235-526-7 Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan 1. SANITATION –EDUCATION 2. SANITARY ENGINEERING 3. WASTE MANAGEMENT 4. ENVIRONMENT AND PUBLIC HEALTH 363.72
SANITASI total berbasis masyarakat yang selanjutnya disebut STBM merupakan pendekatan dari paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan prilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 852/Menkes/SK/X/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs. STBM dilaksanakan dengan menggunakan strategi STBM secara total yaitu : (1) Penciptaan lingkungan kondusif (2) peningkatan kebutuhan sanitasi (3) peningkatan penyediaan akses atau pasokan sanitasi STBM membutuhkan SDM terampil yang tesebar diseluruh Indonesia. Model usaha sanitasi satu atap adalah model usaha yang menekankan pada jaringan kuat antara wirausaha sanitasi dan masyarakat yang menawarkan berbagai pilihan produk dan harga, memberikan manfaat lain kepada konsumen seperti jasa konsultasi produk, potongan harga dengan aturan tertentu dan proses produksi ditempat untuk menguran gi biaya distribusi dan tukang, feksibilitas pembayaran baik tunai,
66 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015
angsuran, arisan maupun metode lain. Dalam upaya penguatan kapasitas pelaksana program STBM khususnya wirausaha STBM dan untuk menyelenggarakan pelatihan maka disusun kurikulum dan modul pelatihan wirausaha STBM seluruh Indonesia dan diharapkan dengan pelatihan akan mampu mencetak wirausaha-wirausaha STBM yang handal. Buku ini berisi modul-modul pelatihan STBM dan metode pengajaran yang didisain dengan pendekatan leaner centered yakni pendekatan yang menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatian, sedangkan pelatih/wirausaha lebih berperan sebagai katalisator. Buku ini sebagai acuan bagi pelatih , peserta dan wirausaha STBM dalam mengikuti pengajaran kewirausahaan dalam bidang STBM.
Pedoman Penatalaksanaan Spesimen (Pengambilan, Pengepakan dan Pengiriman Spesimen) Surveilans ISPA Berat Indonesia (SIBI)
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2013 x, 36 hal ; 32 cm ISBN : 978-602-235-414-7 Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan 1. RESPIRATION 2. PNEUMONIA 3. SPUTUM 4. SPECIMEN HANDLING 612.2
SEVERE Acute Respiratory Infection (SARI) atau Pneumonia adalah suatu proses infeksi akut pada jaringan paru-paru (alveoli atau jaringan interstitial) dengan gejala klinis deman dan batuk disertai gejala kesulitan bernafas seperti sesak nafas tarikan dinding dada dan stridor saat istirahat atau hasil toraksfoto menunjukkan gambaran infiltrate pada paru-paru. Pneumonia dapat di sebabkan oleh bakteri dan virus). Data dari negara-negara tetangga menunjukkan bahwa virus influenza adalah salah satu penyebab SARI. Di Thailand, diantara 762 pasien menyebabkan SARI meliputi Influenza virus, Parainfluenza, Respiratory Synctitial Virus, Human Metapneumovirus, Adenovirus, SARS dan Hantavirus. Sedangkan bakteri penyebab SARI termasuk diantaranya Streptococus pneumoniae, Haemophilus InfluenzA, Bakteri gram negative seperti E. Coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa dan bakteri atipikal yaitu Mycoplasma, chlamydia dan Legionella.
Surveilands influenza di Indonesia dilaksanakan melalui beberapa metoda yaitu melalui pelayanan rutin di Puskesmas dan Rumah Sakit. Perlu disadari bahwa pelaksanaan surveilans Influenza di Indonesia belum berjalan secara optimal, sampai saat ini yang dilakukan untuk Surveilans ISPA. Surveilans influenza di Indonesia dilaksanakan melalui beberapa metoda yaitu melalui pelayanan rutin di puskesmas dan rumah sakit. Perlu disadari bahwa pelaksanaan surveilans influenza di Indonesia belum berjalan optimal sampai saat ini yang dilakukan untuk surveilans ISPA berat di Indonesia adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Badan LITBANGKES melalui rumah sakit sentinel. Buku pedoman penatalaksanaan spesimen (pengambilan, pengepakan dan pengiriman spesimen) surveilans ISPA berat Indonesia (SIBI) akan dikembangkan lagi menjadi petunjuk teknis surveilans influenza untuk petugas surveilands Pedoman ini sebagai accuan pelaksana di Rumah Sakit agar pelaksanaan surveilans berjalan secara optimal.
SEPTEMBER 2015 • Edisi 62 • MEDIAKOM 67
MediaKuis RESENSI BUKU
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan 1000 hari pertama kehidupan? 2. Mengapa 1000 Hari Pertama Kehidupan disebut Periode Emas Pertumbuhan Bayi? 3. Apa yang terjadi jika bayi tidak mendapat cukup gizi yang dibutuhkannya di Periode emas ini? 4. Salah satu masalah gizi yang mendapat perhatian pemerintah adalah “stunting” sebutkan apa itu “stunting” dan kenapa hal tersebut dapat terjadi? 5. Dalam rangka perbaikan gizi terhadap kelompok program emas (1000 hari kehidupan) diadakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Scaling Up Nutrition). Jelaskan apa yang dimaksud Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Scaling Up Nutrition)?
Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap (nama, alamat, kota/kabupaten, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi).
JAWABAN DAPAT DIKIRIM MELALUI : Email :
[email protected] (Subject : Mediakuis) Fax : 021 - 52921669 Pos : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan
2 orang pemenang dari setiap edisi akan mendapatkan hadiah kamera atau handphone Lenovo A369i. Hadiah kuis akan diumumkan pada
edisi November 2015
Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI.
68 MEDIAKOM • Edisi 62 • SEPTEMBER 2015